Kamis, 31 Desember 2009

New Dawn, New Hope

Ayat bacaan: Ratapan 3:23
======================
"selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"

tahun baru 2010, harapan baru, janji TuhanBegitu cepatnya waktu berlalu. Ini adalah hari terakhir tahun 2009, dan besok kita akan disambut sinar mentari pagi di tahun 2010. Bagaimana pandangan anda menyambut tahun yang baru? Tahun 2009 dimulai dalam kondisi yang sulit. Krisis global menimpa dunia. Banyak perusahaan besar yang tadinya dianggap sangat kuat ternyata tumbang. Banyak orang yang semakin kesulitan dalam hidup yang terus semakin berat. Harga meningkat naik sementara pendapatan masih sama, jika tidak menurun. Dan itu berlanjut sepanjang tahun 2009. Berkaca dari pengalaman sepanjang tahun 2009, mungkin mudah bagi kita untuk berkata bahwa 2010 tidak akan menjadi lebih baik malah kemungkinan besar akan semakin sulit. Apakah anda berpikir seperti itu? Jika ya, berhentilah segera. Pikiran pesimis seperti itu bukanlah realita karena kita belum bisa melihat apa yang terjadi di depan. Pikiran seperti itu hanyalah akan membuat kita menjadi lemah, akan menyurutkan semangat kita dan akhirnya kehilangan sukacita. Bentuk pandangan demikian tidak akan membawa manfaat apapun yang baik buat kita. Hari ini saya diingatkan oleh sebuah ayat yang sungguh sangat indah. "selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"(Ratapan 3:23).

The new dawn is coming. Pagi nanti ketika kita membuka mata, kita akan disambut oleh secercah cahaya matahari di tahun yang baru. Bagi saya, tahun baru adalah awal yang baru. New dawn, new hope. Mengapa demikian? Sebab Tuhan sendiri menjanjikan bahwa kasih setia Tuhan, His compassion, mercy and loving-kindness, akan selalu baru setiap pagi. His tender compassions never fail, always more than enough for us all. Bersama terbitnya matahari pagi Tuhan menyapa kita dengan kasih setia dan rahmatNya yang melimpah. Dan itu terus Dia lakukan setiap pagi tanpa henti. Jika demikian, mengapa kita harus takut menatap datangnya tahun yang baru? Kasih Tuhan yang baru akan pula menyertai kita memasuki tahun yang baru ini.

Apa yang membuat kita gampang patah semangat sesungguhnya adalah ketika kita mengarahkan pandangan hanya kepada hal-hal buruk yang terjadi sepanjang tahun kemarin. Jika kita terus mengisi pikiran kita dengan hal-hal buruk seperti itu, tidaklah heran jika kita akan khawatir pula memasuki tahun yang baru. Padahal Tuhan sudah mengingatkan kita sebaliknya, agar selalu memusatkan pikiran kepada "semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji." (Filipi 4:8). Tapi seringkali kita lebih suka menenggelamkan diri kita kepada hal-hal yang akan mudah menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan dalam hidup kita. Seringkali orang akan lebih mudah untuk melihat hal negatif sebaliknya sulit menangkap hal positif dari apapun yang mereka lihat, alami atau rasakan. Jauh sebelumnya Tuhan sudah mengingatkan bahwa "orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan." (2 Timotius 3:13). Dunia pada kenyataannya memang akan semakin sulit dan semakin jahat. Dan jika kita berhenti sampai disitu, memusatkan pikiran kita kepada semua itu, maka ketakutanlah yang akan menguasai kita. Jika anda terus membaca berita-berita kriminal, ekonomi dan lainnya yang cenderung negatif, mengapa tidak menggantinya dengan membaca firman Tuhan yang mengandung kebenaran dan keselamatan?

Pemazmur sudah mengetahui kuncinya sejak dahulu kala. "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku." (Mazmur 62:2). Pemazmur kemudian melanjutkan "Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku." (ay 6). Kita hanya bisa tenang ketika kita dekat dengan Allah, sebab dariNyalah keselamatan dan harapan itu datang. Bukan dari kehebatan, kekuatan atau ketangguhan diri kita sendiri. Karena semua itu berasal dari Tuhan, jelas kita harus dekat kepadaNya agar bisa terus meletakkan harapan dan keselamatan, dan bisa hidup tenang meski situasi di dunia semakin sulit. Dunia boleh gonjang ganjing, tapi Tuhan akan bertindak seperti gunung batu dan keselamatan, kota benteng dan perlindungan. Rock and Salvation, Defense and Fortress, sehingga kita tidak akan goyah. (ay 7). Pemazmur tahu itu. Dan ia mengingatkan kita "Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita." (ay 9).

Memasuki tahun yang baru, mulailah merubah pola hidup sejak sekarang. Mendekatlah lebih lagi kepada Tuhan, Sang Pemberi segalanya. Luangkan waktu yang cukup untuk bersekutu denganNya, mendengar suaraNya dan menikmati hadiratNya yang kudus. Jangan malah sebaliknya, semakin mati-matian berjuang dengan kekuatan sendiri dan menomorduakan hubungan dengan Tuhan karena terlalu sibuk dan tidak lagi punya waktu. Jika Pemazmur dahulu kala sudah mengetahui kuncinya, hari ini kita pun bisa menikmati apa yang ia nikmati pada masa itu dengan kunci yang sama pula. Sebab sesungguhnya Tuhan tidak pernah berubah. Dia selalu sama dulu, sekarang dan sampai selamanya. (Ibrani 13:8). Dan inilah kata Pemazmur: "Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun." (Mazmur 100:5). Ya, Tuhan itu baik dan setia dari generasi ke generasi. Jika Pemazmur mengalaminya, kita pun bisa mengalaminya hari ini.

Sekalipun hidup menjadi lebih sulit kelak, itu bukan berarti bahwa kita harus kehilangan sukacita maupun kedamaian kita. Kuncinya, dekatlah senantiasa dengan Tuhan. "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut;sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya. Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai. Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang pagi. Bangsa-bangsa ribut, kerajaan-kerajaan goncang, Ia memperdengarkan suara-Nya, dan bumipun hancur. TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub." (Mazmur 46:2-8). Bumi boleh jungkir balik, dunia boleh terguncang dan bergejolak, namun Tuhan menjanjikan bahwa siapapun yang berada dekat dengan Allah tidak akan terguncangkan. Dan ini janji Tuhan. Apa yang kita terima sebagai anugerah dari Tuhan sesungguhnya adalah kerajaan yang tidak tergoncangkan. "Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut." (Ibrani 12:28).

Mari kita sambut tahun yang baru dengan penuh ucapan syukur. Mari kita songsong hari depan yang penuh harapan. Mari kita bersukacita menyambut datangnya hari baru, dimana berkat Tuhan yang baru pagi nanti pun tercurah buat kita semua. Buanglah semua rasa pesimis, khawatir, ragu atau takut untuk memasuki tahun yang baru dan gantilah dengan kepercayaan penuh dengan janji-janji Tuhan. Teruslah lebih dekat padaNya dan terimalah pertolongan dan keselamatan seperti yang telah Dia janjikan kepada kita semua. Selamat Tahun Baru buat teman-teman semua, Tuhan akan selalu bersama anda dengan kasih setiaNya.

New dawn, new hope, with God's loving kindness and compassions that are always new every morning

New Dawn, New Hope

Ayat bacaan: Ratapan 3:23
======================
"selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"

tahun baru 2010, harapan baru, janji TuhanBegitu cepatnya waktu berlalu. Ini adalah hari terakhir tahun 2009, dan besok kita akan disambut sinar mentari pagi di tahun 2010. Bagaimana pandangan anda menyambut tahun yang baru? Tahun 2009 dimulai dalam kondisi yang sulit. Krisis global menimpa dunia. Banyak perusahaan besar yang tadinya dianggap sangat kuat ternyata tumbang. Banyak orang yang semakin kesulitan dalam hidup yang terus semakin berat. Harga meningkat naik sementara pendapatan masih sama, jika tidak menurun. Dan itu berlanjut sepanjang tahun 2009. Berkaca dari pengalaman sepanjang tahun 2009, mungkin mudah bagi kita untuk berkata bahwa 2010 tidak akan menjadi lebih baik malah kemungkinan besar akan semakin sulit. Apakah anda berpikir seperti itu? Jika ya, berhentilah segera. Pikiran pesimis seperti itu bukanlah realita karena kita belum bisa melihat apa yang terjadi di depan. Pikiran seperti itu hanyalah akan membuat kita menjadi lemah, akan menyurutkan semangat kita dan akhirnya kehilangan sukacita. Bentuk pandangan demikian tidak akan membawa manfaat apapun yang baik buat kita. Hari ini saya diingatkan oleh sebuah ayat yang sungguh sangat indah. "selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"(Ratapan 3:23).

The new dawn is coming. Pagi nanti ketika kita membuka mata, kita akan disambut oleh secercah cahaya matahari di tahun yang baru. Bagi saya, tahun baru adalah awal yang baru. New dawn, new hope. Mengapa demikian? Sebab Tuhan sendiri menjanjikan bahwa kasih setia Tuhan, His compassion, mercy and loving-kindness, akan selalu baru setiap pagi. His tender compassions never fail, always more than enough for us all. Bersama terbitnya matahari pagi Tuhan menyapa kita dengan kasih setia dan rahmatNya yang melimpah. Dan itu terus Dia lakukan setiap pagi tanpa henti. Jika demikian, mengapa kita harus takut menatap datangnya tahun yang baru? Kasih Tuhan yang baru akan pula menyertai kita memasuki tahun yang baru ini.

Apa yang membuat kita gampang patah semangat sesungguhnya adalah ketika kita mengarahkan pandangan hanya kepada hal-hal buruk yang terjadi sepanjang tahun kemarin. Jika kita terus mengisi pikiran kita dengan hal-hal buruk seperti itu, tidaklah heran jika kita akan khawatir pula memasuki tahun yang baru. Padahal Tuhan sudah mengingatkan kita sebaliknya, agar selalu memusatkan pikiran kepada "semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji." (Filipi 4:8). Tapi seringkali kita lebih suka menenggelamkan diri kita kepada hal-hal yang akan mudah menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan dalam hidup kita. Seringkali orang akan lebih mudah untuk melihat hal negatif sebaliknya sulit menangkap hal positif dari apapun yang mereka lihat, alami atau rasakan. Jauh sebelumnya Tuhan sudah mengingatkan bahwa "orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan." (2 Timotius 3:13). Dunia pada kenyataannya memang akan semakin sulit dan semakin jahat. Dan jika kita berhenti sampai disitu, memusatkan pikiran kita kepada semua itu, maka ketakutanlah yang akan menguasai kita. Jika anda terus membaca berita-berita kriminal, ekonomi dan lainnya yang cenderung negatif, mengapa tidak menggantinya dengan membaca firman Tuhan yang mengandung kebenaran dan keselamatan?

Pemazmur sudah mengetahui kuncinya sejak dahulu kala. "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku." (Mazmur 62:2). Pemazmur kemudian melanjutkan "Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku." (ay 6). Kita hanya bisa tenang ketika kita dekat dengan Allah, sebab dariNyalah keselamatan dan harapan itu datang. Bukan dari kehebatan, kekuatan atau ketangguhan diri kita sendiri. Karena semua itu berasal dari Tuhan, jelas kita harus dekat kepadaNya agar bisa terus meletakkan harapan dan keselamatan, dan bisa hidup tenang meski situasi di dunia semakin sulit. Dunia boleh gonjang ganjing, tapi Tuhan akan bertindak seperti gunung batu dan keselamatan, kota benteng dan perlindungan. Rock and Salvation, Defense and Fortress, sehingga kita tidak akan goyah. (ay 7). Pemazmur tahu itu. Dan ia mengingatkan kita "Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita." (ay 9).

Memasuki tahun yang baru, mulailah merubah pola hidup sejak sekarang. Mendekatlah lebih lagi kepada Tuhan, Sang Pemberi segalanya. Luangkan waktu yang cukup untuk bersekutu denganNya, mendengar suaraNya dan menikmati hadiratNya yang kudus. Jangan malah sebaliknya, semakin mati-matian berjuang dengan kekuatan sendiri dan menomorduakan hubungan dengan Tuhan karena terlalu sibuk dan tidak lagi punya waktu. Jika Pemazmur dahulu kala sudah mengetahui kuncinya, hari ini kita pun bisa menikmati apa yang ia nikmati pada masa itu dengan kunci yang sama pula. Sebab sesungguhnya Tuhan tidak pernah berubah. Dia selalu sama dulu, sekarang dan sampai selamanya. (Ibrani 13:8). Dan inilah kata Pemazmur: "Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun." (Mazmur 100:5). Ya, Tuhan itu baik dan setia dari generasi ke generasi. Jika Pemazmur mengalaminya, kita pun bisa mengalaminya hari ini.

Sekalipun hidup menjadi lebih sulit kelak, itu bukan berarti bahwa kita harus kehilangan sukacita maupun kedamaian kita. Kuncinya, dekatlah senantiasa dengan Tuhan. "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut;sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya. Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai. Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang pagi. Bangsa-bangsa ribut, kerajaan-kerajaan goncang, Ia memperdengarkan suara-Nya, dan bumipun hancur. TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub." (Mazmur 46:2-8). Bumi boleh jungkir balik, dunia boleh terguncang dan bergejolak, namun Tuhan menjanjikan bahwa siapapun yang berada dekat dengan Allah tidak akan terguncangkan. Dan ini janji Tuhan. Apa yang kita terima sebagai anugerah dari Tuhan sesungguhnya adalah kerajaan yang tidak tergoncangkan. "Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut." (Ibrani 12:28).

Mari kita sambut tahun yang baru dengan penuh ucapan syukur. Mari kita songsong hari depan yang penuh harapan. Mari kita bersukacita menyambut datangnya hari baru, dimana berkat Tuhan yang baru pagi nanti pun tercurah buat kita semua. Buanglah semua rasa pesimis, khawatir, ragu atau takut untuk memasuki tahun yang baru dan gantilah dengan kepercayaan penuh dengan janji-janji Tuhan. Teruslah lebih dekat padaNya dan terimalah pertolongan dan keselamatan seperti yang telah Dia janjikan kepada kita semua. Selamat Tahun Baru buat teman-teman semua, Tuhan akan selalu bersama anda dengan kasih setiaNya.

New dawn, new hope, with God's loving kindness and compassions that are always new every morning

Rabu, 30 Desember 2009

Ketika Semua Orang Menahan Anda

Empat puluh hari setelah Yesus di cobai di padang gurun oleh iblis, Dia memulai pelayanannya. Di kota bernama Kapernaum ini Yesus melakukan berbagai mukjizat dan juga mengajar dengan penuh kuasa. Orang-orang Kapernaum begitu terpukau oleh-nya, sehingga ingin menahannya agar berada lebih lama di kota itu. Tapi apakah jawab Yesus?

Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus." (Lukas 4:43).

Yesus melawan arus, Dia menolak apa yang diinginkan oleh orang banyak karena Dia tahu pasti apa yang menjadi tujuan hidupnya. Dia sedang mengemban tugas yang sangat penting, sehingga Dia tidak bisa membiarkan sesuatupun menghalangi untuk menggenapi rencana Bapa-Nya.

Bukankah Anda bersyukur Dia membuat pilihan itu? Apa jadinya jika Dia tetap berada di Kapernaum? Mungkin Dia tidak pernah menemui murid-muridnya, atau mungkin tidak pernah ada karya salib. Namun tidak, Yesus tahu prioritasnya. Dia mengasihi orang-orang Kapernaum, namun Dia tahu tujuan yang lebih besar telah menantinya. Mungkin Dia berkata, "Menurutku tujuanku adalah menyelamatkan seluruh dunia, dan salib adalah tujuan hidupku. Tetapi seluruh kota ini memintaku untuk tinggal di Kapernaum. Apakah mungkin semua orang ini salah?"

Ya... orang-orang itu salah. Yesus menolak sesuatu yang baik agar Dia bisa melakukan hal yang benar. Dia menggenapi panggilan-Nya, Kayu Salib.

Dua hari menjelang tahun baru ini, apakah Anda mengalami hal yang sama seperti yang Yesus alami. Adakah hal-hal baik yang menahan Anda untuk melangkah maju? Jika "Ya" adalah jawaban Anda. Lakukan seperti yang Yesus lakukan. Tolaklah, dan lakukanlah yang benar. Genapi panggilan Anda! Genapi rancangan yang telah Tuhan tetapkan bagi Anda.

Hal yang baik, tidaklah selalu merupakan hal yang benar untuk dilakukan. Salib sepertinya adalah sesuatu yang buruk bagi semua orang saat itu, namun Yesus tahu pasti panggilan-Nya. Dia terus maju. Bagaimana dengan Anda? Siapkah Anda menuju salib Anda sendiri. Sebuah panggilan sorgawi yang hanya Anda bisa menggenapinya bahkan saat semua orang berusaha menahan Anda untuk melakukan sesuatu yang baik bersama mereka. Maukah Anda meninggalkan mereka? Ingatlah, jawaban Anda hari ini akan berdampak atas masa depan yang akan Anda jalani di tahun 2010 nanti.

1 Jan - Bil 6:22-27; Gal 4:4-7; Luk 2:16-21


"Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya".

HR SP MARIA BUNDA ALLAH: Bil 6:22-27; Gal 4:4-7; Luk 2:16-21


Pertama-tama saya ucapkan 'SELAMAT TAHUN BARU 2010'; marilah kita masuki Tahun Baru ini dengan semangat baru. Hari ini juga "Hari Perdamaian Sedunia", dan bagi anggota Serikat Yesus merupakan hari "Pesta Nama". Dalam "Hari Perdamaian Sedunia" ini Paus Benediktus XVI memberi pesan dengan tema "IF YOU WANT TO CULTIVATE PEACE, PROTECT CREATION". Tahun 2010 yang juga disebut 'Tahun Macan', yang juga ditandai dengan 'pemanasan global',  kiranya kita juga akan menghadapi aneka tantangan dan hambatan dalam rangka membudayakan hidup damai maupun melindungi ciptaan Allah di dunia ini. Namun demikian marilah kita bersama-sama, bergotong royong mengusahakan damai maupun pelestarian lingkungan hidup.

 

"Ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya" (Luk 2:21) 

 

"Hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan"(Luk 1:31-33). Nama Yesus telah ditentukan oleh Allah sebelum lahir di dunia ini. Kiranya kita semua juga berbuat yang sama, yaitu mempersiapkan nama bagi anak yang masih berada dalam kandungan maupun nama suatu gedung, paguyuban, dst. sebelum diresmikan atau diberkati. Dalam memilih nama kiranya tidak sembarangan saja, melaikan sungguh dipertimbangkan, direnungkan dan dibicarakan bersama, karena nama mengandung banyak makna dan cita-cita atau harapan. Demikian kiranya nama-nama yang dikenakan pada diri kita masing-masing, maka marilah kita mawas diri perihal nama yang dikenakan pada diri kita: apakah kita setia pada cita-cita atau dambaan yang dibebankan pada diri kita.

 

Bagi kita semua orang Kristen maupun Katolik, dan khususnya rekan-rekan anggota Serikat Yesus, marilah kita mawas diri perihal kekristenan atau kekatolikan kita. Kita semua diharapkan hidup dan bertindak meneladan Yesus maupun dengan menghayati ajaran-ajaran atau sabda-sabdaNya, hidup dan bertindak dirajai atau dikuasai oleh Yesus. Untuk lebih mengenal dan memahami cara bertindak maupun sabda-sabda Yesus, baiklah kita baca dan renungkan apa yang ditulis di dalam Kitab Suci; dengan kata lain kami berharap di tahun 2010, tahun macan, ini kita menggiatkan gerakan pembacaan maupun pendalaman Kitab Suci. Dalam upacara saling menerimakan Sakramen Perkawinan pada umumnya pasangan suami-isteri baru juga dibekali Kitab Suci, Rosario dan Salib, dengan harapan dalam mengarunsi hidup berkeluarga hendaknya tidak melupakan Sabda Tuhan, Bunda Maria maupun Kasih Sejati yang telah dihayati oleh Yang Tersalib. Hemat saya ketika suami-isteri sedini mungkin membiasakan pemfungsian Kitab Suci, Rosario dan Salib, maka hidup berkeluarga akan damai sejahtera, saling mengasihi dan dengan demikian anak-anak yang lahir dan dianugerahkan oleh Tuhan juga akan terbiasa membaca Kitab Suci, berdoa Rosario dan berdevosi kepada Yang Tersalib.

 

Hidup berkeluarga yang saling mengasihi baik dalam untung dan malang, sehat maupun sakit sampai mati, akan membawa keluarga yang bersangkutan ke damai sejati. Dan jika setiap keluarga dapat hidup dalam damai sejati, maka dambaan perdamaian seluruh dunia segera menjadi nyata. Perdamaian Sedunia hemat saya perlu dimulai dan didasari oleh hidup damai sejahtera dalam keluarga-keluarga. Bagi suami-isteri kami harapkan mawas diri perihal nama yang menyatukan mereka berdua, dua nama menjadi satu: apa makna dan dambaan anda berdua? Bagi para anggota Lembaga Hidup Bakti kami harapkan mawas diri perihal nama yang menandai kebersamaan hidup kita, misalnya SJ, MSF, OSF, OSC, PI, OFM , dst.. Sebagaimana keluarga menjadi dasar dan landasan perdamaian sedunia, demikian halnya komunitas-komunitas hidup membiara. Semoga baik dari keluarga-keluarga maupun komunitas biara serta paguyuban-paguyuban tersiarkan damai sejahtera, warta gembira bagi seluruh umat manusia.

 

"Kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah" (Gal 4:7)   

 

Secara manusiawi kita semua pernah menjadi anak, dan dengan demikian juga menjadi ahli waris atau menerima warisan tertentu dari orangtua kita masing-masing. Ketika menjadi tua atau orangtua pada gilirannya harus mewariskan kepada anak-anak atau generasi penerus/generasi muda apa-apa yang mereka butuhkan untuk hidup kini dan masa depan. Sebagai orang beriman kita semua adalah 'anak-anak Allah', yang memperoleh warisan dari Allah, antara lain ciptaan-ciptaanNya yang indah, mulia, luhur dan suci di dunia ini alias lingkungan hidup yang enak, nyaman dan nikmat, mempesona dan memikat. Maka baiklah memasuki dan mengarungi Tahun 2010 ini marilah kita tanggapi ajakan Paus untuk melindungi atau melestarikan ciptaan alias lingkungan hidup.

 

Allah kita adalah Allah Pencipta, maka sebagai anak-anak Allah kita dipanggil untuk berpartisipasi dalam karya PenciptaanNya, termasuk melindungi ciptaan-ciptaanNya. Kita semua kiranya berprihatin dengan adanya 'pemanasan global', yang sedikit banyak pasti akan merusak lingkungan hidup maupun aneka jenis kehidupan di alam raya ini, yang pada gilirannya akan mencelakakan atau menyengsarakan manusia, sebagai ciptaan terluhur dan termulia di dunia ini. Marilah keprihatinan kita terhadap 'pemanasan global' kita wujudkan secara positif dengan gerakan bersama yang bersifat preventif untuk mengurangi 'pemanasan global', antara lain gerakan penanaman pohon-pohon/penghijaun, penghematan enerji, pengurangan berbagai sarana maupun bangunan yang dapat menambah panas bumi dst.. . Yang tidak kalah penting atau yang pertama-tama dan terutama harus menjadi perhatian kita tentu saja manusia, melindungi dan mendampingi manusia agar setia sebagai ciptaan Tuhan terluhur dan termulia di dunia ini.

 

Melindungi manusia sebagai ciptaan terluhur dan termulia berarti mendampingi sebaik mungkin sejak ia masih berada di dalam kandungan sampai lahir dan mati. Dengan kata lain marilah pada tahun 2010 ini kita sungguh lebih menekankan dan mengutamakan 'human investment' daripada 'material investment' . Memang mendidik, mendampingi dan membina manusia/anak-anak tidak mudah, sarat dengan tantangan maupun hambatan serta hal-hal yang sering sulit terpahami. Maka baiklah ketika kita harus menghadapi hal-hal yang sulit dipahami, marilah kita meneladan Bunda Maria, Bunda Allah, Bunda kita, yang "menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya". Dengan kata lain di tahun 2010, tahun macan, yang konon akan ada kemungkinan terjadi banyak konflik, marilah kita lebih banyak berdoa dan merenung alias mempersembahkan apa yang kita alami kepada Tuhan. Marilah kita mendunia dengan iman, berpartisipasi dalam seluk beluk duniawi dalam semangat iman. Marilah kita saling membantu agar kita semua semakin cerdas beriman, sehingga kita bersama-sama dapat mengusahakan perdamaian dunia yang menyelamatkan dan membahagiakan semua orang.

 

"Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu.Tanah telah memberi hasilnya; Allah, Allah kita, memberkati kita. Allah memberkati kita; kiranya segala ujung bumi takut akan Dia!" (Mzm 67:5-8)

Selamat tahun baru 2010

 

Jakarta, 1 Januari 2010   

      


1 Jan - Bil 6:22-27; Gal 4:4-7; Luk 2:16-21


"Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya".

HR SP MARIA BUNDA ALLAH: Bil 6:22-27; Gal 4:4-7; Luk 2:16-21


Pertama-tama saya ucapkan 'SELAMAT TAHUN BARU 2010'; marilah kita masuki Tahun Baru ini dengan semangat baru. Hari ini juga "Hari Perdamaian Sedunia", dan bagi anggota Serikat Yesus merupakan hari "Pesta Nama". Dalam "Hari Perdamaian Sedunia" ini Paus Benediktus XVI memberi pesan dengan tema "IF YOU WANT TO CULTIVATE PEACE, PROTECT CREATION". Tahun 2010 yang juga disebut 'Tahun Macan', yang juga ditandai dengan 'pemanasan global',  kiranya kita juga akan menghadapi aneka tantangan dan hambatan dalam rangka membudayakan hidup damai maupun melindungi ciptaan Allah di dunia ini. Namun demikian marilah kita bersama-sama, bergotong royong mengusahakan damai maupun pelestarian lingkungan hidup.

 

"Ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya" (Luk 2:21) 

 

"Hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan"(Luk 1:31-33). Nama Yesus telah ditentukan oleh Allah sebelum lahir di dunia ini. Kiranya kita semua juga berbuat yang sama, yaitu mempersiapkan nama bagi anak yang masih berada dalam kandungan maupun nama suatu gedung, paguyuban, dst. sebelum diresmikan atau diberkati. Dalam memilih nama kiranya tidak sembarangan saja, melaikan sungguh dipertimbangkan, direnungkan dan dibicarakan bersama, karena nama mengandung banyak makna dan cita-cita atau harapan. Demikian kiranya nama-nama yang dikenakan pada diri kita masing-masing, maka marilah kita mawas diri perihal nama yang dikenakan pada diri kita: apakah kita setia pada cita-cita atau dambaan yang dibebankan pada diri kita.

 

Bagi kita semua orang Kristen maupun Katolik, dan khususnya rekan-rekan anggota Serikat Yesus, marilah kita mawas diri perihal kekristenan atau kekatolikan kita. Kita semua diharapkan hidup dan bertindak meneladan Yesus maupun dengan menghayati ajaran-ajaran atau sabda-sabdaNya, hidup dan bertindak dirajai atau dikuasai oleh Yesus. Untuk lebih mengenal dan memahami cara bertindak maupun sabda-sabda Yesus, baiklah kita baca dan renungkan apa yang ditulis di dalam Kitab Suci; dengan kata lain kami berharap di tahun 2010, tahun macan, ini kita menggiatkan gerakan pembacaan maupun pendalaman Kitab Suci. Dalam upacara saling menerimakan Sakramen Perkawinan pada umumnya pasangan suami-isteri baru juga dibekali Kitab Suci, Rosario dan Salib, dengan harapan dalam mengarunsi hidup berkeluarga hendaknya tidak melupakan Sabda Tuhan, Bunda Maria maupun Kasih Sejati yang telah dihayati oleh Yang Tersalib. Hemat saya ketika suami-isteri sedini mungkin membiasakan pemfungsian Kitab Suci, Rosario dan Salib, maka hidup berkeluarga akan damai sejahtera, saling mengasihi dan dengan demikian anak-anak yang lahir dan dianugerahkan oleh Tuhan juga akan terbiasa membaca Kitab Suci, berdoa Rosario dan berdevosi kepada Yang Tersalib.

 

Hidup berkeluarga yang saling mengasihi baik dalam untung dan malang, sehat maupun sakit sampai mati, akan membawa keluarga yang bersangkutan ke damai sejati. Dan jika setiap keluarga dapat hidup dalam damai sejati, maka dambaan perdamaian seluruh dunia segera menjadi nyata. Perdamaian Sedunia hemat saya perlu dimulai dan didasari oleh hidup damai sejahtera dalam keluarga-keluarga. Bagi suami-isteri kami harapkan mawas diri perihal nama yang menyatukan mereka berdua, dua nama menjadi satu: apa makna dan dambaan anda berdua? Bagi para anggota Lembaga Hidup Bakti kami harapkan mawas diri perihal nama yang menandai kebersamaan hidup kita, misalnya SJ, MSF, OSF, OSC, PI, OFM , dst.. Sebagaimana keluarga menjadi dasar dan landasan perdamaian sedunia, demikian halnya komunitas-komunitas hidup membiara. Semoga baik dari keluarga-keluarga maupun komunitas biara serta paguyuban-paguyuban tersiarkan damai sejahtera, warta gembira bagi seluruh umat manusia.

 

"Kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah" (Gal 4:7)   

 

Secara manusiawi kita semua pernah menjadi anak, dan dengan demikian juga menjadi ahli waris atau menerima warisan tertentu dari orangtua kita masing-masing. Ketika menjadi tua atau orangtua pada gilirannya harus mewariskan kepada anak-anak atau generasi penerus/generasi muda apa-apa yang mereka butuhkan untuk hidup kini dan masa depan. Sebagai orang beriman kita semua adalah 'anak-anak Allah', yang memperoleh warisan dari Allah, antara lain ciptaan-ciptaanNya yang indah, mulia, luhur dan suci di dunia ini alias lingkungan hidup yang enak, nyaman dan nikmat, mempesona dan memikat. Maka baiklah memasuki dan mengarungi Tahun 2010 ini marilah kita tanggapi ajakan Paus untuk melindungi atau melestarikan ciptaan alias lingkungan hidup.

 

Allah kita adalah Allah Pencipta, maka sebagai anak-anak Allah kita dipanggil untuk berpartisipasi dalam karya PenciptaanNya, termasuk melindungi ciptaan-ciptaanNya. Kita semua kiranya berprihatin dengan adanya 'pemanasan global', yang sedikit banyak pasti akan merusak lingkungan hidup maupun aneka jenis kehidupan di alam raya ini, yang pada gilirannya akan mencelakakan atau menyengsarakan manusia, sebagai ciptaan terluhur dan termulia di dunia ini. Marilah keprihatinan kita terhadap 'pemanasan global' kita wujudkan secara positif dengan gerakan bersama yang bersifat preventif untuk mengurangi 'pemanasan global', antara lain gerakan penanaman pohon-pohon/penghijaun, penghematan enerji, pengurangan berbagai sarana maupun bangunan yang dapat menambah panas bumi dst.. . Yang tidak kalah penting atau yang pertama-tama dan terutama harus menjadi perhatian kita tentu saja manusia, melindungi dan mendampingi manusia agar setia sebagai ciptaan Tuhan terluhur dan termulia di dunia ini.

 

Melindungi manusia sebagai ciptaan terluhur dan termulia berarti mendampingi sebaik mungkin sejak ia masih berada di dalam kandungan sampai lahir dan mati. Dengan kata lain marilah pada tahun 2010 ini kita sungguh lebih menekankan dan mengutamakan 'human investment' daripada 'material investment' . Memang mendidik, mendampingi dan membina manusia/anak-anak tidak mudah, sarat dengan tantangan maupun hambatan serta hal-hal yang sering sulit terpahami. Maka baiklah ketika kita harus menghadapi hal-hal yang sulit dipahami, marilah kita meneladan Bunda Maria, Bunda Allah, Bunda kita, yang "menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya". Dengan kata lain di tahun 2010, tahun macan, yang konon akan ada kemungkinan terjadi banyak konflik, marilah kita lebih banyak berdoa dan merenung alias mempersembahkan apa yang kita alami kepada Tuhan. Marilah kita mendunia dengan iman, berpartisipasi dalam seluk beluk duniawi dalam semangat iman. Marilah kita saling membantu agar kita semua semakin cerdas beriman, sehingga kita bersama-sama dapat mengusahakan perdamaian dunia yang menyelamatkan dan membahagiakan semua orang.

 

"Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu.Tanah telah memberi hasilnya; Allah, Allah kita, memberkati kita. Allah memberkati kita; kiranya segala ujung bumi takut akan Dia!" (Mzm 67:5-8)

Selamat tahun baru 2010

 

Jakarta, 1 Januari 2010   

      


Harga Sebuah Nyawa

Ayat bacaan: Matius 16:26
====================
"..Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?"

harga sebuah nyawaBerapakah harga sebuah nyawa? Seratus juta? Seratus miliar? Tentu sulit bagi kita untuk menyebutkan sembarang angka, bahkan angka yang mungkin besar sekalipun. Pada kenyataannya ada banyak orang yang tega menghabisi nyawa ibu/ayah, saudara atau temannya hanya gara-gara jumlah uang yang relatif kecil seperti yang kita baca di koran-koran. Hanya karena beda beberapa ratus rupiah orang bisa membunuh. Atau orang yang akhirnya mengakhiri hidupnya hanya karena tidak mendapatkan sesuatu yang ia inginkan. Saya pernah membaca sebuah berita seorang anak sekolah memilih untuk bunuh diri karena tidak kunjung dibelikan handphone oleh orang tuanya yang hidup pas-pasan. Jadi nilai sebuah nyawa di mata orang kelihatannya berbeda. Tapi seandainya kita menilai nyawa kita berharga sangat tinggi sekalipun, kita tidak akan bisa menentukan sebuah harga pasti yang kita anggap layak untuk menggantikan nyawa kita.

Yesus pernah mempertanyakan pertanyaan serius ini pada suatu kali. "..Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?" (Matius 16:26). Hal ini ditanyakan Kristus mengacu kepada panggilanNya kepada orang percaya, ketika Dia memberitahukan syarat untuk mengikutiNya dan mendapatkan keselamatan. Kita tahu bahwa setiap kita orang percaya yang mau mengikuti Yesus harus siap menyangkal diri dan memikul salib. (ay 24). Segala harta benda kemewahan bisa kita peroleh di dunia ini. Tapi cukupkah itu untuk membayar nyawa kita untuk selamat? Dapatkah kita membayar Tuhan dengan sejumlah harta dengan imbalan untuk memperoleh keselamatan? Tentu tidak. Pemazmur juga pernah mengalami perenungan seperti ini ketika Penulisnya berhadapan dengan orang-orang sesat yang selalu memegahkan diri dengan harta kekayaan dan begitu mengandalkannya dalam hidup mereka. Pemazmur berkata "Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya." (Mazmur 49:8-9). Harga pembebasan nyawa sesungguhnya sangatlah mahal, sehingga tidak ada harta yang sanggup membayarnya. Tidak heran jika Salomo pun menggambarkan kekayaan tanpa penyertaan Tuhan hanya akan berakhir sia-sia, seperti yang kita lihat dalam renungan kemarin. Yesus sendiri mengajarkan bahwa kita harus mengumpulkan harta di sorga dan bukan di dunia. (Matius 9:20). Semua ini telah mengajarkan kita bahwa berapa pun nilai harta yang kita miliki di dunia ini, meski memiliki seluruh dunia sekalipun, kenyataannya itu belumlah cukup untuk menebus nyawa kita supaya selamat.

Lalu bagaimana? Ketahuilah bahwa sebenarnya Tuhan telah terlebih dahulu menilai diri kita dengan sangat tinggi. Begitu tinggi, hingga Kristus pun diberikan kepada kita agar tidak satupun kita ada yang harus binasa. Penulis Mazmur dalam Mazmur 49 menjabarkan panjang lebar mengenai kebodohan dan kesia-siaan orang yang mengandalkan harta bendanya lebih dari keselamatan jiwa mereka. Tapi perhatikanlah ayat 16. Tuhan berjanji seperti ini. "Tetapi Allah akan membebaskan nyawaku dari cengkeraman dunia orang mati, sebab Ia akan menarik aku." (Mazmur 49:16). Dan itu digenapi dengan kehadiran Kristus turun ke dunia Bukan dengan harta kekayaan kita, tapi melalui kasih karunia. Yesus hadir di dunia menebus lunas semua dosa-dosa dan kesesatan kita, mendamaikan hubungan antara manusia dengan Tuhan, dan semua itu terjadi sebagai kasih karunia atas besarnya nilai kita di mata Tuhan. "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (Yohanes 15:13). Yes, no greater love than that. Dan Yesus telah memberi bukti langsung dengan memberikan nyawaNya kepada kita semua.

Lewat Paulus firman Tuhan berkata "Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!" (Roma 5:10). Jika yang masih dalam keadaan bermusuhan saja Allah begitu peduli dan mau mengambil inisiatif untuk berdamai lewat kematian AnakNya, apalagi kita saat ini yang hidup dalam masa ketika hubungan yang telah dipulihkan. Semua itu karena kasih Allah begitu besar kepada kita, begitu besar sehingga Dia mengaruniakan AnakNya yang tunggal untuk turun ke dunia, mengambil rupa seorang hamba dan menuntaskan tugas sepenuhnya lewat penderitaan hingga kematian dengan cara yang mengerikan. Dan ketika Yesus berkata: "Sudah Selesai", di saat itu pula kita menerima perdamaian dan penebusan secara total atas kasih karunia, sebuah pemberian yang begitu luar biasa besarnya.

Tidak ada satupun nilai secara materi secara terukur yang mampu dipakai untuk menebus sebuah nyawa. Tapi kita sudah mendapat penebusan itu. Jika penebusan itu hari ini hadir kepada kita, semua itu adalah lewat karya Kristus yang menggenapi kehendak Allah atas dasar kasih yang begitu luar biasa besarnya kepada kita, manusia yang tidak layak ini. "Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." (1 Petrus 1:18-19). Sebesar itulah nyawa kita bernilai di mata Tuhan!

Sudahkah kita menghargai nyawa kita sendiri dengan layak? Atau kita masih begitu mudah terjebak pada hal-hal yang sebenarnya sangat berpotensi untuk menghancurkannya, bukan saja di dunia yang fana ini tapi juga menuju ke dalam maut yang penuh siksaan kekal? "Seperti domba mereka meluncur ke dalam dunia orang mati, digembalakan oleh maut; mereka turun langsung ke kubur, perawakan mereka hancur, dunia orang mati menjadi tempat kediaman mereka." (Mazmur 49:15). Jangan sampai hal seperti ini menjadi bagian kita, karena Tuhan sudah mengulurkan tangan dan berinisiatif secara luar biasa untuk memberikan kita jaminan keselamatan, untuk bersama-sama denganNya pada suatu saat nanti di KerajaanNya. Semua itu tergantung dari keputusan kita, apakah kita mau menyambut uluran tanganNya atau tidak, karena sesungguhnya kita begitu berharga dan bernilai sangat tinggi di mata Tuhan. Hari ini seandainya anda bertanya, berapakah nilai anda, pandanglah palungan Kristus di kandang domba dan salib yang terpancang di Golgota. Seperti itulah anda berharga di mata Tuhan.

Bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat

Harga Sebuah Nyawa

Ayat bacaan: Matius 16:26
====================
"..Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?"

harga sebuah nyawaBerapakah harga sebuah nyawa? Seratus juta? Seratus miliar? Tentu sulit bagi kita untuk menyebutkan sembarang angka, bahkan angka yang mungkin besar sekalipun. Pada kenyataannya ada banyak orang yang tega menghabisi nyawa ibu/ayah, saudara atau temannya hanya gara-gara jumlah uang yang relatif kecil seperti yang kita baca di koran-koran. Hanya karena beda beberapa ratus rupiah orang bisa membunuh. Atau orang yang akhirnya mengakhiri hidupnya hanya karena tidak mendapatkan sesuatu yang ia inginkan. Saya pernah membaca sebuah berita seorang anak sekolah memilih untuk bunuh diri karena tidak kunjung dibelikan handphone oleh orang tuanya yang hidup pas-pasan. Jadi nilai sebuah nyawa di mata orang kelihatannya berbeda. Tapi seandainya kita menilai nyawa kita berharga sangat tinggi sekalipun, kita tidak akan bisa menentukan sebuah harga pasti yang kita anggap layak untuk menggantikan nyawa kita.

Yesus pernah mempertanyakan pertanyaan serius ini pada suatu kali. "..Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?" (Matius 16:26). Hal ini ditanyakan Kristus mengacu kepada panggilanNya kepada orang percaya, ketika Dia memberitahukan syarat untuk mengikutiNya dan mendapatkan keselamatan. Kita tahu bahwa setiap kita orang percaya yang mau mengikuti Yesus harus siap menyangkal diri dan memikul salib. (ay 24). Segala harta benda kemewahan bisa kita peroleh di dunia ini. Tapi cukupkah itu untuk membayar nyawa kita untuk selamat? Dapatkah kita membayar Tuhan dengan sejumlah harta dengan imbalan untuk memperoleh keselamatan? Tentu tidak. Pemazmur juga pernah mengalami perenungan seperti ini ketika Penulisnya berhadapan dengan orang-orang sesat yang selalu memegahkan diri dengan harta kekayaan dan begitu mengandalkannya dalam hidup mereka. Pemazmur berkata "Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya." (Mazmur 49:8-9). Harga pembebasan nyawa sesungguhnya sangatlah mahal, sehingga tidak ada harta yang sanggup membayarnya. Tidak heran jika Salomo pun menggambarkan kekayaan tanpa penyertaan Tuhan hanya akan berakhir sia-sia, seperti yang kita lihat dalam renungan kemarin. Yesus sendiri mengajarkan bahwa kita harus mengumpulkan harta di sorga dan bukan di dunia. (Matius 9:20). Semua ini telah mengajarkan kita bahwa berapa pun nilai harta yang kita miliki di dunia ini, meski memiliki seluruh dunia sekalipun, kenyataannya itu belumlah cukup untuk menebus nyawa kita supaya selamat.

Lalu bagaimana? Ketahuilah bahwa sebenarnya Tuhan telah terlebih dahulu menilai diri kita dengan sangat tinggi. Begitu tinggi, hingga Kristus pun diberikan kepada kita agar tidak satupun kita ada yang harus binasa. Penulis Mazmur dalam Mazmur 49 menjabarkan panjang lebar mengenai kebodohan dan kesia-siaan orang yang mengandalkan harta bendanya lebih dari keselamatan jiwa mereka. Tapi perhatikanlah ayat 16. Tuhan berjanji seperti ini. "Tetapi Allah akan membebaskan nyawaku dari cengkeraman dunia orang mati, sebab Ia akan menarik aku." (Mazmur 49:16). Dan itu digenapi dengan kehadiran Kristus turun ke dunia Bukan dengan harta kekayaan kita, tapi melalui kasih karunia. Yesus hadir di dunia menebus lunas semua dosa-dosa dan kesesatan kita, mendamaikan hubungan antara manusia dengan Tuhan, dan semua itu terjadi sebagai kasih karunia atas besarnya nilai kita di mata Tuhan. "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (Yohanes 15:13). Yes, no greater love than that. Dan Yesus telah memberi bukti langsung dengan memberikan nyawaNya kepada kita semua.

Lewat Paulus firman Tuhan berkata "Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!" (Roma 5:10). Jika yang masih dalam keadaan bermusuhan saja Allah begitu peduli dan mau mengambil inisiatif untuk berdamai lewat kematian AnakNya, apalagi kita saat ini yang hidup dalam masa ketika hubungan yang telah dipulihkan. Semua itu karena kasih Allah begitu besar kepada kita, begitu besar sehingga Dia mengaruniakan AnakNya yang tunggal untuk turun ke dunia, mengambil rupa seorang hamba dan menuntaskan tugas sepenuhnya lewat penderitaan hingga kematian dengan cara yang mengerikan. Dan ketika Yesus berkata: "Sudah Selesai", di saat itu pula kita menerima perdamaian dan penebusan secara total atas kasih karunia, sebuah pemberian yang begitu luar biasa besarnya.

Tidak ada satupun nilai secara materi secara terukur yang mampu dipakai untuk menebus sebuah nyawa. Tapi kita sudah mendapat penebusan itu. Jika penebusan itu hari ini hadir kepada kita, semua itu adalah lewat karya Kristus yang menggenapi kehendak Allah atas dasar kasih yang begitu luar biasa besarnya kepada kita, manusia yang tidak layak ini. "Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." (1 Petrus 1:18-19). Sebesar itulah nyawa kita bernilai di mata Tuhan!

Sudahkah kita menghargai nyawa kita sendiri dengan layak? Atau kita masih begitu mudah terjebak pada hal-hal yang sebenarnya sangat berpotensi untuk menghancurkannya, bukan saja di dunia yang fana ini tapi juga menuju ke dalam maut yang penuh siksaan kekal? "Seperti domba mereka meluncur ke dalam dunia orang mati, digembalakan oleh maut; mereka turun langsung ke kubur, perawakan mereka hancur, dunia orang mati menjadi tempat kediaman mereka." (Mazmur 49:15). Jangan sampai hal seperti ini menjadi bagian kita, karena Tuhan sudah mengulurkan tangan dan berinisiatif secara luar biasa untuk memberikan kita jaminan keselamatan, untuk bersama-sama denganNya pada suatu saat nanti di KerajaanNya. Semua itu tergantung dari keputusan kita, apakah kita mau menyambut uluran tanganNya atau tidak, karena sesungguhnya kita begitu berharga dan bernilai sangat tinggi di mata Tuhan. Hari ini seandainya anda bertanya, berapakah nilai anda, pandanglah palungan Kristus di kandang domba dan salib yang terpancang di Golgota. Seperti itulah anda berharga di mata Tuhan.

Bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat

Selasa, 29 Desember 2009

31 Des - 1Yoh 2:18-21; Yoh 1:1-18

Dari kepenuhanNya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia"

(1Yoh 2:18-21; Yoh 1:1-18)

 

"Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya: "Inilah Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku." Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia; sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya" (Yoh 1:10-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari ini adalah hari terakhir tahun 2009, dan kita akan segera memasuki tahun baru 2010. Selama tahun 2009 kiranya kita telah menerima berbagai macam kasih karunia Allah, yang kita terima melalui saudara-saudari kita yang telah berbuat baik kepada kita dalam berbagai kesempatan, maka marilah kita syukuri semuanya itu dengan mewujudkannya dalam hidup sehari-hari di tahun 2010 yang akan datang. Syukur tersebut kita wujudkan dengan meneruskan aneka kasih karunia yang telah kita terima, sehingga dalam kehidupan bersama kita senantiasa saling menerima dan memberi kasih karunia. Kasih karunia tersebut mungkin secara konkret berupa harta benda/uang atau kekayaan, kesehatan, kecerdasan, keterampilan, sahabat atau kenalan, dan bagi orangtua mungkin anak, sedangkan para pekerja mungkin kenaikan pangkat atau kesejahteraan. Hidup dan segala sesuatu yang menyertai hidup kita, yang kita miliki, kuasai atau nikmati sampai kini adalah kasih karunia Allah, maka baiklah di tahun yang akan datang ini kita senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak atau perintah Allah, antara lain setia pada janji-janji yang pernah kita ikrarkan dan terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Mungkin di tahun 2009 ada rencana yang belum dapat kita laksanakan atau kerjakan, marilah di tahun 2010 yang akan datang kita laksanakan. "Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita", demikian kutipan warta gembira hari ini, yang kiranya baik kita hayati, antara lain dengan melaksanakan rencana atau cita-cita yang masih dalam rumusan kata-kata, sehingga menjadi tindakan atau perilaku nyata.

·  "Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir.Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita" (1Yoh 2:18-19). Pesan ini mengingatkan kita akan bahaya-bahaya atau godaan-godaan yang mungkin terjadi di tahun 2010 yang akan datang, yang menurut kalender Tionghoa disebut 'tahun macan'. Macan atau singa memang senantiasa berusaha mencari mangsa dengan cerdik, maka baiklah kita hadapi dengan 'tulus seperti merpati, dan cerdik seperti ular', artinya dengan kecerdasan spiritual. Maka sekali lagi saya angkat disini cirikhas kecerdasan spiritual, yang hendaknya menjadi cara hidup dan cara bertindak kita, yaitu "mampu untuk fleksibel (adaptasi aktif dan spontan), memiliki kesadaran diri yang tinggi, mampu menghadapi dan menggunakan penderitaan, mampu menghadapi dan mengatasi rasa sakit, hidup dijiwai oleh visi dan nilai-nilai, enggan untuk menyakiti orang lain, melihat hubungan dari yang beragam (holistik), bertanya 'mengapa' dan 'apa jika' untuk mencari jawaban mendasar, kemampuan/kemudahan untuk 'melawan perjanjian'". Kita hayati dengan kerja sama dan saling membantu cirikhas kecerdasan spiritual di atas dalam hidup kita sehari-hari.

 

"Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai di hadapan TUHAN, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya" (Mzm 96:11-13)

 

Jakarta, 31 Desember 2009


31 Des - 1Yoh 2:18-21; Yoh 1:1-18

Dari kepenuhanNya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia"

(1Yoh 2:18-21; Yoh 1:1-18)

 

"Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya: "Inilah Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku." Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia; sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya" (Yoh 1:10-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari ini adalah hari terakhir tahun 2009, dan kita akan segera memasuki tahun baru 2010. Selama tahun 2009 kiranya kita telah menerima berbagai macam kasih karunia Allah, yang kita terima melalui saudara-saudari kita yang telah berbuat baik kepada kita dalam berbagai kesempatan, maka marilah kita syukuri semuanya itu dengan mewujudkannya dalam hidup sehari-hari di tahun 2010 yang akan datang. Syukur tersebut kita wujudkan dengan meneruskan aneka kasih karunia yang telah kita terima, sehingga dalam kehidupan bersama kita senantiasa saling menerima dan memberi kasih karunia. Kasih karunia tersebut mungkin secara konkret berupa harta benda/uang atau kekayaan, kesehatan, kecerdasan, keterampilan, sahabat atau kenalan, dan bagi orangtua mungkin anak, sedangkan para pekerja mungkin kenaikan pangkat atau kesejahteraan. Hidup dan segala sesuatu yang menyertai hidup kita, yang kita miliki, kuasai atau nikmati sampai kini adalah kasih karunia Allah, maka baiklah di tahun yang akan datang ini kita senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak atau perintah Allah, antara lain setia pada janji-janji yang pernah kita ikrarkan dan terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Mungkin di tahun 2009 ada rencana yang belum dapat kita laksanakan atau kerjakan, marilah di tahun 2010 yang akan datang kita laksanakan. "Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita", demikian kutipan warta gembira hari ini, yang kiranya baik kita hayati, antara lain dengan melaksanakan rencana atau cita-cita yang masih dalam rumusan kata-kata, sehingga menjadi tindakan atau perilaku nyata.

·  "Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir.Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita" (1Yoh 2:18-19). Pesan ini mengingatkan kita akan bahaya-bahaya atau godaan-godaan yang mungkin terjadi di tahun 2010 yang akan datang, yang menurut kalender Tionghoa disebut 'tahun macan'. Macan atau singa memang senantiasa berusaha mencari mangsa dengan cerdik, maka baiklah kita hadapi dengan 'tulus seperti merpati, dan cerdik seperti ular', artinya dengan kecerdasan spiritual. Maka sekali lagi saya angkat disini cirikhas kecerdasan spiritual, yang hendaknya menjadi cara hidup dan cara bertindak kita, yaitu "mampu untuk fleksibel (adaptasi aktif dan spontan), memiliki kesadaran diri yang tinggi, mampu menghadapi dan menggunakan penderitaan, mampu menghadapi dan mengatasi rasa sakit, hidup dijiwai oleh visi dan nilai-nilai, enggan untuk menyakiti orang lain, melihat hubungan dari yang beragam (holistik), bertanya 'mengapa' dan 'apa jika' untuk mencari jawaban mendasar, kemampuan/kemudahan untuk 'melawan perjanjian'". Kita hayati dengan kerja sama dan saling membantu cirikhas kecerdasan spiritual di atas dalam hidup kita sehari-hari.

 

"Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai di hadapan TUHAN, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya" (Mzm 96:11-13)

 

Jakarta, 31 Desember 2009


Hanya Sebuah Keling

Hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya suka damai, lembut … tidak memihak dan tidak munafik (Yakobus 3:17)

Bacaan: Yakobus 3:13-18

Para ilmuwan telah sepakat bahwa keling yang cacat merupakan penyebab tenggelamnya kapal Titanic yang "tak dapat tenggelam" itu. Menurut para peneliti yang baru-baru ini menyelidiki bagian-bagian kapal yang berhasil dikumpulkan dari puing-puing Titanic, keling kapal yang terbuat dari besi tempa, bukannya baja, menyebabkan badan kapal terbuka seperti resleting. Nasib Titanic membuktikan bahwa menghabiskan uang untuk peralatan mewah dan promosi publik, tetapi mengabaikan bagian-bagian yang "kecil" adalah tindakan bodoh.

Dalam beberapa hal, gereja hampir sama seperti kapal, dan banyak orang di dalam gereja bertindak sebagai keling kapal. Meskipun keling sepertinya tidak penting, merekalah yang menyatukan bagian-bagian kapal dan menjaganya agar tetap mengapung.

Banyak orang merasa tidak penting, bahkan perasaan itu juga menyerang orang-orang kristiani, dan beberapa orang melakukan hal-hal yang menyakitkan untuk membuat mereka merasa penting. Yakobus berkata, "Di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat" (3:16). Orang-orang yang terkorupsi oleh keinginan duniawi akan kecantikan, kekayaan, dan kekuasaan dapat meruntuhkan gereja-gereja besar, tetapi orang-orang yang murni dan tak bercacat (1:27) menyatukan gereja.

Sebagai anggota gereja, kita harus menjadi "keling-keling" yang tak bercacat. Jika kita murni (Yakobus 3:17), kuat (Efesus 6:10), dan berdiri teguh (1 Korintus 15:58), kita akan dipakai Tuhan untuk menjaga kapal-Nya agar tetap mengapung di tengah krisis —JAL

ADALAH HAL YANG BESAR UNTUK SETIA DALAM HAL-HAL YANG KECIL

30 des - 1Yoh 2:12-17; Luk 2:3640

"Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa".

(1Yoh 2:12-17; Luk 2:3640)

 

"Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya" (Luk 1:36-40), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pada hari ini kepada kita ditampilkan seorang nabi perempuan, bernama Hana, yang "tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa". Tokoh nabi Hana ini kiranya baik menjadi bahan refleksi bagi rekan-rekan perempuan. Dari berbagai pencermatan dan pengalaman kiranya dapat dikatakan bahwa rekan-rekan perempuan pada umumnya lebih berperan dalam "beribadah dengan berpuasa dan berdoa". Pertemuan-pertemuan bersama untuk pendalaman iman atau doa bersama di lingkungan/stasi pada umum lebih banyak dihadiri oleh rekan-rekan perempuan daripada rekan laki-laki. Perhatian ibu kepada anak-anaknya pada umumnya lebih besar daripada perhatian bapak terhadap anak-anaknya, sebagaimana sering dikumandangkan dalam sebuah lagu "Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia". Maka dengan ini kami berharap kepada kita semua untuk sungguh bersyukur dan berterima kasih kepada ibu kita masing-masing, yang telah mengandung, melahirkan, membesarkan kita sehingga kita "bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat dan kasih karunia Allah" berkanjang dalam diri kita masing-masing. Sebagai ucapan syukur dan terima kasih hendaknya kita juga rajin 'beribadah dengan berpuasa dan berdoa', yang menandai atau menjadi cirikhas hidup beriman atau beragama. Tujuan beribadah tidak lain adalah agar kita senantiasa tetap berada dalam 'kasih karunia Allah', dan dengan demikian hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah, setia pada janji-janji yang pernah kita ikrarkan dan terkait dengan cara hidup dan panggilan kita masing-masing. Maka baiklah kita saling membantu dan mengingatkan satu sama lain dalam hal 'beribadah' ini.          

·   "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya" (1Yoh 2:15-17). Apa yang dimaksudkan dengan 'mengasihi dunia'  disini kiranya adalah sikap mental materialistis atau duniawi atau bisnis, dimana orang mengurus atau mengelola aneka karya pelayanan secara materialistis atau bisnis melulu. Kita dipanggil mendunia sesuai dengan kehendak Allah, mengurus dan mengelola hal-ikhwal duniawi sesuai dengan kehendak Allah alias mengusahakan kesucian hidup dengan berpartipasi dalam seluk beluk duniawi. Ingat dan hayati bahwa kita baru saja merayakan pesta Kelahiran Penyelamat Dunia, yang datang untuk menyelamatkan dunia dengan mendunia. Maka baiklah kami mengingatkan dan mengajak kita semua dalam pelayanan atau kegiatan hendaknya sesuai dengan visi yang telah dicanangkan atau dimaklumkan. Setiap hidup dan kerja bersama maupun pribadi kiranya memiliki visi yang bagus dan indah serta baik, maka hendaknya visi tidak berhenti dalam tulisan atau wacana, melainkan sungguh menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita. Bagi para anggota Lembaga Hidup Bakti, biarawan dan birawati, berarti hidup dan bertindak dijiwai oleh charisma pendiri, bagi suami-isteri berarti setia pada janji untuk saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati, dst.. Kepada para pejabat atau pemimpin masyarakat maupun bangsa kami harapkan untuk hidup dan bertindak dijiwai oleh semangat melayani, sehingga segala usaha dan kegiatan terarah pada kesejahteraan umum ('bonum commune'). Semakin berpartisipasi dalam seluk beluk duniawi/mendunia hendaknya juga semakin beriman; mendunia tanpa iman akan terjadi kekacauan.

 

"Kepada TUHAN, hai suku-suku bangsa, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan dan masuklah ke pelataran-Nya! Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan, gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi! Katakanlah di antara bangsa-bangsa: "TUHAN itu Raja! Sungguh tegak dunia, tidak goyang. Ia akan mengadili bangsa-bangsa dalam kebenaran." (Mzm 96:7-10)

 

Jakarta, 30 Desember 2009


30 des - 1Yoh 2:12-17; Luk 2:3640

"Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa".

(1Yoh 2:12-17; Luk 2:3640)

 

"Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya" (Luk 1:36-40), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pada hari ini kepada kita ditampilkan seorang nabi perempuan, bernama Hana, yang "tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa". Tokoh nabi Hana ini kiranya baik menjadi bahan refleksi bagi rekan-rekan perempuan. Dari berbagai pencermatan dan pengalaman kiranya dapat dikatakan bahwa rekan-rekan perempuan pada umumnya lebih berperan dalam "beribadah dengan berpuasa dan berdoa". Pertemuan-pertemuan bersama untuk pendalaman iman atau doa bersama di lingkungan/stasi pada umum lebih banyak dihadiri oleh rekan-rekan perempuan daripada rekan laki-laki. Perhatian ibu kepada anak-anaknya pada umumnya lebih besar daripada perhatian bapak terhadap anak-anaknya, sebagaimana sering dikumandangkan dalam sebuah lagu "Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia". Maka dengan ini kami berharap kepada kita semua untuk sungguh bersyukur dan berterima kasih kepada ibu kita masing-masing, yang telah mengandung, melahirkan, membesarkan kita sehingga kita "bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat dan kasih karunia Allah" berkanjang dalam diri kita masing-masing. Sebagai ucapan syukur dan terima kasih hendaknya kita juga rajin 'beribadah dengan berpuasa dan berdoa', yang menandai atau menjadi cirikhas hidup beriman atau beragama. Tujuan beribadah tidak lain adalah agar kita senantiasa tetap berada dalam 'kasih karunia Allah', dan dengan demikian hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah, setia pada janji-janji yang pernah kita ikrarkan dan terkait dengan cara hidup dan panggilan kita masing-masing. Maka baiklah kita saling membantu dan mengingatkan satu sama lain dalam hal 'beribadah' ini.          

·   "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya" (1Yoh 2:15-17). Apa yang dimaksudkan dengan 'mengasihi dunia'  disini kiranya adalah sikap mental materialistis atau duniawi atau bisnis, dimana orang mengurus atau mengelola aneka karya pelayanan secara materialistis atau bisnis melulu. Kita dipanggil mendunia sesuai dengan kehendak Allah, mengurus dan mengelola hal-ikhwal duniawi sesuai dengan kehendak Allah alias mengusahakan kesucian hidup dengan berpartipasi dalam seluk beluk duniawi. Ingat dan hayati bahwa kita baru saja merayakan pesta Kelahiran Penyelamat Dunia, yang datang untuk menyelamatkan dunia dengan mendunia. Maka baiklah kami mengingatkan dan mengajak kita semua dalam pelayanan atau kegiatan hendaknya sesuai dengan visi yang telah dicanangkan atau dimaklumkan. Setiap hidup dan kerja bersama maupun pribadi kiranya memiliki visi yang bagus dan indah serta baik, maka hendaknya visi tidak berhenti dalam tulisan atau wacana, melainkan sungguh menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita. Bagi para anggota Lembaga Hidup Bakti, biarawan dan birawati, berarti hidup dan bertindak dijiwai oleh charisma pendiri, bagi suami-isteri berarti setia pada janji untuk saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati, dst.. Kepada para pejabat atau pemimpin masyarakat maupun bangsa kami harapkan untuk hidup dan bertindak dijiwai oleh semangat melayani, sehingga segala usaha dan kegiatan terarah pada kesejahteraan umum ('bonum commune'). Semakin berpartisipasi dalam seluk beluk duniawi/mendunia hendaknya juga semakin beriman; mendunia tanpa iman akan terjadi kekacauan.

 

"Kepada TUHAN, hai suku-suku bangsa, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan dan masuklah ke pelataran-Nya! Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan, gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi! Katakanlah di antara bangsa-bangsa: "TUHAN itu Raja! Sungguh tegak dunia, tidak goyang. Ia akan mengadili bangsa-bangsa dalam kebenaran." (Mzm 96:7-10)

 

Jakarta, 30 Desember 2009


Pekerjaan Bukanlah Segalanya

Ayat bacaan: Pengkotbah 2:22-23
===========================
"Apakah faedahnya yang diperoleh manusia dari segala usaha yang dilakukannya dengan jerih payah di bawah matahari dan dari keinginan hatinya? Seluruh hidupnya penuh kesedihan dan pekerjaannya penuh kesusahan hati, bahkan pada malam hari hatinya tidak tenteram. Inipun sia-sia."

pekerjaan bukan segalanya, sia-siaTahun baru hadir sebentar lagi. Bagi sebagian orang, hidup terlihat akan semakin berat saja, berkaca dari tahun-tahun sebelumnya. Banyak yang berpikir bahwa jika kemarin bekerja sudah giat, memasuki tahun depan harusnya dilipatgandakan agar mampu mengatasi beban yang makin berat. Bekerja dengan giat itu sungguh baik dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Yang tidak baik adalah ketika kita mulai meletakkan pekerjaan itu sebagai hal yang paling utama di atas segalanya seperti yang telah kita lihat dalam renungan kemarin. Tendensi menomorsatukan pekerjaan di atas segalanya dan meletakkan Tuhan pada urutan kesekian, mengorbankan keluarga demi pekerjaan, semua itu adalah bentuk mempertuhankan pekerjaan, atau setidaknya memberhalakan pekerjaan. Dan itu tidak lagi berkenan di hadapan Tuhan. Hari ini saya ingin menyambung apa yang telah ditulis kemarin dalam hal pekerjaan.

Salomo adalah sosok yang hidup makmur dalam segala kekayaannya yang begitu besar. Harta bukanlah masalah baginya sama sekali. Tapi lihatlah apa yang ia tuliskan dalam kitab Pengkotbah. Ia bercerita banyak tentang kesia-siaan di muka bumi ini, dan kita bisa melihat bahwa harta tidak pernah bisa membawa kebahagiaan sejati. Salomo berkata: "Apakah faedahnya yang diperoleh manusia dari segala usaha yang dilakukannya dengan jerih payah di bawah matahari dan dari keinginan hatinya? Seluruh hidupnya penuh kesedihan dan pekerjaannya penuh kesusahan hati, bahkan pada malam hari hatinya tidak tenteram. Inipun sia-sia." (Pengkotbah 2:22-23). Bukankah hal ini juga banyak dialami orang hingga hari ini? Sudah bekerja mati-matian, sudah mengorbankan waktu, tenaga, keluarga bahkan nyawa untuk meraup hasil sebanyak mungkin dari pekerjaan, namun hidup tidak kunjung menjadi bahagia. Kesedihan dan kesusahan menguasai hati, bahkan tidur pun tidak bisa nyenyak. Banyak orang yang kaya raya namun tetap saja menghadapi permasalahan seperti ini dalam hidupnya, dan saya sudah menjumpai banyak orang seperti ini. Mereka bekerja terlalu keras sehingga tidak memperhatikan anak-anaknya lagi. Istri pergi, anak-anak jatuh dalam kehidupan yang sesat, tidak ada kebahagiaan dan sukacita dalam hidup meski secara finansial berlimpah. Jika sampai pada titik seperti itu, tidakkah manusia akan mulai berpikir betapa sia-sianya segala sesuatu yang dilakukan selama ini? Ketika kita terlalu mengagung-agungkan pekerjaan lebih dari segalanya, mengira bahwa menimbun harta merupakan sumber kebahagiaan sejati, masalah seperti ini akan menanti saat untuk menghancurkan hidup kita.

Sepanjang kitab Pengkotbah, Salomo mengingatkan berulang-ulang mengenai kesia-siaan hidup manusia jika terpisah dalam hubungan dengan Tuhan. Apapun itu, tanpa Tuhan niscaya akan menjadi sebuah kesia-siaan. Termasuk pula menimbun uang dengan bekerja melebihi batas dan melupakan Sang Pemberi berkat dan melupakan kerinduan istri dan anak-anak untuk diperhatikan dan disayangi. Salomo menulis "Tak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. Aku menyadari bahwa inipun dari tangan Allah." (ay 24). Bukankah ini benar? Pada kenyataannya ada banyak orang yang terus menimbun harta tanpa pernah bisa untuk menikmatinya. Tidak ada sukacita yang hadir meski sudah mengeluarkan biaya banyak. Sesaat mungkin bisa, tapi kemudian semuanya akan hilang lagi, kembali kepada kesedihan dan kesunyian. Lihatlah bahwa sesungguhnya kemampuan untuk menikmati hasil jerih payah pun berasal dari Tuhan. Selanjutnya ia pun menuliskan "Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah." (5:18). Bahkan "orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit." (6:2). Jelaslah bahwa jarak hubungan kita dengan Tuhan akan membawa perbedaan besar akan kebahagiaan dalam hidup kita.

Tuhan Yesus sendiri mengingatkan kita demikian: "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Ini sebuah ajaran yang penting bahwa kita harus menomorsatukan Tuhan di atas segalanya, lebih dari apapun di dunia ini, karena semua berkat termasuk karunia untuk dapat menikmati hasil jerih payah kita pun berasal daripadaNya. Tuhan Yesus sudah menunjukkan contoh yang ideal mengenai ini. Kita tahu ketika Dia hadir di dunia ini Dia tidak berhenti bekerja. Pagi-pagi benar sudah bangun, berkeliling dari satu daerah ke daerah lain untuk melakukan begitu banyak mukjizat dan memberikan pengajaran kepada banyak orang. Yesus mengajarkan bahwa "kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yohanes 9:4). Namun di saat lain kita melihat bahwa Yesus meluangkan banyak waktu untuk bertemu BapaNya. Pergi menyendiri ke atas bukit atau ke tempat tersembunyi dimana Dia bisa memfokuskan seluruh perhatian untuk berdialog, berbicara dan terutama mendengar suara Bapa. Dalam banyak bagian Injil kita mendapati bagaimana Yesus yang terus bekerja keras dalam waktu kedatanganNya yang singkat ternyata mengosongkan sebagian dari waktuNya untuk bersekutu dengan Allah, dimana dalam waktu-waktu itu Dia tidak membiarkan diriNya diganggu oleh siapapun, termasuk oleh pekerjaan yang menumpuk. Sudah berapa banyak waktu yang kita habiskan sia-sia dalam hidup yang singkat ini? Jangan terus terjebak untuk terus membiarkannya habis sia-sia.

Fokus berlebihan kepada pekerjaan adalah sebuah kebiasaan dunia yang hanya akan berakhir sia-sia, yang dikatakan Salomo bak menjaring angin. (Pengkotbah 2:17). Salomo adalah salah satu tokoh yang luar biasa kaya yang dicatat alkitab. Tapi justru dia yang menulis bahwa semua yang kita lakukan di kolong langit ini bisa mengarah kepada kesia-siaan. Bagaimana agar apa yang kita kerjakan tidak berakhir sia-sia? Firman Tuhan mengatakan "Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Persekutuan dengan Tuhan tidak akan pernah sia-sia. Apapun yang kita lakukan untuk Tuhan tidak akan pernah sia-sia. Jika pekerjaan kita pun dilakukan untuk memuliakan namaNya tanpa melupakan waktu-waktu untuk tetap berdiam di dalam hadiratNya, mendengar suaraNya, dan mengasihi semua yang telah Dia titipkan kepada kita, semua itu tidak akan berakhir sia-sia, bahkan yang demikian itu membuat kita tengah mengumpulkan harta di surga, dimana tidak ada karat, ngengat atau pencuri yang dapat merusaknya. (Matius 9:20).

Tuhan menjanjikan ini kepada kita: "TUHAN akan memerintahkan berkat ke atasmu di dalam lumbungmu dan di dalam segala usahamu; Ia akan memberkati engkau di negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu." (Ulangan 28:8). Ini adalah janji berkat Tuhan yang hanya akan hadir kepada kita "Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini." (ay 1). Sesungguhnya segala sesuatu berasal dari Tuhan. Pekerjaan adalah bentuk karuniaNya, dan Dia siap memberkati itu semua jika kita berjalan sesuai kehendakNya. Tidak berhenti sampai disitu, Tuhan pun siap memberikan karunia untuk menikmati hasil jerih payah kita, dan terus memberi berkat yang baru setiap pagi. "..sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia!" (Mazmur 34:9). Karena itu janganlah sampai terjebak kepada memberhalakan atau mempertuhankan pekerjaan, karena bukan berkat yang akan kita terima melainkan sebaliknya. Dahulukan Tuhan di atas segalanya. Bertanggungjawablah dengan benar dalam kasih kepada keluarga yang diberikan Tuhan. Tetap sertai semuanya dengan ucapan syukur, dan muliakan Dia dalam setiap yang kita kerjakan. Miliki urutan yang benar, miliki perspektif yang tepat agar kita tidak terjerumus dalam kesia-siaan.

Tanpa Tuhan segala yang kita lakukan hanya akan sia-sia

Pekerjaan Bukanlah Segalanya

Ayat bacaan: Pengkotbah 2:22-23
===========================
"Apakah faedahnya yang diperoleh manusia dari segala usaha yang dilakukannya dengan jerih payah di bawah matahari dan dari keinginan hatinya? Seluruh hidupnya penuh kesedihan dan pekerjaannya penuh kesusahan hati, bahkan pada malam hari hatinya tidak tenteram. Inipun sia-sia."

pekerjaan bukan segalanya, sia-siaTahun baru hadir sebentar lagi. Bagi sebagian orang, hidup terlihat akan semakin berat saja, berkaca dari tahun-tahun sebelumnya. Banyak yang berpikir bahwa jika kemarin bekerja sudah giat, memasuki tahun depan harusnya dilipatgandakan agar mampu mengatasi beban yang makin berat. Bekerja dengan giat itu sungguh baik dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Yang tidak baik adalah ketika kita mulai meletakkan pekerjaan itu sebagai hal yang paling utama di atas segalanya seperti yang telah kita lihat dalam renungan kemarin. Tendensi menomorsatukan pekerjaan di atas segalanya dan meletakkan Tuhan pada urutan kesekian, mengorbankan keluarga demi pekerjaan, semua itu adalah bentuk mempertuhankan pekerjaan, atau setidaknya memberhalakan pekerjaan. Dan itu tidak lagi berkenan di hadapan Tuhan. Hari ini saya ingin menyambung apa yang telah ditulis kemarin dalam hal pekerjaan.

Salomo adalah sosok yang hidup makmur dalam segala kekayaannya yang begitu besar. Harta bukanlah masalah baginya sama sekali. Tapi lihatlah apa yang ia tuliskan dalam kitab Pengkotbah. Ia bercerita banyak tentang kesia-siaan di muka bumi ini, dan kita bisa melihat bahwa harta tidak pernah bisa membawa kebahagiaan sejati. Salomo berkata: "Apakah faedahnya yang diperoleh manusia dari segala usaha yang dilakukannya dengan jerih payah di bawah matahari dan dari keinginan hatinya? Seluruh hidupnya penuh kesedihan dan pekerjaannya penuh kesusahan hati, bahkan pada malam hari hatinya tidak tenteram. Inipun sia-sia." (Pengkotbah 2:22-23). Bukankah hal ini juga banyak dialami orang hingga hari ini? Sudah bekerja mati-matian, sudah mengorbankan waktu, tenaga, keluarga bahkan nyawa untuk meraup hasil sebanyak mungkin dari pekerjaan, namun hidup tidak kunjung menjadi bahagia. Kesedihan dan kesusahan menguasai hati, bahkan tidur pun tidak bisa nyenyak. Banyak orang yang kaya raya namun tetap saja menghadapi permasalahan seperti ini dalam hidupnya, dan saya sudah menjumpai banyak orang seperti ini. Mereka bekerja terlalu keras sehingga tidak memperhatikan anak-anaknya lagi. Istri pergi, anak-anak jatuh dalam kehidupan yang sesat, tidak ada kebahagiaan dan sukacita dalam hidup meski secara finansial berlimpah. Jika sampai pada titik seperti itu, tidakkah manusia akan mulai berpikir betapa sia-sianya segala sesuatu yang dilakukan selama ini? Ketika kita terlalu mengagung-agungkan pekerjaan lebih dari segalanya, mengira bahwa menimbun harta merupakan sumber kebahagiaan sejati, masalah seperti ini akan menanti saat untuk menghancurkan hidup kita.

Sepanjang kitab Pengkotbah, Salomo mengingatkan berulang-ulang mengenai kesia-siaan hidup manusia jika terpisah dalam hubungan dengan Tuhan. Apapun itu, tanpa Tuhan niscaya akan menjadi sebuah kesia-siaan. Termasuk pula menimbun uang dengan bekerja melebihi batas dan melupakan Sang Pemberi berkat dan melupakan kerinduan istri dan anak-anak untuk diperhatikan dan disayangi. Salomo menulis "Tak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. Aku menyadari bahwa inipun dari tangan Allah." (ay 24). Bukankah ini benar? Pada kenyataannya ada banyak orang yang terus menimbun harta tanpa pernah bisa untuk menikmatinya. Tidak ada sukacita yang hadir meski sudah mengeluarkan biaya banyak. Sesaat mungkin bisa, tapi kemudian semuanya akan hilang lagi, kembali kepada kesedihan dan kesunyian. Lihatlah bahwa sesungguhnya kemampuan untuk menikmati hasil jerih payah pun berasal dari Tuhan. Selanjutnya ia pun menuliskan "Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah." (5:18). Bahkan "orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit." (6:2). Jelaslah bahwa jarak hubungan kita dengan Tuhan akan membawa perbedaan besar akan kebahagiaan dalam hidup kita.

Tuhan Yesus sendiri mengingatkan kita demikian: "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Ini sebuah ajaran yang penting bahwa kita harus menomorsatukan Tuhan di atas segalanya, lebih dari apapun di dunia ini, karena semua berkat termasuk karunia untuk dapat menikmati hasil jerih payah kita pun berasal daripadaNya. Tuhan Yesus sudah menunjukkan contoh yang ideal mengenai ini. Kita tahu ketika Dia hadir di dunia ini Dia tidak berhenti bekerja. Pagi-pagi benar sudah bangun, berkeliling dari satu daerah ke daerah lain untuk melakukan begitu banyak mukjizat dan memberikan pengajaran kepada banyak orang. Yesus mengajarkan bahwa "kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yohanes 9:4). Namun di saat lain kita melihat bahwa Yesus meluangkan banyak waktu untuk bertemu BapaNya. Pergi menyendiri ke atas bukit atau ke tempat tersembunyi dimana Dia bisa memfokuskan seluruh perhatian untuk berdialog, berbicara dan terutama mendengar suara Bapa. Dalam banyak bagian Injil kita mendapati bagaimana Yesus yang terus bekerja keras dalam waktu kedatanganNya yang singkat ternyata mengosongkan sebagian dari waktuNya untuk bersekutu dengan Allah, dimana dalam waktu-waktu itu Dia tidak membiarkan diriNya diganggu oleh siapapun, termasuk oleh pekerjaan yang menumpuk. Sudah berapa banyak waktu yang kita habiskan sia-sia dalam hidup yang singkat ini? Jangan terus terjebak untuk terus membiarkannya habis sia-sia.

Fokus berlebihan kepada pekerjaan adalah sebuah kebiasaan dunia yang hanya akan berakhir sia-sia, yang dikatakan Salomo bak menjaring angin. (Pengkotbah 2:17). Salomo adalah salah satu tokoh yang luar biasa kaya yang dicatat alkitab. Tapi justru dia yang menulis bahwa semua yang kita lakukan di kolong langit ini bisa mengarah kepada kesia-siaan. Bagaimana agar apa yang kita kerjakan tidak berakhir sia-sia? Firman Tuhan mengatakan "Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Persekutuan dengan Tuhan tidak akan pernah sia-sia. Apapun yang kita lakukan untuk Tuhan tidak akan pernah sia-sia. Jika pekerjaan kita pun dilakukan untuk memuliakan namaNya tanpa melupakan waktu-waktu untuk tetap berdiam di dalam hadiratNya, mendengar suaraNya, dan mengasihi semua yang telah Dia titipkan kepada kita, semua itu tidak akan berakhir sia-sia, bahkan yang demikian itu membuat kita tengah mengumpulkan harta di surga, dimana tidak ada karat, ngengat atau pencuri yang dapat merusaknya. (Matius 9:20).

Tuhan menjanjikan ini kepada kita: "TUHAN akan memerintahkan berkat ke atasmu di dalam lumbungmu dan di dalam segala usahamu; Ia akan memberkati engkau di negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu." (Ulangan 28:8). Ini adalah janji berkat Tuhan yang hanya akan hadir kepada kita "Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini." (ay 1). Sesungguhnya segala sesuatu berasal dari Tuhan. Pekerjaan adalah bentuk karuniaNya, dan Dia siap memberkati itu semua jika kita berjalan sesuai kehendakNya. Tidak berhenti sampai disitu, Tuhan pun siap memberikan karunia untuk menikmati hasil jerih payah kita, dan terus memberi berkat yang baru setiap pagi. "..sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia!" (Mazmur 34:9). Karena itu janganlah sampai terjebak kepada memberhalakan atau mempertuhankan pekerjaan, karena bukan berkat yang akan kita terima melainkan sebaliknya. Dahulukan Tuhan di atas segalanya. Bertanggungjawablah dengan benar dalam kasih kepada keluarga yang diberikan Tuhan. Tetap sertai semuanya dengan ucapan syukur, dan muliakan Dia dalam setiap yang kita kerjakan. Miliki urutan yang benar, miliki perspektif yang tepat agar kita tidak terjerumus dalam kesia-siaan.

Tanpa Tuhan segala yang kita lakukan hanya akan sia-sia

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari