Senin, 30 Maret 2015

Mengapa Aku?

Info

Selasa, 31 Maret 2015


Mengapa Aku?



14:10 Lalu pergilah Yudas Iskariot, salah seorang dari kedua belas murid itu, kepada imam-imam kepala dengan maksud untuk menyerahkan Yesus kepada mereka.


14:11 Mereka sangat gembira waktu mendengarnya dan mereka berjanji akan memberikan uang kepadanya. Kemudian ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.


14:12 Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi, pada waktu orang menyembelih domba Paskah, murid-murid Yesus berkata kepada-Nya: "Ke tempat mana Engkau kehendaki kami pergi untuk mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?"


14:13 Lalu Ia menyuruh dua orang murid-Nya dengan pesan: "Pergilah ke kota; di sana kamu akan bertemu dengan seorang yang membawa kendi berisi air. Ikutilah dia


14:14 dan katakanlah kepada pemilik rumah yang dimasukinya: Pesan Guru: di manakah ruangan yang disediakan bagi-Ku untuk makan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku?


14:15 Lalu orang itu akan menunjukkan kamu sebuah ruangan atas yang besar, yang sudah lengkap dan tersedia. Di situlah kamu harus mempersiapkan perjamuan Paskah untuk kita!"


14:16 Maka berangkatlah kedua murid itu dan setibanya di kota, didapati mereka semua seperti yang dikatakan Yesus kepada mereka. Lalu mereka mempersiapkan Paskah.


14:17 Setelah hari malam, datanglah Yesus bersama-sama dengan kedua belas murid itu.


14:18 Ketika mereka duduk di situ dan sedang makan, Yesus berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku, yaitu dia yang makan dengan Aku."


14:19 Maka sedihlah hati mereka dan seorang demi seorang berkata kepada-Nya: "Bukan aku, ya Tuhan?"


14:20 Ia menjawab: "Orang itu ialah salah seorang dari kamu yang dua belas ini, dia yang mencelupkan roti ke dalam satu pinggan dengan Aku.


14:21 Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan."


Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia © LAI 1974



Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. —Roma 5:8


Mengapa Aku?


Seorang pendeta asal Inggris Joseph Parker ditanya, “Mengapa Yesus memilih Yudas menjadi murid-Nya?” Ia terus memikirkan pertanyaan itu, tetapi tidak juga menemukan jawabannya. Ia mengatakan bahwa ia justru menemukan pertanyaan yang lebih membingungkan, “Mengapa Yesus memilihku?”


Itulah pertanyaan yang telah ditanyakan orang selama berabad-abad. Ketika mereka sungguh-sungguh menyadari dosa mereka dan digelayuti oleh rasa bersalah, mereka pun berseru kepada Yesus untuk meminta belas kasihan-Nya. Dalam rasa takjub yang penuh sukacita, mereka mengalami kebenaran bahwa Allah mengasihi mereka, Yesus mati untuk mereka, dan semua dosa mereka telah diampuni. Sungguh ajaib dan tak terpahami!


Saya juga pernah bertanya, “Mengapa aku, Tuhan?” Saya menyadari bahwa perbuatan dosa yang kelam di dalam hidup saya dimotivasi oleh isi hati saya yang jauh lebih kelam, tetapi Allah masih mengasihi saya! (Rm. 5:8). Saya tidak layak, malang, dan tak berdaya, tetapi Dia membuka tangan-Nya dan hati-Nya untuk menyambut saya. Saya seakan mendengar-Nya berbisik, “Aku mengasihimu jauh lebih daripada kau mengasihi dosamu.”


Itu memang benar! Saya menikmati dosa saya. Saya memeliharanya. Saya bahkan menyangkal telah melakukan kesalahan. Namun Allah begitu mengasihi saya, Dia rela mengampuni dan membebaskan saya.


“Mengapa aku, Tuhan?” Mustahil untuk saya pahami. Namun yang saya tahu, Dia mengasihi saya—dan mengasihimu juga! —Dave Egner


Betapa indahnya anugerah-Mu, Yesus! Anugerah-Mu mengatasi segala dosaku. Kau telah mengangkat semua bebanku dan memerdekakan jiwaku. Terima kasih.


Allah mengasihi kita bukan karena kita, tetapi karena Dia adalah kasih.


Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-Hakim 11-12; Lukas 6:1-26


Photo credit: izarbeltza / Foter / CC BY-SA


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Mengapa Aku?


Seorang pendeta asal Inggris Joseph Parker ditanya, “Mengapa Yesus memilih Yudas menjadi murid-Nya?” Ia terus memikirkan pertanyaan itu, tetapi tidak juga menemukan jawabannya. Ia mengatakan bahwa ia justru menemukan pertanyaan yang lebih membingungkan, “Mengapa Yesus memilihku?”


Itulah pertanyaan yang telah ditanyakan orang selama berabad-abad. Ketika mereka sungguh-sungguh menyadari dosa mereka dan digelayuti oleh rasa bersalah, mereka pun berseru kepada Yesus untuk meminta belas kasihan-Nya. Dalam rasa takjub yang penuh sukacita, mereka mengalami kebenaran bahwa Allah mengasihi mereka, Yesus mati untuk mereka, dan semua dosa mereka telah diampuni. Sungguh ajaib dan tak terpahami!


Saya juga pernah bertanya, “Mengapa aku, Tuhan?” Saya menyadari bahwa perbuatan dosa yang kelam di dalam hidup saya dimotivasi oleh isi hati saya yang jauh lebih kelam, tetapi Allah masih mengasihi saya! (Rm. 5:8). Saya tidak layak, malang, dan tak berdaya, tetapi Dia membuka tangan-Nya dan hati-Nya untuk menyambut saya. Saya seakan mendengar-Nya berbisik, “Aku mengasihimu jauh lebih daripada kau mengasihi dosamu.”


Itu memang benar! Saya menikmati dosa saya. Saya memeliharanya. Saya bahkan menyangkal telah melakukan kesalahan. Namun Allah begitu mengasihi saya, Dia rela mengampuni dan membebaskan saya.


“Mengapa aku, Tuhan?” Mustahil untuk saya pahami. Namun yang saya tahu, Dia mengasihi saya—dan mengasihi Anda juga!



Betapa indahnya anugerah-Mu, Yesus! Anugerah-Mu mengatasi segala dosaku. Kau telah mengangkat semua bebanku dan memerdekakan jiwaku. Terima kasih.


Allah mengasihi kita bukan karena kita, tetapi karena Dia adalah kasih.






from Santapan Rohani http://ift.tt/1NzuUXN

via IFTTT

Mengapa Aku?

Info

Oleh: Jason Chen , Taiwan

(artikel asli dalam bahasa Mandarin tradisional: 為什麼是我?)


Artikel-WarungSaTeKaMu-Why-Me-2


Why Me? [Mengapa Aku?] Itulah judul menarik dari sebuah buku yang aku baca belum lama ini; sebuah pertanyaan yang membuatku kembali ingat dengan banyak hal yang pernah kualami.


Tersirat di dalamnya sebuah pertanyaan yang lebih besar: “Mengapa Tuhan mengizinkan manusia mengalami penderitaan yang begitu berat?” Aku sendiri pernah mengajukan pertanyaan ini kepada Tuhan. Saat itu aku baru kehilangan orang yang kukasihi, harus menghadapi konflik dalam keluarga, tertekan dalam studi, bermasalah dalam hubungan, goyah dalam iman, juga menderita gangguan rasa takut dan cemas. Semua pengalaman yang berat dan menyakitkan itu hampir membuatku mati rasa. Rasanya seperti jatuh dalam sebuah jurang tanpa dasar. Aku tidak bisa keluar dari sana. Pada waktu-waktu tertentu (aku tidak ingat kapan persisnya), aku mulai menghindari orang lain, merasa takut dengan tatapan orang lain dan merasa sesak dengan kehadiran mereka. Aku juga kehilangan selera makanku. Pada malam hari, aku merasa kesepian, hampa, dan takut. Sering aku tiba-tiba terbangun dari mimpi, sehingga akhirnya tidurku sangat kurang. Rasanya tidak ada orang yang bisa mengerti pikiran atau perasaanku; aku pun hampir tidak bisa mengenali diriku sendiri.


Pada saat itu, beberapa orang menasihatiku: “serahkanlah segala kekuatiranmu kepada Tuhan”. Bukan hanya aku tidak bisa memahaminya. Nasihat dari Alkitab itu malah membuatku semakin bertanya-tanya. Apa artinya “menyerahkan” kekuatiran? Bagaimana caranya “menyerahkan” kekuatiran? Beberapa teman lainnya menasihatiku: “Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal…” Siapa bilang aku tidak pernah mencobanya? Aku sudah berdoa dan mengucap syukur, namun tetap saja aku merasa berjalan melewati lembah kekelaman. Aku menangis, bersujud di samping tempat tidurku sembari memandang salib, berdoa dan berharap agar Tuhan mengangkat dan melepaskan aku dari jurang yang sangat dalam itu. Namun, tidak ada yang berubah setelah aku berdoa, hatiku tetap saja jauh dari kedamaian. Seringkali aku menangis, berseru kepada Tuhan dari dasar hatiku, hingga tubuhku gemetaran, “Tuhan, tolong aku! Aku tidak tahu lagi harus bagaimana, aku sangat bingung dan sudah hampir gila. Aku merasa seperti sedang tergelincir dari sebuah tebing dan akan segera mati. Ya Tuhan, nyatakanlah diri-Mu kepadaku dan jawablah doaku segera. Mengapa aku menderita? Mengapa aku?” Dari waktu ke waktu aku terus mempertanyakan Tuhan, persis seperti judul buku yang kubaca itu.


Kini, setelah aku melihat kembali semua yang sudah kulalui, aku menyadari bahwa sesungguhnya masa-masa itu memberiku salah satu pelajaran paling berharga dalam hidup—menantikan Tuhan.


Pada saat Tuhan sepertinya tidak menjawab seruanku, Dia sebenarnya sedang mengajarku untuk menantikan Dia; pada saat aku kehilangan segenap kekuatanku, Dia mengajarku untuk menyerahkan segenap hidupku kepada-Nya; pada saat aku tidak bisa melihat pengharapan dan masa depan, Dia sedang mengajarku untuk memercayai Dia sepenuhnya. Meski sepertinya Juruselamatku tidak serta-merta menanggapi seruanku, Dia sesungguhnya mempersiapkan apa yang terbaik bagiku, memberiku apa yang aku butuhkan untuk memperkuat tubuhku, hatiku, dan jiwaku.


Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33). Janji-janji Allah selalu digenapi. Ketika aku belajar berserah dalam masa-masa sukar dan mencari dahulu kerajaan dan kebenaran-Nya, Dia membimbingku untuk memahami kebenaran. Dia menolongku menghadapi berbagai tantangan hidup, seperti kehilangan orang terkasih, konflik keluarga, tekanan dari sekolah, dan banyak lagi. Dia juga memulihkan hatiku serta kesehatanku (berat badanku naik dari 55 kg menjadi 67 kg). Dia menguatkan imanku sehingga aku dapat membagikan kasih Kristus dengan orang tua dan saudara-saudaraku, membawa harmoni dan sukacita dalam sebuah keluarga yang tadinya penuh dengan pertikaian. Aku bahkan mendapat kesempatan mengundang mereka datang ke gereja bersamaku.


Merenungkan perjalanan ini, tidak bisa tidak, aku memuji Tuhan yang begitu ajaib dan besar. Mungkin semua kita pernah mengajukan pertanyaan yang sama. Namun, ketika kita belajar melihat situasi kita dari perspektif yang berbeda, Tuhan menolong kita untuk bertumbuh. Melalui berbagai cobaan, Dia mengajarkan kita apa arti berserah kepada-Nya; melalui keterbatasan manusiawi kita, Dia mengajarkan kita apa arti mengandalkan Dia; dan melalui kelemahan-kelemahan kita, Dia mengajarkan kita apa arti percaya kepada-Nya. Suatu hari kelak, ketika kita melihat kembali semua yang kita alami, kita akan berseru, “Tuhan, terima kasih karena Engkau telah memilihku!”


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori 03 - Maret 2015: Menaklukkan Raksasa, Artikel, Pena Kamu







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Minggu, 29 Maret 2015

Indah Sekali!


Setelah pergi untuk suatu urusan bisnis, Terry ingin membeli oleh-oleh untuk anak-anaknya. Pegawai toko di bandara mengusulkan sejumlah barang yang mahal harganya. “Saya tak punya uang sebanyak itu sekarang,” katanya. “Saya perlu sesuatu yang tidak semahal itu.” Pegawai itu berusaha membujuk Terry untuk tidak membeli sesuatu yang murah. Namun Terry tahu bahwa anak-anaknya akan senang dengan apa pun yang diberikannya, karena itu datang dari hati yang mengasihi. Dan Terry memang benar, karena anak-anaknya menyukai hadiah yang dibawanya bagi mereka.


Dalam kunjungan terakhir Yesus ke kota Betania, Maria ingin menunjukkan kasihnya kepada Yesus (Mrk. 14:3-9). Jadi ia membawa “suatu buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya” dan mengurapi Yesus (ay.3). Para murid bertanya dengan gusar, “Untuk apa pemborosan ini?” (Mat. 26:8). Yesus meminta mereka untuk berhenti menyusahkan Maria, karena “ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku” (Mrk. 14:6). Alkitab versi Bahasa Indonesia Sehari-hari mengatakan, “Ia melakukan sesuatu yang baik dan terpuji terhadap-Ku.” Yesus sangat senang menerima pemberian Maria, karena itu datang dari hati yang mengasihi. Mengurapi Dia untuk persiapan penguburan-Nya pun merupakan sesuatu yang indah!


Apa yang hendak Anda berikan kepada Yesus untuk menunjukkan kasih Anda? Waktu, talenta, harta Anda? Bukan masalah besar apabila itu sesuatu yang mahal atau murah, entah itu dimengerti atau dicela oleh orang lain, karena apa pun yang diberikan dari hati yang mengasihi adalah sesuatu yang indah bagi-Nya.



Bapa, tak ada pemberianku yang sepadan dengan pengorbanan-Mu. Namun aku ingin memberikan sesuatu yang indah di mata-Mu. Kuberikan hatiku hari ini dalam rasa syukur atas kasih-Mu.


Hati yang sehat akan berlimpah dengan kasih untuk Yesus.






from Santapan Rohani http://ift.tt/19wtsWS

via IFTTT

Indah Sekali!

Info

Senin, 30 Maret 2015


Indah Sekali!



14:3 Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, dan sedang duduk makan, datanglah seorang perempuan membawa suatu buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya. Setelah dipecahkannya leher buli-buli itu, dicurahkannya minyak itu ke atas kepala Yesus.


14:4 Ada orang yang menjadi gusar dan berkata seorang kepada yang lain: "Untuk apa pemborosan minyak narwastu ini?


14:5 Sebab minyak ini dapat dijual tiga ratus dinar lebih dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin." Lalu mereka memarahi perempuan itu.


14:6 Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku.


14:7 Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, dan kamu dapat menolong mereka, bilamana kamu menghendakinya, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu.


14:8 Ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya. Tubuh-Ku telah diminyakinya sebagai persiapan untuk penguburan-Ku.


14:9 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia."



Tetapi Yesus berkata: “Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku.” —Markus 14:6


Indah Sekali!


Setelah pergi untuk suatu urusan bisnis, Terry ingin membeli oleh-oleh untuk anak-anaknya. Pegawai toko di bandara mengusulkan sejumlah barang yang mahal harganya. “Saya tak punya uang sebanyak itu sekarang,” katanya. “Saya perlu sesuatu yang tidak semahal itu.” Pegawai itu berusaha membujuk Terry untuk tidak membeli sesuatu yang murah. Namun Terry tahu bahwa anak-anaknya akan senang dengan apa pun yang diberikannya, karena itu datang dari hati yang mengasihi. Dan Terry memang benar, karena anak-anaknya menyukai hadiah yang dibawanya bagi mereka.


Dalam kunjungan terakhir Yesus ke kota Betania, Maria ingin menunjukkan kasihnya kepada Yesus (Mrk. 14:3-9). Jadi ia membawa “suatu buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya” dan mengurapi Yesus (ay.3). Para murid bertanya dengan gusar, “Untuk apa pemborosan ini?” (Mat. 26:8). Yesus meminta mereka untuk berhenti menyusahkan Maria, karena “ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku” (Mrk. 14:6). Alkitab versi Bahasa Indonesia Sehari-hari mengatakan, “Ia melakukan sesuatu yang baik dan terpuji terhadap-Ku.” Yesus sangat senang menerima pemberian Maria, karena itu datang dari hati yang mengasihi. Mengurapi Dia untuk persiapan penguburan-Nya pun merupakan sesuatu yang indah!


Apa yang hendak kamu berikan kepada Yesus untuk menunjukkan kasihmu? Waktu, talenta, hartamu? Bukan masalah besar apabila itu sesuatu yang mahal atau murah, entah itu dimengerti atau dicela oleh orang lain, karena apa pun yang diberikan dari hati yang mengasihi adalah sesuatu yang indah bagi-Nya. —Anne Cetas


Bapa, tak ada pemberianku yang sepadan dengan pengorbanan-Mu. Namun aku ingin memberikan sesuatu yang indah di mata-Mu. Kuberikan hatiku hari ini dalam rasa syukur atas kasih-Mu.


Hati yang sehat akan berlimpah dengan kasih untuk Yesus.


Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-Hakim 9-10; Lukas 5:17-39


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Sabtu, 28 Maret 2015

Siapakah Anda?


Dari waktu ke waktu, kita membaca tentang orang-orang yang tersinggung karena merasa tidak dihormati dan disegani sebagaimana mestinya. “Kamu tidak tahu siapa saya?” teriak mereka dengan nada marah. Sikap itu membuat kita teringat pada pernyataan yang berbunyi, “Jika Anda sampai perlu memberi tahu orang tentang siapa diri Anda, mungkin sebenarnya diri Anda tidaklah sepenting yang Anda kira.” Kita melihat dalam diri Yesus suatu sikap yang sangat bertolak belakang dengan keangkuhan dan peninggian diri seperti itu. Sikap itu bahkan ditunjukkan Yesus ketika Dia mendekati akhir masa hidup-Nya di dunia.


Yesus memasuki Yerusalem dengan disambut seruan pujian dari orang banyak (Mat. 21:7-9). Ketika orang-orang di seluruh kota bertanya, “Siapakah orang ini?” orang banyak itu menjawab, “Inilah nabi Yesus dari Nazaret di Galilea” (ay.10-11). Yesus tidak datang dengan menuntut perlakuan khusus, tetapi dengan kerendahan hati, Dia datang untuk menyerahkan hidup-Nya dalam ketaatan pada kehendak Bapa-Nya.


Perkataan dan perbuatan Yesus layak mendapat penghormatan, tetapi tidak seperti para penguasa yang gila hormat, Dia tidak pernah menuntut orang untuk menghormati-Nya. Masa sengsara yang dialami-Nya mungkin terlihat seperti kelemahan dan kegagalan terbesar-Nya. Namun demikian, keyakinan yang kuat akan jati diri dan misi-Nya menopang Yesus sepanjang saat-saat terkelam itu, yaitu ketika Dia mati untuk menebus dosa kita agar kita bisa hidup dalam kasih-Nya.


Yesus layak menerima persembahan hidup kita dan penyembahan kita hari ini. Apakah kita mengenali diri-Nya?



Tuhan, aku takjub akan kerendahan hati, kekuatan, dan kasih-Mu. Aku merasa malu dengan keinginanku untuk mementingkan diri sendiri. Kiranya dengan mengenal-Mu, keegoisan hatiku bisa berubah menjadi kerinduan untuk hidup sebagaimana Engkau hidup di bumi.


Sekali berjumpa Yesus, Anda takkan pernah sama lagi. Oswald Chambers






from Santapan Rohani http://ift.tt/1GAFITI

via IFTTT

Siapakah Kamu?

Info

Minggu, 29 Maret 2015


Siapakah Kamu?



21:1 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem dan tiba di Betfage yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya


21:2 dengan pesan: "Pergilah ke kampung yang di depanmu itu, dan di situ kamu akan segera menemukan seekor keledai betina tertambat dan anaknya ada dekatnya. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah keduanya kepada-Ku.


21:3 Dan jikalau ada orang menegor kamu, katakanlah: Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya."


21:4 Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi:


21:5 "Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda."


21:6 Maka pergilah murid-murid itu dan berbuat seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka.


21:7 Mereka membawa keledai betina itu bersama anaknya, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan Yesuspun naik ke atasnya.


21:8 Orang banyak yang sangat besar jumlahnya menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon-pohon dan menyebarkannya di jalan.


21:9 Dan orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan yang mengikuti-Nya dari belakang berseru, katanya: "Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!"


21:10 Dan ketika Ia masuk ke Yerusalem, gemparlah seluruh kota itu dan orang berkata: "Siapakah orang ini?"


21:11 Dan orang banyak itu menyahut: "Inilah nabi Yesus dari Nazaret di Galilea."



Dan ketika [Yesus] masuk ke Yerusalem, gemparlah seluruh kota itu dan orang berkata: “Siapakah orang ini?” —Matius 21:10


Siapakah Kamu?


Dari waktu ke waktu, kita membaca tentang orang-orang yang tersinggung karena merasa tidak dihormati dan disegani sebagaimana mestinya. “Kamu tidak tahu siapa saya?” teriak mereka dengan nada marah. Sikap itu membuat kita teringat pada pernyataan yang berbunyi, “Jika kamu sampai perlu memberi tahu orang tentang siapa dirimu, mungkin sebenarnya dirimu tidaklah sepenting yang kamu kira.” Kita melihat dalam diri Yesus suatu sikap yang sangat bertolak belakang dengan keangkuhan dan peninggian diri seperti itu. Sikap itu bahkan ditunjukkan Yesus ketika Dia mendekati akhir masa hidup-Nya di dunia.


Yesus memasuki Yerusalem dengan disambut seruan pujian dari orang banyak (Mat. 21:7-9). Ketika orang-orang di seluruh kota bertanya, “Siapakah orang ini?” orang banyak itu menjawab, “Inilah nabi Yesus dari Nazaret di Galilea” (ay.10-11). Yesus tidak datang dengan menuntut perlakuan khusus, tetapi dengan kerendahan hati, Dia datang untuk menyerahkan hidup-Nya dalam ketaatan pada kehendak Bapa-Nya.


Perkataan dan perbuatan Yesus layak mendapat penghormatan, tetapi tidak seperti para penguasa yang gila hormat, Dia tidak pernah menuntut orang untuk menghormati-Nya. Masa sengsara yang dialami- Nya mungkin terlihat seperti kelemahan dan kegagalan terbesar-Nya. Namun demikian, keyakinan yang kuat akan jati diri dan misi-Nya menopang Yesus sepanjang saat-saat terkelam itu, yaitu ketika Dia mati untuk menebus dosa kita agar kita bisa hidup dalam kasih-Nya.


Yesus layak menerima persembahan hidup kita dan penyembahan kita hari ini. Apakah kita mengenali diri-Nya? —David McCasland


Tuhan, aku takjub akan kerendahan hati, kekuatan, dan kasih-Mu. Aku merasa malu dengan keinginanku untuk mementingkan diri sendiri. Kiranya dengan mengenal-Mu, keegoisan hatiku bisa berubah menjadi kerinduan untuk hidup sebagaimana Engkau hidup di bumi.


Sekali berjumpa Yesus, kamu takkan pernah sama lagi. OSWALD CHAMBERS


Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-Hakim 7-8; Lukas 5:1-16


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Jumat, 27 Maret 2015

Pohon Jejak


Beberapa tahun terakhir ini, putri saya begitu terpikat dengan sejarah penduduk asli dari Michigan Utara, tempat tinggalnya saat ini. Pada suatu sore di musim panas ketika saya ada di sana, ia menunjukkan sebuah jalan bertanda “Trail Trees” (Pohon Jejak). Ia menjelaskan kepada saya bahwa konon para penduduk asli Amerika pada zaman lampau melengkungkan pohon-pohon yang masih muda untuk menunjukkan arah ke tempat tujuan tertentu. Pohon-pohon tersebut kemudian akan terus bertumbuh dalam bentuk yang tidak lazim.


Alkitab Perjanjian Lama memiliki fungsi yang serupa. Ada banyak perintah dan ajaran dalam Alkitab yang mengarahkan hati kita pada jalan hidup yang dikehendaki Tuhan. Sepuluh Perintah Allah adalah contoh yang baik. Namun selain itu, nabi-nabi di Perjanjian Lama juga merujuk kepada Mesias yang akan datang. Ribuan tahun sebelum Yesus datang, mereka telah berbicara tentang Betlehem, tempat kelahiran Yesus (lihat Mik. 5:1 dan Mat. 2:1-6). Mereka melukiskan kematian Yesus di atas kayu salib dengan sangat rinci (lihat Mzm. 22:15-19 dan Yoh. 19:23-24). Dan Yesaya 53:1-12 merujuk pada pengorbanan yang akan Yesus lakukan ketika Allah “menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian” (ay.6; lihat Luk. 23:33).


Ribuan tahun lalu, para hamba Allah di Perjanjian Lama menunjukkan jalan yang terarah kepada Yesus, Anak Allah. Dialah yang telah menanggung penyakit kita dan memikul kesengsaraan kita (Yes. 53:4). Dialah jalan menuju kehidupan.



Terima kasih Tuhan atas pesan keselamatan yang sederhana. Yesus, Engkaulah jalan, kebenaran, dan hidup. Aku bersyukur karena hidup-Mu telah Engkau serahkan demi hidupku. Aku mengasihi-Mu.


Yesus menyerahkan hidup-Nya demi hidup kita.






from Santapan Rohani http://ift.tt/1yjyUmr

via IFTTT

Pohon Jejak

Info

Sabtu, 28 Maret 2015


Pohon Jejak



53:4 Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.


53:5 Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.


53:6 Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.


53:7 Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.


53:8 Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah.


53:9 Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya.


53:10 Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.


53:11 Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul.


53:12 Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.



Mereka menusuk tangan dan kakiku. . . . Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku. —Mazmur 22:17-19


Pohon Jejak


Beberapa tahun terakhir ini, putri saya begitu terpikat dengan sejarah penduduk asli dari Michigan Utara, tempat tinggalnya saat ini. Pada suatu sore di musim panas ketika saya ada di sana, ia menunjukkan sebuah jalan bertanda “Trail Trees” (Pohon Jejak). Ia menjelaskan kepada saya bahwa konon para penduduk asli Amerika pada zaman lampau melengkungkan pohon-pohon yang masih muda untuk menunjukkan arah ke tempat tujuan tertentu. Pohonpohon tersebut kemudian akan terus bertumbuh dalam bentuk yang tidak lazim.


Alkitab Perjanjian Lama memiliki fungsi yang serupa. Ada banyak perintah dan ajaran dalam Alkitab yang mengarahkan hati kita pada jalan hidup yang dikehendaki Tuhan. Sepuluh Perintah Allah adalah contoh yang baik. Namun selain itu, nabi-nabi di Perjanjian Lama juga merujuk kepada Mesias yang akan datang. Ribuan tahun sebelum Yesus datang, mereka telah berbicara tentang Betlehem, tempat kelahiran Yesus (lihat Mik. 5:1 dan Mat. 2:1-6). Mereka melukiskan kematian Yesus di atas kayu salib dengan sangat rinci (lihat Mzm. 22:15-19 dan Yoh. 19:23-24). Dan Yesaya 53:1-12 merujuk pada pengorbanan yang akan Yesus lakukan ketika Allah “menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian” (ay.6; lihat Luk. 23:33).


Ribuan tahun lalu, para hamba Allah di Perjanjian Lama menunjukkan jalan yang terarah kepada Yesus, Anak Allah. Dialah yang telah menanggung penyakit kita dan memikul kesengsaraan kita (Yes. 53:4). Dialah jalan menuju kehidupan. —Cindy Hess Kasper


Terima kasih Tuhan atas pesan keselamatan yang sederhana. Yesus, Engkaulah jalan, kebenaran, dan hidup. Aku bersyukur karena hidup-Mu telah Engkau serahkan demi hidupku. Aku mengasihi-Mu.


Yesus menyerahkan hidup-Nya demi hidup kita.


Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-Hakim 4-6; Lukas 4:31-44


Photo credit: moranalefay / Foter / CC BY-NC-SA


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Kamis, 26 Maret 2015

Seniman Foley

Info

Jumat, 27 Maret 2015


Seniman Foley



16:7 Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.


16:8 Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman;


16:9 akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku;


16:10 akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi;


16:11 akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.


16:12 Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.


16:13 Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.


16:14 Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.


16:15 Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku."



Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang. —2 Korintus 11:14


Seniman Foley


Kreezz, kreezz. Wuuss! Pada masa industri perfilman baru berkembang, para seniman Foley menciptakan bunyi-bunyian untuk mendukung adegan dalam cerita. Mereka meremas kantong kulit yang penuh berisi tepung maizena untuk menghasilkan bunyi salju berderak, menggoyangkan sepasang sarung tangan untuk mendapat bunyi yang mirip kepakan sayap burung, dan mengibaskan sebilah tongkat tipis untuk menghasilkan suara hembusan. Agar film yang dibuat sedekat mungkin dengan kenyataan, para seniman itu menggunakan teknik-teknik kreatif untuk menghasilkan bunyi tiruan.


Sama seperti bunyi, berita juga dapat ditiru. Satu teknik yang paling sering digunakan Iblis adalah meniru berita dengan cara yang berbahaya secara rohani. Paulus memperingatkan dalam 2 Korintus 11:13-14, “Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang.” Ia memperingatkan kita tentang guru-guru palsu yang menyelewengkan perhatian kita dari Yesus Kristus dan kabar baik tentang anugerah-Nya.


Yesus mengatakan bahwa salah satu tujuan Roh Kudus tinggal di dalam hidup kita adalah supaya “apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin [kita] ke dalam seluruh kebenaran” (Yoh. 16:13). Dengan pertolongan dan tuntunan Roh Kudus, kita dapat menemukan jaminan kebenaran sejati di tengah dunia yang marak dengan berita-berita palsu. —Bill Crowder


Kami memerlukan-Mu, Roh Kudus, untuk menolong kami membedakan yang benar dan yang salah. Kami dapat dengan mudah diperdaya oleh orang lain atau bahkan oleh hati kami sendiri. Kiranya kami terbuka untuk belajar dari-Mu dan tidak mudah disesatkan.


Roh Kudus adalah Guru yang senantiasa hadir dalam hidup kita.


Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-Hakim 1-3; Lukas 4:1-30


Photo credit: European Southern Observatory / Foter / CC BY


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Seniman Foley


Kreezz, kreezz. Wuuss! Pada masa industri perfilman baru berkembang, para seniman Foley menciptakan bunyi-bunyian untuk mendukung adegan dalam cerita. Mereka meremas kantong kulit yang penuh berisi tepung maizena untuk menghasilkan bunyi salju berderak, menggoyangkan sepasang sarung tangan untuk mendapat bunyi yang mirip kepakan sayap burung, dan mengibaskan sebilah tongkat tipis untuk menghasilkan suara hembusan. Agar film yang dibuat sedekat mungkin dengan kenyataan, para seniman itu menggunakan teknik-teknik kreatif untuk menghasilkan bunyi tiruan.


Sama seperti bunyi, berita juga dapat ditiru. Satu teknik yang paling sering digunakan Iblis adalah meniru berita dengan cara yang berbahaya secara rohani. Paulus memperingatkan dalam 2 Korintus 11:13-14, “Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang.” Ia memperingatkan kita tentang guru-guru palsu yang menyelewengkan perhatian kita dari Yesus Kristus dan kabar baik tentang anugerah-Nya.


Yesus mengatakan bahwa salah satu tujuan Roh Kudus tinggal di dalam hidup kita adalah supaya “apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin [kita] ke dalam seluruh kebenaran” (Yoh. 16:13). Dengan pertolongan dan tuntunan Roh Kudus, kita dapat menemukan jaminan kebenaran sejati di tengah dunia yang marak dengan berita-berita palsu.



Kami memerlukan-Mu, Roh Kudus, untuk menolong kami membedakan yang benar dan yang salah. Kami dapat dengan mudah diperdaya oleh orang lain atau bahkan oleh hati kami sendiri. Kiranya kami terbuka untuk belajar dari-Mu dan tidak mudah disesatkan.


Roh Kudus adalah Guru yang senantiasa hadir dalam hidup kita.






from Santapan Rohani http://ift.tt/1FM5Coe

via IFTTT

Rabu, 25 Maret 2015

Pilihan yang Pasti


Ayah saya dahulu pernah menyembah dewa-dewa leluhur. Pernyataannya di penghujung hidupnya berikut ini sungguh luar biasa: “Ketika aku mati,” ucapnya dengan susah payah, “jangan ada yang melakukan sesuatu selain yang akan dilakukan oleh gereja. Tak perlu ramalan, tak perlu pengorbanan bagi leluhur, tak perlu macam-macam ritual. Hidupku ada di tangan Yesus Kristus, begitu juga kematianku.”


Ayah saya memilih untuk mengikut Kristus ketika ia mengundang Yesus untuk menjadi Juruselamat di masa tuanya. Teman-teman seusianya suka mengejeknya: “Orang tua seperti dirimu seharusnya tidak pantas pergi ke gereja!” Namun pilihan ayah saya untuk mengikut dan menyembah Allah yang sejati sudah bulat, sama seperti pilihan orang-orang yang ditantang oleh Yosua.


“Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah,” tantang Yosua. “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!” (24:15). Tanggapan mereka sangat tegas—mereka pun memilih untuk menyembah Tuhan. Bahkan setelah Yosua memperingatkan mereka akan konsekuensi pilihan tersebut (ay.19-20), mereka tetap bertekad untuk mengikut Tuhan, dengan mengingat akan pembebasan, pemeliharaan, dan perlindungan-Nya atas mereka (ay. 16-17, 21).


Namun, pilihan bulat itu menuntut tindakan yang sama tegasnya, sebagaimana diingatkan Yosua dengan keras kepada mereka, “Maka sekarang, jauhkanlah allah asing . . . dan condongkanlah hatimu kepada Tuhan” (ay.23). Sudahkah Anda mengambil pilihan untuk menjalani hidup bagi Allah?



Tuhan, ajarku arti memilih untuk total mengikut Engkau. Aku mau perkataan, tindakan, tingkah lakuku menunjukkan kasihku yang tulus kepada-Mu dari lubuk hatiku. Engkau layak menerima jauh melebihi apa pun yang dapat kulakukan.


Pilihan yang bulat menuntut tindakan yang tegas.






from Santapan Rohani http://ift.tt/18XqI4W

via IFTTT

Selasa, 24 Maret 2015

Jam Allah Selalu Tepat


Saya sesekali pergi mengunjungi dua wanita lansia. Yang seorang sama sekali tidak memiliki masalah keuangan, sangat sehat untuk ukuran wanita seusianya, dan tinggal di rumahnya sendiri. Namun ia selalu mempunyai komentar yang negatif terhadap apa saja. Wanita yang satu lagi mengalami kelumpuhan akibat penyakit artritis dan agak pelupa. Ia tinggal di tempat sederhana dan mempunyai buku agenda agar ia tidak lupa dengan janji-janji yang dibuatnya. Namun kepada setiap orang yang mengunjungi apartemen mungilnya, komentar pertamanya selalu sama, “Allah begitu baik kepadaku.” Di kunjungan terakhir saya, saat menyerahkan buku agenda itu kepadanya, saya melihat bahwa pada hari sebelumnya ia telah menulis, “Besok makan siang di luar! Asyik! Satu lagi hari yang menyenangkan.”


Hana adalah seorang nabi perempuan pada masa kelahiran Yesus yang sudah sangat lanjut usia (Luk. 2:36-37). Menjanda di usia muda dan kemungkinan tidak mempunyai anak, Hana mungkin pernah merasa tidak berguna dan melarat. Namun ia tetap berfokus kepada Allah dan setia melayani-Nya. Ia merindukan Mesias, tetapi dalam penantiannya, ia tekun beribadah kepada Allah—berdoa, berpuasa, dan mengajarkan kepada orang lain semua yang dipelajarinya dari Allah.


Akhirnya hari yang istimewa pun tiba, ketika di usianya yang ke-80, ia melihat sang bayi Mesias di dalam pelukan ibu-Nya yang masih muda. Kesabaran Hana dalam menanti akhirnya membuahkan hasil. Hatinya meluap dengan sukacita sehingga ia memuji Allah dan kemudian menyampaikan berita sukacita itu kepada sesamanya.



Tuhan, aku tak ingin mengeluh lagi. Aku ingin menjadi orang yang melimpah dengan syukur atas kehadiran orang lain dan kehadiran-Mu. Kiranya aku menerima apa pun yang Engkau berikan sesuai dengan waktu-Mu. Tolonglah aku untuk memulainya hari ini.


Memang tidak mudah menyandingkan rencana Allah dengan rencana kita. Namun ketika keduanya menyatu, itulah pengalaman yang terbaik.






from Santapan Rohani http://ift.tt/1HxxTMo

via IFTTT

Jam Allah Selalu Tepat

Info

Rabu, 25 Maret 2015


Jam Allah Selalu Tepat



2:36 Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya,


2:37 dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.


2:38 Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.


2:39 Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea.


2:40 Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.



Pada ketika itu juga datanglah ia ke situ . . . dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. —Lukas 2:38


Jam Allah Selalu Tepat


Saya sesekali pergi mengunjungi dua wanita lansia. Yang seorang sama sekali tidak memiliki masalah keuangan, sangat sehat untuk ukuran wanita seusianya, dan tinggal di rumahnya sendiri. Namun ia selalu mempunyai komentar yang negatif terhadap apa saja. Wanita yang satu lagi mengalami kelumpuhan akibat penyakit artritis dan agak pelupa. Ia tinggal di tempat sederhana dan mempunyai buku agenda agar ia tidak lupa dengan janji-janji yang dibuatnya. Namun kepada setiap orang yang mengunjungi apartemen mungilnya, komentar pertamanya selalu sama, “Allah begitu baik kepadaku.” Di kunjungan terakhir saya, saat menyerahkan buku agenda itu kepadanya, saya melihat bahwa pada hari sebelumnya ia telah menulis, “Besok makan siang di luar! Asyik! Satu lagi hari yang menyenangkan.”


Hana adalah seorang nabi perempuan pada masa kelahiran Yesus yang sudah sangat lanjut usia (Luk. 2:36-37). Menjanda di usia muda dan kemungkinan tidak mempunyai anak, Hana mungkin pernah merasa tidak berguna dan melarat. Namun ia tetap berfokus kepada Allah dan setia melayani-Nya. Ia merindukan Mesias, tetapi dalam penantiannya, ia tekun beribadah kepada Allah—berdoa, berpuasa, dan mengajarkan kepada orang lain semua yang dipelajarinya dari Allah.


Akhirnya hari yang istimewa pun tiba, ketika di usianya yang ke-80, ia melihat sang bayi Mesias di dalam pelukan ibu-Nya yang masih muda. Kesabaran Hana dalam menanti akhirnya membuahkan hasil. Hatinya meluap dengan sukacita sehingga ia memuji Allah dan kemudian menyampaikan berita sukacita itu kepada sesamanya. —Marion Stroud


Tuhan, aku tak ingin mengeluh lagi. Aku ingin menjadi orang yang melimpah dengan syukur atas kehadiran orang lain dan kehadiran-Mu. Kiranya aku menerima apa pun yang Engkau berikan sesuai dengan waktu-Mu. Tolonglah aku untuk memulainya hari ini.


Memang tidak mudah menyandingkan rencana Allah dengan rencana kita. Namun ketika keduanya menyatu, itulah pengalaman yang terbaik.


Bacaan Alkitab Setahun: Yosua 19-21; Lukas 2:25-52


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Senin, 23 Maret 2015

Percaya Saja


Ketika anak-anak kami masih kecil, membawa mereka ke dokter adalah pengalaman yang menarik. Ruang tunggu dokter itu dipenuhi mainan yang bisa mereka mainkan dan majalah anak-anak yang suka saya bacakan untuk mereka. Sampai di situ tidak ada masalah. Namun begitu saya menggendong mereka masuk ke kamar praktek dokter, segalanya berubah. Keceriaan tiba-tiba berubah menjadi ketakutan, apalagi ketika perawat mendekati mereka dengan jarum suntik. Semakin dekat langkah si perawat, semakin erat mereka memeluk saya. Mereka memeluk saya dengan erat untuk mendapat kelegaan, atau mungkin mereka berharap tidak perlu disuntik, tanpa menyadari bahwa suntikan itu sebenarnya untuk kebaikan mereka sendiri.


Terkadang dalam dunia yang telah jatuh dalam dosa ini, kita silih berganti mengalami masa yang damai dan tenang menjadi masa yang menyakitkan dan penuh pergumulan. Pada saat itulah, kita bertanya, “Bagaimana seharusnya saya menanggapi semua ini?” Kita bisa merasa takut dan bertanya-tanya mengapa Allah membiarkan hal itu menimpa kita. Atau sebaliknya, kita dapat meyakini bahwa di tengah masalah tersebut, Allah sedang melakukan sesuatu yang pada akhirnya adalah untuk kebaikan kita juga, walaupun itu terasa menyakitkan. Kiranya kita juga mengingat perkataan yang ditulis sang pemazmur, “Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu” (Mzm. 56:4).


Seperti anak-anak saya, semakin sulit keadaannya, semakin erat kita harus bergantung kepada-Nya. Percayalah kepada-Nya. Kasih-Nya tidak pernah berkesudahan!



Datanglah segera, Tuhan, untuk menolongku. Ajarku untuk mempercayai-Mu di masa-masa sulit. Ingatkan aku akan kehadiran-Mu dan pada kenyataan bahwa Engkau memegangku dengan erat dalam tangan kasih-Mu.


Bergantunglah kepada Bapa di surga; Dialah satu-satunya harapan Anda.






from Santapan Rohani http://ift.tt/1bonxEP

via IFTTT

Percaya Saja

Info

Selasa, 24 Maret 2015


KomikStrip-WarungSaTeKaMu-20150324-Percaya-Saja



56:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Merpati di pohon-pohon tarbantin yang jauh. Miktam dari Daud, ketika orang Filistin menangkap dia di Gat.


56:2 Kasihanilah aku, ya Allah, sebab orang-orang menginjak-injak aku, sepanjang hari orang memerangi dan mengimpit aku!


56:3 Seteru-seteruku menginjak-injak aku sepanjang hari, bahkan banyak orang yang memerangi aku dengan sombong.


56:4 Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu;


56:5 kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?


56:6 Sepanjang hari mereka mengacaukan perkaraku; mereka senantiasa bermaksud jahat terhadap aku.


56:7 Mereka mau menyerbu, mereka mengintip, mengamat-amati langkahku, seperti orang-orang yang ingin mencabut nyawaku.


56:8 Apakah mereka dapat luput dengan kejahatan mereka? Runtuhkanlah bangsa-bangsa dengan murka-Mu, ya Allah!


56:9 Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan?


56:10 Maka musuhku akan mundur pada waktu aku berseru; aku yakin, bahwa Allah memihak kepadaku.


56:11 Kepada Allah, firman-Nya kupuji, kepada TUHAN, firman-Nya kupuji,


56:12 kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?


56:13 Nazarku kepada-Mu, ya Allah, akan kulaksanakan, dan korban syukur akan kubayar kepada-Mu.


56:14 Sebab Engkau telah meluputkan aku dari pada maut, bahkan menjaga kakiku, sehingga tidak tersandung; maka aku boleh berjalan di hadapan Allah dalam cahaya kehidupan.



Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu. —Mazmur 56:4


Percaya Saja


Ketika anak-anak kami masih kecil, membawa mereka ke dokter adalah pengalaman yang menarik. Ruang tunggu dokter itu dipenuhi mainan yang bisa mereka mainkan dan majalah anak-anak yang suka saya bacakan untuk mereka. Sampai di situ tidak ada masalah. Namun begitu saya menggendong mereka masuk ke kamar praktek dokter, segalanya berubah. Keceriaan tiba-tiba berubah menjadi ketakutan, apalagi ketika perawat mendekati mereka dengan jarum suntik. Semakin dekat langkah si perawat, semakin erat mereka memeluk saya. Mereka memeluk saya dengan erat untuk mendapat kelegaan, atau mungkin mereka berharap tidak perlu disuntik, tanpa menyadari bahwa suntikan itu sebenarnya untuk kebaikan mereka sendiri.


Terkadang dalam dunia yang telah jatuh dalam dosa ini, kita silih berganti mengalami masa yang damai dan tenang menjadi masa yang menyakitkan dan penuh pergumulan. Pada saat itulah, kita bertanya, “Bagaimana seharusnya saya menanggapi semua ini?” Kita bisa merasa takut dan bertanya-tanya mengapa Allah membiarkan hal itu menimpa kita. Atau sebaliknya, kita dapat meyakini bahwa di tengah masalah tersebut, Allah sedang melakukan sesuatu yang pada akhirnya adalah untuk kebaikan kita juga, walaupun itu terasa menyakitkan. Kiranya kita juga mengingat perkataan yang ditulis sang pemazmur, “Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu” (Mzm. 56:4).


Seperti anak-anak saya, semakin sulit keadaannya, semakin erat kita harus bergantung kepada-Nya. Percayalah kepada-Nya. Kasih-Nya tidak pernah berkesudahan! —Joe Stowell


Datanglah segera, Tuhan, untuk menolongku. Ajarku untuk mempercayai-Mu di masa-masa sulit. Ingatkan aku akan kehadiran-Mu dan pada kenyataan bahwa Engkau memegangku dengan erat dalam tangan kasih-Mu.


Bergantunglah kepada Bapa di surga; Dialah satu-satunya harapanmu.


Bacaan Alkitab Setahun: Yosua 16-18; Lukas 2:1-24


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Komik Kamu, Komik Strip, Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Minggu, 22 Maret 2015

Cermin Pemantul

Info

Senin, 23 Maret 2015


Cermin Pemantul



1:1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.


1:2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.


1:3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.


1:4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.


1:5 Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.


1:6 Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes;


1:7 ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya.


1:8 Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu.


1:9 Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.



Ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. —Yohanes 1:7


Cermin Pemantul


Desa Rjukan yang kecil dan nyaman di Norwegia adalah wilayah yang menyenangkan untuk ditinggali—kecuali sepanjang hari-harinya yang gelap di musim dingin. Terletak di lembah pada kaki Gunung Gaustatoppen yang menjulang, desa ini tidak menerima pancaran sinar matahari secara langsung selama hampir setengah tahun. Warga sudah lama mempertimbangkan gagasan untuk menempatkan sejumlah cermin di puncak gunung untuk memantulkan sinar matahari. Namun konsep itu baru dapat direalisasikan akhir-akhir ini. Pada tahun 2005, seorang seniman lokal memulai proyek yang dinamai Proyek Cermin untuk mengumpulkan orang-orang yang bisa mengubah gagasan itu menjadi kenyataan. Delapan tahun kemudian, pada Oktober 2013, cermin-cermin tersebut mulai beroperasi. Warga pun memadati alun-alun kota untuk menikmati sinar matahari yang dipantulkan.


Dari perspektif rohani, sebagian besar dunia ini mirip dengan desa Rjukan—ada segunung masalah yang menghalangi pancaran terang Yesus. Namun Allah secara strategis menempatkan anak-anak-Nya untuk berperan sebagai pemantul terang-Nya. Salah satunya adalah Yohanes Pembaptis yang datang “untuk memberi kesaksian tentang terang itu”, yaitu Yesus yang memberikan terang “untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut” (Yoh. 1:7, Luk. 1:79).


Sama seperti sinar matahari berperan penting bagi kesehatan emosi dan fisik manusia, demikian juga pancaran terang Yesus berperan penting bagi kesehatan rohani manusia. Syukurlah, setiap orang percaya berada dalam posisi yang tepat untuk memantulkan terang-Nya agar menembus tempat-tempat gelap di dunia. —Julie Ackerman Link


Bapa terkasih, tolong aku untuk memantulkan terang-Mu ke dunia di sekitarku hari ini. Kiranya segala perkataan dan perbuatanku dapat menjadi saksi terang dan kebenaran-Mu. Kiranya orang lain melihat betapa menakjubkannya diri-Mu.


Dunia yang terperangkap di dalam gelap membutuhkan terang Yesus.


Bacaan Alkitab Setahun: Yosua 13-15; Lukas 1:57-80


Photo credit: rishibando / Foter / CC BY-NC


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari