Rabu, 31 Desember 2014

Membaik Atau Memburuk?


Pada setiap permulaan tahun baru, ada ahli-ahli dari berbagai bidang yang mencoba memaparkan perkiraan mereka tentang keadaan ekonomi, politik, cuaca, dan banyak lagi topik yang lain. Akankah terjadi perang atau perdamaian? Akankah masyarakat semakin miskin atau bertambah sejahtera? Adakah kemajuan atau justru stagnasi? Semua orang mengharapkan tahun ini akan lebih baik daripada tahun sebelumnya, tetapi tidak seorang pun mengetahui apa yang akan terjadi.


Akan tetapi, satu hal dapat kita yakini. Seorang pembicara tamu di gereja kami pernah menyatakan bahwa ketika kita bertanya apakah dunia akan membaik atau memburuk, jawabannya adalah, “Dua-duanya!”


Paulus menasihati Timotius, “Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar; . . . orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan. Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu” (2Tim. 3:1,13-14).


Firman yang diilhamkan Allah akan mengajar, memperbaiki kelakuan, dan mendidik kita dalam kebenaran jika kita mengikuti jalan Allah (ay.16-17). J. B. Phillips menggambarkan Kitab Suci sebagai “perangkat komprehensif” milik kita yang menyiapkan kita sepenuhnya untuk melakukan segala pekerjaan yang ditugaskan Allah.


Ketika kegelapan rohani dalam dunia ini bertambah pekat, kiranya terang Kristus bersinar semakin cemerlang melalui semua orang yang mengenal dan mengasihi-Nya. Yesus adalah sukacita dan pengharapan kita—hari ini, esok, dan selamanya!



Bapa Surgawi, masalah dalam dunia ini dapat mengalihkan pandangan kami dari-Mu. Terima kasih untuk firman-Mu yang menolong kami tetap berpusat pada-Mu. Kiranya kami bersukacita dalam kasih-Mu dan membagikannya pada sesama kami hari ini.


Kuasa jahat di sekitar Anda bukanlah tandingan bagi kuasa Yesus di dalam diri Anda.






from Santapan Rohani http://ift.tt/1Bn64Dv

via IFTTT

Selasa, 30 Desember 2014

Berdiri Di Tepi


Putri kecil saya berdiri gelisah di pinggir kolam renang. Karena tidak bisa berenang, ia sedang belajar untuk merasa nyaman berada di dalam air. Guru renangnya menunggu di dalam kolam dengan kedua lengan yang terbuka lebar. Saat putri saya ragu, ada beragam pertanyaan tebersit di matanya: Apakah kau akan menangkapku? Apa yang akan terjadi bila kepalaku masuk ke dalam air?


Bangsa Israel mungkin juga bertanya-tanya apakah yang akan terjadi ketika mereka menyeberangi sungai Yordan. Dapatkah mereka percaya bahwa Allah akan membuat kering dasar sungai Yordan? Apakah Allah akan menyertai pemimpin baru mereka, Yosua, seperti Dia menyertai Musa? Apakah Allah akan menolong umat-Nya untuk mengalahkan ancaman bangsa Kanaan yang tinggal tepat di seberang sungai itu?


Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, bangsa Israel harus melewati sebuah ujian iman—mereka harus bertindak. Maka kemudian mereka “berangkat dari tempat perkemahan mereka untuk menyeberangi sungai Yordan, para imam pengangkat tabut perjanjian itu berjalan di depan bangsa itu” (ay.14). Menerapkan iman mereka membuat mereka dapat melihat bahwa Allah memang menyertai mereka. Allah masih membimbing Yosua, dan Dia akan menolong mereka untuk menetap di Kanaan (ay.7,10,17).


Menghadapi ujian iman, Anda dapat maju dengan mempercayai karakter Allah dan janji-Nya yang tidak pernah gagal. Bergantung kepada-Nya akan menolong Anda untuk melangkah dari tempat Anda sekarang menuju ke tempat yang dikehendaki-Nya bagi Anda.



Tuhan, kami cenderung cepat melupakan kebaikan dan pemeliharaan-Mu atas kami. Kiranya kami mempercayakan diri kami kepada-Mu pada hari ini dan di tahun yang baru—apa pun ketidakpastian yang kami hadapi. Engkaulah Allah yang dapat kami percaya.


Ketakutan lenyap ketika kita mempercayai Bapa kita.






from Santapan Rohani http://santapanrohani.org/2014/12/31/berdiri-di-tepi/

via IFTTT

Senin, 29 Desember 2014

Dia Membimbingku


Di Istanbul, Turki, pada tahun 2005, ada seekor domba meloncat dari sebuah tebing, lalu hampir 1.500 domba lain ikut terjun! Alhasil, kira-kira sepertiga dari kawanan domba itu mati. Karena tidak tahu ke mana harus melangkah, domba akan tanpa sadar mengikuti saja apa yang dilakukan domba-domba lain dalam kawanannya.


Tidak ada sosok yang lebih baik daripada domba yang dapat dipakai untuk menggambarkan kebutuhan kita akan seorang pemimpin yang dapat dipercaya. Kita semua, tulis Yesaya, seperti domba (Yes. 53:6). Kita cenderung memilih jalan kita sendiri. Namun sesungguhnya, kita sangat memerlukan pengarahan yang jelas dari seorang gembala.


Mazmur 23 menggambarkan karakter yang layak dipercaya dari Sang Gembala yang baik. Dia memelihara kita (ay.1); Dia menyediakan semua kebutuhan fisik kita (ay.2); Dia menunjukkan cara menjalani hidup yang benar (ay.3); Dia menyegarkan jiwa kita, menghibur kita, memulihkan kita, dan memberkati kita dengan limpah (ay.3-5); dan Dia tidak akan meninggalkan kita (ay.6).


Sungguh merupakan kelegaan yang luar biasa ketika mengetahui bahwa Allah membimbing kita dengan lembut dan pasti! Dia membimbing kita melalui nasihat Roh Kudus, pembacaan firman Tuhan, dan lewat doa. Allah adalah pemimpin yang kita perlukan dan dapat kita andalkan.


Sebagai pengakuan akan ketergantungan penuh pada Tuhan, kita bisa berkata bersama-sama pemazmur, “Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang.”



Seperti domba yang terkadang keluar dari kawanannya

Dalam lika-liku hidup yang dapat menyesatkan,

Aku perlu tangan Gembalaku dan pengawasan-Nya

Untuk selalu menjagaku agar jangan tersesat. —Sanders


Anak Domba yang mati untuk menyelamatkan kita adalah Gembala yang hidup untuk menuntun kita.






from Santapan Rohani http://santapanrohani.org/2014/12/30/dia-membimbingku/

via IFTTT

Minggu, 28 Desember 2014

Penundaan Bukan Berarti Penolakan


Putra-putra saya berulang tahun di bulan Desember. Dahulu ketika mereka masih kecil, Angus tahu betul bahwa jika ia belum mendapatkan mainan yang didamba-dambakannya untuk hadiah ulang tahunnya di awal bulan, hadiah itu mungkin akan ditemukannya di dalam gantungan kaus kakinya pada hari Natal. Dan jika David belum menerima hadiahnya pada hari Natal, mungkin hadiah itu akan diterimanya pada hari ulang tahunnya empat hari kemudian. Penundaan tidak selalu berarti penolakan.


Wajar apabila Maria dan Marta meminta Yesus datang ketika Lazarus sakit parah (Yoh. 11:1-3). Mungkin mereka sempat memandangi jalan dengan hati cemas dan penuh harap menantikan tanda-tanda kedatangan Yesus, tetapi Yesus tidak juga datang. Ketika akhirnya Yesus sampai di kota itu, Lazarus telah empat hari dikuburkan (ay.17).


Marta dengan tegas mengatakan kepada Yesus: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati” (ay.21). Lalu imannya menjadi semakin mantap, “Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya” (ay.22). Entah apa yang sebenarnya Marta harapkan. Lazarus sudah meninggal, dan Marta ragu-ragu soal membuka kembali makam itu. Namun sesuai perintah dari Yesus, roh Lazarus kembali kepada tubuhnya yang sudah membusuk (ay.41-44). Yesus sengaja tidak menyembuhkan Lazarus yang sakit, dengan maksud untuk mengadakan mukjizat yang jauh lebih besar, yaitu menghidupkan sahabat-Nya itu kembali.


Menantikan waktu Allah mungkin akan memberi kita mukjizat yang lebih besar daripada yang kita harapkan sebelumnya.



Juruselamatku mendengarku kala aku berdoa,

Dalam firman-Nya aku percaya penuh;

Sesuai waktu-Nya, menurut jalan-Nya saja,

Aku tahu Dia akan memberiku yang terbaik. —Hewitt


Waktu yang dipakai untuk menantikan Allah tidak akan pernah sia-sia.






from Santapan Rohani http://santapanrohani.org/2014/12/29/penundaan-bukan-berarti-penolakan/

via IFTTT

Penundaan Bukan Berarti Penolakan

Info

Senin, 29 Desember 2014


Penundaan Bukan Berarti Penolakan



11:21 Maka kata Marta kepada Yesus: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.


11:22 Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya."


11:23 Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit."


11:24 Kata Marta kepada-Nya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman."


11:25 Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati,


11:26 dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?"


11:27 Jawab Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia."


11:28 Dan sesudah berkata demikian ia pergi memanggil saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: "Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau."


11:29 Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan Yesus.


11:30 Tetapi waktu itu Yesus belum sampai ke dalam kampung itu. Ia masih berada di tempat Marta menjumpai Dia.


11:31 Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ.


11:32 Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati."


11:33 Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata:


11:34 "Di manakah dia kamu baringkan?" Jawab mereka: "Tuhan, marilah dan lihatlah!"


11:35 Maka menangislah Yesus.



Namun setelah didengar [Yesus], bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada. —Yohanes 11:6


Penundaan Bukan Berarti Penolakan


Putra-putra saya berulang tahun di bulan Desember. Dahulu ketika mereka masih kecil, Angus tahu betul bahwa jika ia belum mendapatkan mainan yang didamba-dambakannya untuk hadiah ulang tahunnya di awal bulan, hadiah itu mungkin akan ditemukannya di dalam gantungan kaus kakinya pada hari Natal. Dan jika David belum menerima hadiahnya pada hari Natal, mungkin hadiah itu akan diterimanya pada hari ulang tahunnya empat hari kemudian. Penundaan tidak selalu berarti penolakan.


Wajar apabila Maria dan Marta meminta Yesus datang ketika Lazarus sakit parah (Yoh. 11:1-3). Mungkin mereka sempat memandangi jalan dengan hati cemas dan penuh harap menantikan tanda-tanda kedatangan Yesus, tetapi Yesus tidak juga datang. Ketika akhirnya Yesus sampai di kota itu, Lazarus telah empat hari dikuburkan (ay.17).


Marta dengan tegas mengatakan kepada Yesus: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati” (ay.21). Lalu imannya menjadi semakin mantap, “Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya” (ay.22). Entah apa yang sebenarnya Marta harapkan. Lazarus sudah meninggal, dan Marta ragu-ragu soal membuka kembali makam itu. Namun sesuai perintah dari Yesus, roh Lazarus kembali kepada tubuhnya yang sudah membusuk (ay.41-44). Yesus sengaja tidak menyembuhkan Lazarus yang sakit, dengan maksud untuk mengadakan mukjizat yang jauh lebih besar, yaitu menghidupkan sahabat-Nya itu kembali.


Menantikan waktu Allah mungkin akan memberi kita mukjizat yang lebih besar daripada yang kita harapkan sebelumnya. —MS


Juruselamatku mendengarku kala aku berdoa,

Dalam firman-Nya aku percaya penuh;

Sesuai waktu-Nya, menurut jalan-Nya saja,

Aku tahu Dia akan memberiku yang terbaik. —Hewitt


Waktu yang dipakai untuk menantikan Allah tidak akan pernah sia-sia.


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Sabtu, 27 Desember 2014

Apakah Yesus Masih Di Sini?


Rumah Ted Robertson di Colorado, Amerika Serikat, adalah satu dari 500 lebih rumah yang musnah akibat kebakaran hutan yang dikenal sebagai peristiwa Black Forest Fire pada bulan Juni 2013. Ketika Ted diperbolehkan pulang dan menyusuri debu dan puing rumahnya, ia sangat berharap dapat menemukan sebuah peninggalan keluarga buatan istrinya yang sangat berharga—sebuah patung bayi Yesus dari bahan keramik yang berukuran hanya sebesar perangko. Sambil mencari di antara barang-barang yang telah hangus terbakar, ia terus bertanya-tanya, “Apakah bayi Yesus masih ada di sini?”


Ketika hidup kita diguncang oleh berbagai kekecewaan dan kehilangan, kita mungkin bertanya-tanya apakah Yesus masih di sini bersama kita. Jawaban Alkitab dengan tegas menyatakan Ya! “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, . . . tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rm. 8:38-39).


Di sebuah pojok yang sebelumnya merupakan garasi rumahnya, Ted Robertson berhasil menemukan sisa-sisa dari replika kandang Natal yang sudah hangus. Di sana ia juga menemukan patung bayi Yesus yang sama sekali tidak rusak oleh api. Kepada sebuah saluran televisi lokal, Ted mengungkapkan, “[Kami] sempat khawatir, tetapi kini kembali dapat berharap . . . kami pasti akan dapat memulihkan sebagian dari hidup kami yang tadinya kami pikir sudah musnah.”


Apakah Yesus masih ada di sini? Tentulah Dia masih di sini, dan itulah keajaiban Natal yang abadi.



Ketika di sekelilingku hanya kegelapan

Dan sukacita dunia telah lenyap,

Juruselamatku membisikan janji-Nya

Takkan ditinggalkan-Nya aku sendiri. —NN.


Jika Anda mengenal Yesus, Anda tidak akan pernah berjalan sendiri.






from Santapan Rohani http://santapanrohani.org/2014/12/28/apakah-yesus-masih-di-sini/

via IFTTT

Apakah Yesus Masih Di Sini?

Info

Minggu, 28 Desember 2014


Apakah Yesus Masih Di Sini?



8:31 Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?


8:32 Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?


8:33 Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?


8:34 Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?


8:35 Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?


8:36 Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan."


8:37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.


8:38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,


8:39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.



[Apapun] tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. —Roma 8:38-39


Apakah Yesus Masih Di Sini?


Rumah Ted Robertson di Colorado, Amerika Serikat, adalah satu dari 500 lebih rumah yang musnah akibat kebakaran hutan yang dikenal sebagai peristiwa Black Forest Fire pada bulan Juni 2013. Ketika Ted diperbolehkan pulang dan menyusuri debu dan puing rumahnya, ia sangat berharap dapat menemukan sebuah peninggalan keluarga buatan istrinya yang sangat berharga—sebuah patung bayi Yesus dari bahan keramik yang berukuran hanya sebesar perangko. Sambil mencari di antara barang-barang yang telah hangus terbakar, ia terus bertanya-tanya, “Apakah bayi Yesus masih ada di sini?”


Ketika hidup kita diguncang oleh berbagai kekecewaan dan kehilangan, kita mungkin bertanya-tanya apakah Yesus masih di sini bersama kita. Jawaban Alkitab dengan tegas menyatakan Ya! “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, . . . tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rm. 8:38-39).


Di sebuah pojok yang sebelumnya merupakan garasi rumahnya, Ted Robertson berhasil menemukan sisa-sisa dari replika kandang Natal yang sudah hangus. Di sana ia juga menemukan patung bayi Yesus yang sama sekali tidak rusak oleh api. Kepada sebuah saluran televisi lokal, Ted mengungkapkan, “[Kami] sempat khawatir, tetapi kini kembali dapat berharap . . . kami pasti akan dapat memulihkan sebagian dari hidup kami yang tadinya kami pikir sudah musnah.”


Apakah Yesus masih ada di sini? Tentulah Dia masih di sini, dan itulah keajaiban Natal yang abadi. —DCM


Ketika di sekelilingku hanya kegelapan

Dan sukacita dunia telah lenyap,

Juruselamatku membisikan janji-Nya

Takkan ditinggalkan-Nya aku sendiri. —NN.


Jika kamu mengenal Yesus, kamu tidak akan pernah berjalan sendiri.


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Jumat, 26 Desember 2014

Keluar Dari Mesir


Suatu waktu keluarga kami sedang bepergian menuju rumah Nenek dan melintasi Ohio, Amerika Serikat. Kami tiba di kota Columbus bersamaan dengan dikeluarkannya peringatan tentang bahaya tornado. Rencana kami berubah total karena kami mengkhawatirkan keadaan anak-anak kami.


Saya mengisahkan cerita tersebut untuk membantu kita membayangkan seperti apa rasanya saat Yusuf, Maria, dan anak mereka yang masih kecil harus pindah ke Mesir. Bukan tornado, melainkan Herodes yang mengancam mereka, karena ia berusaha membunuh putra kecil mereka. Bayangkan betapa menakutkannya keadaan tersebut bagi mereka, setelah tahu bahwa “Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia” (Mat. 2:13).


Pada umumnya kita mempunyai bayangan yang indah mengenai peristiwa Natal—sekawanan ternak yang melenguh dan para gembala yang berlutut di dalam adegan yang penuh kedamaian. Akan tetapi tidak ada damai bagi keluarga Yesus pada saat mereka berusaha melarikan diri dari kejaran Herodes. Setelah seorang malaikat memberi tahu mereka bahwa keadaan sudah kembali aman, barulah mereka keluar dari Mesir dan pulang kembali ke Nazaret (ay.20-23).


Pantaslah kita merasa takjub dan kagum atas peristiwa inkarnasi Yesus. Dia, yang menikmati segala kemegahan surga dalam kemitraan-Nya dengan Allah Bapa, meninggalkan semua itu dan dilahirkan dalam kemiskinan, menghadapi banyak bahaya, dan disalibkan bagi kita. Meninggalkan Mesir memang baik, tetapi meninggalkan surga mulia demi kita—itulah perbuatan yang paling agung dan menakjubkan dari kisah Kristus!



Yesus Juruselamat kami meninggalkan surga,

Datang ke dunia sebagai Hamba penuh kasih;

Tanggalkan semua kemuliaan-Nya saat Dia datang,

Bawa keselamatan oleh iman dalam nama-Nya. —Hess


Yesus datang ke dunia demi kita supaya kita dapat pergi ke surga bersama-Nya.






from Santapan Rohani http://ift.tt/1CZh4bE

via IFTTT

Keluar Dari Mesir

Info

Sabtu, 27 Desember 2014


Keluar Dari Mesir



2:13 Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia."


2:14 Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir,


2:15 dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku."


2:16 Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.


2:17 Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia:


2:18 "Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi."


2:19 Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya:


2:20 "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati."


2:21 Lalu Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel.



Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir. —Matius 2:13


Keluar Dari Mesir


Suatu waktu keluarga kami sedang bepergian menuju rumah Nenek dan melintasi Ohio, Amerika Serikat. Kami tiba di kota Columbus bersamaan dengan dikeluarkannya peringatan tentang bahaya tornado. Rencana kami berubah total karena kami mengkhawatirkan keadaan anak-anak kami.


Saya mengisahkan cerita tersebut untuk membantu kita membayangkan seperti apa rasanya saat Yusuf, Maria, dan anak mereka yang masih kecil harus pindah ke Mesir. Bukan tornado, melainkan Herodes yang mengancam mereka, karena ia berusaha membunuh putra kecil mereka. Bayangkan betapa menakutkannya keadaan tersebut bagi mereka, setelah tahu bahwa “Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia” (Mat. 2:13).


Pada umumnya kita mempunyai bayangan yang indah mengenai peristiwa Natal—sekawanan ternak yang melenguh dan para gembala yang berlutut di dalam adegan yang penuh kedamaian. Akan tetapi tidak ada damai bagi keluarga Yesus pada saat mereka berusaha melarikan diri dari kejaran Herodes. Setelah seorang malaikat memberi tahu mereka bahwa keadaan sudah kembali aman, barulah mereka keluar dari Mesir dan pulang kembali ke Nazaret (ay.20-23).


Pantaslah kita merasa takjub dan kagum atas peristiwa inkarnasi Yesus. Dia, yang menikmati segala kemegahan surga dalam kemitraan-Nya dengan Allah Bapa, meninggalkan semua itu dan dilahirkan dalam kemiskinan, menghadapi banyak bahaya, dan disalibkan bagi kita. Meninggalkan Mesir memang baik, tetapi meninggalkan surga mulia demi kita—itulah perbuatan yang paling agung dan menakjubkan dari kisah Kristus! —JDB


Yesus Juruselamat kami meninggalkan surga,

Datang ke dunia sebagai Hamba penuh kasih;

Tanggalkan semua kemuliaan-Nya saat Dia datang,

Bawa keselamatan oleh iman dalam nama-Nya. —Hess


Yesus datang ke dunia demi kita supaya kita dapat pergi ke surga bersama-Nya.


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Kamis, 25 Desember 2014

Di Antara Kita


Ada kabar menghebohkan yang tersebar di lingkungan perumahan kami. Seorang pemain sepakbola profesional yang terkenal baru saja pindah ke perumahan kami dan tempat tinggalnya hanya berjarak dua rumah dari tempat kami tinggal. Kami sering melihatnya di televisi dan membaca tentang kemampuannya yang hebat di atas lapangan, tetapi kami tidak pernah membayangkan bahwa ia akan memilih untuk tinggal di antara kami. Semula, kami semua berharap dapat menyambutnya di lingkungan kami dan kami semua akan menjadi teman baiknya. Namun hidupnya ternyata begitu sibuk sehingga tidak seorang pun dari lingkungan kami yang dapat mengenalnya secara dekat.


Bayangkan hal ini: Yesus—Tuhan atas alam semesta dan Pencipta dari segalanya—memilih untuk tinggal di antara kita! Dia meninggalkan surga dan datang ke dalam dunia ini. Inilah yang dikatakan Yohanes, “Kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa” (Yoh. 1:14). Yesus memilih untuk terlibat dari dekat dengan semua orang yang mau datang kepada-Nya. Dan, yang lebih penting lagi, bagi setiap dari kita yang telah menerima kasih-Nya yang menebus kita, Roh Kudus kini telah berdiam di dalam hati kita untuk menghibur, menasihati, meyakinkan, memimpin, dan mengajar kita.


Ketika kita memikirkan tentang Sang Bayi yang ada di palungan, ingatlah betapa istimewanya kenyataan bahwa Dia tidak saja datang untuk tinggal “di antara kita”, tetapi Dia juga melakukannya supaya Dia dapat memberkati kita dengan kedekatan yang istimewa berupa kehadiran-Nya di dalam hati kita.



Tuhan, aku kagum bahwa Engkau, Pribadi yang teragung, mau tinggal dan hidup di dalam kami! Tolong kami untuk menghargai karunia kehadiran-Mu sebagai sukacita kami yang terbesar. Rengkuhlah kami untuk menikmati keakraban bersama-Mu.


Jangan sia-siakan karunia kehadiran Allah.






from Santapan Rohani http://ift.tt/1x6nzZm

via IFTTT

Di Antara Kita

Info

Jumat, 26 Desember 2014


Di Antara Kita



1:1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.


1:2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.


1:3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.


1:4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.


1:5 Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.


1:6 Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes;


1:7 ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya.


1:8 Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu.


1:9 Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.


1:10 Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.


1:11 Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.


1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;


1:13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.


1:14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.



Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita. —Yohanes 1:14


Di Antara Kita


Ada kabar menghebohkan yang tersebar di lingkungan perumahan kami. Seorang pemain sepakbola profesional yang terkenal baru saja pindah ke perumahan kami dan tempat tinggalnya hanya berjarak dua rumah dari tempat kami tinggal. Kami sering melihatnya di televisi dan membaca tentang kemampuannya yang hebat di atas lapangan, tetapi kami tidak pernah membayangkan bahwa ia akan memilih untuk tinggal di antara kami. Semula, kami semua berharap dapat menyambutnya di lingkungan kami dan kami semua akan menjadi teman baiknya. Namun hidupnya ternyata begitu sibuk sehingga tidak seorang pun dari lingkungan kami yang dapat mengenalnya secara dekat.


Bayangkan hal ini: Yesus—Tuhan atas alam semesta dan Pencipta dari segalanya—memilih untuk tinggal di antara kita! Dia meninggalkan surga dan datang ke dalam dunia ini. Inilah yang dikatakan Yohanes, “Kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa” (Yoh. 1:14). Yesus memilih untuk terlibat dari dekat dengan semua orang yang mau datang kepada-Nya. Dan, yang lebih penting lagi, bagi setiap dari kita yang telah menerima kasih-Nya yang menebus kita, Roh Kudus kini telah berdiam di dalam hati kita untuk menghibur, menasihati, meyakinkan, memimpin, dan mengajar kita.


Ketika kita memikirkan tentang Sang Bayi yang ada di palungan, ingatlah betapa istimewanya kenyataan bahwa Dia tidak saja datang untuk tinggal “di antara kita”, tetapi Dia juga melakukannya supaya Dia dapat memberkati kita dengan kedekatan yang istimewa berupa kehadiran-Nya di dalam hati kita. —JMS


Tuhan, aku kagum bahwa Engkau, Pribadi yang teragung, mau

tinggal dan hidup di dalam kami! Tolong kami untuk menghargai

karunia kehadiran-Mu sebagai sukacita kami yang terbesar.

Rengkuhlah kami untuk menikmati keakraban bersama-Mu.


Jangan sia-siakan karunia kehadiran Allah.


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Rabu, 24 Desember 2014

Bau Kandang


Kandang? Sebuah tempat yang tidak lazim untuk kelahiran Mesias! Bau dan bisingnya sebuah peternakan merupakan pengalaman pertama yang dialami Sang Juruselamat kita sebagai manusia. Sama seperti bayi-bayi lainnya, Dia mungkin menangis saat mendengar suara binatang dan orang asing yang lalu-lalang di sekitar tempat tidur sementara-Nya itu.


Jika benar demikian, air mata itu adalah yang pertama dari sekian banyak air mata-Nya. Yesus juga akan mengalami rasa kehilangan dan dukacita yang dialami setiap manusia, keraguan yang dirasakan oleh saudara dan keluarga-Nya tentang diri-Nya, serta kepedihan yang dialami ibu-Nya ketika melihat diri-Nya disiksa dan dihukum mati.


Semua kesulitan itu—dan masih banyak lagi—telah menanti Sang Bayi yang sedang mencoba tidur di malam pertama itu. Meskipun demikian, sedari awal sekali, Yesus adalah “Allah menyertai kita” (Mat. 1:23), dan Dia mengetahui apa artinya menjadi manusia. Pengalaman-pengalaman tersebut terus berlanjut hingga tiga dekade berikutnya, dan berakhir pada kematian-Nya di kayu salib.


Demi kasih-Nya untuk Anda dan saya, Yesus menjadi manusia sepenuhnya. Menjadi manusia memungkinkan Dia untuk ikut merasakan pengalaman kita. Kini, kita tidak mungkin lagi dapat mengatakan bahwa tidak ada yang mempedulikan kita. Jelaslah, Yesus peduli.


Kiranya di hari Natal ini, Terang yang masuk ke dunia pada malam itu memancarkan sinarnya hingga menembus ke lubuk hati kita yang terdalam dan memberikan kita kedamaian di bumi, seperti yang diberitakan oleh para malaikat di masa lampau.



Bapa, tolonglah hati kami untuk mengetahui

kasih Kristus dan untuk memuliakan-Nya

dengan pengabdian kami yang tak pernah lekang

sekarang dan selama-lamanya. Kami mengasihi-Mu.


Yesus peduli.






from Santapan Rohani http://ift.tt/1sZPvZS

via IFTTT

Bau Kandang

Info

Kamis, 25 Desember 2014


KomikStrip-WarungSateKamu-20141225-Imanuel



2:15 Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita."


2:16 Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan.


2:17 Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu.


2:18 Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka.


2:19 Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya.


2:20 Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.



“Mereka akan menamakan Dia Imanuel”—yang berarti: Allah menyertai kita. —Matius 1:23


Bau Kandang


Kandang? Sebuah tempat yang tidak lazim untuk kelahiran Mesias! Bau dan bisingnya sebuah peternakan merupakan pengalaman pertama yang dialami Sang Juruselamat kita sebagai manusia. Sama seperti bayi-bayi lainnya, Dia mungkin menangis saat mendengar suara binatang dan orang asing yang lalu-lalang di sekitar tempat tidur sementara-Nya itu.


Jika benar demikian, air mata itu adalah yang pertama dari sekian banyak air mata-Nya. Yesus juga akan mengalami rasa kehilangan dan dukacita yang dialami setiap manusia, keraguan yang dirasakan oleh saudara dan keluarga-Nya tentang diri-Nya, serta kepedihan yang dialami ibu-Nya ketika melihat diri-Nya disiksa dan dihukum mati.


Semua kesulitan itu—dan masih banyak lagi—telah menanti Sang Bayi yang sedang mencoba tidur di malam pertama itu. Meskipun demikian, sedari awal sekali, Yesus adalah “Allah menyertai kita” (Mat. 1:23), dan Dia mengetahui apa artinya menjadi manusia. Pengalaman-pengalaman tersebut terus berlanjut hingga tiga dekade berikutnya, dan berakhir pada kematian-Nya di kayu salib.


Demi kasih-Nya untuk kamu dan saya, Yesus menjadi manusia sepenuhnya. Menjadi manusia memungkinkan Dia untuk ikut merasakan pengalaman kita. Kini, kita tidak mungkin lagi dapat mengatakan bahwa tidak ada yang mempedulikan kita. Jelaslah, Yesus peduli.


Kiranya di hari Natal ini, Terang yang masuk ke dunia pada malam itu memancarkan sinarnya hingga menembus ke lubuk hati kita yang terdalam dan memberikan kita kedamaian di bumi, seperti yang diberitakan oleh para malaikat di masa lampau. —RKK


Bapa, tolonglah hati kami untuk mengetahui

kasih Kristus dan untuk memuliakan-Nya

dengan pengabdian kami yang tak pernah lekang

sekarang dan selama-lamanya. Kami mengasihi-Mu.


Yesus peduli.


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Selasa, 23 Desember 2014

Damai Yang Abadi


Pada malam Natal tahun 1914, di masa Perang Dunia I, tidak terdengar suara desing tembakan di Front Barat yang berjarak sepanjang 48 km. Dari parit-parit pertahanan, para prajurit mengintip dengan penuh kewaspadaan, sementara beberapa prajurit lainnya memperbaiki posisi mereka dan menguburkan rekan-rekan mereka yang telah gugur. Seiring datangnya kegelapan malam, sejumlah prajurit Jerman menyalakan lentera dan menyanyikan lagu-lagu Natal. Para serdadu di pihak Inggris pun bertepuk tangan, lalu meneriakkan salam.


Hari berikutnya, para prajurit Jerman, Prancis, dan Inggris bertemu di Daerah Tak Bertuan untuk saling berjabat tangan, berbagi makanan, dan bertukar kado. Itulah jeda yang singkat dari perang yang segera berakhir ketika artileri dan senapan mesin meraung kembali. Namun tak seorang pun yang mengalami peristiwa yang kemudian dikenal sebagai “Gencatan Senjata Natal” itu dapat melupakan perasaan yang mereka alami dan bagaimana peristiwa malam Natal tersebut membangkitkan kerinduan mereka akan damai yang abadi.


Dalam nubuat Nabi Yesaya mengenai Mesias yang akan datang, kita membaca, “Namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai” (Yes. 9:5). Dengan kematian-Nya di kayu salib, Yesus meniadakan “daerah tak bertuan” di antara kita dan Allah. “Karena Dialah damai sejahtera kita” (Ef. 2:14).


Di dalam Yesus, kita dapat menemukan kedamaian abadi dengan Allah dan keselarasan hidup dengan sesama. Itulah pesan Natal yang sanggup mengubahkan hidup!



Gita sorga bergema,

“Lahir Raja Mulia!

Damai dan sejahtera

Turun dalam dunia.” —Wesley

(Kidung Jemaat No. 99)


Hanya di dalam Kristus ada kedamaian sejati.






from Santapan Rohani http://ift.tt/1AFWDAS

via IFTTT

Damai Yang Abadi

Info

Rabu, 24 Desember 2014


Damai Yang Abadi



2:13 Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus.


2:14 Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan,


2:15 sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera,


2:16 dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.


2:17 Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat",


2:18 karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.


2:19 Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,



Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah. —Efesus 2:14


Damai Yang Abadi


Pada malam Natal tahun 1914, di masa Perang Dunia I, tidak terdengar suara desing tembakan di Front Barat yang berjarak sepanjang 48 km. Dari parit-parit pertahanan, para prajurit mengintip dengan penuh kewaspadaan, sementara beberapa prajurit lainnya memperbaiki posisi mereka dan menguburkan rekan-rekan mereka yang telah gugur. Seiring datangnya kegelapan malam, sejumlah prajurit Jerman menyalakan lentera dan menyanyikan lagu-lagu Natal. Para serdadu di pihak Inggris pun bertepuk tangan, lalu meneriakkan salam.


Hari berikutnya, para prajurit Jerman, Prancis, dan Inggris bertemu di Daerah Tak Bertuan untuk saling berjabat tangan, berbagi makanan, dan bertukar kado. Itulah jeda yang singkat dari perang yang segera berakhir ketika artileri dan senapan mesin meraung kembali. Namun tak seorang pun yang mengalami peristiwa yang kemudian dikenal sebagai “Gencatan Senjata Natal” itu dapat melupakan perasaan yang mereka alami dan bagaimana peristiwa malam Natal tersebut membangkitkan kerinduan mereka akan damai yang abadi.


Dalam nubuat Nabi Yesaya mengenai Mesias yang akan datang, kita membaca, “Namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai” (Yes. 9:5). Dengan kematian-Nya di kayu salib, Yesus meniadakan “daerah tak bertuan” di antara kita dan Allah. “Karena Dialah damai sejahtera kita” (Ef. 2:14).


Di dalam Yesus, kita dapat menemukan kedamaian abadi dengan Allah dan keselarasan hidup dengan sesama. Itulah pesan Natal yang sanggup mengubahkan hidup! —DCM


Gita sorga bergema,

“Lahir Raja Mulia!

Damai dan sejahtera

Turun dalam dunia.” —Wesley

(Kidung Jemaat No. 99)


Hanya di dalam Kristus ada kedamaian sejati.


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Senin, 22 Desember 2014

Puisi: Mari Maknai

Info

Oleh: Febe Amalia


mari-maknai


Tiap tahun, Natal selalu kita tunggu

Ada acara seru, ada baju baru

Ada sepatu baru, ada mainan baru

Tapi, adakah juga hidup baru?


Dua ribu tahun lalu, Yesus dilahirkan

Di kandang domba, sebagai bayi dibaringkan


Tahun ini, untuk kesekian kali

kita peringati kelahiran-Nya kembali

Tapi, sudahkah Yesus lahir di hati?


Mari

Maknai Natal dari lubuk jiwa

bukan dari meriahnya pesta

Sambut Juruselamat dalam hidup kita

yang damaikan pendosa dengan Pencipta


Mari

Hidup saling berbagi

Saksikan kasih-Nya ‘tuk seisi bumi

agar sukacita Natal ini

‘kan terus terasa setiap hari


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori 11 - Desember 2014: Diterima & Menerima, Pena Kamu, Puisi







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Yang Paling Utama Dan Berarti


Ketika anak-anak kami masih tinggal bersama kami, kami suka merayakan Natal di pagi hari dengan sebuah tradisi keluarga yang sederhana tetapi sangat berkesan. Kami sekeluarga berkumpul di sekeliling pohon Natal, di antara bungkusan-bungkusan hadiah yang akan kami berikan kepada satu sama lain. Di sana kami lalu membaca kisah Natal bersama. Hal tersebut sangat berguna untuk mengingatkan bahwa alasan kami untuk bertukar hadiah bukanlah karena para Majus datang membawa hadiah untuk bayi Kristus. Namun hadiah yang kami berikan kepada setiap anggota keluarga dalam kasih itu merupakan cerminan dari Hadiah yang jauh lebih indah dan agung yang diberikan Allah kepada kita dalam kasih.


Ketika kami menceritakan ulang kisah yang tidak asing lagi tentang para malaikat, gembala, dan palungan, kami mempunyai harapan agar karya Allah yang besar pada Natal pertama itu akan menjadi lebih utama daripada upaya kita yang terbaik sekalipun untuk menyatakan kasih kita kepada satu sama lain.


Tidak ada satu hal pun yang dapat menandingi hadiah yang telah Allah berikan kepada kita di dalam diri Anak-Nya. Inilah realitas yang digemakan Paulus lewat suratnya kepada jemaat di Korintus, “Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!” (2Kor. 9:15).


Jelaslah, kerelaan Allah dalam mengutus Anak-Nya untuk menjadi Juruselamat kita merupakan suatu hadiah yang tidak terungkapkan dengan kata-kata. Itulah hadiah yang kita rayakan di hari Natal—karena Kristus sendirilah yang paling utama dan berarti.





Oh, sungguh sederhana tempat kelahiran-Nya,

Tetapi besarlah yang Allah beri hari itu pada kita;

Dari palungan terbukalah jalan ke surga,

Jalan yang amat kudus dan sempurna! —Neidlinger


Kristuslah hadiah Natal terbaik yang pernah diberikan.






from Santapan Rohani http://ift.tt/1sRR6AL

via IFTTT

Yang Paling Utama Dan Berarti

Info

Selasa, 23 Desember 2014


Yang Paling Utama Dan Berarti



9:10 Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu;


9:11 kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami.


9:12 Sebab pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah.


9:13 Dan oleh sebab kamu telah tahan uji dalam pelayanan itu, mereka memuliakan Allah karena ketaatan kamu dalam pengakuan akan Injil Kristus dan karena kemurahan hatimu dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua orang,


9:14 sedangkan di dalam doa mereka, mereka juga merindukan kamu oleh karena kasih karunia Allah yang melimpah di atas kamu.


9:15 Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!



Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu! —2 Korintus 9:15


Yang Paling Utama Dan Berarti


Ketika anak-anak kami masih tinggal bersama kami, kami suka merayakan Natal di pagi hari dengan sebuah tradisi keluarga yang sederhana tetapi sangat berkesan. Kami sekeluarga berkumpul di sekeliling pohon Natal, di antara bungkusan-bungkusan hadiah yang akan kami berikan kepada satu sama lain. Di sana kami lalu membaca kisah Natal bersama. Hal tersebut sangat berguna untuk mengingatkan bahwa alasan kami untuk bertukar hadiah bukanlah karena para Majus datang membawa hadiah untuk bayi Kristus. Namun hadiah yang kami berikan kepada setiap anggota keluarga dalam kasih itu merupakan cerminan dari Hadiah yang jauh lebih indah dan agung yang diberikan Allah kepada kita dalam kasih.


Ketika kami menceritakan ulang kisah yang tidak asing lagi tentang para malaikat, gembala, dan palungan, kami mempunyai harapan agar karya Allah yang besar pada Natal pertama itu akan menjadi lebih utama daripada upaya kita yang terbaik sekalipun untuk menyatakan kasih kita kepada satu sama lain.


Tidak ada satu hal pun yang dapat menandingi hadiah yang telah Allah berikan kepada kita di dalam diri Anak-Nya. Inilah realitas yang digemakan Paulus lewat suratnya kepada jemaat di Korintus, “Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!” (2Kor. 9:15).


Jelaslah, kerelaan Allah dalam mengutus Anak-Nya untuk menjadi Juruselamat kita merupakan suatu hadiah yang tidak terungkapkan dengan kata-kata. Itulah hadiah yang kita rayakan di hari Natal—karena Kristus sendirilah yang paling utama dan berarti. —WEC


Oh, sungguh sederhana tempat kelahiran-Nya,

Tetapi besarlah yang Allah beri hari itu pada kita;

Dari palungan terbukalah jalan ke surga,

Jalan yang amat kudus dan sempurna! —Neidlinger


Kristuslah hadiah Natal terbaik yang pernah diberikan.


Photo credit: Alan Cleaver / Foter / CC BY


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Minggu, 21 Desember 2014

Ingat Kemasannya


Ada beberapa hal yang tidak pernah berubah dalam perayaan Natal di rumah kami. Salah satunya adalah himbauan Martie, istri saya, kepada anak-anak dan cucu-cucu saat mereka menyerbu hadiah mereka: “Kertas kadonya jangan dirusak. Kita bisa pakai lagi tahun depan!” Martie senang memberikan hadiah-hadiah yang indah, tetapi ia juga menghargai kemasannya. Penampilan merupakan bagian dari keindahan hadiah itu.


Hal tersebut membuat saya terpikir tentang kemasan yang Kristus pilih ketika Dia datang sebagai hadiah penebusan untuk menyelamatkan kita dari dosa. Yesus bisa saja datang dalam kemasan yang menunjukkan kuasa dahsyat dan menerangi seluruh cakrawala dengan kehadiran-Nya yang megah dan penuh kemuliaan. Namun, dalam suatu pembalikan yang indah dari Kejadian 1:26, Dia memilih untuk mengemas diri-Nya “menjadi sama dengan manusia” (Flp. 2:7).


Lalu mengapa kemasan itu menjadi sedemikian penting? Karena dengan menjadi sama dengan kita, Dia dapat ikut merasakan pergumulan-pergumulan kita. Dia pernah merasakan kesepian yang mendalam dan pengkhianatan seorang sahabat. Dia pernah dipermalukan di depan orang banyak, disalah mengerti, dan dilontari tuduhan palsu. Singkat kata, Dia ikut merasakan kesakitan kita. Alhasil, penulis kitab Ibrani menyatakan bahwa kita dapat “dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya” (Ibr. 4:16).


Ketika Anda memikirkan tentang Yesus yang menjadi hadiah terindah di Natal ini, ingatlah juga tentang “kemasan-Nya”!



Tuhan, terima kasih karena mengemas diri-Mu serupa dengan kami! Ingatkan kami bahwa Engkau mengerti pergumulan kami dan bahwa kami dapat dengan yakin menerima kasih karunia dan anugerah yang Kau tawarkan supaya kami bisa menjadi pemenang.


Jangan abaikan kemasan dari hadiah Natal terindah yang pernah ada.






from Santapan Rohani http://ift.tt/1wTCRR5

via IFTTT

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari