Minggu, 23 Juni 2013

Senin, 24 Juni 2013 - RAGU KEPADA YESUS (Yohanes 1:35-51)

  Tampilan cetakSenin, 24 Juni 2013

Bacaan   : Yohanes 1:35-51Setahun : Ayub 38-40Nats       : Kata Natanael kepadanya, "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" (Yohanes 1:46)

Ada banyak kesaksian orang yang pada mulanya ragu-ragu bahkan tidak percaya kepada Yesus. Apakah benar Dia adalah Tuhan dan Juru Selamat manusia? Bagaimana mungkin Allah yang Mahakuasa menjadi manusia? Namun, setelah melalui beberapa pergumulan dan pengalaman hidup, mereka menjadi yakin akan siapa Yesus sebenarnya.

Natanael salah satu contohnya. Sebelum menjadi salah satu dari dua belas murid Yesus, ia pernah memiliki pandangan yang salah tentang Dia. Ia mempertanyakan "ketokohan" Yesus karena Dia berasal dari Nazareth, dan hanya anak seorang tukang kayu. Sulit baginya untuk memercayai bahwa Yesus adalah Mesias yang dinubuatkan oleh para nabi (ay. 45). Memang Nazaret hanyalah kota kecil dan terpencil, tidak ada yang menonjol dari kota ini, mustahil akan bisa melahirkan seorang tokoh besar, apalagi sampai memunculkan seorang Mesias yang dijanjikan. Bisa jadi ia berpikir bahwa Mesias pasti datang dari Yerusalem, kota besar tempat tinggal para Imam Israel pada waktu itu. Tetapi, ia beruntung karena bersedia datang dan berjumpa dengan Yesus. Keraguannya tentang siapakah Yesus berubah drastis sehingga ia kemudian mempercayai-Nya sebagai Anak Allah (ay. 49).

Siapakah Yesus Kristus bagi kita? Apakah kita sudah mempercayai Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat? Belajarlah lebih banyak tentang Dia untuk mengetahui jati diri-Nya. Meskipun Dia hanya lahir dari seorang perempuan biasa di sebuah kandang domba, tetapi Dia telah mengubah kehidupan jutaan umat manusia. --Yakobus Budi Prasojo

JIKA KITA BELAJAR SUNGGUH-SUNGGUH TENTANG SIAPAKAH YESUS,KERAGUAN TENTANG SIAPAKAH DIA PASTI AKAN PUPUS.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/06/24/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 24 Juni 2013 - Bersaksi tentang perbuatan Tuhan (Keluaran 18:1-12)

  Tampilan cetakSenin, 24 Juni 2013

Judul: Bersaksi tentang perbuatan TuhanOrang Indonesia terkenal gemar bertukar cerita. Apa lagi jika seseorang baru melakukan perjalanan panjang, bahkan mencapai tempat-tempat yang jauh dan tak pernah dikunjungi kerabat dan kenalannya. Tentu saja, orang itu akan memilih cerita yang paling menarik perhatian. Makin seru dan aneh, makin bagus, walaupun belum tentu dirinya sendiri yang mengalaminya. Kepuasan tersendiri didapatkan ketika kerabat dan kenalan itu terpukau mendengar ceritanya.

Konteks Musa sedikit terbalik. Ia dan bangsa Israel sedang menempuh perjalanan jauh, tetapi Yitro, mertuanya, mendatangi dia beserta istri Musa dan kedua putranya (2-5). Saat bertemu, Musa menceritakan segala perbuatan Allah bagi Israel, mulai dari "segala sesuatu yang dilakukan Tuhan kepada Firaun dan kepada orang Mesir karena Israel, " dan juga segala kesusahan yang Israel alami dan "bagaimana Tuhan menyelamatkan mereka" (8). Setelah mendengar cerita itu, Yitro bersukacita (9) dan memuji Tuhan (10-11), lalu mempersembahkan korban bakaran dan sembelihan kepada Allah (12). Respons Yitro kontras dengan perbuatan Israel yang telah kita baca di dalam kisah sebelumnya. Yitro belum pernah melihat langsung perbuatan-perbuatan itu, hanya mendengar cerita Musa, tetapi ia memuji Allah karenanya. Bangsa Israel sudah berkali-kali melihat dan merasakan perbuatan ajaib Allah, tetapi masih saja menggerutu dan menunjukkan ketidakpercayaan.

Di dalam nas ini kita melihat teladan Musa, yang sigap menyampaikan kesaksian tentang perbuatan ajaib Allah. Sikap ini mesti kita contoh. Ada baiknya tiap perjumpaan dengan kerabat dan kenalan, kita isi dengan cerita-cerita yang menunjukkan anugerah penyertaan Allah di dalam hidup kita, dan bukan adu hebat cerita siapa yang paling menarik. Juga ada teladan dari Yitro. Meski tidak melihat langsung peristiwa yang disaksikan Musa, Yitro mengucap syukur kepada Allah. Kesiapan untuk bersyukur melihat anugerah penyertaan Allah pada orang lain merupakan bagian dari persekutuan kita dengan Allah dan sesama.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/06/24/

Sumber : www.sabda.org

Sabtu, 22 Juni 2013

Minggu, 23 Juni 2013 - Ketidaktaatan dan kasih setia (Mazmur 106:34-48)

  Tampilan cetakMinggu, 23 Juni 2013

Judul: Ketidaktaatan dan kasih setiaApa yang pantas kita terima dari Tuhan, kalau kita sering tidak taat kepada-Nya? Masihkah kita merasa layak diampuni, dipulihkan, dan diberkati dengan limpah?

Di padang gurun, ketidaksetiaan umat ternyata tidak membatalkan kasih setia Tuhan. Ia tetap memimpin mereka memasuki tanah Kanaan. Namun, di tanah pusaka ini kembali mereka memberontak terhadap Tuhan. Mereka menolak taat kepada perintah Tuhan, yaitu membinasakan penduduk Kanaan (34-35). Akibatnya mereka pun dipengaruhi oleh penduduk Kanaan, terutama dalam beribadah. Mereka melakukan perzinaan rohani, dengan menyembah ilah-ilah bangsa-bangsa di Kanaan (36-39). Ibadah Kanaan merupakan ibadah yang menjijikkan dan mengerikan (37-38). Lebih mengerikan lagi umat Israel ikut-ikutan dalam ibadah tersebut!

Namun demikian, kasih setia Tuhan tetap menopang mereka, walau dengan cara yang keras, yaitu dengan menyerahkan mereka kepada bangsa-bangsa musuh yang menjajah dan menyengsarakan. Ya, kejahatan mereka dibalas dengan pendisiplinan dari Tuhan.Berulang kali mereka jatuh ke dalam dosa, berulang kali pula Tuhan menghajar mereka.Semua itu Tuhan lakukan karena Perjanjian-Nya dengan mereka.Ia tetap Allah mereka, dan mereka tetap umat-Nya. Hal itu dilakukan-Nya agar mereka sadar bahwa ketidaktaatan mereka menyedihkan hati-Nya.Ia ingin mereka bertobat.

Kalau Tuhan berlaku keras terhadap kita yang gampangan dalam menjaga kekudusan kita, itu tandanya Ia mengasihi kita. Kita sudah ditebus dengan harga yang mahal, yaitu darah Kristus. Masak kita bermain-main dengan dosa, sepertinya pengurbanan-Nya tidak berarti bagi kita? Sebelum hajaran-Nya menimpa kita dengan keras, bertobatlah! Taat firman-Nya, hidup kudus dan jauhi godaan untuk melampiaskan hawa nafsu.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/06/23/

Sumber : www.sabda.org

Minggu, 23 Juni 2013 - PENGALAMAN ZIKLAG (1 Samuel 30:1-25)

  Tampilan cetakMinggu, 23 Juni 2013

Bacaan   : 1 Samuel 30:1-25Setahun : Ayub 34-37Nats       : Seluruh rakyat itu telah pedih hati, masing-masing karena anaknya laki-laki dan perempuan. Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya. (1 Samuel 30:6b)

Hati siapa yang tidak geram menyaksikan seluruh hartanya habis terbakar dan keluarganya ditawan musuh? Pengikut Daud marah dan kecewa. Daud pun memiliki alasan untuk kecewa. Bagaimana tidak? Selama ini ia sudah cukup menderita karena dikejar musuh. Ia sudah begitu lelah hingga akhirnya tinggal di Ziklag, sebuah tempat yang nyaman. Belum lama ia menikmati rasa aman, musuh datang dan memporakporandakan tempat itu. Rakyat marah dan melemparkan kesalahan pada Daud. Apa yang dilakukannya dalam tekanan sehebat itu? Ia justru menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan! Ia tetap percaya bahwa Tuhan sanggup memberinya jalan keluar.

Peristiwa Ziklag memiliki urutan fase seperti ini: kehilangan segala sesuatu (ay. 1-5), penolakan (ay. 6), kemenangan (ay. 17-18), dan pemulihan (ay. 19). Ziklag mengingatkan bahwa menjadi pengikut Tuhan itu tidak berarti perjalanan hidup kita akan mudah. Sebaliknya, ada waktu ketika Tuhan mengizinkan kenyamanan kita diporakporandakan. Ada waktu ketika kita ditolak, dipersalahkan, dan disudutkan oleh orang-orang di sekitar kita.

Apa reaksi kita ketika mengalami "peristiwa Ziklag" ini? Seperti Daud, kita dapat belajar untuk tetap menguatkan kepercayaan kepada Tuhan. Kita tetap percaya pada rencana terbaik Tuhan di balik kehancuran tempat nyaman. Tuhan ingin agar kita bergantung kepada-Nya dan bukan kepada harta benda kita. Dia sedang menguji hati kita, apakah kita tetap mengandalkan-Nya. Jika kita percaya, kita akan mengalami pemulihan dan kemenangan. --Samuel Yudi Susanto

KEKECEWAAN TIDAK AKAN MENYELESAIKAN MASALAH,KEPERCAYAAN KEPADA TUHAN MENYEDIAKAN JALAN KELUAR.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/06/23/

Sumber : www.sabda.org

Jumat, 21 Juni 2013

Sabtu, 22 Juni 2013 - Siapa Tuhan bagi kita? (Keluaran 17:1-16)

  Tampilan cetakSabtu, 22 Juni 2013

Judul: Siapa Tuhan bagi kita?Kadang orang salah sangka terhadap Allah, mengira bahwa Allah mesti berkarya sesuai dengan cara yang mereka maui. Jika tidak, artinya Allah tidak ada. Mereka berasumsi, karena Allah Maha Kuasa, mestinya semua kehendak mereka bisa dilaksanakan. Teologi seperti ini memposisikan Allah sebagai Jongos Maha Kuasa, yang mesti siap meladeni segala kehendak mereka. Padahal Allah berdaulat dan berkehendak di dalam hikmat dan kekudusan-Nya.

Ketika bangsa Israel tiba di Rafidim dan tak menemukan air (1), sebenarnya mereka cukup meminta kepada Allah melalui Musa. Namun kekecewaan atas tidak terpenuhinya ekspektasi mereka ini membuat mereka menuduh Musa, dan dengan demikian, menuduh Allah membawa mereka keluar hanya untuk membiarkan mereka mati kehausan (3). Tampak bahwa ekspektasi mereka atas Allah didasari teologi yang dangkal. Karena itu, Allah lebih lanjut menyatakan diri melalui dua peristiwa ajaib: air yang keluar dari gunung batu di Horeb (6) dan kemenangan Israel atas Amalek (8-16). Di keduanya, Allah tidak begitu saja mengaruniakan air dan kemenangan, sementara bangsa Israel tinggal bersantai menunggu hasilnya. Allah menunjukkan bahwa diri-Nya memang benar-benar maha kuasa dan lebih dari sanggup untuk memelihara mereka. Namun, Ia menggunakan hamba-hamba-Nya untuk melaksanakan kehendak dan mukjizat-Nya. Allah memakai ketaatan Musa, Harun, dan Yosua, juga bangsa Israel sendiri, untuk melaksanakan mukjizat penyertaan-Nya.

Siapa Allah di dalam pandangan kita? Jika kita masih menganggap Allah sebagai Jongos Maha Kuasa, di mana sebagai orang Kristen kita cukup santai menikmati segala berkat dan hak yang dijanjikan-Nya, maka kita mesti bertobat. Allah menghendaki yang terbaik untuk kita, anak-anak-Nya, tetapi sesuai dengan hakikat diri-Nya dan berdasarkan kehendak-Nya. Kita adalah alat yang Dia pakai untuk menyatakan kehendak dan karya-Nya, tidak hanya bagi diri kita pribadi, tetapi juga bagi orang lain, bahkan seluruh kosmos ini. Marilah kita terus belajar mengenal-Nya, dan terus taat pada perintah-perintah-Nya.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/06/22/

Sumber : www.sabda.org

Sabtu, 22 Juni 2013 - MELUPAKAN MUKJIZAT (Keluaran 14:15-31)

  Tampilan cetakSabtu, 22 Juni 2013

Bacaan   : Keluaran 14:15-31Setahun : Ayub 30-33Nats       : Demikianlah pada hari itu TUHAN menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. (Keluaran 14:30)

Bagi penduduk tepi pantai, peristiwa pasang surut adalah hal biasa. Tetapi, bagi saya yang tinggal jauh dari pantai, pasang surut amat menarik. Ketika laut pasang, saya hanya dapat bermain-main di tepi pantai. Namun, ketika laut surut, saya dapat berjalan ke arah laut lepas sampai beratus-ratus meter jauhnya dari tepi pantai. Siklus alam ini, menurut saya, sangat indah.

Terpikir oleh saya, jika hal sederhana seperti itu dapat menjadi suatu pengalaman menarik, bagaimana dengan pengalaman bangsa Israel ketika mereka berjalan melewati laut yang terbelah. Pengalaman yang luar biasa, bukan? Bayangkan, berjalan di tengah laut di tempat yang kering, dengan air laut sebagai tembok di sisi kiri dan kanan mereka (ay. 22, 29). Sungguh dahsyat! Kemudian, bersama dengan Musa, mereka menyanyikan nyanyian syukur akan perbuatan-Nya (Kel 15:1-18). Sayang, hanya berselang tiga hari setelah mengalami mukjizat tersebut, bangsa Israel bersungut-sungut karena menemukan air yang pahit di Mara (Kel 15:22-24). Mereka melupakan kebesaran Tuhan.

Masalah dan pergumulan akan senantiasa mewarnai kehidupan setiap orang. Tak terkecuali dalam kehidupan orang percaya. Apa pun masalah dan pergumulan yang sedang kita hadapi, jangan pernah melupakan kebesaran Tuhan. Ingatlah perbuatan-perbuatan luar biasa yang pernah Dia lakukan untuk kita pada masa lalu. Dan percayalah, Dia masih sanggup dan mau melakukannya lagi. Hari ini dan juga esok. Sebab Dia Allah yang tetap sama (Ibr 13:8). --Okky Sutanto

JANGAN PERNAH MELUPAKAN KEBESARAN TUHAN;DULU, SEKARANG DAN SELAMANYA DIA TAK PERNAH BERUBAH.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/06/22/

Sumber : www.sabda.org

Kamis, 20 Juni 2013

Jumat, 21 Juni 2013 - Pilih Allah atau perbudakan? (Keluaran 16:1-36)

  Tampilan cetakJumat, 21 Juni 2013

Judul: Pilih Allah atau perbudakan?Logisnya, tak ada orang yang sudi diperbudak. Meskipun begitu, banyak orang yang dengan sukarela membiarkan dirinya diperbudak sesuatu yang negatif. Sebagai contoh, ada orang yang membiarkan dirinya menjadi budak narkoba, padahal ia sadar bahwa narkoba berdampak buruk bagi dirinya. Sayangnya, walaupun orang-orang terdekatnya melakukan intervensi untuk menyadarkan dirinya, yang bersangkutan akhirnya kembali jatuh ke dalam kubangan yang sama.

Israel mirip orang tadi. Di dalam nas ini, kita membaca permulaan kecintaan mereka pada masa perbudakan yang kelam itu. Mereka tidak hanya dipaksa kerja rodi (Kel 1:8-14). Saking hitamnya kondisi mereka di Mesir, bayi-bayi lelaki Israel yang baru lahir pun dibantai orang Mesir tanpa kenal ampun (Kel 1:15-22). Namun rupanya mereka sudah melupakan semua itu. Yang mereka ingat, di Mesir mereka bisa "duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang!" (3). Karena itulah Allah berfirman bahwa Dialah Tuhan, Allah, satu-satunya yang layak diandalkan sebagai sumber pangan, dan bukan Mesir; dan juga bertindak dengan mengaruniakan kawanan burung puyuh sebagai sumber protein hewani mereka dan manna, sebagai "roti" mereka (12). Sebagai gantinya, Allah hanya meminta umat Israel untuk taat pada perintah-Nya. Di dalam konteks ketaatan inilah, Allah melaksanakan janji-janji-Nya, dan bukan menghukum Israel. Menikmati penggenapan janji-janji ini jelas lebih nikmat daripada perbudakan, bukan?

Yesus berkata, "Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan" (Mat 6:24; bdk. Luk 16:13). Kita tak boleh menjadi seperti Israel, yang justru merindukan kembali masa lalu yang kita anggap lebih enak, walaupun sebenarnya nista dan kejam. Nikmat berbuat dosa, apa pun itu, takkan bisa menandingi penggenapan berbagai janji-janji Allah di dalam kehidupan kita. Kita takkan bisa melakukan keduanya, kembali mencicipi dosa sambil berusaha terus memelihara persekutuan dengan Dia. Salah satu harus ditinggalkan. Alangkah ruginya, jika kita memilih untuk meninggalkan Allah.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/06/21/

Sumber : www.sabda.org

Rabu, 19 Juni 2013

Kamis, 20 Juni 2013 - DOSA BERULANG (1 Raja-raja 13)

  Tampilan cetakKamis, 20 Juni 2013

Bacaan   : 1 Raja-raja 13Setahun : Ayub 21-24Nats       : Sesudah peristiwa ini pun Yerobeam tidak berbalik dari kelakuannya yang jahat itu, tetapi mengangkat pula imam-imam dari kalangan rakyat untuk bukit-bukit pengurbanan. (1 Raja-raja 13:33)

Suatu kali teman saya mengalami kecelakaan setelah mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Ia jatuh terguling-guling di jalan raya dan sempat pingsan selama beberapa hari. Gegar

otak yang ia alami menyebabkannya sering mengalami sakit kepala hebat. Namun, beberapa waktu kemudian ia pulih secara ajaib. Sejak itu, ia lebih berhati-hati bila berkendaraan.

Pengalaman tertentu dapat menjadi peringatan yang mendorong seseorang menghentikan kebiasaan buruknya. Hal ini tidak berlaku bagi Yerobeam. Raja ini mendirikan mezbah pengurbanan untuk patung anak-anak lembu (12:32). Seorang nabi menyampaikan peringatan dari TUHAN dalam bentuk tanda ajaib, yaitu mezbah itu akan pecah sehingga abu yang di atasnya tercurah (ay. 3, 5). Tanda peringatan yang tak kurang kerasnya adalah Yerobeam tidak dapat menarik kembali tangannya ketika memerintahkan penangkapan terhadap nabi itu (ay. 4). Namun, sesaat setelah Tuhan berbelas kasihan dan memulihkannya, Yerobeam pun kembali pada dosa lamanya. Akibatnya, seluruh keluarganya dimusnahkan dari muka bumi (ay. 34).

Yesus Kristus sudah mengampuni kita secara sempurna, namun dosa tetap merupakan masalah yang sangat serius. Kecanduan terhadap dosa dapat menghancurkan hidup kita. Apakah saat ini Anda terikat oleh dosa tertentu? Rasanya sulit untuk tidak mengulanginya? Mintalah kepada Tuhan untuk memberi hati yang peka terhadap peringatan-Nya dan kekuatan untuk bertobat dari dosa tersebut. --Heman Elia

ANUGERAH-NYA MENGAMPUNI KITA DAN MEMAMPUKAN KITAMEMUTUSKAN LINGKARAN SETAN KEBIASAAN BERDOSA.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/06/20/

Sumber : www.sabda.org

Kamis, 20 Juni 2013 - Bersungut-sungut vs. belajar taat (Keluaran 15:22-27)

  Tampilan cetakKamis, 20 Juni 2013

Judul: Bersungut-sungut vs. belajar taatMengeluh itu sebenarnya manusiawi. Keluhan biasanya ditujukan kepada pihak yang dianggap lebih berkuasa. Keluhan bisa saja wajar dan punya dasar, tetapi bisa juga sebaliknya. Misalnya, ketika kita butuh sesuatu, tetapi pihak yang menurut kita mestinya menyediakan kebutuhan itu, gagal melakukannya.

Bangsa Israel merasa Allah gagal menyediakan air minum yang layak di dalam perjalanan mereka (22-23). Karenanya, mereka "bersungut-sungut". Keluhan mereka kepada Musa dijawab dengan sebuah tindakan luar biasa dari Allah (25) yang menggarisbawahi satu hal penting: Allah terus menyertai mereka, termasuk mencukupkan kebutuhan air minum mereka. Ketika kekurangan air, mereka menemui mata air berlimpah (27). Ketika air yang mereka temui pahit, Allah membuatnya menjadi manis. Atas dasar karya anugerah Allah ini, Allah "mencoba" mereka (25b): Allah tidak dengan sewenang-wenang meneropong ke masa depan melalui kemahatahuan-Nya untuk mencari tahu apakah mereka akan taat atau tidak; Ia justru memberi kesempatan kepada bangsa Israel untuk menunjukkan secara konkret siapa sebenarnya diri mereka, apakah mereka "sungguh-sungguh mendengarkan suara Tuhan" ketika berhadapan dengan kesulitan, atau malah sebaliknya. Jika mereka memilih taat, mereka akan menerima jaminan penyertaan dari Dia "yang menyembuhkan" (26).

Sebagai orang yang telah mengecap karya keselamatan Kristus, nas ini tak mengajar kita untuk bersikap seperti bangsa Israel yang menagih-nagih manifestasi penyertaan Allah. Sebaliknya, kita dipanggil untuk taat, yang didefinisikan melalui kepekaan pendengaran, memahami perintah, serta kesiapan untuk melakukannya (27). Inilah yang dikehendaki Allah dalam hidup kita, sebagai respons atas karya keselamatan-Nya. Apa yang Anda lakukan, yaitu membaca dan merenungkan firman-Nya, merupakan bagian ketaatan. Namun tidak berhenti pada saat teduh. Ketaatan mesti mewujud pada kehidupan; firman yang kita renungkan mesti menjelma ke dalam perbuatan dan perkataan kita. Inilah arti ketaatan yang sesungguhnya.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/06/20/

Sumber : www.sabda.org

Rabu, 19 Juni 2013 - Bukan pengucapan syukur biasa (Keluaran 15:1-21)

  Tampilan cetakRabu, 19 Juni 2013

Judul: Bukan pengucapan syukur biasaDi jemaat tempat saya bergereja, orang biasanya mengadakan Kebaktian Pengucapan Syukur untuk merayakan kelahiran anak, ulang tahun, kelulusan, rumah baru, pekerjaan baru, dan banyak lagi. Biasanya, di tengah perayaan itu pelayan firman mengingatkan semua yang hadir untuk mengucap syukur kepada Allah atas hal baik yang telah terjadi. Lalu sang kepala keluarga menjelaskan apa sebenarnya yang dirayakan itu, beserta ucapan terima kasih untuk semua yang mendukung, juga atas kesediaan menghadiri perayaan itu.

Nas ini memberikan cara pandang yang lebih spesifik atas sebuah perayaan keberhasilan. Bangsa Israel berhasil lolos dari kejaran bala tentara Firaun, karena faktanya kaki mereka sendiri yang melangkah dan membawa mereka menjauh. Namun seperti yang kita lihat kemarin, langkah kaki itu tak mungkin terjadi tanpa karya dahsyat Allah. Mereka takkan mungkin lolos tanpa "tangan kanan Tuhan" yang menghancurkan musuh. Bahkan, nyanyian Musa ini justru tak mengagungkan lolosnya Israel atas campur tangan Allah: itu hal sekunder. Yang diagungkan adalah sosok Allah sendiri, karena sejak awal Musa berkata, "Baiklah aku menyanyi bagi Tuhan" (1). Isi kidung pujian ini pun melulu tentang apa yang dilakukan Allah, baik terhadap musuh-musuh-Nya (1, 4-10; 12-16) maupun kepada Israel, umat-Nya (16-18), bukan sekadar nyanyian tentang kehancuran musuh-musuh Allah dan keselamatan Israel berkat campur tangan-Nya. Kelihatannya kedua hal ini sama, padahal tidak. Di yang pertama, Allah diakui sebagai subjek, sementara di yang terakhir Ia sekadar ditempatkan sebagai keterangan pelengkap.

Tidak semua kita diberi talenta untuk menggubah lagu, tetapi kita diberi kemampuan untuk menceritakan, entah dengan kata-kata, karya seni, pekerjaan, bahkan senyum di muka kita, seperti apa hidup kita ini kita maknai, dan siapa subjek utama di dalamnya. Sebagai orang Kristen, sewajarnyalah, kita memaknai hidup kita sebagai ranah di mana Allah memerintah selama-lamanya (18), sebagai kekuatan, mazmur, dan keselamatan kita (2).

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/06/19/

Sumber : www.sabda.org

Selasa, 18 Juni 2013

Rabu, 19 Juni 2013 - JANGAN MENUNDA! (Hagai 1:1-11)

  Tampilan cetakRabu, 19 Juni 2013

Bacaan   : Hagai 1:1-11Setahun : Ayub 17-20Nats       : Bangsa ini berkata: Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah Tuhan! (Hagai 1:2)

Seorang kawan menceritakan pengalamannya di seminari. Ia menyanggupi sebuah tugas yang ditawarkan pembimbingnya. Namun, sampai waktu yang ia janjikan sendiri, ia belum menyentuh tugas itu. Dan ia masih juga menundanya sampai beberapa lama. Setiap kali ditanya, ia selalu berdalih. Akhirnya, suatu hari, sang pembimbing membawanya ke taman seminari. Di situ, ia dipaksa berlutut di depan patung Yesus yang tersalib. Sang pembimbing berkata, "Silakan kamu jelaskan alasan penundaanmu kepada Tuhan Yesus!" Sejak saat itu, ia tidak pernah menunda semua janji dan tugasnya.

Penundaan adalah problem yang menjangkiti bangsa Yehuda. Sebagai umat pilihan Allah, mereka seharusnya membangun kembali Bait Allah yang sudah dihancurkan oleh bangsa Babel karena Bait Allah adalah tempat dan representasi dari kemuliaan Allah (ay. 8). Namun, enam belas tahun telah lewat sejak mereka kembali dari pembuangan ke kota Yerusalem, dan mereka sama sekali belum menunjukkan niat untuk membangunnya. Mereka terus menundanya (ay. 2). Ironisnya, mereka sudah bergegas membangun rumah masing-masing, sementara Bait Allah dibiarkan telantar. Allah pun menegur mereka melalui Hagai.

Suka menunda hal yang penting adalah kebiasaan buruk. Anak Tuhan bertanggung jawab mengerjakan tugasnya tanpa mengulur-ulur waktu. Sesungguhnya, penundaan adalah sikap yang tidak menghargai Tuhan dan sesama. Apakah Anda sedang menunda suatu tugas? Jangan menundanya lagi, dan tuntaskan segera tugas itu. --Jimmy Setiawan

PENUNDAAN SERINGKALI MALAH BERAKHIRPADA TUGAS YANG SAMA SEKALI TIDAK DIKERJAKAN.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/06/19/

Sumber : www.sabda.org

Rabu, 19 Juni 2013 - Bukan pengucapan syukur biasa (Keluaran 15:1-21)

  Tampilan cetakRabu, 19 Juni 2013

Judul: Bukan pengucapan syukur biasaDi jemaat tempat saya bergereja, orang biasanya mengadakan Kebaktian Pengucapan Syukur untuk merayakan kelahiran anak, ulang tahun, kelulusan, rumah baru, pekerjaan baru, dan banyak lagi. Biasanya, di tengah perayaan itu pelayan firman mengingatkan semua yang hadir untuk mengucap syukur kepada Allah atas hal baik yang telah terjadi. Lalu sang kepala keluarga menjelaskan apa sebenarnya yang dirayakan itu, beserta ucapan terima kasih untuk semua yang mendukung, juga atas kesediaan menghadiri perayaan itu.

Nas ini memberikan cara pandang yang lebih spesifik atas sebuah perayaan keberhasilan. Bangsa Israel berhasil lolos dari kejaran bala tentara Firaun, karena faktanya kaki mereka sendiri yang melangkah dan membawa mereka menjauh. Namun seperti yang kita lihat kemarin, langkah kaki itu tak mungkin terjadi tanpa karya dahsyat Allah. Mereka takkan mungkin lolos tanpa "tangan kanan Tuhan" yang menghancurkan musuh. Bahkan, nyanyian Musa ini justru tak mengagungkan lolosnya Israel atas campur tangan Allah: itu hal sekunder. Yang diagungkan adalah sosok Allah sendiri, karena sejak awal Musa berkata, "Baiklah aku menyanyi bagi Tuhan" (1). Isi kidung pujian ini pun melulu tentang apa yang dilakukan Allah, baik terhadap musuh-musuh-Nya (1, 4-10; 12-16) maupun kepada Israel, umat-Nya (16-18), bukan sekadar nyanyian tentang kehancuran musuh-musuh Allah dan keselamatan Israel berkat campur tangan-Nya. Kelihatannya kedua hal ini sama, padahal tidak. Di yang pertama, Allah diakui sebagai subjek, sementara di yang terakhir Ia sekadar ditempatkan sebagai keterangan pelengkap.

Tidak semua kita diberi talenta untuk menggubah lagu, tetapi kita diberi kemampuan untuk menceritakan, entah dengan kata-kata, karya seni, pekerjaan, bahkan senyum di muka kita, seperti apa hidup kita ini kita maknai, dan siapa subjek utama di dalamnya. Sebagai orang Kristen, sewajarnyalah, kita memaknai hidup kita sebagai ranah di mana Allah memerintah selama-lamanya (18), sebagai kekuatan, mazmur, dan keselamatan kita (2).

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/06/19/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 17 Juni 2013

Selasa, 18 Juni 2013 - MAKIN SERUPA (2 Petrus 1:3-11)

  Tampilan cetakSelasa, 18 Juni 2013

Bacaan   : 2 Petrus 1:3-11Setahun : Ayub 13-16Nats       : Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. (2 Petrus 1:8)

Saya menanam tiga biji mangga sekitar 20 tahun yang lalu di halaman rumah. Beberapa tahun lalu saya menikmati buah mangga dari dua pohon, sedangkan pohon yang ketiga tidak berbuah walaupun pohon ini berdaun rimbun. Akhirnya pohon yang tidak berbuah saya tebang. Kenapa pohon yang satu itu tidak berbuah, saya sendiri tidak tahu sebabnya.

Berbeda dari pohon mangga yang tidak berbuah itu, orang beriman ditetapkan untuk bertumbuh dan berbuah. Rasul Petrus menasihati orang-orang yang sudah lahir baru untuk bertumbuh. Orang beriman dapat mengembangkan kualitas dan citra Kristus di dalam dirinya. Sebab itu, seharusnya tidak ada istilah "jalan di tempat" dalam perjalanan iman kita.

Orang beriman akan menghasilkan kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih terhadap saudara-saudara seiman, dan kasih terhadap semua orang (ay. 5-7). Itulah buah iman (ay. 8). Orang beriman bertumbuh menjadi semakin serupa dengan Kristus. Kita ditetapkan untuk bertumbuh dalam pengetahuan yang benar akan Kristus dan berbuah. Sayangnya, ada orang percaya yang terhambat pertumbuhan imannya. Bukannya menjadi berkat, mereka malah menjadi batu sandungan. Mereka tidak menunjukkan tanda pertumbuhan dan buah iman.

Pertumbuhan iman terjadi karena kuasa ilahi dan anugerah-Nya. Bukan berarti kita lalu pasif dan berdiam diri. Sebaliknya, kita mendayagunakan kuasa ilahi dan anugerah-Nya untuk menentukan pilihan hidup yang menumbuhkan dan mengembangkan iman. --Eddy Nugroho

IMAN YANG BERTUMBUHTAK AYAL AKAN MENGHASILKAN BUAH KEBENARAN.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/06/18/

Sumber : www.sabda.org

Selasa, 18 Juni 2013 - Allah menunjukkan kuasa-Nya (Keluaran 14:15-31)

  Tampilan cetakSelasa, 18 Juni 2013

Judul: Allah menunjukkan kuasa-NyaTentu Musa tidak bermaksud munafik ketika sebelumnya ia terlihat sangat beriman kepada Allah di depan orang-orang sebangsanya, tetapi di hadapan Allah ia tampaknya menyuarakan keputusasaan. Ini bisa kita lihat dari respons Tuhan di ayat 15.

Lalu Musa diperintahkan untuk melakukan serangkaian tindakan untuk membelah Laut Teberau supaya orang Israel dapat berjalan di tengah-tengahnya (16). Allah bertujuan agar orang Mesir, termasuk Firaun tentunya, tahu bahwa Allah Israel adalah Tuhan (18).

Benar saja, Allah bekerja secara ajaib melawan Mesir. Ia membuat tentara Mesir mengalami masalah (24-25) sampai bangsa Israel berhasil menyeberangi Laut Teberau. Waktu tentara Mesir memaksakan diri untuk mengejar orang Israel, Tuhan membuat air Laut Teberau melanda mereka hingga binasa (26-28, 30).

Peristiwa Laut Teberau menjadi titik balik dalam sejarah Israel. Bila sebelumnya mereka berada di bawah kuasa Mesir, saat itu mereka menyaksikan sendiri bagaimana Tuhan menyingkirkan orang Mesir dari kehidupan mereka. Matinya tentara Mesir merupakan konfirmasi bahwa kelepasan mereka dari Mesir sungguh nyata. Mereka tidak perlu lagi merasa tertekan karena bangsa lain menindas mereka. Identitas mereka sebagai bangsa, terutama sebagai bangsa pilihan Allah, telah dipulihkan oleh Allah yang memilih mereka.

Mukjizat terbelahnya Laut Teberau tampak merupakan jawaban atas pertanyaan Firaun di Keluaran 5:2 "Siapakah Tuhan itu yang harus kudengarkan firman-Nya untuk membiarkan orang Israel pergi? Tidak kenal aku Tuhan itu...". Tuhan telah menunjukkan kuasa-Nya sehingga baik orang Israel, (31) maupun orang Mesir, atau siapapun akan mengetahui kedahsyatan Allah Israel.

Allah memang tidak tinggal diam ketika umat-Nya bergumul dengan masalah. Dilepaskannya kita dari krisis atau pencobaan akan merupakan kesaksian tentang kuasa Allah yang membuat kita semakin percaya kepada Dia. Maka berserulah kepada Allah bila Anda sedang bergumul dengan masalah. Minta Dia menolong Anda.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/06/18/

Sumber : www.sabda.org

Minggu, 16 Juni 2013

Senin, 17 Juni 2013 - Tuhan pasti menyelamatkan (Keluaran 14:1-14)

  Tampilan cetakSenin, 17 Juni 2013

Judul: Tuhan pasti menyelamatkanKuldesak adalah sebuah kata serapan yang bermakna jalan buntu atau tertutup. Di dalam nas hari ini, Israel seolah berada di kuldesak. Firaun, yang sebelumnya mengizinkan mereka pergi, kemudian berubah pikiran. Padahal sebelumnya ia menyuruh Musa untuk membawa rakyat Israel sekaligus hewan ternak mereka untuk keluar dari Mesir (Kel 12:31-32) setelah Mesir mengalami serangkaian tragedi memilukan. Mungkin Firaun telah melupakan ratap tangis yang bergema di seluruh negeri akibat setiap rumah tangga kehilangan anak sulung mereka.

Akan tetapi setelah bangsa Israel pergi, Firaun menyesali keputusannya lalu mengejar mereka dengan membawa pasukan perang (6-8). Tentu saja kecepatan kereta perang tak sebanding dengan kecepatan orang berjalan. Maka dalam waktu yang tidak lama, pasukan Mesir berhasil menyusul orang Israel (9-10). Tidak ada jalan keluar bagi Israel, kecuali melalui jalan dari mana mereka datang sebelumnya. Namun tentu saja tentara Mesir telah menguasai jalan itu.

Bagai dikejar anjing galak, Israel mulai ketakutan dan berseru kepada Tuhan. Mereka juga protes kepada Musa yang dianggap telah mengganggu ketenangan hidup serta membahayakan nyawa mereka (11-12). Ketakutan orang Israel dapat dimaklumi, tetapi perkataan mereka menunjukkan kurangnya iman kepada Tuhan.

Bila Anda di tempat Musa, bagaimana perasaan Anda? Tentu bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Mungkin Musa sendiri tidak mengerti kenapa Tuhan menempatkan mereka dalam situasi demikian. Namun ia tahu bahwa Tuhan pasti menyelamatkan umat-Nya dan mengalahkan musuh-Nya (13-14).

Ada masalah atau situasi dalam hidup yang dapat membuat kita panik karena merasa tidak ada jalan keluar. Kita ketakutan karena terdesak. Namun ingatlah bahwa kepanikan serta ketakutan dapat melemahkan harapan dan iman kita sehingga bisa mendorong kita melakukan sesuatu yang tidak semestinya. Seperti Musa, marilah kita belajar untuk menaruh iman dan harap penuh hanya kepada Allah yang tidak akan pernah meninggalkan kita.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/06/17/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 17 Juni 2013 - TAK PERLU MINDER (1 Samuel 17:12-39)

  Tampilan cetakSenin, 17 Juni 2013

Bacaan   : 1 Samuel 17:12-39Setahun : Ayub 9-12Nats       : Tetapi Saul berkata kepada Daud: "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit." (1 Samuel 17:33)

Seorang dokter ditempatkan di rumah sakit terkenal, berdampingan dengan seorang dokter spesialis senior. Tentu saja, ia merasa minder. Apalagi dokter senior itu seakan memandangnya dengan sinis. Suatu saat ia berbicang-bincang dengan istri dokter senior itu. Ibu itu mendorongnya agar tidak minder, dan agar menggunakan kesempatan itu untuk menimba pengalaman dari suaminya. Hal itu pasti akan menjadi bekal yang berharga bagi kemajuan kariernya.

Daud juga dipandang sinis dan tidak dipercaya oleh orang lain ketika ia hadir dalam kancah peperangan orang Israel melawan orang Filistin. Bukan hanya dari kakak-kakaknya dan orang banyak yang ada pada saat itu, tetapi juga dari Raja Saul. Ia memang bukan prajurit; ia seorang gembala domba. Tetapi, hal itu tidak menyurutkan niatnya untuk menghadapi musuh yang merendahkan Allahnya. Allah pernah menyertainya dalam menaklukkan singa dan beruang di padang penggembalaan. Masakan Allah tidak sanggup menjatuhkan orang Filistin bermulut besar ini? Benarlah, dengan penyertaan Allah, Daud yang masih bocah berhasil menggulingkan Goliat.

Kemampuan kita adalah karunia Allah. Jangan meremehkannya. Manfaat kemampuan itu bukan ditentukan oleh usia atau pengalaman kita, melainkan oleh Tuhan. Ya, pengalaman yang sederhana sekalipun dapat dipakai-Nya untuk mencapai tujuan yang besar. Jangan biarkan pandangan sinis orang lain menghentikan langkah kita. Dalam penyertaan-Nya, kita dapat mendayagunakan kemampuan secara optimal. --Intan Grace

MENDAYAGUNAKAN KEMAMPUAN YANG KITA MILIKIBERARTI MENGHARGAI KARUNIA YANG ALLAH PERCAYAKAN.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/06/17/

Sumber : www.sabda.org

Sabtu, 15 Juni 2013

Minggu, 16 Juni 2013 - MEMAKAI ALAT MUSIK? (Mazmur 150:1-6)

  Tampilan cetakMinggu, 16 Juni 2013

Bacaan   : Mazmur 150:1-6Setahun : Ayub 5-8Nats       : Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi! (Mazmur 150:3)

Dokumen gereja dari abad-abad pertama, termasuk Perjanjian Baru, tidak mencatat pemakaian alat musik dalam ibadah gereja. Kemungkinan, hal ini disebabkan adanya asosiasi negatif dari alat musik. Pada saat itu, alat musik memang lebih sering dipakai dalam penyembahan berhala. Tidaklah mengherankan, orang Kristen perdana menjadi gamang terhadap penggunaan alat musik untuk ibadah mereka.

Benarkah alat musik tidak boleh dipakai dalam ibadah? Mazmur 150 terang-terangan mendorong pemakaian alat musik dalam ibadah. Namun, ada dua prinsip penting yang harus diindahkan. Pertama, alat musik harus menolong nyanyian orang percaya. Ayat 1-2 berbicara tentang pujian yang dilantunkan dengan suara manusia. Setelah itu, barulah aneka alat musik disebutkan. Hal ini menunjukkan urutan kepentingan. Dalam ibadah, suara manusia menempati prioritas pertama. Saat alat musik begitu bising dan mempersulit jemaat bernyanyi, alat musik telah disalahgunakan. Kedua, permainan alat musik harus dilandasi oleh sikap hati yang menyembah Tuhan. Perhatikan frase "Pujilah Dia" yang mendahului penyebutan setiap alat musik. Permainan alat musik harus dilandasi oleh hati yang memuji Allah.

Kembangkanlah dan persembahkanlah kemampuan Anda dalam bermain alat musik untuk membantu penyembahan jemaat. Mainkanlah alat musik berdawai, tiup, dan perkusi dengan terampil. Ketahuilah, Allah menyukai permainan alat musik yang dilakukan dengan hati yang memuliakan Dia. Betapa indahnya memuji Tuhan! --Jimmy Setiawan

ALAT MUSIK DALAM IBADAH TIDAK BOLEH MENGHAMBATMELAINKAN HARUS MENDUKUNG NYANYIAN JEMAAT.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/06/16/

Sumber : www.sabda.org

Minggu, 16 Juni 2013 - Mudah bersungut-sungut (Mazmur 106:13-33)

  Tampilan cetakMinggu, 16 Juni 2013

Judul: Mudah bersungut-sungutPadang gurun memang bukan tempat yang nyaman. Siang hari, kering dan terik, dan haus. Di malam hari, dinginnya menusuk tulang. Namun, Israel mampu menjalani hidup di padang gurun 40 tahun, sampai alih generasi, tanpa berkekurangan suatu apa pun (Ul 29:5). Di padang gurun, penyertaan Tuhan sangat nyata. Tiang awan dan tiang api menyertai mereka (Kel 13:21-22). Mata air yang memuaskan dahaga, serta manna sebagai makanan pokok mereka, jelas berasal dari Tuhan. Burung puyuh yang ditiupkan Tuhan secara berkala ke perkemahan Israel adalah bukti pemeliharaan Tuhan. Di perjalanan yang gersang dan sulit itu, hadirat Tuhan jauh lebih nyata dibandingkan saat mereka menetap di tanah perjanjian.

Toh, kehadiran Tuhan yang begitu nyata tidak membuat mereka berpuas hati. Bilangan 14:22 menuliskan bahwa Allah mencatat mereka memberontak 10 kali. Cukuplah Allah bersabar terhadap sikap tak tahu bersyukur Israel. Ia harus menghukum mereka keras (15)!

Di antara pemberontakan itu, ada yang sangat serius, seperti memberontak kepada pemimpin mereka, Musa dan Harun (16), menyembah lembu emas (19-20), menolak masuk ke negeri perjanjian (24-25), menyembah baal peor (28-29). Ada pula yang sepertinya sepele, bersungut-sungut karena makanan (14). Namun sebenarnya sama seriusnya karena ketidakpercayaan mereka kepada Tuhan. Penghukuman Tuhan pantas dan adil. Namun, penghukuman itu bukan untuk menghancurkan mereka melainkan agar bertobat dan tidak bersungut-sungut lagi.

Berapa kali dalam hidupmu Anda bersungut-sungut kepada Tuhan? Tidak puas dengan cara Tuhan mengelola hidup Anda? Anda bahkan sering memilih jalan sendiri yang jelas-jelas melawan kehendak-Nya? Jangan sampai Dia harus menghajar Anda, baru kapok dan bertobat. Belajar dari Israel. Belajarlah mengucap syukur karena Dia mengasihi Anda.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/06/16/

Sumber : www.sabda.org

Jumat, 14 Juni 2013

Sabtu, 15 Juni 2013 - Tuntunan dan penyertaan (Keluaran 13:1-22)

  Tampilan cetakSabtu, 15 Juni 2013

Judul: Tuntunan dan penyertaanSetelah berada dalam bayang-bayang Mesir ratusan tahun lamanya, Israel akan menjadi bangsa yang merdeka. Bukan karena perjuangan mereka sendiri, melainkan karena kuat kuasa Allah yang beranugerah.

Kepada bangsa yang baru merdeka itu, Allah memberikan aturan mengenai anak sulung (1-2, 11-16), roti tidak beragi (3-7), dan perintah untuk memperingati karya Allah (8-10).

Anak sulung, baik anak sulung manusia maupun hewan, harus dikuduskan bagi Allah karena anak sulung adalah milik Allah (bdk. Kel 4:22). Anak sulung dianggap sebagai yang terbaik dan yang terbaik layak dipersembahkan kepada Allah. Dan ini akan dilakukan Israel setelah mereka memasuki Tanah Perjanjian (5, 11-12), sebagai peringatan akan karya Allah dalam membebaskan Israel dari perbudakan Mesir sebagaimana peringatan Paskah dan Hari Raya Roti Tidak Beragi (bdk. Kel 12:14-15). Maka peringatan akan karya Allah tersebut harus dilakukan dengan makan roti yang tidak beragi selama tujuh hari (7). Dalam peringatan ini, orang tua Israel harus memberitahu anak laki-laki mereka tentang makna peringatan itu (8, 14-16). Tentu ini bertujuan agar generasi yang lahir kemudian tetap mengenal Allah dan karya-Nya yang besar.

Bila untuk masa yang akan datang Allah telah menyatakan pengarahan-Nya maka untuk masa yang sedang berlangsung pun Allah menunjukkan penyertaan-Nya. Allah memahami benar kondisi psikologis bangsa Israel saat itu serta bahaya yang akan menghadang mereka. Karena itu Allah menuntun Israel melalui jalan lain meskipun mereka berjalan dalam kondisi siap berperang (17-18). Hal yang sama juga terjadi dalam perjalanan kita bersama Allah. Jalan yang kita rasa benar mungkin justru merupakan jalan yang penuh bahaya yang tidak terpikirkan oleh kita. Namun Allah tidak akan membiarkan kita. Ia niscaya melindungi kita. Seperti adanya tiang awan dan tiang api (21-22) yang menggambarkan jaminan penyertaan penuh atas umat, kita pun akan menikmati penyertaan yang juga penuh asal kita mau tunduk pada Allah.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/06/15/

Sumber : www.sabda.org

Sabtu, 15 Juni 2013 - BERMUKA DUA (Yehezkiel 21:18-32)

  Tampilan cetakSabtu, 15 Juni 2013

Bacaan   : Yehezkiel 21:18-32Setahun : Ayub 1-4Nats       : Tetapi bagi mereka, itu adalah tenungan yang menipu, walaupun mereka mengangkat sumpah yang muluk-muluk; tetapi ia mengingat kesalahan mereka, sehingga mereka ditangkap. (Yehezkiel 21:23)

Banyak pendatang baru yang muncul lewat ajang pencarian bakat di berbagai televisi. Salah satunya adalah Hudson-Jessica, si penyanyi berwajah dua asal Yogyakarta. Jika wajah Hudson yang ditampilkan, suara pria pun diperdengarkan; jika wajah Jessica, suara perempuan dilantunkan. Suatu bakat yang luar biasa dari seorang artis berwajah dua.

Artis berwajah dua menakjubkan. Tetapi, bagaimana jika manusia bermuka dua dalam relasi dengan Tuhannya? Seperti Yehuda, umat yang terikat dengan Tuhan melalui perjanjian di Sinai. Yehuda meninggalkan Tuhan dan berpaling kepada ilah palsu. Mereka memiliki kehidupan yang bermuka dua. Di satu sisi, mereka mengaku setia kepada Tuhan, tetapi di sisi lain mereka menyembah berhala. Mereka menjalani kehidupan seperti bangsa yang tidak bertuhan, tetapi tidak merasa bersalah. Ketika tersiar kabar bahwa Babel akan menyerang Yehuda, umat Tuhan menganggap sepi isu tersebut (ay. 23). Mereka menolak pemberitaan nabi yang jelas-jelas berasal dari Tuhan. Penghukuman atas Yehuda pun tidak terelakkan lagi. Kesalahan Yehuda disingkapkan sehingga terbukti mereka memang pantas menerima hukuman. Karena menolak bertobat, Yerusalem akan menjadi puing-puing!

Kisah Yehuda mendorong kita untuk berhenti dari kehidupan ganda, dari kemunafikan. Kita dipanggil untuk mengikuti Tuhan dengan sepenuh hati, bukan menggantungkan hidup pada hal-hal lain. Hanya Dialah sumber hidup dan oleh belas kasih-Nya kita beroleh jaminan kepastian keselamatan. --Eddy Nugroho

HIDUP BERMUKA DUA TAK MUNGKIN MENDATANGKAN KETENTERAMANKARENA KESETIAAN KITA AKAN SELALU TEROMBANG-AMBING.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/06/15/

Sumber : www.sabda.org

Kamis, 13 Juni 2013

Jumat, 14 Juni 2013 - BUDAK (Lukas 17:7-10)

  Tampilan cetakJumat, 14 Juni 2013

Bacaan   : Lukas 17:7-10Setahun : Ester 8-10Nats       : Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan. (Lukas 17:10)

Film miniseri Rome menggambarkan kehidupan pada zaman Romawi, termasuk tentang perbudakan masa itu. Digambarkan bahwa seorang budak tidak pernah mempertanyakan apalagi membantah perintah majikannya. Seberat apa pun sebuah perintah, ia harus tetap menaatinya, bahkan sekalipun perintah itu dapat membuatnya terancam bahaya dan mati.

Konsep semacam inilah yang dimaksudkan oleh Alkitab ketika memakai kata "hamba" yang diterjemahkan dari sebuah kata Yunani yang dipakai untuk menyebut para budak pada zaman itu, yakni doulos. Kata ini pula yang Yesus pakai dalam nas hari ini. Sang tuan menyimbolkan Tuhan dan sang hamba menyimbolkan kita, hamba-hamba-Nya. Dijelaskan bahwa sebagaimana layaknya seorang hamba pada zaman itu, ketaatan kita kepada-Nya adalah suatu kewajiban yang mutlak. Apa pun situasi diri kita, baik sedang dalam keadaan yang baik maupun tidak baik, perintah Sang Tuan harus dikerjakan. Bahkan sekalipun Sang Tuan tampaknya tidak menghargai perbuatan kita.

Pesan semacam ini memang tidak mudah diterima oleh kita yang hidup pada zaman ini, zaman ketika kebanyakan orang terbiasa untuk bersikap mandiri dan tidak mau diatur oleh orang lain. Akan tetapi, sikap ini tidak dapat kita terapkan dalam hubungan dengan Tuhan. Ketika kita mengakuinya sebagai Tuhan, kita wajib menaati segala perintah-Nya secara mutlak. Sekalipun kita menghadapi tantangan yang berat karenanya, penyertaan Tuhan akan menguatkan kita dalam menjalaninya. --Alison Subiantoro

KETIKA KITA MENYAPA DIA SEBAGAI TUHAN,HENDAKNYA KITA JUGA MENAATI DIA DENGAN SEGENAP HATI.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/06/14/

Sumber : www.sabda.org

Jumat, 14 Juni 2013 - Memperingati karya Tuhan (Keluaran 12:43-51)

  Tampilan cetakJumat, 14 Juni 2013

Judul: Memperingati karya TuhanPerjamuan Paskah hanya berlaku bagi umat Israel karena sebagai keturunan Abraham, Ishak, dan Yakub, merekalah yang berhak menerima janji-janji Allah.

Nas hari ini berisi ketentuan tambahan mengenai perayaan Paskah yang harus dilakukan di rumah masing-masing dan tidak boleh ada makanan yang dibawa ke luar rumah (46). Lalu bagaimana jika ada orang asing di tengah-tengah mereka? Tuhan memberi ketentuan bahwa para pendatang dan orang upahan tidak diperbolehkan ikut makan Paskah (45). Namun budak belian serta orang asing yang telah lama menetap dan ingin merayakan Paskah bersama orang Israel diperbolehkan ikut merayakan Paskah dengan syarat disunat terlebih dahulu (48). Karena setiap orang yang ingin ambil bagian dalam perayaan Paskah harus terlebih dahulu menjadikan dirinya sebagai bagian dari bangsa Israel.

Sunat memang menjadi semacam identitas bagi orang Israel. Setiap laki-laki Israel berkewajiban untuk disunat karena sunat merupakan tanda iman terhadap perjanjian Allah, seperti yang telah dinyatakan kepada Abraham, nenek moyang bangsa Israel. Maka setiap orang yang menyatakan diri sebagai bagian dari umat Israel harus merayakan Paskah dan setiap orang yang ingin merayakan Paskah harus memastikan diri sudah disunat. Peraturan mengenai sunat, dalam kaitannya dengan peringatan Paskah tersebut, dinyatakan karena yang keluar dari Mesir ternyata bukan orang Israel saja. Ada banyak orang dari berbagai-bagai bangsa di dalam rombongan itu (Kel 12:38).

Di dalam kekristenan pun, ada perayaan atau peringatan atas karya Tuhan di masa lampau, yang menjadi bagian dari sejarah kekristenan. Walau sudah menjadi bagian dari masa lalu, peristiwa-peristiwa tersebut tetap harus diperingati atau dirayakan sebagai bahan pengetahuan dan ingatan bagi setiap generasi, agar mereka tidak melupakan dan meninggalkan Allah. Melalui peringatan atas karya Tuhan, setiap generasi dapat tetap mengenal serta menyembah Allah yang hidup dan berkuasa.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/06/14/

Sumber : www.sabda.org

Rabu, 12 Juni 2013

Kamis, 13 Juni 2013 - MADU TERBAIK (Mazmur 81:1-17)

  Tampilan cetakKamis, 13 Juni 2013

Bacaan   : Mazmur 81:1-17Setahun : Ester 4-7Nats       : Tetapi umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik dan dengan madu dari gunung batu Aku akan mengenyangkannya. (Mazmur 81:17)

Lebah di Timur Tengah biasa membuat sarang dan menyimpan madunya di tanah, di bawah gunung batu, atau di celah-celah gunung batu. Mengapa Tuhan menjadikan "madu dari gunung batu" sebagai salah satu janji persediaan-Nya bagi kita? Bisa jadi madu dari gunung batu mewakili produk madu terbaik. Bisa jadi pula itu metafora dari sesuatu yang manis, yang timbul dari situasi yang keras atau sulit.

Ya, "gunung batu" mengacu pada tempat yang curam, terjal, dan keras. Ini salah satu gambaran perjalanan iman kita di dunia ini. Sepanjang hidup ini, kita akan banyak menghadapi tempat-tempat yang keras, banyak tantangan atas iman kita, dan perkara-perkara yang sulit diatasi. Tetapi, di tempat seperti itu sesungguhnya Tuhan sedang membentuk dan membawa kita menuju tataran iman yang lebih tinggi. Jangan pernah menyerah, sebab di tempat yang keras sekalipun, Tuhan selalu menyertai kita. Dia tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita sendirian. Dan kita akan mengalami "berkat termanis" dari pengalaman-pengalaman berat yang kita lalui.

Mungkin kita sering bertanya mengapa Tuhan tidak menyingkirkan saja gunung batu yang keras itu dari hidup kita? Bagaimanapun, tidak ada orang yang suka melewati tempat yang keras. Namun, kita percaya bahwa Tuhan mengetahui hal terbaik yang kita perlukan. Tempat-tempat yang keras itu justru berguna untuk mengencangkan otot iman kita dan mendewasakan kerohanian kita. Dan kita akan mensyukuri madu yang timbul dari tempat keras itu. --Samuel Yudi Susanto

MADU YANG MANIS TERSEDIA DI TEMPAT YANG KERAS,ITULAH PARADOKS PERJALANAN IMAN KITA.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/06/13/

Sumber : www.sabda.org

Kamis, 13 Juni 2013 - Kuat kuasa Allah (Keluaran 12:29-42)

  Tampilan cetakKamis, 13 Juni 2013

Judul: Kuat kuasa AllahBayangkan jika kita memiliki anak sulung yang tiba-tiba meninggal dunia tanpa sebab, tentu kita akan sangat terkejut dan bukan tidak mungkin menjadi histeris. Inilah yang terjadi ketika Tuhan menjatuhkan tulah yang terakhir bagi orang Mesir. Semua anak sulung, yang menjadi harapan dan kebanggaan keluarga, tiba-tiba meninggal dunia. Jelas peristiwa ini mengejutkan semua orang Mesir dan membuat mereka mengusir orang Israel agar tidak ada lagi sesuatu yang buruk menimpa mereka lagi (33). Itu sebabnya bangsa Israel bergegas meninggalkan Mesir dengan membawa persediaan makanan serta berbagai barang berharga pemberian orang Mesir (34-36).

Akhirnya Israel keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian yang telah ditetapkan Tuhan bagi mereka. Ada sekitar enam ratus ribu laki-laki dewasa (belum termasuk anak-anak dan perempuan), orang asing, serta ternak (37-38). Rentetan kejadian ini digambarkan berlangsung cepat dan semua dilakukan berdasarkan perintah Tuhan yang disampaikan melalui Musa dan Harun.

Tuhan menggerakkan hati orang Mesir menjadi sangat bermurah hati untuk memberikan harta benda mereka kepada Israel sesuai permintaan (35-36). Sampai kemudian disebutkan bahwa Tuhan sendiri berjaga-jaga pada malam keluarnya bangsa Israel dari Mesir (42). Sungguh nyata kuasa Allah karena janji-Nya untuk membebaskan Israel digenapi, setelah mereka terkungkung di bawah kekuasaan pemerintahan Mesir selama empat ratus tiga puluh tahun (40-41). Sungguh sebuah momen yang luar biasa dan patut untuk diingat sepanjang masa. Kalau bukan karena Tuhan, bagaimana mungkin Israel sanggup melepaskan diri dari belenggu yang telah mengikat mereka selama kurun waktu yang sangat panjang.

Betapa Allah tidak tinggal diam menyaksikan kehidupan umat yang Dia kasihi, Ia campur tangan dan menunjukkan kuat kuasa-Nya. Maka bila Anda merasakan sebuah tekanan berat melanda hidup atau ada "belenggu" yang begitu kuat mengikat Anda, mintalah pertolongan-Nya, mintalah Ia menunjukkan kuat kuasa-Nya.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/06/13/

Sumber : www.sabda.org

Selasa, 11 Juni 2013

Rabu, 12 Juni 2013 - SUNGGUH TERCELA (Hosea 2:1-8)

  Tampilan cetakRabu, 12 Juni 2013

Bacaan   : Hosea 2:1-8Setahun : Ester 1-3Nats       : Tetapi dia tidak insaf bahwa Akulah yang memberi kepadanya gandum, anggur dan minyak, dan yang memperbanyak bagi dia perak dan emas yang dibuat mereka menjadi patung Baal. (Hosea 2:7)

Ketika kita mendengar kasus korupsi dan penyalahgunaan jabatan oleh para pejabat, kadang kita tidak habis pikir. Mereka adalah orang yang telah mendapatkan keuntungan dari negara berupa kedudukan, fasilitas, dan tunjangan hidup. Seharusnya mereka berterima kasih kepada negara atas semua keistimewaan tersebut. Namun, bukannya melakukan hal-hal yang berguna bagi negara, mereka justru merampok dan merugikan negara. Sungguh tercela.

Perselingkuhan atau ketidaksetiaan bangsa Israel digambarkan secara ironis. Istri yang berselingkuh itu menceritakan asal-usul segala harta miliknya. Dengan bangga ia berkata bahwa itu semua dari Baal (ay. 4). Allah sangat tertusuk dengan pengakuan bohong ini. Allah mengingatkan bahwa Dialah yang memelihara dan mencukupkan seluruh kebutuhan Israel. Bahkan secara tidak tahu malu bangsa Israel mempergunakan pemberian Allah untuk membuat patung Baal, sembahan mereka. Fasilitas dan berkat dari Allah mereka pakai untuk melukai hati Allah. Tuhan akan menghukumnya dengan mengambil kembali berkat-Nya.

Apakah pernah kita melupakan sumber seluruh fasilitas dan berkat yang kita miliki? Pernahkah kita justru menggunakan fasilitas dan berkat yang Allah berikan untuk melakukan hal-hal yang tidak Dia kehendaki? Coba perhatikan bagaimana selama ini kita menggunakan uang, waktu, talenta, atau harta benda lainnya. Kita mempergunakannya untuk hal-hal yang menyenangkan Allah atau justru menyakiti hati-Nya? --Petrus Budi Setiawan

SUNGGUH TERCELA APABILA KITAMENGGUNAKAN BERKAT-NYA UNTUK MENYAKITI HATI-NYA.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/06/12/

Sumber : www.sabda.org

Rabu, 12 Juni 2013 - Ingatlah kasih Tuhan! (Keluaran 12:1-28)

  Tampilan cetakRabu, 12 Juni 2013

Judul: Ingatlah kasih Tuhan!Biasanya orang merayakan hari ulang tahun dengan makan bersama keluarga, sahabat, kekasih, atau yang lainnya. Perayaan itu dilakukan untuk mengingat peristiwa luar biasa yang pernah dialami dalam kehidupannya.

Nas hari ini berkisah tentang perayaan Paskah yang dilakukan oleh Israel atas perintah Tuhan. Sebelum tulah kesepuluh dijatuhkan atas Mesir, Tuhan memerintahkan Israel untuk menyembelih anak domba dan memakannya bersama dengan roti yang tidak beragi. Perayaan Paskah ini dilakukan sebagai ucapan syukur atas perbuatan Tuhan bagi Israel, yang akan membebaskan mereka dari Mesir. Kekuasaan Tuhan yang luar biasa ini telah disaksikan oleh Israel, mulai dari tulah yang pertama sampai tulah kesembilan. Peringatan ini merupakan peringatan baru dalam kehidupan orang Israel. Namun demikian, peringatan ini harus dilakukan terus-menerus agar nantinya keturunan Israel senantiasa mengingat kuasa Tuhan yang telah mengeluarkan nenek moyang mereka dari perbudakan di Mesir. Jadi Perayaan Paskah merupakan peringatan tentang kuasa Tuhan dalam kehidupan orang Israel.

Di dalam kekristenan pun, ada perayaan-perayaan hari keagamaan yang dilakukan untuk memperingati suatu peristiwa tertentu dalam sejarah kekristenan. Namun sebaiknya peringatan akan kebaikan Tuhan bukan hanya terjadi pada hari-hari raya Kristen saja, melainkan harus menjadi aktivitas sehari-hari dalam kehidupan umat Tuhan. Kita diminta untuk terus mengingat kebaikan Tuhan agar kita dapat terus mengucap syukur oleh karena berkat dan pemeliharaan Tuhan nyata dalam hidup kita. Berkat dan pemeliharaan Tuhanlah yang membuat kita dapat hidup sampai sekarang. Pemazmur mengungkapkan ucapan syukurnya dalam puji-pujian kepada Tuhan, "Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya" (Mzm 118:1).

Dengan demikian tak ada alasan untuk tidak mengingat kasih Tuhan dan mengucap syukur atasnya. Maka pertanyaannya, sudahkah kita mengingat kasih Tuhan dan mengucap syukur atasnya?

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/06/12/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 10 Juni 2013

Selasa, 11 Juni 2013 - Jangan melawan Allah (Keluaran 11:1-10)

  Tampilan cetakSelasa, 11 Juni 2013

Judul: Jangan melawan AllahBabak akhir dari penderitaan Mesir dan Israel akan segera usai. Mesir akan menghadapi tulah terakhir -karena sesudah itu tidak akan ada tulah lagi- dan Israel akan segera keluar dari Mesir. Namun tulah terakhir itu akan mengakibatkan Mesir mengalami penderitaan yang sangat hebat, melebihi penderitaan saat menghadapi tulah-tulah sebelumnya.

Puncak dari karya ajaib Tuhan di Mesir adalah kematian semua anak sulung orang Mesir. Tidak ada pengecualian. Anak sulung Firaun bahkan anak sulung hewan mereka akan mati (5). Pada saat itu, ratap tangis akan terdengar di seluruh tanah Mesir karena meninggalnya semua anak sulung secara tiba-tiba. Meski Firaun masih belum bisa diyakinkan, para pegawai Firaun yang khawatir bila situasi akan semakin runyam, mendesak Musa untuk membawa seluruh orang Israel keluar dari Mesir. Dalam situasi demikian, orang Mesir akan dengan senang hati memberikan harta mereka yang diminta oleh orang Israel (2-3), yang mungkin akan digunakan sebagai bekal perjalanan, asal saja orang Israel segera angkat kaki dari negeri mereka.

Melalui tulah ini, Firaun serta orang Mesir dapat melihat bahwa Allah berkuasa atas Mesir dan allahnya. Termasuk Firaun dan putra mahkotanya, yang dianggap sebagai allah. Perlawanan kepada Allah Israel, apa lagi yang dilakukan terus menerus, akan membuat keadaan semakin parah dan mendatangkan penghukuman yang mengerikan. Dengan kematian sang putra mahkota nantinya akan jelas bagi Firaun dan rakyat Mesir bahwa kemenangan dan kekuasaan mutlak ada pada Allah Israel.

Bila kita ingin mengalami kuasa Allah, tentu yang kita harapkan adalah kuasa Allah atas penyakit atau penderitaan yang kita alami. Kita tentu tidak ingin mengalami kuasa Allah yang justru memunculkan masalah sebagai hukuman akibat murka-Nya oleh karena pembangkangan kita. Maka bila masalah atau penderitaan datang silih berganti, cobalah peka, siapa tahu Tuhan sedang ingin menegur kita karena terus menerus melawan Dia. Jika memang demikian yang terjadi, memohon ampun dan bertobat merupakan jalan terbaik.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/06/11/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 10 Juni 2013 - TEGURAN SIA-SIA (Yeremia 7:21-28)

  Tampilan cetakSenin, 10 Juni 2013

Bacaan   : Yeremia 7:21-28Setahun : Nehemia 11-12Nats       : Sekalipun engkau mengatakan kepada mereka segala perkara ini, mereka tidak akan mendengarkan perkataanmu, dan sekalipun engkau berseru kepada mereka, mereka tidak akan menjawab engkau. (Yeremia 7:27)

Mungkin Anda pernah mengalaminya. Anda mengingatkan seorang rekan yang jatuh ke dalam dosa, namun ia tidak mau mendengar teguran Anda, bahkan terus tenggelam dalam dosa. Bagaimana perasaan Anda? Sakit hati, bukan?

Yeremia mengalami penolakan yang tak kalah parah. Ia hidup di tengah bangsa Israel yang telah mengalami karya Allah sejak pembebasan besar dari tanah perbudakan (ay. 22). Allah ingin seluruh hidup mereka diserahkan kepada-Nya (ay. 23). Ia memiliki rencana yang mulia bagi bangsa Israel. Tetapi, kita tahu kisah selanjutnya. Mereka berulang-ulang memberontak terhadap Allah. Israel sama sekali tidak takut kepada Allah, Pemilik hidup mereka (ay. 24-26). Yeremia pun menghadapi kenyataan pahit: segala tegurannya tidak mereka dengar (ay. 27). Mungkin kita bertanya, "Lalu untuk apa Yeremia menyuarakan kebenaran?" Jika melihat pasal-pasal berikutnya, terlihatlah bahwa tugas utama Yeremia adalah menyatakan murka Allah atas Israel, menelanjangi segala kebobrokan hidup mereka. Sulit sekali? Memang. Tetapi, teguran-Nya tetap harus dinyatakan, agar mereka dapat sadar dan bertobat.

Bagaimana sikap hati kita, sebagai alat Tuhan, saat menyuarakan kebenaran? Apakah kita bersikap: "Meskipun tidak didengar, bahkan sekalipun dicela, aku akan tetap melaksanakannya dengan penuh sukacita dan berharap sepenuhnya kepada Dia yang mengutus aku"? Kita tidak dapat mengubah orang lain. Roh Kudus dan kebenaran firman-Nya yang dapat melakukannya. Tugas kita cukup menyuarakan kebenaran itu. --Bobby Widya Ardianto

KITA TIDAK DAPAT MEMBUAT ATAU MEMAKSA ORANG UNTUK BERTOBAT,NAMUN KITA DAPAT MENYUARAKAN KEBENARAN KEPADA MEREKA.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/06/10/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 10 Juni 2013 - Jangan seperti Firaun (Keluaran 10:1-29)

  Tampilan cetakSenin, 10 Juni 2013

Judul: Jangan seperti FiraunSebagaimana di belahan dunia lain, di Mesir belalang pun merupakan sebuah ancaman. Atas kehendak Tuhan, angin timur melintasi Mesir dan mendatangkan belalang dalam jumlah tak terbilang banyaknya hingga menutupi tanah. Alkitab mencatat bahwa belalang sebanyak itu belum pernah ada sebelumnya dan tidak akan ada lagi sesudahnya (14). Belalang itu memenuhi rumah semua orang Mesir (6), tetapi belalang itu tidak menghampiri tanah Gosyen. Belalang-belalang itu memakan habis sisa-sisa pohon dan tanaman yang hancur karena hujan es (5, 15). Allah kembali membuktikan kedahsyatan kuasa-Nya yang melampaui kuasa dewa Mesir.

Para pegawai Firaun semakin menyadari kemahakuasaan Allah Israel. Desakan mereka kepada Firaun jelas menggambarkan rasa takut mereka bila kuasa Allah Israel melanda mereka lebih hebat lagi (7). Namun Firaun masih belum berlapang dada untuk membiarkan orang Israel pergi. Ia masih ingin tawar menawar dengan Allah dan Musa. Ia mau saja membiarkan laki-laki bangsa Israel pergi ke padang belantara untuk beribadah, tetapi anak-anak dan kaum perempuan harus tinggal di Mesir (11). Tentu saja Musa menolak tawaran ini. Firaun kemudian mengakui dosanya dan memohon pengampunan (16-17). Namun ketika belalang telah dihalau dari tanah Mesir, Firaun kembali mengeraskan hatinya (20) dan tidak mau mengikuti kehendak Allah sepenuhnya (24). Konsekuensinya, tulah kesembilan dijatuhkan atas mereka, dan kegelapan pun meliputi tanah Mesir (22).

Bagaimana perasaan kita setelah membaca kisah Firaun? Gemas, geram, atau kesal? Namun tahukah kita, bahwa sebenarnya kita pun tak jauh beda. Tak mau berserah penuh dan tawar menawar dengan Allah bukan "penyakit" Firaun saja. Kita pun kadang-kadang demikian, ingin setengah berserah atau melakukan separuh kewajiban saja. Namun di sisi lain, kita berdoa tak henti agar Tuhan menjawab doa dan memenuhi segala permintaan kita. Bukankah ini sama dengan Firaun? Kiranya firman Tuhan membuat kita bercermin, mengakui dosa, lalu bertobat.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/06/10/

Sumber : www.sabda.org

Minggu, 09 Juni 2013

Senin, 10 Juni 2013 - TEGURAN SIA-SIA (Yeremia 7:21-28)

  Tampilan cetakSenin, 10 Juni 2013

Bacaan   : Yeremia 7:21-28Setahun : Nehemia 11-12Nats       : Sekalipun engkau mengatakan kepada mereka segala perkara ini, mereka tidak akan mendengarkan perkataanmu, dan sekalipun engkau berseru kepada mereka, mereka tidak akan menjawab engkau. (Yeremia 7:27)

Mungkin Anda pernah mengalaminya. Anda mengingatkan seorang rekan yang jatuh ke dalam dosa, namun ia tidak mau mendengar teguran Anda, bahkan terus tenggelam dalam dosa. Bagaimana perasaan Anda? Sakit hati, bukan?

Yeremia mengalami penolakan yang tak kalah parah. Ia hidup di tengah bangsa Israel yang telah mengalami karya Allah sejak pembebasan besar dari tanah perbudakan (ay. 22). Allah ingin seluruh hidup mereka diserahkan kepada-Nya (ay. 23). Ia memiliki rencana yang mulia bagi bangsa Israel. Tetapi, kita tahu kisah selanjutnya. Mereka berulang-ulang memberontak terhadap Allah. Israel sama sekali tidak takut kepada Allah, Pemilik hidup mereka (ay. 24-26). Yeremia pun menghadapi kenyataan pahit: segala tegurannya tidak mereka dengar (ay. 27). Mungkin kita bertanya, "Lalu untuk apa Yeremia menyuarakan kebenaran?" Jika melihat pasal-pasal berikutnya, terlihatlah bahwa tugas utama Yeremia adalah menyatakan murka Allah atas Israel, menelanjangi segala kebobrokan hidup mereka. Sulit sekali? Memang. Tetapi, teguran-Nya tetap harus dinyatakan, agar mereka dapat sadar dan bertobat.

Bagaimana sikap hati kita, sebagai alat Tuhan, saat menyuarakan kebenaran? Apakah kita bersikap: "Meskipun tidak didengar, bahkan sekalipun dicela, aku akan tetap melaksanakannya dengan penuh sukacita dan berharap sepenuhnya kepada Dia yang mengutus aku"? Kita tidak dapat mengubah orang lain. Roh Kudus dan kebenaran firman-Nya yang dapat melakukannya. Tugas kita cukup menyuarakan kebenaran itu. --Bobby Widya Ardianto

KITA TIDAK DAPAT MEMBUAT ATAU MEMAKSA ORANG UNTUK BERTOBAT,NAMUN KITA DAPAT MENYUARAKAN KEBENARAN KEPADA MEREKA.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/06/10/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 10 Juni 2013 - Jangan seperti Firaun (Keluaran 10:1-29)

  Tampilan cetakSenin, 10 Juni 2013

Judul: Jangan seperti FiraunSebagaimana di belahan dunia lain, di Mesir belalang pun merupakan sebuah ancaman. Atas kehendak Tuhan, angin timur melintasi Mesir dan mendatangkan belalang dalam jumlah tak terbilang banyaknya hingga menutupi tanah. Alkitab mencatat bahwa belalang sebanyak itu belum pernah ada sebelumnya dan tidak akan ada lagi sesudahnya (14). Belalang itu memenuhi rumah semua orang Mesir (6), tetapi belalang itu tidak menghampiri tanah Gosyen. Belalang-belalang itu memakan habis sisa-sisa pohon dan tanaman yang hancur karena hujan es (5, 15). Allah kembali membuktikan kedahsyatan kuasa-Nya yang melampaui kuasa dewa Mesir.

Para pegawai Firaun semakin menyadari kemahakuasaan Allah Israel. Desakan mereka kepada Firaun jelas menggambarkan rasa takut mereka bila kuasa Allah Israel melanda mereka lebih hebat lagi (7). Namun Firaun masih belum berlapang dada untuk membiarkan orang Israel pergi. Ia masih ingin tawar menawar dengan Allah dan Musa. Ia mau saja membiarkan laki-laki bangsa Israel pergi ke padang belantara untuk beribadah, tetapi anak-anak dan kaum perempuan harus tinggal di Mesir (11). Tentu saja Musa menolak tawaran ini. Firaun kemudian mengakui dosanya dan memohon pengampunan (16-17). Namun ketika belalang telah dihalau dari tanah Mesir, Firaun kembali mengeraskan hatinya (20) dan tidak mau mengikuti kehendak Allah sepenuhnya (24). Konsekuensinya, tulah kesembilan dijatuhkan atas mereka, dan kegelapan pun meliputi tanah Mesir (22).

Bagaimana perasaan kita setelah membaca kisah Firaun? Gemas, geram, atau kesal? Namun tahukah kita, bahwa sebenarnya kita pun tak jauh beda. Tak mau berserah penuh dan tawar menawar dengan Allah bukan "penyakit" Firaun saja. Kita pun kadang-kadang demikian, ingin setengah berserah atau melakukan separuh kewajiban saja. Namun di sisi lain, kita berdoa tak henti agar Tuhan menjawab doa dan memenuhi segala permintaan kita. Bukankah ini sama dengan Firaun? Kiranya firman Tuhan membuat kita bercermin, mengakui dosa, lalu bertobat.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/06/10/

Sumber : www.sabda.org

Sabtu, 08 Juni 2013

Minggu, 9 Juni 2013 - YESUS YANG FINAL (Yohanes 21:24-25)

  Tampilan cetakMinggu, 9 Juni 2013

Bacaan   : Yohanes 21:24-25Setahun : Nehemia 9-10Nats       : ... tetapi hal-hal ini telah dicatat, supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya karena percaya, kamu memperoleh hidup dalam nama-Nya. (Yohanes 20:31)

Kemungkinan besar Anda mengenal nama ini. Popularitasnya bertahan lama. Namanya pernah dipakai untuk merek parfum, nama asteroid, dan nama proyek pemantauan pencemaran di Laut Mediterania. Sejarawan Harold Bloom menyebutnya "selebritas pertama di dunia". Riwayatnya telah diadaptasi menjadi paling tidak 5 pertunjukan balet, 45 opera, 77 sandiwara, dan 5 film layar lebar. Masalahnya, keberadaannya masih menjadi bahan perdebatan di antara para ilmuwan. Sosoknya jadi lebih mirip tokoh dongeng. Namanya adalah Cleopatra.

Yesus adalah realitas sejarah yang lain. Kehadiran-Nya berdampak besar dalam sejarah. Menurut riset pada 2012, sepertiga penduduk dunia atau 2, 2 miliar orang adalah pengikut Kristus. Yesus memikat banyak orang dengan kisah-Nya. Tak terhitung jumlah orang yang diubahkan karena mendengarkan sabda-Nya, yang terus disebarluaskan oleh para pengikut-Nya. Sampai sekarang Dia masih "menuliskan" kisah-Nya dalam kehidupan banyak orang di bumi ini. Seperti kesaksian Yohanes, seluruh kitab di dunia ini tidak cukup untuk memuat kisah-Nya. Dan, Kristus mengundang kita untuk menyambut kehadiran-Nya dalam hidup kita.

Meskipun demikian, tidak sedikit penentang yang berusaha mempertanyakan kisah-Nya. Mereka hendak memasukkan Yesus ke dalam kotak dongeng sebagaimana Cleopatra: sosok yang terkenal, namun hanya khayalan, bukan Tuhan yang layak dipuja dan disembah. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga meragukan Dia, ataukah kehadiran-Nya telah mengubahkan kehidupan kita? --Martinus Prabowo

JIKA YESUS HANYA TOKOH DONGENG, BETAPA SIA-SIASEKIAN BANYAK BUKU YANG DITULIS TENTANG DIRI-NYA.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/06/09/

Sumber : www.sabda.org

Minggu, 9 Juni 2013 - YESUS YANG FINAL (Yohanes 21:24-25)

  Tampilan cetakMinggu, 9 Juni 2013

Bacaan   : Yohanes 21:24-25Setahun : Nehemia 9-10Nats       : ... tetapi hal-hal ini telah dicatat, supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya karena percaya, kamu memperoleh hidup dalam nama-Nya. (Yohanes 20:31)

Kemungkinan besar Anda mengenal nama ini. Popularitasnya bertahan lama. Namanya pernah dipakai untuk merek parfum, nama asteroid, dan nama proyek pemantauan pencemaran di Laut Mediterania. Sejarawan Harold Bloom menyebutnya "selebritas pertama di dunia". Riwayatnya telah diadaptasi menjadi paling tidak 5 pertunjukan balet, 45 opera, 77 sandiwara, dan 5 film layar lebar. Masalahnya, keberadaannya masih menjadi bahan perdebatan di antara para ilmuwan. Sosoknya jadi lebih mirip tokoh dongeng. Namanya adalah Cleopatra.

Yesus adalah realitas sejarah yang lain. Kehadiran-Nya berdampak besar dalam sejarah. Menurut riset pada 2012, sepertiga penduduk dunia atau 2, 2 miliar orang adalah pengikut Kristus. Yesus memikat banyak orang dengan kisah-Nya. Tak terhitung jumlah orang yang diubahkan karena mendengarkan sabda-Nya, yang terus disebarluaskan oleh para pengikut-Nya. Sampai sekarang Dia masih "menuliskan" kisah-Nya dalam kehidupan banyak orang di bumi ini. Seperti kesaksian Yohanes, seluruh kitab di dunia ini tidak cukup untuk memuat kisah-Nya. Dan, Kristus mengundang kita untuk menyambut kehadiran-Nya dalam hidup kita.

Meskipun demikian, tidak sedikit penentang yang berusaha mempertanyakan kisah-Nya. Mereka hendak memasukkan Yesus ke dalam kotak dongeng sebagaimana Cleopatra: sosok yang terkenal, namun hanya khayalan, bukan Tuhan yang layak dipuja dan disembah. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga meragukan Dia, ataukah kehadiran-Nya telah mengubahkan kehidupan kita? --Martinus Prabowo

JIKA YESUS HANYA TOKOH DONGENG, BETAPA SIA-SIASEKIAN BANYAK BUKU YANG DITULIS TENTANG DIRI-NYA.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/06/09/

Sumber : www.sabda.org

Jumat, 07 Juni 2013

Sabtu, 8 Juni 2013 - MENJADI TUMPUL (Efesus 4:17-32)

  Tampilan cetakSabtu, 8 Juni 2013

Bacaan   : Efesus 4:17-32Setahun : Nehemia 7-8Nats       : Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan dengan serakah mengerjakan segala macam perbuatan cemar. (Efesus 4:19)

Saya takjub pada seorang penjual martabak telur. Bayangkan, ia menaruh lapisan kulit martabak ke kuali berisi minyak mendidih dengan tangan telanjang. Bahkan ia melipat dan membalikan martabak itu dengan tangannya tanpa meringis kepanasan. Saat saya tanya apakah ia tidak merasa kesakitan, ia menjawab ringan, "Tidak, Pak. Sudah terbiasa. Jadi, sudah kebal." Namun, kekaguman itu berubah menjadi kekhawatiran ketika kawan saya seorang dokter berkata bahwa hal itu justru membahayakan dirinya. Ia bisa saja tidak sadar jika tangannya terbakar karena ia tidak bisa lagi merasakan panas.

Ketika berulang-ulang berbuat dosa, kita akan mengalami penumpulan hati nurani. Kita kehilangan kepekaan untuk mendengarkan suara Roh Kudus yang menegur dan memperingatkan kita. Seperti sebuah lingkaran setan, penumpulan ini membuat kita menjadi semakin mudah untuk berbuat dosa yang lebih besar (ay. 19). Pada akhirnya, penumpulan menggiring kita pada kehancuran karena dosa itu (ay. 22). Bagaimana mencegah penumpulan hati nurani? Kita harus terus menerus "mengenakan manusia baru" dan hidup dalam kekudusan (ay. 24). Ketika jatuh dalam dosa, bertobatlah. Jatuh lagi? Bertobat lagi! Jangan menyerah.

Kita perlu berintrospeksi dengan jujur di hadapan Tuhan. Apakah kita sedang mengalami penumpulan hati nurani? Bangunlah dari keterlenaan rohani. Jangan bermain-main dengan dosa. Bila benar hati nurani kita tumpul, obat penawarnya hanya satu: Bertobatlah. Ya, bertobatlah! --Jimmy Setiawan

SEMAKIN TUMPUL HATI NURANI KITA TERHADAP DOSA,SEMAKIN RENTAN KEHIDUPAN KITA TERHADAP KEHANCURAN.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/06/08/

Sumber : www.sabda.org

Sabtu, 8 Juni 2013 - Jangan keraskan hati! (Keluaran 9:13-35)

  Tampilan cetakSabtu, 8 Juni 2013

Judul: Jangan keraskan hati!Tulah demi tulah yang dijatuhkan atas Mesir bukan semata-mata dimaksudkan agar Firaun dan rakyat Mesir menderita. Kalaupun mereka jadi menderita karena datangnya tulah-tulah tersebut, bukan penderitaan itu yang menjadi tujuan akhir.

Sebelum menjatuhkan tulah yang ketujuh, Allah terlebih dahulu memerintahkan Musa dan Harun untuk memperingatkan Firaun (13-21). Sesudah itu, Tuhan mengirimkan hujan es yang sangat dahsyat (18) disertai dengan guruh (23) dan kilat (24) yang menyambar-nyambar ke bumi. Tuhan menyebutkan bahwa kedahsyatan hujan es ini belum pernah terjadi sejak Mesir dijadikan (18). Sungguh tak terbayangkan!

Kedahsyatan tulah itu dimaksudkan agar Firaun secara pribadi mengenal kedahsyatan kuasa Allah (14) dan supaya seluruh dunia mengetahuinya juga (16; bdk. Rm 9:17). Namun pertobatan Firaun begitu dangkal. Ia memang mengetahui kesalahan dan kecurangan yang dia lakukan, tetapi ia tetap tidak mau bertobat (27). Ia belum mau percaya sepenuhnya bahwa Allah itu berkuasa dan berdaulat (29). Takut akan Allah berarti tunduk dalam penyerahan kepada Dia, yang berkuasa atas alam semesta (30).

Mengetahui tentang Allah dan mengalami kuasa-Nya ternyata tidak serta merta membuat Firaun membuka mata dan hatinya untuk segera bertobat. Bahkan mengalami sendiri penyataan kuat kuasa tangan Allah tidak membuat Firaun beranjak dari kedegilannya. Ia tetap mengeraskan hati dan tidak mau berubah sikap. Jadi yang penting dari sebuah pertobatan bukanlah pengalaman atau pertemuan orang orang dengan Allah, melainkan adanya kemauan orang untuk bertobat.

Kisah Firaun yang mengeraskan hati menjadi peringatan bagi kita, jika kita tahu bahwa Allah itu benar dan berkuasa, tetapi kita tak kunjung meninggalkan dosa maka kita patut waspada. Jangan sampai Tuhan menunjukkan kuasa-Nya yang lebih besar lagi kepada kita. Karena jika demikian, bisa-bisa kita celaka. Sebelum itu terjadi, lebih baik kita mengakui segala dosa kita dan memohon pengampunan-Nya.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/06/08/

Sumber : www.sabda.org

Kamis, 06 Juni 2013

Jumat, 7 Juni 2013 - LANGKAH KAKI (Kejadian 3:8-24)

  Tampilan cetakJumat, 7 Juni 2013

Bacaan   : Kejadian 3:8-24Setahun : Nehemia 4-6Nats       : ...mereka mendengar bunyi langkah Tuhan Allah... (Kejadian 3:8)

Saat berbaring di tempat tidur, saya bisa mengenali siapa orang rumah yang berjalan di ruang sebelah. Saya bisa membedakan apakah itu ayah, ibu atau adik saya dengan mendengar langkah kaki mereka. Ini karena kami sudah hidup serumah selama lebih dari 30 tahun.

Adam dan Hawa mengenal langkah kaki Allah (ay. 8) karena mereka tinggal dengan-Nya di Taman Eden. Mereka bertemu dan bercakap-cakap dengan-Nya. Mereka menikmati kasih-Nya setiap saat. Sayang, dosa kemudian merampas kesempatan indah itu. Mereka harus meninggalkan taman itu (ay. 24); artinya, mereka tidak dapat lagi mengalami sukacita seperti saat hidup bersama dengan Allah segala sumber berkat.

Kita pun dahulu hidup dalam dosa. Kita jauh dari Allah, jauh dari cinta kasih-Nya. Dalam kondisi seperti itu, bagaimana mungkin kita dapat menceritakan kasih-Nya kepada orang lain? Bagaimana pula orang lain akan tertarik pada Allah jika kita sendiri tidak mengenali "langkah kaki-Nya"?

Syukurlah, Allah telah menawarkan pendamaian dengan kita melalui putra-Nya (Roma 5:10). Kita telah dibenarkan oleh darah-Nya (Roma 5:9) sehingga kita bisa kembali mendengarkan "langkah kaki-Nya". Allah tidak lagi jauh. Dia menyertai kita sampai selamalamanya. Jangan sia-siakan kesempatan ini. Rayakanlah kehidupan bersama-Nya, sehingga berkat dan penyertaan-Nya nyata dalam hari-hari kita. Jika kita menuruti kehendak-Nya, sukacita akan melimpah dalam hidup kita (Maz 16:11) dan orang lain pun dapat melihat Allah dalam hidup kita. --Gigih Dwiananto

JIKA KITA MENGENALI LANGKAH KAKI ALLAH,KITA AKAN DAPAT MENGUNDANG ORANG LAIN MENGIKUTI DIA.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/06/07/

Sumber : www.sabda.org

Jumat, 7 Juni 2013 - Mengeraskan hati (Keluaran 9:1-12)

  Tampilan cetakJumat, 7 Juni 2013

Judul: Mengeraskan hatiTulah sampar menyerang ternak-ternak bangsa Mesir (3). Akibatnya, Mesir tidak memiliki ternak untuk dimakan atau dipekerjakan. Namun Allah menjauhkan penyakit itu dari bangsa Israel. Allah melindungi umat-Nya dari kesulitan mendapat makanan dan bekerja. Meski demikian, Firaun tidak juga melembutkan hati. Mungkin karena tetap tersedia makanan di lumbung istananya, bagi seluruh penghuni istana. Ini berarti Firaun tidak menggubris penderitaan rakyatnya karena Ia tetap mengeraskan hati terhadap peringatan Tuhan tersebut (7).

Belum usai penderitaan rakyat Mesir, tulah barah merebak di seluruh negeri (10-11). Barah itu berasal dari debu jelaga dapur yang dihamburkan ke udara di depan Firaun, dan kemudian menjangkiti manusia dan hewan di Mesir. Bagaimana dengan para ahli Mesir? Jangankan meniru untuk membuat barah yang sama, untuk dapat tetap berdiri di hadapan Musa saja mereka tidak sanggup (11). Barah itu juga menjangkiti mereka dan mereka tidak sanggup menangkalnya. Pada saat itu baik para ahli Mesir maupun seluruh rakyat Mesir dapat melihat bahwa tidak ada satu orang pun yang dapat melawan Allah Israel. Bahkan allah Mesir sekalipun tidak dapat menahan Allah Israel saat Ia menunjukkan kuasa-Nya.

Lalu bagaimana respons Firaun, sang allah Mesir, menyaksikan tulah yang semakin parah? Mulai dari tulah pertama sampai tulah keenam disebutkan bahwa Firaun berkeras hati setelah ia menyaksikan tulah-tulah tersebut. Seolah ia tidak peduli pada dampak tulah-tulah yang menimpa diri dan rakyatnya. Seolah juga ia memandang enteng tulah-tulah yang jatuh atas bangsanya, atau lebih jauh lagi ia memandang enteng pada Allah yang mendatangkan tulah-tulah tersebut. Namun setelah serangkaian tulah -mulai dari tulah kesatu sampai tulah yang keenam ini- untuk pertama kalinya disebutkan bahwa Tuhan mengeraskan hati Firaun (12).

Ini pelajaran berharga tetapi juga pernyataan keras! Siapa mengeraskan hati terhadap teguran Allah, siap-siap menghadapi hukuman-Nya yang juga keras! Karena itu mari peka pada suara dan teguran Tuhan.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/06/07/

Sumber : www.sabda.org

Rabu, 05 Juni 2013

Kamis, 6 Juni 2013 - LAWANLAH GODAAN (Yakobus 4:1-10)

  Tampilan cetakKamis, 6 Juni 2013

Bacaan   : Yakobus 4:1-10Setahun : Nehemia 1-3Nats       : Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari hadapanmu! (Yakobus 4:7)

John White berkata dalam salah satu bukunya, "Kecakapan terhebat iblis terletak pada kemampuannya membuat Anda merasa sebagai majikan atas diri sendiri." Iblis memiliki berbagai macam cara untuk bisa menjatuhkan kita. Dia bisa memberikan permen kepada anak-anak, dia bisa menggoda anak muda dengan pornografi, dia juga bisa memberikan tawaran yang menggiurkan melalui harta kepada para pengusaha. Sadarkah Anda akan godaan yang ia berikan kepada kita?

Godaan untuk berbuat dosa berasal dari hawa nafsu kedagingan dalam diri kita (ay. 1, bdk. Yak 1:14). Manusia mudah terjerumus ke dalam dosa (ay. 2-3). Dengan tekadnya sendiri, mustahil bagi manusia untuk lepas dari kuasa dosa. Kalau begitu, bagaimana kita dapat menghadapi? Menundukkan diri kepada Allah dan melawan iblis (ay. 7). Tunduk kepada Allah berarti menyambut anugerah-Nya dan berjalan menurut kebenaran-Nya. Adapun melawan iblis berarti kita secara aktif mendayagunakan anugerah Allah untuk melawan tipu muslihat iblis, yang mencobai kita melalui hawa nafsu kedagingan.

Iblis mengetahui titik kelemahan kita, pencobaan apa yang paling tepat untuk menggoda kita, kapan waktu untuk menawarkannya. Iblis menunggu saat kita berada dalam keadaan paling rentan. Kita perlu menyadari kelemahan tersebut, agar dapat waspada terhadap pencobaan Iblis. Jangan mengandalkan kekuatan diri, tapi ingatlah kemenangan Kristus yang sudah dianugerahkan pada kita, berpeganglah pada kebenaran, dan tolaklah tawaran iblis. --Irfan Setyawan W

KEPEMIMPINAN YANG SALAH ARAH PATUT DIKOREKSIBUKAN DENGAN KEBENCIAN, MELAINKAN DENGAN KEBENARAN.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/06/06/

Sumber : www.sabda.org

Kamis, 6 Juni 2013 - LAWANLAH GODAAN (Yakobus 4:1-10)

  Tampilan cetakKamis, 6 Juni 2013

Bacaan   : Yakobus 4:1-10Setahun : Nehemia 1-3Nats       : Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari hadapanmu! (Yakobus 4:7)

John White berkata dalam salah satu bukunya, "Kecakapan terhebat iblis terletak pada kemampuannya membuat Anda merasa sebagai majikan atas diri sendiri." Iblis memiliki berbagai macam cara untuk bisa menjatuhkan kita. Dia bisa memberikan permen kepada anak-anak, dia bisa menggoda anak muda dengan pornografi, dia juga bisa memberikan tawaran yang menggiurkan melalui harta kepada para pengusaha. Sadarkah Anda akan godaan yang ia berikan kepada kita?

Godaan untuk berbuat dosa berasal dari hawa nafsu kedagingan dalam diri kita (ay. 1, bdk. Yak 1:14). Manusia mudah terjerumus ke dalam dosa (ay. 2-3). Dengan tekadnya sendiri, mustahil bagi manusia untuk lepas dari kuasa dosa. Kalau begitu, bagaimana kita dapat menghadapi? Menundukkan diri kepada Allah dan melawan iblis (ay. 7). Tunduk kepada Allah berarti menyambut anugerah-Nya dan berjalan menurut kebenaran-Nya. Adapun melawan iblis berarti kita secara aktif mendayagunakan anugerah Allah untuk melawan tipu muslihat iblis, yang mencobai kita melalui hawa nafsu kedagingan.

Iblis mengetahui titik kelemahan kita, pencobaan apa yang paling tepat untuk menggoda kita, kapan waktu untuk menawarkannya. Iblis menunggu saat kita berada dalam keadaan paling rentan. Kita perlu menyadari kelemahan tersebut, agar dapat waspada terhadap pencobaan Iblis. Jangan mengandalkan kekuatan diri, tapi ingatlah kemenangan Kristus yang sudah dianugerahkan pada kita, berpeganglah pada kebenaran, dan tolaklah tawaran iblis. --Irfan Setyawan W

KEPEMIMPINAN YANG SALAH ARAH PATUT DIKOREKSIBUKAN DENGAN KEBENCIAN, MELAINKAN DENGAN KEBENARAN.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/06/06/

Sumber : www.sabda.org

Selasa, 04 Juni 2013

Rabu, 5 Juni 2013 - SEDIH BERSAMA TUHAN (1 Samuel 16:1-13)

  Tampilan cetakRabu, 5 Juni 2013

Bacaan   : 1 Samuel 16:1-13Setahun : Ezra 10Nats       : Berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul?" (1 Samuel 16:1)

Bagaimana reaksi Anda ketika menyaksikan pemimpin yang bobrok? Mereka seharusnya memberi contoh, namun justru menyalahgunakan kekuasaan. Mereka tidak takut akan Tuhan dan melakukan berbagai penyelewengan. Apakah Anda mengkritik mereka habis-habisan? Anda menyerang dan melawan mereka? Atau, Anda tidak peduli karena Anda merasa apa pun yang Anda lakukan akan percuma saja?

Ketika melihat Saul berkali-kali melanggar perintah Tuhan, Samuel sangat gusar. Betapa tidak! Suatu kali Saul yang terdesak oleh orang Filistin dengan lancang mempersembahkan kurban bakaran yang menjadi hak nabi Samuel (1 Sam 13:9). Bukannya bertobat, kali berikutnya, Saul kembali melanggar perintah untuk memusnahkan orang Amalek beserta segala kepunyaan mereka (15:3). Oleh ketamakan hatinya, ia membiarkan raja Agag tetap hidup dan menyisakan ternak mereka yang baik (15:8-9). Samuel pun berduka oleh tabiat Saul yang buruk dan tidak mau mengaku salah (15:13, 35). Namun, kemarahan dan kesedihan Samuel ini seiring dan sejalan dengan isi hati Tuhan. Karena itu, Tuhan pun menghibur Samuel dan menyuruhnya menobatkan raja yang baru bagi-Nya.

Anda boleh kecewa melihat pemimpin Anda tidak melakukan tugasnya. Masalahnya, apakah respon Anda terhadapnya sesuai dengan hati Tuhan? Anda tetap perlu tunduk padanya. Namun, bila tersedia kesempatan untuk menegur dan mengoreksi pemimpin, Anda perlu mendoakannya lebih dulu supaya hati Anda dipenuhi oleh kasih, agar Anda terhindar dari kebencian dan dendam. --Heman Elia

KEPEMIMPINAN YANG SALAH ARAH PATUT DIKOREKSIBUKAN DENGAN KEBENCIAN, MELAINKAN DENGAN KEBENARAN.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/06/05/

Sumber : www.sabda.org

Rabu, 5 Juni 2013 - Allah Mahakuasa (Keluaran 7:14-8:15)

  Tampilan cetakRabu, 5 Juni 2013

Judul: Allah MahakuasaFiraun tidak mengenal Allah Israel maka dia punya cukup alasan untuk menolak permintaan Musa dan Harun, seperti yang difirmankan Tuhan. Ia mengeraskan hati terhadap perkataan Tuhan yang Musa sampaikan. Setelah berulang kali menghadap Firaun, Musa tetap ditolak. Maka tiba saatnya Tuhan bertindak dengan kuasa-Nya. Tuhan akan menghukum Mesir dan Firaun dengan tulah.

Tulah pertama adalah air menjadi darah. Saat Firaun sedang berada di tepi sungai Nil, Musa menunjukkan kuasa hukuman Tuhan. Sungai Nil yang merupakan sungai suci bagi orang Mesir tiba-tiba berubah menjadi darah hanya dengan pukulan tongkat Musa. Ikan-ikan jadi mati. Orang Mesir tidak dapat meminum air sungai itu. Bau busuk ada di mana-mana. Air darah juga ada di mana-mana, bahkan di wadah kayu dan batu. Itulah kuasa Tuhan. Namun, Firaun tetap mengeraskan hati karena para ahli Mesir dapat juga membuat hal yang sama (22).

Tulah kedua, yaitu katak yang muncul di mana-mana. Jumlahnya tak terkirakan dan memenuhi seluruh ruang di Mesir. Lebih buruk lagi, ahli-ahli Mesir dengan manteranya menambah jumlah katak yang bermunculan. Lalu Firaun memanggil Musa untuk berdoa agar Tuhan menghilangkan katak-katak dari bumi Mesir. Walaupun permintaan Firaun didengar. Ternyata kembali Firaun mengeraskan hati tidak mau melepaskan Israel.

Dari dua tulah itu, Musa dan Firaun belajar tentang kuasa Allah yang tak tertandingi. Ia dapat mengubah air menjadi darah dan memerintahkan katak-katak keluar dari persembunyiannya. Meski Firaun mempunyai ahli-ahli untuk membuat hal yang sama, tetapi mereka tidak dapat membuat segala sesuatu kembali seperti semula.

Jelas bahwa Allah Israel -yang juga adalah Allah kita- lebih besar kuasa-Nya daripada segala ahli sihir, ahli nujum, dan orang-orang sakti lainnya, baik yang ada di Mesir maupun yang ada di seluruh penjuru dunia ini. Karena itu, jangan pernah berpaling dari Allah kepada orang-orang yang mengaku atau diakui sakti. Mungkin saja mereka memiliki kuasa, tetapi Allah kita jelas Mahakuasa.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/06/05/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 03 Juni 2013

Selasa, 4 Juni 2013 - MEMANDANG RENDAH (1 Timotius 4:11-16)

  Tampilan cetakSelasa, 4 Juni 2013

Bacaan   : 1 Timotius 4:11-16Setahun : Ezra 8-9Nats       : Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. (1 Timotius 4:12a)

Siapa yang mau dipandang rendah oleh sesamanya? Tidak ada. Ada orang yang menyikapinya secara positif, misalnya dengan giat bekerja agar sukses. Namun, ada pula yang menempuh jalur negatif, misalnya dengan mengorbankan nilai-nilai kebajikan agar diterima dalam suatu komunitas.

Dalam surat pertamanya kepada Timotius, Rasul Paulus mengingatkan adanya potensi tersebut dalam lingkup pelayanan jemaat. Mengapa? Ia masih muda dan berasal dari keluarga campuran. Melihat latar belakang itu saja, orang dapat merendahkannya. Apalagi Timotius melayani jemaat di kota besar, Efesus, sebuah kota pelabuhan termashyur. Di sana ada kuil Dewi Artemis yang dipenuhi dengan pelacur sebagai pelayan kuil. Uang berputar cepat di kota itu, menggoda orang untuk mengejar kekayaan. Ada banyak tawaran untuk memuaskan hasrat duniawi dengan menghalalkan segala cara.

Sebagai orang muda, Timotius pun rentan terhadap godaan itu. Bisa saja untuk lebih diterima orang, ia mengikuti saja kemauan dan ajakan orang lain. Di sinilah Paulus sebagai bapa rohani mengingatkan bahwa Timotius dapat menjadi teladan bagi orang percaya meskipun ia masih muda. Dengan berjalan menurut keinginan Roh, ia dapat menjaga perkataan dan tingkah lakunya serta mengasihi dalam kesetiaan dan kesucian hidup. Ia tak perlu "ikut arus" agar diterima oleh orang banyak.

Bagaimana dengan kita? Kiranya kita belajar menuruti keinginan Roh untuk menjalani kehidupan yang tak bercela dan patut diteladani. --Intan Grace

ORANG LAIN BISA JADI MERENDAHKAN KITA,NAMUN JANGAN TERGODA UNTUK BERSIKAP RENDAH.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/06/04/

Sumber : www.sabda.org

Selasa, 4 Juni 2013 - Tuhan yang berdaulat (Keluaran 6:27-7:13)

  Tampilan cetakSelasa, 4 Juni 2013

Judul: Tuhan yang berdaulatSeperti yang telah kita lihat dalam Keluaran 6:5-7, Allah akan menyatakan diri sebagai Tuhan/Yahweh melalui peristiwa Keluaran. Maka Ia berkata bahwa "Aku akan mengeraskan hati Firaun". Untuk itu Ia akan memperbanyak tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat yang Ia lakukan di tanah Mesir, supaya Ia mengeluarkan umat-Nya dari Mesir dengan menjatuhkan hukuman yang berat terhadap Mesir (3-4).

Pernyataan "Aku akan mengeraskan hati Firaun" tentu menimbulkan pertanyaan, "Apakah berarti Firaun sebenarnya berhati lembut, tetapi Tuhan mengeraskan hatinya?" Tentu tidak. Pernyataan itu berarti Tuhan membiarkan Firaun terus mengeraskan hati sehingga akhirnya sepuluh tulah dijatuhkan atas Mesir. Ini dapat kita lihat dari bagian lain yang menyatakan bahwa "hati Firaun berkeras" (7:13) atau "Ia tetap berkeras hati" (Kel 8:15). Namun mengapa menyatakan bahwa Tuhan akan mengeraskan hati Firaun? Pertama, pernyataan ini mau menekankan kedaulatan Tuhan, bahwa sesuatu hanya dapat terjadi karena Allah yang memutuskan hal itu.

Kedua, pernyataan mengeraskan hati Firaun harus dimengerti sebagai tindakan Allah menghukum Firaun yang telah lebih dahulu mengeraskan hatinya. Dan kerasnya hati Firaun terus berlanjut, seperti yang dipaparkan pada waktu tulah demi tulah terjadi satu per satu. Perhatikanlah keterangan tentang kerasnya hati Firaun di setiap akhir tulah. Prinsip yang sama dijelaskan oleh Paulus dalam Roma 1:24-32, Allah menyerahkan orang berdosa pada keberdosaan mereka sebagai hukuman-Nya kepada mereka.

Firaun berkeras hati dan Allah hanya membiarkan Firaun mengeraskan hatinya supaya maksud Allah dapat tercapai, yaitu menghukum orang Mesir dan allah-allah mereka karena kejahatan yang telah mereka lakukan terhadap Israel.

Allah berdaulat memakai dosa manusia sebagai penghukuman atas orang yang berdosa itu. Oleh karena itu, jangan keraskan hati saat kita ditegur karena dosa kita. Cepat bertobat agar kita segera menerima pengampunan-Nya.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/06/04/

Sumber : www.sabda.org

Minggu, 02 Juni 2013

Senin, 3 Juni 2013 - HARAM VS NAJIS (Markus 7:14-23)

  Tampilan cetakSenin, 3 Juni 2013

Bacaan   : Markus 7:14-23Setahun : Ezra 6-7Nats       : "...Tidak ada sesuatu pun dari luar, yang masuk ke dalam diri seseorang, dapat menajiskannya; tetapi hal-hal yang keluar dari dalam diri seseorang, itulah yang menajiskannya." (Markus 7:15)

Di negara kita yang religius, isu makanan bukan hanya dikaitkan dengan kesehatan, melainkan juga dengan kekudusan. Sepasang suami-istri di gereja saya bertengkar gara-gara tidak sepakat tentang boleh tidaknya makan nasi tumpeng hajatan tetangga yang melibatkan ritual mistis. Bagaimana seyogyanya sikap kita?

Orang Farisi dan ahli Taurat mengkritik Yesus karena para murid makan dengan tangan yang najis karena belum dibasuh sehingga makanan mereka pun menjadi haram (ay. 1-13). Yesus menjawab bahwa semua makanan halal (ay. 15). Ternyata permasalahannya lebih parah daripada sekadar makanan. Hati manusia sudah najis dan tercemar. Apa pun yang keluar dari hati yang najis, meskipun secara lahiriah tampak suci, tetap saja najis.

Hukum Taurat adalah simbol yang menunjuk pada Sang Mesias. Yesus menggenapinya melalui karya keselamatan-Nya, yang menyediakan solusi bagi kenajisan hati manusia. Kita tidak lagi dinajiskan atau dikuduskan oleh makanan; kita dikuduskan oleh pencurahan darah Kristus di kayu salib. Pengudusan ini berlaku pula dalam konteks yang lebih luas. Kerajaan Allah yang datang bersama dengan Yesus Kristus berkenaan dengan kesucian hati, kekudusan motivasi, bukan lagi kesucian eksternal atau jasmani.

Di dalam Kerajaan Allah, kita tidak perlu meributkan soal haramnajisnya makanan. Jika khawatir menjadi "batu sandungan", kita dapat menghindari makanan tertentu. Namun, selama makanan tersebut layak dan sehat, kenapa enggan menyantapnya? --Iwan Catur Wibowo

KESALEHAN PALSU MENOLAK YANG NAJIS MASUK,KESUCIAN SEJATI MENGUNDANG MESIAS YANG KUDUS MASUK.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/06/03/

Sumber : www.sabda.org

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari