Sabtu, 31 Maret 2012

RS: Successful Factor

Guys, tak ada orang yang tak ingin mengalami keberhasilan di dalam hidupnya, entah itu di dalam hidup iman, nikah, keluarga, bisnis, karir, atau ministri mereka. Namun, ada satu hal yang perlu kita sadari di sini, bahwa keberhasilan atau kesuksesan itu tidak terjadi atau datang dengan begitu saja, tetapi harus kita usahakan dengan segenap hati, akal budi dan kekuatan kita. Ada usaha atau upaya yang harus kita lakukan. Ada yang harus ditabur dulu, baru lalu ada yang bisa dituai. Alkitab menulis, "... Dan selama ia mencari TUHAN, Allah membuat SEGALA USAHANYA berhasil." (2 Taw 26:5). Allah memang telah menyediakan hari depan yang penuh dengan keberhasilan bagi kita, tetapi kita harus bertindak untuk meraih dan mewujudkan keberhasilan yang telah Ia sediakan bagi kita tersebut. Itu artinya tak cukup hanya berdoa dan beriman saja, tetapi harus ada usaha dan upaya yang harus kita lakukan. Tentu saja, bukan asal berusaha dan berupaya, tetapi kita harus bertindak hati-hati seturut dengan apa yang tertulis di dalam firman-Nya, seperti ada tertulis, "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau BERTINDAK HATI-HATI sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian PERJALANANMU akan BERHASIL dan engkau akan BERUNTUNG." (Yos 1:8). Karena itu, apapun juga yang menjadi mimpi, harapan atau kerinduan kita hari ini, pertanyaannya: sudahkah kita melakukan semua usaha dan upaya yang seharusnya kita lakukan, seperti yang telah difirmankan Tuhan? Gbu.

Tali Kekang

Ayat bacaan: Mikha 6:8
======================
"Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?"

tali kekangKuda yang bisa dinaiki biasanya disertai dengan tali kekang. Tali ini akan mampu mengatur kapan kuda harus berhenti, kapan harus belok ke kiri atau kanan. Akan sangat sulit untuk membuat kuda patuh jika kita tidak memiliki kendali lewat tali atas dirinya. Mata kuda pun sering ditutup habis agar ia hanya tergantung pada kehendak penunggangnya. Sebagai manusia yang berakal budi, yang bisa membedakan mana yang benar dan salah, memiliki hati nurani dan nalar untuk berpikir, seharusnya kita tidak perlu seperti kuda yang harus diikat dengan tali kekang terlebih dahulu agar patuh. Tetapi kenyataannya ada banyak orang yang sulit untuk mengendalikan diri terhadap berbagai godaan atau tipuan sehingga harus tetap diikat atau bahkan dicambuk agar mau taat dan mengerti.

Seperti apa sebenarnya hubungan yang Tuhan ingin bangun dengan kita anak-anakNya? Tuhan tentu meninginkan sebuah hubungan erat yang didasarkan dengan kasih dan kepatuhan terhadap semua perintahNya. Tuhan menginginkan kita mengerti isi hatiNya, sama seperti Dia mengerti isi hati kita. Sayangnya banyak orang merasa bahwa serangkaian peraturan yang membatasi hidup manusia ini seolah rantai pengekang yang membuat kita seolah tidak berhak untuk menikmati kenikmatan hidup. Ini dilarang, itu dilarang. Malah ada yang berpikir lebih ekstrim, bahwa Tuhan gemar menyiksa manusia dan tidak ingin kita sedikitpun merasakan kesenangan dalam hidup ini. Mereka merasa bahwa Tuhan terus mengekang. Benarkah seperti itu? Tentu tidak. Kasih Tuhan sebenarnya sudah memberikan "tali" yang cukup panjang bagi kita untuk menjalani kehidupan. Bukankah ada kehendak bebas yang Dia berikan kepada kita? Tuhan sama sekali tidak menciptakan kita seperti robot-robot yang harus dikendalikan sepenuhnya. Kita bisa memilih apakah kita mau menjadi anak-anakNya yang patuh atau pembangkang. It's all about choice, and we are free to choose. Tapi ingatlah bahwa apapun keputusan kita akan membawa konsekuensi.

Ketika Tuhan memberi peraturan kepada kita, itu tujuannya baik. Semua itu semata-mata karena Dia tidak ingin satupun dari kita berakhir dalam bara api penyiksaan yang kekal. Itu adalah bentuk sayangNya kepada kita. Apabila pada suatu kali kita bandel dan harus "dicambuk",  itu pun tetap baik tujuannya. Lihat apa kata Firman Tuhan berikut: "Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:5-6). Meski demikian, itu bukanlah hal yang Tuhan inginkan. Dia tidak menikmati hubungan seperti itu. Apa yang Dia inginkan adalah kehidupan kita yang tidak perlu dikekang. Tuhan ingin kita bisa bebas, merdeka benar-benar, tetapi kita mengisi kemerdekaan itu dengan sebuah bentuk ketaatan sepenuhnya dan berjalan bersamaNya. Tuhan akan sangat senang jika kita bisa berjalan dalam kepatuhan tanpa harus diikat atau dicambuk.

Bangsa Israel pada jaman Mikha masih menunjukkan sikap yang sangat buruk. Mereka terus bersungut-sungut dan mengomel kepada Mikha mengenai susahnya menyenangkan hati Tuhan. Tuhan memberi sebuah jawaban yang singkat dan tegas bahwa sebenarnya menyenangkan hati Tuhan itu tidaklah sulit. "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?" (Mikha 6:8). Lihatlah, cuma itu yang dituntut Tuhan bagi kita. Berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup dengan rendah hati di hadapannya. Dalam bahasa Inggrisnya disebutkan lebih lengkap: "to do justly, to love kindness and mercy and to humble yourself and walk humbly with your God." Itu saja. Hal ini sudah pernah diungkapkan Tuhan sebelumnya. Tuhan berkata "Sebab perintah ini, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar bagimu dan tidak pula terlalu jauh." (Ulangan 30:11). Dan inilah perintahNya: "Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu, dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka." (ay 19-20). Dia mau kita menyerahkan diri sepenuhnya kepadaNya. He wants us to fully surrendered and cling to Him, to walk with Him in obedience. Jika kita mampu hidup seperti itu, tidak perlu ada cambukan mendera kita. Bahkan kita tidak perlu diikat atau dikekang. Kita bisa bebas merdeka dengan ketaatan atau kepatuhan penuh terhadap Tuhan. Dan itulah hubungan yang Dia inginkan untuk dibangun bersama kita.

Dalam Mazmur kita bisa melihat kerinduan Tuhan yang sama. "Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau" (Mazmur 32:9). Kalau kuda harus diikat dengan tali kekang, kita seharusnya tidak perlu diperlakukan seperti itu.  Tuhan menginginkan sebuah hubungan yang luwes, bebas merdeka dalam keintiman yang didasarkan ketaatan sepenuhnya kepadaNya. Tuhan menjanjikan begitu banyak berkat seperti yang bisa kita baca dalam Ulangan 28:1-14, dan syaratnya pun sama. "Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi. Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu." (ay 1-2).

Coba bayangkan seandainya kuda dilepas begitu saja. Bukan saja kuda itu bisa mencederai orang banyak, tetapi dirinya sendiripun akan beresiko terancam bahaya. Kita pun sama. Tuhan rindu untuk memberi kebebasan kepada kita, tetapi mampukah kita menjaga kepercayaan seperti itu andaikata kita dilepas sepenuhnya? Sudah mampukah kita hidup benar bergantung kepadaNya meski tanpa tali kekang sekalipun? Ingatlah bahwa apapun yang dilakukan Tuhan, semua itu adalah demi kebaikan kita sendiri. Hari ini mari kita membuat komitmen untuk benar-benar berjalan dalam ketaatan penuh bersamaNya. Marilah kita bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Hiduplah adil, penuh kasih dan kerendahan hati dan ketaatan. Disanalah anda akan benar-benar mengalami sebuah kehidupan yang benar-benar merdeka, penuh sukacita tanpa perlu sebuah talipun untuk diikatkan kepada anda.

Dapatkan kebebasan sepenuhnya dengan berjalan dalam ketaatan bersama Tuhan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Jumat, 30 Maret 2012

Minggu Palma

Minggu PALMA:

Yes 50:4-7; Fil 2:6-11; Mrk 14:1-15:47

"Dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib"

"Oleh karena itu, aku mengharapkan supaya kalian dengan rajin dan tekun memperdalam dan melatih diri untuk memandang Kristus Tuhan dalam setiap Pembesar. Hendaklah kalian mempersembahkan hormat serta taat dengan khidmat yang besar kepada kedaulatan ilahi melalui Pembesar. Apakah itu sesuatu yang aneh? Tidak!. Perhatikanlah saja perintah rasul untuk pembesar-pembesar, bahkan kepada pembesar duniawi dan kufur sekali pun, seperti kepada Kristus, asas segala wewenang yang teratur baik" (St.Ignatius Loyola, Surat kepada para Yesuit di Portugal, 26 Maret 1533, art. 4). Ada kecenderingan umum sejak dahulu sampai sekarang bahwa orang-orang pandai dan cerdas otaknya ada kemungkinan hidup dan bertindak menurut kemauan, keinginan atau selera pribadi, dengan mengandalkan keunggulan manusiawinya, keccmerlangan otaknya. Ignatius Loyola mengajak para pengikutnya untuk setia menjadi sahabat-sahabat Yesus. Selama Minggu/Pekan Suci ini kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus diajak dan dipanggil untuk semakin mengenal dan bersahabat dengan Yesus Kristus, maka marilah kita awali Minggu Suci ini dengan merenungkan ajakan rasul Paulus kepada umat di Filipi.

"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Fil 2:5-8).

Saya percaya bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang ingin hidup sendirian, kccuali mereka yang bermasalah atau sedang menghadapi masalah serta kemudian untuk sementara menyepi guna bermeditasi. Di dalam meditasi pun sebenarnya juga tidak sendirian, melainkan secara spiritual dalam kebersamaan dengan sesamanya dan Tuhan. Paulus mengingatkan dan mengajak kita semua agar di dalam hidup bersama "menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus", yang rendah hati dan taat kepada kehendak Allah sampai mati, "bahkan sampai mati di kayu salib".

Hidup bersama yang paling konkret hemat kami terjadi di dalam keluarga, antara suami dan isteri, suami-isteri dan anak-anak, anggota keluarga dan para pembantunya, serta kemudian diperluas dalam kehidupan bersama dalam satu rukun tetangga (RT). Maka kami berharap keluarga-keluarga yang dibangun dan dihidupi oleh cintakasih dapat menjadi teladan dalam hidup bersama. Cintakasih berarti saling mengasihi dan hemat saya masa kini yang sering dilupakan dan sulit dihayati adalah dikasihi bukan mengasihi. Banyak orang bersedia mengasihi tetapi tak bersedia dikasihi. Marilah kita kenangkan bahwa kasih tidak senantiasa nikmat di hati, tetapi juga sering menyakitkan hati, misalnya ketika kita ditegor keras atau dimarahi oleh orangtua atau guru/pendidik. Bukankah tegoran dan kemarahan tersebut merupakan wujud kasih mereka kepada kita, dan kita merasa sakit karenanya?

Yesus "telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba". Nasib seorang hamba yang baik hemat kami harus siap sedia untuk menderita karena kesetiaan dan ketaatannya. Seorang hamba yang baik senantiasa berusaha dengan rendah hati dan kerja keras untuk membahagiakan tuan-tuanya atau mereka yang harus dilayani. Sebagai murid-murid atau pengikut Yesus kita dipanggil untuk hidup dan bertindak saling melayani, saling membahagiakan dan saling menyelamatkan. Marilah kita kerahkan atau persembahkan hati, jiwa, akal budi dan tenaga atau kekuatan kita untuk melayani, membahagiakan dan menyelamatkan orang lain, dan hendaknya dijauhkan aneka cara hidup dan cara bertindak yang hanya mementingkan kepentingan pribadi, kelompok atau saudara sedarah dan sedaging saja.

"Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!" (Mrk 15:38-39)

Mereka yang disebut tentara atau pasukan pada umumnya memiliki kesehatan tubuh prima, dan memang kesehatan tubuhnya merupakan andalan pokok atau utama dalam melaksanakan tugas atau kewajibannya. Maka pada tentara akan membanggakan kesehataan dan kekuatan tubuhnya dan ada kecenderungan untuk menjadi sombong. Maka cukup menarik dan mengesan apa yang terjadi di dekat salib Yesus, ketika Yesus mati di kayu salib, dimana kepala pasukan yang menyaksikanNya dengan rendah hati berkata: "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!", pengakuan iman bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi Manusia, Penyelamat Dunia yang dinanti-nantikan kedatanganNya oleh banyak orang.

"Anak Allah" berarti orang yang menunjukkan melalui cara hidup dan cara bertindaknya ada hubungan khusus dengan Allah, sehingga melalui cara hidup dan cara bertindaknya orang dapat menyaksikan Allah hidup dan berkarya di dalam dirinya. Sebagai orang beriman kita sering disebut sebagai 'Umat Allah', dengan kata lain memiliki hubungan khusus dengan Allah. Kita semua tak mungkin terlepas dari Allah, hidup, pertumbuhan dan perkembangan kita tergantung dari Allah, maka hendaknya tidak pernah melupakan sedikitpun peran Allah dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun.

"Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi." (Yes 50:4-6), demikian kesaksian iman Yesaya. Marilah sebagai umat beriman atau umat Allah kita belajar dari atau meneladan Yesaya. Kegiatan yang paling banyak kita lakukan adalah berkata dan mendengarkan: dalam berkata-kata kita diharapkan memberi semangat baru kepada yang letih lesu dan kita diharapkan juga menjadi pendengar yang baik, tidak menjadi pemberontak.

Ada pepatah bahwa lidah itu lebih tajam dari pada sebilah pedang, kata-kata yang keluar sering lebih pedas dari aneka jenis lombok, menusuk hati sehingga sakit hati dan sulit disembuhkan. Kita semua diharapkan mengeluarkan kata-kata yang memberi semangat atau menggairahkan mereka yang letih lesu dan putus asa. Maka hendaknya berkata-kata dengan cintakasih, rendah hati dan lemah lembut atau dalam bahasa Indonesia sering dikatakan berbudi halus. "Lidah pun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, tetapi tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan. Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah" (Yak 3:6-9). Kita semua diharapkan memiliki lidah yang senantiasa memuji Tuhan melalui saudara-saudari kita. Maka marilah kita saling memuji satu sama lain di dalam kehidupan sehari-hari kita.

"Anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku. Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku. Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku. Tetapi Engkau, TUHAN, janganlah jauh; ya kekuatanku, segeralah menolong aku" (Mzm 22:17-20)

Ign 1 April 2012

 


31 Maret

"Lebih berguna bagimu jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa"

(Yeh 37:21-28; Yoh 11:45-56)

" Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya. Tetapi ada yang pergi kepada orang-orang Farisi dan menceriterakan kepada mereka, apa yang telah dibuat Yesus itu. Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: "Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat. Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita." Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa." Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi, Ia berangkat dari situ ke daerah dekat padang gurun, ke sebuah kota yang bernama Efraim, dan di situ Ia tinggal bersama-sama murid-murid-Nya. Pada waktu itu hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat dan banyak orang dari negeri itu berangkat ke Yerusalem untuk menyucikan diri sebelum Paskah itu. Mereka mencari Yesus dan sambil berdiri di dalam Bait Allah, mereka berkata seorang kepada yang lain: "Bagaimana pendapatmu? Akan datang jugakah Ia ke pesta?" (Yoh 11:45-56), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari ini adalah hari terakhir sebelum memasuki Minggu Suci, yang diawali dengan Minggu Palma, besok pagi. Dalam Minggu Palma kita akan diajak untuk merenungkan Kisah Sengsara Yesus, mulai dari penangkapanNya sampai pada kebangkitanNya dari mati. Percakapan di antara para pemuka Yahudi, sebagaimana dikisahkan hari ini, telah memutuskan bahwa "mereka sepakat untuk membunuh Dia", dengan pertimbangan apa yang dikatakan oleh Kayafas bahwa "lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa". Secara sosio-politis apa yang dikatakan oleh Kayafas merupakan alasan kuat, karena jika Yesus tidak disingkirkan atau dibunuh berarti semakin banyak pengikutNya dan dengan demikian rakyat tidak akan membayar pajak sebagaimana diberlakukan. Jika rakyat tidak membayar pajak maka mereka tidak dapat menyetor uang kepada Kaisar di Roma dan dengan demikian Kaisar akan memusnahkan seluruh bangsa. Pajak yang harus dibayar rakyat sangat tinggi dan berat karena telah di 'mark up', dan dengan dukungan serta ajaran Yesus mereka menjadi sadar bahwa pembayaran pajak itu tidak wajar. Secara spiritual apa yang dikatakan oleh Kayafas juga mengandung kebenaran, sebagaimana diramalkan oleh para nabi bahwa  Mesias atau Penyelamat Dunia dalam rangka menuntaskan tugasNya harus menderita dan wafat di kayu salib, harus mempersembahkan Diri seutuhnya kepada Allah dan seluruh bangsa, demi keselamatan seluruh bangsa. Ia adalah pahlawan keselamatan, kedatanganNya di dunia ini untuk menyelamatkan seluruh bangsa.

·   "Aku akan mengadakan perjanjian damai dengan mereka, dan itu akan menjadi perjanjian yang kekal dengan mereka. Aku akan memberkati mereka dan membuat mereka banyak dan memberikan tempat kudus-Ku di tengah-tengah mereka untuk selama-lamanya. Tempat kediaman-Ku pun akan ada pada mereka dan Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku." (Yeh 37:26-27), demikian firman Allah melalui nabi Yeheskiel. Perjanjian damai antara Allah dan manusia akan dimeteraikan dalam dan oleh Yesus yang disalibkan, yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah dan dunia/seluruh bangsa. Puncak persembahan DiriNya dapat kita imani ketika tergantung di kayun salib dan HatiNya ditusuk dengan tombak serta kemudian mengalirkan air dan darah segar, lambang sakramen-sakramen Gereja yang menyelamatkan. Dengan kata lain jika kita mendambakan perdamaian atau hidup damai sejati, hendaknya setia menghayati rahmat sakramen yang telah kita terima beserta seluruh janjinya, entah itu janji baptis, janji imamat, kaul dst..MaKa kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian untuk mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh dalam memasuki Minggu Suci: dalam berpartisipasi dalam liturgi atau ibadat selama Minggu Suci hendaknya sekaligus dikenangkan janji-janji yang pernah kita ikrarkan. Sejauh mana kita setia dan taat pada janji tersebut serta menghayatinya dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari?

"Dengarlah firman TUrHAN, hai bangsa-bangsa, beritahukanlah itu di tanah-tanah pesisir yang jauh, katakanlah: Dia yang telah menyerakkan Israel akan mengumpulkannya kembali, dan menjaganya seperti gembala terhadap kawanan dombanya! Sebab TUHAN telah membebaskan Yakub, telah menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya." Yer 31:10-11)

Ign 31 Maret 2012


RS: Just Focus on God

Guys, selama lima hari ini, kita telah belajar lima hal penting tentang 'amazing purpose' yang kita miliki di dalam Kristus, dan hari ini kita telah sampai pada bagian terakhir. Kita akan memulai dengan melihat apa yang tertulis di dalam Ibr 12:1, "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan..." Apa yang tersirat dari ayat firman Tuhan ini menunjukkan bahwa kita perlu melakukan segala sesuatu dalam hidup kita dengan MATA YANG TERTUJU KEPADA KRISTUS, agar kita meraih apa yang menjadi purpose kita dengan maksimal di dalam Dia. Just focus on God. Lalu, apa yang dimasud dengan mata yang tertuju atau terfokus kepada Tuhan? Guys, setidaknya ada beberapa aspek penting di sini.

SATU, kita HANYA MEMPERCAYAI Tuhan dan apa yang telah difirmankan-Nya mengenai 'amazing purpose' yang kita miliki di dalam Dia. Kita seringkali lebih mempercayai apa yang 'dikatakan' oleh sikon kita yang kurang baik hari ini, ucapan-ucapan negatip orang lain atau ramalan-ramalan buruk, tentang purpose kita di dalam hidup ini, lebih dari apa yang telah difirmankan Tuhan. Ia, yang telah menciptakan kita, menebus dengan harga yang mahal, dan begitu mengasihi kita.

DUA, kita HANYA MENGANDALKAN Tuhan di dalam kita meraih apa yang menjadi 'amazing purpose' kita di dalam Dia, dan menghadapi berbagai rintangan yang ada di depan kita. Alkitab menulis, "... Dan selama ia mencari TUHAN, Allah membuat segala usahanya BERHASIL." (2 Taw 26:5). Karena itu, pastikan, bahwa kita hanya menaruh harapan kita pada Tuhan, yang bagi-Nya tak ada yang mustahil dan tak ada yang tak mungkin.

TIGA, kita akan MEMINTA hikmat dan pimpinan Tuhan TERLEBIH DULU, sebelum kita mengambil keputusan dan memulai segala sesuatu, untuk meraih apa yang 'amazing purpose' kita di dalam Dia. Kita tidak boleh bersikap sok tahu atau sok yakin, sebab kita  tidak tahu apa yang akan terjadi besok (Yak 4:14). Ketika kita selalu meminta hikmat dan pimpinan Tuhan di dalam apapun yang akan kita lakukan, maka kita pun akan dituntun-Nya di jalan kemenangan-Nya.

EMPAT, kita akan MENCOCOKKAN dengan firman Tuhan TERLEBIH DULU segala sesuatu yang hendak kita perbuat di dalam hidup kita, untuk meraih apa yang 'amazing purpose' kita di dalam Dia. Iya, kita harus selalu bertindak hati-hati seturut dengan firman-Nya, sebab dengan demikian perjalanan kita  akan berhasil dan kita akan beruntung (Yos 1:8).

Akhirnya, mari kita meraih apa yang menjadi 'amazing purpose' kita di dalam Kristus Yesus dengan mata yang senantiasa tertuju dan terfokus kepada Dia, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, hingga seluruh purpose-Nya di dalam hidup kita boleh tergenapi dengan semaksimal mungkin. Gbu.

Hati Sekeras Batu Cadas

Ayat bacaan: Markus 3:5
====================
"Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka..."

hati kerasSaya sore tadi membeli sebuah bakpau. Sewaktu dibeli rotinya masih terasa lembut karena si penjual memiliki kotak penghangat yang dipasang di motornya. Saya meletakkannya di meja dan baru akan memakannya beberapa jam kemudian. Ternyata rotinya sudah mengeras, sehingga tidak lagi enak dikonsumsi. Agar kembali lunak, saya pun harus mengukusnya lagi terlebih dahulu. Jika roti bisa mengeras menjadi tidak enak lagi, hati kita pun demikian juga.

Saya sudah pernah bertemu dengan banyak orang yang hatinya keras bagai batu cadas. Mereka sangat sulit menerima pendapat orang lain, cenderung merasa benar sendiri dan susah diajak bicara. Mereka lebih memilih untuk berdebat walau mungkin dalam hati mereka setuju dengan apa yang kita katakan. Pokoknya bantah dulu, argumen belakangan. Orang-orang seperti ini terus dikuasai oleh kekerasan hatinya sehingga tumbuh menjadi orang yang degil dan sangatlah susah untuk dinasihati atau diubahkan. Benar, kita memang tidak harus selalu setuju dengan pendapat orang. Tetapi alangkah baiknya jika kita mau mendengarkan nasihat yang benar, setidaknya memberi kesempatan dulu buat orang untuk mengutarakan pendapatnya. Orang-orang yang keras hati dan kepalanya susah untuk berubah. Kedegilan itu bisa membutakan.dan sangatlah merugikan. Dengan membiarkan hati tetap keras bukan menunjukkan kehebatan kita, tetapi itu hanya akan membawa kerugian kepada diri kita sendiri.

Lewat contoh orang-orang Farisi kita bisa melihat contoh nyata perihal kekerasan hati ini. Mereka memiliki keadaan hati yang sungguh mengecewakan Yesus. Hati mereka yang sangat keras mengakibatkan mereka tidak lagi peka, baik terhadap kebenaran, terhadap orang lain juga terhadap diri mereka sendiri. Dalam banyak kesempatan yang tercatat dalam Alkitab kita bisa melihat pameran kemunafikan mereka. Mereka merasa sebagai orang-orang yang paling rohani, paling suci,paling tahu segalanya, paling hebat, paling benar. Mereka rajin menghakimi orang lain tetapi tidak pernah introspeksi terhadap diri sendiri. Kepekaan pun lenyap dari diri mereka. Mari kita ambil salah satu contoh saja ketika Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat dalam Markus 3:1-6.

Pada saat itu Yesus bertemu dengan orang yang tangannya lumpuh sebelah di sebuah rumah ibadat. Melihat keadaan itu, tampaknya para orang Farisi seolah mendapatkan peluang untuk mencari-cari perkara terhadap Yesus. Mereka tahu bagaimana Yesus mengasihi manusia, oleh karena itu tentunya mereka sudah memperkirakan bahwa Yesus akan menyembuhkan orang lumpuh itu meskipun hari itu adalah hari Sabat, yang menurut hukum Taurat tidak boleh dipakai untuk mengerjakan apapun.

Betapa ironis. Tuhan hadir tepat ditengah-tengah mereka. Seharusnya mereka menyadari hal itu dan bersukacita. Jika mereka mengetahui seluruh hukum Taurat dan tulisan-tulisan para nabi terdahulu, mereka harusnya menyadari betul sosok yang berdiri di tengah mereka, sebab Yesus jelas-jelas memenuhi syarat setiap nubuat mengenai kedatangan Mesias yang sudah tertulis di sana. Tetapi lihatlah bagaimana kekerasan hati membuat mereka tidak lagi peka bahkan menjadi buta. Mereka sama sekali tidak mengenali jati diri Yesus. Bukannya bersyukur dan bersukacita mendapat kesempatan untuk bertemu langsung dengan Yesus, mereka malah sibuk mencari-cari kesalahan. "Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia." (Markus 3:2). Seperti itulah Injil mencatat perilaku mereka. Hati dan batok kepala orang Farisi ini bukan saja keras untuk menerima Yesus, tetapi juga keras dalam melihat tangisan memohon pertolongan orang-orang di sekitar mereka. Mereka lebih mementingkan tata cara, formalitas atau tradisi ketimbang mengasihi orang lain. Perhatikan apa saja tindakan orang Farisi pada saat itu. Mereka mengecam pekerjaan Tuhan, mereka lebih tertarik untuk melindungi tradisi keagamaan ketimbang mematuhi Firman Tuhan, mereka hanya mementingkan kesejahteraan mereka sendiri ketimbang orang lain, dan mereka juga lebih peduli akan pendapat orang ketimbang melakukan segala yang berkenan di hadapan Tuhan. Semua itu jelas tertulis dalam Markus 3. Mereka menampilkan sosok yang sepertinya sangat suci, berdoa di jalan-jalan umum agar terlihat begitu alim. Sementara perilaku mereka sama sekali tidak mencerminkan itu semua.

Sampai hari ini pun kita masih sering melihat orang-orang dengan tipe sama, atau jangan-jangan kita pun demikian. Ada banyak orang percaya yang terperangkap dalam sikap yang sama seperti yang dilakukan orang-orang Farisi pada masa itu. Mereka cenderung merasa diri paling suci, paling benar dan karenanya berhak untuk menghakimi orang lain. Mereka ingin terlihat sangat alim di mata orang lain padahal perbuatan mereka dibelakang sangatlah berseberangan. Mereka berpusat pada kepentingan diri sendiri dan tidak peduli atas penderitaan orang lain. Kalau tidak hati-hati, kita pun bisa menjadi mangsa dari kesalahan serupa. Kita bisa terlalu asyik dalam melakukan dan mengucapkan hal-hal yang "benar" sehingga kita membiarkan kehangatan kasih Tuhan yang lembut dalam hati kita perlahan berubah menjadi dingin. Kita merasa paling benar sehingga merasa berhak menghakimi.  Selanjutnya hati kita pun mengeras. Kita kemudian menjadi tidak lagi peka, dan itu sesungguhnya sangatlah berbahaya. Perhatikan reaksi Yesus terhadap sikap seperti ini. "Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka.." (Markus 3:5). Ya, itu mendukakan Yesus. Itu membuatnya kecewa, dan membuatnya marah. Jika orang-orang percaya terus melakukan hal seperti ini, bagaimana mungkin kita bermimpi untuk melihat transformasi di sekitar kita? Bagaimana mungkin kita bisa menyaksikan kegerakan Tuhan yang luar biasa sementara kita sendiri masih menjadi batu sandungan bagi orang lain? Tuhan rindu untuk mencurahkan RohNya dalam kuasa dan kelimpahan melalui kita, gerejaNya. Dia terus ingin kita dipenuhi, tetapi itu tidak akan bisa terjadi jika hati kita keras. Hati dan kepala yang keras, kedegilan, itu akan menghambat segala yang diturunkan Tuhan atas kita. Sebelum kita bermimpi untuk bisa mengalami ini semua, kita harus terlebih dahulu membuang jauh-jauh kedegilan dan kekerasan hati seperti yang memenuhi para orang Farisi pada masa itu.

Dalam Alkitab tertulis: "Mengerti jalannya sendiri adalah hikmat orang cerdik, tetapi orang bebal ditipu oleh kebodohannya." (Amsal 14:8). Kekerasan hati bisa sangat menipu. Itu bisa membuat kita tidak peka atau terjebak pada kebodohan sendiri. Oleh sebab itu kita kemudian diingatkan "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif" (Efesus 5:15). Firman Tuhan juga jelas berkata "Tetapi apabila pernah dikatakan: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman" (Ibrani 3:15). Hati merupakan pusat kontrol dari segalanya, dan segala kecemaran itu timbul dari hati yang tidak terjaga dengan baik. "sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan." (Markus 7:21-22). Hari ini juga, jika kita menginginkan pencurahan Roh Kudus dalam hidup kita dan melihat langsung manifestasiNya dalam gereja dimana anda bertumbuh, kita harus terlebih dahulu memeriksa kembali keadaan hati kita masing-masing dan memastikan hati kita masih lembut. Jika kita menemukan ada bagian-bagian yang keras dalam hati kita, bertobatlah dan lembutkan secepatnya. Tanpa itu semua kita tidak akan bisa mencapai apa-apa dan hanya akan mendukakan Kristus dan mengecewakanNya.

Kekerasan hati bisa membutakan dan membahayakan hidup kita

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tembok Perubahan

2 Timotius 1:7
Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.

Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 81; Roma 9; Ulangan 9-10

Orang-orang di sekitar Anda menolak suatu perubahan, padahal situasi akan lebih baik jika perubahan itu diterapkan. Apa yang harus dilakukan?

Kemungkinan besar Anda berhadapan dengan mereka yang merasa terancam akan jadi korban dengan adanya perubahan itu. Biasanya mereka tidak punya visi dan tujuan yang jelas, karena itu mereka sulit menjadi fleksibel dan menyesuaikan diri dengan hal-hal yang tak terduga.

Sebaliknya, orang yang punya visi biasanya akan merasa sedikit terganggu dengan perubahan itu (karena tidak ada perubahan yang nyaman), tapi mereka akan melihatnya sebagai sesuatu yang wajar dan bahkan perlu demi terjadinya perbaikan kualitas.

Hal pertama yang harus kita lakukan adalah berdoa seperti Nehemia. Nehemia tidak pernah berdoa agar Allah membangun kembali tembok kota Yerusalem. Sebaliknya, ia mendoakan sebuah kesempatan untuk pergi dan membangunnya sendiri. Allah menghargai niat Nehemia. Dia membantu melunakkan hati Raja Artahsasta sehingga raja mendukung visi Nehemia. Berdoalah agar Allah memberi kita hikmat dan kesempatan untuk membuka mata orang-orang yang keras hati.

Kedua, tolonglah orang-orang itu agar mereka merasa aman. Untuk itu kekuatiran mereka perlu didengar dan visi serta dampak dari perubahan perlu dijelaskan sehingga mata mereka terbuka.

Tidak ada yang mustahil jika Allah beserta Anda.

Kamis, 29 Maret 2012

RS: Remove All The Chains

Guys, berbicara soal perjalanan untuk meraih 'amazing purpose' yang kita miliki di dalam Kristus, ini bukan perjalanan yang mudah. Ada banyak rintangan yang harus kita hadapi, dan rintangan pertama yang harus kita hadapi adalah rintangan yang berasal dari diri kita sendiri. Bahkan, ini adalah rintangan terbesar. Apakah itu?

SATU, ada tertulis, "... marilah kita menanggalkan semua BEBAN dan DOSA yang begitu MERINTANGI kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita." (Ibr 12:1). Inilah dua rintangan yang pertama. Kata 'dosa' berbicara tentang segala sesuatu di dalam hidup kita yang menyimpang dari prinsip firman Tuhan. Karena itu, dosa selalu menjadi 'penghalang" untuk kita meraih apa yang menjadi purpose kita di dalam Kristus Yesus. Kata 'beban' berbicara segala sesuatu yang begitu membebani hati dan pikiran kita, hingga kita terintangi untuk bergerak dan meraih purpose kita. Entah itu kekuatiran, kekecewaan, kepahitan, atau bahkan kebencian. Kita sungguh perlu menanggalkan semua beban ini di hadapan hadirat Tuhan, agar kita tidak lagi terintangi olehnya.

DUA, ada tertulis, "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan BUKAN UNTUK MANUSIA." (Kol 3:23). Inilah rintangan yang ketiga. Ada banyak dari kita yang selalu terfokus kepada sikap, perilaku dan reaksi buruk orang-orang di sekitar kita, hingga kita terintangi untuk bisa melangkah dan meraih purpose kita di dalam Kristus. Kita tidak sepatutnya terfokus kepada manusia, karena kita adalah hamba Tuhan, dan hidup kita ini seharusnya hanya terfokus kepada Dia saja (Kol 3:24). Jika kita selalu terfokus kepada Tuhan di dalam apa pun juga yang kita perbuat, kita tidak akan terintangi lagi untuk meraih apa yang menjadi purpose kita di dalam Dia, bahkan kita akan beroleh kekuatan untuk meraih dan melakukan dengan semaksimal mungkin.

TIGA, ada tertulis, "... aku MELUPAKAN apa yang telah DI BELAKANGKU dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Flp 3:13-14). Kita tidak pernah melihat ada pelari yang suka menoleh ke belakang, saat ia bertanding, sebab ia bisa terpeleset, bahkan tersusul oleh para pelari yang lainnya. Ia akan melihat terus ke depan. Ironisnya, ada banyak dari kita yang sering menoleh ke belakang, saat kita meraih apa yang purpose kita di dalam Kristus, hingga kita terintangi untuk bergerak dengan maksimal, dan sering jatuh bangun dalam perjalanan hidup kita. Entah itu, pengalaman buruk kita, perlakuan buruk orang lain, dan yang serupa dengan itu. Ini tidak boleh terjadi. Kita harus melupakan apa yang telah di belakang kita dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapan kita, agar kita tidak terintangi bahkan boleh meraih purpose kita di dalam Dia dengan maksimal.

EMPAT, ada tertulis, "Tiap- tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, MENGUASAI DIRINYA dalam segala hal hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi." (1 Kor 9:25). Guys, jika kita rindu untuk meraih hasil yang maksimal di dalam hidup kita, kita perlu belajar untuk menguasai diri kita dalam segala hal. Baik itu, emosi, ambisi, kemarahan, keinginan, atau kekuatiran kita. Mengapa? Iya, agar kita tidak bertindak dengan terburu-buru, mengalami salah langkah, melakukan hal-hal bodoh, dan terjebak dalam hal-hal yang hanya merugikan diri kita sendiri. Karena itu, kuasailah diri kita dalam segala hal, agar kita tidak terintangi untuk meraih apa yang menjadi purpose kita di dalam Kristus Yesus dengan maksimal.

Akhirnya, mari kita menyingkirkan semua rantai yang begitu merintangi kita selama ini, agar kita boleh meraih apa yang menjadi 'amazing purpose' kita di dalam Kristus Yesus dengan semaksimal mungkin. So, let's remove all the chains that so hinder us. Gbu.

Menjadi Anak yang Berbakti (2)

 (sambungan)

Firman Tuhan dengan tegas berkata bahwa anak dan cucu yang mau berbakti dan ingat untuk membalas budilah yang berkenan bagiNya. Tuhan tidak suka satupun dari manusia, apalagi anak-anakNya sendiri yang tidak tahu membalas budi kepada orang lain terutama terhadap orang tua mereka sendiri. Tuhan tidak pernah senang melihat satupun dari kita untuk menjadi orang-orang yang tidak tahu terimakasih. Tuhan sangat menganggap penting hal ini dan itu bisa kita lihat dalam salah satu dari 10 Perintah Allah yang turun lewat Musa. Ayatnya berbunyi: "Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu." (Ulangan 5:16). Bersikap hormat kepada orang tua akan membuat kita panjang umur dan tetap berada dalam keadaan baik. Hormati, itu bukan hanya mengacu pada hubungan disaat keduanya masih segar bugar, tetapi justru akan sangat terlihat dari bagaimana sikap kita menghadapi orang tua yang sudah sakit-sakitan atau kondisinya sudah sangat lemah karena dimakan usia.

Kita bisa melihat sebuah contoh indah akan hal ini kembali lewat kisah Rut. Setelah suaminya meninggal, sebenarnya ia boleh saja memilih untuk meninggalkan mertuanya (Naomi) dan kembali kepada bangsanya sendiri. Bahkan Naomi sendiri sudah merelakannya. Tetapi Rut memutuskan untuk tidak bersikap seperti itu. "Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku." (Rut 1:16). Rut memutuskan untuk tetap berbakti kepada mertuanya. Dalam melakukan itu ia bahkan rela masuk ke negeri dimana bangsanya tidaklah dipandang sama sekali. Hidup tidak mudah bagi Rut pada saat itu. Seperti yang kita lihat dalam renungan terdahulu, ia harus melakukan pekerjaan yang sangat rendah sebagai pemungut jelai, sebuah profesi yang dilakukan dengan membuntuti orang-orang yang menyabit gandum dan memunguti sisa-sisa serpihan yang terjatuh dari hasil sabitan mereka. Rut dengan rela melakukannya bukan saja buat menyambung hidupnya sendiri, tetapi ia melakukan itu untuk menunjukkan baktinya kepada mertuanya juga. "Maka ia memungut di ladang sampai petang; lalu ia mengirik yang dipungutnya itu, dan ada kira-kira seefa jelai banyaknya.Diangkatnyalah itu, lalu masuklah ia ke kota. Ketika mertuanya melihat apa yang dipungutnya itu, dan ketika dikeluarkannya dan diberikannya kepada mertuanya sisa yang ada setelah kenyang itu." (2:17-18). Satu efa itu beratnya kira-kira 10 kg. Itu hasil jerih payahnya bekerja seharian, dan itu dibawanya kepada Naomi. Begitulah besarnya bakti yang ditunjukkan Rut, sehingga tidaklah heran apabila Tuhan berkenan kepadanya.

Ayah, ibu, nenek, kakek maupun mertua, mereka semua adalah orang tua kita yang harusnya kita kasihi dan kita peduli dengan baik.  Mereka berjuang dengan segala daya upaya untuk membesarkan dan menyekolahkan kita. Jika kita sudah bekerja mapan hari ini, semua itu tidaklah terlepas dari usaha orang tua kita juga. Mertua? Bukankah pasangan kita pun ada karena jerih payah mereka juga? Sudahkah kita membalas budi mereka dan mengucapkan terimakasih kepada mereka? Jangan tunda lagi, nyatakanlah bahwa anda mengasihi mereka dan usahakanlah agar mereka bisa merasa bahagia di hari-hari akhir mereka ditengah anak cucu yang mereka sayangi. Dulu kita masih belum bisa apa-apa dan orang tua kitalah yang berjuang untuk masa depan kita, sekarang saatnya bagi kita untuk membalas jasa mereka dan membuat mereka bersyukur, bangga dan berbahagia di hari tua mereka karena memiliki anak cucu dan keluarga yang mengasihi mereka.

Tuhan berkenan kepada anak-anak yang berbakti dan tahu membalas budi kepada orangtuanya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

30 Maret


"Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau melainkan karena Engkau menghujat Allah'

(Yer 20:10-13; Yoh 10:31-42)

"Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah." Kata Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah -- sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan --, masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa." Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka. Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ. Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: "Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar." Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya" (Yoh 10:31-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

·   Minggu suci atau Minggu Sengsara semakin mendekat, yang dimulai hari Minggu Palma dan diakhiri dengan Hari Raya Minggu Paska. Kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus kami ajak mawas diri: apakah saya siap sedia memasuki Minggu Suci, berpartisipasi dalam penyerahan Diri total Yesus dengan menderita sengsara, wafat di kayu salib dan dibangkitkan dari mati. Dalam warta gembira hari ini dikisahkan bahwa Yesus menghadapi tekanan dan ancaman dari musuh-musuhnya, dengan tuduhan Ia menghojat Allah atau sebagai manusia menyamakan Diri dengan Allah. Tuduhan dilakukan oleh para tokoh Yahudi yang tidak percaya kepadaNya bahwa Ia adalah Penyelamat Dunia, yang mereka nantikan, sementara itu banyak orang alias rakyat biasa semakin percaya bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, yang datang untuk membebaskan mereka dari penindasan yang dilakukan oleh orang-orang yang gila akan harta benda/uang, jabatan dan kehormatan duniawi. Ada kemungkinan bahwa jika semakin dekat, bersatu dan bersahabat dengan Tuhan alias hidup jujur, baik dan berbudi pekerti luhur, akan menerima tekanan, ancaman dan tuduhan palsu dari orang-orang yang gila akan harta benda/uang, jabatan dan kehormatan duniawi. Para pejuang kebenaran dan kejujuran di negeri ini juga sering menerima ancaman dan tekanan dari para penguasa yang korup melalui aneka cara atau bentuk. Kepada para pejuang kebenaran dan kejujuran kami ajak untuk tetap setia berjuang, maju terus pantang mundur, dan percayalah bahwa perjuangan anda akan sukses atau berhasil, dan ada kemungkinan anda sendiri tidak dapat menikmati hasilnya, melainkan menikmati perjuangan yang lebih membahagiakan daripada hasil.

·   "TUHAN menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali, sebab mereka tidak berhasil, suatu noda yang selama-lamanya tidak terlupakan! Ya TUHAN semesta alam, yang menguji orang benar, yang melihat batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku. Menyanyilah untuk TUHAN, pujilah TUHAN! Sebab ia telah melepaskan nyawa orang miskin dari tangan orang-orang yang berbuat jahat." (Yer 20:11-13), demikian keyakinan iman nabi Yeremia yang menerima tekanan dan ancaman untuk dibunuh. Sebagai orang beriman kita memiliki tugas panggilan untuk menghayati rahmat kenabian, yang berarti senantiasa membela dan memperjuangkan kebenaran dan kejujuran, dan tentu saja kita sendiri senantiasa juga hidup dan bertindak benar dan jujur. Jika kita sungguh benar dan jujur, baiklah kita juga memiliki keyakinan iman seperti Yeremia. Ketika menerima ancaman atau tekanan hendaknya tetap bernyanyi dalam Tuhan dan memujiNya, artinya ancaman dan tekanan semakin mendorong kita untuk berdoa serta semakin membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan. Tuhan sendirilah yang akan mengatasi ancaman dan tekanan melalui diri kita yang lemah dan rapuh. Hadapi ancaman dan tekanan dengan cintakasih yang rendah hati dan lemah lembut, jangan dengan kekerasan. Percayalah bahwa dalam hati setiap orang ada kerindunan akan cintakasih, maka ketika kita dekati, sikapi dan perlakukan dalam dan oleh cintakasih mereka akan menjadi sahabat kita, dan tidak akan mengancam dan menekan kita.

"Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN, kekuatanku! Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku! Terpujilah TUHAN, seruku; maka aku pun selamat dari pada musuhku." (Mzm 18:2-4)

Ign 30 Maret 2012


28 Maret


"Sekiranya kamu anak  Abraham tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham"

(Dan 3:14-20.24-25.28; Yoh 8:31-42)

"Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Jawab mereka: "Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka." "Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu. Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu." Jawab mereka kepada-Nya: "Bapa kami ialah Abraham." Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri." Jawab mereka: "Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah." Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku." (Yoh 8:31-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Orang-orang Kristen dan Islam hendaknya tidak saling menonjolkan atau menyombongkan diri sebagai keturunan Iskak atau Ismail, anak-anak Abraham, karena yang akhirnya dikorbankan kepada Tuhan bukan Iskak atau Ismail, melainkan kambing", demikian kata Kyai Said Agil dalam mengawali sharing atau pengarahannya perihal hidup persaudaraan antar umat beragama di suatu pertemuan. Mengakui dan menghayati diri sebagai keturunan Abraham memang harus meneladan ketaatan dan imannya kepada Tuhan, yaitu ketika diminta untuk mengorbankan anak tunggalnya yang terkasih, ia segera melakukannya. "Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham", demikian sabda Yesus, yang hendaknya direnungkan dan dihayati oleh segenap umat beriman, orang yang mengakui diri beriman. Beriman memang tidak sama atau tidak identik dengan beragama, orang beragama belum tentu beriman dan orang beriman belum tentu beragama. Cukup banyak orang mengaku beragama namun tidak beriman, buktinya adalah korupsi masih merajalela atau bahkan berkembang, demikian juga aneka permusuhan dan tawuran (catatan: dalam lingkungan Departemen Agarma dari atas sampai bawah hemat saya sarat dengan korupsi). Beriman berarti secara total tanpa syarat hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak atau perintah Tuhan, hidup baik dan berbudi pekerti luhur, tidak pernah melakukan kejahatan atau dosa apapun. Memang yang ideal demikian kiranya jarang sekali, karena kelemahan dan kerapuhan kita dengan mudah melakukan apa yang jahat atau berdosa. Maka marilah kita saling mengingatkan dan meneguhkan dalam hal penghayatan iman kita.

·   "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." (Dan 3:16-18), demikian kata tiga orang bersaudara, Sadrakh, Mesakh dan Abednego, menanggapi rayuan raja agar mereka bersembahsujud kepada dewa-dewanya alias tidak percaya kepada Tuhan. Mereka percaya sepenuhnya kepada Tuhan, maka ketika api membakar mereka, mereka tidak terbakar, bahkan kiranya api membakar hati mereka untuk mengasihi dan mengampuni mereka yang telah menyengsarakannya. Iman semakin dibakar semakin kelihatan kemurniannya bagaikan emas yang dibakar. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman: sikapi dan hadapi aneka masalah, tantangan, hambatan dan ancaman, yang muncul dari kesetiaan iman, dalam iman, dalam kesatuan dan kebersamaan dengan Tuhan, karena dengan demikian kita akan mampu mengatasi atau menyelesaikannya. Hadapi dan lakukan pekerjaan seberat dan sebesar apapun yang diserahkan kita dalam iman, dan imani atau hayati bahwa " Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus' (Fil 1:6)

"Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah nenek moyang kami, yang patut dihormati dan ditinggikan selama-lamanya. terpujilah nama-Mu yang mulia dan kudus, yang patut dihormat dan ditinggikan selama-lamanya. Terpujilah Engkau dalam Bait-Mu yang mulia dan kudus, Engkau patut dinyanyikan dan dimuliakan selama-lamanya. Terpujilah Engkau di atas takhta kerajaan-Mu, Engkau patut dinyanyikan dan ditinggikan selama-lamanya." (Dan 3:52-54)

Ign 28 Maret 2012


29 Maret


"UmurMu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?"

(Kej 17:3-9; Yoh 8:51-59)

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya." Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: "Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabi pun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?" Jawab Yesus: "Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikit pun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita." Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: "Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah." (Yoh 8:51-59), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, dengan kata lain Ia telah ada sebelum manusia diciptakan. Kata-kata orang-orang Yahudi bahwa Yesus belum berumur lima puluh tahun dan apakah sudah melihat Abraham merupakan ungkapan keterbatasan atau ketidakmampuan untuk mengimani bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, Penyelamat Dunia yang mereka nantikan kedatanganNya. Percakapan antara orang-orang Yahudi dengan Yesus ini kiranya cukup bagus untuk mawas diri perihal kedalaman iman kita, entah dalam hal pengetahuan maupun penghayatan. Percakapan ini juga mengingatkan dan mengajak kita semua untuk mengusahakan agar yang berperan di dalam kehidupan dan kerja bersama adalah mereka yang berumur lima puluh tahun kebawah, karena pada usia ini pada umumnya orang masih memiliki kreatifitas dan enerji guna mengadakan aneka pembaharuan cara hidup dan cara kerja yang sungguh dibutuhkan. Maka dengan ini kami mengajak kita semua untuk memperhatikan perihal pembinaan atau pendampingan hidup beriman bagi anak-anak atau generasi muda di lingkungan hidup kita  masing-masing. Keunggulan hidup beriman dan menggerja terletak dalam kedalaman pengetahuan dan penghayatan iman, dan terutama penghayatan iman. Beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dan dengan demikian senanitiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan, serta dapat menjadi inspirator bagi orang lain dalam penghayatan iman. Memang sungguh memprihatinkan bahwa para tokoh bangsa ini yang berperan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dalam teori sungguh masih kreatif dan enerjik, namun tidak dapat menjadi inspirator bagi warganegara. Kami berharap para tokoh umat beragama memperhatikan masalah ini.

·   "Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja." (Kej 17:5-6). Kutipan ini kiranya baik untuk menjadi permenungan kita semua terkait dengan nama baru yang telah kita pilih atau yang dikenakan kepada kita, misalnya: Grace dan Anton setelah menjadi suami isteri berganti nama Hadisusetia, setlah dibaptis di depan nama kita masing-masing ditambahi nama baptis, santo atau santa pelindung, setelah menjadi imam, bruder atau suster selain ganti nama juga ditambahi atribut baru, nama Tarekat atau Lembaga dst.. Dalam penambahan atau perubahan nama tersebut kami yakin masing-masing memiliki niat atau dambaan yang indah, luhur, mulia dan baik, atau bagi yang berkeluarga bercita-cita beranak-cucu, sebagai buah kasih mereka berdua. Penambahan atau pergantian nama memang megandung harapan akan menghasilkan buah yang membahagiakan dan menyelamat-kan. Terkait dengan tema APP tahun ini kami mengingatkan anda semua: apakah kita semakin memiliki sikap mental 'berbagi dan peduli' kepada orang lain, sehingga kita juga semakin memiliki banyak teman dan sahabat, semakin banyak orang mengasihi dan memperhatikan kita? Semoga dengan bertambah usia dan pengalaman serta pergaulan juga semakin suci, semakin membaktikan diri kepada Tuhan sepenuhnya, semakin banyak saudara dan sahabat, bukan semakin banyak lawan atau musuh. Jika semakin tambah usia dan pengalaman juga semakin tambah musuh dan lawan berarti tidak beriman.

"Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu! Ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya, mujizat-mujizat-Nya dan penghukuman-penghukuman yang diucapkan-Nya, hai anak cucu Abraham, hamba-Nya, hai anak-anak Yakub, orang-orang pilihan-Nya! Dialah TUHAN, Allah kita, di seluruh bumi berlaku penghukuman-Nya" (Mzm 105:4-7)

Ign 29 Maret 2012

 


Rabu, 28 Maret 2012

RS: Fall and Rise Up Again


Guys, salah satu yang paling sering membuat kita menjadi lemah bahkan kita memutuskan untuk menyerah, saat kita sedang berjuang untuk meraih apa yang menjadi amazing purpose Allah atas hidup kita, yaitu KEGAGALAN YANG BERULANG KALI  dan HASIL YANG TIDAK KUNJUNG TERLIHAT. Guys, ini memang bukan perkara yang mudah untuk kita tetap bersemangat dan terus berusaha, setelah kita mengalami kedua hal di atas. Tetapi, ketahuilah, bahwa apa yang telah kita alami itu sungguh tidak ada artinya, jika dibandingkan dengan amazing purpose yang telah Allah  tetapkan atas hidup kita, dan sedang kita raih di dalam hidup kita. Kita tidak semestinya berhenti untuk berjuang dan meraih pemulihan yang telah Allah tetapkan atas tiap aspek hidup kita, entah itu hidup iman, nikah, keluarga, bisnis, karir, finansial, kesehatan, atau ministri kita, HANYA karena kegagalan yang berulang kali dan hasil yang tidak kunjung terlihat. INI SUNGGUH TIDAK SEBANDING! Belajarlah dari Paulus. Tidak terhitung lagi berapa kali ia mengalami penindasan dan kehabisan akal untuk meraih apa yang menjadi purpose Allah atas hidupnya. Apakah Paulus menjadi lemah dan putus asa? Tidak! Alkitab menulis, "Dalam segala hal kami ditindas, namun TIDAK TERJEPIT; kami habis akal, namun TIDAK PUTUS ASA; ..." (2 Kor 4:8). Inilah semangat yang seharusnya kita miliki, karena kita tahu bahwa oleh anugerah Allah kita PASTI BISA meraih apa yang telah menjadi purpose-Nya atas hidup kita, dan itu MEMANG LAYAK diperjuangkan hingga tuntas. Akhirnya, jangan biarkan kegagalan yang berulang kali dan hasil yang tidak kunjung datang melemahkan kita, tetapi oleh anugerah Tuhan kita boleh bangkit dan bangkit lagi, untuk meraih purpose Allah di dalam hidup kita dengan semaksimal mungkin. Alkitab menulis, "Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana." (Ams 24:16). Inilah diri kita yang seharusnya dan yang membedakan kita dengan orang fasik. Never give up! Gbu.

Menjadi Anak yang Berbakti (1)

Ayat bacaan: 1 Timotius 5:3
===================
"Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orang tua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah."

menjadi anak yang berbaktiHari ini saya bertemu dengan seorang pria yang masih bersetelan resmi mendorong kursi roda dimana ada ibu berusia lanjut duduk di dalamnya. Pemandangan seperti ini sudah semakin langka, karena rata-rata orang akan merasa malu melakukan itu, apalagi eksekutif muda yang sudah sukses dalam karirnya. Ia terus bercakap-cakap dengan ibunya sepanjang jalan di dalam mal. Saya kemudian kebetulan bertemu lagi ketika memberi roti, dan disana saya berkesempatan mengungkapkan kekaguman saya. "Saya sayang kepada ibu saya. Dahulu dia membesarkan saya hingga saya berhasil. Apapun yang saya buat sekarang tidak akan pernah sanggup menggantikan segala kebaikan dan pengorbanannya kepada saya dahulu." katanya sambil tersenyum. Saya pun menyalam sang ibu dan mengatakan bahwa ia beruntung memiliki anak yang berbakti serta sayang kepadanya.

Pemandangan mengharukan ini menjadi sesuatu yang terasa sangat mencerahkan bagi saya. Semakin lama orang yang peduli terhadap orang tuanya semakin sedikit. Mereka merasa terlalu sibuk untuk merawat orang tuanya, malah tidak jarang mereka merasa risih atau jijik ketika harus merawat orang tua sendiri. Mereka juga akan merasa malu dilihat orang "menenteng" orang tuanya. Takut diejek, ditertawakan dan sebagainya. Tidak tertutup kemungkinan pula bahwa mereka bertindak demikian akibat sikap pasangan mereka. Mereka tidak mau direpotkan oleh kehadiran orang tua yang sakit-sakitan di rumahnya. Betapa miris melihat nasib para orang tua yang tidak dikehendaki anaknya lagi dan dibuang begitu saja. Tidak jarang saya mendengar para orang tua bernasib malang seperti ini yang berkata lebih ingin mati saja daripada menjadi masalah bagi hidup anak-anaknya. Saya bisa merasakan perihnya perasaan mereka tidak diinginkan lagi oleh anak-anaknya dan dianggap merepotkan. Panti jompo pun akhirnya menjadi tempat "terakhir" bagi mereka untuk menghabiskan sisa hidupnya, sendirian. Tidak ada lagi anak atau cucu yang menyambangi, tidak ada lagi yang peduli. Semakin lama semakin banyak orang yang berusia lebih muda  yang tidak lagi merasa perlu untuk bersikap hormat kepada orang yang lebih tua. Karena itulah melihat orang-orang yang masih menyayangi orang tuanya yang sudah lemah untuk berjalan-jalan santai di mal seperti pria tadi terasa sungguh mengharukan.  Tidak saja itu terasa indah bagi kita, tapi saya percaya Tuhan pun akan terharu dan sangat menghargai itu.

Alkitab mencatat dengan jelas mengenai hal ini. "Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orang tua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah." (1 Timotius 5:3). Dengan sangat jelas ayat ini menyebutkan bahwa anak cuculah yang seharusnya menjadi orang pertama yang wajib memperhatikan nasib para orang yang sudah lanjut usianya. Dikatakan belajar berbakti dan belajar membalas budi orang tua dan nenek serta kakek mereka. Dan dengan sangat jelas pula dikatakan bahwa itulah yang berkenan bagi Tuhan. Disaat orang tua sudah lemah dan tidak bisa lagi berbuat banyak dikarenakan usia mereka yang sudah lanjut, itulah saatnya bagi para anak dan cucu untuk berbakti dan membalas budi mereka yang dahulu berjuang habis-habisan dalam membesarkan anak-anaknya dengan segenap kemampuan yang ada pada diri mereka. Betapa menyedihkan kalau melihat orang-orang yang merasa malu atau risih untuk sekedar bertemu dengan orang tua mereka. Itu saja sudah terasa risih, apalagi jika harus mengurus dan merawat mereka. Begitu teganya mereka lupa akan perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan orang tua disaat mereka masih kecil. Disaat dulu tidak bisa apa-apa, orang tua berjuang habis-habisan agar anak-anaknya mendapat yang terbaik, tetapi di saat kini orang tua yang tidak bisa apa-apa lagi, bukannya membalas budi tetapi anak-anak yang tidak berbakti ini justru meninggalkan orang tuanya. Sikap kejam dan tidak tahu terimakasih alias durhaka seperti ini tidak akan pernah mendapat tempat di mata Tuhan.

(bersambung)

RS: Go Forward or Back Off


Guys, saat kita sedang berjuang untuk meraih apa yang menjadi amazing purpose Allah di dalam setiap aspek hidup kita, maka kita sering diperhadapkan dengan pilihan: MAJU TERUS atau MUNDUR. Pilihan, untuk tetap maju dan menghadapi masalah yang ada di depan kita, atau menyerah dengan masalah yang menghadang kita. Go forward or back off. Guys, jika kita pernah terbersit untuk mundur dan menyerah di tengah pergumulan yang kita hadapi, kita perlu melihat tiga alasan berikut ini:
SATU, ada tertulis, "Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku TIDAK BERKENAN kepadanya." (Ibr 10:38). Allah tidak akan berkenan kepada kita, karena kita tidak lagi hidup dengan benar, seperti yang Ia mau. Kita ini semestinya tetap percaya kepada Dia dan bukannya malah mundur apalagi menyerah di tengah apa yang kita hadapi, dan memang begitulah seharusnya sikap yang benar dari seorang umat Allah.
DUA, ada tertulis, "Tetapi dalam semuanya itu kita LEBIH DARI PADA orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Rom 8:37). Guys, inilah destini kita di dalam Kristus Yesus. Kita telah ditentukan untuk menjadi pemenang di tengah apa yang kita hadapi, tetapi kita malah memilih untuk mundur. Hei, bukankah ini adalah tindakan yang bodoh, dan tidak seharusnya kita lakukan. Kita pasti bakal menang, tetapi kita malah ingin menyerah kalah.
TIGA, ada tertulis, "Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu." (Ibr 10:35-36). Ketahuilah, jika kita memilih untuk mundur dan menyerah, maka kita tidak akan pernah meraih kemenangan yang telah dijanjikan Allah bagi kita. Kita akan kehilangan upah yang besar yang telah menanti kita. Ini sungguh sangat merugikan kita.
Karena itu, jangan pernah lagi kita berpikir untuk mundur dan menyerah, tetapi biar kita tetap maju dan meraih kemenangan yang telah disediakan Allah bagi kita. Itulah yang seharusnya kita pilih, seperti ada tertulis, "Tetapi kita BUKANLAH orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang- orang yang PERCAYA dan yang BEROLEH HIDUP." (Ibr 10:39). Gbu.

Selasa, 27 Maret 2012

Rajin Ala Rut

Ayat bacaan: Rut 2:7
====================
"Tadi ia berkata: Izinkanlah kiranya aku memungut dan mengumpulkan jelai dari antara berkas-berkas jelai ini di belakang penyabit-penyabit. Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi sampai sekarang dan seketikapun ia tidak berhenti."

rajin ala rutMenyalahkan keadaan adalah hal yang paling mudah ketika kita menghadapi suatu kendala. Ada banyak orang yang saya kenal lebih memilih untuk duduk bermalas-malasan di rumah karena mereka beranggapan adalah percuma bagi mereka untuk melamar. "Ah, buat apa? Toh orang-orang lewat jalan belakang juga yang diterima.." kata salah seorangnya dengan ringan. Mungkin ya, mungkin tidak. Tapi dari mana dia bisa menyimpulkan seperti itu sebelum mencoba terlebih dahulu? Faktanya saya pun mengenal orang-orang gigih yang tidak tergantung oleh situasi, keadaan atau keterbatasan untuk terus berjuang tanpa kenal lelah. Mereka tidak putus asa, mereka tidak mengeluh, dan saya tidak heran jika mereka hari ini berhasil menjadi orang-orang yang sukses di bidangnya masing-masing. Kita bisa malas, kita bisa rajin. Kita bisa hidup penuh keluhan atau mengisinya dengan kegigihan tanpa pernah putus asa. Kita bisa membiarkan pikiran negatif bercokol di kepala kita atau kita bisa menyerahkan ke dalam tangan Tuhan dan berjalan bersamaNya. Semua itu adalah pilihan kita, dan ingatlah bahwa pilihan apapun yang kita ambil akan mempengaruhi siapa diri kita kelak. 

Kita bisa belajar mengenai keuletan yang tidak kenal lelah lewat diri Rut. Rut merupakan wanita yang tidak suka mengeluhkan nasib. Ia pun sangat serius dan rajin dalam bekerja. Kurang apa masalah yang ia alami? Pertama ia kehilangan suami, lalu ia memilih untuk mengikuti mertuanya Naomi dan masuk ke daerah dimana sukunya tidak diterima. Itu sangat sulit. Tapi lihatlah betapa luar biasa pribadinya. Ia tidak sungkan atau malu melakukan pekerjaannya, meski apa yang ia kerjakan bukanlah sesuatu yang bagi banyak orang membanggakan. Profesinya hanyalah sebagai seorang pemungut jelai. Seperti apa yang difirmankan Tuhan lewat Musa dalam Imamat 19:9-10, hasil panen yang terjatuh di tanah tidak boleh diambil, tetapi harus dibiarkan agar bisa dipungut oleh orang-orang miskin. Maka para orang miskin pemungut jelai ini biasanya akan mengikuti penyabit atau pemanen dari belakang untuk memunguti sisa-sisa tuaian yang terjatuh. Sebagai wanita yang umurnya lebih muda dari sang mertua, Naomi, Rut menyadari bahwa dirinyalah yang harus bekerja. Dan itu ia lakukan dengan sepenuh hati, meski pekerjaannya terbilang paling rendah pada saat itu.

Darimana kita tahu bahwa Rut merupakan seorang pekerja keras dan bukan malas-malasan? Perhatikan ketika Boas terheran-heran melihat Rut yang sedang sibuk memunguti jelai di belakang penyabit. Ketika Boas bertanya tentang Rut, bujang pengawas atau mandor menjelaskan siapa Rut itu. Ia pun kemudian bercerita: "Tadi ia berkata: Izinkanlah kiranya aku memungut dan mengumpulkan jelai dari antara berkas-berkas jelai ini di belakang penyabit-penyabit. Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi sampai sekarang dan seketikapun ia tidak berhenti." (Rut 2:7). Lihat bagaimana serius dan tekunnya Rut bekerja. Dikatakan disana bahwa ia terus sibuk sejak pagi tanpa berhenti sedikitpun. Ketekunannya ini menimbulkan rasa simpati di hati Boas, sehingga ia pun mendapat belas kasihan dari Boas. "Sesudah itu berkatalah Boas kepada Rut: "Dengarlah dahulu, anakku! Tidak usah engkau pergi memungut jelai ke ladang lain dan tidak usah juga engkau pergi dari sini, tetapi tetaplah dekat pengerja-pengerja perempuan. Lihat saja ke ladang yang sedang disabit orang itu. Ikutilah perempuan-perempuan itu dari belakang. Sebab aku telah memesankan kepada pengerja-pengerja lelaki jangan mengganggu engkau. Jika engkau haus, pergilah ke tempayan-tempayan dan minumlah air yang dicedok oleh pengerja-pengerja itu." (ay 8-9). Meski ia menghadapi kenyataan berat dalam hidupnya, ia memilih untuk tidak mengeluh menyesali nasib. Pekerjaannya cukup berat, tapi lihatlah ternyata Rut dengan senang hati melakukannya dengan giat dan serius. Bahkan Rut terus melakukan pekerjaan selama musim panen jelai dan panen gandum. "Demikianlah Rut tetap dekat pada pengerja-pengerja perempuan Boas untuk memungut, sampai musim menuai jelai dan musim menuai gandum telah berakhir. Dan selama itu ia tinggal pada mertuanya." (ay 23).

Bagaimana dengan etos kerja kita hari ini? Apakah kita sudah memberikan performa yang terbaik atau kita masih terus berhitung untung rugi dalam bekerja? Apakah kita sudah menunjukkan semangat dan kerajinan maksimal atau masih ala kadarnya, kadang naik kadang turun? Kemalasan tidaklah mendapat tempat di mata Tuhan. Jika Boas saja terkesan dengan semangat dan giatnya Rut bekerja, Tuhan pun tentu demikian. Lihatlah dalam janji berkat dalam Ulangan 28:1-14, kita bisa melihat bahwa Tuhan lebih suka untuk memberkati pekerjaan kita ketimbang memberikan dengan instan. Tuhan menyukai usaha yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh dan Dia akan menaruh berkatNya disana, lewat ketekunan kita. "Diberkatilah engkau di kota dan diberkatilah engkau di ladang. Diberkatilah buah kandunganmu, hasil bumimu dan hasil ternakmu, yakni anak lembu sapimu dan kandungan kambing dombamu. Diberkatilah bakulmu dan tempat adonanmu." (Ulangan 28:3-5). Usaha serius dan sungguh-sungguh akan selalu berbuah manis.

Tuhan sudah mengingatkan kita untuk bekerja dengan sebaik-baiknya selagi kesempatan itu masih ada. "Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi." (Pengkotbah 9:10). Ini sebuah seruan yang penting untuk kita ingat, karena jika kita menyia-nyiakan masa produktif kita, maka kita tidak akan menuai apapun di masa depan. Dalam Amsal kita bisa melihat ayat berikut: "Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa." (Amsal 20:4). Tidak ada jalan lain, jika kita ingin sukses menerima berkat Tuhan, kita harus bekerja dengan rajin dan giat. Bahkan dikatakan "..jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10).

Berhentilah buang-buang waktu dengan terus bermalas-malasan dan tidak bekerja. Jangan pula buang waktu untuk terus sibuk melakukan hal yang tidak berguna. Tuhan tidak menyukai sikap seperti itu. Etos kerja, kerajinan dan giatnya Rut bekerja ternyata membuahkan hasil luar biasa. Dan seperti itulah bagi kita pula. Tuhan sanggup memberikan semuanya secara instan, tetapi hal itu sangatlah tidak mendidik. Tuhan lebih memilih untuk memberkati pekerjaan kita. Karena itu giatlah bekerja. "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk  manusia." (Kolose 3:23). Ini saatnya bagi kita untuk meledanani sikap diri Rut yang bekerja dengan sungguh-sungguh tanpa memandang tinggi rendahnya pekerjaan yang ia lakukan. Tuhan tetap sanggup memakai pekerjaan serendah apapun untuk diubahkan menjadi berkat luar biasa apabila kita melakukannya dengan sepenuh hati untuk kemuliaanNya.

Kerajinan dan ketekunan akan selalu membawa hasil positif

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Senin, 26 Maret 2012

RS: The Road was Never Easy

Guys, saat kita berbicara soal 'amazing purpose' yang kita miliki di dalam Kristus, maka ada sebuah fakta yang harus kita sadari, bahwa jalan menuju ke sana TIDAK MUDAH. The road was never easy. Ada banyak kerikil, rintangan, bahkan pihak-pihak yang ingin menggagalkan usaha kita untuk meraih apa yang menjadi tujuan atau target kita tersebut. Ini adalah fakta yang harus kita sadari, dan hal yang biasa terjadi. Apalagi, ada satu pribadi yang memang paling tidak mau, jika kita bisa meraih apa yang menjadi rancangan Allah atas hidup kita, yaitu IBLIS dan ANTEK-ANTEKNYA! Ia akan melakukan berbagai cara, agar ia boleh merintangi dan menghentikan langkah atau usaha kita. Iblis tak pernah suka, jika apa yang menjadi purpose Allah boleh kita raih dan terjadi di dalam hidup kita, entah itu kedewasaan rohani, pernikahan yang maksimal, keluarga yang bahagia, kesembuhan, dan yang serupa dengan itu. Ia akan berusaha untuk mencuri kesempatan kita dan membunuh pengharapan kita. Namun, di balik semua itu, ada sebuah fakta lain yang juga harus kita sadari, bahwa jalan yang tak mudah itu juga disebut jalan kemenangan Allah. Jalan untuk meraih 'amazing purpose' yang telah Allah sediakan bagi kita di dalam tiap aspek hidup kita memang tidak mudah dan penuh dengan rintangan, tetapi di sepanjang jalan itu pula kita juga akan bertemu dengan kemenangan demi kemenangan yang telah Ia sediakan bagi kita. Alkitab menuliskan, "Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di JALAN KEMENANGAN-Nya, ..." (2 Kor 2:14). Karena itu, saat kita melihat bahwa jalan kita mulai tidak mudah lagi bahkan mulai terasa begitu sulit, janganlah kita terlalu terkejut apalagi sampai kita ingin menyerah; tetapi ketahuilah juga bahwa di jalan itu juga kita akan mengalami kemenangan demi kemenangan yang telah Allah sediakan bagi kita. Gbu.

Bahagia Bersama Firman Tuhan

Ayat bacaan: Lukas 11:28
=====================
"Tetapi Ia berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."

bahagia bersama firman TuhanHidup bersama firman Tuhan itu luar biasa. Saya pernah hidup diluar firman Tuhan, tetapi sejak sekitar 10 tahun yang lalu saya bertobat dan mulai mengenal firman Tuhan satu persatu. Karenanya saya bisa membandingkan langsung perbedaan antara hidup tanpa dan dengan firman Tuhan. Firman Tuhan itu hidup dan punya kuasa. Itu sangat berguna bagi saya dalam menghadapi segala sesuatu dalam menjalani setiap langkah di dunia yang sulit ini. Dalam menghadapi masalah, ketika memerlukan sebuah jawaban, ketika tidak tahu bagaimana harus bertindak, dalam membantu orang lain, dan lain-lain, saya melihat betapa firman-firman Tuhan yang tertulis di dalam Alkitab sungguh membantu. Betapa lengkapnya Tuhan memberi panduan hidup lewat segala yang Dia firmankan di dalam Alkitab. Selalu saja ada ayat yang sangat mengena pada saat-saat dibutuhkan, dan itu sangat membantu dalam segala aspek kehidupan saya. Saya belajar untuk terus bersyukur baik dalam suka maupun duka, saya belajar untuk tahu mana yang benar dan salah, saya dilatih menjadi lebih sabar, lebih tenang dan lebih kuat dalam menghadapi problema kehidupan. Sebagai manusia ada kalanya saya pun pernah merasa kuatir, tetapi betapa firman Tuhan sanggup meneguhkan, memberi kekuatan bahkan melegakan, sehingga saya tidak perlu berlarut-larut tenggelam dalam suasana kekuatiran yang sama sekali tidak membawa manfaat.

Dalam renungan terdahulu kita sudah melihat bahwa firman Tuhan itu meneguhkan. Dalam banyak kesempatan dalam Mazmur, Penulisnya mengungkapkan hubungannya yang erat dengan Tuhan dan menyatakan bagaimana firman Tuhan itu sanggup meneguhkan kita terutama yang sedang menghadapi situasi sulit. Dalam Mazmur 119 diuraikan panjang lebar sebanyak 176 ayat tentang bahagianya orang yang hidup menurut Taurat Tuhan. Bahkan pembuka kitab Mazmur pun menyatakan jelas akan hal ini. "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:1-3). Selanjutnya mari kita lihat ayat lainnya yang menjadi pedoman bagi kita akan hal ini lewat Yesus sendiri. "Tetapi Ia berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya." (Lukas 1:28). Hanya rajin mendengar saja belumlah cukup untuk mengalami kuasa firman Tuhan secara nyata. Mendengar harus dibarengi dengan memelihara, kata Yesus. Itulah yang membuat kita berbahagia tanpa tergantung situasi dan kondisi sehari-hari. Memelihara berarti menjaga agar firman tetap diam dan tumbuh di dalam kita dan menjadi dasar pijakan bagi kita dalam melakukan segala sesuatu.

Jika hati kita berbatu-batu dan keras, firman tidak akan bisa tumbuh dengan baik. Sebaliknya hati yang lembut akan membuat firman-firman Allah yang kita baca jatuh pada "tanah yang baik" dan disanalah firman itu bisa bertumbuh dengan subur di dalam diri kita. Bagi kita yang mendengarkan firman Allah dan mau memeliharanya untuk tumbuh subur di dalam diri kita, firman-firman itu akan bekerja membantu kita dalam menyikapi berbagai persoalan. Firman Tuhan yang tumbuh itu bekerja untuk menyelidiki hati kita, melindungi diri kita, membantu kita dalam menyelesaikan masalah dan menguatkan juga menopang kita disaat lemah. Firman Tuhan mampu menjadi solusi yang sungguh luar biasa selama kita mau mendengar dan memeliharanya, dan karenanya kita berbahagia tanpa tergantung oleh ada tidaknya masalah atau situasi di sekeliling kita.

Paulus menyampaikan bahwa firman Tuhan adalah pedang Roh, satu dari Perlengkapan Rohani yang harus kita miliki apabila kita mau bisa tetap aman dalam hidup ini. (Efesus 6:17). Ini adalah salah satu dari perlengkapan senjata Allah yang akan sangat berguna untuk melawan segala roh-roh jahat di udara. (ay 12-13). Lebih lanjut dalam surat Ibrani, dikatakan demikian: "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12). Firman Tuhan bagaikan pedang bermata dua yang sangat tajam yang bisa menghujam kedalam, untuk memperbaiki hati kita dan menusuk keluar memberkati orang-orang lain. Mengetahui dan memelihara firman Tuhan akan membantu kita untuk menjaga status kita sebagai ciptaan baru dan agar bisa terus berubah ke arah yang lebih baik.

Mungkin bagi sebagian orang tidaklah mudah untuk mau mendengar apalagi memelihara firman Tuhan dalam hidup. Banyak orang yang menganggap aturan-aturan Tuhan menghalangi mereka untuk menikmati kesenangan atau bahkan dianggap menutup kesempatan untuk merasakan bahagia atas apa yang ditawarkan dunia. Tapi ketahuilah bahwa dengan membuka diri dan hati kita untuk menerima firman dan kemudian menjadi pelaku-pelaku secara nyata, justru disanalah hidup kita akan menjadi bahagia. Lembutkan hati dan terimalah firman Tuhan, lalu peliharalah agar terus tumbuh subur. Tuhan mengingatkan dengan jelas: "Selanjutnya firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, perhatikanlah segala perkataan-Ku yang akan Kufirmankan kepadamu dan berikanlah telingamu kepadanya." (Yehezkiel 3:10). Jangan biarkan firman-firman Tuhan jatuh sia-sia di bagian tanah yang keras dan berbatu, karena yang rugi adalah kita sendiri. Segala yang diberikan Tuhan lewat firmanNya sungguh besar manfaatnya, dan itu pun tertulis di dalam Alkitab. "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik." (2 Timotius 3:16-17). Ada pilihan yang diberikan pada kita: "berkat, apabila kamu mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini; dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, dan menyimpang dari jalan yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal." (Ulangan 11:27-28). Rajinlah membaca dan merenungkan Alkitab, dan jika berada dalam ibadah raya, dengarkan kotbah dengan sungguh-sungguh. Ada berkat yang siap Dia curahkan, ada perlindungan dan keselamatan bagi setiap orang yang mau mendengarkan, ada jawaban atas setiap persoalan hidup, ada solusi atas segala permasalahan kita. Mulailah memelihara dan hidup dengan mengaplikasikan firman-firman Tuhan itu secara nyata dalam segala perbuatan dan pekerjaan kita, dan alamilah hidup yang berbahagia bersama firman Tuhan.

Kebahagiaan yang tidak tergantung situasi dan kondisi disediakan Tuhan bagi orang-orang yang mau mendengar dan memelihara perintahNya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

27 Maret


"Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu."

(Bil 21:4-9; Yoh 8:21-30)

" Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang." Maka kata orang-orang Yahudi itu: "Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?" Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu." Maka kata mereka kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Jawab Yesus kepada mereka: "Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia." Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa. Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya." Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya" (Yoh 8:21-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dialog atau percakapan antara Yesus dengan orang banyak sebagaimana dikisahkan dalam Warta Gembira hari sungguh menarik untuk direfleksikan atau direnungkan. Yesus semakin menyingkapkan Jati DiriNya dan banyak orang pun kemudian menjadi percaya kepadaNya. Semakin mengetahui dan memahami semakin percaya pula, itulah yang terjadi. Cukup banyak orang masa kini mengetahui banyak hal, namun mereka tidak mempercayainya, artinya tidak menghayati atau melaksanakan apa yang mereka ketahui. Pengetahuan hanya sebatas dalam otak atau pikiran, tetapi tidak merasuk di hati menjiwai cara hidup dan cara bertindak. Telah beberapa minggu/hari kita diajak untuk mawas diri selama masa Prapaska ini dan perayaan puncak iman kita, wafat dan kebangkitan Yesus, semakin mendekat, maka marilah kita mawas diri apakah kita semakin percaya kepada Tuhan, semakin mengutamakan Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak kita. Hal ini secara konkret berarti dalam cara hidup dan cara bertindak kita lebih menunjukkan penghayatan iman, hidup dan bertindak dijiwai oleh Tuhan daripada hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi. Sebagai orang yang telah dibaptis kita semakin mengabdi Tuhan dan selalu menolak godaan setan, sebagai suami-isteri berarti semakin mantap dan mendalam dalam saling mengasihi, sebagai anggota lembaga hidup bakti semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, sebagai pelajar semakin terampil belajar, sebagai pekerja semakin terampil bekerja, dst..

·   "Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup." (Bil 21:9). Ular tembaga disini bagi kita yang beriman kepada Yesus menunjuk pada Dia yang tergantung di kayu salib. Di dalam hidup dan kerja kita setiap hari kita sering menghadapi aneka masalah, tantangan, hambatan dst.. yang membuat kita dengan mudah untuk menggerutu atau putus asa. Jika anda mengalami hal yang demikian itu kami persilahkan dengan rendah hati dan penuh hormat memandang Yesus yang tergantung di kayu salib, karena dengan demikian anda pasti akan digairahkan dalam menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Penderitaan yang kita alami selama di dunia ini tidak sebanding atau hanya kecil sekali jika dibandingkan dengan penderitaan Yesus, yang kita imani. Masalah, tantangan dan hambatan yang muncul dari kesetiaan dan ketaatan hendaknya dihadapi bersama Dia yang tergantung di kayu salib, dengan kata lain buatlah tanda salib dengan penuh hormat dan khidmat serta penyerahan diri sebelum mengolah dan memecahkan aneka masalah, tantangan dan hambatan. "Dalam semangat iman kristiani kita hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara", demikian kurang lebih isi pokok kegiatan atau usaha aneka anggota LSM Kristen atau Katolik. Kami percaya di kamar-kamar rumah anda atau tempat kerja anda dipasang salib di tembok atau bahkan ada salib diletakkan di meja kerja anda, maka baiklah apa yang anda kerjakan dan omongkan selama berada di kamar tersebut sungguh dijiwai oleh  Yang Tersalib. Semoga salib yang ada di ruangan atau kamar tempat anda hidup atau bekerja tidak hanya menjadi hiasan saja, melainkan sungguh menjiwai siapapun yang ada di dalam ruangan atau kamar tersebut. Apapun yang anda lakukan atau omongkan di dalam  kamar atau ruangan, meskipun tak diketahui orang lain, namun Tuhan tahu segalanya.

"TUHAN, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepada-Mu. Janganlah sembunyikan wajah-Mu terhadap aku pada hari aku tersesak. Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku; pada hari aku berseru, segeralah menjawab aku" (Mzm 102:2-3)

Ign 27 Maret 2012


Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari