Minggu, 31 Mei 2009

Jinak-Jinak Merpati


Jinak-Jinak Merpati

Ungkapan itu, kalau saya tak salah ingat, dimaksudkan untuk melukiskan karakter seseorang yang lembut, kalem, jinak, mudah didekati tapi sekaligus sensitif, akan menjauh bahkan akan berbahaya jika sedikit saja hatinya dilukai. Kemudian ungkapan ini menyempit maknanya menjadi ungkapan yang sangat berkarakter feminin dan penuh bias jender. Maksudnya ia hanya diterapkan pada pribadi perempuan dan tentu saja tidak merepresentasikan seluruh perempuan. Jika kembali pada makna asalnya, ungkapan ini paling kurang adalah sebuah aspirasi tentang relasi dua arah yang ideal tapi juga menunjukkan masalahnya jika relasi itu terlalu sarat dengan kepentingan dan kuasa.
Setahun silam waktu mampir di Roma saya sering menyaksikan para wisatawan yang mengundang kawanan merpati dengan melemparkan remah-remah atau biji-bijian. Burung-burung itu mudah sekali mendekati bahkan hinggap dan bermain-main di atas pundak dan kepala. Ada juga yang coba-coba menangkap, tapi tak satupun yang berhasil...Mungkin, merpati punya kemampun membaca tidak saja gerak tangan orang yang mau menangkapnya, tapi juga isi hati. Merpati seaakan tak mau lebih dekat pada orang yang melemparkan makanan dengan maksud menangkapnya. Merpati hanya mau mendekat hanya jika kita mengundangnya tanpa syarat...Mungkin itulah sebabnya kenapa Yesus menggambarkan ketulusan hati seorang murid sebagai ketulusan seekor merpati.
Ingatan akan merpati ini membantu saya menemukan di mana letak hubungan kita dengan Roh Kudus yang kita rayakan pada Hari Pentakosta. Sebab Roh Kudus yang dijanjikan Yesus itu sering digambarkan seperti merpati. Merpati dalam tradisi kitab suci adalah binatang suci. Ingat bagaimana kisah Yesus waktu dibabtis Yohanes pembabtis (injil Markus 1). Ingat pula kisah Nuh yang mengirim seekor merpati pasca air bah. Merpati itu identik dengan kehidupan, berarti ciptaan baru. Yang baru, selalu tulus, tak bercacat dan menandakan kehidupan, sebagaimana merpati yang dikirim Nuh kembali dengan membawa ranting pohon segar, tanda adanya kehidupan setelah bencana.
Sebagai tanda, merpati jelas menunjukkan realitas ‘yang lain’ dari dirinya, yakni Roh Kudus, yang hanya mungkin mendekati diri kita jika kita ‘terbuka’. Ini jawaban untuk pertanyaan, « mungkinkah kita bisa menikmati buah Roh Kudus, buah pentakosta seperti yang dialami para murid ? » Ibarat sebuah botol penuh yang tak mungkin diisi lagi oleh air, demikianlah hati kita, jika kita tidak terbuka, tidak membebaskan hati dan pikiran kita dari logika ‘kuasa’ seperti para wisatawan yang coba menangkap merpati. Logika ini tak lain dalam bahasa St. Paulus adalah pertimbangan daging atau nafsu. Nafsu itu saudara kandung kuasa. Iri hati, cemburu, kemarahan, percecokan, persaingan adalah anak-anaknya.
Merpati, di pihak lain menjadi cakrawala, cermin yang meminta kita berdandan dan berlaku seperti burung itu sendiri, yakni tulus. Tulus adalah nama lain kerendahan hati dan keterbukaan untuk dicintai, seperti merpati yang dengan tulus juga mendekati setiap orang yang mencintainya, yang memberinya makan...Kalau anda mendapati diri anda kurang sabar dalam berelasi, cepat marah misalnya, mintalah dengan rendah hati pada Roh Kudus rahmat kesabaran. Kalau hari terlalu sedih dilewati karena kehilangan seseorang atau sesuatu yang disayangi, mintalah rahmat sukacita. Kalau kita tidak bisa menguasai diri dari kecenderungan-kecenderungan tak teratur dan merusak, mintalah rahmat penguasaan diri. Paulus dalam surat kepada umat di Galatia menganjurkan itu (Gal.5:16-25). Permintaan-permintaan itu didorong oleh ketulusan hati, yang dengan rendah hati mengakui kelemahan dan pada saat yang sama mengharapkan pertolongan Roh Kudus. Orang sakit yang ingin sembuh harus menunjuk dan menjelaskan pada dokter semua gejala dan di mana letak penyakitnya.
Misteri cinta Yesus tersalib membebaskan kita dari kejahatan dan dosa. Akan tetapi, perang antara terang dan kegelapan terus berlangsung di hati kita masing-masing, di mana kecenderungan daging dan kecenderungan roh saling bersaing menempati hati kita. Itulah sebabnya, kenapa Yesus menjanjikan dan akhirnya mengaruniakan kita Roh Kudusnya. Dia adalah penolong, yang memperlengkapi hati kita dengan senjata yang mumpuni, yang menolong kita mengambil keputusan yang tepat, aman dan bebas seperti merpati.
Sore ini saat melengkapi tulisan ini, saya didatangi seorang bapak, yang mengaku dirampok. Yang tertinggal padanya hanya handphone dan kunci rumah. Ia datang dari Bafia, sebuah provinsi di luar kota Yaoundé. Antara prasangka bahwa bapa ini datang menipu dan perasaan kasihan, saya dan seorang konfrater Meksiko akhirnya memutuskan menolong bapa tua ini kembali ke rumahnya. Ini hadiah indah di pentakosta kali ini, dan betapa bersama H. Capieu saya melagukan ini,

o toi colombe, o blanche soie, (oh merpati putihku)
aube première et première beauté (jadilah bagiku fajar dan keindahan baru)
ton aile avive un feu de joie (biarlah sayapmu menyalakan api sukacita)
où ta venue nous a jetés (saat kau datang melemparkan aku ke dalamnya)
(H. Capieu, « pentecôte, dalam Poésie 54, juillet-aout 1978)

Dan untuk anda dari jauh saya mendoakannya. Selamat menikmati buah-buah roh.

ronald,sx -Yaoundé Cameroun

I'm Nothing Without God

Ayat bacaan: 1 Korintus 15:10
========================
"Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku."

nothing without God, semua berasal dari Tuhan, bukan kekuatan kitaUrusan melayani tidaklah gampang. Apalagi bagi orang yang bukan melayani full time seperti saya. Ada pekerjaan sehari-hari yang harus dijalankan, ada urusan-urusan rumah tangga yang perlu ditanggulangi, terkadang rasanya waktu 24 jam masih kurang untuk bisa melakukan semuanya dengan baik. Jika stamina menurun, jatuh sakit pun menjadi salah satu masalah yang harus diwaspadai. Kemarin untuk pertama kalinya saya melakukan pelayanan pelepasan, dan ternyata hal itu sungguh melelahkan. Bukan hanya yang dilepaskan yang terkulai lemah dan muntah, tapi saya yang melakukannya pun merasa letih. Saya merasa bersyukur bahwa Tuhan mau pakai saya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan demi kerajaanNya di dunia ini, disamping itu saya juga bersyukur dikaruniai istri yang mendukung segala yang saya kerjakan dan hidup berbahagia bersamanya, juga pekerjaan-pekerjaan sehari-hari yang diberkati Tuhan luar biasa. Padahal saya hanyalah tamatan SMA, yang menurut hukum alam di Indonesia tidak akan bisa mendapat porsi yang baik seperti halnya sarjana, S2, S3 dan sebagainya. Tapi lihatlah Tuhan yang bisa memakai dan memberkati siapa saja, termasuk saya yang secara logika manusia ini tidak ada apa-apanya. Semua itu patut disyukuri, dan saya sendiri tidak ada habis-habisnya mensyukuri segala yang Tuhan beri. Ketika hidup, pekerjaan, rumah tangga, termasuk pelayanan mengalami peningkatan dan mulai mencapai keberhasilan demi keberhasilan, saya menganggap sangat penting untuk tidak terlena dan menjadi lupa bahwa semua itu adalah hasil karya Tuhan, dan bukan karena kehebatan diri saya sendiri. Ya, saya bekerja dengan sungguh-sungguh dan serius seperti bekerja untuk Tuhan, tapi saya tahu, tanpa kasih karuniaNya, tidak akan ada yang dapat saya kerjakan, dan tidak akan ada pencapaian-pencapaian luar biasa yang penuh berkat. Adakah sesuatu yang bisa saya banggakan terhadap diri saya sendiri tanpa penyertaan dan campur tangan Tuhan? Tidak ada sama sekali. I'm nothing without God.

Paulus mengakui hal ini. Dalam keadaan apapun, jika kita mampu bertahan hidup, jika kita mengalami peningkatan pencapaian dalam berbagai aspek kehidupan dan pelayanan, meskipun dunia melihat kerja keras kitalah yang membuahkan hasil, namun semua itu sia-sia adanya tanpa kasih karunia Allah. "Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku." (1 Korintus 15:10). Dalam kesempatan lain Paulus berkata: "Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami." (2 Korintus 4:7). Bukankah semangat, kekuatan, kemampuan, kepintaran dan talenta-talenta lainnya juga berasal dari Tuhan? Dan, bukannya semua itu bisa mengarah pada kesia-siaan jika tidak ada kasih karunia Tuhan menyertai setiap yang kita lakukan? Saya pernah mengalami masa-masa dimana saya berada di luar Tuhan dan mengandalkan kekuatan saya sendiri dan orang lain, dan saya sudah mengalami sendiri bagaimana semuanya berakhir sia-sia. Paulus begitu tulus mengakui bahwa semua keberhasilan yang ia alami, semua pekerjaan dan pelayanannya dari kota ke kota bukanlah karena kehebatan dirinya. Bukan karena kepintaran, kekuatan dan kesanggupannya semata, namun semua itu adalah hasil karunia Allah yang menyertainya. Semua berasal dari Tuhan, maka kemuliaan adalah milik Tuhan juga.

Yesus mengingatkan demikian: "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5). Di dalam Kristus, kita akan berbuah banyak, dan hanya karena penyertaanNya lah kita mampu berbuat sesuatu dan mencapai keberhasilan dan peningkatan dalam berbagai aspek kehidupan kita. Maka ingatlah bahwa tidak ada alasan apapun bagi kita untuk memegahkan diri, merasa hebat dan menjadi sombong ketika kita mengalami keberhasilan dalam apa saja yang kita lakukan. Dalam Mazmur kita membaca hal yang sama, bahwa orang yang suka melakukan firman Tuhan dan merenungkannya siang dan malam mendapat janji Tuhan agar apapun yang diperbuatnya menjadi berhasil. "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:1-3). Jika kita mundur ke kitab Kejadian, kita pun melihat bagaimana Yusuf bisa tetap keluar dari masalah, meskipun berbagai masalah luar biasa menjerumuskan dia ke dalam penderitaan berkali-kali. Semua itu bukan karena kehebatannya, melainkan karena Tuhan menyertai dia. "..karena TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil." (Kejadian 39:23b). Roh Tuhan yang memampukan semuanya dalam kehidupan kita. Dalam Zakharia kita membaca "Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam." (Zakharia 4:6).

Ada banyak orang terjatuh ketika mereka mulai mencicipi keberhasilan. Bahkan ada banyak diantaranya anak-anak Tuhan dan para hamba Tuhan yang juga terjatuh karena menyombongkan keberhasilannya. Jangan sampai kita mencuri hak Tuhan beserta kemuliaanNya dengan menganggap bahwa semua itu adalah hasil usaha keras kita semata, dengan menjadi sombong membanggakan kehebatan, kepintaran dan kekuatan kita. Semakin tinggi kita naik, hendaklah kita semakin rendah hati. Ingatlah bahwa Roh Kudus hanya bisa bekerja dengan leluasa dalam sebentuk hati yang tetap penuh dengan kerendahan dan terus berserah sepenuhnya ke dalam tangan Tuhan. Paulus menyadari bahwa tanpa campur tangan Tuhan, ia tidak akan pernah bisa berbuat apa-apa. Mari kita teladani hal ini. Tetaplah bersyukur, lakukan yang terbaik, dan jangan pernah lupa untuk memuliakan Tuhan atas segala yang kita peroleh hari ini.

Kasih karunia Tuhan memampukan kita mencapai keberhasilan, tanpa itu kita bukanlah apa-apa

I'm Nothing Without God

Ayat bacaan: 1 Korintus 15:10
========================
"Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku."

nothing without God, semua berasal dari Tuhan, bukan kekuatan kitaUrusan melayani tidaklah gampang. Apalagi bagi orang yang bukan melayani full time seperti saya. Ada pekerjaan sehari-hari yang harus dijalankan, ada urusan-urusan rumah tangga yang perlu ditanggulangi, terkadang rasanya waktu 24 jam masih kurang untuk bisa melakukan semuanya dengan baik. Jika stamina menurun, jatuh sakit pun menjadi salah satu masalah yang harus diwaspadai. Kemarin untuk pertama kalinya saya melakukan pelayanan pelepasan, dan ternyata hal itu sungguh melelahkan. Bukan hanya yang dilepaskan yang terkulai lemah dan muntah, tapi saya yang melakukannya pun merasa letih. Saya merasa bersyukur bahwa Tuhan mau pakai saya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan demi kerajaanNya di dunia ini, disamping itu saya juga bersyukur dikaruniai istri yang mendukung segala yang saya kerjakan dan hidup berbahagia bersamanya, juga pekerjaan-pekerjaan sehari-hari yang diberkati Tuhan luar biasa. Padahal saya hanyalah tamatan SMA, yang menurut hukum alam di Indonesia tidak akan bisa mendapat porsi yang baik seperti halnya sarjana, S2, S3 dan sebagainya. Tapi lihatlah Tuhan yang bisa memakai dan memberkati siapa saja, termasuk saya yang secara logika manusia ini tidak ada apa-apanya. Semua itu patut disyukuri, dan saya sendiri tidak ada habis-habisnya mensyukuri segala yang Tuhan beri. Ketika hidup, pekerjaan, rumah tangga, termasuk pelayanan mengalami peningkatan dan mulai mencapai keberhasilan demi keberhasilan, saya menganggap sangat penting untuk tidak terlena dan menjadi lupa bahwa semua itu adalah hasil karya Tuhan, dan bukan karena kehebatan diri saya sendiri. Ya, saya bekerja dengan sungguh-sungguh dan serius seperti bekerja untuk Tuhan, tapi saya tahu, tanpa kasih karuniaNya, tidak akan ada yang dapat saya kerjakan, dan tidak akan ada pencapaian-pencapaian luar biasa yang penuh berkat. Adakah sesuatu yang bisa saya banggakan terhadap diri saya sendiri tanpa penyertaan dan campur tangan Tuhan? Tidak ada sama sekali. I'm nothing without God.

Paulus mengakui hal ini. Dalam keadaan apapun, jika kita mampu bertahan hidup, jika kita mengalami peningkatan pencapaian dalam berbagai aspek kehidupan dan pelayanan, meskipun dunia melihat kerja keras kitalah yang membuahkan hasil, namun semua itu sia-sia adanya tanpa kasih karunia Allah. "Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku." (1 Korintus 15:10). Dalam kesempatan lain Paulus berkata: "Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami." (2 Korintus 4:7). Bukankah semangat, kekuatan, kemampuan, kepintaran dan talenta-talenta lainnya juga berasal dari Tuhan? Dan, bukannya semua itu bisa mengarah pada kesia-siaan jika tidak ada kasih karunia Tuhan menyertai setiap yang kita lakukan? Saya pernah mengalami masa-masa dimana saya berada di luar Tuhan dan mengandalkan kekuatan saya sendiri dan orang lain, dan saya sudah mengalami sendiri bagaimana semuanya berakhir sia-sia. Paulus begitu tulus mengakui bahwa semua keberhasilan yang ia alami, semua pekerjaan dan pelayanannya dari kota ke kota bukanlah karena kehebatan dirinya. Bukan karena kepintaran, kekuatan dan kesanggupannya semata, namun semua itu adalah hasil karunia Allah yang menyertainya. Semua berasal dari Tuhan, maka kemuliaan adalah milik Tuhan juga.

Yesus mengingatkan demikian: "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5). Di dalam Kristus, kita akan berbuah banyak, dan hanya karena penyertaanNya lah kita mampu berbuat sesuatu dan mencapai keberhasilan dan peningkatan dalam berbagai aspek kehidupan kita. Maka ingatlah bahwa tidak ada alasan apapun bagi kita untuk memegahkan diri, merasa hebat dan menjadi sombong ketika kita mengalami keberhasilan dalam apa saja yang kita lakukan. Dalam Mazmur kita membaca hal yang sama, bahwa orang yang suka melakukan firman Tuhan dan merenungkannya siang dan malam mendapat janji Tuhan agar apapun yang diperbuatnya menjadi berhasil. "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:1-3). Jika kita mundur ke kitab Kejadian, kita pun melihat bagaimana Yusuf bisa tetap keluar dari masalah, meskipun berbagai masalah luar biasa menjerumuskan dia ke dalam penderitaan berkali-kali. Semua itu bukan karena kehebatannya, melainkan karena Tuhan menyertai dia. "..karena TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil." (Kejadian 39:23b). Roh Tuhan yang memampukan semuanya dalam kehidupan kita. Dalam Zakharia kita membaca "Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam." (Zakharia 4:6).

Ada banyak orang terjatuh ketika mereka mulai mencicipi keberhasilan. Bahkan ada banyak diantaranya anak-anak Tuhan dan para hamba Tuhan yang juga terjatuh karena menyombongkan keberhasilannya. Jangan sampai kita mencuri hak Tuhan beserta kemuliaanNya dengan menganggap bahwa semua itu adalah hasil usaha keras kita semata, dengan menjadi sombong membanggakan kehebatan, kepintaran dan kekuatan kita. Semakin tinggi kita naik, hendaklah kita semakin rendah hati. Ingatlah bahwa Roh Kudus hanya bisa bekerja dengan leluasa dalam sebentuk hati yang tetap penuh dengan kerendahan dan terus berserah sepenuhnya ke dalam tangan Tuhan. Paulus menyadari bahwa tanpa campur tangan Tuhan, ia tidak akan pernah bisa berbuat apa-apa. Mari kita teladani hal ini. Tetaplah bersyukur, lakukan yang terbaik, dan jangan pernah lupa untuk memuliakan Tuhan atas segala yang kita peroleh hari ini.

Kasih karunia Tuhan memampukan kita mencapai keberhasilan, tanpa itu kita bukanlah apa-apa

Sabtu, 30 Mei 2009

Menyikapi Kemerdekaan

Ayat bacaan: Galatia 5:13
====================
"Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih."

terlena, salah menyikapi kemerdekaanMenjelang Pemilihan Presiden yang akan datang sebentar lagi, saya teringat akan perjalanan panjang bangsa ini dalam berdemokrasi. Sudah 11 tahun kita menjalani masa reformasi. Masa-masa dimana kebebasan berpendapat dikekang oleh rezim lama sudah berlalu. Orang bebas menyampaikan unek-uneknya, keluhannya, bahkan berdemo pun sepanjang tidak mengarah pada tindak anarkis sudah menjadi hal yang biasa saat ini. Kebebasan, kemerdekaan, adalah sesuatu yang patut disyukuri. Tapi sayang, ada banyak orang yang terlena dengan kemerdekaan di era reformasi, sehingga mereka menyikapi kemerdekaan dengan salah kaprah. Mereka menganggap mereka boleh bebas berbuat apa saja tanpa batas. Memaksakan kehendak dengan kekerasan adalah salah satunya, bahkan ada kelompok-kelompok yang berani mengatasnamakan Tuhan untuk menindas saudara-saudara sebangsa dan setanah airnya sendiri. Salah seorang teman pernah berkata bahwa tampaknya negara kita belum siap untuk dihadiahi kemerdekaan dan kebebasan. "Belum saatnya kita reformasi. Jauh lebih baik keadaannya ketika kita masih dikekang. Kita ternyata masih bangsa yang harus diikat, dicambuk dan disuapi agar aman.." katanya. Terdengar agak berlebihan memang, but he got a point. Ada banyak orang yang terlena dalam sebuah kemerdekaan sehingga tidak tahu bagaimana harus menyikapi sebuah kemerdekaan itu.

Alkitab memberi peringatan mengenai bagaimana cara menyikapi kemerdekaan. Kita adalah orang-orang yang sudah dimerdekakan dari dosa dan berbagai kuk perhambaan. Kristus sendirilah yang telah memerdekakan kita. (Galatia 5:1). Demikian kata Yesus: "Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka." (Yohanes 8:36). Tuhan memberikan kebebasan untuk melakukan apa saja. Dalam hal penggunaan waktu, bergaul, berusaha/bekerja/berbisnis, dan sebagainya. Tuhan tidak memperlakukan manusia seperti robot, atau seperti kerbau dicocok hidung. Tidak, Tuhan mengasihi kita sehingga Dia memberi kehendak bebas kepada kita, termasuk di dalamnya segala konsekuensi yang menyertai apapun keputusan yang kita ambil. Kita bisa hidup sesuai firman Tuhan, tapi kita bisa pula terjerumus dalam berbagai bentuk dosa. Dan ingatlah semua itu ada konsekuensinya. Kita diberikan kemerdekaan, namun hendaklah kita mempergunakan kemerdekaan itu dengan baik dan tidak memanfaatkan itu untuk malah berbuat dosa. Demikian yang diingatkan oleh Paulus. "Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih." (Galatia 5:13). Benar bahwa Allah menyediakan pengampunan untuk dosa kita, tapi janganlah menyalahgunakan kasih Tuhan itu sebagai kesempatan untuk terus hidup dalam dosa. Bagaimanapun juga, kita tidak bisa mengelak dari konsekuensi akibat dosa-dosa yang kita lakukan. Dan pada saatnya nanti, segala perbuatan dan perkataan kita haruslah kita pertanggungjawabkan di hadapanNya.

"Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah." (1 Petrus 2:16). Itu pesan Petrus mengenai cara hidup yang baik sebagai orang merdeka. Lebih lanjut Petrus mengatakan: "Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!" (ay 17). Ini pesan penting dalam menyikapi kemerdekaan yang telah dikaruniakan Tuhan kepada kita. Jika hari ini Tuhan memberikan berkat kesehatan, keuangan, keluarga yang bahagia, pekerjaan yang baik dengan segala kebebasan yang ada di dalamnya, pergunakanlah itu semua dengan penuh tanggung jawab. Tetaplah berhati-hati dalam menyikapi kemerdekaan yang ada, dan janganlah jatuh pada godaan yang siap membuat kita ingin menyalahgunakan kemerdekaan yang telah Dia berikan.

Kebebasan diberikan Tuhan bukanlah sebagai peluang untuk berbuat dosa

Menyikapi Kemerdekaan

Ayat bacaan: Galatia 5:13
====================
"Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih."

terlena, salah menyikapi kemerdekaanMenjelang Pemilihan Presiden yang akan datang sebentar lagi, saya teringat akan perjalanan panjang bangsa ini dalam berdemokrasi. Sudah 11 tahun kita menjalani masa reformasi. Masa-masa dimana kebebasan berpendapat dikekang oleh rezim lama sudah berlalu. Orang bebas menyampaikan unek-uneknya, keluhannya, bahkan berdemo pun sepanjang tidak mengarah pada tindak anarkis sudah menjadi hal yang biasa saat ini. Kebebasan, kemerdekaan, adalah sesuatu yang patut disyukuri. Tapi sayang, ada banyak orang yang terlena dengan kemerdekaan di era reformasi, sehingga mereka menyikapi kemerdekaan dengan salah kaprah. Mereka menganggap mereka boleh bebas berbuat apa saja tanpa batas. Memaksakan kehendak dengan kekerasan adalah salah satunya, bahkan ada kelompok-kelompok yang berani mengatasnamakan Tuhan untuk menindas saudara-saudara sebangsa dan setanah airnya sendiri. Salah seorang teman pernah berkata bahwa tampaknya negara kita belum siap untuk dihadiahi kemerdekaan dan kebebasan. "Belum saatnya kita reformasi. Jauh lebih baik keadaannya ketika kita masih dikekang. Kita ternyata masih bangsa yang harus diikat, dicambuk dan disuapi agar aman.." katanya. Terdengar agak berlebihan memang, but he got a point. Ada banyak orang yang terlena dalam sebuah kemerdekaan sehingga tidak tahu bagaimana harus menyikapi sebuah kemerdekaan itu.

Alkitab memberi peringatan mengenai bagaimana cara menyikapi kemerdekaan. Kita adalah orang-orang yang sudah dimerdekakan dari dosa dan berbagai kuk perhambaan. Kristus sendirilah yang telah memerdekakan kita. (Galatia 5:1). Demikian kata Yesus: "Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka." (Yohanes 8:36). Tuhan memberikan kebebasan untuk melakukan apa saja. Dalam hal penggunaan waktu, bergaul, berusaha/bekerja/berbisnis, dan sebagainya. Tuhan tidak memperlakukan manusia seperti robot, atau seperti kerbau dicocok hidung. Tidak, Tuhan mengasihi kita sehingga Dia memberi kehendak bebas kepada kita, termasuk di dalamnya segala konsekuensi yang menyertai apapun keputusan yang kita ambil. Kita bisa hidup sesuai firman Tuhan, tapi kita bisa pula terjerumus dalam berbagai bentuk dosa. Dan ingatlah semua itu ada konsekuensinya. Kita diberikan kemerdekaan, namun hendaklah kita mempergunakan kemerdekaan itu dengan baik dan tidak memanfaatkan itu untuk malah berbuat dosa. Demikian yang diingatkan oleh Paulus. "Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih." (Galatia 5:13). Benar bahwa Allah menyediakan pengampunan untuk dosa kita, tapi janganlah menyalahgunakan kasih Tuhan itu sebagai kesempatan untuk terus hidup dalam dosa. Bagaimanapun juga, kita tidak bisa mengelak dari konsekuensi akibat dosa-dosa yang kita lakukan. Dan pada saatnya nanti, segala perbuatan dan perkataan kita haruslah kita pertanggungjawabkan di hadapanNya.

"Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah." (1 Petrus 2:16). Itu pesan Petrus mengenai cara hidup yang baik sebagai orang merdeka. Lebih lanjut Petrus mengatakan: "Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!" (ay 17). Ini pesan penting dalam menyikapi kemerdekaan yang telah dikaruniakan Tuhan kepada kita. Jika hari ini Tuhan memberikan berkat kesehatan, keuangan, keluarga yang bahagia, pekerjaan yang baik dengan segala kebebasan yang ada di dalamnya, pergunakanlah itu semua dengan penuh tanggung jawab. Tetaplah berhati-hati dalam menyikapi kemerdekaan yang ada, dan janganlah jatuh pada godaan yang siap membuat kita ingin menyalahgunakan kemerdekaan yang telah Dia berikan.

Kebebasan diberikan Tuhan bukanlah sebagai peluang untuk berbuat dosa

Trust His heart

God is too wise to be mistaken.
God is too good to be unkind.
So, when you don't understand and
when you don't see His plan and
when you can't trace His hand
......trust His heart.

God Bless Us

Mengajarkan Firman Tuhan Pada Anak

Ayat bacaan: Ulangan 6:6-7
"Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun."

Ada seorang teman online saya orang Amerika yang sudah lanjut usia. Baru-baru ini ia menggali kembali foto-foto lama keluarganya, dan mengenalkan ayahnya yang sudah lama meninggal dunia. Dia mengatakan betapa bersyukurnya dirinya memiliki sosok ayah seperti beliau, yang selalu memberi kasih sayang, perhatian dan mengajarkan budi pekerti selama ia bertumbuh. "Apa yang ia wariskan pada saya bukan uang atau harta kekayaan, namun segala bentuk perhatian dan kasih sayangnya mengasuh saya hingga dewasa,hal itu sungguh warisan yang sangat berharga. Saya tidak akan bisa seperti sekarang tanpa sosok seperti ayah." itu katanya. Apa yang kita tinggalkan bagi orang lain disebut sebagai warisan. Biasanya orang akan mengacu pada harta kekayaan, baik uang maupun benda, ada pula yang mewariskan kekuasaan, perusahaan, dan hal-hal lain yang dianggap bernilai tinggi. Sebaliknya, warisan juga bisa mengacu pada hal-hal negatif, seperti warisan hutang, reputasi/nama buruk dan sebagainya.

Warisan apa yang baik untuk kita berikan pada keturunan kita? Sudah pasti tidak akan ada yang mau meninggalkan warisan dalam bentuk hutang dan reputasi buruk. Banyak orang tua akan selalu berusaha untuk meninggalkan warisan harta sebanyak-banyaknya. Tapi Alkitab mencatat ada sebuah warisan yang jauh lebih berharga dibandingkan harta benda dan bentuk-bentuk kekayaan lainnya, yaitu warisan iman akan Kristus. Mari kita baca dalam kitab Ulangan 6. "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." (Ulangan 6:6-7). Kita diwajibkan untuk memahami firman Tuhan, mengenal pribadi Allah lewat Kristus, dan harus pula mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anak kita. Ketika kekayaan berupa harta benda dan uang pada suatu saat akan habis lenyap, tidak demikian halnya dengan iman akan Kristus. Ini adalah bekal yang sungguh bermanfaat sepanjang kehidupan di dunia, dan menjadi bekal untuk kehidupan kekal kelak.

Firman Tuhan mengajarkan bahwa kita harus mengenalkan firman Tuhan sejak dini pada anak-anak kita. Ketika kita duduk di rumah, dalam perjalanan, ketika berbaring dan ketika kita bangun. Ini menunjukkan bahwa kita haruslah mengenalkan dan mengajarkan firman Tuhan secara berulang-ulang dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Tidak cukup berhenti hanya sampai tidak menghalang-halangi seperti renungan yang kita baca kemarin, namun kita juga dituntut untuk mengajarkan secara berulang-ulang pada setiap kesempatan, pada setiap aspek kehidupan mereka, sepanjang perjalanan hidup mereka sejak awal hingga dewasa, kapan saja kita masih punya kesempatan untuk berada bersama-sama mereka. Lebih jauh lagi, kita juga harus mampu menjadi teladan bagi mereka, bagaimana kita menerapkan firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari kita, dan bagaimana aplikasinya secara nyata.

Daud menyadari hal ini. "Marilah anak-anak, dengarkanlah aku, takut akan TUHAN akan kuajarkan kepadamu!" (Mazmur 34:13). Apa yang hendak diajarkan Daud mengenai takut akan Tuhan pada mereka? Kita lihat ayat selanjutnya. "Siapakah orang yang menyukai hidup, yang mengingini umur panjang untuk menikmati yang baik? Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu; jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya! Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong; wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi. Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya." (ay 13-18). Dan seterusnya hingga perikop ini selesai.

Sudahkah anda dengan tekun mengajarkan anak-anak anda untuk mengenal Kristus, dan demikian mengenal pribadi Allah? Dan yang lebih penting lagi, sudahkah anda menjadi contoh teladan yang baik bagi mereka? Semua ini akan menjadi bekal yang sungguh berharga bagi perjalanan kehidupan mereka di masa mendatang. Firman Tuhan berkata: "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu."(Amsal 22:6). Ini investasi yang sangat penting, sekaligus akan menjadi warisan yang paling berharga bagi mereka.

Mewariskan iman tidak hanya berguna di dunia, tapi juga di Surga

MENCARI TUHAN SETIAP WAKTU

“Carilah Tuhan dan kekuatanNya, carilah wajahNya selalu!” 1 Tawarikh 16:11

Raja Daud menyadari benar betapa pentingnya memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan. Daud menyadari di sepanjang hidupnya dia mengalami teramat banyak pertolongan dan kasih Tuhan, sehingga hatinya senantiasa dipenuhi ucapan syukur dan kerinduan untuk menceritakan perbuatan Tuhan kepada orang lain. Serunya, “Bersyukurlah kepada Tuhan, panggillah namaNya, perkenalkanlah perbuatanNya di antara bangsa-bangsa! Bernyanyilah bagiNya, bermazmurlah bagiNya, percakapkanlah segala perbuatanNya yang ajaib!” (ayat 8-9). Tak lupa Daud juga membimbing anaknya (Salomo) untuk lebih mengenal Tuhan dan beribadah kepadaNya dengan tulus, dan agar Salomo terus mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh seperti Daud sendiri, pesannya, “...anakku Salomo, kenallah Allahnya ayahmu dan beribadahlah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati, sebab Tuhan menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita. Jika engkau mencari Dia, maka Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi jika engkau meninggalkan Dia maka Ia akan membuang engkau untuk selamanya.” (1 Tawarikh 28:9).

Apa yang disampaikan Daud kepada Salomo itu juga bagi segenap umat Tuhan di dunia ini. Selagi Tuhan berkenan ditemui, biarlah kita mencari Dia setiap waktu, karena apabila kita meninggalkan Tuhan, Dia akan membuang kita untuk selama-lamanya. Sungguh tidak bisa dibayangkan bagaimana keadaan kita bila Tuhan sampai membuang kita. Kita tidak dapat hidup tanpa Tuhan; setiap saat sepanjang hidup kita memerlukanNya, bukan saja ketika susah, tetapi juga saat semuanya berjalan baik, kita harus mencari dan tetap memerlukan Dia.

Inilah nafas hidup orang percaya yaitu tidak dapat terpisah dari Tuhan. Tuhan harus menjadi kebutuhan hidup kita yang utama; bukan harta, kekayaan, pangkat, atau ketenaran sandaran hidup kita. Maka kita membutuhkan persekutuan denganNya setiap waktu, jangan menjadi 'penodong' belaka yang meminta paksa kepada Tuhan ketika kita butuh pertolongan, padahal Ia bersedia ditemui setiap saat, dalam keadaan apa pun.

Tangan Tuhan melindungi orang yang mencari Dia, tapi murkanya menimpa orang yang meninggalkanNya (baca Ezra 8:22b).

Jumat, 29 Mei 2009

Say No to Batu Sandungan!

Ayat bacaan: 2 Korintus 6:3
======================
"Dalam hal apapun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela."

batu sandunganHidup bermasyarakat dalam kemajemukan tidaklah mudah. Apalagi ketika kita menjadi kaum minoritas. Apa yang kita lakukan, bagaimana kita bertingkah laku, semua akan menjadi bahan pengamatan banyak orang. Karena itulah saya selalu berusaha, terutama selama setahun terakhir ini, untuk menjaga diri dari berbagai kelakuan yang buruk. Berhasil atau gagal? Saya tahu masih banyak yang harus dibenahi, karena sebagai manusia saya tidak akan bisa 100% sempurna. Namun setidaknya saya terus berusaha untuk terus menjadi lebih baik lagi. Itu tekad saya, may God keeps on helping me on that. Adalah sangat penting bagi saya untuk terus berproses lebih baik, menjaga setiap langkah saya, agar saya tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain.

Sebuah cerita hari ini saya peroleh dari adik saya yang sedang kuliah di sebuah institut swasta IT di Jawa Barat. Rektor dari universitas itu adalah seorang bergelar pendeta yang artinya juga melakukan pelayanan. Namun alangkah ironisnya ketika kata-kata yang ia keluarkan dan sikapnya di kampus tidak mencerminkan pribadi yang membawa terang dan garam. Demikian katanya dalam sebuah pertemuan di hadapan seluruh mahasiswa/i nya. "Seandainya kampus ini tutup, seandainya kalian semua keluar, saya tidak rugi apa-apa. Saya tetap ditawari banyak peluang yang lebih baik bisa menjadi pilihan saya. Saya tetap hidup melimpah ada atau tidak ada kalian disini." Wah, wah, wah... bukankah ini sebuah bentuk kesombongan? Tidakkah ia sadar bahwa semua berkat itu berasal dari Tuhan, dan karenanya tidak ada kekayaan atau kelimpahan yang perlu disombongkan?  Belum lagi dalam beberapa kesempatan sikapnya yang merendahkan orang lain, atau melakukan diskriminasi suku dan agama berlangsung di depan banyak orang. Perlu dicatat, bahwa di kampus itu terdapat beragam agama dan suku, baik mahasiswa maupun dosennya. Betapa mengerikannya kekristenan di mata mereka. Bukannya menjadi berkat, saya khawatir kelakuannya sebagai orang teratas di institut itu malah menjadi bahan tertawaan, bahan cercaan, dan  batu sandungan bagi banyak orang.

Kita harus ingat bahwa kedatangan Yesus ke dunia ini pun bertujuan untuk menggenapi kehendak Bapa, dan untuk melayani, bukan untuk dilayani. Tidak ada kamus kesombongan dalam pelayanan Yesus. Dia tidak pernah minta dilayani laksana raja, disediakan karpet merah, hotel mewah, fasilitas-fasilitas lengkap, walaupun Dia sebenarnya jauh lebih dari layak untuk itu. Tapi bukan itu yang menjadi tujuanNya ke dunia. Keselamatan kita, pemulihan hubungan dengan Bapa, itu menjadi prioritasNya. Dan dengan keteladanan luar biasa, Yesus sendiri menunjukkan seperti apa seharusnya anak-anak Tuhan bersikap dan melayani, menjadi hamba Tuhan yang bisa membawa terang dan garam di dunia. Bercermin dari sikap Yesus itu, para pelayanNya seperti Paulus misalnya, menganggap bahwa adalah sangat penting untuk menjaga diri dalam melakukan pelayanan, supaya segala kasih karunia Allah yang telah diterima, segala berkat-berkat yang telah Dia curahkan janganlah sampai menjadi sia-sia. "Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima......Dalam hal apapun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela." (2 Korintus 6:1,3). Sungguh disayangkan jika lewat diri kita orang bukannya mengenal Kristus Sang Juru Selamat, tapi malah menjadi takut, antipati atau alergi. Sikap ekslusif, sikap merasa paling benar, kesombongan dan sebagainya, over acting, memamerkan kekayaan, semua itu bukanlah sikap yang baik yang dikehendaki Tuhan untuk kita lakukan.

Agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain, saya percaya terlebih dahulu kita perlu membuang batu-batu sandungan yang ada di dalam diri dan hidup kita. Adalah sangat perlu untuk terus menjaga hati kita, karena seperti apa hati kita, seperti itu pula terpancar kehidupan kita. (Amsal 4:23). Demikian pula Yesus berkata: "sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." (Markus 7:21-23). Inilah batu-batu sandungan dalam diri kita yang terlebih dahulu harus kita singkirkan jika kita mau berusaha untuk tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain, hingga bisa menjadi berkat bagi siapapun orang yang kita temui, tanpa memandang siapa mereka, dari mana dan apa latar belakangnya.

"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16). Inilah yang diinginkan Kristus bagi kita. Terang atau tidak akan terlihat dari bagaimana kita hidup. Sudahkah kita hidup sesuai firmanNya dalam kasih, atau malah menjadi batu sandungan bagi banyak orang? Tidak ada gunanya kita rajin berdoa, rajin melayani, rajin membaca Alkitab, rajin meneriakkan nama Tuhan jika tidak didukung perbuatan nyata dalam kehidupan kita. Setiap detik dari hidup kita bisa menjadi kesaksian yang manis, sebaliknya bisa pula menjadi batu sandungan bagi orang lain. Orang bisa mengenal Kristus atau malah membenci Kristus beserta pengikutNya lewat sikap, tingkah laku dan perbuatan kita. Maka adalah penting bagi kita untuk menjaga sikap, tingkah laku dan perbuatan kita dalam hidup bermasyarakat. Say no to batu sandungan!

Hiduplah dengan rendah hati dan penuh cinta kasih, seperti yang Yesus ajarkan

Say No to Batu Sandungan!

Ayat bacaan: 2 Korintus 6:3
======================
"Dalam hal apapun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela."

batu sandunganHidup bermasyarakat dalam kemajemukan tidaklah mudah. Apalagi ketika kita menjadi kaum minoritas. Apa yang kita lakukan, bagaimana kita bertingkah laku, semua akan menjadi bahan pengamatan banyak orang. Karena itulah saya selalu berusaha, terutama selama setahun terakhir ini, untuk menjaga diri dari berbagai kelakuan yang buruk. Berhasil atau gagal? Saya tahu masih banyak yang harus dibenahi, karena sebagai manusia saya tidak akan bisa 100% sempurna. Namun setidaknya saya terus berusaha untuk terus menjadi lebih baik lagi. Itu tekad saya, may God keeps on helping me on that. Adalah sangat penting bagi saya untuk terus berproses lebih baik, menjaga setiap langkah saya, agar saya tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain.

Sebuah cerita hari ini saya peroleh dari adik saya yang sedang kuliah di sebuah institut swasta IT di Jawa Barat. Rektor dari universitas itu adalah seorang bergelar pendeta yang artinya juga melakukan pelayanan. Namun alangkah ironisnya ketika kata-kata yang ia keluarkan dan sikapnya di kampus tidak mencerminkan pribadi yang membawa terang dan garam. Demikian katanya dalam sebuah pertemuan di hadapan seluruh mahasiswa/i nya. "Seandainya kampus ini tutup, seandainya kalian semua keluar, saya tidak rugi apa-apa. Saya tetap ditawari banyak peluang yang lebih baik bisa menjadi pilihan saya. Saya tetap hidup melimpah ada atau tidak ada kalian disini." Wah, wah, wah... bukankah ini sebuah bentuk kesombongan? Tidakkah ia sadar bahwa semua berkat itu berasal dari Tuhan, dan karenanya tidak ada kekayaan atau kelimpahan yang perlu disombongkan?  Belum lagi dalam beberapa kesempatan sikapnya yang merendahkan orang lain, atau melakukan diskriminasi suku dan agama berlangsung di depan banyak orang. Perlu dicatat, bahwa di kampus itu terdapat beragam agama dan suku, baik mahasiswa maupun dosennya. Betapa mengerikannya kekristenan di mata mereka. Bukannya menjadi berkat, saya khawatir kelakuannya sebagai orang teratas di institut itu malah menjadi bahan tertawaan, bahan cercaan, dan  batu sandungan bagi banyak orang.

Kita harus ingat bahwa kedatangan Yesus ke dunia ini pun bertujuan untuk menggenapi kehendak Bapa, dan untuk melayani, bukan untuk dilayani. Tidak ada kamus kesombongan dalam pelayanan Yesus. Dia tidak pernah minta dilayani laksana raja, disediakan karpet merah, hotel mewah, fasilitas-fasilitas lengkap, walaupun Dia sebenarnya jauh lebih dari layak untuk itu. Tapi bukan itu yang menjadi tujuanNya ke dunia. Keselamatan kita, pemulihan hubungan dengan Bapa, itu menjadi prioritasNya. Dan dengan keteladanan luar biasa, Yesus sendiri menunjukkan seperti apa seharusnya anak-anak Tuhan bersikap dan melayani, menjadi hamba Tuhan yang bisa membawa terang dan garam di dunia. Bercermin dari sikap Yesus itu, para pelayanNya seperti Paulus misalnya, menganggap bahwa adalah sangat penting untuk menjaga diri dalam melakukan pelayanan, supaya segala kasih karunia Allah yang telah diterima, segala berkat-berkat yang telah Dia curahkan janganlah sampai menjadi sia-sia. "Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima......Dalam hal apapun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela." (2 Korintus 6:1,3). Sungguh disayangkan jika lewat diri kita orang bukannya mengenal Kristus Sang Juru Selamat, tapi malah menjadi takut, antipati atau alergi. Sikap ekslusif, sikap merasa paling benar, kesombongan dan sebagainya, over acting, memamerkan kekayaan, semua itu bukanlah sikap yang baik yang dikehendaki Tuhan untuk kita lakukan.

Agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain, saya percaya terlebih dahulu kita perlu membuang batu-batu sandungan yang ada di dalam diri dan hidup kita. Adalah sangat perlu untuk terus menjaga hati kita, karena seperti apa hati kita, seperti itu pula terpancar kehidupan kita. (Amsal 4:23). Demikian pula Yesus berkata: "sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." (Markus 7:21-23). Inilah batu-batu sandungan dalam diri kita yang terlebih dahulu harus kita singkirkan jika kita mau berusaha untuk tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain, hingga bisa menjadi berkat bagi siapapun orang yang kita temui, tanpa memandang siapa mereka, dari mana dan apa latar belakangnya.

"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16). Inilah yang diinginkan Kristus bagi kita. Terang atau tidak akan terlihat dari bagaimana kita hidup. Sudahkah kita hidup sesuai firmanNya dalam kasih, atau malah menjadi batu sandungan bagi banyak orang? Tidak ada gunanya kita rajin berdoa, rajin melayani, rajin membaca Alkitab, rajin meneriakkan nama Tuhan jika tidak didukung perbuatan nyata dalam kehidupan kita. Setiap detik dari hidup kita bisa menjadi kesaksian yang manis, sebaliknya bisa pula menjadi batu sandungan bagi orang lain. Orang bisa mengenal Kristus atau malah membenci Kristus beserta pengikutNya lewat sikap, tingkah laku dan perbuatan kita. Maka adalah penting bagi kita untuk menjaga sikap, tingkah laku dan perbuatan kita dalam hidup bermasyarakat. Say no to batu sandungan!

Hiduplah dengan rendah hati dan penuh cinta kasih, seperti yang Yesus ajarkan

Kamis, 28 Mei 2009

Tuhan Menguatkan

Ayat bacaan: 1 Yohanes 5:10a
=======================
"Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya"


Tuhan menguatkanMalam ini hp saya tiba-tiba berdering. Ternyata saya mendapatkan telepon dari seorang penyanyi legendaris jazz Indonesia yang usianya sudah lebih setengah abad. Beliau ini memang luar biasa. Di usianya yang sudah tidak lagi muda itu, bukannya melemah, malah vokalnya semakin luar biasa. Dia masih sanggup mengisi panggung selama berjam-jam. Ketika banyak artis yang hanya separuh dari usianya sudah mulai merasakan menurunnya kemampuan mereka, ketika ada banyak penyanyi yang kualitas vokalnya semakin menurun seiring perjalanan waktu, beliau justru mengalami peningkatan. Jika saya bandingkan kemampuan olah suara beliau saat ini dengan saat ia baru memulai karirnya lebih dari 30 tahun yang lalu, maka jelaslah bahwa kualitasnya jauh lebih baik saat ini dibanding dulu. Beliau sempat mengalami musibah patah kaki akibat terjatuh, tapi sekarang hal tersebut seolah-olah tidak membekas sama sekali. Beliau justru semakin lincah. Setelah berbincang-bincang, dia bercerita tentang sebuah wawancara yang dilakukannya beberapa waktu lalu. Si wartawan bertanya, apa rahasia beliau untuk bisa menjaga kualitas vokal dan kondisi tubuh tetap prima? Apa yang ia makan? Jenis vitamin apa yang ia konsumsi? Jawaban dari sang legenda adalah, "kuncinya cuma satu, yaitu Yesus. Tuhan Yesus lah yang memberi kekuatan, sehingga saya masih bisa seperti saat ini." Ini sebuah kesaksian yang luar biasa, yang beliau ucapkan dengan berani di depan orang yang mungkin belum mengenal Kristus. Beliau kemudian melanjutkan, "saya percaya pada Yesus, saya alami begitu banyak mukjizat, Dia tidak pernah berhenti memberi saya kekuatan. Dan itulah yang saya sampaikan kepada mereka dengan jujur." Saya pun kemudian teringat akan ayat bacaan hari ini.

Yohanes menuliskan demikian: "Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya" (1 Yohanes 5:10). Ketika kita percaya dengan iman yang teguh pada Kristus, maka sudah pada tempatnya kita memiliki segudang kesaksian yang bisa kita bagikan kepada orang lain untuk memberkati mereka. Dengan iman kita bukan saja mengenal Tuhan, tapi terlebih kita mengalami Tuhan. Mengalami Tuhan dalam berbagai pengalaman dan kisah hidup kita, bagaimana nyata kuasaNya yang ajaib, sehingga semua itu bisa kita pakai sebagai kesaksian yang memberkati banyak orang. Sebagai manusia, segala kemampuan dan kuasa kita terbatas sifatnya. Tapi kemampuan Tuhan tidaklah pernah terbatas. "Bagi Allah tidak ada yang mustahil!" (Lukas 1:37). Maka alangkah ironisnya jika kita masih terus mengandalkan orang lain dan kekuatan sendiri, dan melupakan Tuhan yang justru memiliki kuasa yang tidak terbatas. Satu persatu mukjizat atau keajaiban akan terjadi dalam hidup anak-anak Tuhan yang secara penuh menyerahkan hidupnya ke dalam tangan Tuhan, dan adalah sangat indah apabila semua itu dikumpulkan menjadi rangkaian kesaksian kita mengenai Kristus. Lihatlah Daud, dalam kesesakan sekalipun ia tahu bahwa ia selalu bisa mengandalkan Tuhan, sumber kekuatan dan perisainya. Dan demikian kata Daud: "TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya.TUHAN adalah kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya!" (Mazmur 28:7-8).

Apakah kita merasa lelah hari-hari ini akibat terus ditimbun pekerjaan yang tidak kunjung usai? Apakah anda saat ini merasa letih dan merasa performa anda memburuk? Berdoalah, datanglah pada Tuhan. Dia akan memberikan kekuatan dan semangat baru. Mari kita lihat apa yang tertulis dalam kitab Yesaya. "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40:29-31). Ya, Tuhan sanggup memberi kekuatan. Bahkan ketika orang yang lebih muda bisa menjadi lelah, tersandung dan terjatuh, kita akan terus kuat dan bersemangat. Bukan karena kehebatan kita, bukan karena kemampuan kita, tapi Tuhanlah yang memampukan! Dan lihatlah apa yang dikatakan Yesus. "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Bukan saja diberi kekuatan dan semangat, tapi juga diberikan kelegaan, dimana kita tetap bisa bersukacita dalam pekerjaan-pekerjaan berat kita sehari-hari. Usia boleh bertambah, namun bukan berarti semangat dan kekuatan kita harus menurun. Tuhan sanggup memberi kekuatan dan semangat, serta memberkati kita dengan sukacita berlimpah. Alami kekuatan yang berasal dari Tuhan, dan jadikanlah sebagai kesaksian kita akan Kristus untuk memberkati sesama.

Percaya pada Kristus akan membawa kita mengalami banyak hal yang selalu bisa dijadikan kesaksian

Tuhan Menguatkan

Ayat bacaan: 1 Yohanes 5:10a
=======================
"Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya"


Tuhan menguatkanMalam ini hp saya tiba-tiba berdering. Ternyata saya mendapatkan telepon dari seorang penyanyi legendaris jazz Indonesia yang usianya sudah lebih setengah abad. Beliau ini memang luar biasa. Di usianya yang sudah tidak lagi muda itu, bukannya melemah, malah vokalnya semakin luar biasa. Dia masih sanggup mengisi panggung selama berjam-jam. Ketika banyak artis yang hanya separuh dari usianya sudah mulai merasakan menurunnya kemampuan mereka, ketika ada banyak penyanyi yang kualitas vokalnya semakin menurun seiring perjalanan waktu, beliau justru mengalami peningkatan. Jika saya bandingkan kemampuan olah suara beliau saat ini dengan saat ia baru memulai karirnya lebih dari 30 tahun yang lalu, maka jelaslah bahwa kualitasnya jauh lebih baik saat ini dibanding dulu. Beliau sempat mengalami musibah patah kaki akibat terjatuh, tapi sekarang hal tersebut seolah-olah tidak membekas sama sekali. Beliau justru semakin lincah. Setelah berbincang-bincang, dia bercerita tentang sebuah wawancara yang dilakukannya beberapa waktu lalu. Si wartawan bertanya, apa rahasia beliau untuk bisa menjaga kualitas vokal dan kondisi tubuh tetap prima? Apa yang ia makan? Jenis vitamin apa yang ia konsumsi? Jawaban dari sang legenda adalah, "kuncinya cuma satu, yaitu Yesus. Tuhan Yesus lah yang memberi kekuatan, sehingga saya masih bisa seperti saat ini." Ini sebuah kesaksian yang luar biasa, yang beliau ucapkan dengan berani di depan orang yang mungkin belum mengenal Kristus. Beliau kemudian melanjutkan, "saya percaya pada Yesus, saya alami begitu banyak mukjizat, Dia tidak pernah berhenti memberi saya kekuatan. Dan itulah yang saya sampaikan kepada mereka dengan jujur." Saya pun kemudian teringat akan ayat bacaan hari ini.

Yohanes menuliskan demikian: "Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya" (1 Yohanes 5:10). Ketika kita percaya dengan iman yang teguh pada Kristus, maka sudah pada tempatnya kita memiliki segudang kesaksian yang bisa kita bagikan kepada orang lain untuk memberkati mereka. Dengan iman kita bukan saja mengenal Tuhan, tapi terlebih kita mengalami Tuhan. Mengalami Tuhan dalam berbagai pengalaman dan kisah hidup kita, bagaimana nyata kuasaNya yang ajaib, sehingga semua itu bisa kita pakai sebagai kesaksian yang memberkati banyak orang. Sebagai manusia, segala kemampuan dan kuasa kita terbatas sifatnya. Tapi kemampuan Tuhan tidaklah pernah terbatas. "Bagi Allah tidak ada yang mustahil!" (Lukas 1:37). Maka alangkah ironisnya jika kita masih terus mengandalkan orang lain dan kekuatan sendiri, dan melupakan Tuhan yang justru memiliki kuasa yang tidak terbatas. Satu persatu mukjizat atau keajaiban akan terjadi dalam hidup anak-anak Tuhan yang secara penuh menyerahkan hidupnya ke dalam tangan Tuhan, dan adalah sangat indah apabila semua itu dikumpulkan menjadi rangkaian kesaksian kita mengenai Kristus. Lihatlah Daud, dalam kesesakan sekalipun ia tahu bahwa ia selalu bisa mengandalkan Tuhan, sumber kekuatan dan perisainya. Dan demikian kata Daud: "TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya.TUHAN adalah kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya!" (Mazmur 28:7-8).

Apakah kita merasa lelah hari-hari ini akibat terus ditimbun pekerjaan yang tidak kunjung usai? Apakah anda saat ini merasa letih dan merasa performa anda memburuk? Berdoalah, datanglah pada Tuhan. Dia akan memberikan kekuatan dan semangat baru. Mari kita lihat apa yang tertulis dalam kitab Yesaya. "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40:29-31). Ya, Tuhan sanggup memberi kekuatan. Bahkan ketika orang yang lebih muda bisa menjadi lelah, tersandung dan terjatuh, kita akan terus kuat dan bersemangat. Bukan karena kehebatan kita, bukan karena kemampuan kita, tapi Tuhanlah yang memampukan! Dan lihatlah apa yang dikatakan Yesus. "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Bukan saja diberi kekuatan dan semangat, tapi juga diberikan kelegaan, dimana kita tetap bisa bersukacita dalam pekerjaan-pekerjaan berat kita sehari-hari. Usia boleh bertambah, namun bukan berarti semangat dan kekuatan kita harus menurun. Tuhan sanggup memberi kekuatan dan semangat, serta memberkati kita dengan sukacita berlimpah. Alami kekuatan yang berasal dari Tuhan, dan jadikanlah sebagai kesaksian kita akan Kristus untuk memberkati sesama.

Percaya pada Kristus akan membawa kita mengalami banyak hal yang selalu bisa dijadikan kesaksian

Rabu, 27 Mei 2009

Fungsi Ayah Dalam Keluarga

Ayat bacaan: Keluaran 12:42
=======================
"Malam itulah malam berjaga-jaga bagi TUHAN, untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Dan itulah juga malam berjaga-jaga bagi semua orang Israel, turun-temurun, untuk kemuliaan TUHAN."

fungsi ayah, peran ayahAda banyak kehancuran keluarga diawali dari hilangnya fungsi ayah di dalamnya. Ketika seorang ayah tidak lagi berfungsi sebagai kepala keluarga, tidak lagi mempedulikan istri dan anak-anaknya, ketika seorang ayah terlalu disibukkan dengan pekerjaan dan karirnya, atau malah terjerumus dalam dosa, maka tiang penyangga keluarga pun goyah. Kondisi broken home akan memicu anak-anak untuk mengalami kehancuran masa depan mereka. Banyak dari korban obat-obat terlarang ternyata berasal dari keluarga yang hancur. Anak perempuan remaja banyak yang jatuh ke tangan pria hidung belang karena mereka rindu belaian kasih, pujian dan perhatian yang seharusnya mereka dapatkan dari ayah mereka. Tidak mudah memang peran seorang ayah. Disamping tanggung jawab untuk menafkahi keluarga, mereka juga diserahi tanggung jawab untuk menjaga keutuhan rumah tangganya, menjadi tulang punggung dan tiang yang menentukan kokoh tidaknya sebuah keluarga berdiri di atasnya.

Sebuah ayat luar biasa dicatat dalam Alkitab. Setelah menetap di Mesir sebagai budak selama 430 tahun, akhirnya tibalah masa bagi mereka untuk keluar dari Mesir dan menuju tanah terjanji. Perjalanan mereka langsung dipimpin oleh Tuhan. Dan ayat hari ini berbicara jelas mengenai bagaimana hebatnya penyertaan Tuhan atas umatNya. Tuhan berjaga-jaga atas mereka! "Malam itulah malam berjaga-jaga bagi TUHAN, untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Dan itulah juga malam berjaga-jaga bagi semua orang Israel, turun-temurun, untuk kemuliaan TUHAN." (Keluaran 12:42). Ini sebuah gambaran bagaimana fungsi bapa/ayah. Seperti halnya Bapa kita di Surga yang menjalankan fungsiNya sebagai Bapa dari umatNya, seperti itu pula seharusnya kita, para pria, suami dari istri dan ayah dari anak-anak kita untuk menjalankan peran dengan baik.

Sebuah peringkat yang menggambarkan posisi seorang ayah/suami digambarkan dalam surat Paulus kepada jemaat Korintus. "Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah." (1 Korintus 11:3). Tuhan adalah kepala atas umatNya, dan pria adalah kepala atas keluarganya. Para pria, perhatikanlah bahwa kata "berjaga-jaga" berbicara mengenai keharusan kita untuk mengawasi dan melindungi keluarga kita dari apapun yang dapat menimbulkan potensi untuk menghancurkan hidup istri dan anak-anak kita. Kita harus tetap waspada, karena iblis tidak akan pernah berhenti mencari mangsa. Iblis akan selalu siap menelan siapapun yang dapat ditelannya. Oleh karena itu para ayah haruslah selalu sadar dan berjaga-jaga, melindungi keluarganya agar tidak rapuh dan berpotensi untuk disesatkan. "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Tuhan telah menempatkan kita para pria sebagai kepala atas keluarga kita. Dia telah menitipkan seorang istri dan anak-anak ke dalam tangan pria lewat ikatan pernikahan yang langsung Dia materaikan sendiri. Karena itu para suami/ayah haruslah menjaga apa yang telah dititipkan Tuhan kepada mereka. Berjaga-jagalah atas istri dan anak-anak kita. Berperanlah sebagai kepala keluarga yang bijaksana dan mengasihi keluarga, memberi waktu yang cukup bagi mereka, senantiasa berdoa dan menjadi imam bagi mereka, selalu memperlengkapi mereka semua dengan senjata rohani, dan mengawasi keadaan kerohanian mereka dari waktu ke waktu. Bukan hanya secara teoritis, tapi terutama dengan menjadi teladan bagi mereka lewat sikap, tingkah laku dan perbuatan kita. Jangan beri peluang kepada iblis, walau sekecil apapun. Jangan tunda lagi. Segeralah berjaga-jaga atas istri dan anak-anak kita, perkokohlah keluarga sebelum iblis menyentuh mereka atau malah anda terlebih dahulu.

Berjaga-jagalah setiap waktu agar keluarga anda tetap terlindungi dan bahagia

Fungsi Ayah Dalam Keluarga

Ayat bacaan: Keluaran 12:42
=======================
"Malam itulah malam berjaga-jaga bagi TUHAN, untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Dan itulah juga malam berjaga-jaga bagi semua orang Israel, turun-temurun, untuk kemuliaan TUHAN."

fungsi ayah, peran ayahAda banyak kehancuran keluarga diawali dari hilangnya fungsi ayah di dalamnya. Ketika seorang ayah tidak lagi berfungsi sebagai kepala keluarga, tidak lagi mempedulikan istri dan anak-anaknya, ketika seorang ayah terlalu disibukkan dengan pekerjaan dan karirnya, atau malah terjerumus dalam dosa, maka tiang penyangga keluarga pun goyah. Kondisi broken home akan memicu anak-anak untuk mengalami kehancuran masa depan mereka. Banyak dari korban obat-obat terlarang ternyata berasal dari keluarga yang hancur. Anak perempuan remaja banyak yang jatuh ke tangan pria hidung belang karena mereka rindu belaian kasih, pujian dan perhatian yang seharusnya mereka dapatkan dari ayah mereka. Tidak mudah memang peran seorang ayah. Disamping tanggung jawab untuk menafkahi keluarga, mereka juga diserahi tanggung jawab untuk menjaga keutuhan rumah tangganya, menjadi tulang punggung dan tiang yang menentukan kokoh tidaknya sebuah keluarga berdiri di atasnya.

Sebuah ayat luar biasa dicatat dalam Alkitab. Setelah menetap di Mesir sebagai budak selama 430 tahun, akhirnya tibalah masa bagi mereka untuk keluar dari Mesir dan menuju tanah terjanji. Perjalanan mereka langsung dipimpin oleh Tuhan. Dan ayat hari ini berbicara jelas mengenai bagaimana hebatnya penyertaan Tuhan atas umatNya. Tuhan berjaga-jaga atas mereka! "Malam itulah malam berjaga-jaga bagi TUHAN, untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Dan itulah juga malam berjaga-jaga bagi semua orang Israel, turun-temurun, untuk kemuliaan TUHAN." (Keluaran 12:42). Ini sebuah gambaran bagaimana fungsi bapa/ayah. Seperti halnya Bapa kita di Surga yang menjalankan fungsiNya sebagai Bapa dari umatNya, seperti itu pula seharusnya kita, para pria, suami dari istri dan ayah dari anak-anak kita untuk menjalankan peran dengan baik.

Sebuah peringkat yang menggambarkan posisi seorang ayah/suami digambarkan dalam surat Paulus kepada jemaat Korintus. "Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah." (1 Korintus 11:3). Tuhan adalah kepala atas umatNya, dan pria adalah kepala atas keluarganya. Para pria, perhatikanlah bahwa kata "berjaga-jaga" berbicara mengenai keharusan kita untuk mengawasi dan melindungi keluarga kita dari apapun yang dapat menimbulkan potensi untuk menghancurkan hidup istri dan anak-anak kita. Kita harus tetap waspada, karena iblis tidak akan pernah berhenti mencari mangsa. Iblis akan selalu siap menelan siapapun yang dapat ditelannya. Oleh karena itu para ayah haruslah selalu sadar dan berjaga-jaga, melindungi keluarganya agar tidak rapuh dan berpotensi untuk disesatkan. "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Tuhan telah menempatkan kita para pria sebagai kepala atas keluarga kita. Dia telah menitipkan seorang istri dan anak-anak ke dalam tangan pria lewat ikatan pernikahan yang langsung Dia materaikan sendiri. Karena itu para suami/ayah haruslah menjaga apa yang telah dititipkan Tuhan kepada mereka. Berjaga-jagalah atas istri dan anak-anak kita. Berperanlah sebagai kepala keluarga yang bijaksana dan mengasihi keluarga, memberi waktu yang cukup bagi mereka, senantiasa berdoa dan menjadi imam bagi mereka, selalu memperlengkapi mereka semua dengan senjata rohani, dan mengawasi keadaan kerohanian mereka dari waktu ke waktu. Bukan hanya secara teoritis, tapi terutama dengan menjadi teladan bagi mereka lewat sikap, tingkah laku dan perbuatan kita. Jangan beri peluang kepada iblis, walau sekecil apapun. Jangan tunda lagi. Segeralah berjaga-jaga atas istri dan anak-anak kita, perkokohlah keluarga sebelum iblis menyentuh mereka atau malah anda terlebih dahulu.

Berjaga-jagalah setiap waktu agar keluarga anda tetap terlindungi dan bahagia

Selasa, 26 Mei 2009

Kreatiflah

Ayat bacaan: Kejadian 2:19
======================
"Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu."

kreativitas, kreatifNada cuma ada 7, tapi lagu tidak pernah mati. Dalam menekuni dunia jurnalisme di bidang musik selama beberapa waktu, saya selalu melihat kenyataan ini sebagai sesuatu yang luar biasa. Bayangkan cuma 7 nada, tapi ada berapa trilyun atau jutaan trilyun jumlah lagu yang pernah ada hingga kini? Ada begitu banyak corak dan ragam dari ratusan genre yang berbeda dari masa ke masa. Ketika kita mendengarkan karya musik klasik Johann Sebastian Bach, rock and roll ala Elvis Presley, lagu-lagu The Beatles yang merubah corak musik dunia modern, hingga saat ini ketika anda mendengarkan lagu Michael Buble misalnya, semua itu dibentuk dari tatanan komposisi yang terdiri dari 7 not. Tapi dengarlah hasil yang begitu jauh berbeda dari nama-nama yang saya sebutkan di atas. Dalam dunia musik dituntut adanya sebuah kreativitas dalam menciptakan sebuah lagu, atau lama-lama band yang tidak kreatif akan tersingkir di tengah persaingan ketat sesama musisi. Ini baru bicara soal lagu. Sebenarnya di semua lini kehidupan kita tetap dituntut untuk bisa berpikir kreatif, baik dalam menciptakan sesuatu yang baru, yang innovatif, ataupun dalam menyelesaikan persoalan-persoalan. Allah adalah sosok yang sangat kreatif, dan manusia diciptakan menurut gambar dan rupaNya. Maka kreatifitas sejatinya merupakan bagian dari manusia.

Allah adalah sosok yang maha kreatif. Dari proses penciptaan alam semesta beserta isinya kita bisa melihat buktinya. Jutaan jenis binatang dari berbagai spesies, jenis-jenis tanaman yang berbeda-beda di berbagai belahan bumi, atau lihatlah manusia yang mukanya tidak pernah sama persis. Komponen pengisi muka boleh sama, namun tidak akan ada yang pernah sama persis hasilnya. Lalu lihatlah bagaimana kreatifnya Tuhan memberikan jawaban bagi berbagai permasalahan hidup manusia. Sebagai contoh, kita bisa melihat kreativitas Tuhan dalam membantu umat Israel dari Mesir menuju tanah terjanji, Kanaan. Tiang awan, tiang api, manna, daging dari burung puyuh, membelah Laut Teberau dan seterusnya memperlihatkan kreativitas tinggi Tuhan. Yesus dalam pelayananNya di dunia pun banyak menggunakan metode kreatif. Menggunakan perumpamaan, berdiskusi, tanya jawab, menyembuhkan bahkan membangkitkan, memberi contoh keteladanan, dan seterusnya. Yesus tidak pernah monoton dalam pelayananNya. Sehubungan dengan diciptakannya manusia sebagai sosok yang istimewa, yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah sendiri, sudah selayaknya kita pun mewarisi kreativitas ini. Alangkah ironisnya jika kita terlalu malas untuk mempergunakan sisi-sisi kreativitas yang telah Dia sediakan bagi kita.

Sebelum proses pembentukan Hawa, Tuhan terlebih dahulu membentuk segala binatang hutan dan burung-burung. Dan semua ini dibawa kepada Adam untuk ia beri nama. "Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu." (Kejadian 2:19). Tuhan ingin melihat bagaimana kreativitas manusia untuk menamainya. Jika kita mundur beberapa ayat sebelumnya, Tuhan juga menempatkan Adam di taman Eden bukan untuk berleha-leha dan bersantai, tapi untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. "TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu." (ay 15). Perhatikan kata mengusahakan dan memelihara. Manusia bukan saja ditugaskan untuk memelihara kelestarian lingkungan, tapi juga mengembangkan apa yang sudah ada untuk menjadi lebih baik lagi. Ini membutuhkan proses kreatif. Memaksimalkan, mengembangkan dan menciptakan inovasi atau kreasi baru menuju suatu kehidupan yang lebih baik melalui segala sesuatu yang telah disediakan Tuhan. Itu yang harus dilakukan manusia, bukan sebaliknya merusak alam dengan segala isinya.

Kreativitas ada di dalam diri setiap orang. Tapi tidak semua orang mau mempergunakannya. Sebagian orang terlalu malas untuk mengolah kreativitas yang ada di dalam mereka. Kemalasan tidak akan pernah bisa membawa orang mengalami peningkatan dalam hidupnya. Yang ada malah keruntuhan, seperti apa yang dikatakan Pengkotbah. "Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah." (Pengkotbah 10:18). Semua yang disediakan Tuhan di dunia ini bagi kita hendaklah dikelola dengan baik, dipelihara, dijaga dan dikembangkan untuk kebaikan kita semua. Agar kita tetap bisa bertumbuh dan mengalami peningkatan, tetaplah rajin bekerja, dan kreatiflah dalam setiap yang anda usahakan. Tuhan akan selalu melihat bagaimana usaha kita, apakah kita selalu berusaha melakukan yang terbaik atau tidak, sebelum Tuhan mempercayakan perkara-perkara yang lebih besar lagi. Kreatiflah. Tuhan memberkati.

Tuhan mengharapkan manusia agar selalu berpikir kreatif dalam bekerja

Kreatiflah

Ayat bacaan: Kejadian 2:19
======================
"Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu."

kreativitas, kreatifNada cuma ada 7, tapi lagu tidak pernah mati. Dalam menekuni dunia jurnalisme di bidang musik selama beberapa waktu, saya selalu melihat kenyataan ini sebagai sesuatu yang luar biasa. Bayangkan cuma 7 nada, tapi ada berapa trilyun atau jutaan trilyun jumlah lagu yang pernah ada hingga kini? Ada begitu banyak corak dan ragam dari ratusan genre yang berbeda dari masa ke masa. Ketika kita mendengarkan karya musik klasik Johann Sebastian Bach, rock and roll ala Elvis Presley, lagu-lagu The Beatles yang merubah corak musik dunia modern, hingga saat ini ketika anda mendengarkan lagu Michael Buble misalnya, semua itu dibentuk dari tatanan komposisi yang terdiri dari 7 not. Tapi dengarlah hasil yang begitu jauh berbeda dari nama-nama yang saya sebutkan di atas. Dalam dunia musik dituntut adanya sebuah kreativitas dalam menciptakan sebuah lagu, atau lama-lama band yang tidak kreatif akan tersingkir di tengah persaingan ketat sesama musisi. Ini baru bicara soal lagu. Sebenarnya di semua lini kehidupan kita tetap dituntut untuk bisa berpikir kreatif, baik dalam menciptakan sesuatu yang baru, yang innovatif, ataupun dalam menyelesaikan persoalan-persoalan. Allah adalah sosok yang sangat kreatif, dan manusia diciptakan menurut gambar dan rupaNya. Maka kreatifitas sejatinya merupakan bagian dari manusia.

Allah adalah sosok yang maha kreatif. Dari proses penciptaan alam semesta beserta isinya kita bisa melihat buktinya. Jutaan jenis binatang dari berbagai spesies, jenis-jenis tanaman yang berbeda-beda di berbagai belahan bumi, atau lihatlah manusia yang mukanya tidak pernah sama persis. Komponen pengisi muka boleh sama, namun tidak akan ada yang pernah sama persis hasilnya. Lalu lihatlah bagaimana kreatifnya Tuhan memberikan jawaban bagi berbagai permasalahan hidup manusia. Sebagai contoh, kita bisa melihat kreativitas Tuhan dalam membantu umat Israel dari Mesir menuju tanah terjanji, Kanaan. Tiang awan, tiang api, manna, daging dari burung puyuh, membelah Laut Teberau dan seterusnya memperlihatkan kreativitas tinggi Tuhan. Yesus dalam pelayananNya di dunia pun banyak menggunakan metode kreatif. Menggunakan perumpamaan, berdiskusi, tanya jawab, menyembuhkan bahkan membangkitkan, memberi contoh keteladanan, dan seterusnya. Yesus tidak pernah monoton dalam pelayananNya. Sehubungan dengan diciptakannya manusia sebagai sosok yang istimewa, yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah sendiri, sudah selayaknya kita pun mewarisi kreativitas ini. Alangkah ironisnya jika kita terlalu malas untuk mempergunakan sisi-sisi kreativitas yang telah Dia sediakan bagi kita.

Sebelum proses pembentukan Hawa, Tuhan terlebih dahulu membentuk segala binatang hutan dan burung-burung. Dan semua ini dibawa kepada Adam untuk ia beri nama. "Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu." (Kejadian 2:19). Tuhan ingin melihat bagaimana kreativitas manusia untuk menamainya. Jika kita mundur beberapa ayat sebelumnya, Tuhan juga menempatkan Adam di taman Eden bukan untuk berleha-leha dan bersantai, tapi untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. "TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu." (ay 15). Perhatikan kata mengusahakan dan memelihara. Manusia bukan saja ditugaskan untuk memelihara kelestarian lingkungan, tapi juga mengembangkan apa yang sudah ada untuk menjadi lebih baik lagi. Ini membutuhkan proses kreatif. Memaksimalkan, mengembangkan dan menciptakan inovasi atau kreasi baru menuju suatu kehidupan yang lebih baik melalui segala sesuatu yang telah disediakan Tuhan. Itu yang harus dilakukan manusia, bukan sebaliknya merusak alam dengan segala isinya.

Kreativitas ada di dalam diri setiap orang. Tapi tidak semua orang mau mempergunakannya. Sebagian orang terlalu malas untuk mengolah kreativitas yang ada di dalam mereka. Kemalasan tidak akan pernah bisa membawa orang mengalami peningkatan dalam hidupnya. Yang ada malah keruntuhan, seperti apa yang dikatakan Pengkotbah. "Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah." (Pengkotbah 10:18). Semua yang disediakan Tuhan di dunia ini bagi kita hendaklah dikelola dengan baik, dipelihara, dijaga dan dikembangkan untuk kebaikan kita semua. Agar kita tetap bisa bertumbuh dan mengalami peningkatan, tetaplah rajin bekerja, dan kreatiflah dalam setiap yang anda usahakan. Tuhan akan selalu melihat bagaimana usaha kita, apakah kita selalu berusaha melakukan yang terbaik atau tidak, sebelum Tuhan mempercayakan perkara-perkara yang lebih besar lagi. Kreatiflah. Tuhan memberkati.

Tuhan mengharapkan manusia agar selalu berpikir kreatif dalam bekerja

Senin, 25 Mei 2009

Pendisiplinan Tuhan

Ayat bacaan: Ibrani 12:7
========================
"Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?"

pendisplinan TuhanPerubahan arah jalan di kota besar memang bisa membingungkan. Semakin bertambahnya jumlah kendaraan dan ruas jalan yang masih itu-itu saja bisa membuat jalanan semakin padat. Jalan tidak lagi cukup menampung jumlah kendaraan yang melintasinya, dan akibatnya kemacetan pun terjadi. Untuk mengatasi hal itu, salah satu cara adalah merubah ruas jalan, mengalihkan sebagian kendaraan ke jalan alternatif yang mungkin relatif lebih sedikit dilalui kendaraan. Mungkin dengan membuat jalan menjadi satu arah. Jalan satu arah bisa membuat kita harus berputar sedikit lebih jauh untuk bisa mencapai tujuan. Seringkali arahnya terlihat berlawanan, karena kita harus berputar terlebih dahulu, namun pada akhirnya kita akan mencapai tujuan. Seandainya kita mengambil jalur tercepat dan melanggar peraturan? Kita bisa terkena tilang dan akibatnya hanya akan menambah masalah, malah akibatnya kita bisa lebih lama untuk mencapai tujuan.

Sebagai manusia, kita memiliki kemampuan berpikir yang terbatas. Ada kalanya kita tidak mengerti apa yang menjadi rencana Tuhan, dan kemudian menjadi bingung. Akibat ketidakpahaman ini kita bisa jadi memprotes Tuhan, menganggap Tuhan tidak adil, atau bahkan menyalahkan Tuhan ketika Dia sepertinya mengijinkan hal-hal yang "aneh", yang mungkin memberatkan, untuk terjadi dalam kehidupan kita. Ketika kita merasa berada dalam pihak yang menjadi korban misalnya, terkadang Tuhan malah menyuruh kita untuk memulai perdamaian terlebih dahulu. Ada hal-hal yang secara manusiawi sulit kita terima pada saat-saat tertentu. Ketika Tuhan mendisiplinkan kita, dan itu sakit rasanya, kita pun bisa berteriak dan menganggap Tuhan terlalu keras atau pilih kasih. Ketika Dia menghukum kita, kita menganggap bahwa Tuhan berlaku kasar dan tidak sesuai dengan sosokNya yang penuh kasih. We tend to take everything only according to our thoughts and knowledge. Tapi kita harus tahu bahwa terkadang kita butuh teguran bahkan hukuman, bukan dengan tujuan menyakiti kita, melainkan untuk membangun diri kita agar menjadi layak di hadapanNya, seperti apa yang Dia rindukan bagi kita semua.

Penulis Ibrani melukiskan serangkaian penjelasan mengenai bentuk pendisplinan dan pengajaran Tuhan. "Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:5-6). Tuhan menegur kita bukan karena kejam, namun justru karena Dia mengasihi kita. Justru karena kita dianggapNya sebagai anak-anakNya, yang harus diajar agar benar hidupnya, tidak melenceng sana sini. Anak-anak kita yang masih kecil pun harus kita ganjar dengan hukuman sekali waktu, agar mereka bisa belajar dari kesalahannya dan tidak mengulangi lagi. Seperti itu pula-lah kita dihadapan Tuhan. Betapa inginnya Tuhan menjadikan kita anak-anakNya yang tidak bercela. "Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang." (ay 7,8). Bukan saat kita ditegur dan didisplinkan kita harus bersedih, tapi bersedihlah jika Tuhan justru tidak menunjukkan teguran apapun, dan membiarkan kita terus terseret arus kesesatan semakin jauh dan semakin dalam.

"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28). Kita sering melihat ayat ini dan menganggap bahwa ini adalah ayat yang berbicara hanya soal "kebaikan" menurut pandangan kita, seperti kenyamanan, pertolongan Tuhan, hidup tanpa masalah dan sebagainya. Tapi ingatlah bahwa sebentuk teguran, peringatan atau hukuman, lembut atau keras, semua itupun termasuk hal-hal yang bertujuan untuk mendatangkan kebaikan. Kita ditegur agar lebih baik, kita dimarahi agar tidak terus melakukan kesalahan, kita dihukum agar tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama. Itu juga mendatangkan kebaikan. Yang pasti, Tuhan menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak, menghajar anak-anakNya agar menjadi pribadi yang benar, sehingga layak di hadapanNya dan layak menerima janji-janjiNya. Tidak selamanya hidup ini mudah dan menyenangkan. Ada masa-masa dimana kita harus menangis akibat penderitaan atau kegagalan. Tapi jangan menyerah, jangan putus asa. Yakobus mengingatkan hal ini, dan menganjurkan agar kita merasa beruntung dan tetap bertekun ketika mengalami pencobaan. "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun." (Yakobus 1:2-4). Jangan mundur, dan jangan sakit hati ketika kita didisplinkan. Bisa jadi ada "masa-masa di padang gurun" yang harus kita lewati agar layak memasuki "tanah terjanji". Malam ini, bersyukurlah atas pergumulan atau permasalahan yang tengah Dia biarkan untuk terjadi dalam kehidupan kita. Tetaplah bertekun hingga memperoleh buah yang matang, hingga anda kembali ke jalur jalan yang benar dan bisa mencapai garis akhir dengan kemenangan yang gilang gemilang. Pada saatnya, anda akan diangkat keluar dan dinyatakan lulus sebagai manusia baru yang telah layak untuk menerima kemuliaan Tuhan.

Bersyukurlah ketika ditegur Tuhan, karena itu tandanya kita dikasihi sebagai anak

Pendisiplinan Tuhan

Ayat bacaan: Ibrani 12:7
========================
"Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?"

pendisplinan TuhanPerubahan arah jalan di kota besar memang bisa membingungkan. Semakin bertambahnya jumlah kendaraan dan ruas jalan yang masih itu-itu saja bisa membuat jalanan semakin padat. Jalan tidak lagi cukup menampung jumlah kendaraan yang melintasinya, dan akibatnya kemacetan pun terjadi. Untuk mengatasi hal itu, salah satu cara adalah merubah ruas jalan, mengalihkan sebagian kendaraan ke jalan alternatif yang mungkin relatif lebih sedikit dilalui kendaraan. Mungkin dengan membuat jalan menjadi satu arah. Jalan satu arah bisa membuat kita harus berputar sedikit lebih jauh untuk bisa mencapai tujuan. Seringkali arahnya terlihat berlawanan, karena kita harus berputar terlebih dahulu, namun pada akhirnya kita akan mencapai tujuan. Seandainya kita mengambil jalur tercepat dan melanggar peraturan? Kita bisa terkena tilang dan akibatnya hanya akan menambah masalah, malah akibatnya kita bisa lebih lama untuk mencapai tujuan.

Sebagai manusia, kita memiliki kemampuan berpikir yang terbatas. Ada kalanya kita tidak mengerti apa yang menjadi rencana Tuhan, dan kemudian menjadi bingung. Akibat ketidakpahaman ini kita bisa jadi memprotes Tuhan, menganggap Tuhan tidak adil, atau bahkan menyalahkan Tuhan ketika Dia sepertinya mengijinkan hal-hal yang "aneh", yang mungkin memberatkan, untuk terjadi dalam kehidupan kita. Ketika kita merasa berada dalam pihak yang menjadi korban misalnya, terkadang Tuhan malah menyuruh kita untuk memulai perdamaian terlebih dahulu. Ada hal-hal yang secara manusiawi sulit kita terima pada saat-saat tertentu. Ketika Tuhan mendisiplinkan kita, dan itu sakit rasanya, kita pun bisa berteriak dan menganggap Tuhan terlalu keras atau pilih kasih. Ketika Dia menghukum kita, kita menganggap bahwa Tuhan berlaku kasar dan tidak sesuai dengan sosokNya yang penuh kasih. We tend to take everything only according to our thoughts and knowledge. Tapi kita harus tahu bahwa terkadang kita butuh teguran bahkan hukuman, bukan dengan tujuan menyakiti kita, melainkan untuk membangun diri kita agar menjadi layak di hadapanNya, seperti apa yang Dia rindukan bagi kita semua.

Penulis Ibrani melukiskan serangkaian penjelasan mengenai bentuk pendisplinan dan pengajaran Tuhan. "Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:5-6). Tuhan menegur kita bukan karena kejam, namun justru karena Dia mengasihi kita. Justru karena kita dianggapNya sebagai anak-anakNya, yang harus diajar agar benar hidupnya, tidak melenceng sana sini. Anak-anak kita yang masih kecil pun harus kita ganjar dengan hukuman sekali waktu, agar mereka bisa belajar dari kesalahannya dan tidak mengulangi lagi. Seperti itu pula-lah kita dihadapan Tuhan. Betapa inginnya Tuhan menjadikan kita anak-anakNya yang tidak bercela. "Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang." (ay 7,8). Bukan saat kita ditegur dan didisplinkan kita harus bersedih, tapi bersedihlah jika Tuhan justru tidak menunjukkan teguran apapun, dan membiarkan kita terus terseret arus kesesatan semakin jauh dan semakin dalam.

"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28). Kita sering melihat ayat ini dan menganggap bahwa ini adalah ayat yang berbicara hanya soal "kebaikan" menurut pandangan kita, seperti kenyamanan, pertolongan Tuhan, hidup tanpa masalah dan sebagainya. Tapi ingatlah bahwa sebentuk teguran, peringatan atau hukuman, lembut atau keras, semua itupun termasuk hal-hal yang bertujuan untuk mendatangkan kebaikan. Kita ditegur agar lebih baik, kita dimarahi agar tidak terus melakukan kesalahan, kita dihukum agar tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama. Itu juga mendatangkan kebaikan. Yang pasti, Tuhan menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak, menghajar anak-anakNya agar menjadi pribadi yang benar, sehingga layak di hadapanNya dan layak menerima janji-janjiNya. Tidak selamanya hidup ini mudah dan menyenangkan. Ada masa-masa dimana kita harus menangis akibat penderitaan atau kegagalan. Tapi jangan menyerah, jangan putus asa. Yakobus mengingatkan hal ini, dan menganjurkan agar kita merasa beruntung dan tetap bertekun ketika mengalami pencobaan. "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun." (Yakobus 1:2-4). Jangan mundur, dan jangan sakit hati ketika kita didisplinkan. Bisa jadi ada "masa-masa di padang gurun" yang harus kita lewati agar layak memasuki "tanah terjanji". Malam ini, bersyukurlah atas pergumulan atau permasalahan yang tengah Dia biarkan untuk terjadi dalam kehidupan kita. Tetaplah bertekun hingga memperoleh buah yang matang, hingga anda kembali ke jalur jalan yang benar dan bisa mencapai garis akhir dengan kemenangan yang gilang gemilang. Pada saatnya, anda akan diangkat keluar dan dinyatakan lulus sebagai manusia baru yang telah layak untuk menerima kemuliaan Tuhan.

Bersyukurlah ketika ditegur Tuhan, karena itu tandanya kita dikasihi sebagai anak

Kematian Hati"

Dalam aksara Cina, kata "sibuk" berarti "kematian hati" atau " hati yang mati ".
Kesibukan cenderung membuat orang "mati rasa" karena terampas hal yang berharga dalam hidup kita, yakni kepekaan.

Orang yang sibuk bisa kehilangan kepekaan terhadap Tuhan dan sesama. Lebih parah lagi, orang yang sibuk lama kelamaan bisa menjadi egois -- tidak lagi peduli pada manusia di luar dirinya.

Paulus membukakan tentang kondisi manusia akhir zaman kepada Timotius. Kondisi di mana manusia akan "mencintai dirinya sendiri [egois], menjadi hamba uang, membual, menyombongkan diri, menjadi pemfitnah, berontak terhadap orang tua, tidak tahu berterima kasih, dan tidak mempedulikan agama" (2Timotius 3:2)

Sebagai anak Tuhan mari kita latih kepekaan rohani dalam mencermati tanda zaman, agar tidak terjebak dalam kematian hati.

Berhati-hatilah saat kita mulai mengklaim diri sibuk.
Dalam kesibukkan-Nya, Yesus masih bisa berdoa.

Jadilah Pemimpin, Bukan Boss.

(Yohanes 13: 1-17)

Betapa orang sering gagal untuk menjadi pemimpin karena mereka tidak berlaku sebagai pemimpin melainkan berlaku sebagai Boss. H.Gordon Selfridge adalah pendiri salah satu department store di London yang merupakan salah satu Department store terbesar di dunia. Ia mencapai kesuksesan tersebut dengan menjadi seorang "Pemimpin" dan bukan menjadi "Boss"...... apakah perbedaan antara Pemimpin dengan Boss ? Dibawah ini adalah perbandingan yang diberikan oleh Gordon Selfridge antara orang yang bertipe Pemimpin dan orang yang bertipe Boss.

Seorang boss mempekerjakan bawahannya;
tetapi seorang pemimpin mengilhami mereka.

Seorang boss mengandalkan kekuasaannya;
tetapi seorang pemimpin mengandalkan kemauan baiknya.

Seorang boss menimbulkan ketakutan;
tetapi seorang pemimpin memancarkan kasih.

Seorang bos mengatakan AKU ;
tetapi seorang pemimpin mengatakan KITA.

Seorang boss menunjuk siapa yang bersalah;
tetapi seorang pemimpin menunjuk apa yang salah.

Seorang boss tahu bagaimana sesuatu dikerjakan;
tetapi seorang pemimpin tahu bagaimana mengerjakannya

Seorang boss menuntut rasa hormat;
tetapi seorang pemimpin membangkitkan rasa hormat.

Seorang bossberkata PERGI !!! ;
tetapi seorang pemimpin berkata MARI KITA PERGI !

Maka jadilah anda seorang Pemimpin dan bukan seorang Boss.
(dikutib dari:1Tan, Paul Lee, Encyclopedia of 7,700 Illustration, Garland, Texas: Bible Communications, Inc.1966.)

Ketika Yesus membasuh kaki murid muridNYA Ia bertanya, "Mengertikah kamu apa yang telah Ku perbuat kepadamu?" Yesus adalah GURU dan TUHAN kita. Kata GURU dan TUHAN menunjukan bahwa Yesus ada pada level yang lebih tinggi dari pada murid muridNya karena Ia tidak hanya mengajari atau memerintah mereka dengan kata kata tetapi Ia memberikan contoh terlebih dahulu bagaimana seharusnya melakukannya. Jadilah seorang Pemimpin, bukan seorang Boss.

DOA: Bapa, ampunilah aku jika aku pernah bersikap seperti boss dan bukan sebagai pemimpin. Berilah aku kerendahan hati seperti Yesus. Dalam nama Yesus aku berdoa. Amin.

Leadership is the art of getting someone else to do something that you want because he wants to do it. (Dwight D.Eisenhower

Kisah Si Ayam dan Si Babi

Alkisah, ada dua binatang yang berteman akrab sejak kecil, yaitu si ayam dan si babi. mereka selalu berjalan berdua kemanapun mereka pergi. Pada suatu hari, ketika mereka berjalan melewati hutan belantara yang jauh dari keramaian kota , mereka menemukan seorang laki-laki yang hampir mati.

S
i ayam berkata: "Eh, bie! liat tuh! kayaknya ada orang sedang berbaring didepan!"


S
i babi : "Iya, yam! Gue juga liat. Kayaknya dia sedang sekarat. Yuk kita deketin."


Mereka melihat dari dekat, dan laki-laki itu dengan lemah berkata : "Tolong aku, aku lapar dan tidak punya makanan"


Lalu si ayam berkata kepada babi : "Eh, kasihan deh bie, yuk kita tolong dia."


S
ahut si babi : "Tapi gimana yam ? Kita kan nggak bawa bekal apa-apa ?"


S
i ayam berkata : "Ya sudah, apa yang ada pada diri kita saja kita olah menjadi makanan, setuju?"


B
abi mengangguk : "Baiklah, kalau itu bisa menyelamatkan nyawa orang itu, saya bersedia."


Singkat cerita, mereka masing-masing memberikan bagian diri mereka, mengolahnya menjadi makanan dan memberikan kepada laki-laki tersebut. Ia sangat berterimakasih, kesehatannya telah pulih dan ia melanjutkan perjalanannya. Si ayam dan si babi pun melanjutkan perjalanannya berdua.


Si ayam berkata : "Senang yach, rasanya, kita bisa menjadi berguna untuk orang lain...."


Si babi membalas : "Iya sih, aku juga senang. Tapi kamu jalannya jangan cepat-cepat yam, aku tadi memberikan satu kakiku untuk menjadi makanannya, kamu sih enak, bisa bertelur...."


Cerita diatas menggambarkan 2 tipe dalam memberi, yaitu memberi dalam kelimpahan dan memberi dalam kekurangan. Sifat ini dapat kita refleksikan dalam diri kita, yaitu ketika kita memberikan persembahan dalam gereja, boleh ditanyakan dalam diri kita sendiri: "Apakah saya merasa sudah memberikan yang terbaik untuk Tuhan?"

Biarlah hati nurani masing-masing yang menjawabnya.

Saya jadi ingat, ketika Tuhan Yesus memperhatikan orang-orang yang memberi persembahan. Orang-orang kaya memberi persembahan dari kelimpahannya, tetapi seorang janda miskin memberi dari kekurangannya, bahkan seluruh nafkahnya. (Lukas 21:4) Orang yang memberikan dari kelimpahannya memberi sedikit bagian untuk Tuhan dan sisa bagian yang jauh lebih banyak untuk dirinya sendiri, sedangkan si janda miskin memberikan seluruh bagiannya untuk Tuhan dan tidak ada bagian untuk dirinya sendiri.

Itulah sebuah kenyataan, bahwa setiap orang memiliki kasih yang berbeda untuk Tuhan kita.

Kehendak Tuhan adalah supaya kita mengasihiNya dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan kita.


Tuhan memang tidak butuh harta kita. Ia adalah pemilik surga dan bumi. Jika Ia mau, Ia bisa mengambil semua harta kita. Tuhan menginginkan hati kita, supaya kita berserah kepadaNya. Namun hal ini tidak akan terjadi sepenuhnya sebelum hati kita masih menyayangi harta duniawi. Alkitab berkata : "Dimana hartamu berada, disitu pula hatimu berada" (Mat 6:21).

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari