Rabu, 31 Oktober 2007

DOA SEORANG ANAK KECIL

Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya. Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tiba lah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-ke ncang. Di setiap jalur
lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya. Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan yang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!". Dorr. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. "Ayo..ayo...cepat..cepat, maju..maju" , begitu teriak mereka. Ahha...sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan, Mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih." Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?". Mark terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan" kata Mark. Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain. "Aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah." Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarla h gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.

Teman, anak-anak, tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark, tak memohon Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun, Mark, bermohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga. Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukankah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya? Kita, sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa pesimis dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah dan mudah menyerah. Sesungguhnya, Tuhan sedang menguji setiap hamba-Nya yang beriman. Jadi, teman, berdoalah agar kita selalu tegar dalam setiap ujian. Berdoalah agar kita selalu dalam lindungan-Nya saat menghadapi itu semua. Amin

Selasa, 30 Oktober 2007

"Something Like Happiness"

“Something like happiness”

Itu judul sebuah film independen dari chez Republik yang aku nonton sewaktu JIFFEST tahun lalu. Tapi, saya tidak bermaksud menceritakan kisah film itu di sini. Teman-teman, kadang-kadang di tengah kesibukan saya yang lumayan padat di Jogyakarta, saya merasakan seringkali hampir tidak ada waktu lagi untuk membagikan permenungan saya melalui blog ini. Kadang juga ada pertanyaan “ah…apa mungkin ini akan banyak gunanya bagi orang lain, apa mungkin teman-teman membacanya?”

Keraguan saya terjawab ketika berulang kali merenungkan perikop tentang Kerajaan Allah. Lebih lagi, apa yang dikatakan Rasul Paulus dalam bacaan hari ini sungguh menguatkan saya. Saya percaya bahwa meski kecil, sederhana usaha ini, lama-lama akan menghasilkan banyak buah. Saya percayakan pada Tuhan semuanya itu. Saya hanyalah alat-Nya. Kata-kata Rasul Paulus sungguh menghibur pula: “…Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. (Roma 8:17)”. Inilah jaminan pengharapan yang diberikan Tuhan bagiku dan bagi kita semua yang berusaha melalui perbuatan dan karya kita yang sederhana, bekerja mewujudkan Kerajaan Allah. Kita adalah pekerja, yang merawat dan menyiangi…, tapi tetap Allah yang memberi pertumbuhan. Maka, mempercayakan kepada Allah seperti apa hasilnya usaha kita itu nantinya adalah sikap iman yang otentik.

Kalau kita sungguh mengasihi Tuhan, kita akan sungguh pula merasakan penyelenggarannya. Sulit bagi saya membayangkan bagaimana mungkin ibu saya yang janda, selepas ditinggal mati papa, sanggup membesarkan dan membiayai pendidikanku dan keempat saudaraku yang lain. Gaji pensiunan papaku sebenarnya hanya cukup buat makan sehari-hari. Ada saja jalan yang disediakan Tuhan bagi keluargaku…Seringkali mengejutkan…tapi sungguh dia mengerti apa yang kami butuhkan. Suatu kali ketika begitu cemas dengan keadaan keuangan keluarga, mama yang sekolahnya tidak setinggi saya, mengingatkan saya “Nal.., burung saja dikasih makan sama Tuhan, masak kita tidak. Sekarang berdoa bersama saya supaya apa yang sedang mama rencanakan dan usahakan ini berhasil…” Kata-kata ini saya ingat selalu karena memang besoknya apa yang kami butuhkan sungguh-sungguh kami dapatkan…

Semalam tak nyangka seorang teman yang sudah lama gak kontak, muncul dan curhat tentang pengalaman rohaninya. Melalui yahoo messenger, percakapan kami masing-masing memberi kekuatan baru bagi kami… Sekali lagi, Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia…I really feel something not just like happines, but really happiness…

ronald,s.x.

Dari Fermipan, Donat, hingga Kerajaan Allah

Dari Fermipan, Donat, hingga Kerajaan Allah

Sewaktu SD, saya suka sekali memperhatikan mama mengolah adonan terigu menjadi roti atau kue tart; sering juga mencolek kue-kue yang masih setengah matang di dalam oven. Saya masih ingat betul, ketika Mixer Kue (mesin pengaduk adonan roti) belum begitu banyak beredar, mama masih menggunakan alat sederhana dari kawat berbentuk spiral untuk mengaduk adonan roti dan tak jarang pula mengaduk dengan tangan saja. Mama orang yang pengertian. Dia meladeni juga curiosity ku yang kebangetan…Jadi, dia beritahu juga bahan-bahan apa saja yang penting untuk membuat kue..Saya masih ingat bahan-bahan itu antara lain, backing powder, vanili, mentega, terigu, telur dan yang paling penting fermipan atau bibit roti atawa ragi..Bahan terakhir inilah yang membuat adonan roti mengembang…Saya memperhatikan proses pengembangan adonan itu berlangsung antara satu hingga dua jam. Setelah itu baru dijadikan donat atau jenis roti lainnya. Oh ya, mama saya trampil buat kue dan melayani pesanan kue.

Pengalaman itu membuat saya cukup memahami arti Kerajaan Allah. Yesus mengumpakannya seperti biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya lalu biji itu tumbuh dan menjadi pohon sekaligus hunian bagi burung-burung. Juga kerajaan Allah seperti ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir atau mengembang merata seluruhnya..(Lukas 13:18-21)

Biji dan ragi adalah kenyataan Kerajaan Allah. Lalu kerajaan Allah itu apa? Kita mesti ingat apa yang Yesus katakan dan kerjakan untuk memahami itu. “Ketika aku menyembuhkan orang lumpuh, membangkitkan orang mati, mentahirkan yang buta, sesungguhnya Kerajaan Allah itu telah datang padamu”. Maksudnya, Kerajaan Allah adalah peristiwa di mana Allah merajai hati kita, menjadi dorongan dan tujuan dasar pilihan-pilihan hidup kita sehari-hari. Hati kita menjadi hati yang terbuka seperti Allah menyambut dan mengasihi sesama tanpa syarat…Cara hidup kita sebagai orang Katolik menjadi kesaksian yang pertama dan utama tentang Kerajaan Allah, yang menjadi daya tarik bagi banyak orang. Kerajaan Allah adalah anugerah Cuma-Cuma dari Allah, tapi kita mesti seperti si penabur yang menabur dan memelihara biji itu sampai tumbuh; seperti perempuan yang mengaduk adonan roti sampai mengembang dan siap disantap. Tuhan butuh anda untuk mewujudkan kerajaan-Nya. Bagaimana mungkin? Kita mulai dari hal-hal yang kecil dan sederhana, seperti biji dan ragi tadi; masuk kantor tepat waktu, setia pada tugas-tugas yang dipercayakan, mendukung dan menghibur teman yang lagi down, selalu menyapa selamat pagi-selamat siang-selamat sore untuk teman-teman di kantor atau sekolah; menyediakan bantuan khusus bagi saudara kita yang tidak mampu…Masukkan salah satunya dalam schedule harian anda…Kecil-kecil tapi lama-lama bersama perbuatan kecil-kecil dari saudara-saudari kita lainnya,kita sedang ikut serta mewujudkan Kerajaan Allah.

Salam,

Ronald,s.x.

Anda Kerasukan Roh Apa?

Anda Kerasukan Roh Apa?

Bacaan: Rm. 8:12-17; Lukas 13:10-17

Kisah Injil menarik untuk direnungkan. Yesus berjumpa dengan seorang perempuan yang sudah 18 tahun sakit sampai bungkuk punggungnya sehingga tidak lagi dapat berdiri dengan tegak. Kata orang keadaan perempuan itu yang demikian dipercaya karena dirasuki roh (kepercayaan Yahudi: sakit, derita identik dengan kutuk dan dosa).
Kata-kata yang keluar dari mulut Yesus saat memanggil dan menyembuhkan perempuan itu membantu kita memahami apa sebenarnya yang dialami perempuan itu, apakah dia kerasukan setan atau tidak, kalau ya, setan macam mana?

“ Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.” Yesus mau mengatakan bahwa si ibu sungguh-sungguh mengalami sakit jasmani, yang selalu mungkin menimpa siapa saja…Kiranya rasa minder, putus asa; malu harus menanggung cemoohan sebagai pendosa dan orang yang dikutuk, memang bisa saja membuat ibu ini tidak lagi bisa menerima dirinya; tidak lagi percaya pada belas kasih Tuhan..

Dalam perjumpaan saya dengan beberapa orang sakit entah waktu kunjungan ke panti atau rumah sakit, maupun saat mengunjungi keluarga-keluarga yang sakit, cukup sering saya mendapati orang-orang yang putus asa, tidak lagi mau berusaha untuk sembuh. Seorang bapak yang stroke berhenti melanjutkan fisioterapi, padahal sudah ada tanda-tanda akan sembuh; seorang teman yang minta agar menghentikan semua pengobatan karena merasa sia-sia saja….Seorang sahabat menjadi skrupel atau merasa salah berlebihan – karena pernah melakukan sesuatu yang menurutnya jahat – sampai-sampai kurang percaya bahwa Tuhan mengampuni tanpa batas…,asal kita mau.

Ketidakpercayaan, keputusasaan dan rasa salah berlebihan/skrupel adalah tempat-tempat di mana roh jahat itu justru menunjukkan dirinya, merasuki hidup kita. Mari kita hening sejenak, bertanya diri, kapan dan berapa lama sikap-sikap seperti itu pernah menguasai kita; kapan dan berapa lama kita dirasuki oleh roh jahat?

Injil ini menggarisbawahi betul pentinya iman dan keterbukaan hati kepada belaskasihan Tuhan. Kita mesti seperti perempuan yang kerasukan roh selama 18 tahun itu, menyambut kasih dan pengampunan Tuhan dengan gembira dan penuh harapan, berdiri dan bangkit memuliakan Dia, bangkit dari keterpurukan dan kekecewaan kita. Sikap iman inilah yang melengkapi mukjizat penyembuhan atas dirinya. Anugerah kesembuhan ditanggapi dengan iman yang terbuka dan gembira.Tiada yang mustahil bagi orang yang percaya, itu kata pemazmur…

Mari kita berdoa agar Roh Allah yang sungguh merasuki hidup kita, yakni roh keberanian dan kegembiraan. Sebab, sebagaimana dikatakan rasul Paulus, “kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah.” (Rm.12:14) Maka hiduplah sebagai sang Anak, yang percaya dan menyerahkan diri pada Bapa yang selalu menjamin bahkan sudah tahu apa yang kita butuhkan…
salam,
fr.ronald,s.x.

Doa Seorang Sahabat

Sebuah kapal karam di tengah laut karena terjangan badai dan ombak hebat. Hanya dua orang lelaki yang bisa menyelamatkan diri dan berenang ke sebuah pulau kecil yang gersang. Dua orang yang selamat itu tak tahu apa yang harus dilakukan. Namun, mereka berdua yakin bahwa tidak ada yang dapat dilakukan kecuali berdoa.

Untuk mengetahui doa siapakah yang paling dikabulkan, mereka sepakat untuk membagi pulau kecil itu menjadi dua wilayah. Dan mereka tinggal sendiri-sendiri berseberangan di
sisi-sisi pulau tersebut.

Doa pertama mereka panjatkan, mereka memohon agar diturunkan makanan. Esok harinya, lelaki ke satu melihat sebuah pohon penuh dengan buah-buahan tumbuh di sisi tempat tinggalnya. Sedangkan di daerah tempat tinggal lelaki yang lainnya tetap kosong.

Seminggu kemudian, lelaki yang ke satu merasa kesepian dan memutuskan untuk berdoa agar diberikan seorang istri. Keesokan harinya, ada kapal yang karam dan satu-satunya penumpang yang selamat adalah seorang wanita yang berenang dan terdampar di sisi tempat lelaki ke satu itu tinggal. Sedangkan di sisi tempat tinggal lelaki ke dua tetap saja tidak ada apa-apanya.

Segera saja, lelaki ke satu ini berdoa memohon rumah, pakaian, dan makanan. Keesokan harinya,seperti keajaiban saja, semua yang diminta hadir untuknya. Sedangkan lelaki yang kedua tetap saja tidak mendapatkan apa-apa. Akhirnya, lelaki ke satu ini berdoa meminta kapal agar ia dan istrinya dapat meninggalkan pulau itu. Pagi harinya mereka menemukan sebuah kapal tertambat di sisi pantainya. Segera saja lelaki ke satu dan istrinya naik ke atas kapal dan siap-siap untuk berlayar meninggalkan pulau itu. Ia pun memutuskan untuk meninggalkan lelaki ke dua yang tinggal di sisi lain pulau. Menurutnya, memang lelaki kedua itu tidak pantas menerima berkah tersebut karena doa-doanya tak pernah terkabulkan.

Begitu kapal siap berangkat, lelaki ke satu ini mendengar suara dari langit menggema, "Hai, mengapa engkau meninggalkan rekanmu yang ada di sisi lain pulau ini?" "Berkahku hanyalah milikku sendiri, karena hanya doakulah yang dikabulkan," jawab lelaki ke satu ini. "Doa lelaki temanku itu tak satupun dikabulkan. Maka,ia tak pantas mendapatkan apa-apa."

"Kau salah!" suara itu membentak membahana. "Tahukah kau bahwa rekanmu itu hanya memiliki satu doa. Dan, semua doanya terkabulkan. Bila tidak, maka kau takkan mendapatkan apa-apa."

"Katakan padaku," tanya lelaki ke satu itu. "Doa macam apa yang ia panjatkan sehingga aku harus merasa berhutang atas semua ini padanya?" "Ia berdoa agar semua doamu dikabulkan!"

Senin, 29 Oktober 2007

Ketika Tuhan mengatakan tidak

Ya Tuhan ambillah kesombonganku dariku.
Tuhan berkata, "Tidak. Bukan Aku yang mengambil, tapi kau yang harus menyerahkan nya."

Ya Tuhan sempurnakanlah kekurangan anakku yang cacat.
Tuhan berkata, "Tidak. Jiwanya telah sempurna, tubuhnya hanyalah sementara."

Ya Tuhan beri aku kesabaran.
Tuhan berkata, "Tidak. Kesabaran didapat dari ketabahan dalam menghadapi cobaan; tidak diberikan, kau harus meraihnya sendiri ."

Ya Tuhan beri aku kebahagiaan.
Tuhan berkata, "Tidak. Kuberi keberkahan, kebahagiaan tergantung kepadamu sendiri. "

Ya Tuhan jauhkan aku dari kesusahan.
Tuhan berkata, "Tidak. Penderitaan menjauhkanmu dari jerat duniawi dan mendekatkanmu pada Ku."

Ya Tuhan beri aku segala hal yang menjadikan hidup ini nikmat.
Tuhan berkata, "Tidak. Aku beri kau kehidupan supaya kau menikmati segala hal."

Ya Tuhan bantu aku MENCINTAI orang lain, sebesar cintaMu padaku.
Tuhan berkata... "Ahhhh , akhirnya kau mengerti !"

Kadang kala kita berpikir bahwa Tuhan tidak adil, kita telah susah payah memanjatkan doa, meminta dan berusaha, pagi-siang-malam, tapi tak ada hasilnya. Kita mengharapkan diberi pekerjaan, puluhan dan bahkan ratusan lamaran telah kita kirimkan tak ada jawaban sama sekali

Kita sudah bekerja keras dalam pekerjaanmengharapkan jabatan, tapi justru orang lain yang mendapatkannya tanpa susah payah. Kita mengharapkan diberi pasangan hidup yang baik dan sesuai, berakhir dengan penolakkan dan kegagalan, orang lain dengan mudah berganti pasangan. Kita menginginkan harta yang berkecukupan , namun kebutuhan terus meningkat. Coba kita bayangkan diri kita seperti anak kecil yang sedang demam dan pilek, lalu kita melihat tukang es. Kita yang sedang panas badannya merasa haus dan merasa dengan minum es dapat mengobati rasa demam (maklum anak kecil). Lalu kita meminta pada orang tua kita (seperti kita berdoa memohon pada Tuhan) dan merengek agar dibelikan es. Orangtua kita tentu lebih tahu kalau es dapat memperparah penyakit kita. Tentu dengan segala dalih kita tidak dibelikan es. Orangtua kita tentu ingin kita sembuh dulu baru boleh minum es yang lezat itu.

Begitu pula dengan Tuhan, segala yang kita minta Tuhan tahu apa yang paling baik bagi kita. Mungkin tidak sekarang, atau tidak di dunia ini Tuhan mengabulkan nya. Karena Tuhan tahu yang terbaik yang kita tidak tahu. Kita sembuhkan dulu diri kita sendiri dari "pilek" dan "demam".... dan terus berdoa.

"Ther e's a time and place for everything, for everyone. God works in a mysterious way." We wont know what is HIS plan, but one thing we have to believe HE always give us the best way eventhough it will hurt us..

Minggu, 28 Oktober 2007

A letter from Jesus

Dear All,

As you well know, we are getting closer to my birthday. Every year there is a celebration in my honor and I think that this year the celebration will be repeated.

During this time there are many people shopping for gifts, there are many Radio announcements, TV commercials, and in every part of the world everyone is talking that my birthday is getting closer and closer.

It is really very nice to know, that at least once a year, some people think of me.

As you know, the celebration of my birthday began many years ago.

At first people seemed to understand and be thankful of all that I did for them, but in these times, no one seems to know the reason for the celebration.

Family and friends get together and have a lot of fun, but they don't know the meaning of the celebration. I remember that last year there was a great feast in my honor. The dinner table was full of delicious foods, pastries, fruits, assorted nuts and chocolates. The decorations were exquisite and there were many, many beautifully wrapped gifts. However, do you want to know something? I was not invited.

I was the guest of honor and they didn't remember to send me an invitation.

The party was for me, but when that great day came, I was left outside, they closed the door in my face .. and I wanted to be with them and share their table.

In truth, that didn't surprise me because in the last few years all close their doors to me. Since I wasn't invited, I decided to enter the party without making any noise. I went in and stood in a corner.

They were all drinking; there were some who were drunk and telling jokes and laughing at everything. They were having a grand time.

To top it all, this big fat man all dressed in red wearing a long white beard entered the room yelling Ho-Ho-Ho! He seemed drunk. He sat on the sofa and all the children ran to him, saying: "Santa Claus, Santa Claus" as if the party were in his honor!

At midnight all the people began to hug each other; I extended my arms waiting for someone to hug me and do you know no-one hugged me.

Suddenly they all began to share gifts. They opened them one by one with great expectation. When all had been opened, I looked to see if, maybe, there was one for me. What would you feel if on your birthday everybody shared gifts and you did not get one?

I then understood that I was unwanted at that party and quietly left.

Every year it gets worse. People only remember the gifts, the parties, to eat and drink, and nobody remembers me.

I would like this Christmas that you allow me to enter into your life.

I would like that you recognize the fact that almost two thousand years ago I came to this world to give my life for you, on the cross, to save you.

Today, I only want that you believe this with all your heart.

I want to share something with you. As many didn't invite me to their party, I will have my own celebration, a grandiose party that no one has ever imagined, a spectacular party. I'm still making the final arrangements.

Today I am sending out many invitations and there is an invitation for you. I want to know if you wish to attend and I will make a reservation for you and write your name with golden letters in my great guest book.

Only those on the guest list will be invited to the party.

Those who don't answer the invite, will be left outside. Be prepared because when all is ready you will be part of my great party.

See you soon. I Love you!

Jesus

Sabtu, 27 Oktober 2007

SEORANG ATHEIS dan SEEKOR BERUANG

Seorang atheis sedang berjalan di tengah hutan.

"Wah! Sungguh indah pohon-pohon, sungai dan binatang-binatang di sini!" katanya sambil menikmati pemandangan di sekelilingnya.

Saat sedang berjalan dipinggiran sungai, tiba-tiba ia mendengar suara dari balik semak. Seekor beruang besar setinggi 2 meter muncul menyerangnya!

Dia berusaha lari, tapi malah tersandung dan tersungkur ke tanah. Pada waktu ia berusaha untuk bangun, ia melihat beruang itu sudah tepat diatasnya, dengan cakarnya yang sudah siap merobek-robek.

Si atheis kontan menjerit: "Oh Tuhaaannn!!! "

Dan mendadak waktu berhenti. Beruang itu menjadi diam, aliran sungai terhenti dan seisi hutan menjadi sepi. Seberkas sinar muncul menerpa, dan suara dari langit terdengar.

Suara: "Selama ini kamu menentangKu, menghasut semua orang bahwa Aku ini tidak ada, serta menyangkal semua ciptaanKu. Berani-beraninya kamu menyebut namaKu untuk minta tolong! Haruskah Aku menolong kamu?"

Atheis: "Mungkin terlalu munafik dan tidak adil bagiMu Tuhan, jika saya mendadak memintaMu untuk menganggap saya orang beriman dan langsung menolongku, tapi sudikah Kau menjadikan beruang ini beriman kepadaMu?"

Suara: "Baiklah."

Sinar surgawi itu pun lenyap dan seketika itu juga semua kembali seperti semula. Beruang itu masih berdiri di depan si atheis, namun tidak jadi menyerangnya, malah melipat kedua cakarnya, menundukkan kepalanya sambil berkata,

Beruang: "Ya Tuhan, berkatilah makanan yang sudah tersedia di depan saya ini... agar makanan ini menjadi kekuatan bagi saya untuk memuliakan namaMu,
amin ..."

MERAWAT PEKARANGAN IMAN KITA

MERAWAT PEKARANGAN IMAN KITA

Seorang teman di Jakarta mengirimkan sebuah pesan pendek (sms) yang isinya tentang kabar pejalanan ziarah rohaninya ke Lourdes dan beberapa tempat lainnya di Eropa. Soal Maria, apalagi pengalaman pribadinya dengan tokoh Maria tidak disinggung sama sekali. Maka, balasan saya tak kalah pendeknya:”sip., jangan lupa setia seperti Maria”.
Teman saya ini mungkin satu dari cukup banyak orang yang berusaha merawat dan memelihara iman mereka melalui kegiatan-kegiatan devosional seperti ziarah.Ini tentu saja usaha yang baik dan patut dipuji. Iman kita bagaikan sebuah tumbuhan dalam taman atau pekarangan rumah hidup kita. Pertumbuhannya sangat bergantung dari bagaimana tanah di sekelilingnya disiangi, disiram dan dipupuk dengan baik. Seni menyiangi, kesetiaan untuk terus menyiram serta pilihan pupuk yang baik akan memungkinkan tumbuhan ‘iman’ kita tumbuh mekar semerbak mewangi.
Tanggal 14 Oktober yang lalu ketika selesai menghadiri misa di Gereja St. Maria Asumpta – Pakem, gereja yang sekaligus menjadi tempat ziarah Maria yang cukup terkenal karena sumur kitiran masnya, saya memperhatikan dua orang peziarah yang mendekati sumur kitiran mas. Yang seorang nampak sudah stroke sementara seorangnya lagi menuntut si sakit. Keduanya ingin minum dari air sumur yang konon ‘menyembuhkan’ itu. Dalam hati, saya memuji kebersahajaan iman orang itu, tapi sekaligus bertanya pada Maria: “bunda, apa benar ini yang kau inginkan? Bukankah Yesus ketika di salib meminta kepada Yohanes (dan kami semua) untuk meneladanimu, setia mencintai dan mengikuti sang putra sampai di salib? Sambil ikut mendoakan kesembuhan bapak itu, saya mohon doa bunda Maria agar saya terus setia.

Tiga belas tahun lalu, tengah malam saya terjaga dan mendapati mama masih duduk di tempat tidur berdoa rosario. Sejak papa meninggal, saya, mama dan keempat saudara saya tidur di satu tempat tidur besar.Pertanyaan saya singkat: “ Ma.., belum tidur?” Jawabnya: “yah..saya masih pikir bagaimana besok kalian masih bisa makan…Paginya waktu saya bangun, dia sedang mengolah adonan terigu untuk dijadikan kue jualan hari itu. Itulah kiranya jawaban dari doanya semalam. Jawabannya adalah dia selalu setia dengan pekerjaannya.
Dengan kesetiaan kita memelihara iman kita. Kesetiaan sebagaiman dilukiskan rasul paulus dalam suratnya kepada Timotius (II Tim.4:6-8) adalah kunci menyelesaikan ‘pertandingan’ dalam hidup kita. Setiap hari, kita ‘bertanding’, berlomba untuk mengalahkan diri sendiri. Kita selalu dihadapkan pada pilihan untuk cukup diri; senang-senang karena merasa sudah berhasil; mencari penghiburan karena tidak tahan sepi sendiri; mau lari dari tugas-tugas yang berat dan rutin, pingin bebas dan lalu membangun menara gading serta patung diri kita sebagai sesembahan baru…
Kesetiaan yang sama juga diperlihatkan oleh si pemungut cukai yang berdosa sebagaimana diceritakan dalam Injil hari ini (Lukas 18:9-14). Dia setia bukan hanya selalu datang berdoa tapi setia pada keyakinan bahwa betapapun dia berdosa, Tuhan senantiasa menerima dan mengasihinya. Kesetiaan macam inilah yang sering disamakan dengan sikap “miskin’ di hadapan Allah. Doa orang-orang yang setia seperti ini memang, seperti kata Bin Sirakh (Sirakh 35:15b-17.20-22a), “menembus awan’, sampai ke telinga Dia yang sudah mengetahui apa yang kita butuhkan. Mari kita mohon rahmat yang sama yakni untuk setia,juga seperti Maria.

Jumat, 26 Oktober 2007

Rasa Kasih Terlihat Dalam Mata

Sore itu adalah sore yang sangat dingin di Virginia bagian utara, berpuluh-puluh tahun yang lalu. Janggut si orang tua dilapisi es musim dingin selagi ia menunggu tumpangan menyeberangi sungai. Penantiannya seakan tak berakhir. Tubuhnya menjadi mati rasa dan kaku akibat angin utara yang dingin.

Samar-samar ia mendengar irama teratur hentakan kaki kuda yang berlari mendekat di atas jalan yang beku itu. Dengan gelisah ia mengawasi beberapa penunggang kuda memutari tikungan. Ia membiarkan beberapa kuda lewat, tanpa
berusaha untuk menarik perhatian. Lalu, satu lagi lewat, dan satu lagi. Akhirnya, penunggang kuda yang terakhir mendekati tempat si orang tua yang duduk seperti patung salju. Saat yang satu ini mendekat, si orang tua menangkap mata si penunggang.. . dan ia pun berkata, "Tuan, maukah anda memberikan tumpangan pada orang tua ini ke seberang ? Kelihatannya tak ada jalan untuk berjalan kaki."

Sambil menghentikan kudanya, si penunggang menjawab, "Tentu. Naiklah." Melihat si orang tua tak mampu mengangkat tubuhnya yang setengah membeku dari atas tanah, si penunggang kuda turun dan menolongnya naik ke atas kuda. Si penunggang membawa si orang tua itu bukan hanya ke seberang sungai, tapi terus ke tempat tujuannya, yang hanya berjarak beberapa kilometer.

Selagi mereka mendekati pondok kecil yang nyaman, rasa ingin tahu si penunggang kuda atas sesuatu, mendorongnya untuk bertanya, "Pak, saya lihat tadi bapak membiarkan penunggang2 kuda lain lewat, tanpa berusaha meminta tumpangan . Saya ingin tahu kenapa pada malam musim dingin seperti ini Bapak mau menunggu dan minta tolong pada penunggang terakhir. Bagaimana kalau saya tadi menolak dan meninggalkan bapak di sana?"

Si orang tua menurunkan tubuhnya perlahan dari kuda, memandang langsung mata si penunggang kuda dan menjawab, "Saya sudah lama tinggal di daerah ini. Saya rasa saya cukup kenal dengan orang." Si orang tua melanjutkan, "Saya memandang mata penunggang yang lain, dan langsung tahu bahwa di situ tidak ada perhatian pada keadaan saya. Pasti percuma saja saya minta tumpangan. Tapi waktu saya melihat matamu, kebaikan hati dan rasa kasihmu terasa jelas ada pada dirimu. Saya tahu saat itu juga bahwa jiwamu yang lembut akan menyambut kesempatan untuk memberi saya pertolongan pada saat saya membutuhkannya. "

Komentar yang menghangatkan hati itu menyentuh si penunggang kuda dengan dalam. "Saya berterima kasih sekali atas perkataan bapak", ia berkata pada si orang tua. "Mudah-mudahan saya tidak akan terlalu sibuk mengurus masalah saya sendiri hingga saya gagal menanggapi kebutuhan orang lain.." Seraya berkata demikian, Thomas Jefferson, si penunggang kuda itu, memutar kudanya dan melanjutkan perjalanannya menuju ke Gedung Putih.

The Sower's Seeds - Brian Cavanaugh.

Kamis, 25 Oktober 2007

Mencobai Allah

Seorang atheist berusaha mencari rupa-rupa alasan untuk membuktikan bahwa Allah itu sebenarnya tidak ada. Suatu saat ia berkata kepada temannya; “Jika Tuhan itu sungguh ada, aku menghendaki agar ia membuktikan kehadirannya dengan memukul diriku saat ini hingga aku mati.¨

Ia lalu menunggu beberapa saat. Karena tak ada apa-apa yang terjadi, maka ia berseru penuh rasa bangga seolah-olah ia telah mampu membuktikan kekosongan Allah; “Lihatlah... Allah tidak ada di sini. Ia tak mampu mendengarkan kata -kataku dan tak mampu membuktikan kehadiranNya.”

Seorang teman lain yang ada di situ menyeletuk memberikan tanggapan; “Teman ku... engkau baru saja membuktikan bahwa Allah itu adalah Allah yang penuh kasih, yang masih membiarkan engkau hidup dan tak menghendaki agar engkau mati dalam seketika.”

Banyak orang ingin mendapat suatu tanda agar bisa percaya. Tetapi Tuhan Yesus berkata; “Berbahagialah mereka yang tak melihat namun percaya”.

Rabu, 24 Oktober 2007

Makan Siang dengan Tuhan

Ada seorang anak yang rindu bertemu dengan Tuhannya. Ia menyadari bahwa perjalanan panjang diperlukan ke rumah Tuhan, karena itu dikemaslah tasnya dengan kue Twinkies dan satu pack root beer berisi 6 kaleng lalu memulaikan perjalanannya.

Ketika telah melampaui beberapa blok dari rumahnya, ia bertemu dengan seorang tua. Ia sedang duduk di taman dekat air memperhatikan burung burung.

Sang anak duduk dekat dengannya lalu membuka tas. Ketika ia mengambil root beer (bir tidak beralkohol) untuk melepaskan dahaganya ia perhatikan bahwa orang tua itu kelihatan lapar sedang memandang padanya. Dengan segera ia menawarkan kue Twinkie kepada orang tua itu.

Dengan gembira ia menerima dan memberikan senyum padanya. Senyum itu luarbiasa menarik sehingga anak ini senang untuk menikmatinya lagi. Itu sebabnya anak ini menawarkan lagi kepada orang tua itu sekaleng root beer.

Sekali lagi, ia tersenyum kepadanya. Anak ini sangat gembira! Sepanjang petang mereka duduk disana, makan dan tersenyum, tanpa mengeluarkan sepatah kata.

Ketika malam turun, anak ini merasa lelah, ia berdiri untuk meninggalkan tempat itu, namun sebelum ia melangkahkan kakinya, ia berbalik dan lari ke orang tua itu dan memberikan sebuah pelukan.

Orang tua itu memberikan senyumnya yang lebar. Ketika anak ini membuka pintu rumahnya beberapa waktu kemudian, ibunya terkejut melihat kegembiraan memancar di wajah anaknya. Ia bertanya: Apa yang terjadi hari ini sehingga membuat kamu begitu senang?

Sang anak menjawab: "Saya berkesempatan makan siang bersama Tuhan".

Dan sebelum ibu memberikan responsnya, anak ini menambahkan: " Ibu, Ibu tahu senyumnya, itulah senyum paling indah yang pernah saya lihat".

Sementara itu, si orang tua, juga penuh dengan kegembiraan, pulang kerumahnya. Anaknya terpesona melihat kedamaian memancar diwajahnya dan bertanya: "Ayah, apa yang terjadi hari ini membuat kamu sangat bergembira?

Ia menjawab: "Saya makan Kue Twinkies di taman bersama Tuhan".

Dan sebelum anaknya merespon, ia menambahkan: "Kamu tahu, Dia lebih muda dari yang saya duga."

Terlalu sering kita menganggap remeh kuasa dalam senyum, jamahan, kata-kata yang baik, telinga yang mendengar, pemberian yang tulus atau perhatian perhatian kecil. Semua itu berpotensi membuat kehidupan seseorang menjadi istimewa atau bahkan merubah kehidupan seseorang.

Selasa, 23 Oktober 2007

Kisah Ikan dan Air

Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang-bincang di tepi sungai. Kata Ayah kepada anaknya, "Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati."

Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengarkan percakapan itu dari bawah permukaan air, ia mendadak menjadi gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini. Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, "Hai, tahukah kamu dimana air ? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati." Ternyata semua ikan tidak mengetahui dimana air itu, si ikan kecil semakin gelisah, lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal serupa, "Dimanakah air ?"

Jawab ikan sepuh, "Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar, tanpa air kita akan mati."

Apa arti cerita tersebut bagi kita ?

Manusia kadang-kadang mengalami situasi seperti si ikan kecil, mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal ia sedang menjalanin ya, bahkan kebahagiaan sedang melingkupinya sampai-sampai dia tidak menyadarinya.....

Kehidupan dan kebahagiaan ada di sekeliling kita dan sedang kita jalani, sepanjang kita mau membuka diri dan pikiran kita, karena saat untuk berbahagia adalah saat ini, saat untuk berbahagia dapat kita tentukan.

"Being happy can be hard work sometimes, it is like maintaining a nice home, you've got to hang on to your treasures and throw out the garbage."

"Being happy requires looking for the good things. One person sees the beautiful view and the other sees the dirty window, choose what you see and what you think."

"Right here, right now, from here until tomorrow"

Senin, 22 Oktober 2007

KASIH ALLAH TIDAK BERSYARAT

Suatu hari aku melihat Bapa sedang melamun di takhta-Nya. Aku menghampiri-Nya dan pelan-pelan aku bertanya kepada-Nya, "Bapa, apa yang sedang Kau pikirkan ?"

Bapa menoleh ke arahku, dan Ia tersenyum, lalu Ia berkata dengan lembut, "Tidak ada, Nak. Aku hanya sedang memikirkan manusia."

"Manusia ? Ada apa dengan mereka ?" tanyaku

"Tahukah kau bahwa Aku sangat mengasihi manusia ?" ujar-Nya,

"Iya, aku tahu itu. Apa hubungannya Tuhan ?"

"Aku mengasihi manusia sedemikian, sehingga Aku merelakan Anak-Ku terkasih, Yesus Kristus untuk turun ke bumi, menderita, dihina, dan akhirnya mati bagi mereka."

"Iya, itu adalah karya penebusan yang sangat indah."

"Tapi...."

Ups..., ada nada sedih di suara-Nya.

"Tapi, mengapa manusia masih juga meragukan kasih-Ku ?"

Aku terdiam, aku tidak dapat menjawab pertanyaan-Nya, karena aku pun tidak tahu...

"Hari ini, ada satu anak-Ku, dia menangisi dosanya, dia memohon pengampunanKu, Aku mengampuninya, Aku mengatakan bahwa Aku sudah tidak mengingat-ngingat lagi dosa yang ia buat, tapi...."

"Tapi kenapa Tuhan ?"

"Saat Aku berkata demikian, ia menggelengkan kepalanya, ia berkata, tidak akan ada pengampunan lagi atas dosa yang ia perbuat, ia sudah terlalu sering jatuh bangun dalam dosa, ia mengatakan bahwa ia membenci dirinya..."

Aku diam, menantikan Tuhan.

"Kenapa ia memandang hina dirinya ? Padahal dia adalah biji mata-Ku, kekasih hati-Ku. Darah Yesus sudah tercurah untuknya, Aku sudah mengampuninya, tapi ia tidak Percaya. Aku berkata Aku sudah melupakan semua dosanya, tapi ia berkata tidak mungkin. Mengapa ia memandang rendah pengorbanan Yesus di kayu salib ?"

"Apa ? Memandang rendah pengorbanan Yesus di kayu salib ?" Aku terkejut, adakah orang yang seperti itu ? "Bagaimana mungkin ia memandang rendah pengorbanan Yesus ?"

"Darah Yesus tercurah di Kalvari untuk menebus dosa manusia, hukuman yang seharusnya ditimpakan kepada manusia sudah diambil alih oleh-Nya, sehingga manusia dapat memperoleh keselamatan di dalam Dia, tapi manusia merasa tidak yakin bahwa apa yang telah Dia lakukan sanggup menebus mereka dari maut, mereka tidak yakin dengan karya penebusan yang telah dilakukan oleh Yesus."

Tanpa sadar, aku menangis, aku membayangkan, seandainya aku sudah memberikan hadiah yang terbaik yang bisa aku lakukan untuk orang yang aku kasihi, tapi ternyata hadiah itu dianggap rendah, diacuhkan dan dibuang begitu saja. Kira-kira, apakah masih tersisa kasih dalam hatiku untuk mengasihi orang itu ? Kalau itu aku, mungkin aku tidak akan mengasihi orang itu lagi.

"Lalu Tuhan, apakah sekarang Engkau masih mengasihi manusia ?"

"Ya, Aku sangat mengasihi manusia !"

Aku terkejut ! Sedemikian dalamkah kasih Allah untuk manusia ?

"Walaupun mereka seperti itu ?" tanyaku

"Ya, Aku rindu suatu hari mereka akan datang kepada-Ku dan mengatakan bahwa mereka mengasihi-Ku."

Aku masih terheran-heran. Siapakah manusia sehingga Allah, Sang Pencipta langit dan bumi begitu mengasihinya ? Bukankah mereka hanyalah debu dan abu ? Bukankah jika Tuhan mau, Tuhan bisa dengan mudah menghancurkan manusia dan membuat yang lebih baik ? Aku rasa hal itu tidak sulit untuk Tuhan, bukankah Ia menciptakan langit dan bumi hanya dengan perkataan saja ? Hal seperti ini sangat sulit untuk diterima, mengapa Tuhan sampai sedemikian dalam mengasihi manusia ?

Aku memberanikan diriku, aku bertanya lagi kepada Tuhan, "Tuhan, sungguhkan Engkau mengasihi manusia ?"

Tuhan tersenyum, dan Ia berkata, "Sangat, Aku sangat mengasihi manusia.
Jika tidak, Aku tidak akan mengutus Anak-Ku Yesus untuk mati bagi mereka. Sekalipun mereka sekarang jauh dari-Ku, Aku sangat rindu mereka kembali kepada-Ku. Karena mereka adalah anak-anak-Ku terkasih."

Mendengar jawaban Tuhan aku tersenyum. Aku mengerti kenapa Tuhan tetap mengasihi manusia...., Tuhan memiliki kasih yang tidak bersyarat !

Tiba-tiba terdengar suara dari bumi. Suara yang perlahan dan terdengar sedih, tapi suara itu tetap menarik perhatian Allah.

"Tuhan, aku tahu aku seringkali melukai hatiMu. Aku sering jatuh bangun dalam dosa. Aku kadang merasa benci dan jijik terhadap diriku sendiri, karena dosa-dosa yang aku perbuat. Tapi aku percaya, darah Yesus menebus aku seluruhnya dan sepenuhnya. Aku tahu aku adalah ciptaan baru sekarang. Aku percaya Tuhan mengasihi aku sebagaimana adanya aku. Ampuni aku Tuhan, aku benci dosa-dosaku. Aku ingin hidupku menyenangkanMu, aku mengasihiMu Tuhan."

Saat doa itu diucapkan, aku melihat senyum di wajah Tuhan berubah menjadi tawa sukacita, Ia sangat bahagia, karena saat itu, ada satu anakNya yang terhilang kembali kepadaNya, dan ia berkata kepada para malaikat,

"Bersukacita dan bergembiralah, karena anak-Ku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapati kembali."

Aku tidak tahu, dosa apa yang kamu perbuat, aku tidak tahu berapa lama kamu tinggal dalam dosa. Tapi aku tahu satu hal, Bapa di Surga mengasihimu, dan tangan-Nya terbuka menunggumu pulang. Kembalilah, jangan biarkan Ia menunggu terlalu lama. Yesus mengasihimu !

~ Elia Stories

Minggu, 21 Oktober 2007

A strong woman vs. A woman of strength

A strong woman works out every day to keep her body in shape...

but
A woman of strength kneels in prayer to keep her soul in shape...

A strong woman isn't afraid of anything...
but
A woman of strength shows courage in the midst of her fear...

A strong woman won't let anyone get the best of her...
but
A woman of strength gives the best of her to everyone...

A strong woman makes mistakes and avoids the same in the future...
but
A woman of strength realizes life's mistakes can also be God's blessings and capitalizes on them...

A strong woman walks sure footedly...
but
A woman of strength knows God will catch her when she falls...

A strong woman wears the look of confidence on her face...
but
A woman of strength wears grace...

A strong woman has faith that she is strong enough for the journey...
but
A woman of strength has faith that it is in the journey that she will become strong...

************ ********* ****

JESUS, I sing you praises in all seasons
You are marvelous and holy
You are my strength, my rock of salvation
You are majestic full of Glory

Sabtu, 20 Oktober 2007

THE BELL

This bell is who we are... Amazing!!

THE BELL
I KNOW WHO I AM
I am God's child (John 1:12)
I am Christ's friend (John 15:15)
I am united with the Lord(1 Cor. 6:17)
I am bought with a price(1 Cor. 6:19-20)
I am a saint (set apart for God). (Eph. 1:1)
I am a personal witness of Christ (Acts 1:8)
I am the salt & light of the earth (Matt.5:13-14)
I am a member of the body of Christ(1 Cor 12:27)
I am free forever from condemnation ( Rom. 8: 1-2)
I am a citizen of Heaven. I am significant (Phil.3:20)
I am free from any charge against me (Rom. 8:31-34)
I am a minister of reconciliation for God(2 Cor.5:17-21)
I have access to God through the Holy Spirit (Eph. 2:18)
I am seated with Christ in the heavenly realms (Eph. 2:6)
I cannot be separated from the love of God(Rom.8:35- 39)
I am established, anointed, sealed by God (2 Cor.1:21-22)
I am assured all things work together for good (Rom. 8: 28)
I have been chosen and appointed to bear fruit (John 15:16)
I may approach God with freedom and confidence (Eph. 3: 12)
I can do all things through Christ who strengthens me (Phil. 4:13)
I am the branch of the true vine, a channel of His life (John 15: 1-5)
I am God's temple (1 Cor. 3: 16). I am complete in Christ (Col. 2: 10)
I am hidden with Christ in God (Col. 3:3). I have been justified (Romans 5:1)
I am God's co-worker (1 Cor. 3:9; 2 Cor 6:1). I am God's workmanship( Eph. 2:10)
I am confident that the good works God has begun in me will be perfected (Phil 1: 5)
I have been redeemed and forgiven (Col. 1:14). I have been adopted as God's child(Eph 1:5)
I belong to God
Do you know
who you
are!?


Keep this bell ringing...pass it on:)

"The LORD bless you and keep you;
the LORD make His face shine upon you
and be gracious to you;
the LORD turn His face toward you
and give you peace."
Numbers 6:24-26

GOD BLESS YOU AND KEEP YOU

Jumat, 19 Oktober 2007

Lima Jari Berdoa

Buah dari doa adalah kedalaman iman. Buah dari iman adalah cinta. Dan buah dari cinta adalah pelayanan, namun agar dapat berdoa kita membutuhkan keheningan hati. Sedangkan jiwa memerlukan waktu untuk beranjak dan berdoa untuk menggunakan mulut, untuk menggunakan mata, serta menggunakan seluruh tubuh. Dan bila kita tidak memiliki keheningan itu, maka kita tidak tahu bagaimana harus berdoa.

JARI JEMPOL
Jari ini adalah jari yang paling dekat dengan anda, ketika anda sedang melipat tangan dan berdoa bagi orang-orang yang sangat akrab dengan anda.
Sebutkan nama-nama mereka yang anda kenal dengan baik. bagi CS. Lewis, mendoakan orang-orang yang kita kasihi adalah "A SWEET DUTY".

JARI TELUNJUK
Jari berikut adalah si telunjuk. Doakan bagi mereka yang mengajar. ini termasuk hamba-hamba Tuhan, dosen, dokter dan para pendidik lainnya. mereka butuh dukungan dan hikmat agar dapat menunjukan arah yang tepat bagi mereka yang membutuhkan jasa mereka. Doakanlah mereka selalu.

JARI TENGAH
Ini jari yang paling tinggi, berarti kita harus ingat pada para pemimpin bangsa. doakan presiden hingga para pejabat dibawahnya. doakan para pemimpin organisasi sosial maupun bisnis. Mereka sering mempengaruhi bangsa kita dan membimbing opini publik. mereka sangat butuh bantuan dari-Nya.

JARI MANIS
Jari keempat adalah jari yang paling lemah. nah, guru piano pun biasanya cukup kebingungan ketika berhadapan dengan si jari yang lemah ini. oleh karena itu, mari kita doakan bagi saudara-saudara kita yang lemah, yang sedang terkena musibah dan lain-lain. kita doakan bagi mereka yang dianggap sebagai sampah masyarakat . mereka sangat butuh bantuan dan doa dari anda.

JARI KELINGKING
Jari terakhir ini paling kecil di antara jari -jari manusia. Inilah yang menggambarkan sikap kita yang seharusnya rendah hati saat berhubungan dengan Tuhan dan sesama. jadi, jangan lupakan berdoa bagi diri sendiri agar memiliki buah roh dan meneladani kehidupan YESUS KRISTUS, Tuhan kita.

"SAAT ANDA BERDOA KELIMA KELOMPOK DI ATAS, ANDA HARUS MENARUH KEBUTUHAN PRIBADI ANDA DALAM PERSPEKTIF YANG TEPAT AGAR ANDA BISA MENDOAKAN DIRI ANDA SENDIRI DENGAN LEBIH EFEKTIF LAGI".

Kamis, 18 Oktober 2007

AKU menciptakan engkau

Seorang yang sedang melewati hutan melihat seekor serigala yang sudah lumpuh keempat kakinya. Ia ingin tahu bagaimana serigala itu dapat hidup terus.

Lalu ia melihat seekor harimau datang dengan membawa kijang hasil buruannya. Harimau itu makan sepuasnya dan meninggalkan sisa bagi serigala. Hari berikutnya, Tuhan memberikan makan serigala dengan perantara harimau yang sama.

Orang itu pun mulai mengagumi kebaikan Tuhan yang begitu besar dan berkata dalam hati, “Aku juga akan menganggur di rumah saja dengan penuh kepercayaan kepada Tuhan karena Ia akan mencukupi segala kebutuhanku!”

Ia melakukan niatnya berhari-hari lama nya, tetapi tidak terjadi apa-apa.

Ketika orang yang malang itu sudah hampir mati, terdengarlah suara, “Hai, engkau orang yang sesat, bukalah matamu kepada kebenaran. Ikutilah teladan harimau dan berhentilah meniru serigala yang lumpuh!”

Di jalan ia melihat seorang gadis mengigil kedinginan dalam pakaiannya yang tipis. Tiada harapan baginya untuk mendapatkan cukup makanan. Ia menjadi marah dan berkata kepada Tuhan, “Mengapa hal ini Kau biarkan ? Mengapa engkau tidak berbuat sesuatu ?”

Sementara waktu Tuhan tidak berkata apa-apa. Malamnya Dia menjawab dengan sangat tiba-tiba, “Aku telah berbuat sesuatu. Aku menciptakan engkau! Dan membawa engkau kepada gadis itu, tapi engkau sama sekali tidak tergerak untuk menolong gadis malang itu”

Sering kita mengharapkan segala sesuatu masalah, bencana, dan penderitaan Tuhan yang harus turun tangan untuk menyelesaikan. Tapi satu hal yang harus kita ketahui kita sebagai alat-alat Tuhan harus mau ikut turun tangan dalam membantu permasalahan dan penderitaan orang lain. Tetap teguh dan berjuang dalam menjalani hidup yang telah di anugerahkan kepada kita.

Rabu, 17 Oktober 2007

Arti St. Lukas Penginil bagi Kita

Kita bersyukur memiliki St. Lukas Penginjil. Dari dia kita memperoleh banyak kisah dan kesaksian tentang Yesus serta sejarah Gereja perdana. Ia adalah teman seperjalanan Paulus dalam perjalanan misi kedua dan ketiganya (Kisa. 16:10-17; 20:5-21:18). Waktu Paulus dalam penjara di Kaisarea dan Roma, Lukas tetap menyertainya (kis.24:23-27:28). Tentang riwayat hidup lukas selanjutnya kita tidak tahu apa-apa dengan pasti. Menurut tradisi ia meninggal dunia dalam usia lanjut di daerah Akhaya, Yunani. Dalam tahun 357 jenasahnya dibawa ke kota Konstantinopel.
Tradisi sepakat menyebut Lukas seb agai penulis Injil ketiga. Injil yang ditulisnya memiliki benang merah yang sama dengan ajaran Paulus yang menekankan bahwa keselamatan juga dianugerahkan kepada bangsa yang bukan Yahudi.
Walau tidak mengenal Yesus secara langsung. Lukas mengalami diubah oleh Yesus. Setidak-tidaknya dari apa yang diceritakan dan diwartakan Paulus, Lukas mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus. Kesaksian tradisi lisan maupun tulisan tentang Yesus kemudian ‘diselamatkan’ Lukas dengan menuliskan Injilnya. Kiranya ia sungguh menggarisbawahi pesan keselamatan Yesus yang diperuntukkan bagi orang miskin, orang berdosa, perempuan dan orang bukan Yahudi.
Lukas hari ini menjadi contoh bagi kita. Ia membagikan pengalaman bagaimana hidupnya diubah oleh Yesus dengan cara menuliskan Injil itu. Pertanyaan untuk kita, apakah kita sekarang ini masih sering membagikan pengalaman iman kita, perjumpaan pribadi kita dengan Yesus? Apakah kita sungguh-sungguh menggunakan sarana-sarana seperti surat, email untuk membagikan pengalaman itu?

Sesuatu Tidak Selalu Kelihatan Sebagaimana Adanya

Dua orang malaikat berkunjung ke rumah sebuah keluarga kaya. Keluarga itu sangat kasar dan tidak mengijinkan kedua malaikat itu bermalam di ruang tamu yang ada di rumahnya Malaikat tersebut ditempatkan pada sebuah kamar berukuran kecil yang ada di basement. Ketika malaikat itu hendak tidur, malaikat yg lebih tua melihat bahwa dinding basement itu retak.


Kemudian malaikat itu memperbaikinya sehingga retak pada dinding basement itu
lenyap. Ketika malaikat yg lebih muda bertanya mengapa ia melakukan hal itu, malaikat yg lebih tua menjawab,"Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya".

Malam berikutnya, kedua malaikat itu beristirahat di rumah seorang petani dan istrinya yang miskin tetapi sangat ramah.

Setelah membagi sedikit makanan yang ia punyai,petani itu mempersilahkan kedua
malaikat untuk tidur di atas tempat tidurnya.


Ketika matahari terbit keesokan harinya, malaikat menemukan bahwa petani itu dan istrinya sedang menangis sedih karena sapi mereka yang merupakan sumber pendapatan satu-satunya bagi mereka terbaring mati.

Malaikat yg lebih muda merasa geram. Ia bertanya kepada malaikat yg lebih tua, "Mengapa kau membiarkan hal ini terjadi? Keluarga yg pertama memiliki segalanya, tapi engkau menolong menambalkan dindingnya yg retak.
Keluarga ini hanya memiliki sedikit tetapi walaupun demikian mereka bersedia membaginya dengan kita. Mengapa engkau membiarkan sapinya mati ?"

Malaikat yg lebih tua menjawab, "Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya."

"Ketika kita bermalam di basement, aku melihat ada emas tersimpan di lubang dalam dinding itu. Karena pemilik rumah sangat tamak dan tidak bersedia membagi hartanya, aku menutup dinding ituagar ia tidak menemukan emas itu."

"Tadi malam ketika kita tidur di ranjang petani ini, malaikat maut datang untuk mengambil nyawa istrinya. Aku memberikan sapinya agar malaikat maut tidak jadi mengambil istrinya." "Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagai mana adanya."

Kadang-kadang itulah yang kita rasakan ketika kita berpikir bahwa sesuatu tidak
seharusnya terjadi.

Jika kita punya iman, kita hanya perlu percaya sepenuhnya bahwa semua hal yang
terjadi adalah demi kebaikan kita. Kita mungkin tidak menyadari hal itu sampai saatnya tiba...

Sabtu, 13 Oktober 2007

Ada artikel bagus tentangg CEMBURU. Diambil dari "Buku Pintar Konseling Pacaran" by Gilbert & Reinda Lumoindong hal 21-25

Definisi :
-----------
Sebuah perasaan dalam hati tentang keraguan dan ketidaksenangan akan sesuatu tanpa alasan yang jelas. Kecemburuan tidak hanya dalam hal cinta namun juga dalam kehidupan sehari-hari.

Jenis-Jenis Cemburu :
--------------------------
1. Cemburu cinta : perasaan cemburu yang timbul karena orang yang kita cintai telah membagi cintanya.
Cemburu cinta dibagi 2 :
* Cemburu beralasan : perasaan cemburu yang memang didukung oleh fakta-fakta yang ada.
* Cemburu buta : perasaan cemburu yang membabi buta, meskipun tanpa didukung oleh fakta.

2. Cemburu sosial : perasaan cemburu yang timbul terhadap orang yang status sosialnya berbeda dengan kita.

3. Cemburu status : perasaan cemburu yang timbul terhadap seseorang karena perasaan iri hati. bisa
melanda orang-orang dekat bahkan orang-orang pelayanan.

Ciri-Ciri Orang Cemburu :
--------------------------------
1. Tiba-tiba marah tanpa alasan yang jelas.
2. Cenderung menyerang.
3. Selalu berbicara dari sudut negatifnya.
4. Cenderung memperhatikan berlebihan.
5. Cenderung emosinya meledak-ledak.

Bahaya dari Cemburu :
----------------------------
1. Cinta menjadi tawar.
2. Cenderung melakukan tindakan-tindakan destruktif.
3. Merasa diri yang paling benar.
4. Cenderung membalas dan menjatuhkan.
5. Tidak peka akan Tuhan.

Menghadapi Orang yang sedang Cemburu :
-----------------------------------------------------
1. Dengarkanlah !
2. Terimalah pandangan-pandangannya.
3. Tenangkan.
4. Beri penjelasan tanpa menyerang.
5. Ajak berpikir logis.

Pandangan Firman Tuhan tentang Cemburu :
------------------------------------------------------
1. Allah kita adalah Allah yang cemburu.
Kel. 20:5 ==> "Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan Allahmu, adalah Allah yang cemburu yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dan orang-orang yang membenci Aku."
Kel. 34:14 ==> "Sebab janganlah engkau sujud menyembah kepada Allah lain karena Tuhan yang namaNya Cemburuan adalah Allah yang cemburu."

2. Tidak bisa orang percaya atau cemburu sembarangan.
Bil. 5:14 ==> "Dan apabila kemudian roh cemburu menguasai suami itu sehingga ia menjadi cemburu terhadap istrinya dan perempuan itu memang telah mencemarkan dirinya, atau apabila roh cemburu menguasai suami itu sehingga ia menjadi cemburu terhadap istrinya, walaupun perempuan itu tidak mencemarkan dirinya."

3. Cemburu dapat menghancurkan.
Ams. 27:4 ==> "Panas hati kejam dan murka melanda tetapi siapa dapat tahan terhadap cemburu?"

4. Cemburu terhadap orang yang diberkati Tuhan, mendatangkan hukuman Tuhan.
Maz. 106:15-18 ==> "DiberikanNya kepada mereka apa yang mereka minta, dan didatangkanNya penyakit paru-paru diantara mereka. Mereka cemburu kepada Musa di perkemahan, dan kepada Harun, orang kudus Tuhan. Bumi terbuka dan menelan Datan, menutupi kumpulan Abiram. api menyala dikalangan mereka nyala api menghanguskan orang-orang fasik itu."

5. Dalam kasih tidak ada cemburu.
1 Kor. 13:4 ==> "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong."

Mengalahkan Cemburu :
------------------------------
1. Belajarlah berfikir positif.
2. Janganlah menghakimi.
3. Usirlah iri hati.
4. Belajarlah mencari dan menggali fakta yang jelas.
5. Hiduplah dalam kasih.

Penutup :
-----------
Dunia menipu dengan berkata "CEMBURU ADALAH BUMBU CINTA", namun yang benar adalah "CEMBURU ADALAH RACUN CINTA". Buanglah rasa cemburu, hiduplah dalam kasih.

Jumat, 12 Oktober 2007

Mendaki gunung

Seorang bocah mengisi waktu luang dengan kegiatan mendaki gunung bersama ayahnya. Entah mengapa, tiba-tiba si bocah tersandung akar pohon dan jatuh. "Aduhh!" jeritannya memecah keheningan suasana pegunungan. Si bocah amat terkejut, ketika ia mendengar suara di kejauhan menirukan teriakannya persis sama, "Aduhh!"

Dasar anak-anak, ia berteriak lagi, "Hei! Siapa kau?" Jawaban yang terdengar, "Hei! Siapa kau?" Lantaran kesal mengetahui suaranya selalu ditirukan, si anak berseru, "Pengecut kamu!" Lagi-lagi ia terkejut ketika suara dari sana membalasnya dengan umpatan serupa. Ia bertanya kepada sang ayah, "Apa yang terjadi?"

Dengan penuh kearifan sang ayah tersenyum, "Anakku, coba perhatikan." Lelaki itu berkata keras, "Saya kagum padamu!" Suara di kejauhan menjawab, "Saya kagum padamu!" Sekali lagi sang ayah berteriak "Kamu sang juara!" Suara itu menjawab, "Kamu sang juara!"

Sang bocah sangat keheranan, meski demikian ia tetap belum mengerti. Lalu sang ayah menjelaskan, "Suara itu adalah GEMA, tapi sesungguhnya itulah KEHIDUPAN."

Kehidupan memberi umpan balik atas semua ucapan dan tindakanmu. Dengan kata lain, kehidupan kita adalah sebuah pantulan atau bayangan atas tindakan kita. Bila kamu ingin mendapatkan lebih banyak cinta di dunia ini, ya ciptakan cinta di dalam hatimu. Bila kamu menginginkan tim kerjamu punya kemampuan tinggi, ya tingkatkan kemampuan itu. Hidup akan memberikan kembali segala sesuatu yang telah kau berikan kepadanya. Ingat, hidup bukan sebuah kebetulan tapi sebuah bayangan dirimu

Kamis, 11 Oktober 2007

Are you Miss Someone

Have u ever missed someone and felt terrible because u think that he/she doesn't miss u?

Missing someone is a terrible but at the same time, sweet feeling. U will be sitting around wondering if u meant anything to him/her.

Thinking if he/she ever cares about u. Rushing to the phone once it rings hoping that it's him/her. Looking out of the window hoping that he/she will surprise u by appearing downstairs.

Sitting in front of the television but thinking of her missing the final episode of your favourite show. Laying on your bed, thinking of the last time u went out together.

Thi nking of how nice it will be to sit under the stars again, talking about everything, your dreams, plans, future. Logging on to the internet hoping to see him/her online.

When u realise that he/she isn't online and did not return your page, u will start worrying if he/she is okay. Missing someone is a way of growing up i guess. It exposes u to loneliness.

It teaches u how to cope with being lonely and let u know that there is actually a feeling known as emptiness. Sometimes it feels good to miss someone.

U know that u really care and u indulge in the feeling of loving/caring for him/her. But missing someone and not knowing if he/she is feeling the same is terrible. U feel as if u are being left alone.

So if u miss someone, tell him/her and let them know. At the same time, ask if they miss u. Don't let the feeling of missing someone become jealousy or paranoid. If u are the one being missed and u know it, let the other party know. If u miss him/her too, tell them. Don't let them wait.

Rabu, 10 Oktober 2007

Nikmatilah Kopinya, Bukan Cangkirnya

Sekelompok alumni satu universitas yang telah mapan dalam karir masing-masing berkumpul dan mendatangi professor kampus mereka yang telah tua. Percakapan segera terjadi dan mengarah pada komplain tentang stess di pekerjaan dan kehidupan mereka.

Menawari tamu-tamunya kopi, professor pergi ke dapur dan kembali dengan poci besar berisi kopi dan cangkir berbagai jenis - dari porselin, plastik, gelas, kristal, gelas biasa, beberapa diantara gelas mahal dan beberapa lainnya sangat indah - dan mengatakan pada para mantan mahasiswanya untuk menuang sendiri kopinya.

Setelah semua mahasiswanya mendapat secangkir kopi di tangan, professor itu mengatakan : "Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang indah dan mahal telah diambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan yang murah saja. Meskipun normal bagi kalian untuk mengingini hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami."

"Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi. Dalam banyak kasus, itu hanya lebih mahal dan dalam beberapa kasus bahkan menyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kalian inginkan sebenarnya
adalah kopi, bukanlah cangkirnya, namun kalian secara sadar mengambil cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain."

"Sekarang perhatikan hal ini : Kehidupan bagai kopi, sedangkan pekerjaan, uang dan posisi dalam masyarakat adalah cangkirnya. Cangkir bagaikan alat untuk memegang dan mengisi kehidupan. Jenis cangkir yang kita miliki tidak mendefinisikan atau juga mengganti kualitas kehidupan yang kita hidupi. Seringkali, karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang Tuhan sediakan bagi kita."

Tuhan memasak dan membuat kopi, bukan cangkirnya. Jadi nikmatilah kopinya, jangan cangkirnya.

Sadarilah jika kehidupan anda itu lebih penting dibanding pekerjaan anda. Jika pekerjaan anda membatasi diri anda dan mengendalikan hidup anda, anda menjadi orang yang mudah diserang dan rapuh akibat perubahan keadaan. Pekerjaan akan datang dan pergi, namun itu seharusnya tidak merubah diri anda sebagai manusia. Pastikan anda membuat tabungan kesuksesan dalam kehidupan selain dari pekerjaan anda.

Selasa, 09 Oktober 2007

Bertobat dengan Doa Bapa Kami

Teks. Lukas 11:1-4
Doa ini begitu sering kita pakai. Kadang ketika tidak punya ide untuk memanjatkan doa bersama, kita pakai doa ini. Tidak jarang waktu sakit perut, waktu kalah judi atau bahkan waktu mau mencuri kelapa, doa ini kita daraskan. Sedemikian biasanya sampai-sampai kita lupa akan arti dan pesan penting doa ini.

Setiap kali kita menyebut Bapa, dalam hati kita mesti terbayang tangan-tangan hangat Sang Bapa yang Berbelaskasih yang menyambut setiap anaknya yang pulang. Kalau kita memanggil Allah sebagai Bapa, maka kita adalah anak atau putera-puterinya. Kebenaran sebagai putra dan putrinya seharusnya membuat kita berani sebagai anak untuk mempercayakan seluruh kebutuhan kita. Kita bukan pengemis yang selalu merengek-rengek minta belas kasihan. Allah sudah menganugerahkan kasih itu tanpa syarat pada kita. Setiap kali kita menyebut Bapa, kita mesti selalu merasa terjamin.
Dengan menyebut Bapa, dengan sendirinya di hadapan Allah kita membangun niat untuk mencintai sesama yang lain sebagai anak-anaknya juga; kita berjanji untuk terus memelihara solidaritas dengan sesama yang paling membutuhkan bahkan terhadap musuh kita.
Dikuduskanlah nama-Mu. Kudus artinya khusus, istimewa. Kita minta agar Allah menolong kita untuk dalam perjuangan kita hari ini, kita selalu menomorsatukan Dia, mengkhususkan Dia.
Datanglah Kerajaan-Mu. Kita minta agar anugerah Kerajaan diberikan Allah dan kita mohon agar kita dikuatkan untuk ikut mewujudkan-Nya.
Mewujudkan kerajaan Allah antara lain diungkapkan dalam dua pemohonan berikutnya:
Berilah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya. Ini adalah permohonan sekaligus pernyataan iman bahwa Allah tidak mungkin menelantarkan kita. Kita mohon agar jerih lelah kita tetap bisa mencukupi kebutuhan kita. Kita tidak minta lebih. Karena kita percaya bahwa Allah selalu memperhatikan kebutuhan kita, maka tanpa kuatir dan ragu kita mau berbagi apa yang kita miliki dengan sesama yang paling membutuhkan: uang, makanan, pakian. Setiap kali mendoakan ini, kita mesti mengingat saudara-saudara kita yang lapar di Afrika, Asia, di Sidoarjo, Bengkulu dll.
Ampunilah kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami. Karena Allah sudah terlebih dahulu mengampuni kita, maka kita pantas untuk mengampuni siapa pun yang bersalah atau menyakiti kita.

Doa ini sangat radikal. Beranikah anda untuk mendoakannya? Masih beranikah anda menggunakannya untuk berdoa mohon kesembuhan dari sakit perut? Renungkanlah baik-baik. Dan jika anda merasa cukup dengan mendoakan Bapa atau merasa cukup dengan satu permohonan saja, berhentilah dan renungkanlah itu saja. Selanjutnya mulailah mengerjakan apa yang anda doakan.

Seorang anak yang berusia tiga tahun setiap pagi diantar bapaknya ke sekolah Ricci II di daerah Glodok- Jakarta. Cara berpakian anak ini berbeda dari anak-anak lainnya. Dia selalu memakai celana panjang, sementara teman-temannya memakai celana pendek. Rupanya dia meniru bapaknya, seorang guru, yang selalu memakai celana panjang. Saking sulitnya memaksa dia untuk memakai celana pendek, akhirnya sang ayah suatu hari memutuskan untuk memakai celana pendek. Seperti biasa dia berkemas untuk mengantar anaknya. Tak dinyana, sang anak pun memakai celana pendek. Ketika di sekolah anak ini ditanya satpam. Hei…kenapa sekarang kamu pakai celana pendek? Jawab anak itu singkat: “ saya pingin ikut bapak saya”!
Panggilan kita untuk mewujudkan kerajaan Allah dengan solidaritas dan pengampunan tidak lain karena kita adalah anak, yan g pingin juga memiliki hati sebesar Allah Bapa kita.

Aku Pingin Ketemu Kamu


Marta dan Maria dalam Injil dikenal sebagai sahabat-sahabat dekat Yesus. Kisah mereka diceritakan persis setelah kisah orang Samaria yang murah hati. Kisah orang Samaria ini menjadi ilustrasi yang dibuat Yesus untuk menjelaskan arti hukum cinta kasih kepada ahli Taurat yang mencobai Dia (Lukas 10:25-37). Kenapa riwayat mereka yang singkat perlu dimasukkan dalam Injil? Sedemikian pentingkah mereka? Begitu istimewanyakah perbuatan yang mereka lakukan?
Yang pasti, berdasarkan Injil, mereka adalah orang yang dikenal dan mengenal Yesus secara dekat. Buktinya, mereka menerima Yesus dan para murid yang singgah di kampung dan rumah mereka. Besar kemungkinan, kedatangan Yesus itu tidak direncanakan. Sulit membayangkan bahwa saat itu misalnya Yesus mengirim sms pada mereka berdua bahwa Ia akan datang. Kedatangan Yesus yang mendadak ini tentu merepotkan. Apalagi selain sebagai sahabat, Yesus kan sudah terlanjur dikenal dan dihormati banyak orang. Maka, penyambutan yang istimewa perlu dipersiapkan. Faktanya, Yesus datang. Bisa dimengerti betapa sibuknya Marta dan Maria. Lagipula mereka harus melayani pula keduabelas murid. Marta yang kiranya sebagai saudara yang lebih tua mengambil inisiatif untuk menyiapkan makanan dan minuman. Jadi dia sibuk di dapur. Sementara Maria memilih untuk menemani Yesus dan para murid ngobrol. Kiranya Maria tidak tega membiarkan kakaknya sibuk sendiri. Tapi lebih tak tega lagi jika dia membiarkan tamu-tamunya diam melongo. Maria kemudian terus mendengarkan cerita-cerita Yesus. Saking asyiknya sampai lupa bahwa Marta sebenarnya butuh bantuan. Cukup dimaklumi perasaan Marta. Pantas kalau dia menggerutu:" Tuhan, tidakkah Engkau peduli bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku. " (ayat.40). Nampaknya hidangan belum selesai dipersiapkan.
Jawaban Yesus sungguh mengesankan. " Marta, Marta, engaku kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil daripadanya". (ayat 41-42). Satu saja yang perlu, apakah gerangan? Bukankah kita sepakat dengan tindakan Marta bahwa rasa hormat dan rasa cinta kita pada orang kita wujudkan dengan selalu memberikan dan mengerjakan apa-apa yang menyenangkannya? Untuk kekasih kita, kita berikan bunga rose atau bahkan sepatu cinderella. Untuk anak, kita berikan dia mainan kesukaanya. Untuk mertua kita, kita siapkan masakan kesukaanya. Dan kita selalu merasa yakin barang-barang berharga selalu menentukan seberapa besar penerimaan orang atas diri kita. Sering saking kurang percaya diri, kita berusaha meyakinkan orang -dengan prestasi, barang,uang dan harta lainnya- bahwa kita pantas dicintai dan dihormati. Tidak sedikit dari kita berpikir bahwa karena perbuatan baik; karena tindakan-tindakan amal saleh kita, kita pantas untuk menerima berkah dan anugerah berlimpah dari Tuhan.
Hanya satu yang perlu. Yesus sebenarnya mau mengatakan kepada Marta: " Aku pingin ketemu kamu. Aku pingin lama berbicara denganmu. Aku pingin melepas rindu. Indah rasanya kalau mendengar cerita-ceritamu.". Yesus ingin ketemu dan menjumpai Marta dan Maria apa adanya bahkan dalam keadaan bahwa mereka tidak siap melayani Dia. Yesus tidak melarang Marta untuk menyiapkan makanan minuman untuk Dia dan para muridnya. Tidak. Dia hanya ingin Marta menyediakan sedikit waktu untuk berbicara dan mendengarkan Dia seperti Maria. Dia pingin tahu apa saja pengalaman Maria.
Di sinilah letak pentingnya kisah Marta dan Maria. Melalui kisah ini Yesus mengajarkah betapa pentingnya perjumpaan pribadi dengan Dia. Dia menuntut agar masing-masing kita dalam situasi dan pekerjaan kita masing-masing mencari waktu berapa pun lamanya untuk sejenak berhenti untuk berdoa, bersyukur kalau ada yang patut disyukuri, protes kalau ada yang pantas dikeluhkan pada Dia. Ingat! sebagai orang Kristiani kita tidak sedang mengikuti aturan atau hukum, melainkan kita mengikuti dan berjumpa dengan seorang Pribadi yang mengubah hidup kita.
Semoga kisah ini juga membantu kita untuk mengembangkan relasi yang lebih baik dengan keluarga atau sahabat. Otentisitas relasi itu terletak dalam kesediaan untuk selalu memberi waktu untuk saling mendengarkan; bukan dengan membelanjakan atau menghadiahkan sedemikian banyak barang.

salam,

ronald,s.x.

Cinta ... kesempatan atau pilihan

Saat kita bertemu dengan seseorang yang sempurna, yang kita cintai di saat yang tepat, di tempat yang tepat dan di waktu yang tepat. Itu adalah kesempatan.

Saat kamu bertemu seseorang yang membuatmu tertarik. Itu bukan pilihan. Itu adalah kesempatan.

Selalu bersama/bertemu dalam suatu waktu (dan banyak pasangan yang jadian karena hal ini) bukanlah suatu pilihan. Itu adalah kesempatan .

Perbedaannya adalah setelah semuanya itu terjadi.
Kapan kau akan membawa rasa cinta, suka, ketertarikan tersebut naik ke tingkat selanjutnya?

Ketika kemudian akal sehat kita kembali bermain, kita akan duduk dan menimbang kembali apakah kau ingin melanjutkan hubungan tersebut atau melepaskannya. Jika kau memilih untuk mencintai seseorang tersebut, meskipun dengan segala kekurangannya, itu bukanlah kesempatan. Itu adalah pilihan.

Disaat kau memilih untuk bersama dengan seseorang, tidak peduli dengan hal lainnya.Itu adalah pilihan

Meskipun kau tahu banyak orang di luar sana yang lebih menarik, pintar, dan lebih kaya daripada pasanganmu, dan ya, kau memutuskan untuk tetap mencintai pasanganmu apa adanya. Itu adalah pilihan.

Cinta , suka, ketertarikan datang kepada kita dari kesempatan. Tetapi cinta sejati itu adalah sungguh-sungguh suatu pilihan. Sebuah pilihan yang kita buat.

Berkenaan dengan teman sejiwa atau pasangan hidup, ada sebuah kutipan indah dari seorang bijak :
"Nasib membawamu untuk bersama, tetapi untuk tetap bersama sampai akhir itu semua tergantung dari dirimu."
Saya percaya bahwa teman sejiwa itu benar-benar ada. Bahwa ada seseorang khusus diciptakan untukmu.
Tetapi itu masih tetap tergantung pada dirimu untuk membuat pilihan tersebut, apakah kau akan melakukannya atau tidak.

Kita mungkin akan menemukan teman sejati kita dengan kesempatan yang ada, tetapi untuk mencintai dan bersama dengan teman sejiwa kita, itu adalah tetap pilihan kita untuk mewujudkannya.

Kita datang ke dunia ini bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk mencintai...

Tetapi untuk belajar, bagaimana mencintai seseorang yang tidak sempurna dengan sempurna...

Senin, 08 Oktober 2007

Kasih sayang seorang ayah

Tersebutlah seorang ayah yang mempunyai anak. Ayah ini sangat menyayangi anaknya. Di suatu weekend, si ayah mengajak anaknya untuk pergi ke pasar malam. Mereka pulang sangat larut. Di tengah jalan, si anak melepas seat beltnya karena merasa tidak nyaman. Si ayah sudah menyuruhnya memasang kembali, namun si anak tidak menurut.

Benar saja, di sebuah tikungan, sebuah mobil lain melaju kencang tak terkendali. Ternyata pengemudinya mabuk. Tabrakan tak terhindarkan. Si ayah selamat, namun si anak terpental keluar. Kepalanya membentur aspal, dan menderita gegar otak yang cukup parah.

Setelah berapa lama mendekam di rumah sakit, akhirnya si anak siuman. Namun ia tidak dapat melihat dan mendengar apapun. Buta tuli. Si ayah dengan sedih, hanya bisa memeluk erat anaknya, karena ia tahu hanya sentuhan dan pelukan yang bisa anaknya rasakan.

Begitulah kehidupan sang ayah dan anaknya yang buta-tuli ini. Dia senantiasa menjaga anaknya. Suatu saat si anak kepanasan dan minta es, si ayah diam saja. Sebab ia melihat anaknya sedang demam, dan es akan memperparah demam anaknya.

Di suatu musim dingin, si anak memaksa berjalan ke tempat yang hangat, namun si ayah menarik keras sampai melukai tangan si anak, karena ternyata tempat ‘hangat’ tersebut tidak jauh dari sebuah gedung yang terbakar hebat.

Suatu kali anaknya kesal karena ayahnya membuang liontin kesukaannya. Si anak sangat marah, namun sang ayah hanya bisa menghela nafas. Komunikasinya terbatas. Ingin rasanya ia menjelaskan bahwa liontin yang tajam itu sudah berkarat, Namun apa daya si anak tidak dapat mendengar, hanya dapat merasakan. Ia hanya bisa berharap anaknya sepenuhnya percaya kalau ayahnya hanya melakukan yang terbaik untuk anaknya.

Saat-saat paling bahagia si ayah adalah saat dia mendengar anaknya mengutarakan perasaannya, isi hatinya.

Saat anaknya mendiamkan dia, dia merasa tersiksa, namun ia senantiasa berada disamping anaknya, setia menjaganya.

Dia hanya bisa berdoa dan berharap, kalau suatu saat Tuhan boleh memberi mujizat.

Setiap hari jam 4 pagi, dia bangun untuk mendoakan kesembuhan anaknya. Setiap hari.

Beberapa tahun berlalu. Di suatu pagi yang cerah, sayup-sayup bunyi kicauan burung membangunkan si anak. Ternyata pendengarannya pulih! Anak itu berteriak kegirangan, sampai mengejutkan si ayah yg tertidur di sampingnya. Kemudian disusul oleh penglihatannya. Ternyata Tuhan telah mengabulkan doa sang ayah. Melihat rambut ayahnya yang telah memutih dan tangan sang ayah yg telah mengeras penuh luka, si anak memeluk erat sang ayah & menangis, sambil berkata. "Ayah, terima kasih ya, selama ini engkau telah setia menjagaku."

Minggu, 07 Oktober 2007

Bukan Superhero, bukan pula Superman atau Suprahuman

Saudari-saudara terkasih, renungan kita di pekan ini kita awali dengan merenungkan tokoh Yunus (Yunus 1:1-2:10).Yunus atau yang sering disebut nabi Yunus sebenarnya lebih merupakan tokoh dongeng daripada seorang tokoh historis. Akan tetapi, kenyataan yang mau diceritakan melalui tokoh ini adalah kenyataan yang historis, yang benar-benar terjadi dalam sejarah Israel. Meskipun demikian, jika anda membaca salah satu kitab tersingkat dalam Perjanjian Lama ini, anda mungkin akan sepakat dengan saya bahwa Yunus adalah salah satu tokoh menarik dan mengesankan.
Dia lari ke Tarsis ketika Tuhan memanggilnya. Kalau anda mengenal kisah-kisah panggilan nabi Yeremia, Amos dan nabi-nabi lainnya, anda tentu tidak menemukan sikap penolakan total seperti Yunus ini. Dia benar-benar lari, bahkan memilih lebih baik mati daripada hidup dan memikul tugas panggilan itu.
Sedemikian berat dan susahkan panggilan itu sehingga ia menolaknya? Kalau diteliti, Tuhan ternyata memanggil dia supaya mengatakan kepada orang-orang Niniwe agar mereka bertobat. Nampaknya, tugas ini tidak susah-susah amat kok. Kalau memang tugas ini mudah lalu kenapa Yunus menolaknya?
Yunus sulit sekali menerima kebenaran bahwa Allah itu maha pengampun dan bahwa Ia mengasihi semua orang tanpa kecuali. Dia sungguh-sungguh marah pada Allah ketika menyadari bahwa bukan hanya Israel yang dikasihi-Nya tapi semua bangsa. Yunus mewakili bangsa Israel, dan bisa saja mewakili kita, yang sulit menerima gambaran dan kenyataan Allah yang demikian itu. Ia mengasihi semua orang tanpa syarat.
Yunus sekaligus juga merupakan kritik atas Yudaisme yang pada zamannya begitu menekankan monoteisme dan kemahakuasaan Allah sampai-sampai lupa bahwa Dia itu adalah pribadi yang mengasihi.
Kisah Yunus menjadi kritik terhadap setiap bentuk eksklusivisme ideologis dan religius yang 'mengurung' Allah dalam kelompok-kelompok tertentu bahwa Allah hanya menyelamatkan kelompoknya, sementara yang bukan kelompoknya pasti dihukum.
Warta tentang Allah yang mengasihi tanpa batas itu diungkapkan juga dalam kisah tentang orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-37). Tanpa memperhitungkan aturan dan hukum yang lebih sering membelenggu daripada menolong manusia, si Samaria - yang sering dicap kafir oleh bangsa Yahudi - justru turun menolong orang Yahudi yang hampir mati dirampok penyamun. Bahkan ia merelakan semua miliknya agar orang tadi dapat dirawat dengan baik hingga sembuh. Ini tentu berbanding terbalik dengan kecenderungan kita untuk menolong dan mengasihi hanya orang yang sesuku dengan kita; atau orang yang darinya nanti kita bisa dapatkan balasan serupa; mungkin juga kalau orangnya cakep dan gagah serta macam-macam prasyarat lain yang kita pasang tanpa sadar.Padahal Allah mengasihi semua orang bahkan menerima kembali mereka yang menolak dan menghianatinya. Kisah pertobatan dan pengampunan orang-orang Niniwe cukup jelas mengungkapkan ini. Wajah Allah seperti inilah yang mesti kita wartakan. Kita bukan percaya pada seorang superhero apalagi superman dan superhuman tapi Allah seperti ini yang bahkan mati di salib.
Semoga hari ini cara bicara dan sikap kita terhadap sesama memperlihatkan keterbukaan dan penyambutan tanpa batas dan syarat. Mari kita mewartakan kemahaluasan kasih itu di tempat kerja kita, di sekolah dan tentu di rumah kita pula.

salam,

ronald,s.x.

Putri Qara

Diceritakan bahwa Putri Qara adalah istri saudagar kaya Amenhotep, berasal dari keluarga sederhana, tapi pintar, bijaksana dan berbudi pekerti yang baik. Karena ia berasal dari keluarga yang lebih miskin dibanding dengan suaminya, ia sering diperlakukan dengan tidak selayaknya, sampai suatu hari ia dan suaminya pergi ke desa nelayan dan melihat ada seorang nelayan yang miskin dan istrinya. Nelayan tersebut sangat miskin dan bahkan untuk membeli jala yang baru untuk mengganti jalanya yang robek pun ia tidak mampu. Istri nelayan tersebut adalah orang yang pemboros, malas dan suka berjudi, seluruh penghasilan suaminya digunakannya untuk berfoya-foya.

Melihat kenyataan seperti itu, Putri Qara berkata kepada suaminya, bahwa seharusnya istri nelayan tersebut membantu memperbaiki jala suaminya. Amenhotep, menentang pendapat istrinya, mereka berdebat, sehingga Amenhotep marah dan kemudian memanggil nelayan miskin tersebut. Amenhotep menukarkan Putri Qara dengan istri nelayan tersebut.

Putri Qara sedih karena terhina, suaminya memperlakukan seolah-olah dia adalah barang yang bisa dipertukarkan semaunya. Sang nelayan tertegun dan tidak berani membantah, karena Amenhotep terkenal kejam dan sadis karena kekayaannya.

Putri Qara rajin membantu suaminya yang baru dalam bekerja. Karena kepandaian dan kebijaksanaan Putri Qara, lambat laun sang nelayan menjadi kaya. Sampai suatu ketika ada seorang tua dengan baju compang-camping dan tidak terurus datang ke rumah Putri Qara, pelayan dirumah tersebut mengenalinya sebagai Amenhotep. Amenhotep kemudian melepas terompahnya dan meletakkan di meja kecil di sudut rumah Putri Qara. Oleh pelayan, terompah tersebut diberikan pada Putri Qara dan menceritakan kondisi pemiliknya, sang Putri mengenali terompah tersebut dan emerintahkan pelayannya untuk memberikan pada Amenhotep baju baru, terompah baru dan 3 keping uang emas ditambah pesan : aku tidak diwarisi kekayaan tetapi budi pekerti, kebijaksanaa dan kemauan untuk bekerja.

Amenhotep menerima pemberian itu dengan penyesalan akan tindakannya di masa lalu, karena egonya dia menukar istrinya yang baik dan bijaksana dengan seorang wanita yang hanya bisa menghamburkan harta suaminya.

Cerita tersebut sederhana, tapi menyentuh karena ternyata begitu besar pengaruh seorang istri untuk suaminya.

Oleh karenanya, hai wanita dampingi dan dukunglah pria dengan bijaksana, dan hai pria perlakukanlah wanita dengan penuh kasih, karena pada setiap pria yang sukses pasti terdapat seorang wanita yang mendukungnya dengan bijaksana.

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari