Sabtu, 31 Mei 2014

Minggu, 1 Juni 2014 - Berkat atas kasih persaudaraan (Mazmur 133)

  Tampilan cetakMinggu, 1 Juni 2014

Judul: Berkat atas kasih persaudaraanMazmur 133 ialah pernyataan iman mengenai kasih persaudaraan umat Tuhan. Bila kasih itu ada, maka berkat Tuhan pun melimpah.

Kristus merumuskan ulang hukum Allah di Perjanjian Lama menjadi: "Kasihilah Tuhan Allahmu..., dan kasihilah sesamamu manusia..." Kasih kepada Allah menjadi dasar kasih kepada sesama. Kasih kepada sesama menjadi bukti dan wujud kasih kepada Allah. Kasih kepada sesama hanya mungkin ada pada orang-orang yang sudah lebih dahulu mengalami kasih Allah.

Mazmur 133 melukiskan keindahan kasih kepada sesama saudara. Kasih Allah yang sudah dialaminya menjadi kekuatan bagi komunitas anak-anak Allah untuk dapat saling mengasihi. Mereka pun akan belajar mengasihi sesama yang belum menjadi komunitas umat Allah.

Mazmur 133 juga melukiskan bagaimana komunitas persaudaraan kasih tersebut menyenangkan Allah sehingga Dia mencurahkan berkat-Nya yang limpah. Seperti minyak urapan yang melimpah dan turun atas diri Harun, demikian berkat yang melimpah itu akan dialami anak-anak Tuhan seperti imam yang karena pengurapan atasnya, dapat melayani Tuhan di rumah-Nya. Berkat Tuhan ini pasti akan dialami dan dinikmati umat-Nya, yang mewujud dalam tindakan saling mengasihi dan saling memberkati!

Sedangkan embun yang turun dari Hermon sampai ke Sion, menggambarkan keajaiban berkat Tuhan mengingat kedua bukit itu terpisah jauh secara geografis. Maka kelimpahan berkat ini secara ajaib akan menyeberang dari komunitas umat Tuhan kepada sesama yang di luar komunitas itu.

Bila Anda termasuk dalam komunitas persaudaraan karena kasih, pastilah kasih Allah akan mengalir juga melalui Anda kepada sesama manusia di luar sana! Wujud kasih itu ialah Anda berani berbagi berkat Allah kepada mereka, sama seperti Anda berbagi berkat kepada sesama saudara!

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Jumat, 30 Mei 2014

Sabtu, 31 Mei 2014 - TERDORONG BELAS KASIH (Matius 9:35-38)

  Tampilan cetakSabtu, 31 Mei 2014

Bacaan   : Matius 9:35-38Setahun : 2 Tawarikh 34-36Nats       : Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak mempunyai gembala. (Matius 9:36)

Sejak awal berpraktik sebagai dokter, saya ingin mendayagunakan kemampuan seoptimal mungkin untuk membantu pasien. Namun, seiring dengan berlalunya waktu, terutama jika pasien banyak dan saya letih, sering saya merasakan kedataran emosi. Saya lalu cenderung sekadar menjalani rutinitas, melakukan prosedur medis tanpa landasan belas kasih terhadap pasien.

Berbelas kasih secara tulus sungguh tidak mudah. Hanya Yesus yang mampu melakukannya secara sempurna. Sepanjang hari Dia "berkeliling ke semua kota dan desa", melayani orang-orang yang datang pada-Nya. Di tengah kesibukan yang padat itu, belas kasih-Nya tidak menjadi tawar. Dia memedulikan mereka dan mengulurkan tangan untuk menolong. Sekalipun lelah secara fisik dan mental, Dia tetap melayani seoptimal mungkin

Teladan Kristus ini bukan hanya berlaku untuk dokter, namun untuk semua profesi. Dalam keseharian, kita akan melihat dan menemukan sesama yang "lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala". Mereka membutuhkan bukan hanya kesembuhan jasmani, namun juga pemulihan rohani. Kita dapat berbelaskasihan dengan menyediakan telinga yang mau mendengar, menyampaikan kata-kata penguatan, menunjukkan sikap baik, dan, jika terbuka kesempatan, memperkenalkan Kristus pada mereka yang belum percaya.

Marilah kita tinggal di dalam Kristus, mempersilakan belas kasihan-Nya yang sempurna itu memenuhi hati kita. Dengan begitu, kita dikuatkan untuk berbelas kasih terhadap sesama yang memerlukan kepedulian. --Adeline Pasaribu /Renungan Harian

BELAS KASIH YANG TULUS TERHADAP SESAMA AKANMENYENTUH DAN MEMULIHKAN JIWA.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Sabtu, 31 Mei 2014 - TERDORONG BELAS KASIH (Matius 9:35-38)

  Tampilan cetakSabtu, 31 Mei 2014

Bacaan   : Matius 9:35-38Setahun : 2 Tawarikh 34-36Nats       : Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak mempunyai gembala. (Matius 9:36)

Sejak awal berpraktik sebagai dokter, saya ingin mendayagunakan kemampuan seoptimal mungkin untuk membantu pasien. Namun, seiring dengan berlalunya waktu, terutama jika pasien banyak dan saya letih, sering saya merasakan kedataran emosi. Saya lalu cenderung sekadar menjalani rutinitas, melakukan prosedur medis tanpa landasan belas kasih terhadap pasien.

Berbelas kasih secara tulus sungguh tidak mudah. Hanya Yesus yang mampu melakukannya secara sempurna. Sepanjang hari Dia "berkeliling ke semua kota dan desa", melayani orang-orang yang datang pada-Nya. Di tengah kesibukan yang padat itu, belas kasih-Nya tidak menjadi tawar. Dia memedulikan mereka dan mengulurkan tangan untuk menolong. Sekalipun lelah secara fisik dan mental, Dia tetap melayani seoptimal mungkin

Teladan Kristus ini bukan hanya berlaku untuk dokter, namun untuk semua profesi. Dalam keseharian, kita akan melihat dan menemukan sesama yang "lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala". Mereka membutuhkan bukan hanya kesembuhan jasmani, namun juga pemulihan rohani. Kita dapat berbelaskasihan dengan menyediakan telinga yang mau mendengar, menyampaikan kata-kata penguatan, menunjukkan sikap baik, dan, jika terbuka kesempatan, memperkenalkan Kristus pada mereka yang belum percaya.

Marilah kita tinggal di dalam Kristus, mempersilakan belas kasihan-Nya yang sempurna itu memenuhi hati kita. Dengan begitu, kita dikuatkan untuk berbelas kasih terhadap sesama yang memerlukan kepedulian. --Adeline Pasaribu /Renungan Harian

BELAS KASIH YANG TULUS TERHADAP SESAMA AKANMENYENTUH DAN MEMULIHKAN JIWA.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Kamis, 29 Mei 2014

Jumat, 30 Mei 2014 - Diluputkan dari tindakan anarkis (1 Samuel 25:1-44)

  Tampilan cetakJumat, 30 Mei 2014

Judul: Diluputkan dari tindakan anarkisHidup dalam pelarian membuat karakter menjadi keras. Itulah yang dialami oleh Daud dan gerombolannya. Untuk menghidupi kelompok yang besar ini, Daud mengarahkan pengikutnya untuk melindungi lahan peternakan dan pertanian dari tuan-tuan tanah di sekeliling mereka, dengan imbalan makan dan minum mereka ditanggung. Namun, Daud menjaga benar anak buahnya untuk tidak mencuri atau bertindak kasar sehingga mengganggu dan merugikan tanah pertanian atau peternakan tersebut.

Masalah terjadi ketika Nabal, seorang tuan tanah yang lahannya telah dijaga oleh kelompok Daud menolak untuk memberikan bayaran kepada mereka, dan bahkan mengusir mereka dengan kasar. Terprovokasi dengan sikap yang kasar tersebut, Daud mengerahkan anak buahnya untuk menyerbu dan membunuh semua laki-laki dari peternakan Nabal. Tindakan emosional tersebut tentu saja tidak bisa dibenarkan. Akan tetapi, itulah kenyataan yang sedang akan terjadi. Kalau sampai terjadi, bukan hanya peternakan Nabal yang tertimpa musibah, kelompok Daud pun akan tercemar sebagai tidak beda dengan perampok dan pembunuh.

Di sinilah kita melihat perlindungan Allah bagi Daud. Tuhan memakai istri dari si bebal Nabal untuk mencegah tindakan anarkis, yang kelak bisa akan sangat disesali. Pepatah "Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna" tidak sampai terulang dalam sejarah Daud (lihat renungan 26 Mei 2014). Daud pun sangat mensyukuri tindakan Abigail yang mencegahnya dari perbuatan brutal menumpahkan darah orang lain. Kematian Nabal meredakan amarah Daud dan merasakan keadilan Allah ditegakkan.

Tuhan tahu, tantangan hidup anak Tuhan di dunia ini tidak mudah. Walau mau menjalankan hidup kudus, ada saja hal yang bisa memprovokasi atau menggoda kita untuk jatuh dalam dosa. Akan tetapi, Tuhan juga siap menolong kita, bahkan lewat orang yang tidak kita sangka. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu mendekat pada Tuhan sehingga tidak mudah tergoda atau terprovokasi situasi sekeliling kita.

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Jumat, 30 Mei 2014 - PELAMPIASAN (Mazmur 34:1-6)

  Tampilan cetakJumat, 30 Mei 2014

Bacaan   : Mazmur 34:1-6Setahun : 2 Tawarikh 31-33Nats       : Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. (Mazmur 34:5)

Jika balon ditekan, air atau udara di dalamnya akan mencari saluran penglepasan. Ditekan di atas akan meletus di bawah. Ditekan di samping kiri akan meletus di samping kanan. Singkat kata, air atau udara akan mencari saluran pelepasan sebagai reaksi atas tekanan. Begitu pun jiwa manusia. Apabila tertekan, jiwa akan mencari "jalur pelampiasan".

Daud tidak kurang-kurang mengalami tekanan dalam kehidupannya, terutama kala ia menjadi buronan Raja Saul. Dicari. Diancam. Dijebak. Diburu. Dimusuhi. Kehilangan jabatan dan pekerjaan. Kehilangan sahabat. Kehilangan istri. Amat tertekan. Batas antara waras dan gila terasa amat tipis. Tak heran, suatu saat, muncul pikiran untuk berpura-pura gila demi menyelamatkan diri. Namun, mazmur ini memberi tahu kita, saat jiwanya tertekan dan terguncang begitu rupa, Daud mencari salur an pelepasan yang tepat: Tuhan. Ia melampiaskan kesesakan jiwanya kepada Allah, Sang Pelepas. Dengan itu ia mendapatkan pertolongan, perlindungan, dan pemeliharaan-Nya. Ia mengalami kelegaan yang sesungguhnya.

Anda sedang tertekan oleh pelbagai kesukaran hidup atau perlakuan orang lain? Bahkan serasa mau gila? Pasti jiwa Anda meronta mencari kelepasan. Dunia ini sepertinya menawarkan banyak saluran. Mulai dari sekedar hiburan biasa sampai ke kehidupan malam, seks bebas, dan narkoba yang mengundang bahaya. Namun, sadarlah, sesungguhnya Tuhan saja jalan kelepasan yang sejati. Carilah Dia! --Pipi A /Renungan Harian

DI DALAM KRISTUS, ALLAH TIDAK MENGHUKUM KITA,TETAPI MEMELUK KITA DENGAN PENUH KASIH SEBAGAI ANAK-NYA.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Rabu, 28 Mei 2014

Kamis, 29 Mei 2014 - Pergi untuk kembali (Kisah para Rasul 1:6-11)

  Tampilan cetakKamis, 29 Mei 2014

Judul: Pergi untuk kembaliMinggus Tahitu, seorang penulis lagu tempo dulu, menulis lagu berjudul "Pergi untuk kembali" yang menceritakan perpisahan sepasang kekasih. Namun sang pria berjanji untuk kembali lagi setelah ia pergi.

Bacaan hari ini mencatat bahwa sebelum Yesus pergi (naik ke surga), Ia berjanji akan mengutus Roh Kudus turun ke atas para murid sehingga mereka memiliki kuasa untuk menjadi saksi-Nya, mulai dari Yerusalem hingga ke seluruh Yudea dan Samaria, bahkan sampai ke ujung bumi (8). Maka jelas bahwa kunci keberhasilan para murid dalam memenuhi amanat agung Tuhan Yesus adalah kuasa Roh Kudus. Dengan kuasa itu, para murid akan dimampukan untuk melanjutkan karya Kristus dengan mengajar, bersaksi, bahkan membuat mukjizat.

Setelah Yesus naik ke surga dengan disaksikan murid-murid-Nya, tiba-tiba berdirilah dua orang berpakaian putih (perwujudan dari malaikat) yang mengingatkan bahwa Yesus yang terangkat ke surga akan datang kembali (10-11). Yesus kembali ke rumah Bapa dan dari sana Ia akan melanjutkan pelayanan-Nya di bumi melalui rasul-rasul-Nya serta saksi-saksi yang lain.

Kalau kita perhatikan, peristiwa Kenaikan Yesus yang disebut juga sebagai pelayanan pasca-kebangkitan (Post Resurrection Ministry), terlihat dianggap tidak sepenting Natal, Jumat Agung, Paskah, dan peristiwa turunnya Roh Kudus (Pentakosta). Padahal peristiwa Kenaikan Yesus sama pentingnya. Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan satu rangkaian karya keselamatan Allah Tritunggal yang tidak boleh dipisahkan satu sama lain.

Peristiwa Kenaikan Yesus memiliki makna khusus yang berkaitan dengan kedatangan-Nya yang kedua kali, karena Kenaikan Yesus merupakan konfirmasi dan jaminan pasti dari kedatangan-Nya yang kedua kali, suatu hari nanti. Seorang ahli Alkitab berkata bahwa Kenaikan Kristus merupakan akhir karya Kristus di bumi, sekaligus permulaan sejarah gereja yang berlangsung hingga Kristus datang kembali.

Marilah kita mengingat serta mensyukuri seraya berjaga mengantisipasi kedatangan Kristus yang kedua kali kelak.

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

ISTIMEWA DI MATA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Mei 2014Baca:  Roma 8:28-30 "Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya."  Roma 8:30b

Saat hendak mengangkat dan meninggikan seseorang Tuhan tidak pernah melihat berdasarkan latar belakang pendidikan, rupa, status sosial, jabatan, tingkat kecerdasan, suku bangsa dan bahasa, namun semata-mata karena anugerah yang disediakan bagi siapa saja yang percaya kepadaNya.  Ada tertulis:  "Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani."  (Keluaran 33:19).  Namun banyak orang Kristen yang tidak menyadari betapa besar anugerah yang disediakan Tuhan bagi hidup mereka.

     Seseorang yang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi hidup di dalam kasih karunia Tuhan.  Namun ada hal-hal yang patut diperhatikan supaya kita masuk dalam rencanaNya yang sempurna yaitu menjadi orang-orang yang dimuliakanNya.  Percaya kepada Yesus, percaya Injil, bertobat dan lahir baru adalah tahap dasar bagi kita untuk mengalami anugerah dan berada di posisi yang Tuhan tentukan.  Tetapi hal itu tidaklah cukup, kita pun harus melangkah kepada kehidupan yang makin hari makin berkenan kepada Tuhan, sehingga mata Tuhan dan hatiNya terarah kepada kita.  Inilah yang akan membawa kita kepada posisi yang semakin dimuliakan, seperti yang terjadi dalam diri Daud.  "Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku."  (Kisah 13:22).  Grafik kehidupan Daud semakin hari semakin naik, bukan turun.

     Di dalam 1 Petrus 2:9 dikatakan:  "...kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:"  Inilah posisi orang percaya di hadapan Tuhan, sungguh sangat istimewa!  Namun di balik itu ada tanggung jawab besar di pundak kita yaitu harus memberitakan perbuatan-perbuatan Tuhan yang heran dan ajaib itu kepada bangsa-bangsa.  Jadi kita harus melangkah menjadi saksi-saksiNya di tengah dunia ini.

Saat dimuliakan Tuhan inilah kita sanggup melakukan perkara-perkara yang jauh lebih besar  (baca  Yohanes 14:12).

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Rabu, 28 Mei 2014 - RINDU DENGKURAN (Pengkhotbah 3:1-15)

  Tampilan cetakRabu, 28 Mei 2014

Bacaan   : Pengkhotbah 3:1-15Setahun : 2 Tawarikh 25-27Nats       : Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari. (Pengkhotbah 3:4)

Dalam sebuah video klip, seorang perempuan bercerita tentang mendiang suaminya. Ia menyatakan penghargaan atas hal-hal sederhana yang dilakukan sang suami. Ketika kondisi sang suami bertambah parah, dengkur an dan bunyi kentut, yang biasanya dianggap menjengkelkan, menjadi tanda bahwa suaminya masih hidup. Sekarang, menjelang tidur, ia merindukan bebunyian itu sambil mengenang mendiang. Video ini pun ditutup dengan nasihat agar kita mencintai, menghargai, dan bersyukur atas pasangan hidup yang Tuhan berikan.

"Untuk segala sesuatu ada masanya, " begitu kata Pengkhotbah. Ada waktu untuk menangis, tertawa, meratap, dan menari. Empat hal tersebut juga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Ada saja peristiwa, baik secara pribadi maupun bersama keluarga, yang membuat kita mengucurkan air mata atau terbahak-bahak. Pada kesempatan lain, kesedihan yang mendalam membuat kita meratap. Namun, kita juga mendapat kesempatan untuk menari karena mengalami perkara yang membahagiakan. Setiap orang hendaknya bersiap untuk menerima "giliran" dalam keempat hal tersebut.

Kelak ketika kita berpisah dengan orang yang kita kasihi, entah penyesalan entah kenangan manis yang melekat, tergantung pada apa yang kita lakukan sekarang. Selama masih ada waktu, bahkan untuk hal yang menjengkelkan, belajarlah menikmatinya. Kelak, mungkin hal itulah yang justru kita rindukan. Mari belajar untuk mencintai, menghargai, dan bersyukur atas keberadaan orang-orang terdekat kita. --Widodo Suryaputra /Renungan Harian

PENGAMATAN YANG JELI TERHADAP KEHIDUPANMEMBUAT SESEORANG DAPAT MEMAKNAI HIDUPNYA DENGAN LEBIH BAIK.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Selasa, 27 Mei 2014

Rabu, 28 Mei 2014 - (1 Samuel 24:1-23)

  Tampilan cetakRabu, 28 Mei 2014 Apa saja yang Anda baca?

1. Apa yang dilakukan Saul ketika mengetahui bahwa Daud berada di En-Gedi (1-3)?

2. Apa yang dilakukan Daud ketika kesempatan justru datang kepadanya untuk menyingkirkan Saul yang selama ini telah menjadi ancaman bagi Daud (4-8)?

3. Apa yang malah dilakukan oleh Daud terhadap Saul (9-16)?

4. Apa respons Saul terhadap sikap Daud tersebut (17-22)?

5. Apa sumpah Daud kepada Saul (23; lih. 22)?

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?

1. Mencontoh Daud, bagaimana sikap yang benar terhadap orang yang memiliki otoritas di atas kita, walaupun sikapnya tidak benar?

2. Menurut Anda, bolehkah kita membela diri ketika dalam melayani Tuhan mendapatkan perlakuan yang tidak benar bahkan membahayakan jiwa kita?

Apa respons Anda?

1. Adakah pengalaman Anda dalam menghadapi pemimpin yang berpotensi mengganggu, bahkan mengancam hidup Anda? Bagaimana selama ini Anda menghadapinya?

2. Apa yang akan Anda lakukan sekarang?

3. Apakah Anda pemimpin semacam itu (berperilaku Saul)?

4. Kalau ya, apa yang akan Anda lakukan untuk membereskannya?

Pokok Doa:

Bagi para pemimpin yang seharusnya menjadi panutan, agar Tuhan sendiri yang membentuk dan memurnikan mereka!

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2014/05/25/

Sumber : www.sabda.org

ISTIMEWA DI MATA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Mei 2014Baca:  Roma 8:28-30 "Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya."  Roma 8:30b

Saat hendak mengangkat dan meninggikan seseorang Tuhan tidak pernah melihat berdasarkan latar belakang pendidikan, rupa, status sosial, jabatan, tingkat kecerdasan, suku bangsa dan bahasa, namun semata-mata karena anugerah yang disediakan bagi siapa saja yang percaya kepadaNya.  Ada tertulis:  "Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani."  (Keluaran 33:19).  Namun banyak orang Kristen yang tidak menyadari betapa besar anugerah yang disediakan Tuhan bagi hidup mereka.

     Seseorang yang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi hidup di dalam kasih karunia Tuhan.  Namun ada hal-hal yang patut diperhatikan supaya kita masuk dalam rencanaNya yang sempurna yaitu menjadi orang-orang yang dimuliakanNya.  Percaya kepada Yesus, percaya Injil, bertobat dan lahir baru adalah tahap dasar bagi kita untuk mengalami anugerah dan berada di posisi yang Tuhan tentukan.  Tetapi hal itu tidaklah cukup, kita pun harus melangkah kepada kehidupan yang makin hari makin berkenan kepada Tuhan, sehingga mata Tuhan dan hatiNya terarah kepada kita.  Inilah yang akan membawa kita kepada posisi yang semakin dimuliakan, seperti yang terjadi dalam diri Daud.  "Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku."  (Kisah 13:22).  Grafik kehidupan Daud semakin hari semakin naik, bukan turun.

     Di dalam 1 Petrus 2:9 dikatakan:  "...kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:"  Inilah posisi orang percaya di hadapan Tuhan, sungguh sangat istimewa!  Namun di balik itu ada tanggung jawab besar di pundak kita yaitu harus memberitakan perbuatan-perbuatan Tuhan yang heran dan ajaib itu kepada bangsa-bangsa.  Jadi kita harus melangkah menjadi saksi-saksiNya di tengah dunia ini.

Saat dimuliakan Tuhan inilah kita sanggup melakukan perkara-perkara yang jauh lebih besar  (baca  Yohanes 14:12).

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Senin, 26 Mei 2014

Selasa, 27 Mei 2014 - Karakter yang mulai terbentuk (1 Samuel 23:1-28)

  Tampilan cetakSelasa, 27 Mei 2014

Judul: Karakter yang mulai terbentukTuhan bisa membentuk anak-anak-Nya melalui masalah yang Ia izinkan menimpa mereka. Seperti yang sedang Ia kerjakan pada diri Daud. Dalam pelariannya, karakter Daud mulai terbentuk yang membuat ia semakin berbeda dari Saul.

Pertama, Saul tidak pernah sungguh-sungguh mencari kehendak Allah sebelum menjalankan rencananya, tetapi Daud mulai belajar menanyakan langkah yang harus ia tempuh dalam pelarian ini. Walau orang-orang dekat Daud sempat meragukan jawaban Tuhan, Daud belajar menempatkan jawaban Tuhan sebagai jawaban final. Dengan bertanya secara tulus, Daud mendapat perkenan Tuhan yang membuat Daud luput dari upaya Saul menindasnya.

Kedua, kalau pengejaran Saul atas Daud telah menjadi semacam obsesi sehingga Saul kehilangan kepekaan dan tanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya, sebaliknya dengan Daud. Di tengah pelariannya, kepeduliannya terhadap salah satu kota Israel yang sedang diserang musuh muncul. Daud mulai belajar keluar dari masalahnya sendiri untuk melihat masalah rakyatnya. Daud sedang belajar menjadi seorang raja yang bertugas menggembalakan umat Tuhan.

Ketiga, dan ini yang mendasar. Sejak penolakan Tuhan atas Saul, Tuhan telah menarik Roh-Nya atas Saul (16:14). Sebagai gantinya, Roh Tuhan menyertai Daud (16:13). Doa Daud dan kepeduliannya akan kota Kehila merupakan bukti akan kesadaran Daud akan pengurapan dan penyertaan Tuhan.

Kita cenderung menganggap bahwa kalau Tuhan menyertai dan memberkati kita, pastilah tidak akan ada masalah serius yang menimpa hidup kita. Padahal, ketiadaan masalah membuat kita justru kehilangan kepekaan akan kehadiran-Nya dan kebutuhan kita akan Dia. Bersyukurlah kalau Tuhan mengizinkan kita menghadapi masalah. Itu artinya Ia percaya bahwa kita sanggup menghadapinya, tentu dengan bersandar pada-Nya. Ia dapat menggunakan kesempatan itu untuk membentuk karakter kita menjadi serupa dengan Kristus.

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Minggu, 25 Mei 2014

Senin, 26 Mei 2014 - DEMI PELAYANAN INJIL (Filipi 2:19-24)

  Tampilan cetakSenin, 26 Mei 2014

Bacaan   : Filipi 2:19-24Setahun : 2 Tawarikh 18-20Nats       : Ia telah menolong aku dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong bapaknya. (Filipi 2:22)

Saya bertemu seorang hamba Tuhan ketika ia melayani sebuah gereja lokal di Yogyakarta. Ia bercerita tentang Pak Sam (bukan nama sebenarnya), pemilik mobil yang dipakainya selama pelayanan. Pak Sam anggota jemaat yang ia layani itu. "Mobil ini khusus disediakan untuk pelayanan; kapan pun saya datang ke sini untuk melayani, saya boleh pakai, " ujarnya. Bagi saya, tindakan Pak Sam sungguh luar biasa. Demi kelancaran tugas pelayanan hamba Tuhan, ia rela memberikan sesuatu yang berharga.

Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus ada membicarakan sosok Timotius yang berjasa dalam mendukung pelayanannya. Ia bahkan menyatakan tindakan Timotius itu seperti pertolongan seorang anak kepada bapanya. Timotius berusaha sekuat daya untuk menolong Paulus dalam menuntaskan pelayanan Injil. Kesetiaan Timotius terhadap bapa rohaninya ini juga teruji, termasuk ketika Paulus ada dalam penjara, tempat surat Filipi ini ditulis.

Memberi pertolongan demi tercapainya misi pemberitaan Injil dapat dilakukan siapa saja. Apakah harus menyediakan mobil? Apakah harus blusukan ke penjara-penjara? Tentu tidak! Ada banyak rupa pertolongan yang dapat kita berikan, termasuk waktu dan tenaga untuk mendampingi hamba Tuhan dalam pelayanan. Apakah selama ini kita melewatkan kesempatan untuk memberi pertolongan kepada para pelayan Injil? Mulailah bertindak kala ada kesempatan yang Tuhan berikan, dengan segenap hati dan penuh sukacita. --Widodo Suryaputra /Renungan Harian

KITA ADALAH BAGIAN DARI TIM PEMBERITAAN INJIL;SUMBANGSIH DALAM BENTUK APA PUN TIDAK AKAN SIA-SIA.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Minggu, 25 Mei 2014 - BUNG KARNO MINTA MAAF (Lukas 22:24-30)

  Tampilan cetakMinggu, 25 Mei 2014

Bacaan   : Lukas 22:24-30Setahun : 2 Tawarikh 14-17Nats       : Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. (Lukas 22:26)

Ini kisah Maulwi Saelan, salah satu mantan ajudan Bung Karno (BK). Suatu hari ia berbantah-bantahan dengan BK. "Kalau marah, mata Bung Karno merah. Ia langsung masuk kamar, " katanya. Tak lama kemudian BK keluar kamar dan memanggil Maulwi. "Komm je hier maar (Kemarilah kamu), " kata BK. "Mampus, saya pasti dipecat, " pikir Maulwi. Apa yang terjadi? "Kamu benar, maafkan saya, "kata BK meminta maaf pada Maulwi.

Mengakui kesalahan dan meminta maaf bukanlah perkara yang mudah untuk dilakukan, terlebih jika yang bersalah itu seorang pemimpin. Seperti para murid Yesus, kebanyakan kita mengaitkan kepemimpinan dengan kedudukan terhormat, kekuasaan besar, dan kekebalan terhadap kesalahan. "Peraturan pertama: Bos tidak pernah salah. Peraturan kedua: Jika bos salah, lihat peraturan pertama, " kata sebuah guyon.

Yesus menjungkirbalikkan pandangan itu. Dia menakar kebesaran seorang pemimpin menurut kerendahan hati dan kesediaannya untuk melayani. Orang yang rendah hati tidak akan bersikap membenarkan diri. Ia menyadari dirinya toh masih manusia yang mungkin saja khilaf. Ia akan menjalankan tanggung jawab kepemimpinannya dengan mengandalkan bimbingan Tuhan dan tidak menutup diri terhadap masukan dan koreksi dari sesama. Kesediaan untuk meminta maaf ketika melakukan kesalahan, dengan demikian, menandakan kebesaran hati si pemimpin.

Dalam taraf tertentu, kepada kita masing-masing dipercayakan kepemimpinan. Apakah kita rendah hati dan mau melayani? --Arie Saptaji /Renungan Harian

JIWA YANG KERDIL MELEMPARKAN KESALAHAN PADA ORANG LAIN,JIWA YANG BESAR MENGAKUI KESALAHAN DAN MEMINTA MAAF.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Sabtu, 24 Mei 2014

Sabtu, 24 Mei 2014 - Hidup dalam pelarian (1 Samuel 21:1-22:5)

  Tampilan cetakSabtu, 24 Mei 2014

Judul: Hidup dalam pelarianPerjalanan hidup Daud sampai saat ini, sepertinya menjauh daripada prospek yang mungkin pernah terbayang olehnya, saat ia diurapi Samuel. Bukannya menanjak menuju puncak karier, sepertinya malah terjun bebas. Daud sekarang menjadi pelarian.

Tiga peristiwa yang dicatat di perikop hari ini menunjukkan betapa tidak nyamannya Daud dalam pelarian itu. Pada peristiwa pertama, Daud terpaksa berbohong kepada imam Ahimelekh agar kedatangannya tidak dicurigai. Pelajaran pahit akan diterima Daud kemudian karena kebohongannya itu menjadi malapetaka buat keluarga Ahimelekh (lih. 1Sam 22:16-17). Daud belajar agar dalam situasi apa pun, dia tidak boleh berbohong, melainkan bersandar kepada Tuhan.

Peristiwa kedua sesungguhnya sangat memalukan. Hal yang ironis terjadi. Pahlawan Israel yang telah mengalahkan pendekar Filistin dan banyak pasukannya, harus lari ke wilayah Filistin demi keselamatannya. Lebih menghancurkan harga diri lagi, Daud harus berpura-pura gila demi menutupi identitasnya sebagai musuh Filistin.

Peristiwa ketiga, dalam pelarian ternyata Daud tidak sendirian. Banyak orang yang mengalami hal serupa dengan yang dialami Daud, bergabung dengannya. Mereka harus lari dari kenyataan hidup yang keras, walau tidak berarti mereka bisa menghindar dari kesulitan. Hal yang sedikit menghibur hati ialah mereka menjadi satu gerombolan yang termobilisasi dengan baik.

Kita percaya pada pemeliharaan Allah atas orang urapan-Nya. Pemeliharaan Allah tidak berarti pemanjaan, melainkan pendisiplinan. Apa yang Daud alami, merupakan latihan mental untuk siap kelak menjadi pemimpin yang tidak mengulangi kesalahan pemimpin lama, Saul. Mari belajar dari kisah pelarian Daud ini, untuk menjadi lebih bersandar kepada Tuhan daripada mengandalkan hikmat dan kekuatan sendiri. Ada waktunya, dunia berupaya menghancurkan anak-anak Tuhan dari iman mereka pada-Nya. Saat-saat seperti itu, kita boleh tetap percaya dan mengandalkan Tuhan.

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

ABRAHAM: Membangun Mezbah

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Mei 2014Baca:  Maleakhi 3:13-18 "Maka kamu akan melihat kembali perbedaan antara orang benar dan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya."  Maleakhi 3:18

Iman dan ketaatan Abraham adalah buah ketekunannya beribadah kepada Tuhan.  Bukti bahwa ia tekun beribadah dan memiliki persekutuan karib dengan Tuhan adalah mezbah-mezbah yang dibangunNya.  Mezbah berbicara tentang ibadah, artinya Abraham menghormati Tuhan, karena di atas mezbah ada korban yang dipersembahkan kepada Tuhan.  Tidak hanya satu, tapi ada empat mezbah yang telah dibangunnya.

     Ke-4 mezbah yang telah dibangun Abraham adalah:  1.  Mezbah di dekat Sikhem  (Kejadian 12:6-7).  Kata Sikhem berarti bahu.  Membuktikan bahwa Abraham telah menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan:  segala permasalahan dan beban hidup ia letakkan di atas bahu Tuhan.  Dengan kata lain Abraham tidak lagi mengandalkan kekuatannya sendiri, tapi mengandalkan Tuhan dalam segala hal.  Jangan sekali-kali mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi taruhlah segala beban hidup kita di bahu Tuhan.  Yakinlah jika kita mengangkat tangan berserah, Tuhan pasti turun tangan menolong kita.

     2.  Mezbah dekat Betel  (Kejadian 12:8).  Betel berarti rumah Tuhan.  Abraham sangat menghormati rumah Tuhan, tempat di mana Ia hadir.  Setiap orang yang menghormati rumah Tuhan pasti akan diberkati secara luar biasa.  Contohnya keluarga Obed Edom:  "Tiga bulan lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom, orang Gat itu, dan TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya."  (2 Samuel 6:11-12).

     3.  Mezbah di Hebron  (baca  Kejadian 13:18).  Kata Hebron berarti damai sejahtera.  Ketika ke luar dari negerinya Abraham tidak hanya membawa keluarga, tapi juga Lot  (keponakannya)  sehingga Lot pun merasakan dampaknya, turut diberkati.  Karena kekayaannya yang melimpah mereka harus berpisah.  Abraham memilih untuk mengalah dan tidak mau bertengkar dengan Lot, sehingga ada damai sejahtera dalam diri Abraham.

     4.  Mezbah di gunung Moria  (Kejadian 22:1-2).  Di gunung Moria ini Abraham telah membuktikan kasihnya yang besar kepada Tuhan dengan mempersembahkan Ishak.

Jika kita beribadah kepada Tuhan dengan sungguh kita pasti akan mengalami berkat-berkatNya yang melimpah!

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Sabtu, 24 Mei 2014 - BAGIAN KITA (Amsal 30:1-14)

  Tampilan cetakSabtu, 24 Mei 2014

Bacaan   : Amsal 30:1-14Setahun : 2 Tawarikh 10-13Nats       : Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. (Amsal 30:8)

Seekor anjing berlari-lari membawa tulang dari tong sampah. Ketika melewati jembatan, ia menunduk dan melihat bayangan dirinya terpantul dari air sungai. Ia mengira, ada anjing lain membawa tulang yang lebih besar dari miliknya. Tanpa berpikir panjang, ia menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke air. Anjing itu akhirnya harus bersusah payah berenang ke tepian. Akhirnya, ia hanya bisa berdiri termenung dan sedih karena tulang yang dibawanya tadi sudah hilang.

Dongeng itu menggambarkan sikap tidak berpuas diri yang berkembang menjadi keserakahan. Agur bin Yake belajar untuk menghindarinya. Ia memohon dua hal pada Tuhan (ay. 7). Pertama, agar Tuhan menjauhkannya dari kecurangan dan kebohongan. Kedua, agar Tuhan tidak memberinya kemiskinan atau kekayaan. Intinya, ia memohon agar Tuhan memberikan apa yang memang menjadi bagiannya (ay. 8). Permohonan Agur menunjukkan kepercayaannya: bahwa Tuhan sudah menyiapkan berkat khusus baginya.

Menyadari bahwa kita memiliki bagian kita sendiri akan menghindarkan kita dari keserakahan atau mengingini milik orang lain. Keserakahan berpotensi membuat kita kehilangan kebaikan-kebaikan yang kita miliki. Jiwa kita akan dirundung oleh kekecewaan dan kekhawatiran. Karena itu, baiklah kita belajar bersyukur atas bagian khusus itu. Dalam pemeliharaan-Nya, kita tidak akan mengalami kekurangan. Dalam penjagaan-Nya, kita akan mengalami kepuasan dan kecukupan yang sesungguhnya. --Fiane Filadelfia /Renungan Harian

KESERAKAHAN MENDATANGKAN KEKURANGAN;RASA SYUKUR MEMBUAHKAN KECUKUPAN.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Jumat, 23 Mei 2014

ABRAHAM: Membangun Mezbah

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Mei 2014Baca:  Maleakhi 3:13-18 "Maka kamu akan melihat kembali perbedaan antara orang benar dan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya."  Maleakhi 3:18

Iman dan ketaatan Abraham adalah buah ketekunannya beribadah kepada Tuhan.  Bukti bahwa ia tekun beribadah dan memiliki persekutuan karib dengan Tuhan adalah mezbah-mezbah yang dibangunNya.  Mezbah berbicara tentang ibadah, artinya Abraham menghormati Tuhan, karena di atas mezbah ada korban yang dipersembahkan kepada Tuhan.  Tidak hanya satu, tapi ada empat mezbah yang telah dibangunnya.

     Ke-4 mezbah yang telah dibangun Abraham adalah:  1.  Mezbah di dekat Sikhem  (Kejadian 12:6-7).  Kata Sikhem berarti bahu.  Membuktikan bahwa Abraham telah menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan:  segala permasalahan dan beban hidup ia letakkan di atas bahu Tuhan.  Dengan kata lain Abraham tidak lagi mengandalkan kekuatannya sendiri, tapi mengandalkan Tuhan dalam segala hal.  Jangan sekali-kali mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi taruhlah segala beban hidup kita di bahu Tuhan.  Yakinlah jika kita mengangkat tangan berserah, Tuhan pasti turun tangan menolong kita.

     2.  Mezbah dekat Betel  (Kejadian 12:8).  Betel berarti rumah Tuhan.  Abraham sangat menghormati rumah Tuhan, tempat di mana Ia hadir.  Setiap orang yang menghormati rumah Tuhan pasti akan diberkati secara luar biasa.  Contohnya keluarga Obed Edom:  "Tiga bulan lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom, orang Gat itu, dan TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya."  (2 Samuel 6:11-12).

     3.  Mezbah di Hebron  (baca  Kejadian 13:18).  Kata Hebron berarti damai sejahtera.  Ketika ke luar dari negerinya Abraham tidak hanya membawa keluarga, tapi juga Lot  (keponakannya)  sehingga Lot pun merasakan dampaknya, turut diberkati.  Karena kekayaannya yang melimpah mereka harus berpisah.  Abraham memilih untuk mengalah dan tidak mau bertengkar dengan Lot, sehingga ada damai sejahtera dalam diri Abraham.

     4.  Mezbah di gunung Moria  (Kejadian 22:1-2).  Di gunung Moria ini Abraham telah membuktikan kasihnya yang besar kepada Tuhan dengan mempersembahkan Ishak.

Jika kita beribadah kepada Tuhan dengan sungguh kita pasti akan mengalami berkat-berkatNya yang melimpah!

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Sabtu, 24 Mei 2014 - Hidup dalam pelarian (1 Samuel 21:1-22:5)

  Tampilan cetakSabtu, 24 Mei 2014

Judul: Hidup dalam pelarianPerjalanan hidup Daud sampai saat ini, sepertinya menjauh daripada prospek yang mungkin pernah terbayang olehnya, saat ia diurapi Samuel. Bukannya menanjak menuju puncak karier, sepertinya malah terjun bebas. Daud sekarang menjadi pelarian.

Tiga peristiwa yang dicatat di perikop hari ini menunjukkan betapa tidak nyamannya Daud dalam pelarian itu. Pada peristiwa pertama, Daud terpaksa berbohong kepada imam Ahimelekh agar kedatangannya tidak dicurigai. Pelajaran pahit akan diterima Daud kemudian karena kebohongannya itu menjadi malapetaka buat keluarga Ahimelekh (lih. 1Sam 22:16-17). Daud belajar agar dalam situasi apa pun, dia tidak boleh berbohong, melainkan bersandar kepada Tuhan.

Peristiwa kedua sesungguhnya sangat memalukan. Hal yang ironis terjadi. Pahlawan Israel yang telah mengalahkan pendekar Filistin dan banyak pasukannya, harus lari ke wilayah Filistin demi keselamatannya. Lebih menghancurkan harga diri lagi, Daud harus berpura-pura gila demi menutupi identitasnya sebagai musuh Filistin.

Peristiwa ketiga, dalam pelarian ternyata Daud tidak sendirian. Banyak orang yang mengalami hal serupa dengan yang dialami Daud, bergabung dengannya. Mereka harus lari dari kenyataan hidup yang keras, walau tidak berarti mereka bisa menghindar dari kesulitan. Hal yang sedikit menghibur hati ialah mereka menjadi satu gerombolan yang termobilisasi dengan baik.

Kita percaya pada pemeliharaan Allah atas orang urapan-Nya. Pemeliharaan Allah tidak berarti pemanjaan, melainkan pendisiplinan. Apa yang Daud alami, merupakan latihan mental untuk siap kelak menjadi pemimpin yang tidak mengulangi kesalahan pemimpin lama, Saul. Mari belajar dari kisah pelarian Daud ini, untuk menjadi lebih bersandar kepada Tuhan daripada mengandalkan hikmat dan kekuatan sendiri. Ada waktunya, dunia berupaya menghancurkan anak-anak Tuhan dari iman mereka pada-Nya. Saat-saat seperti itu, kita boleh tetap percaya dan mengandalkan Tuhan.

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Kamis, 22 Mei 2014

Kamis, 22 Mei 2014 - Perjalanan hidup (1 Samuel 19:1-24)

  Tampilan cetakKamis, 22 Mei 2014

Judul: Perjalanan hidupSastra Yunani mengenal yang namanya tragedi dan komedi. Tragedi artinya, perjalanan hidup seseorang yang sedang merosot sampai ke titik nadir. Komedi sebaliknya, perjalanan seseorang yang menanjak sampai ke puncak. Berbarengan dengan kisah hidup Saul yang merosot terus dalam berbagai aspek kehidupannya, Daud dikisahkan sedang menanjak oleh anugerah Tuhan menuju posisi puncak, yaitu menjadi raja atas Israel.

Saul telah terobsesi untuk membunuh Daud. Namun karena teguran Yonatan, putranya, Saul urung membunuh Daud. Bahkan sikapnya itu dikuatkan dengan suatu sumpah yang berat (6). Ternyata sumpahnya hanya bertahan di bibir. Saat Daud kembali menang perang, kedengkian Saul terhadap Daud menggelora kembali. Seperti perikop yang lalu, untuk menyingkirkan Daud, Saul menggunakan berbagai cara. Cara yang satu tidak berhasil (9-10), cara lain digunakan (11-17; 20-24). Hidup Saul semakin merosot. Perhatiannya sekarang bukan pada bagaimana memerintah bangsanya, tetapi bagaimana membinasakan Daud. Di satu sisi, jelas kekalapan Saul merupakan akibat dari ketidaktundukannya pada kehendak Tuhan, dan sekaligus penghukuman Tuhan atas kedegilan hatinya. Namun di sisi lain, Saul sendiri menolak bertobat dari dosanya.

Bagi Daud, perjalanan menuju puncak sepertinya masih harus melewati jalan yang landai. Berulang kali dalam pasal ini, dan masih akan terjadi di pasal-pasal berikut, ia harus melarikan diri dari rencana keji Saul untuk menyingkirkannya. Syukur kepada Tuhan, dalam salah satu pelariannya ia dapat berjumpa dengan Samuel. Samuel secara jabatan sebagai nabi sudah emeritus, tetapi hatinya tetap penuh kasih dan peduli. Penyertaan Samuel pada Daud pasti menguatkan Daud yang sedang galau.

Mungkin saat ini, dalam perjalanan hidup kita, kita merasa galau seperti Daud. Ada sosok "Saul" yang membayangi kita. Ingat, kita tidak sendirian. Tuhan siap menyediakan "Samuel" untuk mendampingi dan menguatkan kita. Percaya dan tetap bersandar kepada-Nya.

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Rabu, 21 Mei 2014

PENYESALAN DAUD

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Mei 2014Baca:  1 Tawarikh 21:18-30 "Lalu Daud mendirikan di sana mezbah bagi TUHAN, mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan dan memanggil TUHAN."  1 Tawarikh 21:26a

Daud menyadari kesalahan yang telah dilakukannya.  "Aku telah sangat berdosa karena melakukan hal ini; maka sekarang, jauhkanlah kiranya kesalahan hamba-Mu, sebab perbuatanku itu sangat bodoh."  (1 Tawarikh 21:8).

     Penyesalan selalu datang terlambat setelah semuanya terjadi.  Akibat pelanggaran yang dilakukan Daud Tuhan murka kepada umat Israel dengan mendatangkan penyakit sampar, sehingga  "...tewaslah dari orang Israel tujuh puluh ribu orang."  (1 Tawarikh 21:14).  Namun melihat penyesalan mendalam dalam diri Daud surutlah kemarahan Tuhan.  Daud mengakui:  "...Engkau, ya Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih dan setia."  (Mazmur 86:15).  Melalui Gad, malaikat Tuhan memberikan sebuah petunjuk kepada Daud tentang apa yang harus dilakukannya sebagai jalan pendamaian bagi bangsa Israel, yaitu mendirikan mezbah bagi Tuhan dan mempersembahkan korban bakaran.  Setelah Daud melakukan apa yang diperintahkan itu,  "...TUHAN menjawab dia dengan menurunkan api dari langit ke atas mezbah korban bakaran itu. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada malaikat itu supaya dikembalikannya pedangnya ke dalam sarungnya."  (1 Tawarikh 21:26-27), dan seketika itu tulah pun berhenti menimpa bangsa Israel.

     Mezbah berbicara tentang pendamaian antara manusia dan Tuhan.  Sejak manusia jatuh dalam dosa Tuhan sudah menetapkan bahwa pendamaian hanya dapat terjadi melalui penumpahan darah, sebab  "...tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan."  (Ibrani 9:22).  Demikian pula dengan dosa yang dilakukan Daud, haruslah ada penumpahan darah binatang dan mengorbankannya kepada Tuhan sebagai korban pendamaian, sehingga Tuhan menerimanya.  Ada pun korban-korban Perjanjian Lama ini telah disempurnakan melalui pengorbanan Yesus Kristus di atas Kalvari.  Darah Kristus telah ditentukan sebagai korban pendamaian antara kita dengan Allah, sekali untuk selamanya.  "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."  (1 Yohanes 1:9).

Pertobatan Daud akhirnya membawa pemulihan bagi bangsa Israel.

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Selasa, 20 Mei 2014

Rabu, 21 Mei 2014 - Menyikapi kehendak Allah (1 Samuel 18:1-30)

  Tampilan cetakRabu, 21 Mei 2014

Judul: Menyikapi kehendak AllahKemenangan Daud atas Goliat, membuat Daud diterima dalam keluarga Saul. Lebih daripada sekadar penghibur Saul dengan kecapi, walaupun hal itu tetap dilakukan Daud (10). Kini Daud dipercaya memimpin pasukan perang Saul (5). Di satu sisi, hal ini merupakan kehormatan bagi Daud. Bahkan Yonatan, putra mahkota Saul, menerimanya sebagai sahabat karib. Akan tetapi di sisi lain, ternyata ancaman secara tidak terduga justru muncul dari sang raja.

Masuknya Daud dalam pasukan elit Saul sebenarnya merupakan skenario Tuhan. Daud, yang diurapi sedang dipersiapkan agar pada waktu-Nya meneruskan kepemimpinan Saul yang sudah Tuhan tolak. Kemenangan Daud atas Goliat dan dalam peperangan-peperangan berikutnya, merupakan peneguhan terhadap pilihan Tuhan atasnya. Hal itu terungkap dari ucapan rakyat yang tanpa mereka sadari telah mengelu-elukan pahlawan mereka, "Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa" (7).

Mendengar hal itu, Saul merasa tersindir. Kelihatan Saul sama sekali telah melupakan atau tidak peduli sedikit pun pada hukuman Tuhan yang diberikan kepadanya melalui Samuel atas ketidaksetiaannya pada masa lampau (1Sam 15:28-29). Saul tetap merasa sebagai raja yang sah. Maka tidak heran bagi Saul, Daud merupakan ancaman untuk takhtanya. Dengan segala cara Saul berupaya menyingkirkan Daud. Cara kasar tidak berhasil (10-11), cara tipu muslihat pun dipakai (17-26). Ternyata cara tersebut tidak berhasil juga (27)! Sebenarnya, bagi Saul kegagalan ini seharusnya merupakan peringatan Tuhan akan penolakan-Nya (28). Sayang sekali sikap Saul malah terus memusuhi Daud (29).

Posisi Daud memang serba salah. Namun, itu merupakan proses persiapan dan pematangannya untuk kelak menjadi raja yang lebih baik. Posisi Saul pun juga serba salah. Namun ini terjadi karena Saul tidak mau tunduk pada kehendak Allah!

Belajar tunduk pada kehendak Allah merupakan kunci untuk memiliki hati yang sejahtera! Oleh karena itu, kenali kehendak-Nya lewat firman-Nya, dan terimalah dengan hati yang terbuka.

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 19 Mei 2014

HATI YANG RELA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Mei 2014Baca:  Keluaran 4:1-17 "Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan."  Keluaran 4:12

Dalam memilih seseorang Tuhan tidak pernah melihatnya dari sudut pandang secara fisik atau kecerdasan secara intelektual.  "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."  (1 Samuel 16:7b).  Begitu juga panggilanNya terhadap Musa, Tuhan tidak menanyakan seberapa kuat dan hebatnya dia, namun Tuhan ingin mengetahui isi hatinya:  adakah ia memiliki kerelaan hati untuk dibentuk dipakaiNya?

     Tuhan tidak pernah salah dalam memanggil seseorang karena Dia tahu persis siapa kita, kesanggupan kita, kekuatan kita, kelemahan kita dan keterbatasan kita.  Karena itu Tuhan berkata kepada Musa,  "...pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan."  (Keluaran 4:12).  Tuhan juga mendemonstrasikan kuasaNya di depan Musa secara langsung:  diperintahkan untuk melemparkan tongkatnya ke tanah dan tongkat itu menjadi ular;  memasukkan tangannya ke dalam baju dan setelah ditarik ke luar tangannya pun terkena kusta, putih seperti salju.  Melalui peristiwa ini Tuhan hendak menegaskan,  "Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk TUHAN?"  (Kejadian 18:14).  Jadi tidak ada alasan bagi musa untuk lari dari panggilan Tuhan ini.  Namun semua sangat tergantung dari sikap dan respons hati kita.  Sekalipun Tuhan mengenal kita secara sempurna tapi Ia tidak akan berbuat apa-apa sebelum kita menyerahkan kemauan kita kepadaNya.  Tuhan sangat rindu kita menyerahkan kerelaan hati kita ke dalam tanganNya dan masuk ke dalam rencanaNya yang indah.

     Mari kita belajar dari Daud yang punya hati yang rela untuk dibentuk Tuhan:  "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;"  (Mazmur 139:23).  Saat kita punya penyerahan diri, saat itu pula Tuhan akan bekerja di dalam kita;  dan ketika Tuhan bekerja saat itulah kita beroleh kekuatan dan kesanggupan untuk mengerjakan panggilanNya, bahkan kita dapat melakukan perkara-perkara yang besar.  Asal kita punya hati yang rela, Tuhan akan berkarya secara ajaib di dalam kita.

Hati yang rela adalah hal yang senantiasa Tuhan nantikan dari umatNya!

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Selasa, 20 Mei 2014 - TAMENG KEHIDUPAN (Yohanes 10:1-18)

  Tampilan cetakSelasa, 20 Mei 2014

Bacaan   : Yohanes 10:1-18Setahun : 1 Tawarikh 27-29Nats       : Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Akulah pintu bagi domba-domba itu... siapa saja yang masuk melalui Aku, ia akan diselamatkan dan ia akan masuk dan keluar serta menemukan padang rumput. (Yohanes 10:7, 9)

Pada 20 Mei 2013, tornado dahsyat menerjang Oklahoma, Amerika Serikat. Angin kencang 300 km/jam itu meluluhlantakkan semua daerah yang diterjangnya. Ada guru di SD Plaza Towers yang menjadi "tameng hidup" bagi murid-muridnya. Bagaimana tidak? Ia berbaring di atas tubuh enam murid di kamar mandi sekolah, agar anak-anak itu tak tercabut oleh pusaran tornado! Akibatnya, ia mengalami luka cukup serius di sekujur tubuh. Ya, ia bukan hanya guru yang mentransfer ilmu, tetapi juga mentransfer hidup bagi murid-muridnya.

Itulah ciri gembala yang sesungguhnya-menurut Yesus. Gembala upahan akan lari saat ada bahaya. Sebaliknya, setiap petang gembala sejati membawa seluruh dombanya masuk ke kandang, lalu ia akan tidur di pintu kandang. Ia tidur di situ agar bisa cepat tahu bila ada binatang buas yang hendak memasuki kandang untuk menerkam domba-dombanya.

Yesus adalah Gembala sejati manusia. Dia berkata: "Akulah pintu ke domba-domba itu". Di bukit Kalvari, Dia memasang badan-Nya menjadi "tameng hidup" yang menyelamatkan domba-domba-Nya dari maut. Dan, salib Kalvari menjadi pintu menuju surga-tempat teraman dari semua badai keganasan dunia yang sedang menuju kehancuran. Yesus bukan hanya mengajarkan jalan keselamatan, Dia sendirilah jalan keselamatan itu. Dia mengurbankan hidup-Nya demi memperdamaikan manusia dengan Allah, agar setiap orang yang percaya tidak binasa melainkan beroleh hidup kekal. Sudahkah Anda memercayai-Nya dan menyambut keselamatan-Nya? --Susanto /Renungan Harian

SIKAP DAN KEPUTUSAN KITA TERHADAP YESUS SAAT INIMENENTUKAN NASIB KITA DALAM KEKEKALAN.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

HATI YANG RELA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Mei 2014Baca:  Keluaran 4:1-17 "Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan."  Keluaran 4:12

Dalam memilih seseorang Tuhan tidak pernah melihatnya dari sudut pandang secara fisik atau kecerdasan secara intelektual.  "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."  (1 Samuel 16:7b).  Begitu juga panggilanNya terhadap Musa, Tuhan tidak menanyakan seberapa kuat dan hebatnya dia, namun Tuhan ingin mengetahui isi hatinya:  adakah ia memiliki kerelaan hati untuk dibentuk dipakaiNya?

     Tuhan tidak pernah salah dalam memanggil seseorang karena Dia tahu persis siapa kita, kesanggupan kita, kekuatan kita, kelemahan kita dan keterbatasan kita.  Karena itu Tuhan berkata kepada Musa,  "...pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan."  (Keluaran 4:12).  Tuhan juga mendemonstrasikan kuasaNya di depan Musa secara langsung:  diperintahkan untuk melemparkan tongkatnya ke tanah dan tongkat itu menjadi ular;  memasukkan tangannya ke dalam baju dan setelah ditarik ke luar tangannya pun terkena kusta, putih seperti salju.  Melalui peristiwa ini Tuhan hendak menegaskan,  "Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk TUHAN?"  (Kejadian 18:14).  Jadi tidak ada alasan bagi musa untuk lari dari panggilan Tuhan ini.  Namun semua sangat tergantung dari sikap dan respons hati kita.  Sekalipun Tuhan mengenal kita secara sempurna tapi Ia tidak akan berbuat apa-apa sebelum kita menyerahkan kemauan kita kepadaNya.  Tuhan sangat rindu kita menyerahkan kerelaan hati kita ke dalam tanganNya dan masuk ke dalam rencanaNya yang indah.

     Mari kita belajar dari Daud yang punya hati yang rela untuk dibentuk Tuhan:  "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;"  (Mazmur 139:23).  Saat kita punya penyerahan diri, saat itu pula Tuhan akan bekerja di dalam kita;  dan ketika Tuhan bekerja saat itulah kita beroleh kekuatan dan kesanggupan untuk mengerjakan panggilanNya, bahkan kita dapat melakukan perkara-perkara yang besar.  Asal kita punya hati yang rela, Tuhan akan berkarya secara ajaib di dalam kita.

Hati yang rela adalah hal yang senantiasa Tuhan nantikan dari umatNya!

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari