Kamis, 30 April 2009

Bahasa Kasih

Ayat bacaan: Yohanes 13:34
======================
"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi."

bahasa kasihSeorang pendeta pernah memberi kesaksian yang menarik. Ia bercerita bahwa selama belasan tahun, setiap kali membeli ayam untuk istrinya, ia selalu membelikan bagian dada. Selama masa pacaran, ia melihat istrinya selalu makan bagian dada, sehingga ia beranggapan pastilah istrinya menyukai dada ayam. Setelah belasan tahun berjalan, ketika mereka saling membuka diri satu sama lain, barulah ia tahu bahwa sebenarnya istrinya paling suka bagian paha ayam. Lalu mengapa istrinya dulu selalu memilih bagian dada? Ternyata dada ia pilih karena ia tahu suaminya menyenangi bagian paha. Belasan tahun berjalan, tapi masih juga ada hal-hal yang belum diketahui mengenai pasangan hidup. Ini bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anda dan saya.

Seringkali kita menganggap bahwa apa yang kita sukai pastilah disukai juga oleh pasangan kita, anak kita, keluarga, teman-teman atau orang lain. Ada banyak ayah yang beranggapan bahwa jika mereka mampu mencukupi kebutuhan materi dari anak-anak atau istrinya, ia sudah menjalankan fungsi sebagai ayah teladan. Padahal mungkin pada banyak kesempatan, anak dan istrinya jauh lebih membutuhkan perhatian dan kehadirannya ketimbang pemenuhan kebutuhan materi. Selama saya mengajar dan berinteraksi dengan banyak orang sepanjang hidup saya, saya sampai pada satu kesimpulan: manusia diciptakan Tuhan berbeda-beda. Baik dari sifat, tingkah laku, hobi, kegemaran, dan sebagainya. Artinya, apa yang saya suka, belum tentu orang lain suka. Apa yang terbaik bagi saya, belum tentu terbaik bagi orang lain.

Tuhan Yesus mengajarkan demikian: "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34). Kemudian di kesempatan lain: "Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu." (Yohanes 15:12) dan "Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain."(Yohanes 15:17). Perintah Yesus adalah untuk mengasihi orang lain, seperti Tuhan Yesus sendiri telah mengasihi kita. Bagaimana Yesus mengasihi kita? Tuhan Yesus mengasihi kita secara luar biasa, hingga mengorbankan diriNya untuk mati di atas kayu salib agar kita semua tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Mengasihi sesama seperti bagaimana Yesus mengasihi kita akan membuat kita harus mulai memikirkan untuk mengasihi orang lain sesuai dengan apa yang mereka butuhkan/inginkan, dan kemudian berusaha untuk memberikan tepat seperti itu. Bukan menurut kita, namun menurut mereka. Karena semua orang berbeda kebutuhan/keinginannya.

Dalam kondisi seperti ini, dibutuhkan sebuah pengertian mendalam mengenai "bahasa kasih" agar kita bisa menjangkau hati orang-orang disekitar kita. Yang saya maksudkan dengan bahasa kasih adalah sesuatu yang kita berikan kepada orang lain yang didasarkan sesuai dengan apa yang mereka harapkan, bukan menurut apa yang kita sukai. Ada 5 hal yang biasanya menjadi "bahasa kasih" bagi orang:
1. Kata-kata pujian
Orang yang memiliki bahasa kasih ini biasanya akan bahagia atau merasa dikasihi jika mereka mendapatkan kata-kata positif, seperti dukungan, pujian, pengakuan dan lain-lain. Jika mereka mendapatkan sebaliknya, seperti cacian, kata kasar, melecehkan dan sebagainya, akan menjadi sesuatu yang sangat menyakitkan.
2. Saat Bersama
Jenis ini akan merasa dikasihi jika orang yang mereka sayangi mau meluangkan waktu untuk mendengarkan mereka, berbincang-bincang dari hati ke hati, jalan-jalan dan sebagainya.
3. Hadiah
Tipe seperti ini akan sangat senang jika mendapat pemberian, meski yang paling sederhana sekalipun.
4. Bantuan
Orang dengan tipe bahasa kasih seperti ini akan sangat bahagia jika orang yang mereka sayangi mau meluangkan waktu untuk membantu mereka, meski sedang sangat sibuk. Itu akan sangat berarti bagi mereka.
5. Sentuhan
Tapping on the shoulder, atau bagi suami-istri atau orang tua pada anak: pelukan, ciuman atau gandengan tangan, bisa berarti yang sangat besar bagi mereka.

Beda orang, beda bahasa kasih. Sudahkah anda mengetahui bahasa kasih dari pasangan anda,anak-anak anda, teman anda, dan orang tua anda? Dalam menggenapkan perintah Kristus untuk mengasihi orang seperti halnya Dia mengasihi kita, kita harus tahu apa yang paling mereka butuhkan, sama seperti Yesus mengetahui betul apa yang paling kita butuhkan. Meskipun segala sesuatu yang kita berikan dengan tujuan baik didasari kasih yang tulus tetaplah baik adanya, ada kalanya curahan kasih kita tidak akan maksimal jika kita salah memberi. Terkadang tanpa mengetahui bahasa kasih dari orang yang kita sayangi, kita bisa gagal dalam menyatakan kasih kita pada mereka. Malah bisa berujung pada pertengkaran, karena kita merasa pemberian kita tidak dihargai, mereka merasa tidak diperhatikan dan lain-lain. Jika Yesus mengasihi kita dengan memberikan yang terbaik buat kita, karena Dia tahu betul apa yang kita butuhkan, ini saatnya kita memberikan yang terbaik pula buat orang-orang yang kita kasihi, dengan mengenal terlebih dahulu apa yang paling mereka butuhkan sesuai dengan bahasa kasih mereka. Mari kenali bahasa kasih masing-masing, dan nyatakanlah kasih dengan maksimal.

Kenali bahasa kasih dari orang-orang yang kita sayangi

Bahasa Kasih

Ayat bacaan: Yohanes 13:34
======================
"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi."

bahasa kasihSeorang pendeta pernah memberi kesaksian yang menarik. Ia bercerita bahwa selama belasan tahun, setiap kali membeli ayam untuk istrinya, ia selalu membelikan bagian dada. Selama masa pacaran, ia melihat istrinya selalu makan bagian dada, sehingga ia beranggapan pastilah istrinya menyukai dada ayam. Setelah belasan tahun berjalan, ketika mereka saling membuka diri satu sama lain, barulah ia tahu bahwa sebenarnya istrinya paling suka bagian paha ayam. Lalu mengapa istrinya dulu selalu memilih bagian dada? Ternyata dada ia pilih karena ia tahu suaminya menyenangi bagian paha. Belasan tahun berjalan, tapi masih juga ada hal-hal yang belum diketahui mengenai pasangan hidup. Ini bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anda dan saya.

Seringkali kita menganggap bahwa apa yang kita sukai pastilah disukai juga oleh pasangan kita, anak kita, keluarga, teman-teman atau orang lain. Ada banyak ayah yang beranggapan bahwa jika mereka mampu mencukupi kebutuhan materi dari anak-anak atau istrinya, ia sudah menjalankan fungsi sebagai ayah teladan. Padahal mungkin pada banyak kesempatan, anak dan istrinya jauh lebih membutuhkan perhatian dan kehadirannya ketimbang pemenuhan kebutuhan materi. Selama saya mengajar dan berinteraksi dengan banyak orang sepanjang hidup saya, saya sampai pada satu kesimpulan: manusia diciptakan Tuhan berbeda-beda. Baik dari sifat, tingkah laku, hobi, kegemaran, dan sebagainya. Artinya, apa yang saya suka, belum tentu orang lain suka. Apa yang terbaik bagi saya, belum tentu terbaik bagi orang lain.

Tuhan Yesus mengajarkan demikian: "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34). Kemudian di kesempatan lain: "Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu." (Yohanes 15:12) dan "Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain."(Yohanes 15:17). Perintah Yesus adalah untuk mengasihi orang lain, seperti Tuhan Yesus sendiri telah mengasihi kita. Bagaimana Yesus mengasihi kita? Tuhan Yesus mengasihi kita secara luar biasa, hingga mengorbankan diriNya untuk mati di atas kayu salib agar kita semua tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Mengasihi sesama seperti bagaimana Yesus mengasihi kita akan membuat kita harus mulai memikirkan untuk mengasihi orang lain sesuai dengan apa yang mereka butuhkan/inginkan, dan kemudian berusaha untuk memberikan tepat seperti itu. Bukan menurut kita, namun menurut mereka. Karena semua orang berbeda kebutuhan/keinginannya.

Dalam kondisi seperti ini, dibutuhkan sebuah pengertian mendalam mengenai "bahasa kasih" agar kita bisa menjangkau hati orang-orang disekitar kita. Yang saya maksudkan dengan bahasa kasih adalah sesuatu yang kita berikan kepada orang lain yang didasarkan sesuai dengan apa yang mereka harapkan, bukan menurut apa yang kita sukai. Ada 5 hal yang biasanya menjadi "bahasa kasih" bagi orang:
1. Kata-kata pujian
Orang yang memiliki bahasa kasih ini biasanya akan bahagia atau merasa dikasihi jika mereka mendapatkan kata-kata positif, seperti dukungan, pujian, pengakuan dan lain-lain. Jika mereka mendapatkan sebaliknya, seperti cacian, kata kasar, melecehkan dan sebagainya, akan menjadi sesuatu yang sangat menyakitkan.
2. Saat Bersama
Jenis ini akan merasa dikasihi jika orang yang mereka sayangi mau meluangkan waktu untuk mendengarkan mereka, berbincang-bincang dari hati ke hati, jalan-jalan dan sebagainya.
3. Hadiah
Tipe seperti ini akan sangat senang jika mendapat pemberian, meski yang paling sederhana sekalipun.
4. Bantuan
Orang dengan tipe bahasa kasih seperti ini akan sangat bahagia jika orang yang mereka sayangi mau meluangkan waktu untuk membantu mereka, meski sedang sangat sibuk. Itu akan sangat berarti bagi mereka.
5. Sentuhan
Tapping on the shoulder, atau bagi suami-istri atau orang tua pada anak: pelukan, ciuman atau gandengan tangan, bisa berarti yang sangat besar bagi mereka.

Beda orang, beda bahasa kasih. Sudahkah anda mengetahui bahasa kasih dari pasangan anda,anak-anak anda, teman anda, dan orang tua anda? Dalam menggenapkan perintah Kristus untuk mengasihi orang seperti halnya Dia mengasihi kita, kita harus tahu apa yang paling mereka butuhkan, sama seperti Yesus mengetahui betul apa yang paling kita butuhkan. Meskipun segala sesuatu yang kita berikan dengan tujuan baik didasari kasih yang tulus tetaplah baik adanya, ada kalanya curahan kasih kita tidak akan maksimal jika kita salah memberi. Terkadang tanpa mengetahui bahasa kasih dari orang yang kita sayangi, kita bisa gagal dalam menyatakan kasih kita pada mereka. Malah bisa berujung pada pertengkaran, karena kita merasa pemberian kita tidak dihargai, mereka merasa tidak diperhatikan dan lain-lain. Jika Yesus mengasihi kita dengan memberikan yang terbaik buat kita, karena Dia tahu betul apa yang kita butuhkan, ini saatnya kita memberikan yang terbaik pula buat orang-orang yang kita kasihi, dengan mengenal terlebih dahulu apa yang paling mereka butuhkan sesuai dengan bahasa kasih mereka. Mari kenali bahasa kasih masing-masing, dan nyatakanlah kasih dengan maksimal.

Kenali bahasa kasih dari orang-orang yang kita sayangi

Masihkah Perlu Gengsi dalam Hidup?

Filipi 4:11 "Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan."

Kenapa kita membeli Hp yang jauh lebih mahal dari keperluan kita ?
Kenapa harus beli mobil yg mahal sekali yg jauh daripada kebutuhan kita ?
Kenapa kita sering tak mau mengalah dan terlibat dalam perdebatan dengan orang lain ?
Kenapa banyak orang berkelahi bahkan sampai membunuh hanya karena tersinggung oleh masalah kecil ?
Kenapa Orang banyak berhutang untuk Gaya Hidup yang Maksimal, dengan Pendapatan minimal?

Jawabnya Demi gengsi...satu kata yang cukup membuat harga diri kita terusik.. kita gengsi kalo tak punya baju bagus..mobil mewah..rumah bagus, HP terbaru, Atau Gadget Mutakhir.. bahkan kita gengsi untuk meminta maaf meskipun kita tau kita salah ato karena usia kita lebih tua. Manusia ingin dihargai, ini bagus. Sayangnya kita sering kebablasan, kita haus akan kebanggaan diri yg tidak ada habis2nya. Diri kita ingin selalu menang dari orang lain, ingin selalu dihormati, ingin dilayani. Kita mati2an melindungi diri kita agar tidak disinggung orang, agar tidak direndahkan atau dihina. Maka seumur hidup kita sibuk melindungi harga diri kita.Kenapa orang bangga kalau punya barang mewah? Kenapa orang malu kalau tak punya? Hanya karena orang ingin merasa diri lebih baik daripada orang lain. Padahal kita pasti nggak lebih baik karena kaya.

Gengsi adalah 'kehormatan dan pengaruh yang diperoleh karena perbuatan besar'. Ingat karena sebuah perbuatan besar. bukan barang/kepemilikan yang besar "besar". Saat ini Kelihatannya memang masyarakat kita semakin materialistis, orang dipuji karena kekayaan materi. Kalau kaya Bangga Kalau miskin Malu dan terhina. Maka orang berebut menjadi kaya atau disebut kaya dengan jalan apapun, entah itu menipu, mencuri, korupsi atau apapun, yg penting kaya dan menjadi orang terpandang. itulah efek negatif dari sebuah gengsi.

Banyak orang salah kaprah Gengsi diawali dari kebanggaan yang berlebihan atas apa yang dimilikinya dan dirasa sempurna daripada orang lain. Sehingga dapat memperkecil kepekaan sosial. Ia bisa saja menganggap semua urusan diluar dirinya bukan urusannya. Terutama pada kaum yang lebih rendah dibawahnya.. Seandainya gengsi atau malu bisa dihilangkan asalkan pekerjaan tersebut halal dan tidak melanggar hukum saya kira pengangguran bisa ditekan. Masih banyak disekeliling kita bahwa setelah selesai sekolah atau kuliah ada bekerja di tempat yang sesuai jurusannya, atau dengan kata lain menjadi karyawan disebuah perusahaan atau pegawai negeri. Harus diakui Gengsi itu memberi rasa nikmat pada ego kita. Banyak orang yang karena memakan Gengsi hidup dalam sebuah dilema, Gonta-ganti HP, punya barang bagus, tetapi Ujung-ujungnya Hutang Yang besar dan menggunung serta dikejar-kejar oleh Debt Kolektot, Malu engga sih.

Starbuck di negara asalnya, adalah kedai kopi yang menawarkan suasana. Jadi, para peminum bisa menikmati kenyamanan saat duduk dan bukan hanya sekedar rasa kopinya. Di Indonesia, sebagian dari benefit ini mulai bergeser. Ini terjadi, karena sebagian konsumen yang pergi ke kedai kopi ini memang hanya ingin mengejar status belaka. Demikian juga, banyak kafe-kafe yang berkelas, sengaja membiarkan kafenya terbuka dan mudah dilihat orang. Karena gengsi, maka banyak konsumen yang tertarik dan mereka sudah mendapatkan kepuasannya bila status mereka terangkat saat memasuki kafe-kafe yang mahal ini. Padahal, mereka bisa mendapatkan dengan harga yang jauh lebih murah dan dengan rasa yang tidak kalah. Mereka membeli gengsi, bukan membeli makanan dan minumannya.

Mengapa terkadang memilih membeli jas-jas buatan desainer dunia yang namanya kondang setinggi langit Bukan karena ukurannya yang mungil, bukan juga karena potongannya yang lebih ramping. Label yang dijahitkan di jas itu membuat kita turut melambung bersama, dan secara tak langsung diasosiasikan dengan sesuatu yang mahal. Mengapa kita serang meminta menulis nama dan gelarnya selengkap mungkin. Prof Dr XXX, Eng, MM, Msi. Orang yang memilih gengsi sebenarnya tak punya apa-apa yang patut dibanggakan. Maksudnya, perbuatan besar. Karena itu, untuk memperoleh rasa hormat secara mudah dan instan kita melakukan semua kegiatan "besar" itu.

Apa yang menyebabkan gengsi ini? Pertama sudah pasti karena budaya dan norma kita. Paling tidak ada ketiga budaya dan norma yang membuat gengsi ini menjadi kebutuhan yang cepat terjadi. Pertama, konsumen Indonesia menyukai untuk sosialisasi. Ini kemudian mendorong seseorang untuk pamer atau tergoda untuk saling pamer. Kedua, kita masih menganut budaya feodal. Inilah yang menciptakan kelas-kelas sosial. Akhirnya, terjadi pemberontakan untuk cepat pindah kelas. Walau belum sesungguhnya pindah kelas, tetapi bisa dimulai dengan pamer terlebih dahulu. Ketiga, masyarakat kita mengukur kesuksesan adalah dengan materi dan jabatan. Akhirnya, banyak di antara kita ingin menunjukkan kesuksesan dengan cara memperlihatkan banyaknya materi yang dimiliki.

Cobalah merenung apa sih berfikir apalah gunanya dihargai orang hanya dengan menunjukkan hal semacam itu. Saya lebih bangga jika saya bisa banyak membantu orang tapi orang itu tidak tahu, dibanding berbuat sedikit tapi dibesar-besarkan, hal itu hanya memperlihatkan ketiadaan saja, hanya menghasilkan kesombongan diri, tida perlu gengsi. orang yang mengejar gengsi itu sebenarnya sedang kehausan untuk dihargai? Karena bisa jadi, penghargaan yang datang dari diri sendiri tidaklah mencukupi untuk memuaskan batin. Saya dan teman saya masih perlu mencari dan mendapatkan tambahan dosis pengakuan dari luar. Penghormatan dari luar untuk perilaku yang tidak bermanfaat, apalah gunanya?

Beberapa tips Untuk menghilangkan Gengsi
- Nikmati saja apa yang Anda punyai, dan bukan yang tidak Anda punyai.
- Lakukan sesuatu dengan hati yang memang tahu mengapa Anda patut melakukan itu, tak ada lagi yang namanya ikut-ikutan trend. yang pasti hanya sesaat.
- Jadi pandai. Berikan kesempatan diri Anda dihargai karena hasil Fikiran dan Perbuatan Anda.
- Menjadi rendah hati & Hidup Sederhana
- Jadilah Diri anda sendiri, anda adalah unik
- Banyak Berbuat

Penyakit hati ini memang tidak mudah untuk ditindas. Gengsi akan terus ada selama kita tidak menyadarkan diri sendiri dengan observasi bahwa manusia itu sama. Diciptakan dengan kulit yang bersih dan sewaktu-waktu bisa kotor oleh tanah, juga diciptakan dengan rasa malu. Jadi tak ada alasan buat kita untuk gengsi melakukan hal yang baik meskipun banyak yang berada di luar kebiasaan manusia. Pendorong dari gengsi adalah gencarnya iklan dan promosi yang menempatkan gengsi sebagai bagian utama. Akibatnya, masyarakat yang sudah memiliki potensi untuk mementingkan gengsi.Sering dengar padi yang makin berisi itu seharusnya makin merunduk. Tetapi, isi padi masyrakat yang terlalu mementingkan gengsi cuma seringan kapas. Jadi Masihkan Perlu Gengsi dalam Hidup.. Coba tanyakan Ke Hati Dan Akal anda.

Sumber : email kiriman Bapak Erwin Arianto

Rabu, 29 April 2009

Mengingini Milik Orang Lain

Ayat bacaan: Keluaran 20:17
======================
"Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."

mengingini milik orang lain, serakah"Waduh cantiknya... tapi sayang sudah ada yang punya.. coba jadi pacar gue.." kata seorang siswa di kampus tempat saya mengajar sambil cengar-cengir. Komentar itu keluar ketika ia melihat seorang gadis yang sedang duduk di kantin bersama pasangannya. Komentar seperti ini atau yang mirip-mirip mungkin biasa kita dengar, atau mungkin kita ucapkan tanpa sadar. Bisa jadi kita melihat mobil mewah, rumah yang indah, baju, sepatu, atau lainnya. Sebuah keinginan tidak harus selalu salah, karena keinginan bisa memotivasi kita untuk berusaha lebih giat. Namun pada titik tertentu, mengingini milik orang lain bisa menjadi sebuah awal yang mengarahkan kita untuk terjerumus jatuh ke dalam berbagai dosa.

Ketika kita mulai menginginkan milik orang lain, rasa iri hati mudah timbul. Ketika iri hati timbul, cercaan atau hujatan, bahkan kutukan bisa keluar dari kita. Ada banyak orang yang kemudian tergiur untuk korupsi, mencuri bahkan membunuh ketika mereka tidak lagi bisa mengendalikan dirinya dari mengingini milik orang lain. Maka Tuhan pun mengingatkan sejak awal mengenai hal ini. Dalam 10 Perintah Allah, firman ke 10 berbunyi demikian: "Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu." (Keluaran 20:17). Menginginkan milik orang lain tidak berbeda jauh dengan serakah. Serakah adalah sebuah rasa tidak puas yang muncul atas apa yang sudah diperoleh dan selalu ingin memperoleh lebih dari sesuatu yang bukan milik kita. Bentuk mengingini milik orang lain yang mengarah pada keserakahan atau ketamakan, rasa tidak pernah puas ini bisa membawa kita ke dalam banyak bentuk dosa. Mari kita lihat salah satu contoh. Lihatlah kisah antara Daud dan Batsyeba. Daud menginginkan Batsyeba, yang bukan miliknya. Ia berhasil mengambil Batsyeba, ini melanggar perintah Allah ke 8, "jangan mencuri" (ay 15). Ia melakukan skandal dengan Batsyeba yang merupakan istri orang lain, ini melanggar perintah ke 7, "jangan berzinah" (ay 14). Lalu ia mengatur agar suami Batsyeba mati terbunuh, ini melanggar perintah ke 6, "jangan membunuh". (ay 13). Serangkaian pelanggaran firman Tuhan ini semuanya bermula ketika Daud menginginkan Batsyeba, yang notabene bukan miliknya. Jika kita tidak mengendalikan keinginan kita dengan hati-hati, kita bisa terjerumus ke dalam serentetan dosa.

Dosa mengingini milik orang lain ini termasuk salah satu dosa yang "samar", karena tidak begitu kelihatan sebagai sebuah dosa seperti membunuh misalnya. Namun kita harus tetap waspada, karena hal tersebut bisa menjadi awal dari kejatuhan kita. Paulus berulang kali mengingatkan kita agar mewaspadai bentuk keserakahan yang timbul akibat mengingini sesuatu yang bukan milik kita. Keserakahan menurut Paulus sama dengan penyembahan berhala yang mendatangkan murka Allah. "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka)." (Kolose 3:5). Akibatnya orang-orang yang dikuasai keinginan berlebihan dan tidak mampu mengendalikannya tidak akan mendapatkan bagian dalam Kerajaan Allah. "Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah."(Efesus 5:5). Dalam sebuah firmanNya, Yesus menyinggung soal ini. "Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya." (Matius 5:28). Semua ini mengingatkan kita harus hati-hati dalam menyikapi sebuah keinginan.

Sebuah keinginan bisa memikat orang untuk menjadi jahat. Yakobus menggambarkan alurnya dengan sangat jelas : "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:14-15). Sebuah keinginan berlebihan untuk memiliki milik orang lain menunjukkan bahwa kita belumlah bisa mensyukuri segala yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Untuk mengendalikan keinginan seperti ini, kita harus bisa belajar untuk bersyukur. Ingatlah bahwa Tuhan telah begitu banyak memberkati dan melengkapi segalanya bagi saya dan anda untuk sukses. Untuk itu, kita haruslah berterima kasih dan memenuhi mulut kita dengan ucapan syukur. "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18). Kita harus mampu mengolah segala talenta yang telah diberikan Tuhan kepada kita, dan yang paling penting, teruslah mencari Kerajaan Allah beserta kebenarannya, maka semua akan ditambahkan Tuhan pada kita. (Matius 6:33). Dan dalam setiap langkah atau proses, tetaplah bersyukur. Apa yang terbaik bagi orang belum tentu terbaik bagi kita. Kita belum tentu tahu apa yang terbaik, Tapi Tuhan tahu pasti apa yang terbaik untuk kita, dan Dia telah menyediakannya. Hindarilah pikiran-pikiran yang mengingini milik orang lain, dan isilah selalu pikiran dan hati kita dengan ucapan syukur. Tuhan mengajak kita untuk merasa puas dengan segala yang telah Tuhan berikan. Berterimakasih dan bersyukurlah.

Mengingini milik orang lain adalah awal dari serangkaian dosa yang mengarahkan kita ke dalam maut

Mengingini Milik Orang Lain

Ayat bacaan: Keluaran 20:17
======================
"Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."

mengingini milik orang lain, serakah"Waduh cantiknya... tapi sayang sudah ada yang punya.. coba jadi pacar gue.." kata seorang siswa di kampus tempat saya mengajar sambil cengar-cengir. Komentar itu keluar ketika ia melihat seorang gadis yang sedang duduk di kantin bersama pasangannya. Komentar seperti ini atau yang mirip-mirip mungkin biasa kita dengar, atau mungkin kita ucapkan tanpa sadar. Bisa jadi kita melihat mobil mewah, rumah yang indah, baju, sepatu, atau lainnya. Sebuah keinginan tidak harus selalu salah, karena keinginan bisa memotivasi kita untuk berusaha lebih giat. Namun pada titik tertentu, mengingini milik orang lain bisa menjadi sebuah awal yang mengarahkan kita untuk terjerumus jatuh ke dalam berbagai dosa.

Ketika kita mulai menginginkan milik orang lain, rasa iri hati mudah timbul. Ketika iri hati timbul, cercaan atau hujatan, bahkan kutukan bisa keluar dari kita. Ada banyak orang yang kemudian tergiur untuk korupsi, mencuri bahkan membunuh ketika mereka tidak lagi bisa mengendalikan dirinya dari mengingini milik orang lain. Maka Tuhan pun mengingatkan sejak awal mengenai hal ini. Dalam 10 Perintah Allah, firman ke 10 berbunyi demikian: "Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu." (Keluaran 20:17). Menginginkan milik orang lain tidak berbeda jauh dengan serakah. Serakah adalah sebuah rasa tidak puas yang muncul atas apa yang sudah diperoleh dan selalu ingin memperoleh lebih dari sesuatu yang bukan milik kita. Bentuk mengingini milik orang lain yang mengarah pada keserakahan atau ketamakan, rasa tidak pernah puas ini bisa membawa kita ke dalam banyak bentuk dosa. Mari kita lihat salah satu contoh. Lihatlah kisah antara Daud dan Batsyeba. Daud menginginkan Batsyeba, yang bukan miliknya. Ia berhasil mengambil Batsyeba, ini melanggar perintah Allah ke 8, "jangan mencuri" (ay 15). Ia melakukan skandal dengan Batsyeba yang merupakan istri orang lain, ini melanggar perintah ke 7, "jangan berzinah" (ay 14). Lalu ia mengatur agar suami Batsyeba mati terbunuh, ini melanggar perintah ke 6, "jangan membunuh". (ay 13). Serangkaian pelanggaran firman Tuhan ini semuanya bermula ketika Daud menginginkan Batsyeba, yang notabene bukan miliknya. Jika kita tidak mengendalikan keinginan kita dengan hati-hati, kita bisa terjerumus ke dalam serentetan dosa.

Dosa mengingini milik orang lain ini termasuk salah satu dosa yang "samar", karena tidak begitu kelihatan sebagai sebuah dosa seperti membunuh misalnya. Namun kita harus tetap waspada, karena hal tersebut bisa menjadi awal dari kejatuhan kita. Paulus berulang kali mengingatkan kita agar mewaspadai bentuk keserakahan yang timbul akibat mengingini sesuatu yang bukan milik kita. Keserakahan menurut Paulus sama dengan penyembahan berhala yang mendatangkan murka Allah. "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka)." (Kolose 3:5). Akibatnya orang-orang yang dikuasai keinginan berlebihan dan tidak mampu mengendalikannya tidak akan mendapatkan bagian dalam Kerajaan Allah. "Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah."(Efesus 5:5). Dalam sebuah firmanNya, Yesus menyinggung soal ini. "Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya." (Matius 5:28). Semua ini mengingatkan kita harus hati-hati dalam menyikapi sebuah keinginan.

Sebuah keinginan bisa memikat orang untuk menjadi jahat. Yakobus menggambarkan alurnya dengan sangat jelas : "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:14-15). Sebuah keinginan berlebihan untuk memiliki milik orang lain menunjukkan bahwa kita belumlah bisa mensyukuri segala yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Untuk mengendalikan keinginan seperti ini, kita harus bisa belajar untuk bersyukur. Ingatlah bahwa Tuhan telah begitu banyak memberkati dan melengkapi segalanya bagi saya dan anda untuk sukses. Untuk itu, kita haruslah berterima kasih dan memenuhi mulut kita dengan ucapan syukur. "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18). Kita harus mampu mengolah segala talenta yang telah diberikan Tuhan kepada kita, dan yang paling penting, teruslah mencari Kerajaan Allah beserta kebenarannya, maka semua akan ditambahkan Tuhan pada kita. (Matius 6:33). Dan dalam setiap langkah atau proses, tetaplah bersyukur. Apa yang terbaik bagi orang belum tentu terbaik bagi kita. Kita belum tentu tahu apa yang terbaik, Tapi Tuhan tahu pasti apa yang terbaik untuk kita, dan Dia telah menyediakannya. Hindarilah pikiran-pikiran yang mengingini milik orang lain, dan isilah selalu pikiran dan hati kita dengan ucapan syukur. Tuhan mengajak kita untuk merasa puas dengan segala yang telah Tuhan berikan. Berterimakasih dan bersyukurlah.

Mengingini milik orang lain adalah awal dari serangkaian dosa yang mengarahkan kita ke dalam maut

Hari-hari baik

Ryutaro Asada, ahli bedah luar biasa, pemimpin Team Medical Dragon itu kembali beraksi. Operasi jantung dengan teknik Batista pertama di Jepang berada dalam tanggung jawabnya. Ia memang terkenal pemberontak jika system birokrasi dan bisnis rumah sakit dijadikan tolok ukurnya. Tetapi jika, tolok ukurnya adalah pasien. Asada adalah seorang pahlawan. Kepalanya, tidak pernah dipusingkan dengan kata persaingan, apalagi berbagai politik atas nama uang dan nama besar, yang kerap kali berseliweran di rumah sakit. Di kepala itu hanya ada pasien. Menyelamatkan Nyawa Pasien, itu diatas segala-galanya.

Dan sungguh aneh, justru karena fokus pada kepentingan pasien itulah, Asada Ryutaro memperoleh embel-embel yang lain yang biasa kita uber-uber. Nama beken, harta, posisi dan lain sebagainya. Yang menarik adalah ketika, salah seorang team bertanya mengenai apakah hari ini adalah hari baik untuk menjalankan operasi jantung Batista pertama. Asada menjawab, "Hanya diri kita yang bisa membuat apakah hari ini akan menjadi hari baik ataukah hari buruk".

Memang ini hanya merupakan adegan sebuah serial film jepang. Team Medical Dragon, demikian judul film seri tersebut. Awalnya ingin menonton film ini karena ingin menyaksikan teknik lighting yang tidak biasa. Tetapi akhirnya jatuh cinta pada karakter, alur cerita dan ajaran hidup yang luar biasa didalamnya. Tetapi sejujurnya...saya percaya sekali dengan ucapa Asada diatas..bahwa tidak ada hari baik atau buruk.

Semua hari sudah diciptakan TUHAN demikian adanya. Sekarang tinggal kita yang mewarnai hari-hari itu, entah hitam entah putih, entah untung, entah sial, entah baik, entah buruk. Tetapi satu hal ketika pikiran kita terfokus kepada pelayanan, komitmen, client, maka kita cendrung akan menjadi hari-hari didepan kita menjadi lebih baik.

Kejadian 1:31a "Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik."

Sumber : email kiriman Bapak Made Teddy Artiana

Selasa, 28 April 2009

Hidup Nyaman Dalam Dosa

Ayat bacaan: Yunus 1:5
====================
"Awak kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka membuang ke dalam laut segala muatan kapal itu untuk meringankannya. Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak."

hidup nyaman dalam dosaDosa tampaknya tidak lagi menyeramkan bagi banyak orang. Ada begitu banyak orang hari-hari ini yang terlalu terpaku pada kebutuhan duniawi, sehingga merasa tidak punya masalah jika harus mendapatkan harta dari cara yang tidak benar sekalipun. Menggelapkan uang, mark-up, korupsi, penipuan, penyalah-gunaan jabatan/wewenang dan sebagainya, menjadi sesuatu yang sangat biasa di mana-mana. Jika sudah bisa menutupi kejahatan mereka dari mata aparat, menghilangkan barang bukti atau menyuap aparat yang dianggap "berbahaya" bagi keselamatan mereka, mereka pun bisa dengan tenang hidup dari segala kemewahan yang tidak sah itu. Bahkan mereka berani tampil di depan publik, penuh senyum dan gaya berlebihan. Padahal pengadilan Tuhan, jauh lebih berat ketimbang pengadilan yang ada di dunia ini. Katakanlah di dunia hukumannya 20 tahun jika terbukti korupsi. Di tahta Tuhan nanti, ketika hari penghakiman tiba, dosa itu bisa mendatangkan maut yang kekal sifatnya. Sangat mengerikan. Dan kita tidak akan bisa menyuap Tuhan, meski seluruh uang yang ada di dunia ini adalah milik kita.

Melakukan dosa adalah kekejian bagi Tuhan. Dalam Amsal kita baca seperti ini: "karena orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat." (Amsal 3:32). Melakukan dosa dan menyadari bahwa itu adalah salah, namun tidak bertobat, itu saja sudah berat. Apalagi jika kita malah menikmati hidup dalam dosa. Itu lebih mengerikan lagi. Saya ingin mengajak teman-teman untuk membaca kisah Yunus. Pada suatu kali, Yunus diberi tugas oleh Tuhan untuk mempertobatkan penduduk Niniwe, sebuah kota besar dan makmur. Apakah Yunus menurut? Tidak. Dia malah memilih untuk melanggar kehendak Tuhan, dengan jalan melarikan diri dengan kapal ke tempat lain dengan harapan agar ia jauh dari hadapan Tuhan. (Yunus 1:3). Maka Tuhan pun mendatangkan angin ribut yang mengakibatkan badai besar. (ay 4).Penumpang kapal pun menjadi panik ketakutan dan menyembah allah mereka masing-masing. "Awak kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka membuang ke dalam laut segala muatan kapal itu untuk meringankannya." (ay 5a). Perhatikan kata "allahnya", dalam huruf kecil, berarti para awak kapal itu bukanlah orang percaya.

Ketika keadaan sedang genting, apa yang dilakukan Yunus, sang penyebab bencana itu? Alkitab mencatat ia malah sedang tidur dengan nyenyak. "Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak." (ay 5b). Keterlaluan. Sudah melanggar perintah Tuhan, sudah menghadapi kemarahan Tuhan akibat pelanggaran itu, tapi masih juga bisa tidur nyenyak! Kita tahu kisah selanjutnya. Yunus diketahui menjadi penyebab dari badai besar itu yang setiap saat siap untuk menenggelamkan kapal. Yunus pun menyadari hal itu, dan meminta agar dirinya dicampakkan saja ke laut. (ay 12). Namun lihatlah hal yang luar biasa yang dicatat di ayat berikutnya. "Lalu berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke darat, tetapi mereka tidak sanggup, sebab laut semakin bergelora menyerang mereka." (ay 13). Ternyata, para awak kapal masih berusaha untuk menyelamatkan kapal tanpa harus membuang Yunus ke laut. Mereka, yang bukan orang percaya saja mau memikirkan nyawa 1 orang, sementara Yunus tidak mau memikirkan keselamatan dari seisi kota besar, dan memilih untuk mementingkan dirinya sendiri saja. Lalu kita tahu, Yunus akhirnya ditelan ikan besar, dan berada di dalam perut ikan itu selama 3 hari 3 malam. Saya yakin itu bukanlah tempat yang menyenangkan untuk ditinggali selama 3 hari 3 malam. Bau, lembab dan menjijikkan, saya yakin dirasakan Yunus pada saat itu. Dan ia pun akhirnya bertobat dan memilih untuk menjalankan perintah Tuhan. Hasilnya? Seluruh kota Niniwe, termasuk raja bahkan ternak-ternak bertobat dan melakukan puasa serta mengenakan kain kabung. Satu orang Yunus bisa dipakai Tuhan untuk menyelamatkan seisi kota. Luar biasa.

Berhati-hatilah terhadap dosa, jangan sampai terlena di dalamnya. Kita harus menjaga diri kita agar tidak memberi toleransi atau berkompromi dengan dosa, walau sekecil apapun. Dosa yang kecil, mampu membuat kita lama-lama terbiasa hidup berselubung dosa, hidup nyaman bersama dosa, bahkan bisa tidur nyenyak bersamanya! Jika kita tidak bisa mengendalikan keinginan-keinginan kita sendiri, kita akan terseret masuk ke dalam dosa, dan pada saatnya dosa akan melahirkan maut. "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut."(Yakobus 1:14-15). Lihatlah apa yang terjadi pada Yunus, yang harus mengalami hidup dalam perut ikan selama 3 hari 3 malam terlebih dahulu baru bertobat. Marilah berbalik dengan cepat jika kita berbuat dosa, sehingga kita tidak perlu "dilemparkan ke dalam perut ikan" agar mau bertobat. Dosa adalah pelanggaran hukum Allah yang akan selalu menjadi penghalang hubungan kita dengan Tuhan. Ketika kita mendapat teguran dari Roh Kudus ketika melakukan kesalahan, jangan keraskan hati, dan berbaliklah segera, agar kita tidak perlu mengalami sesuatu yang menyakitkan terlebih dahulu untuk bisa bertobat.

Cegah dosa sejak dini sebelum kita terbiasa untuk hidup nyaman bersama dosa

Hidup Nyaman Dalam Dosa

Ayat bacaan: Yunus 1:5
====================
"Awak kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka membuang ke dalam laut segala muatan kapal itu untuk meringankannya. Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak."

hidup nyaman dalam dosaDosa tampaknya tidak lagi menyeramkan bagi banyak orang. Ada begitu banyak orang hari-hari ini yang terlalu terpaku pada kebutuhan duniawi, sehingga merasa tidak punya masalah jika harus mendapatkan harta dari cara yang tidak benar sekalipun. Menggelapkan uang, mark-up, korupsi, penipuan, penyalah-gunaan jabatan/wewenang dan sebagainya, menjadi sesuatu yang sangat biasa di mana-mana. Jika sudah bisa menutupi kejahatan mereka dari mata aparat, menghilangkan barang bukti atau menyuap aparat yang dianggap "berbahaya" bagi keselamatan mereka, mereka pun bisa dengan tenang hidup dari segala kemewahan yang tidak sah itu. Bahkan mereka berani tampil di depan publik, penuh senyum dan gaya berlebihan. Padahal pengadilan Tuhan, jauh lebih berat ketimbang pengadilan yang ada di dunia ini. Katakanlah di dunia hukumannya 20 tahun jika terbukti korupsi. Di tahta Tuhan nanti, ketika hari penghakiman tiba, dosa itu bisa mendatangkan maut yang kekal sifatnya. Sangat mengerikan. Dan kita tidak akan bisa menyuap Tuhan, meski seluruh uang yang ada di dunia ini adalah milik kita.

Melakukan dosa adalah kekejian bagi Tuhan. Dalam Amsal kita baca seperti ini: "karena orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat." (Amsal 3:32). Melakukan dosa dan menyadari bahwa itu adalah salah, namun tidak bertobat, itu saja sudah berat. Apalagi jika kita malah menikmati hidup dalam dosa. Itu lebih mengerikan lagi. Saya ingin mengajak teman-teman untuk membaca kisah Yunus. Pada suatu kali, Yunus diberi tugas oleh Tuhan untuk mempertobatkan penduduk Niniwe, sebuah kota besar dan makmur. Apakah Yunus menurut? Tidak. Dia malah memilih untuk melanggar kehendak Tuhan, dengan jalan melarikan diri dengan kapal ke tempat lain dengan harapan agar ia jauh dari hadapan Tuhan. (Yunus 1:3). Maka Tuhan pun mendatangkan angin ribut yang mengakibatkan badai besar. (ay 4).Penumpang kapal pun menjadi panik ketakutan dan menyembah allah mereka masing-masing. "Awak kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka membuang ke dalam laut segala muatan kapal itu untuk meringankannya." (ay 5a). Perhatikan kata "allahnya", dalam huruf kecil, berarti para awak kapal itu bukanlah orang percaya.

Ketika keadaan sedang genting, apa yang dilakukan Yunus, sang penyebab bencana itu? Alkitab mencatat ia malah sedang tidur dengan nyenyak. "Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak." (ay 5b). Keterlaluan. Sudah melanggar perintah Tuhan, sudah menghadapi kemarahan Tuhan akibat pelanggaran itu, tapi masih juga bisa tidur nyenyak! Kita tahu kisah selanjutnya. Yunus diketahui menjadi penyebab dari badai besar itu yang setiap saat siap untuk menenggelamkan kapal. Yunus pun menyadari hal itu, dan meminta agar dirinya dicampakkan saja ke laut. (ay 12). Namun lihatlah hal yang luar biasa yang dicatat di ayat berikutnya. "Lalu berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke darat, tetapi mereka tidak sanggup, sebab laut semakin bergelora menyerang mereka." (ay 13). Ternyata, para awak kapal masih berusaha untuk menyelamatkan kapal tanpa harus membuang Yunus ke laut. Mereka, yang bukan orang percaya saja mau memikirkan nyawa 1 orang, sementara Yunus tidak mau memikirkan keselamatan dari seisi kota besar, dan memilih untuk mementingkan dirinya sendiri saja. Lalu kita tahu, Yunus akhirnya ditelan ikan besar, dan berada di dalam perut ikan itu selama 3 hari 3 malam. Saya yakin itu bukanlah tempat yang menyenangkan untuk ditinggali selama 3 hari 3 malam. Bau, lembab dan menjijikkan, saya yakin dirasakan Yunus pada saat itu. Dan ia pun akhirnya bertobat dan memilih untuk menjalankan perintah Tuhan. Hasilnya? Seluruh kota Niniwe, termasuk raja bahkan ternak-ternak bertobat dan melakukan puasa serta mengenakan kain kabung. Satu orang Yunus bisa dipakai Tuhan untuk menyelamatkan seisi kota. Luar biasa.

Berhati-hatilah terhadap dosa, jangan sampai terlena di dalamnya. Kita harus menjaga diri kita agar tidak memberi toleransi atau berkompromi dengan dosa, walau sekecil apapun. Dosa yang kecil, mampu membuat kita lama-lama terbiasa hidup berselubung dosa, hidup nyaman bersama dosa, bahkan bisa tidur nyenyak bersamanya! Jika kita tidak bisa mengendalikan keinginan-keinginan kita sendiri, kita akan terseret masuk ke dalam dosa, dan pada saatnya dosa akan melahirkan maut. "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut."(Yakobus 1:14-15). Lihatlah apa yang terjadi pada Yunus, yang harus mengalami hidup dalam perut ikan selama 3 hari 3 malam terlebih dahulu baru bertobat. Marilah berbalik dengan cepat jika kita berbuat dosa, sehingga kita tidak perlu "dilemparkan ke dalam perut ikan" agar mau bertobat. Dosa adalah pelanggaran hukum Allah yang akan selalu menjadi penghalang hubungan kita dengan Tuhan. Ketika kita mendapat teguran dari Roh Kudus ketika melakukan kesalahan, jangan keraskan hati, dan berbaliklah segera, agar kita tidak perlu mengalami sesuatu yang menyakitkan terlebih dahulu untuk bisa bertobat.

Cegah dosa sejak dini sebelum kita terbiasa untuk hidup nyaman bersama dosa

Senin, 27 April 2009

Sesal Kemudian Tak Berguna

Ayat bacaan: Lukas 16:24
====================
"Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini."

sesal kemudian tak berguna, penyesalan, terlambatSebuah pepatah mengatakan, "Pikir dulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna". Sebuah pepatah yang mengingatkan kita untuk selalu memikirkan segala sesuatunya dengan cermat, hati-hati dan baik, agar kita tidak menyesal di kemudian hari. Rasanya setiap orang pernah mengalami sesuatu yang menimbulkan rasa menyesal. Mulai dari rasa menyesal yang biasa sampai yang bahkan bisa menimbulkan kepahitan, membuat orang menjadi sulit untuk maju dan sebagainya, semua itu bisa hadir dalam hidup kita jika kita tidak hati-hati melangkah. Pernah menyesal karena salah beli barang? Saya pernah mengalaminya berkali-kali. Karena terburu-buru membeli, saya seringkali menyesal karena ternyata harganya kemahalan dibanding di tempat lain. Atau saya pernah pula salah membeli jenis perangkat dalam komputer, sehingga tidak bisa dipergunakan. Mau dikembalikan, barang sudah terlanjur dibeli. Masih untung penyesalan-penyesalan seperti ini bukanlah sebuah kesalahan yang fatal, karena masih ada yang bisa dilakukan untuk itu. Setidaknya barang yang terlalu mahal itu masih bisa dipakai, setidaknya yang tipenya salah masih bisa dijual lagi. Tapi kesalahan fatal bisa berujung pada siksa kekal di alam maut, ketika kita salah melangkah di dunia semasa hidup kita. Sebuah perikop mengenai Lazarus dan orang kaya menggambarkan sebuah penyesalan yang hadir di alam maut ketika semuanya sudah terlambat.

Neraka, tempat api yang tidak terpadamkan, akan menjadi tempat dimana penyesalan akan selamanya menyertai penghuninya. Disana, kesakitan dan penderitaan yang tak terperikan akan membuat orang-orang di dalamnya dipenuhi rasa menyesal, mengapa mereka salah langkah ketika hidup di dunia. Di sana, semuanya sudah terlambat. Tidak lagi ada waktu untuk bertobat dan memperbaiki diri. Alkisah, ada seorang kaya yang selalu hidup berkemewahan. Di dekat pintunya ada Lazarus yang miskin, penuh borok, selalu memakan remah-remah sisa buangan si orang kaya. (Lukas 16:19-21). Pada suatu saat, Lazarus mati, demikian pula si orang kaya. Perbedaannya, Lazarus dibawa oleh malaikat ke pangkuan Abraham (ay 22), sementara si orang kaya di masukkan ke dunia orang mati. (ay 23). Ia sangat menderita akibat siksaan disana. Ketika ia melihat Lazarus tengah dipangku Abraham, ia pun berkata: "Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini." (ay 24). Tapi Abraham menjawab bahwa ia begitu terlena dengan segala kemewahannya di dunia, dan akhirnya diganjar siksa kekal di alam maut. (ay 25). Selain itu antara surga dan neraka pun terbentang jurang yang besar, sehingga penghuninya tidak bisa saling menyeberang. Berada di alam maut artinya terpisah dari Tuhan untuk selama-lamanya, dan mengalami siksa kekal, di tempat yang paling gelap, penuh ratap dan kertak gigi (Matius 8:12). Sementara yang berada di sisi lain, yang hidup bersama-sama dengan Tuhan mengalami sukacita kekal, dimana tidak ada lagi air mata, tidak ada lagi maut, perkabungan, ratap tangis atau dukacita. (Wahyu 21:4).

Salah melangkah dalam kehidupan di dunia bisa berakibat fatal. Kita berada di dunia hanya untuk jangka waktu tertentu, namun yang kita perbuat selama di dunia ini sangat menentukan untuk sebuah kekekalan, apakah itu kehidupan kekal atau kematian kekal. Ketika kita memilih hidup untuk menjadi sahabat Yesus yang sejati, anak-anak Allah yang taat, selalu menghasilkan buah-buah sesuai pertobatan kita, menjadi terang dan garam bagi sesama, selalu hidup menuruti tuntunan Roh Kudus, mengasihi sesama kita tanpa pandang bulu,menerima firman Allah dengan segenap hati, semua itu bisa mengarahkan kita kepada kehidupan kekal yang penuh sukacita. Sebaliknya, jika kita terlena dengan segala kemewahan, mencintai uang , berfoya-foya, berlaku jahat, sombong, egois, menjadi batu sandungan di mana-mana, atau menolak firman Tuhan, maka kita akan mendapat porsi siksaan kekal di alam maut.

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup." (Yohanes 5:24). Hidup dalam Kristus dan mendengar perkataanNya akan memperoleh kehidupan yang kekal dan tidak turut dihukum. Dan ketika kita menerima Yesus, mendengar dan menerima firman kebenaran, kita pun dimateraikan dengan Roh Kudus. "Di dalam Dia kamu juga--karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu--di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu." (Efesus 1:13). Ketika anda mendengar firman Tuhan hari ini, janganlah abaikan. Jangan hanya mempedulikan kesenangan diri anda sendiri saja, sehingga lupa untuk memikirkan konsekuensi kelak di kemudian hari. Kita hidup penuh dengan pilihan. Salah memilih bisa berujung pada penyesalan tanpa akhir.

Hidup mengikuti Yesus terkadang tidaklah gampang. Alkitab menuliskan bahwa ada saat dimana kita menderita, dihujat, dihina, diolok-olok, ditindas, ditekan dan sebagainya. "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya" (2 Timotius 3:12). Kita harus siap untuk memikul salib, dan itu tidaklah mudah. Namun ingatlah bahwa Tuhan akan selalu memperhitungkan semuanya kelak. Sebaliknya orang yang jahat, akan semakin jahat, mereka akan saling meyesatkan dan disesatkan (ay 13). Jika kita tidak berhati-hati sejak dini, berbalik dari jalan-jalan yang sesat secepatnya, maka kita akan semakin jauh tenggelam dalam kesesatan, semakin jahat dari hari ke hari. Tidak ada satu orangpun yang mampu mengetahui berapa lama lagi ia memperoleh kesempatan untuk hidup, sehingga jika tidak cepat-cepat bertobat, salah-salah sebuah penyesalan terlambat yang dialami si orang kaya kisah Lazarus di atas terjadi pada diri kita. Jangan tunda lagi, jangan tunggu lagi dengan alasan apapun. Selagi kita masih punya kesempatan untuk bertobat, bertobatlah segera. Ingatlah bahwa penyesalan seringkali datang ketika semuanya sudah terlambat.

Bertobatlah sungguh-sungguh sekarang juga sebelum semuanya terlambat

Sesal Kemudian Tak Berguna

Ayat bacaan: Lukas 16:24
====================
"Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini."

sesal kemudian tak berguna, penyesalan, terlambatSebuah pepatah mengatakan, "Pikir dulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna". Sebuah pepatah yang mengingatkan kita untuk selalu memikirkan segala sesuatunya dengan cermat, hati-hati dan baik, agar kita tidak menyesal di kemudian hari. Rasanya setiap orang pernah mengalami sesuatu yang menimbulkan rasa menyesal. Mulai dari rasa menyesal yang biasa sampai yang bahkan bisa menimbulkan kepahitan, membuat orang menjadi sulit untuk maju dan sebagainya, semua itu bisa hadir dalam hidup kita jika kita tidak hati-hati melangkah. Pernah menyesal karena salah beli barang? Saya pernah mengalaminya berkali-kali. Karena terburu-buru membeli, saya seringkali menyesal karena ternyata harganya kemahalan dibanding di tempat lain. Atau saya pernah pula salah membeli jenis perangkat dalam komputer, sehingga tidak bisa dipergunakan. Mau dikembalikan, barang sudah terlanjur dibeli. Masih untung penyesalan-penyesalan seperti ini bukanlah sebuah kesalahan yang fatal, karena masih ada yang bisa dilakukan untuk itu. Setidaknya barang yang terlalu mahal itu masih bisa dipakai, setidaknya yang tipenya salah masih bisa dijual lagi. Tapi kesalahan fatal bisa berujung pada siksa kekal di alam maut, ketika kita salah melangkah di dunia semasa hidup kita. Sebuah perikop mengenai Lazarus dan orang kaya menggambarkan sebuah penyesalan yang hadir di alam maut ketika semuanya sudah terlambat.

Neraka, tempat api yang tidak terpadamkan, akan menjadi tempat dimana penyesalan akan selamanya menyertai penghuninya. Disana, kesakitan dan penderitaan yang tak terperikan akan membuat orang-orang di dalamnya dipenuhi rasa menyesal, mengapa mereka salah langkah ketika hidup di dunia. Di sana, semuanya sudah terlambat. Tidak lagi ada waktu untuk bertobat dan memperbaiki diri. Alkisah, ada seorang kaya yang selalu hidup berkemewahan. Di dekat pintunya ada Lazarus yang miskin, penuh borok, selalu memakan remah-remah sisa buangan si orang kaya. (Lukas 16:19-21). Pada suatu saat, Lazarus mati, demikian pula si orang kaya. Perbedaannya, Lazarus dibawa oleh malaikat ke pangkuan Abraham (ay 22), sementara si orang kaya di masukkan ke dunia orang mati. (ay 23). Ia sangat menderita akibat siksaan disana. Ketika ia melihat Lazarus tengah dipangku Abraham, ia pun berkata: "Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini." (ay 24). Tapi Abraham menjawab bahwa ia begitu terlena dengan segala kemewahannya di dunia, dan akhirnya diganjar siksa kekal di alam maut. (ay 25). Selain itu antara surga dan neraka pun terbentang jurang yang besar, sehingga penghuninya tidak bisa saling menyeberang. Berada di alam maut artinya terpisah dari Tuhan untuk selama-lamanya, dan mengalami siksa kekal, di tempat yang paling gelap, penuh ratap dan kertak gigi (Matius 8:12). Sementara yang berada di sisi lain, yang hidup bersama-sama dengan Tuhan mengalami sukacita kekal, dimana tidak ada lagi air mata, tidak ada lagi maut, perkabungan, ratap tangis atau dukacita. (Wahyu 21:4).

Salah melangkah dalam kehidupan di dunia bisa berakibat fatal. Kita berada di dunia hanya untuk jangka waktu tertentu, namun yang kita perbuat selama di dunia ini sangat menentukan untuk sebuah kekekalan, apakah itu kehidupan kekal atau kematian kekal. Ketika kita memilih hidup untuk menjadi sahabat Yesus yang sejati, anak-anak Allah yang taat, selalu menghasilkan buah-buah sesuai pertobatan kita, menjadi terang dan garam bagi sesama, selalu hidup menuruti tuntunan Roh Kudus, mengasihi sesama kita tanpa pandang bulu,menerima firman Allah dengan segenap hati, semua itu bisa mengarahkan kita kepada kehidupan kekal yang penuh sukacita. Sebaliknya, jika kita terlena dengan segala kemewahan, mencintai uang , berfoya-foya, berlaku jahat, sombong, egois, menjadi batu sandungan di mana-mana, atau menolak firman Tuhan, maka kita akan mendapat porsi siksaan kekal di alam maut.

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup." (Yohanes 5:24). Hidup dalam Kristus dan mendengar perkataanNya akan memperoleh kehidupan yang kekal dan tidak turut dihukum. Dan ketika kita menerima Yesus, mendengar dan menerima firman kebenaran, kita pun dimateraikan dengan Roh Kudus. "Di dalam Dia kamu juga--karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu--di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu." (Efesus 1:13). Ketika anda mendengar firman Tuhan hari ini, janganlah abaikan. Jangan hanya mempedulikan kesenangan diri anda sendiri saja, sehingga lupa untuk memikirkan konsekuensi kelak di kemudian hari. Kita hidup penuh dengan pilihan. Salah memilih bisa berujung pada penyesalan tanpa akhir.

Hidup mengikuti Yesus terkadang tidaklah gampang. Alkitab menuliskan bahwa ada saat dimana kita menderita, dihujat, dihina, diolok-olok, ditindas, ditekan dan sebagainya. "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya" (2 Timotius 3:12). Kita harus siap untuk memikul salib, dan itu tidaklah mudah. Namun ingatlah bahwa Tuhan akan selalu memperhitungkan semuanya kelak. Sebaliknya orang yang jahat, akan semakin jahat, mereka akan saling meyesatkan dan disesatkan (ay 13). Jika kita tidak berhati-hati sejak dini, berbalik dari jalan-jalan yang sesat secepatnya, maka kita akan semakin jauh tenggelam dalam kesesatan, semakin jahat dari hari ke hari. Tidak ada satu orangpun yang mampu mengetahui berapa lama lagi ia memperoleh kesempatan untuk hidup, sehingga jika tidak cepat-cepat bertobat, salah-salah sebuah penyesalan terlambat yang dialami si orang kaya kisah Lazarus di atas terjadi pada diri kita. Jangan tunda lagi, jangan tunggu lagi dengan alasan apapun. Selagi kita masih punya kesempatan untuk bertobat, bertobatlah segera. Ingatlah bahwa penyesalan seringkali datang ketika semuanya sudah terlambat.

Bertobatlah sungguh-sungguh sekarang juga sebelum semuanya terlambat

Always have a Dream

Forget about the days when its been cloudy,
but don’t forget your hours in the sun

Forget about the times you’ve been defeated
but don’t forget the victories you’ve won

Makan Malam Berkesan

1 Timotius 5:4 - Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orang tua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah.Rata Penuh
Setelah 21 tahun menikah, suatu hari isteriku meminta kesediaanku untuk makan malam diluar dan menonton bersama seorang wanita. “Aku mencintaimu, tetapi aku tahu bahwa wanitu itu juga mencintaimu dan sangat mengharapkan untuk bisa menghabiskan sedikit waktu bersamamu.” Wanita yang dimaksudkan oleh isteriku tak lain adalah ibuku sendiri yang sudah menjanda selama 19 tahun. Karena kesibukan dan tanggung jawab sebagai kepala keluarga, belakangan ini aku memang tidak punya waktu untuk menjenguknya. Malam itu aku menelepon ibu dan mengajaknya makan malam diluar dan menonton berdua. Ibu seolah tak percaya ajakanku. “Nggak salah? Apakah kau baik-baik saja?” Tanya ibu padaku. “Iya Bu, kita akan pergi berdua saja,” jawabku.

Sepulang dari bekerja aku langsung menuju kerumah ibu. Dalam perjalanan kerumah ibu, aku merasa sedikit tegang. Aku tahu ketegangan ini disebabkan karena aku tidak pernah pergi berdua dengannya. Setiba didepan rumah, ibu sudah menunggu didepan pintu. Ibu menata rambutnya seindah mungkin dan ia mengenakan gaun yang dulu dikenakannya pada ulang tahun terakhir pernikahannya. Ia tersenyum sambil berkata, “Aku mengatakan kepada teman-temanku bahwa aku akan pergi makan dan menonton dengan anak laki-lakiku.” Ibu mengatakan itu sambil berjalan ke mobilku.

Setiba di restoran, kami terlibat dalam perbincangan yang sangat menyenangkan. “Aku ingat saat-saat makan di restoran seperti ini, ketika kamu masih kecil dulu,” kata Ibu tersenyum sambil membaca daftar menu yang disediakan. Dalam perjalanan pulang, ibu berkata kepadaku, “Aku ingin pergi lagi bersamamu seperti malam, ini tetapi itu pun kalau engkau bersedia.”

Beberapa hari kemudian ibu meninggal dunia karena serangan jantung. Tak lama setelah itu, aku menerima sebuah amplop berisi kwitansi dari restoran tempat kami makan malam sebelumnya. Ada catatan kecil yang ibu tuliskan disana, “Aku sudah membayar tagihan ini. Aku tidak yakin apakah aku masih berumur panjang, namun demikian aku tetap membayar untuk dua orang. Satu untukmu dan satu lagi untuk isterimu. Engkau tidak akan pernah tahu betapa berartinya malam itu bagiku. Aku mengasihimu anakku.”

Ini adalah saat yang tepat untuk Anda mengoreksi diri mengenai keharmonisan hubungan dengan orang tua, khususnya ibu yang sudah melahirkan Anda. Ibu yang dulu mencurahkan kasih sayang kepada Anda, ibu yang selalu berdoa dan mengharapkan yang terbaik bagi Anda, yang menangis kepada Tuhan untuk Anda. Marilah kira belajar menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, anak yang bisa membahagiakan mereka. Kita melakukan ini bukan semata-mata untuk menyenangkan manusia, tetapi kita tahu bahwa perbuatan seperti ini akan menyukakan hati Tuhan. Anda yang saat ini sedang mengalami keretakan hubungan dengan orang tua, segeralah pulihkan hubungan itu.

DOA: Bapa, mampukan aku mengasihi dan membahagiakan orang tuaku. Aku berdoa kiranya Engkau memberkati mereka dengan kekuatan. Dalam Nama Tuhan Yesus aku mohon. Amin.

KATA-KATA BIJAK: Latihlah kepekaan untuk mendengarkan jeritan batin seorang ibu, sekalipun mulutnya tertutup rapat.

Minggu, 26 April 2009

Sentuhlah Aku

Sentuhlah Aku

Dulu gampang sekali menyelimuti seluruh badan ketika mendengar suara-suara aneh di sekitar rumah, anjing yang menyalak tidak biasanya atau bunyi burung hantu di kejauhan. Entah apa jadinya hidup, jika tanpa kisah-kisah seperti sinder bolong, kuntilanak, jin, dedemit, dan sebagainya. Apakah semuanya itu adalah mitos warisan orang-orang tua dulu untuk mendidik anak-anak mereka (agar tidak pergi jauh dari rumah misalnya) ataukah kesaksian tentang eksistensinya. Dari kampung kecil saya hingga kota-kota besar seperti Paris, Roma bahkan di negeri yang jauh seperti di Afrika sini, cerita-cerita seperti itu makin beragam. Les Diables et Les Parisien, para hantu dan penduduk kota Paris, demikian seorang penulis klasik Perancis menulis tentang Paris, kota yang kini paling sekular, menjadi besar karena ulah para setan. Saya tidak mau memperdebatkan di sini soal ada tidaknya hantu, tapi biarlah saya meninggalkan hipotesis ini :paling sedikit dengan percaya pada eksistensi hantu, orang mengandaikan adanya hidup setelah mati. Masa sih hidup yang indah ini tak ada kelanjutannya…
Papa saya meninggal waktu saya berusia 11 tahun dan saya menyaksikan sendiri penguburannya, melihat bagaimana tubuhnya ditimbun tanah merah dan selanjutnya ia menjadi lain, ia hidup tapi dalam kenangan saya sebagai anak yang dicintainya. Saya bisa mengerti pengalaman para murid Yesus, yang takut dan menyangka melihat hantu ketika Yesus menampakkan diri para mereka (Luk. 24 :35-38). Pantas mereka takut karena mereka betul-betul tahu Yesus telah mati, bahkan beberapa di antaranya melihat bagaimana Dia dikuburkan. Saya tentu akan mengalami hal yang sama seandainya melihat papa yang benar-benar saya lihat telah ditimbun tanah, muncul di dekat saya.
Kalau kita memperhatikan seluruh kisah kebangkitan, ada benang merah ini yakni Yesus tidak langsung dikenali identitasnya oleh para murid. Hanya ketika Yesus mengulang kata-kata atau membuat gerakan yang pernah Ia lakukan, dan dari pihak para rasul hanya dengan membuka hati dan iman mereka barulah mereka mengenal Yesus. Ingatlah kisah dua murid Emaus atau kisah lain ketika para murid berkumpul bersama merayakan ekaristi. Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah bagian dari hidup dan realitas baru yang sama sekali berbeda dengan realitas normal. Akses padanya mustahil kalau bukan atas inisiatif Yesus sendiri dan iman orang yang mengalaminya. Tentu saja sekali lagi kita harus mengakui pengalaman akan Yesus yang bangkit adalah pengalaman khas para murid.
Lukas dalam Injil hari ini tidak melaporkan sebuah kisah hasil imajinasi atau halunisasi para murid, tapi kisah nyata tentang Yesus. « Lihatlah tangan dan kakiku, inilah aku, sentuhlah aku. Tak mungkin hantu mempunyai daging atau tulang ». Dan Petrus kelak dalam pewartaannya selalu mengatakan « Dan kamilah saksi dari semuanya itu, Tidak mungkin kami tidak mewartakan apa yang kami lihat, kami sentuh, kami alami sendiri ». Inilah pengalaman nyata para murid yang menjadi titik tolak kelahiran Gereja.
Gereja mewartakan Kristus yang bangkit itu pertama-tama melalui Ekaristi dan melalui karya kasihnya.Ia yang hidup dan nyata itu melalui ekaristi, melalui hosti sederhana dan rapuh kita alami, tentu dalam iman. Samahalnya seorang ahli bedah berhasil memahami seluruh struktur organ tubuh pasiennya yang hidup tapi tidak pernah menemukan di mana terdapat nyawanya, demikianlah dalam ekaristi dan melalui hosti tadi kita mengalami Yesus yang hidup tanpa pernah melihat Dia. Ia hidup kini dalam diri kita yang menyambut Dia dengan iman dan sudah seharusnyalah kita mewartakan bahwa Dia hidup.
Kata-kata Yesus , sentuhlah aku adalah undangan bagi kita semua untuk meneruskan warta bahwa Yesus hidup. Tangan-tangan dan kaki kitalah yang sekarang menjadi perpanjangan tangan dan kakinya bagi manusia lain. Ibu Theresa dari Calcuta, Anne Frank yang memberi penghiburan bagi para sesama tahanan Nazi di kamp konsentrasi, serta banyak sekali saksi iman Kristiani lainnya sepanjang sejarah melakukan semuanya itu karena Yesus nyata dan supaya ia tetap nyata sepanjang masa. Mari bersama-sama menceritakan pada banyak orang melalui hidup kita, bahwa Tuhan yang dulu nyata sama nyatanya seperti sekarang ini ketika kita memuliakan yang lemah, yang miskin dan yang ditinggalkan.

Saved By An Angel

Ayat bacaan: Mazmur 34:8-9
======================
"Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka. Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!"

saved by an angel, malaikat, perlindungan, luput dari bencanaMasihkah Malaikat hadir ditengah-tengah kita? Kira-kira setahun lalu, teman saya seorang musisi jazz pemain saxophone mengalami sebuah kesaksian yang luar biasa. Dia seorang musisi yang berasal dari Amerika yang selalu menjaga kekudusannya dengan baik. Ketika ia hadir di Java Jazz tahun 2008 lalu, ia bercerita meskipun sempat mengalami kekecewaan ketika teman baiknya meninggal saat mendaki gunung bersama-sama, namun ia tetap mengambil komitmen untuk setia pada Tuhan. Kira-kira 2 bulan setelah ia kembali ke Amerika, ia mengalami sebuah musibah. Sepulangnya dari sebuah show, mobil yang ia kendarai menabrak sebuah truk besar. Tabrakan itu cukup mengerikan. Mobilnya remuk tak berbentuk. Dalam kondisi seperti itu, rasanya sulit membayangkan ada orang yang bisa selamat. Setidaknya mungkin mengalami luka berat. "I should have died at that time, because the crash was terrible" katanya.Saat itu ketika musibah tabrakan terjadi, ia mengaku melihat sebuah sosok yang mengulurkan tangan dan menariknya keluar dari mobil. Luar biasa, meskipun sempat diopname selama seminggu, ia tidak mengalami masalah berarti. Dua minggu setelah kejadian itu, ia sudah tampil lagi di panggung.  "He sent His Angel to save me. I'm very thankful, and I'm gonna praise him forever.." katanya dalam email.

Luar biasa ketika kita melihat kesaksian-kesaksian yang bisa semakin meneguhkan iman seperti ini. Lihatlah bahwa Tuhan tetaplah peduli dengan kehidupan kita. Dia masih tetap, dan akan tetap siap mengutus Malaikat-MalaikatNya untuk hadir di tengah-tengah kita, dan meluputkan kita dari bencana, jika kita tetap hidup dengan takut akan Tuhan.  Daud menulis demikian: "Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka. Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!" (Mazmur 34:8-9). Yang dimaksud dengan takut akan Tuhan bukanlah bentuk ketakutan duniawi, sebab untuk bentuk-bentuk ketakutan duniawi ini kita telah dilepaskan. "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7) Dan jika kita tetap takut, artinya kita belumlah sempurna dalam kasih. "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih." (1 Yohanes 4:18). Takut akan Tuhan menjelaskan tentang bagaimana kekuatan, kebesaran, kekudusan dan otoritas Tuhan. Tidak seperti ketakutan duniawi, takut akan Tuhan adalah bentuk rasa takut yang sehat. Takut akan Tuhan berarti kita patuh pada perintahNya, hidup dengan menghormatiNya, berpegang kepadaNya, mengenal pribadiNya dan kemudian hidup memuliakanNya. Rasa takut akan Tuhan akan membawa kita lebih dekat lagi kepadaNya, bukan sebaliknya menjauhkan. Takut akan Tuhan juga bukan berarti bahwa kita hidup benar semata-mata karena takut akan hukuman yang dijatuhkan Tuhan, tapi lebih kepada besarnya kasih kita kepadaNya, dan menyadari betapa besar kasihNya pada kita, sehingga kita tidak ingin ada hal yang bisa merusak hubungan harmonis antara kita dengan Sang Pencipta kita. Ketika hidup kita selalu didasarkan pada takut akan Tuhan, lihatlah bagaimana Tuhan menjanjikan perlindungan dalam setiap langkah kita, termasuk dengan menurunkan MalaikatNya untuk berkemah di sekitar kita untuk senantiasa menjaga dan meluputkan kita dari bencana.

Di atas segala upaya manusia untuk membuat sistem perlindungan yang terbaik, ingatlah bahwa ada Tuhan di atas segalanya yang mampu memberikan perlindungan dan rasa aman pada jiwa anda beserta keluarga. Mari kita baca Mazmur 91:9-16. "Sebab TUHAN ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu, malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu; sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu.Singa dan ular tedung akan kaulangkahi, engkau akan menginjak anak singa dan ular naga." (Mazmur 91:9-13). Bagaimana agar kita bisa mendapat janji Tuhan yang sungguh luar biasa ini? Ayat berikutnya memberi penjelasan. "Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku." (ay 14). Ya, dengan mengenal nama Tuhan, dengan takut akan Tuhan. Selanjutnya Allah berfirman: "Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya. Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku." (ay 15-16). Haleluya.

Apa yang terjadi pada musisi peniup saxophone Amerika di atas bisa juga terjadi pada kita, karena Tuhan menjanjikan sebuah perlindungan yang pasti pada semua orang yang hidup dengan takut akan Tuhan. Sudahkah kita menjaga hidup kita dengan benar? Sudahkah kita mentaati perintah Tuhan, menjauhi laranganNya, bukan semata-mata karena kita merasa takut berdosa atau takut masuk neraka, tapi terlebih karena kita mengasihiNya dan tidak ingin mengecewakan Dia yang sudah begitu baik pada kita? Ketika kita mengamalkan pola hidup seperti ini, bersiaplah untuk mendapati para Malaikat Tuhan berkemah di sekitar kita. Lalu kecaplah, dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan!

Tuhan menjaga hidup kita yang takut akan Tuhan dan siap meluputkan kita dari bencana

Saved By An Angel

Ayat bacaan: Mazmur 34:8-9
======================
"Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka. Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!"

saved by an angel, malaikat, perlindungan, luput dari bencanaMasihkah Malaikat hadir ditengah-tengah kita? Kira-kira setahun lalu, teman saya seorang musisi jazz pemain saxophone mengalami sebuah kesaksian yang luar biasa. Dia seorang musisi yang berasal dari Amerika yang selalu menjaga kekudusannya dengan baik. Ketika ia hadir di Java Jazz tahun 2008 lalu, ia bercerita meskipun sempat mengalami kekecewaan ketika teman baiknya meninggal saat mendaki gunung bersama-sama, namun ia tetap mengambil komitmen untuk setia pada Tuhan. Kira-kira 2 bulan setelah ia kembali ke Amerika, ia mengalami sebuah musibah. Sepulangnya dari sebuah show, mobil yang ia kendarai menabrak sebuah truk besar. Tabrakan itu cukup mengerikan. Mobilnya remuk tak berbentuk. Dalam kondisi seperti itu, rasanya sulit membayangkan ada orang yang bisa selamat. Setidaknya mungkin mengalami luka berat. "I should have died at that time, because the crash was terrible" katanya.Saat itu ketika musibah tabrakan terjadi, ia mengaku melihat sebuah sosok yang mengulurkan tangan dan menariknya keluar dari mobil. Luar biasa, meskipun sempat diopname selama seminggu, ia tidak mengalami masalah berarti. Dua minggu setelah kejadian itu, ia sudah tampil lagi di panggung.  "He sent His Angel to save me. I'm very thankful, and I'm gonna praise him forever.." katanya dalam email.

Luar biasa ketika kita melihat kesaksian-kesaksian yang bisa semakin meneguhkan iman seperti ini. Lihatlah bahwa Tuhan tetaplah peduli dengan kehidupan kita. Dia masih tetap, dan akan tetap siap mengutus Malaikat-MalaikatNya untuk hadir di tengah-tengah kita, dan meluputkan kita dari bencana, jika kita tetap hidup dengan takut akan Tuhan.  Daud menulis demikian: "Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka. Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!" (Mazmur 34:8-9). Yang dimaksud dengan takut akan Tuhan bukanlah bentuk ketakutan duniawi, sebab untuk bentuk-bentuk ketakutan duniawi ini kita telah dilepaskan. "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7) Dan jika kita tetap takut, artinya kita belumlah sempurna dalam kasih. "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih." (1 Yohanes 4:18). Takut akan Tuhan menjelaskan tentang bagaimana kekuatan, kebesaran, kekudusan dan otoritas Tuhan. Tidak seperti ketakutan duniawi, takut akan Tuhan adalah bentuk rasa takut yang sehat. Takut akan Tuhan berarti kita patuh pada perintahNya, hidup dengan menghormatiNya, berpegang kepadaNya, mengenal pribadiNya dan kemudian hidup memuliakanNya. Rasa takut akan Tuhan akan membawa kita lebih dekat lagi kepadaNya, bukan sebaliknya menjauhkan. Takut akan Tuhan juga bukan berarti bahwa kita hidup benar semata-mata karena takut akan hukuman yang dijatuhkan Tuhan, tapi lebih kepada besarnya kasih kita kepadaNya, dan menyadari betapa besar kasihNya pada kita, sehingga kita tidak ingin ada hal yang bisa merusak hubungan harmonis antara kita dengan Sang Pencipta kita. Ketika hidup kita selalu didasarkan pada takut akan Tuhan, lihatlah bagaimana Tuhan menjanjikan perlindungan dalam setiap langkah kita, termasuk dengan menurunkan MalaikatNya untuk berkemah di sekitar kita untuk senantiasa menjaga dan meluputkan kita dari bencana.

Di atas segala upaya manusia untuk membuat sistem perlindungan yang terbaik, ingatlah bahwa ada Tuhan di atas segalanya yang mampu memberikan perlindungan dan rasa aman pada jiwa anda beserta keluarga. Mari kita baca Mazmur 91:9-16. "Sebab TUHAN ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu, malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu; sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu.Singa dan ular tedung akan kaulangkahi, engkau akan menginjak anak singa dan ular naga." (Mazmur 91:9-13). Bagaimana agar kita bisa mendapat janji Tuhan yang sungguh luar biasa ini? Ayat berikutnya memberi penjelasan. "Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku." (ay 14). Ya, dengan mengenal nama Tuhan, dengan takut akan Tuhan. Selanjutnya Allah berfirman: "Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya. Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku." (ay 15-16). Haleluya.

Apa yang terjadi pada musisi peniup saxophone Amerika di atas bisa juga terjadi pada kita, karena Tuhan menjanjikan sebuah perlindungan yang pasti pada semua orang yang hidup dengan takut akan Tuhan. Sudahkah kita menjaga hidup kita dengan benar? Sudahkah kita mentaati perintah Tuhan, menjauhi laranganNya, bukan semata-mata karena kita merasa takut berdosa atau takut masuk neraka, tapi terlebih karena kita mengasihiNya dan tidak ingin mengecewakan Dia yang sudah begitu baik pada kita? Ketika kita mengamalkan pola hidup seperti ini, bersiaplah untuk mendapati para Malaikat Tuhan berkemah di sekitar kita. Lalu kecaplah, dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan!

Tuhan menjaga hidup kita yang takut akan Tuhan dan siap meluputkan kita dari bencana

Tetap Berkecukupan

Bacaan hari ini: 1 Raja-raja 17:7-16
Ayat mas hari ini: 1 Raja-raja 17:13
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 46-48

Berilah persembahan jika Anda ingin gereja ini tetap berdiri." Kalimat ini ditulis dekat kotak persembahan, di sebuah gereja tua di Eropa. Memprihatinkan! Gereja bersejarah ini kekurangan uang karena anggotanya terus berkurang. Hanya segelintir orang tua yang masih setia berbakti di sana. Generasi mudanya telah pergi. Kesulitan makin terasa di tengah krisis keuangan global ini. Saat penghasilan orang pas-pasan, siapa rela memberi persembahan?

Pada masa keuangan seret, wajar jika orang membuat skala prioritas. Yang dianggap terpenting didahulukan, yang lain terpaksa diabaikan. Begitulah juga sikap janda di Sarfat ketika Nabi Elia datang minta dibuatkan roti. Mulanya ia menolak karena tepung miliknya tinggal segenggam lagi. Hanya cukup untuk dimakan berdua bersama anaknya. Ini prioritas pertama! Namun, Elia memberinya janji ilahi. Jika sang janda berani membalik prioritasnya— mendahulukan pemberian untuk sang hamba Tuhan, tepung itu tak akan habis. Janji ini tampaknya tak masuk akal, tetapi sang janda mengimani. Mukjizat pun terjadi. Ia bisa memberi, tetapi tetap berkecukupan!

ini bicara tentang pemeliharaan Allah. Hidup matinya kita tidak melulu bergantung pada apa yang kita miliki, tetapi pada apa yang Tuhan beri. "Carilah dahulu kerajaan Allah dan kehendak-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Matius 6:33). Jika Tuhan ditempatkan sebagai prioritas pertama, masakan Dia me¬nem¬patkan kita sebagai prioritas terakhir-Nya? Jadi, meski zaman ini tampak begitu sulit, jangan sampai kehilangan kemurahan hati!

JIKA TUHAN DIDAHULUKAN JANGAN KHAWATIR AKAN APA YANG KITA PERLUKAN

Penulis: Juswantori Ichwan

Sabtu, 25 April 2009

Hidup Ini Singkat

Ayat bacaan: Ayub 14:1
====================
"Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan. (Man who is born of a woman is of few days and full of trouble.)"

hidup ini singkatBeberapa hari yang lalu saya dikejutkan dengan berita meninggalnya teman baik saya. Ia memang sudah beberapa bulan terakhir sakit, tapi saya tidak menyangka bahwa sakitnya itu ternyata mematikan. Siapa yang menyangka, jika teman saya yang umurnya masih muda, baru 26 tahun, ternyata meninggal akibat penyakit lever. Saya mengira ia cuma kecapaian dan butuh beristirahat, karena sebelumnya ia terlihat sehat-sehat saja. Rasa kehilangan bagi orang-orang yang ia tinggalkan sungguh terasa, karena ia adalah orang baik yang selalu setia kawan. Termasuk saya, yang merupakan satu dari sedikit teman terdekatnya. Ditengah rasa kehilangan itu, saya seperti diingatkan bahwa umur manusia ini memang singkat adanya. Ada orang yang bisa mencapai usia lanjut, ada yang mencapai sekitar setengah abad, tapi ada pula yang harus berakhir di usia yang masih sangat muda seperti halnya teman saya. Tidak ada diantara kita yang tahu berapa lama lagi kita punya kesempatan untuk hidup di dunia ini. Yang saya tahu, satu saat nanti semua orang akan mencapai akhir perjalanannya, dimana semuanya harus siap mempertanggungjawabkan segala perbuatan dan ucapannya selama hidup. Tuhan memang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi kita untuk berbalik kembali kepada jalanNya. Tuhan tidak pernah menutup pintu pertobatan. Tapi itu semua hanyalah berlaku selama kita masih hidup di dunia ini, karena pada suatu saat nanti, semua akan berakhir. Ada saatnya dimana kita akan sampai di penghujung kehidupan dunia untuk masuk kepada sebuah kekekalan. Apakah itu kekekalan yang penuh damai sukacita, atau penuh kegelapan dan kertak gigi.

Malam ini saya diingatkan pada Ayub pasal 14. Judul dari perikop ini adalah "Setelah mati tidak ada harapan lagi". Pasal ini diawali oleh sebuah pembuka: "Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan." (Ayub 14:1) Kata "penuh kegelisahan" ini dalam bahasa inggrisnya sebenarnya ditulis "full of trouble" alias "penuh kesulitan" atau dalam versi BIS disebut "penuh derita". Ayub memulainya dengan memberi sebuah peringatan penting betapa umur manusia ini singkat adanya dan penuh pergumulan. Tidak ada manusia yang bisa sepenuhnya lepas dari pergumulan dan tidak ada manusia yang bisa hidup di dunia ini selamanya. Meninggalnya teman baik saya itu semakin membuka mata saya bahwa siapapun kita, bisa dipanggil Tuhan setiap saat. Betapa singkatnya hidup manusia. Jika saat ini kita yang dipanggil, sudahkah kita siap untuk mempertanggungjawabkan segala yang kita perbuat di dunia ini? Sudahkah kita mampu mempertanggungjawabkan penggunaan waktu dan kesempatan yang telah diberikan? Ayub mengatakan demikian: "Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi? Maka aku akan menaruh harap selama hari-hari pergumulanku, sampai tiba giliranku; maka Engkau akan memanggil, dan akupun akan menyahut; Engkau akan rindu kepada buatan tangan-Mu." (ay 14-15) Ayub menekankan bahwa siapapun kita manusia, saat untuk mati pasti tiba. Pada satu saat nanti ketika waktunya tiba, tidak ada kesempatan bagi kita untuk mengulang hidup ini lagi. Tidak ada orang yang bisa membeli waktu. Tidak ada waktu yang dapat diperpanjang. Waktu, hanyalah bisa dipergunakan dan diisi. Diisi dengan baik atau tidak, waktu akan terus berjalan dan tidak akan pernah menunggu sampai kita mau menggunakannya dengan baik. Ayub bukannya orang yang selalu hidup tanpa masalah. Kita tahu apa yang dialami Ayub begitu tragis. Tapi adalah penting bagi kita, seperti halnya bagi Ayub, untuk terus menaruh harap selama hari-hari pergumulan kita. Adalah penting untuk menjaga setiap langkah, dalam menghadapi masalah dan sebagainya, agar kita tidak salah melangkah dan jatuh pada kesalahan yang fatal, yang bisa mengarahkan kita pada ujung yang salah. Ayub mengingatkan akan pentingnya untuk terus menaruh harap dengan sabar, terus percaya dan patuh pada Tuhan, hingga giliran kita tiba.

Dalam Mazmur kita bisa melihat sepenggal dari doa Musa mengenai masa kehidupan. "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10). Masa hidup rata-rata yang ideal menurut Mazmur adalah 70 tahun. Tapi tidak selalu harus 70 tahun, karena bisa lebih, dan sebaliknya bisa kurang. Teman baik saya ternyata hidupnya berakhir pada angka 26 tahun, yang secara relatif masih sangat muda. Sekali lagi, tidak ada yang tahu kapan semuanya berakhir, kapan kita dipanggil Tuhan dan diminta untuk mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang telah kita lakukan, pikirkan dan ucapkan. Maka Musa pun berdoa agar diberi hikmat untuk sadar akan singkatnya hidup dan mampun mengisinya dengan baik. "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (ay 12). Paulus mengingatkan demikian: "dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." (Efesus 5:16). Ada begitu banyak kesempatan untuk berbuat dosa, karena hari-hari ini adalah jahat adanya, penyesatan ada dimana-mana. Tapi sebaliknya ada begitu banyak pula kesempatan bagi kita untuk bertobat, berbalik dari jalan-jalan yang salah untuk kembali kepada jalan yang benar, sesuai dengan kehendak Tuhan. Berapa panjangpun umur kita di dunia ini, semua itu singkat adanya dibanding kekekalan yang menunggu kita di depan. Ketika waktunya tiba, kita akan sampai pada titik dimana kesempatan untuk bertobat pun berakhir, dan kita tinggal diminta untuk mempertanggungjawabkan segalanya. Hendaklah kita bijaksana dan tidak menyia-nyiakan waktu selama kesempatan masih ada. Tuhan siap menghapus segala dosa kita, menutup pelanggaran kita ketika kita kembali secara total lewat sebuah pertobatan yang sungguh-sungguh. Pergunakanlah waktu-waktu yang tersisa ini untuk memperbaiki cara hidup kita sebelum semuanya terlambat.

Pergunakan waktu dengan bijaksana karena umur manusia ini singkat adanya

Hidup Ini Singkat

Ayat bacaan: Ayub 14:1
====================
"Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan. (Man who is born of a woman is of few days and full of trouble.)"

hidup ini singkatBeberapa hari yang lalu saya dikejutkan dengan berita meninggalnya teman baik saya. Ia memang sudah beberapa bulan terakhir sakit, tapi saya tidak menyangka bahwa sakitnya itu ternyata mematikan. Siapa yang menyangka, jika teman saya yang umurnya masih muda, baru 26 tahun, ternyata meninggal akibat penyakit lever. Saya mengira ia cuma kecapaian dan butuh beristirahat, karena sebelumnya ia terlihat sehat-sehat saja. Rasa kehilangan bagi orang-orang yang ia tinggalkan sungguh terasa, karena ia adalah orang baik yang selalu setia kawan. Termasuk saya, yang merupakan satu dari sedikit teman terdekatnya. Ditengah rasa kehilangan itu, saya seperti diingatkan bahwa umur manusia ini memang singkat adanya. Ada orang yang bisa mencapai usia lanjut, ada yang mencapai sekitar setengah abad, tapi ada pula yang harus berakhir di usia yang masih sangat muda seperti halnya teman saya. Tidak ada diantara kita yang tahu berapa lama lagi kita punya kesempatan untuk hidup di dunia ini. Yang saya tahu, satu saat nanti semua orang akan mencapai akhir perjalanannya, dimana semuanya harus siap mempertanggungjawabkan segala perbuatan dan ucapannya selama hidup. Tuhan memang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi kita untuk berbalik kembali kepada jalanNya. Tuhan tidak pernah menutup pintu pertobatan. Tapi itu semua hanyalah berlaku selama kita masih hidup di dunia ini, karena pada suatu saat nanti, semua akan berakhir. Ada saatnya dimana kita akan sampai di penghujung kehidupan dunia untuk masuk kepada sebuah kekekalan. Apakah itu kekekalan yang penuh damai sukacita, atau penuh kegelapan dan kertak gigi.

Malam ini saya diingatkan pada Ayub pasal 14. Judul dari perikop ini adalah "Setelah mati tidak ada harapan lagi". Pasal ini diawali oleh sebuah pembuka: "Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan." (Ayub 14:1) Kata "penuh kegelisahan" ini dalam bahasa inggrisnya sebenarnya ditulis "full of trouble" alias "penuh kesulitan" atau dalam versi BIS disebut "penuh derita". Ayub memulainya dengan memberi sebuah peringatan penting betapa umur manusia ini singkat adanya dan penuh pergumulan. Tidak ada manusia yang bisa sepenuhnya lepas dari pergumulan dan tidak ada manusia yang bisa hidup di dunia ini selamanya. Meninggalnya teman baik saya itu semakin membuka mata saya bahwa siapapun kita, bisa dipanggil Tuhan setiap saat. Betapa singkatnya hidup manusia. Jika saat ini kita yang dipanggil, sudahkah kita siap untuk mempertanggungjawabkan segala yang kita perbuat di dunia ini? Sudahkah kita mampu mempertanggungjawabkan penggunaan waktu dan kesempatan yang telah diberikan? Ayub mengatakan demikian: "Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi? Maka aku akan menaruh harap selama hari-hari pergumulanku, sampai tiba giliranku; maka Engkau akan memanggil, dan akupun akan menyahut; Engkau akan rindu kepada buatan tangan-Mu." (ay 14-15) Ayub menekankan bahwa siapapun kita manusia, saat untuk mati pasti tiba. Pada satu saat nanti ketika waktunya tiba, tidak ada kesempatan bagi kita untuk mengulang hidup ini lagi. Tidak ada orang yang bisa membeli waktu. Tidak ada waktu yang dapat diperpanjang. Waktu, hanyalah bisa dipergunakan dan diisi. Diisi dengan baik atau tidak, waktu akan terus berjalan dan tidak akan pernah menunggu sampai kita mau menggunakannya dengan baik. Ayub bukannya orang yang selalu hidup tanpa masalah. Kita tahu apa yang dialami Ayub begitu tragis. Tapi adalah penting bagi kita, seperti halnya bagi Ayub, untuk terus menaruh harap selama hari-hari pergumulan kita. Adalah penting untuk menjaga setiap langkah, dalam menghadapi masalah dan sebagainya, agar kita tidak salah melangkah dan jatuh pada kesalahan yang fatal, yang bisa mengarahkan kita pada ujung yang salah. Ayub mengingatkan akan pentingnya untuk terus menaruh harap dengan sabar, terus percaya dan patuh pada Tuhan, hingga giliran kita tiba.

Dalam Mazmur kita bisa melihat sepenggal dari doa Musa mengenai masa kehidupan. "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10). Masa hidup rata-rata yang ideal menurut Mazmur adalah 70 tahun. Tapi tidak selalu harus 70 tahun, karena bisa lebih, dan sebaliknya bisa kurang. Teman baik saya ternyata hidupnya berakhir pada angka 26 tahun, yang secara relatif masih sangat muda. Sekali lagi, tidak ada yang tahu kapan semuanya berakhir, kapan kita dipanggil Tuhan dan diminta untuk mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang telah kita lakukan, pikirkan dan ucapkan. Maka Musa pun berdoa agar diberi hikmat untuk sadar akan singkatnya hidup dan mampun mengisinya dengan baik. "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (ay 12). Paulus mengingatkan demikian: "dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." (Efesus 5:16). Ada begitu banyak kesempatan untuk berbuat dosa, karena hari-hari ini adalah jahat adanya, penyesatan ada dimana-mana. Tapi sebaliknya ada begitu banyak pula kesempatan bagi kita untuk bertobat, berbalik dari jalan-jalan yang salah untuk kembali kepada jalan yang benar, sesuai dengan kehendak Tuhan. Berapa panjangpun umur kita di dunia ini, semua itu singkat adanya dibanding kekekalan yang menunggu kita di depan. Ketika waktunya tiba, kita akan sampai pada titik dimana kesempatan untuk bertobat pun berakhir, dan kita tinggal diminta untuk mempertanggungjawabkan segalanya. Hendaklah kita bijaksana dan tidak menyia-nyiakan waktu selama kesempatan masih ada. Tuhan siap menghapus segala dosa kita, menutup pelanggaran kita ketika kita kembali secara total lewat sebuah pertobatan yang sungguh-sungguh. Pergunakanlah waktu-waktu yang tersisa ini untuk memperbaiki cara hidup kita sebelum semuanya terlambat.

Pergunakan waktu dengan bijaksana karena umur manusia ini singkat adanya

Jangan Merasa Kesal

BACAAN ALKITAB : 1 Yohanes2:1-11
"Barang Siapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan didalam dia tidak ada penyesatan" (1 Yohanes 2:10).

Bila anda jatuh dalam kegagalan atau dosa, periksalah kehidupan kasih Anda, Duduklah bersama Tuhan dan mintalah kepadaNya untuk menunjukkan kepada Anda apakah kiranya Anda sedang berselisih dengan seseorang atau Anda merasa kesal. Jika Anda merasa kesal, iblis dapat masuk dam mebuat Anda tersandung.

Sebagai seorang Percaya, saya telah melihat hal itu terjadi dalam jumlah yang tidak terhitung, Hamba Tuhan berkhotbah tentang sesuatu dan sebagian anak Tuhan merasa kesal terhadap khotbah yang disampaikan. Menurut dia khotbah yang disampaikan salah dan dia pergi dengan marah dan segera Anda tahu bahwa dia ada dalam kesulitan.

Markus 4:17 meberitahukan kita bahwa iblis menggunakan beberapa jenis kekesalan atau sakit hati untuk merampas Firman dari hati kita. dia menyebabkan kita menjadi kesal terhadap satu dengan yang lain. Lalu dia mencabut sumbatnya dan menguras Firman Firman keluar dari kita bagaikan air yang tertumpah dari ember.

Jangan biarkan hal itu terjadi atas Anda. Jika Anda mendengar seorang pengkhotbah atau anak Tuhan mengucapkan sesuatu yang tanpa sengaja mengganggu Anda dan Anda merasa tersinggung, maka hendaklah Anda berkata, " Tidak, hai iblis penipu, engkau takkan merampas Friman dari diriku."Lalu segeralah berlutut dan bertobat dihadapan Tuhan.

Selidikilah Firman dan dengarlah suara Roh dalam diri Anda dan ketahuilah tindakan apa yang harus Anda lakukan, Jika Anda masih merasa bahwa ucapan orang tadi kepada Anda keliru, berdoalah baginya.

Ingalah, rasa sakit hati tidak pernah berasal dari Tuhan. Dia bersabda bahwa kita berakar dan berlandaskan Kasih. Jadi tolaklah semua rasa sakit hati atau kekesalan. Serahkanlah diri Anda kepada orang itu dalam kasih dan doa. Anda akan sanggup berjalan melintasi situasi itu tanpa tersandung sama sekali.

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari