Selasa, 07 Oktober 2014

Belajar Menanti Allah


Cha Sa-soon, seorang wanita asal Korea berumur 69 tahun, akhirnya menerima SIM (Surat Izin Mengemudi) setelah 3 tahun berusaha untuk lulus dari ujian tertulis yang ditempuhnya. Ia sangat ingin mendapatkan SIM tersebut agar ia bisa membawa cucu-cucunya pergi ke kebun binatang.


Cha Sa-soon patut dipuji karena kegigihannya di tengah dunia yang serba instan ini. Ketika kita menginginkan sesuatu dan tidak bisa memperolehnya, kita sering mengeluh dan menuntut. Di lain waktu, kita memilih untuk menyerah dan tidak lagi acuh ketika apa yang kita inginkan tidak segera terpenuhi. “Menunggu” adalah kata yang tidak suka kita dengar! Namun demikian, Alkitab sering menyatakan bahwa Allah menghendaki kita untuk menantikan Dia bertindak menurut waktu-Nya yang terbaik.


Menantikan Allah berarti dengan sabar berharap kepada Allah atas apa yang kita butuhkan. Daud sadar betul mengapa ia harus menantikan Tuhan. Pertama-tama, keselamatannya datang dari pada-Nya (Mzm. 62:2). Ia meyakini bahwa tidak ada pihak lain yang dapat membebaskannya. Ia hanya dapat berharap kepada Allah (ay.6), karena Allah saja yang mendengar doa-doa kita (ay.9).


Kita sering berdoa hanya untuk meminta agar Allah segera bertindak dan memberkati niat kita. Apa yang dapat kita lakukan apabila Allah menjawab kita, “Bersabarlah. Nantikan Aku”? Kita dapat berdoa seperti Daud: “Dengarlah seruanku di waktu pagi. Pagi-pagi kubawa persembahanku dan kunantikan jawaban-Mu, ya Tuhan” (Mzm. 5:4 bis). Kita dapat mempercayai jawaban-Nya, sekalipun jawaban itu tidak datang sesuai pada saat yang kita harapkan.



Ketika kami berseru kepada-Mu, ya Tuhan,

Dan menanti jawaban atas doa kami,

Berilah kesabaran yang kami butuhkan

Tolong kami menyadari kasih pemeliharaan-Mu. —Sper






from Santapan Rohani http://ift.tt/1s9XdDG

via IFTTT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari