Minggu, 31 Januari 2010

1 Feb - 2Sam 15:13-14,30; 16:5-13a; Mrk 5:1-20

"Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!"

(2Sam 15:13-14,30; 16:5-13a; Mrk 5:1-20)

 

"Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa. Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia. Orang itu diam di sana dan tidak ada seorang pun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu. Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!" Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: "Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!" (Mrk 5:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Roh jahat atau setan menguasai banyak orang di dunia ini, sehingga cukup banyak orang bertindak jahat, seperti korupsi yang sungguh membuat penderitaan banyak orang. Korupsi memang sulit diberantas, apalagi ketika embrio korupsi dibiarkan terus tumbuh. Yang saya maksudkan dengan embriyo korupsi antara lain kebiasaan 'menyontek' di sekolah-sekolah. Memang hanya dengan bersatu dan bersama Tuhan kita mampu mengalahkan roh jahat atau setan, termasuk secara khusus memberantas korupsi yang masih marak di sana-sini, juga mengadakan gerakan preventif dengan memberlakukan 'dilarang menyontek' di sekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita akan berani bertindak tegas, meneladan Yesus, dalam mengusir setan atau memberantas korupsi :"Hai engkau koruptor, enyahlah dari sini". Dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua: ketika di tempat kerja atau tugas kita ada tatanan atau aturan yang merangsang untuk bertindak jahat atau korupsi, hendaknya segera diluruskan atau dibereskan. Ketika ada rekan kerja atau rekan belajar melakukan korupsi atau menyontek sekecil apapun hendaknya kita tegor dan peringatkan untuk tidak melakukan lagi. Keberanian untuk menegor, memberantas dan mengingatkan, memang mengandaikan kita sendiri berbudi pekerti luhur, antara lain hidup dengan jujur dimanapun dan kapanpun. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17).

·    "Sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku, terlebih lagi sekarang orang Benyamin ini! Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab TUHAN yang telah berfirman kepadanya demikian. Mungkin TUHAN akan memperhatikan kesengsaraanku ini dan TUHAN membalas yang baik kepadaku sebagai ganti kutuk orang itu pada hari ini." (2Sam 16:11-12), demikian kata Daud kepada Abisai. Dengan jujur Daud menyadari dan menghayati dirinya sebagai yang telah berdosa serta berharap pada kemurahan hati Tuhan. Kejujuran Daud ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi bagi para petinggi, pejabat atau pemimpin yang telah berdosa, antara lain melakukan korupsi. Masyarakat umum atau rakyat tahu berapa upah atau gaji resmi dari para petinggi, pejabat atau pemimpin; mereka juga tahu bahwa sebagian besar kekayaan atau harta yang dimiliki  beberapa pejabat, petinggi atau pemimpin diperoleh diluar gaji/upah resmi alias melalui korupsi terstruktur. Belum lama ini diramaikan pembicaraan harga mobil para menteri yang sangat mahal, lebih mahal daripada harga mobil yang dipakai oleh para menteri di negara-negara yang cukup kaya. Rasanya kebijakan pembelian mobil tersebut pasti ada ketidak-jujuran. Maka dengan ini kami mengharapkan kepada para petinggi, pejabat atau memimpin, yang telah menerima imbal jasa yang tidak halal atau tidak benar, dengan rendah hati dan jujur mengakui kesalahan yang telah dibuatnya. Kami berharap para petinggi, pejabat atau pemimpin dapat menjadi teladan hidup sederhana, sehingga tidak tergoda untuk melakukan korupsi atau memperkaya diri dengan mengkomersialisasikan jabatan atau fungsinya.

 

"Ya TUHAN, betapa banyaknya lawanku! Banyak orang yang bangkit menyerang aku; banyak orang yang berkata tentang aku: "Baginya tidak ada pertolongan dari pada Allah." Tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku. Dengan nyaring aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus" (Mzm 3:2-5)

        

Jakarta, 1 Februari 2010


1 Feb - 2Sam 15:13-14,30; 16:5-13a; Mrk 5:1-20

"Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!"

(2Sam 15:13-14,30; 16:5-13a; Mrk 5:1-20)

 

"Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa. Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia. Orang itu diam di sana dan tidak ada seorang pun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu. Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!" Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: "Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!" (Mrk 5:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Roh jahat atau setan menguasai banyak orang di dunia ini, sehingga cukup banyak orang bertindak jahat, seperti korupsi yang sungguh membuat penderitaan banyak orang. Korupsi memang sulit diberantas, apalagi ketika embrio korupsi dibiarkan terus tumbuh. Yang saya maksudkan dengan embriyo korupsi antara lain kebiasaan 'menyontek' di sekolah-sekolah. Memang hanya dengan bersatu dan bersama Tuhan kita mampu mengalahkan roh jahat atau setan, termasuk secara khusus memberantas korupsi yang masih marak di sana-sini, juga mengadakan gerakan preventif dengan memberlakukan 'dilarang menyontek' di sekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita akan berani bertindak tegas, meneladan Yesus, dalam mengusir setan atau memberantas korupsi :"Hai engkau koruptor, enyahlah dari sini". Dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua: ketika di tempat kerja atau tugas kita ada tatanan atau aturan yang merangsang untuk bertindak jahat atau korupsi, hendaknya segera diluruskan atau dibereskan. Ketika ada rekan kerja atau rekan belajar melakukan korupsi atau menyontek sekecil apapun hendaknya kita tegor dan peringatkan untuk tidak melakukan lagi. Keberanian untuk menegor, memberantas dan mengingatkan, memang mengandaikan kita sendiri berbudi pekerti luhur, antara lain hidup dengan jujur dimanapun dan kapanpun. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17).

·    "Sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku, terlebih lagi sekarang orang Benyamin ini! Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab TUHAN yang telah berfirman kepadanya demikian. Mungkin TUHAN akan memperhatikan kesengsaraanku ini dan TUHAN membalas yang baik kepadaku sebagai ganti kutuk orang itu pada hari ini." (2Sam 16:11-12), demikian kata Daud kepada Abisai. Dengan jujur Daud menyadari dan menghayati dirinya sebagai yang telah berdosa serta berharap pada kemurahan hati Tuhan. Kejujuran Daud ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi bagi para petinggi, pejabat atau pemimpin yang telah berdosa, antara lain melakukan korupsi. Masyarakat umum atau rakyat tahu berapa upah atau gaji resmi dari para petinggi, pejabat atau pemimpin; mereka juga tahu bahwa sebagian besar kekayaan atau harta yang dimiliki  beberapa pejabat, petinggi atau pemimpin diperoleh diluar gaji/upah resmi alias melalui korupsi terstruktur. Belum lama ini diramaikan pembicaraan harga mobil para menteri yang sangat mahal, lebih mahal daripada harga mobil yang dipakai oleh para menteri di negara-negara yang cukup kaya. Rasanya kebijakan pembelian mobil tersebut pasti ada ketidak-jujuran. Maka dengan ini kami mengharapkan kepada para petinggi, pejabat atau memimpin, yang telah menerima imbal jasa yang tidak halal atau tidak benar, dengan rendah hati dan jujur mengakui kesalahan yang telah dibuatnya. Kami berharap para petinggi, pejabat atau pemimpin dapat menjadi teladan hidup sederhana, sehingga tidak tergoda untuk melakukan korupsi atau memperkaya diri dengan mengkomersialisasikan jabatan atau fungsinya.

 

"Ya TUHAN, betapa banyaknya lawanku! Banyak orang yang bangkit menyerang aku; banyak orang yang berkata tentang aku: "Baginya tidak ada pertolongan dari pada Allah." Tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku. Dengan nyaring aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus" (Mzm 3:2-5)

        

Jakarta, 1 Februari 2010


Tempat Perhentian

Ayat bacaan: Ibrani 4:1
=================
"Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku."

tempat perhentianBagi orang yang sibuk, kata perhentian akan sangat indah terdengar. Bayangkan setelah bekerja keras dalam jangka waktu tertentu, dimana kita tidak mendapat waktu yang cukup untuk beristirahat, kita kemudian ditawarkan waktu dimana kita bisa dengan tenang menikmati istirahat dengan nyaman, tanpa gangguan, tanpa harus memikirkan pekerjaan, tanpa harus lelah. Bayangkan jika anda ditawarkan untuk berlibur ke sebuah resor yang indah di tepi pantai, pohon nyiur melambai dan anda bisa berenang atau berlayar di laut yang jernih dan tenang, melihat ikan-ikan berenang bebas tepat di bawah anda. Semua orang ingin itu bukan? Bagi saya yang sudah seminggu ini kecapaian akibat menumpuknya pekerjaan, mendengar kata perhentian ini terasa begitu nikmat. Kita harus bekerja untuk hidup. Dan pekerjaan itu seringkali tidak mudah. Ada banyak persoalan, ada banyak tugas yang harus diselesaikan, ada banyak tanggungjawab dan sebagainya, yang biasanya punya batas waktu tertentu. Tidak jarang kita stres memikirkan pekerjaan, sehingga tidak saja tubuh yang lelah, tapi pikiran pun sama lelahnya. Berat? Memang, tapi itu harus kita lakukan agar mampu menghidupi diri sendiri dan keluarga. Kalau mau sukses kita memang harus rela bersusah-payah. Itu sudah menjadi kewajiban yang harus dilewati semua orang. Mungkin ada yang hidup tenang, tidak harus bekerja karena mendapat subsidi lebih dari cukup dari orang tua,tapi bukankah mereka pun harus bekerja keras untuk membuat anak-anaknya nyaman? Bagi pekerja keras, kata perhentian, istirahat, alias waktu yang diberikan kepada kita untuk bebas dari tekanan dan beban hidup tentu sangat berarti.

Jika kita bekerja keras untuk mencari nafkah, dan setelahnya kita akan sangat menikmati liburan yang penuh kenyamanan, dalam menjalani hidup pun demikian. Hidup ini sungguh tidak mudah. Selalu ada masalah yang muncul silih berganti, ada kesedihan, duka lara dan penderitaan yang terkadang hadir dalam hidup kita. Hidup memang melelahkan. Di saat yang sama kita seringkali harus menghadapi beberapa persoalan sekaligus dalam berbagai aspek kehidupan kita. Tapi seperti halnya liburan yang menyenangkan, kepada kita pun disediakan Tuhan sebuah tempat sebagai perhentian kita. Sebuah tempat dimana kita tidak lagi harus setengah mati bekerja, tidak lagi harus mengalami penderitaan hidup. Tempat dimana tidak ada lagi ratap tangis dan sakit. Ini sebuah tempat yang luar biasa nyaman, lebih dari tempat liburan terindah manapun yang pernah anda datangi di dunia ini. Alkitab menggambarkannya demikian: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu." (Wahyu 21:3-4). A place where all the problems and sadness have dissapeared. Wow, what a place! Dan itu bukan hanya impian, tapi tempat seperti itulah yang disediakan Tuhan kepada kita. Semua orang bisa masuk kesana. Tuhan memang menyediakan tempat perhentian, sebuah hari dimana semua penderitaan dan kesulitan hidup akhirnya lenyap. Tapi perhatikan, tidak semuanya akan berhasil mencapai tempat perhentian itu dan masuk di dalamnya.

Kitab Ibrani menjelaskan panjang lebar mengenai tempat perhentian ini dan bagaimana agar kita tidak ketinggalan untuk mendapat bagian di dalamnya. Disana dikatakan "Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku." (Ibrani 4:1). Perhentian itu masih berlaku dan tetap akan berlaku bagi orang percaya. Apa yang harus kita lakukan adalah terus waspada, terus menjalani hidup dengan ketaatan yang sungguh-sungguh agar kita tidak sampai ketinggalan kereta untuk mencapai tempat yang penuh sukacita dan damai sejahtera itu. Kitab Ibrani mengingatkan kita agar jangan sampai melakukan kesalahan fatal seperti halnya bangsa Israel yang gagal mencapai tempat perhentian mereka, sebuah tanah terjanji yang berlimpah susu dan madunya. Bacalah Ibrani 3:7-19 untuk mendapatkan gambaran jelas. 40 tahun lamanya mereka ditempa dalam perjalanan memasuki sebuah tempat perhentian yang indah, namun mereka tidak mampu memanfaatkan kesempatan yang ada. Mereka terus saja menyakiti hati Tuhan, melakukan berbagai kesalahan dan pada akhirnya mereka pun luput dari tempat itu. "..nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya. Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku, sehingga Aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku." (ay 9-11). Belajarlah dari kegagalan bangsa Israel pada jaman itu agar kita tidak ikut-ikutan terperosok dan kehilangan kesempatan untuk masuk ke tempat perhentian yang sudah disediakan Tuhan itu. Janji itu tetap sama berlaku, "Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula." (ay 14).

Apa yang dapat membuat kita gagal mendapatkannya? "Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup." (ay 12). Murtad dari Tuhan, memiliki hati yang jahat dan tidak percaya. Itu hal yang akan merintangi kita dan mengarahkan kita ke sudut yang salah, dimana masalah tidak saja terus berlangsung, malah intensitasnya semakin mengerikan. Dalam ayat 14 yang sudah saya kutip di atas kita melihat pula bahwa kita harus terus berpegang teguh kepada iman kita. Memulainya sudah baik, jangan sampai kita terjatuh di tengah jalan. Adalah penting bagi kita untuk terus berpegang kepada iman. Iman yang kuat, iman yang teguh, iman yang percaya penuh, iman yang penuh pengharapan, iman yang mampu melemparkan gunung ke laut. Secara jelas Penulis Ibrani mengatakan kategori orang yang akan tidak akan diikutsertakan untuk masuk ke dalam tempat perhentianNya. "Dan siapakah yang telah Ia sumpahi, bahwa mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Nya? Bukankah mereka yang tidak taat? Demikianlah kita lihat, bahwa mereka tidak dapat masuk oleh karena ketidakpercayaan mereka." (ay 18-19).

Bagi semua orang tempat ini disediakan. Kepada semua orang pula telah diberitakan kabar gembira seperti halnya kepada kita. Tapi bagi sebagian orang berita itu dibiarkan berlalu sia-sia, sehingga bagi mereka kesempatan untuk beroleh tempat itu akan berlalu di depan mata. "Karena kepada kita diberitakan juga kabar kesukaan sama seperti kepada mereka, tetapi firman pemberitaan itu tidak berguna bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman dengan mereka yang mendengarnya." (Ibrani 14:2). Dikalangan orang percaya sekalipun, jika hidup tidak dengan iman yang taat dan percaya, mereka tidak akan bisa mencapainya. (ay 6). Bagaimana cara kita hidup saat ini akan sangat menentukan kemana kita akan masuk seterusnya. Apakah ke tempat perhentian yang penuh damai sukacita tanpa ratap tangis penderitaan, sakit penyakit dan sebagainya, atau ke tempat dimana penderitaan akan milyaran kali lipat lebih parah. Oleh karena itu Penulis Ibrani mengingatkan: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!" (ay 7)

Tempat perhentian telah disediakan bagi kita. Tapi hanya orang-orang yang memiliki iman teguh hingga akhirlah yang bisa mendapatkannya. Jika hidup ini diibaratkan sebagai perlombaan, mari kita semua berlomba dengan baik untuk mencapai garis akhir sebagai pemenang (Ibrani 12:1). Anda rindu tempat peristirahatan seperti resor yang penuh nyiur melambai, angin sepoi-sepoi, langit biru berawan dan lautan yang jernih seperti kaca? Apa yang disediakan Tuhan jauh lebih indah dari itu, bahkan kekal sifatnya. Hiduplah dengan iman dan ketaatan penuh hingga akhir, agar tempat perhentian itu bisa menjadi milik anda.

Tuhan menyediakan tempat perhentian yang penuh sukacita kepada orang percaya yang beriman hingga akhir

Tempat Perhentian

Ayat bacaan: Ibrani 4:1
=================
"Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku."

tempat perhentianBagi orang yang sibuk, kata perhentian akan sangat indah terdengar. Bayangkan setelah bekerja keras dalam jangka waktu tertentu, dimana kita tidak mendapat waktu yang cukup untuk beristirahat, kita kemudian ditawarkan waktu dimana kita bisa dengan tenang menikmati istirahat dengan nyaman, tanpa gangguan, tanpa harus memikirkan pekerjaan, tanpa harus lelah. Bayangkan jika anda ditawarkan untuk berlibur ke sebuah resor yang indah di tepi pantai, pohon nyiur melambai dan anda bisa berenang atau berlayar di laut yang jernih dan tenang, melihat ikan-ikan berenang bebas tepat di bawah anda. Semua orang ingin itu bukan? Bagi saya yang sudah seminggu ini kecapaian akibat menumpuknya pekerjaan, mendengar kata perhentian ini terasa begitu nikmat. Kita harus bekerja untuk hidup. Dan pekerjaan itu seringkali tidak mudah. Ada banyak persoalan, ada banyak tugas yang harus diselesaikan, ada banyak tanggungjawab dan sebagainya, yang biasanya punya batas waktu tertentu. Tidak jarang kita stres memikirkan pekerjaan, sehingga tidak saja tubuh yang lelah, tapi pikiran pun sama lelahnya. Berat? Memang, tapi itu harus kita lakukan agar mampu menghidupi diri sendiri dan keluarga. Kalau mau sukses kita memang harus rela bersusah-payah. Itu sudah menjadi kewajiban yang harus dilewati semua orang. Mungkin ada yang hidup tenang, tidak harus bekerja karena mendapat subsidi lebih dari cukup dari orang tua,tapi bukankah mereka pun harus bekerja keras untuk membuat anak-anaknya nyaman? Bagi pekerja keras, kata perhentian, istirahat, alias waktu yang diberikan kepada kita untuk bebas dari tekanan dan beban hidup tentu sangat berarti.

Jika kita bekerja keras untuk mencari nafkah, dan setelahnya kita akan sangat menikmati liburan yang penuh kenyamanan, dalam menjalani hidup pun demikian. Hidup ini sungguh tidak mudah. Selalu ada masalah yang muncul silih berganti, ada kesedihan, duka lara dan penderitaan yang terkadang hadir dalam hidup kita. Hidup memang melelahkan. Di saat yang sama kita seringkali harus menghadapi beberapa persoalan sekaligus dalam berbagai aspek kehidupan kita. Tapi seperti halnya liburan yang menyenangkan, kepada kita pun disediakan Tuhan sebuah tempat sebagai perhentian kita. Sebuah tempat dimana kita tidak lagi harus setengah mati bekerja, tidak lagi harus mengalami penderitaan hidup. Tempat dimana tidak ada lagi ratap tangis dan sakit. Ini sebuah tempat yang luar biasa nyaman, lebih dari tempat liburan terindah manapun yang pernah anda datangi di dunia ini. Alkitab menggambarkannya demikian: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu." (Wahyu 21:3-4). A place where all the problems and sadness have dissapeared. Wow, what a place! Dan itu bukan hanya impian, tapi tempat seperti itulah yang disediakan Tuhan kepada kita. Semua orang bisa masuk kesana. Tuhan memang menyediakan tempat perhentian, sebuah hari dimana semua penderitaan dan kesulitan hidup akhirnya lenyap. Tapi perhatikan, tidak semuanya akan berhasil mencapai tempat perhentian itu dan masuk di dalamnya.

Kitab Ibrani menjelaskan panjang lebar mengenai tempat perhentian ini dan bagaimana agar kita tidak ketinggalan untuk mendapat bagian di dalamnya. Disana dikatakan "Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku." (Ibrani 4:1). Perhentian itu masih berlaku dan tetap akan berlaku bagi orang percaya. Apa yang harus kita lakukan adalah terus waspada, terus menjalani hidup dengan ketaatan yang sungguh-sungguh agar kita tidak sampai ketinggalan kereta untuk mencapai tempat yang penuh sukacita dan damai sejahtera itu. Kitab Ibrani mengingatkan kita agar jangan sampai melakukan kesalahan fatal seperti halnya bangsa Israel yang gagal mencapai tempat perhentian mereka, sebuah tanah terjanji yang berlimpah susu dan madunya. Bacalah Ibrani 3:7-19 untuk mendapatkan gambaran jelas. 40 tahun lamanya mereka ditempa dalam perjalanan memasuki sebuah tempat perhentian yang indah, namun mereka tidak mampu memanfaatkan kesempatan yang ada. Mereka terus saja menyakiti hati Tuhan, melakukan berbagai kesalahan dan pada akhirnya mereka pun luput dari tempat itu. "..nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya. Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku, sehingga Aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku." (ay 9-11). Belajarlah dari kegagalan bangsa Israel pada jaman itu agar kita tidak ikut-ikutan terperosok dan kehilangan kesempatan untuk masuk ke tempat perhentian yang sudah disediakan Tuhan itu. Janji itu tetap sama berlaku, "Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula." (ay 14).

Apa yang dapat membuat kita gagal mendapatkannya? "Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup." (ay 12). Murtad dari Tuhan, memiliki hati yang jahat dan tidak percaya. Itu hal yang akan merintangi kita dan mengarahkan kita ke sudut yang salah, dimana masalah tidak saja terus berlangsung, malah intensitasnya semakin mengerikan. Dalam ayat 14 yang sudah saya kutip di atas kita melihat pula bahwa kita harus terus berpegang teguh kepada iman kita. Memulainya sudah baik, jangan sampai kita terjatuh di tengah jalan. Adalah penting bagi kita untuk terus berpegang kepada iman. Iman yang kuat, iman yang teguh, iman yang percaya penuh, iman yang penuh pengharapan, iman yang mampu melemparkan gunung ke laut. Secara jelas Penulis Ibrani mengatakan kategori orang yang akan tidak akan diikutsertakan untuk masuk ke dalam tempat perhentianNya. "Dan siapakah yang telah Ia sumpahi, bahwa mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Nya? Bukankah mereka yang tidak taat? Demikianlah kita lihat, bahwa mereka tidak dapat masuk oleh karena ketidakpercayaan mereka." (ay 18-19).

Bagi semua orang tempat ini disediakan. Kepada semua orang pula telah diberitakan kabar gembira seperti halnya kepada kita. Tapi bagi sebagian orang berita itu dibiarkan berlalu sia-sia, sehingga bagi mereka kesempatan untuk beroleh tempat itu akan berlalu di depan mata. "Karena kepada kita diberitakan juga kabar kesukaan sama seperti kepada mereka, tetapi firman pemberitaan itu tidak berguna bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman dengan mereka yang mendengarnya." (Ibrani 14:2). Dikalangan orang percaya sekalipun, jika hidup tidak dengan iman yang taat dan percaya, mereka tidak akan bisa mencapainya. (ay 6). Bagaimana cara kita hidup saat ini akan sangat menentukan kemana kita akan masuk seterusnya. Apakah ke tempat perhentian yang penuh damai sukacita tanpa ratap tangis penderitaan, sakit penyakit dan sebagainya, atau ke tempat dimana penderitaan akan milyaran kali lipat lebih parah. Oleh karena itu Penulis Ibrani mengingatkan: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!" (ay 7)

Tempat perhentian telah disediakan bagi kita. Tapi hanya orang-orang yang memiliki iman teguh hingga akhirlah yang bisa mendapatkannya. Jika hidup ini diibaratkan sebagai perlombaan, mari kita semua berlomba dengan baik untuk mencapai garis akhir sebagai pemenang (Ibrani 12:1). Anda rindu tempat peristirahatan seperti resor yang penuh nyiur melambai, angin sepoi-sepoi, langit biru berawan dan lautan yang jernih seperti kaca? Apa yang disediakan Tuhan jauh lebih indah dari itu, bahkan kekal sifatnya. Hiduplah dengan iman dan ketaatan penuh hingga akhir, agar tempat perhentian itu bisa menjadi milik anda.

Tuhan menyediakan tempat perhentian yang penuh sukacita kepada orang percaya yang beriman hingga akhir

Sabtu, 30 Januari 2010

Mengenal Potensi Diri

Ayat bacaan: Amsal 14:8
======================
"Mengerti jalannya sendiri adalah hikmat orang cerdik, tetapi orang bebal ditipu oleh kebodohannya."

mengenal potensi diriSelama beberapa tahun mengajar, saya menemukan fakta bahwa ada banyak orang yang belum mengetahui seberapa besar potensi mereka sebenarnya. Ada banyak diantara siswa-siswi saya yang tidak mengetahui dimana letak kekuatan mereka, apa yang mereka miliki yang sebenarnya akan sangat berguna jika diasah. Maka salah satu kebiasaan saya adalah mencoba mengenali mereka lebih dalam dan menggali potensi mereka. Disamping itu mereka pun biasanya membutuhkan dorongan moril. Saya selalu memotivasi mereka dalam setiap pertemuan, karena itu merupakan salah satu masalah terbesar untuk sukses. Jika ditanya mereka ingin jadi apa, biasanya mereka kesulitan untuk menjawab. Padahal peluang sebenarnya ada banyak, bahkan di depan mata sekalipun. Tapi seringkali kita membuang-buang kesempatan itu tanpa sadar. Sebuah penelitian menyatakan bahwa rata-rata peluang yang hadir setiap harinya berjumlah 4000. Tapi bisa jadi kita tidak melihatnya, atau kita sering terlalu fokus kepada hambatan ketimbang peluang itu sendiri. Kita merasa tidak sanggup, pekerjaan itu terlalu besar, tidak berani untuk memulai, terlalu tinggi untuk dicapai dan sebagainya. Kita terlalu sering menilai diri kita terlalu kecil. Padahal kesuksesan bisa jadi ada di depan mata. Tapi kita melewatkannya lagi dan lagi, sehingga kesempatan selalu berlalu sia-sia di depan mata. Hidup akhirnya hanya berisi keluhan. Kita hanya melihat bahwa antara jumlah pelamar kerja dan lowongan pekerjaan tidaklah sebanding, dan kita menjadikan itu sebagai alasan untuk tidak juga mulai melakukan sesuatu. Padahal jika penelitian di atas berkata ada 4000 peluang secara rata-rata per hari, masa satupun tidak ada yang bisa kita lakukan?

Tidak mengenali potensi diri sendiri, merasa kecil dan tidak mampu, itu masalah terbesar bagi banyak orang. Padahal Tuhan menciptakan kita begitu lengkap. Bukan saja organ tubuh, bukan saja nafas kehidupan, tapi Tuhan telah mempersiapkan rancanganNya yang terbaik bagi kita, bahkan telah melengkapi kita dengan talenta-talenta tersendiri, dengan keunikan dan kemampuan yang berbeda-beda bagi setiap orang dengan tujuan agar kita bisa saling melengkapi. Ironisnya yang sering terjadi, orang hanya duduk diam dan merasa iri dengan kemampuan orang lain. Padahal jika saja mau melihat potensi diri, pasti ada sesuatu yang bisa diolah dan menghasilkan kesuksesan, karena Tuhan telah membekali setiap kita dengan talenta masing-masing. Mungkin tidak pintar jualan tapi pintar bertukang, mungkin tidak bisa memasak tapi mengerti banyak urusan komputer, tidak pintar berbicara, tapi hebat menyusun strategi, tidak suka politik tapi cekatan bekerja, dan sebagainya. Tidak masalah, karena tidak ada orang yang mampu melakukan segala sesuatu. Karena itulah Tuhan memberikan talenta yang berbeda-beda agar kita semua bisa saling melengkapi dan bisa memuliakan Tuhan di bidang kita masing-masing. Peluang untuk sukses? Tetap ada biar bagaimanapun. Semua orang berpeluang untuk sukses. Saya percaya itu. Yang penting adalah mengetahui kemampuan kita sendiri secara benar, mau mengasahnya agar lebih tajam, dan terus meletakkannya dalam doa agar langkah demi langkah tetap beradadalam rencana Tuhan. Dikuasai ketakutan, kekhawatiran, keraguan dalam mengambil sikap dan sebagainya, termasuk mengukur diri terlalu rendah merupakan hal yang harus kita atasi, agar berkat-berkat Tuhan tidak berlalu sia-sia di depan mata.

"Mengerti jalannya sendiri adalah hikmat orang cerdik, tetapi orang bebal ditipu oleh kebodohannya." (Amsal 14:8). Demikian firman Tuhan berkata. Orang cerdik yang penuh hikmat akan mampu mengetahui kemampuannya sendiri, tapi sebaliknya orang yang bebal akan terus dikuasai oleh keraguan, kekhawatiran dan ketidakberanian mereka untuk melangkah dan akibatnya tidak kunjung maju. Dalam perumpamaan talenta di Matius 25:14-30 kita bisa melihat bahwa Tuhan telah membekali kita dengan talenta tersendiri. Jumlahnya bisa jadi berbeda, namun yang terkecil sekalipun, satu talenta, itu sudah merupakan pemberian yang besar dari Tuhan. Dalam alkitab satu talenta digambarkan setara dengan 1000 uang emas. Itupun sudah besar bukan? Pemberian Tuhan ini harus mampu kita asah dan olah hingga bisa menghasilkan. Itulah yang Tuhan kehendaki, bukan sebaliknya hanya ditimbun dan malah bersungut-sungut seperti hamba yang diberi satu talenta dalam perumpamaan ini. "Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!" (ay 24-25). Inilah gambaran orang yang tidak menghargai pemberian Tuhan, tidak hanya menolak tapi malah menuduh dan bersungut-sungut, diliputi ketakutan akan kegagalan dan memilih untuk diam saja tanpa berbuat apa-apa. Talenta yang kecil sekalipun jika diolah akan berbuah, dan Tuhan siap memberi lebih lagi jika kita sudah mampu bertanggungjawab atas perkara kecil. "Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya." (ay 29).

Hari ini berhentilah mengeluh, bersungut-sungut atau menuduh Tuhan tidak juga menurunkan berkatNya. Seringkali yang terjadi adalah kita melewatkan kesempatan berlalu di depan mata, membiarkan berkat Tuhan terbuang sia-sia. Berhentilah bermalas-malasan dan berhentilah terus menerus dikuasai kekhawatiran dan ketakutan. "Si pemalas berkata: "Ada singa di luar, aku akan dibunuh di tengah jalan." (Amsal 22:13). Jika kita terus dikuasai keraguan dan kekhawatiran, maka kita pun akan menjadi pribadi-pribadi yang malas, tanpa semangat. Oleh karena itu temukanlah potensi diri sendiri. Seringkali Tuhan tidak langsung memberikan ikan, tapi Dia menyediakan kail. Apakah kita mau menggunakannya atau tidak, itu akan menentukan sejauh mana kesuksesan akan kita raih. Yesus sudah menunjukkan hal ini ketika Dia memberi makan ribuan orang dengan menggandakan lima roti dan dua ikan. Tuhan Yesus berkata: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" (Markus 6:38). Yesus sanggup langsung menurunkan makanan dari langit, tapi itu tidak Dia lakukan. Yesus lebih memilih untuk melihat apa yang ada pada kita, dan dengan berkatNya semua itu bisa menjadi berlimpah-limpah.. Semua itu sangat berguna untuk mengajarkan kita agar tidak menjadi orang-orang manja dan mau berubah menjadi pribadi yang giat berusaha. Periksalah! Periksa ada berapa roti yang kita miliki, dan Tuhan siap melipatgandakan itu menjadi berkat yang berlimpah.

Hari ini mari kita kenali potensi diri kita yang sebenarnya. Mari kita periksa talenta apa yang Tuhan berikan kepada kita, dan mari kita kembangkan, asah dan olah. Saatnya untuk mempergunakan talenta yang kita miliki untuk sukses, dan memakainya untuk kemuliaan Tuhan. Sesungguhnya semua orang dirancang Tuhan untuk sukses, dan Dia telah menyediakan segala sesuatu yang diperlukan untuk bisa mencapai itu. Jangan biarkan berkat Tuhan berlalu sia-sia, mulailah hari ini untuk menjadi orang cerdik yang penuh hikmat yang mengetahui kemampuan atau potensi diri sendiri.

Tuhan telah memberikan talenta yang cukup kepada setiap orang untuk bisa sukses

Mengenal Potensi Diri

Ayat bacaan: Amsal 14:8
======================
"Mengerti jalannya sendiri adalah hikmat orang cerdik, tetapi orang bebal ditipu oleh kebodohannya."

mengenal potensi diriSelama beberapa tahun mengajar, saya menemukan fakta bahwa ada banyak orang yang belum mengetahui seberapa besar potensi mereka sebenarnya. Ada banyak diantara siswa-siswi saya yang tidak mengetahui dimana letak kekuatan mereka, apa yang mereka miliki yang sebenarnya akan sangat berguna jika diasah. Maka salah satu kebiasaan saya adalah mencoba mengenali mereka lebih dalam dan menggali potensi mereka. Disamping itu mereka pun biasanya membutuhkan dorongan moril. Saya selalu memotivasi mereka dalam setiap pertemuan, karena itu merupakan salah satu masalah terbesar untuk sukses. Jika ditanya mereka ingin jadi apa, biasanya mereka kesulitan untuk menjawab. Padahal peluang sebenarnya ada banyak, bahkan di depan mata sekalipun. Tapi seringkali kita membuang-buang kesempatan itu tanpa sadar. Sebuah penelitian menyatakan bahwa rata-rata peluang yang hadir setiap harinya berjumlah 4000. Tapi bisa jadi kita tidak melihatnya, atau kita sering terlalu fokus kepada hambatan ketimbang peluang itu sendiri. Kita merasa tidak sanggup, pekerjaan itu terlalu besar, tidak berani untuk memulai, terlalu tinggi untuk dicapai dan sebagainya. Kita terlalu sering menilai diri kita terlalu kecil. Padahal kesuksesan bisa jadi ada di depan mata. Tapi kita melewatkannya lagi dan lagi, sehingga kesempatan selalu berlalu sia-sia di depan mata. Hidup akhirnya hanya berisi keluhan. Kita hanya melihat bahwa antara jumlah pelamar kerja dan lowongan pekerjaan tidaklah sebanding, dan kita menjadikan itu sebagai alasan untuk tidak juga mulai melakukan sesuatu. Padahal jika penelitian di atas berkata ada 4000 peluang secara rata-rata per hari, masa satupun tidak ada yang bisa kita lakukan?

Tidak mengenali potensi diri sendiri, merasa kecil dan tidak mampu, itu masalah terbesar bagi banyak orang. Padahal Tuhan menciptakan kita begitu lengkap. Bukan saja organ tubuh, bukan saja nafas kehidupan, tapi Tuhan telah mempersiapkan rancanganNya yang terbaik bagi kita, bahkan telah melengkapi kita dengan talenta-talenta tersendiri, dengan keunikan dan kemampuan yang berbeda-beda bagi setiap orang dengan tujuan agar kita bisa saling melengkapi. Ironisnya yang sering terjadi, orang hanya duduk diam dan merasa iri dengan kemampuan orang lain. Padahal jika saja mau melihat potensi diri, pasti ada sesuatu yang bisa diolah dan menghasilkan kesuksesan, karena Tuhan telah membekali setiap kita dengan talenta masing-masing. Mungkin tidak pintar jualan tapi pintar bertukang, mungkin tidak bisa memasak tapi mengerti banyak urusan komputer, tidak pintar berbicara, tapi hebat menyusun strategi, tidak suka politik tapi cekatan bekerja, dan sebagainya. Tidak masalah, karena tidak ada orang yang mampu melakukan segala sesuatu. Karena itulah Tuhan memberikan talenta yang berbeda-beda agar kita semua bisa saling melengkapi dan bisa memuliakan Tuhan di bidang kita masing-masing. Peluang untuk sukses? Tetap ada biar bagaimanapun. Semua orang berpeluang untuk sukses. Saya percaya itu. Yang penting adalah mengetahui kemampuan kita sendiri secara benar, mau mengasahnya agar lebih tajam, dan terus meletakkannya dalam doa agar langkah demi langkah tetap beradadalam rencana Tuhan. Dikuasai ketakutan, kekhawatiran, keraguan dalam mengambil sikap dan sebagainya, termasuk mengukur diri terlalu rendah merupakan hal yang harus kita atasi, agar berkat-berkat Tuhan tidak berlalu sia-sia di depan mata.

"Mengerti jalannya sendiri adalah hikmat orang cerdik, tetapi orang bebal ditipu oleh kebodohannya." (Amsal 14:8). Demikian firman Tuhan berkata. Orang cerdik yang penuh hikmat akan mampu mengetahui kemampuannya sendiri, tapi sebaliknya orang yang bebal akan terus dikuasai oleh keraguan, kekhawatiran dan ketidakberanian mereka untuk melangkah dan akibatnya tidak kunjung maju. Dalam perumpamaan talenta di Matius 25:14-30 kita bisa melihat bahwa Tuhan telah membekali kita dengan talenta tersendiri. Jumlahnya bisa jadi berbeda, namun yang terkecil sekalipun, satu talenta, itu sudah merupakan pemberian yang besar dari Tuhan. Dalam alkitab satu talenta digambarkan setara dengan 1000 uang emas. Itupun sudah besar bukan? Pemberian Tuhan ini harus mampu kita asah dan olah hingga bisa menghasilkan. Itulah yang Tuhan kehendaki, bukan sebaliknya hanya ditimbun dan malah bersungut-sungut seperti hamba yang diberi satu talenta dalam perumpamaan ini. "Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!" (ay 24-25). Inilah gambaran orang yang tidak menghargai pemberian Tuhan, tidak hanya menolak tapi malah menuduh dan bersungut-sungut, diliputi ketakutan akan kegagalan dan memilih untuk diam saja tanpa berbuat apa-apa. Talenta yang kecil sekalipun jika diolah akan berbuah, dan Tuhan siap memberi lebih lagi jika kita sudah mampu bertanggungjawab atas perkara kecil. "Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya." (ay 29).

Hari ini berhentilah mengeluh, bersungut-sungut atau menuduh Tuhan tidak juga menurunkan berkatNya. Seringkali yang terjadi adalah kita melewatkan kesempatan berlalu di depan mata, membiarkan berkat Tuhan terbuang sia-sia. Berhentilah bermalas-malasan dan berhentilah terus menerus dikuasai kekhawatiran dan ketakutan. "Si pemalas berkata: "Ada singa di luar, aku akan dibunuh di tengah jalan." (Amsal 22:13). Jika kita terus dikuasai keraguan dan kekhawatiran, maka kita pun akan menjadi pribadi-pribadi yang malas, tanpa semangat. Oleh karena itu temukanlah potensi diri sendiri. Seringkali Tuhan tidak langsung memberikan ikan, tapi Dia menyediakan kail. Apakah kita mau menggunakannya atau tidak, itu akan menentukan sejauh mana kesuksesan akan kita raih. Yesus sudah menunjukkan hal ini ketika Dia memberi makan ribuan orang dengan menggandakan lima roti dan dua ikan. Tuhan Yesus berkata: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" (Markus 6:38). Yesus sanggup langsung menurunkan makanan dari langit, tapi itu tidak Dia lakukan. Yesus lebih memilih untuk melihat apa yang ada pada kita, dan dengan berkatNya semua itu bisa menjadi berlimpah-limpah.. Semua itu sangat berguna untuk mengajarkan kita agar tidak menjadi orang-orang manja dan mau berubah menjadi pribadi yang giat berusaha. Periksalah! Periksa ada berapa roti yang kita miliki, dan Tuhan siap melipatgandakan itu menjadi berkat yang berlimpah.

Hari ini mari kita kenali potensi diri kita yang sebenarnya. Mari kita periksa talenta apa yang Tuhan berikan kepada kita, dan mari kita kembangkan, asah dan olah. Saatnya untuk mempergunakan talenta yang kita miliki untuk sukses, dan memakainya untuk kemuliaan Tuhan. Sesungguhnya semua orang dirancang Tuhan untuk sukses, dan Dia telah menyediakan segala sesuatu yang diperlukan untuk bisa mencapai itu. Jangan biarkan berkat Tuhan berlalu sia-sia, mulailah hari ini untuk menjadi orang cerdik yang penuh hikmat yang mengetahui kemampuan atau potensi diri sendiri.

Tuhan telah memberikan talenta yang cukup kepada setiap orang untuk bisa sukses

31 Jan - Yer 1:4-5.17-19; 1Kor 12:31-13:13; Luk 4:21-30

"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya"

Mg Biasa IV : Yer 1:4-5.17-19; 1Kor 12:31-13:13; Luk 4:21-30

Sebut saja namanya "Yosep" dan "Maria" (nama samaran). Mereka saat ini sedang dalam masa tunangan dan beberapa bulan lagi akan saling menerimakan Sakramen Perkawinan untuk hidup bersama sebagai suami-isteri, membangun keluarga baru. Dan memang akhirnya hari "H" yang dinanti-nantikan sungguh terjadi, pada hari yang telah mereka tentukan dan pilih mereka saling menerimakan Sakramen Perkawinan dalam Perayaan Ekaristi yang dihadiri oleh segenap anggota keluarga, kenalan dan sahabat dalam jumlah yang cukup besar. Tahun pertama dan kedua hidup bersama sebagai suami-isteri nampak mesra dan bahagia, antara lain juga ditandai dengan kelahiran anak mereka yang pertama. Namun memasuki tahun ketiga dan seterusnya, dimana mereka semakin mengenal satu sama lain lebih mendalam, sering terjadi pertengkaran atau percekcokan yang mengancam kebersamaan hidup mereka sebagai suami-isteri. Memang suatu kebenaran yang menarik untuk menjadi bahan refleksi kita: ketika mereka masih berjauhan satu sama lain, yaitu masa pacaran dan tunangan, kasih mereka sungguh membara dan menggairahkan, namun setelah berdekatan menjadi satu (satu rumah, satu tempat tidur, dst..) kasih mereka mulai pudar. Rasanya apa yang terjadi sesuai dengan sabda Yesus "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya" .

       

"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya"

(Luk 4:24)

Yang ideal adalah semakin dekat, hidup bersama setiap hari dalam satu rumah, bekerja bersama setiap hari dalam satu tempat kerja atau kantor berarti semakin mengasihi satu sama lain, namun dalam kenyataan sering terjadi kebalikannya. Semakin dekat yang memang berarti semakin mengenal kelebihan dan kekurangan yang lain sering orang lebih membesar-besarkan kekurangan yang sebenarnya lebih sedikit daripada kelebihan, sehingga semakin dekat semakin sulit untuk saling mengasihi. Jika kita tidak dapat saling mengasihi dengan mereka yang dekat dengan kita setiap hari, maka mengasihi orang lain/yang jauh berarti pelarian tanggungjawab dan menindas atau menguasai yang lain. Sebaliknya jika kita mampu dan terampil mengasihi mereka yang dekat dengan kita setiap hari, maka terhadap yang lain/jauh akan lebih mudah mengasihi dan kasihnya bersifat melayani.

 

Kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk mawas diri: apakah saya dengan mudah mengasihi dan menghargai hasil karya saudara-saudari kita yang dekat dengan kita. Apakah sebagai suami-isteri semakin lama semakin mengasihi dengan mesra, sehingga semakin sehati, sejiwa, seakal budi dan setubuh (tidak hanya bersetubuh, melainkan wajah suami-isteri semakin nampak sebagai manusia kembar). Apakah seluruh anggota keluarga saling mengasihi satu sama lain. Hidup berkeluarga yang baik, mesra dan penuh kasih merupakan dasar dan modal hidup bersama yang lebih luas, hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bagaimana hidup bersama kita dengan rekan-rekan tetangga dalam satu RT atau kampung/desa? Bagaimana kerjasama kita dengan rekan kerja se kantor atau se tempat kerja? Untuk lebih membantu kita semua dalam berrefleksi, marilah kita renungkan sapaan atau ajaran kasih Paulus di bawah ini.

 

"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu" (1Kor 13:4-7) .  

 

Penulis buku "Spiritual Quotient" (SQ), perihal kecerdasan spiritual, Ian Marshall dan Danah Zohar, mengatakan bahwa  kutipan surat Paulus di atas merupakan puisi cintakasih yang terbesar, yang pernah ada, tidak ada puisi cintakasih yang melebihinya. Maka baiklah secara singkat dan sederhana perkenankan saya mencoba menguraikan beberapa ciri-ciri kasih sebagaimana diajarkan oleh Paulus di atas, sebagai berikut:

1)      Sabar. "Sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Berbagai gejala dan peristiwa seperti gadis hamil karena pergaulan bebas, kecelakaan lalu lintas, terjatuh, dst.. hemat saya terjadi karena ketidak-sabaran orang. Generasi muda atau muda-mudi tidak mampu mengendalikan gejolak diri dan menghadapi rangsangan seksual, para pengemudi tidak mampu menghadapi gejolak diri untuk ngebut di jalanan, orang-orang tidak dapat antri akhir saling menginjak dan jatuh. Maka sabar hemat saya merupakan keutamaan yang mendesak untuk dihayati dan disebar-luaskan.   

2)      Murah hati. Murah hati berarti hatinya dijual murah, maksudnya dengan mudah memberi perhatian kepada siapapun yang sungguh membutuhkan perhatiannya sesuai dengan fungsi dan jabatan maupun jati diri sebagai manusia yang pada dasarnya dipanggil untuk hidup bersama dengan yang lain. Maka marilah kita cermati dan perhatikan sungguh-sungguh siapa saja dalam hidup dan kerja kita bersama yang membutuhkan perhatian. Perhatian yang murah meriah antara lain adalah mendatangi dan mendengarkan dambaan, keluh kesah, kerinduan dari yang didatangi.

3)      Tidak sombong. Tidak sombong berarti rendah hati, yaitu "sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (..ibid..hal 24). Kami berharap mereka yang berkuasa dan berpengaruh dalam kehidupan bersama dimanapun dan kapanpun untuk dapat menjadi teladan atau contoh dalam hal rendah hati atau tidak sombong. Orangtua, pemimpin, atasan, petinggi dst. kami harapkan dapat menjadi teladan dalam penghayatan kerendahan hati dalam hidup dan pelayanannya. Ingat pepatah: "guru kencing berdiri, murid kencing berlari" atau "kacang mongso tinggalo lanjaran".  

4)      Tidak melakukan yang tidak sopan. Sopan antara lain berarti menghadirkan diri di hadapan sesama sedemikian rupa, sehingga tidak melecehkan pribadi sesamanya atau menjadi batu sandungan bagi sesama untuk berbuat dosa. Kehadiran kita dapat berupa kata-kata atau hanya secara phisik saja tanpa berkata sedikitpun. Dalam berkata-kata hendaknya dengan tutur kata yang baik sehingga tidak menyakiti hati orang lain. Menghadirkan diri secara phisik hendaknya berpakaian pantas dan layak, tidak merangsang orang lain untuk berbuat dosa.   

5)      Tidak mencari keuntungan diri sendiri. Orang yang selalu mencari keuntungan diri sendiri pada umumnya berada di pasar dan akan tahan lama tinggal di pasar, dengan kata orang tersebut berarti bersikap mental bisnis atau materialistis. Semoga keluarga-keluarga, paguyuban-paguyuban, lembaga swadaya masyarakat, aneka pelayanan pastoral dan sosial, dst.. tidak menjadi 'pasar'.    

6)      Tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Marah berarti menghendaki yang lain/ yang dimarahi agar tidak ada alias musnah. Bentuk kemarahan yang paling lembut adalah mengeluh, sedangkan yang paling kasar adalah membunuh. Memang yang sering mudah menimbulkan kemarahan adalah kesalahan orang lain, entah yang baru saja dilakukan atau yang telah lama dilakukan dan diangkat kembali. Kebalikan 'tidak pemarah dan tidak menimpan kesalahan orang lain' adalah pengasih dan pengampun. Maka baiklah sebagai penghayatan kasih marilah kita hidup saling mengampuni, sebagaimana sering kita katakan dalam doa Bapa Kami "Ampunilah kami, seperti kamipun juga mengampuni yang bersalah terhadap kami".

 

Kita semua ada dan diadakan dalam dan oleh kasih, dan hanya dapat tumbuh berkembang seperti ini karena kasih; masing-masing dari kita adalah 'buah kasih' atau 'yang terkasih', maka selayaknya kapanpun dan dimanapun kita hidup saling mengasihi jika kita mendambakan hidup bahagia, damai sejahtera lahir dan batin.

 

"Pada-Mu, ya TUHAN, aku berlindung, janganlah sekali-kali aku mendapat malu. Lepaskanlah aku dan luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepadaku dan selamatkanlah aku! Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku; sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku. Ya Allahku, luputkanlah aku dari tangan orang fasik, dari cengkeraman orang-orang lalim dan kejam. Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya ALLAH."

 (Mzm 71:1-5)

 

Jakarta, 31 Januari 2010


31 Jan - Yer 1:4-5.17-19; 1Kor 12:31-13:13; Luk 4:21-30

"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya"

Mg Biasa IV : Yer 1:4-5.17-19; 1Kor 12:31-13:13; Luk 4:21-30

Sebut saja namanya "Yosep" dan "Maria" (nama samaran). Mereka saat ini sedang dalam masa tunangan dan beberapa bulan lagi akan saling menerimakan Sakramen Perkawinan untuk hidup bersama sebagai suami-isteri, membangun keluarga baru. Dan memang akhirnya hari "H" yang dinanti-nantikan sungguh terjadi, pada hari yang telah mereka tentukan dan pilih mereka saling menerimakan Sakramen Perkawinan dalam Perayaan Ekaristi yang dihadiri oleh segenap anggota keluarga, kenalan dan sahabat dalam jumlah yang cukup besar. Tahun pertama dan kedua hidup bersama sebagai suami-isteri nampak mesra dan bahagia, antara lain juga ditandai dengan kelahiran anak mereka yang pertama. Namun memasuki tahun ketiga dan seterusnya, dimana mereka semakin mengenal satu sama lain lebih mendalam, sering terjadi pertengkaran atau percekcokan yang mengancam kebersamaan hidup mereka sebagai suami-isteri. Memang suatu kebenaran yang menarik untuk menjadi bahan refleksi kita: ketika mereka masih berjauhan satu sama lain, yaitu masa pacaran dan tunangan, kasih mereka sungguh membara dan menggairahkan, namun setelah berdekatan menjadi satu (satu rumah, satu tempat tidur, dst..) kasih mereka mulai pudar. Rasanya apa yang terjadi sesuai dengan sabda Yesus "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya" .

       

"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya"

(Luk 4:24)

Yang ideal adalah semakin dekat, hidup bersama setiap hari dalam satu rumah, bekerja bersama setiap hari dalam satu tempat kerja atau kantor berarti semakin mengasihi satu sama lain, namun dalam kenyataan sering terjadi kebalikannya. Semakin dekat yang memang berarti semakin mengenal kelebihan dan kekurangan yang lain sering orang lebih membesar-besarkan kekurangan yang sebenarnya lebih sedikit daripada kelebihan, sehingga semakin dekat semakin sulit untuk saling mengasihi. Jika kita tidak dapat saling mengasihi dengan mereka yang dekat dengan kita setiap hari, maka mengasihi orang lain/yang jauh berarti pelarian tanggungjawab dan menindas atau menguasai yang lain. Sebaliknya jika kita mampu dan terampil mengasihi mereka yang dekat dengan kita setiap hari, maka terhadap yang lain/jauh akan lebih mudah mengasihi dan kasihnya bersifat melayani.

 

Kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk mawas diri: apakah saya dengan mudah mengasihi dan menghargai hasil karya saudara-saudari kita yang dekat dengan kita. Apakah sebagai suami-isteri semakin lama semakin mengasihi dengan mesra, sehingga semakin sehati, sejiwa, seakal budi dan setubuh (tidak hanya bersetubuh, melainkan wajah suami-isteri semakin nampak sebagai manusia kembar). Apakah seluruh anggota keluarga saling mengasihi satu sama lain. Hidup berkeluarga yang baik, mesra dan penuh kasih merupakan dasar dan modal hidup bersama yang lebih luas, hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bagaimana hidup bersama kita dengan rekan-rekan tetangga dalam satu RT atau kampung/desa? Bagaimana kerjasama kita dengan rekan kerja se kantor atau se tempat kerja? Untuk lebih membantu kita semua dalam berrefleksi, marilah kita renungkan sapaan atau ajaran kasih Paulus di bawah ini.

 

"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu" (1Kor 13:4-7) .  

 

Penulis buku "Spiritual Quotient" (SQ), perihal kecerdasan spiritual, Ian Marshall dan Danah Zohar, mengatakan bahwa  kutipan surat Paulus di atas merupakan puisi cintakasih yang terbesar, yang pernah ada, tidak ada puisi cintakasih yang melebihinya. Maka baiklah secara singkat dan sederhana perkenankan saya mencoba menguraikan beberapa ciri-ciri kasih sebagaimana diajarkan oleh Paulus di atas, sebagai berikut:

1)      Sabar. "Sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Berbagai gejala dan peristiwa seperti gadis hamil karena pergaulan bebas, kecelakaan lalu lintas, terjatuh, dst.. hemat saya terjadi karena ketidak-sabaran orang. Generasi muda atau muda-mudi tidak mampu mengendalikan gejolak diri dan menghadapi rangsangan seksual, para pengemudi tidak mampu menghadapi gejolak diri untuk ngebut di jalanan, orang-orang tidak dapat antri akhir saling menginjak dan jatuh. Maka sabar hemat saya merupakan keutamaan yang mendesak untuk dihayati dan disebar-luaskan.   

2)      Murah hati. Murah hati berarti hatinya dijual murah, maksudnya dengan mudah memberi perhatian kepada siapapun yang sungguh membutuhkan perhatiannya sesuai dengan fungsi dan jabatan maupun jati diri sebagai manusia yang pada dasarnya dipanggil untuk hidup bersama dengan yang lain. Maka marilah kita cermati dan perhatikan sungguh-sungguh siapa saja dalam hidup dan kerja kita bersama yang membutuhkan perhatian. Perhatian yang murah meriah antara lain adalah mendatangi dan mendengarkan dambaan, keluh kesah, kerinduan dari yang didatangi.

3)      Tidak sombong. Tidak sombong berarti rendah hati, yaitu "sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (..ibid..hal 24). Kami berharap mereka yang berkuasa dan berpengaruh dalam kehidupan bersama dimanapun dan kapanpun untuk dapat menjadi teladan atau contoh dalam hal rendah hati atau tidak sombong. Orangtua, pemimpin, atasan, petinggi dst. kami harapkan dapat menjadi teladan dalam penghayatan kerendahan hati dalam hidup dan pelayanannya. Ingat pepatah: "guru kencing berdiri, murid kencing berlari" atau "kacang mongso tinggalo lanjaran".  

4)      Tidak melakukan yang tidak sopan. Sopan antara lain berarti menghadirkan diri di hadapan sesama sedemikian rupa, sehingga tidak melecehkan pribadi sesamanya atau menjadi batu sandungan bagi sesama untuk berbuat dosa. Kehadiran kita dapat berupa kata-kata atau hanya secara phisik saja tanpa berkata sedikitpun. Dalam berkata-kata hendaknya dengan tutur kata yang baik sehingga tidak menyakiti hati orang lain. Menghadirkan diri secara phisik hendaknya berpakaian pantas dan layak, tidak merangsang orang lain untuk berbuat dosa.   

5)      Tidak mencari keuntungan diri sendiri. Orang yang selalu mencari keuntungan diri sendiri pada umumnya berada di pasar dan akan tahan lama tinggal di pasar, dengan kata orang tersebut berarti bersikap mental bisnis atau materialistis. Semoga keluarga-keluarga, paguyuban-paguyuban, lembaga swadaya masyarakat, aneka pelayanan pastoral dan sosial, dst.. tidak menjadi 'pasar'.    

6)      Tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Marah berarti menghendaki yang lain/ yang dimarahi agar tidak ada alias musnah. Bentuk kemarahan yang paling lembut adalah mengeluh, sedangkan yang paling kasar adalah membunuh. Memang yang sering mudah menimbulkan kemarahan adalah kesalahan orang lain, entah yang baru saja dilakukan atau yang telah lama dilakukan dan diangkat kembali. Kebalikan 'tidak pemarah dan tidak menimpan kesalahan orang lain' adalah pengasih dan pengampun. Maka baiklah sebagai penghayatan kasih marilah kita hidup saling mengampuni, sebagaimana sering kita katakan dalam doa Bapa Kami "Ampunilah kami, seperti kamipun juga mengampuni yang bersalah terhadap kami".

 

Kita semua ada dan diadakan dalam dan oleh kasih, dan hanya dapat tumbuh berkembang seperti ini karena kasih; masing-masing dari kita adalah 'buah kasih' atau 'yang terkasih', maka selayaknya kapanpun dan dimanapun kita hidup saling mengasihi jika kita mendambakan hidup bahagia, damai sejahtera lahir dan batin.

 

"Pada-Mu, ya TUHAN, aku berlindung, janganlah sekali-kali aku mendapat malu. Lepaskanlah aku dan luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepadaku dan selamatkanlah aku! Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku; sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku. Ya Allahku, luputkanlah aku dari tangan orang fasik, dari cengkeraman orang-orang lalim dan kejam. Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya ALLAH."

 (Mzm 71:1-5)

 

Jakarta, 31 Januari 2010


30 Jan - 2Sam 12:1-7a.11-17; Mrk 4:35-41

"Marilah kita bertolak ke seberang."

(2Sam 12:1-7a.11-17; Mrk 4:35-41)

 

"Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang." Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?" (Mrk 4:35-41), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Mengadakan perjalanan di malam hari, apalagi dengan berlayar di lautan luas, pada umumnya sarat dengan tantangan dan persoalan, mengingat malam hari adalah waktu beristirahat dan sering para penjahat juga beraksi. "Marilah kita bertolak ke seberang", demikian ajakan Yesus kepada para murid, dan malam itu pun mereka dengan perahu menyeberangi danau. Tiba-tiba "mengamuklah aufan sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk  ke dalam perahu" yang membuat para murid sangat ketakutan, padahal Tuhan Yesus berada di tengah-tengah mereka. SabdaNya akhirnya mampu menenangkan taufan dan ombak serta hati mereka. "Marilah kita bertolak ke seberang" juga merupakan ajakan Yesus kepada kita semua, tentu saja lebih dalam arti bahwa kita hendaknya 'keluar dari diri sendiri', alias aktif dan dinamis dengan menghadirkan diri dalam berbagai kepentingan dan pelayanan demi kebahagiaan dan kesejahteraan bersama. Memang ketika kita menjadi aktif dan dinamis, 'keluar dari diri sendiri', pasti akan menghadapi aneka tantangan, hambatan atau masalah, yang mengancam nyawa atau hidup kita. Tetapi percayalah bahwa Tuhan senantiasa menyertai kita, jika kita 'keluar dari diri sendiri' sesuai dengan kehendak atau perintahNya; temukan kehadiranNya dalam diri saudara-saudari kita yang berkehendak baik. Percayalah bahwa dalam perjalanan anda untuk melaksanakan kehendak Tuhan di tengaah-tengah jalan pasti akan banyak orang yang siap sedia memberi pertolongan dan dukungan. Di dunia ini mereka yang baik atau berkehendak baik lebih banyak daripada yang berkehendak jahat.

·   "Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari. Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan" (2Sam 12:11-12), demikian firman Tuhan bagi Daud yang telah berbuat dosa. Orang berbuat dosa atau melakukan kejahatan, misalnya mencuri, korupsi, berzinah dst..pada umumnya memang secara sembunyi-sembunyi atau diam-diam agar tidak diketahui orang lain. Namun betapa rapinya orang menyembunyikan kejahatannya pada suatu saat akan terbongkar juga, dan pembongkaran tidak sembunyi-sembunyi atau diam-diam, melainkan secara terbuka dan terang-terangan, entah secara informal maupun formal. Secara informal artinya kejahatan orang yang berangkutan menjadi percaturan atau omongan banyak orang di berbagai tempat, sedangkan secara formal berarti dibuka dan dibicarakan dalam proses pengadilan. Maka dengan ini kami berharap kepada mereka yang telah berbuat jahat atau berdosa: hendaknya sedini mungkin mengakui dosa dan kejahatannya daripada kelak kemudian hari dibuka orang lain dan dengan demikian tersebar luas serta mencelakakan. Ketika ada orang yang mengingatkan kejahatan atau dosa kita, sebagaimana Natan mengingatkan Daud, hendaknya dengan jujur dan terbuka mengakui seperti Daud yang berkata "Aku sudah berdosa kepada TUHAN.". Tuhan akan mengampuni dosa dan kesalahan kita, dan memang sebagai tebusan atau denda dosa ada kemungkinan kita harus berkorban atau melakukan dan melihat sesuatu yang kurang enak dan kurang membahagiakan, sebagaimana akan dilihat oleh Daud dalam keturunannya. Ada kemungkinan karena dosa dan kejahatan kita, anak-anak atau generasi penerus kita menderita cacat tertentu, meskipun kita sudah bertobat.

 

"Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu" (Mzm 51:12-15).

Jakarta, 30 Januari 2010          


30 Jan - 2Sam 12:1-7a.11-17; Mrk 4:35-41

"Marilah kita bertolak ke seberang."

(2Sam 12:1-7a.11-17; Mrk 4:35-41)

 

"Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang." Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?" (Mrk 4:35-41), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Mengadakan perjalanan di malam hari, apalagi dengan berlayar di lautan luas, pada umumnya sarat dengan tantangan dan persoalan, mengingat malam hari adalah waktu beristirahat dan sering para penjahat juga beraksi. "Marilah kita bertolak ke seberang", demikian ajakan Yesus kepada para murid, dan malam itu pun mereka dengan perahu menyeberangi danau. Tiba-tiba "mengamuklah aufan sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk  ke dalam perahu" yang membuat para murid sangat ketakutan, padahal Tuhan Yesus berada di tengah-tengah mereka. SabdaNya akhirnya mampu menenangkan taufan dan ombak serta hati mereka. "Marilah kita bertolak ke seberang" juga merupakan ajakan Yesus kepada kita semua, tentu saja lebih dalam arti bahwa kita hendaknya 'keluar dari diri sendiri', alias aktif dan dinamis dengan menghadirkan diri dalam berbagai kepentingan dan pelayanan demi kebahagiaan dan kesejahteraan bersama. Memang ketika kita menjadi aktif dan dinamis, 'keluar dari diri sendiri', pasti akan menghadapi aneka tantangan, hambatan atau masalah, yang mengancam nyawa atau hidup kita. Tetapi percayalah bahwa Tuhan senantiasa menyertai kita, jika kita 'keluar dari diri sendiri' sesuai dengan kehendak atau perintahNya; temukan kehadiranNya dalam diri saudara-saudari kita yang berkehendak baik. Percayalah bahwa dalam perjalanan anda untuk melaksanakan kehendak Tuhan di tengaah-tengah jalan pasti akan banyak orang yang siap sedia memberi pertolongan dan dukungan. Di dunia ini mereka yang baik atau berkehendak baik lebih banyak daripada yang berkehendak jahat.

·   "Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari. Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan" (2Sam 12:11-12), demikian firman Tuhan bagi Daud yang telah berbuat dosa. Orang berbuat dosa atau melakukan kejahatan, misalnya mencuri, korupsi, berzinah dst..pada umumnya memang secara sembunyi-sembunyi atau diam-diam agar tidak diketahui orang lain. Namun betapa rapinya orang menyembunyikan kejahatannya pada suatu saat akan terbongkar juga, dan pembongkaran tidak sembunyi-sembunyi atau diam-diam, melainkan secara terbuka dan terang-terangan, entah secara informal maupun formal. Secara informal artinya kejahatan orang yang berangkutan menjadi percaturan atau omongan banyak orang di berbagai tempat, sedangkan secara formal berarti dibuka dan dibicarakan dalam proses pengadilan. Maka dengan ini kami berharap kepada mereka yang telah berbuat jahat atau berdosa: hendaknya sedini mungkin mengakui dosa dan kejahatannya daripada kelak kemudian hari dibuka orang lain dan dengan demikian tersebar luas serta mencelakakan. Ketika ada orang yang mengingatkan kejahatan atau dosa kita, sebagaimana Natan mengingatkan Daud, hendaknya dengan jujur dan terbuka mengakui seperti Daud yang berkata "Aku sudah berdosa kepada TUHAN.". Tuhan akan mengampuni dosa dan kesalahan kita, dan memang sebagai tebusan atau denda dosa ada kemungkinan kita harus berkorban atau melakukan dan melihat sesuatu yang kurang enak dan kurang membahagiakan, sebagaimana akan dilihat oleh Daud dalam keturunannya. Ada kemungkinan karena dosa dan kejahatan kita, anak-anak atau generasi penerus kita menderita cacat tertentu, meskipun kita sudah bertobat.

 

"Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu" (Mzm 51:12-15).

Jakarta, 30 Januari 2010          


Jumat, 29 Januari 2010

Laron dan Terang

Ayat bacaan: Yesaya 60:3
======================
"Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu."

laron, menjadi terangSungguh unik menyaksikan laron yang mengerubungi lampu teras rumah saya dan tetangga malam ini. Saya mengamati betapa mereka bergerombol di lampu-lampu yang menyala, saling berebutan untuk lebih dekat. Mereka tidak peduli walaupun jika mereka bertabrakan, sayapnya bisa patah dan laron itu pun akan jatuh. Meski demikian mereka tidak peduli dan terus berebutan mendekati cahaya. Jika jendela anda terbuka dan di dalam rumah lampu menyala? Siap-siaplah untuk sedikit repot membersihkan laron yang memenuhi rumah anda, terbang kesana kemari di sekitaran lampu. Cara paling mudah untuk mengusirnya adalah dengan mematikan lampu. Begitu ruangan menjadi gelap, laron-laron itu akan segera pergi menuju sumber cahaya yang terdekat. Jika anda melewati jalan tol tengah malam hingga subuh, anda juga sering mendapati begitu banyak laron mengerubungi lampu mobil anda. Tidak hanya laron, tapi ada beberapa jenis serangga lainnya yang selalu tertarik kepada cahaya. Saya tidak tahu mengapa laron tertarik kepada cahaya. Tapi yang saya tahu, ketertarikan mereka sungguh amat besar.

Terang akan selalu mampu mengatasi gelap. Seperti laron, manusia pun selalu butuh terang dalam hidupnya. Tidakkah anda bersyukur Thomas Alva Edison berhasil menemukan lampu pijar menggunakan listrik? Akan sangat sulit untuk bekerja di dalam gelap. Banyak pula orang yang takut berlama-lama dalam kegelapan. Tidak itu saja, nyatanya berada lama dalam kegelapan pun bisa menjatuhkan mental kita, membuat depresi dan hal-hal negatif lainnya. Lihat sebuah kota di Norwegia yang pada waktu-waktu tertentu harus melalui hari-hari tanpa sinar matahari, siang pun sama gelapnya seperti malam. Di sana tingkat depresi dan bunuh diri ternyata sangat tinggi. Padahal tingkat kesejahteraan masyarakatnya secara umum termasuk tinggi, tapi terus menerus berada dalam kegelapan terbukti bisa meruntuhkan kebahagiaan dan membuat orang-orang disana mengalami depresi. Dalam hal apapun kita tampaknya tidak berbeda dengan laron, selalu membutuhkan terang.

Sebagai anak-anak Tuhan, kita selalu diharapkan untuk bisa menjadi terang. Tuhan Yesus berkata "Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:14-16). Ini panggilan bagi kita semua yang mendapat terang Kristus untuk mampu menjadi sumber terang di dunia ini. Artinya, lewat tindakan dan perbuatan, tingkah laku dan gaya hidup kita, seharusnya kita mampu menjadi terang yang bisa menarik perhatian orang lain dalam hal-hal yang positif. Terang berbicara mengenai menjadi contoh yang baik, memancarkan cahaya yang mampu membuat orang lain bisa melihat kemuliaan Tuhan. Seharusnya kita bisa menjadi contoh dengan hidup berbeda dengan kebiasaan dunia yang tidak baik. Tapi yang seringkali kita lakukan malah sebaliknya. Ada banyak orang kristen hari ini yang hidup eksklusif, egois, hanya mementingkan diri sendiri dan kelompoknya. Ada pula yang tidak memberikan contoh baik sama sekali. Mengaku kristen, tapi hidup penuh ketakutan, kekhawatiran, selalu terlihat cemas, atau hidup tidak jujur, tipu sana tipu sini dan sebagainya. Ada pula yang bersikap tidak bersahabat dan kasar terhadap bawahan. Atau keluarganya juga penuh pertengkaran dan keributan. Perilaku-perilaku seperti ini tetap menjadi pusat perhatian orang, tapi sayangnya bukan dari segi positif, tapi sebaliknya malah negatif. Bukan menjadi terang, tapi malah menjadi batu sandungan. Bukannya mengenal Kristus, tapi malah menjadi anti-pati. Bukannya memberikan teladan, tapi malah menjadi tertawaan. Meski dunia terlihat semakin gemerlap, tapi sebenarnya di balik itu semua dunia hari ini semakin jauh masuk ke dalam kegelapan. Di saat seperti inilah seharusnya kita bisa berperan menjadi terang di dunia, di sekitar kita, sehingga orang akan bisa menyaksikan bagaimana terang Kristus yang berada di dalam kita sungguh memberikan perbedaan nyata. Dan itu semua akan terlihat jelas dari bagaimana kita hidup bermasyarakat.

Panggilan untuk menjadi terang juga bisa kita peroleh dalam kitab Yesaya. "Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu." (Yesaya 60:1). Meski kota-kota metropolitan semakin terang bendarang, tapi itu hanyalah sesuatu yang tampak di permukaan saja. "Sebab sesungguhnya kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu." (ay 2). Apa yang terjadi kepada kita jika kita menjadi terang? Firman Tuhan mencatat hal-hal luar biasa di balik itu. "Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu. Angkatlah mukamu dan lihatlah ke sekeliling, mereka semua datang berhimpun kepadamu; anak-anakmu laki-laki datang dari jauh, dan anak-anakmu perempuan digendong....Segala kambing domba Kedar akan berhimpun kepadamu, domba-domba jantan Nebayot akan tersedia untuk ibadahmu; semuanya akan dipersembahkan di atas mezbah-Ku sebagai korban yang berkenan kepada-Ku, dan Aku akan menyemarakkan rumah keagungan-Ku." (ay 3,4,7). Bukan saja jiwa-jiwa akan datang untuk mengenal Tuhan lewat kita, tapi Tuhan pun melimpahi berkat-berkat lainnya. "Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur TUHAN." (ay 6). Dan ada banyak lagi yang akan dilimpahkan Tuhan kepada anak-anakNya yang mau bangkit dan menjadi terang. Bacalah selengkapnya Yesaya 60:1-22, maka anda akan melihat gambaran keseluruhan yang sungguh sangat jelas.


Menjadi terang merupakan kewajiban kita yang percaya kepadaNya. Meski demikian, Tuhan masih pula melimpahkan begitu banyak berkat jika kita mau menjadi pelaku-pelaku firman yang benar. Seperti laron tadi, demikian pula orang-orang bisa berhimpun datang menuju Kristus jika kita semua mampu menjadi terang seperti yang diharapkan Tuhan. Oleh karenanya kita harus senantiasa menjaga diri kita, segala yang kita perbuat, gaya dan cara hidup kita agar dapat selalu memancarkan terang. Jangan sampai terang kita meredup dan kalah dikuasai kegelapan. "Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan." (Lukas 11:35). Hiduplah senantiasa dengan menjaga kekudusan dan ketaatan, berikan keteladanan yang baik, hingga kehidupan kita bisa menjadi kesaksian nyata dimana orang akan bisa melihat bagaimana luar biasanya hidup berjalan bersama Kristus. Bangkitlah, dan menjadi teranglah, agar semua orang bisa melihat kemuliaan Tuhan bersinar terbit bercahaya atasmu.

Jadilah terang yang penuh daya tarik dan mampu menyatakan betapa luar biasanya hidup bersama Kristus

Laron dan Terang

Ayat bacaan: Yesaya 60:3
======================
"Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu."

laron, menjadi terangSungguh unik menyaksikan laron yang mengerubungi lampu teras rumah saya dan tetangga malam ini. Saya mengamati betapa mereka bergerombol di lampu-lampu yang menyala, saling berebutan untuk lebih dekat. Mereka tidak peduli walaupun jika mereka bertabrakan, sayapnya bisa patah dan laron itu pun akan jatuh. Meski demikian mereka tidak peduli dan terus berebutan mendekati cahaya. Jika jendela anda terbuka dan di dalam rumah lampu menyala? Siap-siaplah untuk sedikit repot membersihkan laron yang memenuhi rumah anda, terbang kesana kemari di sekitaran lampu. Cara paling mudah untuk mengusirnya adalah dengan mematikan lampu. Begitu ruangan menjadi gelap, laron-laron itu akan segera pergi menuju sumber cahaya yang terdekat. Jika anda melewati jalan tol tengah malam hingga subuh, anda juga sering mendapati begitu banyak laron mengerubungi lampu mobil anda. Tidak hanya laron, tapi ada beberapa jenis serangga lainnya yang selalu tertarik kepada cahaya. Saya tidak tahu mengapa laron tertarik kepada cahaya. Tapi yang saya tahu, ketertarikan mereka sungguh amat besar.

Terang akan selalu mampu mengatasi gelap. Seperti laron, manusia pun selalu butuh terang dalam hidupnya. Tidakkah anda bersyukur Thomas Alva Edison berhasil menemukan lampu pijar menggunakan listrik? Akan sangat sulit untuk bekerja di dalam gelap. Banyak pula orang yang takut berlama-lama dalam kegelapan. Tidak itu saja, nyatanya berada lama dalam kegelapan pun bisa menjatuhkan mental kita, membuat depresi dan hal-hal negatif lainnya. Lihat sebuah kota di Norwegia yang pada waktu-waktu tertentu harus melalui hari-hari tanpa sinar matahari, siang pun sama gelapnya seperti malam. Di sana tingkat depresi dan bunuh diri ternyata sangat tinggi. Padahal tingkat kesejahteraan masyarakatnya secara umum termasuk tinggi, tapi terus menerus berada dalam kegelapan terbukti bisa meruntuhkan kebahagiaan dan membuat orang-orang disana mengalami depresi. Dalam hal apapun kita tampaknya tidak berbeda dengan laron, selalu membutuhkan terang.

Sebagai anak-anak Tuhan, kita selalu diharapkan untuk bisa menjadi terang. Tuhan Yesus berkata "Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:14-16). Ini panggilan bagi kita semua yang mendapat terang Kristus untuk mampu menjadi sumber terang di dunia ini. Artinya, lewat tindakan dan perbuatan, tingkah laku dan gaya hidup kita, seharusnya kita mampu menjadi terang yang bisa menarik perhatian orang lain dalam hal-hal yang positif. Terang berbicara mengenai menjadi contoh yang baik, memancarkan cahaya yang mampu membuat orang lain bisa melihat kemuliaan Tuhan. Seharusnya kita bisa menjadi contoh dengan hidup berbeda dengan kebiasaan dunia yang tidak baik. Tapi yang seringkali kita lakukan malah sebaliknya. Ada banyak orang kristen hari ini yang hidup eksklusif, egois, hanya mementingkan diri sendiri dan kelompoknya. Ada pula yang tidak memberikan contoh baik sama sekali. Mengaku kristen, tapi hidup penuh ketakutan, kekhawatiran, selalu terlihat cemas, atau hidup tidak jujur, tipu sana tipu sini dan sebagainya. Ada pula yang bersikap tidak bersahabat dan kasar terhadap bawahan. Atau keluarganya juga penuh pertengkaran dan keributan. Perilaku-perilaku seperti ini tetap menjadi pusat perhatian orang, tapi sayangnya bukan dari segi positif, tapi sebaliknya malah negatif. Bukan menjadi terang, tapi malah menjadi batu sandungan. Bukannya mengenal Kristus, tapi malah menjadi anti-pati. Bukannya memberikan teladan, tapi malah menjadi tertawaan. Meski dunia terlihat semakin gemerlap, tapi sebenarnya di balik itu semua dunia hari ini semakin jauh masuk ke dalam kegelapan. Di saat seperti inilah seharusnya kita bisa berperan menjadi terang di dunia, di sekitar kita, sehingga orang akan bisa menyaksikan bagaimana terang Kristus yang berada di dalam kita sungguh memberikan perbedaan nyata. Dan itu semua akan terlihat jelas dari bagaimana kita hidup bermasyarakat.

Panggilan untuk menjadi terang juga bisa kita peroleh dalam kitab Yesaya. "Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu." (Yesaya 60:1). Meski kota-kota metropolitan semakin terang bendarang, tapi itu hanyalah sesuatu yang tampak di permukaan saja. "Sebab sesungguhnya kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu." (ay 2). Apa yang terjadi kepada kita jika kita menjadi terang? Firman Tuhan mencatat hal-hal luar biasa di balik itu. "Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu. Angkatlah mukamu dan lihatlah ke sekeliling, mereka semua datang berhimpun kepadamu; anak-anakmu laki-laki datang dari jauh, dan anak-anakmu perempuan digendong....Segala kambing domba Kedar akan berhimpun kepadamu, domba-domba jantan Nebayot akan tersedia untuk ibadahmu; semuanya akan dipersembahkan di atas mezbah-Ku sebagai korban yang berkenan kepada-Ku, dan Aku akan menyemarakkan rumah keagungan-Ku." (ay 3,4,7). Bukan saja jiwa-jiwa akan datang untuk mengenal Tuhan lewat kita, tapi Tuhan pun melimpahi berkat-berkat lainnya. "Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur TUHAN." (ay 6). Dan ada banyak lagi yang akan dilimpahkan Tuhan kepada anak-anakNya yang mau bangkit dan menjadi terang. Bacalah selengkapnya Yesaya 60:1-22, maka anda akan melihat gambaran keseluruhan yang sungguh sangat jelas.


Menjadi terang merupakan kewajiban kita yang percaya kepadaNya. Meski demikian, Tuhan masih pula melimpahkan begitu banyak berkat jika kita mau menjadi pelaku-pelaku firman yang benar. Seperti laron tadi, demikian pula orang-orang bisa berhimpun datang menuju Kristus jika kita semua mampu menjadi terang seperti yang diharapkan Tuhan. Oleh karenanya kita harus senantiasa menjaga diri kita, segala yang kita perbuat, gaya dan cara hidup kita agar dapat selalu memancarkan terang. Jangan sampai terang kita meredup dan kalah dikuasai kegelapan. "Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan." (Lukas 11:35). Hiduplah senantiasa dengan menjaga kekudusan dan ketaatan, berikan keteladanan yang baik, hingga kehidupan kita bisa menjadi kesaksian nyata dimana orang akan bisa melihat bagaimana luar biasanya hidup berjalan bersama Kristus. Bangkitlah, dan menjadi teranglah, agar semua orang bisa melihat kemuliaan Tuhan bersinar terbit bercahaya atasmu.

Jadilah terang yang penuh daya tarik dan mampu menyatakan betapa luar biasanya hidup bersama Kristus

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari