Rabu, 31 Oktober 2012

What Do You See? (1)

Ayat bacaan: Yeremia 1:11a
=====================
"Sesudah itu firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: "Apakah yang kaulihat, hai Yeremia?"

Mata akan melihat lurus ke arah mana kita menoleh. Kalau kita mengarahkan mata ke depan, maka apa yang didepan kitalah yang kita lihat. Demikian juga kalau melihat ke samping, belakang, ke bawah atau ke atas. Mata kita didesain seperti itu, bukan seperti ikan yang letaknya disamping. Seperti itu pula mata rohani kita. Kita sering diliputi kebimbangan dalam hidup. Kita terbiasa mengandalkan kekuatan diri sendiri untuk melakukan sesuatu, dan mengandalkan logika kita yang padahal terbatas ini untuk menilai segala sesuatu ketimbang bertanya kepada Tuhan dan mengaktifkan kepekaan terhadap suaraNya. Tidaklah mengherankan ketika kita mendapatkan pesan dari Tuhan untuk melakukan sesuatu, yang mungkin secara logika kita terlihat diluar kemampuan kita, kitapun serta merta merasa ragu untuk melakukannya. Kita lupa bahwa Tuhan mampu melakukan segalanya, dan jika Tuhan berkehendak, Dia sendiri pula yang akan mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk mempersiapkan kita untuk melakukan segala sesuatu yang ada dalam rencanaNya. Lalu kemudian kita pun akan terlalu sibuk tenggelam dalam keraguan kita dan lupa bertanya kepada Tuhan. Kita tentu sudah cukup paham  bahwa rencana atau rancangan Tuhan itu selalu yang terbaik. Bagaimana kita bisa tahu apa yang terbaik kalau kita tidak bertanya kepadaNya atau mencari tahu apa yang menjadi rencanaNya buat kita?

Dari pengalaman Yeremia kita bisa belajar akan hal itu. Di awal kisah Yeremia kita akan melihat bagaimana firman Tuhan datang kepadanya. Yeremia sejak semula sudah ditetapkan menjadi nabi bagi bangsa-bangsa, dan kini waktunya tiba. (Yeremia 1:4-5). Maka ia pun kaget mendengar hal itu. Dia langsung menjawab: "Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda." (ay 6). Yeremia langsung mengukur kemampuannya menurut diri sendiri dalam memenuhi panggilan Tuhan. Tuhan pun kemudian mengingatkan Yeremia. "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN." (ay 7-8). Dari sini kita pun melihat sebuah ayat yang saya ambil menjadi ayat bacaan hari ini. "Sesudah itu firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: "Apakah yang kaulihat, hai Yeremia?" Jawabku: "Aku melihat sebatang dahan pohon badam." (ay 11). Dan Tuhan pun membenarkan penglihatan Yeremia. Untuk kali ini saya akan fokus kepada bentuk pertanyaan terlebih dahulu, selanjutnya saya akan membahas makna dari dahan pohon badam yang ia lihat.

Apa yang Tuhan tanyakan kepada Yeremia adalah apa yang dilihatnya. God asked him, what's your vision, what do you see?  Seperti itulah bunyi pertanyaan Tuhan kepada Yeremia. Tuhan sering mempertanyakan hal yang sama pula kepada kita. Apa yang kita lihat? Kemanakah kita mengarahkan pandangan mata rohani kita saat ini? Apakah kepada Tuhan dan rencanaNya yang indah buat kita atau kepada masalah demi masalah yang sepertinya sulit untuk diatasi? Sudahkah kita mengetahui apa yang Tuhan mau dalam hidup kita? Apa panggilan kita yang diberikan Tuhan? Ini pertanyaan-pertanyaan yang penting bagi kita, yang tidak akan mampu kita jawab jika kita tidak rajin bertanya langsung kepada Tuhan lewat doa-doa kita, memiliki kepekaan yang cukup untuk mendengar suaraNya atau apakah kita memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan atau tidak.

Adalah wajib bagi kita untuk mengetahui apa yang menjadi garis rencana Tuhan dalam hidup kita masing-masing. Mengetahui apa panggilanNya, apa yang telah Dia rencanakan sejak awal kepada diri kita. Kenapa? Tidak lain karena apa yang telah Dia rencanakan jelas merupakan yang terbaik bagi diri kita. "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (29:11). Kita bisa saja berusaha membenarkan atau mengambil keputusan hanya dengan mengandalkan pikiran, logika dan kekuatan atau kemampuan kita sendiri, atau juga mengandalkan orang lain namun semua itu bukanlah yang terbaik jika tidak sejalan dengan apa yang telah Dia gariskan sejak semula. Mencari dan menemukan panggilanNya adalah yang terbaik. Mengarahkan pandangan kepadaNya itulah yang tepat, karena dengan berjalan seturut rencanaNya kita pun akan mengalami penyertaan Tuhan dan menerima semua yang baik yang telah Dia persiapkan buat kita.

(bersambung)

renungan harian online: What Do You See? (1)

renungan harian online
renungan harian online bagi yang haus akan Tuhan
What Do You See? (1)
Nov 1st 2012, 05:00

Ayat bacaan: Yeremia 1:11a
=====================
"Sesudah itu firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: "Apakah yang kaulihat, hai Yeremia?"

Mata akan melihat lurus ke arah mana kita menoleh. Kalau kita mengarahkan mata ke depan, maka apa yang didepan kitalah yang kita lihat. Demikian juga kalau melihat ke samping, belakang, ke bawah atau ke atas. Mata kita didesain seperti itu, bukan seperti ikan yang letaknya disamping. Seperti itu pula mata rohani kita. Kita sering diliputi kebimbangan dalam hidup. Kita terbiasa mengandalkan kekuatan diri sendiri untuk melakukan sesuatu, dan mengandalkan logika kita yang padahal terbatas ini untuk menilai segala sesuatu ketimbang bertanya kepada Tuhan dan mengaktifkan kepekaan terhadap suaraNya. Tidaklah mengherankan ketika kita mendapatkan pesan dari Tuhan untuk melakukan sesuatu, yang mungkin secara logika kita terlihat diluar kemampuan kita, kitapun serta merta merasa ragu untuk melakukannya. Kita lupa bahwa Tuhan mampu melakukan segalanya, dan jika Tuhan berkehendak, Dia sendiri pula yang akan mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk mempersiapkan kita untuk melakukan segala sesuatu yang ada dalam rencanaNya. Lalu kemudian kita pun akan terlalu sibuk tenggelam dalam keraguan kita dan lupa bertanya kepada Tuhan. Kita tentu sudah cukup paham  bahwa rencana atau rancangan Tuhan itu selalu yang terbaik. Bagaimana kita bisa tahu apa yang terbaik kalau kita tidak bertanya kepadaNya atau mencari tahu apa yang menjadi rencanaNya buat kita?

Dari pengalaman Yeremia kita bisa belajar akan hal itu. Di awal kisah Yeremia kita akan melihat bagaimana firman Tuhan datang kepadanya. Yeremia sejak semula sudah ditetapkan menjadi nabi bagi bangsa-bangsa, dan kini waktunya tiba. (Yeremia 1:4-5). Maka ia pun kaget mendengar hal itu. Dia langsung menjawab: "Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda." (ay 6). Yeremia langsung mengukur kemampuannya menurut diri sendiri dalam memenuhi panggilan Tuhan. Tuhan pun kemudian mengingatkan Yeremia. "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN." (ay 7-8). Dari sini kita pun melihat sebuah ayat yang saya ambil menjadi ayat bacaan hari ini. "Sesudah itu firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: "Apakah yang kaulihat, hai Yeremia?" Jawabku: "Aku melihat sebatang dahan pohon badam." (ay 11). Dan Tuhan pun membenarkan penglihatan Yeremia. Untuk kali ini saya akan fokus kepada bentuk pertanyaan terlebih dahulu, selanjutnya saya akan membahas makna dari dahan pohon badam yang ia lihat.

Apa yang Tuhan tanyakan kepada Yeremia adalah apa yang dilihatnya. God asked him, what's your vision, what do you see?  Seperti itulah bunyi pertanyaan Tuhan kepada Yeremia. Tuhan sering mempertanyakan hal yang sama pula kepada kita. Apa yang kita lihat? Kemanakah kita mengarahkan pandangan mata rohani kita saat ini? Apakah kepada Tuhan dan rencanaNya yang indah buat kita atau kepada masalah demi masalah yang sepertinya sulit untuk diatasi? Sudahkah kita mengetahui apa yang Tuhan mau dalam hidup kita? Apa panggilan kita yang diberikan Tuhan? Ini pertanyaan-pertanyaan yang penting bagi kita, yang tidak akan mampu kita jawab jika kita tidak rajin bertanya langsung kepada Tuhan lewat doa-doa kita, memiliki kepekaan yang cukup untuk mendengar suaraNya atau apakah kita memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan atau tidak.

Adalah wajib bagi kita untuk mengetahui apa yang menjadi garis rencana Tuhan dalam hidup kita masing-masing. Mengetahui apa panggilanNya, apa yang telah Dia rencanakan sejak awal kepada diri kita. Kenapa? Tidak lain karena apa yang telah Dia rencanakan jelas merupakan yang terbaik bagi diri kita. "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (29:11). Kita bisa saja berusaha membenarkan atau mengambil keputusan hanya dengan mengandalkan pikiran, logika dan kekuatan atau kemampuan kita sendiri, atau juga mengandalkan orang lain namun semua itu bukanlah yang terbaik jika tidak sejalan dengan apa yang telah Dia gariskan sejak semula. Mencari dan menemukan panggilanNya adalah yang terbaik. Mengarahkan pandangan kepadaNya itulah yang tepat, karena dengan berjalan seturut rencanaNya kita pun akan mengalami penyertaan Tuhan dan menerima semua yang baik yang telah Dia persiapkan buat kita.

(bersambung)

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Sabda bahagia

Matius 5: 1-12a : "Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."

Renungan :

Sukacita para hamba Allah yang dikisahkan dalam perikop ini yang luput dari kehancuran dan kebinasaan karena mereka telah dimeterai oleh malaikat, utusan Allah tak terkatakan. Meterai, stempel, cap ini tak hanya memberi identitas pada mereka, bahwa mereka termasuk umat Allah dan dilindungi oleh Allah tetapi juga telah membawa keselamatan. Maka ketika keempat malaikat yang bertugasmenghancurkan bumi dan laut datang hendak membinasakan bumi dan laut seisinya,mereka tak akan diganggugugat, tetap dibiarkan hidup aman. Betapa berbahagia mereka ini.

Kebahagiaan serupa dialami oleh para Kudus yang kita rayakan hari ini. Mereka tidak sekadar menerima meterai Allah lewat baptisan mereka, tetapi memelihara, menghidupi meterai atau identitas mereka selaku umat Allah dengan tulus, gembira, semangat berkobar. Mereka bahkan lebih baik menderita atau mati terbunuh daripada kehilangan meterai, kehilangan iman, kehilangan Allah selaku sumber kebahagiaan dan sukacita hidup. Apakah meterai baptisan kita telah member sukacita pada kita?

(Renungan Harian Mutiara Iman 2012, yayasan Pustaka Nusatama Yogyakarta)

Renungan Harian Air Hidup: FIRMAN TUHAN: Makanan Rohani Orang Percaya! (1)

Renungan Harian Air Hidup
Saduran dari buku Renungan Harian Air Hidup // via fulltextrssfeed.com
FIRMAN TUHAN: Makanan Rohani Orang Percaya! (1)
Oct 31st 2012, 18:00

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 November 2012 -

Baca:  Matius 5:1-12

"Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan."  Matius 5:6

Supaya tetap kuat dan sehat, tubuh jasmani kita membutuhkan makanan dan minuman yang sehat setiap hari.  Jika kita sering terlambat makan atau minum, tubuh kita pasti akan lemah dan kita akan mudah terserang penyakit.  Demikian pula dengan  'tubuh'  rohani kita, juga sangat membutuhkan  'makanan rohani'  setiap hari, dan makanan rohani yang dibutuhkan itu adalah firman Tuhan, sebab  "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."  (Matius 4:4).

     Supaya  'tubuh'  rohani kita kuat kita pun tidak boleh terlambat mengkonsumsi  'makanan'  rohani tersebut.  Kita harus makan firman Tuhan itu setiap hari, karena siapa pun kita pasti tidak ada yang berkata,  "Aku tidak perlu makan setiap hari, sesekali saja kalau saya menginginkannya."  Sesibuk apa pun pekerjaan kita, kalau perut kita sudah lapar, niscaya kita pasti akan mengesampingkan pekerjaan tersebut untuk makan, bukan?  Jadi tidaklah cukup hanya seminggu sekali atau dua kali saat mengikuti kebaktian di gereja atau persekutuan saja kita membaca dan merenungkan firman Tuhan.  Pemazmur menyatakan,  "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.  Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil."  (Mazmur 1:1-3).

     Ternyata, menyukai firman Tuhan dan merenungkannya siang dan malam adalah kunci untuk meraih keberhasilan dalam hidup ini.  Karena itu mari kita selalu menyediakan waktu untuk membaca dan merenungkan firman Tuhan.  Mari jadikan itu sebagai bagian hidup kita sehari-hari, bukan hanya untuk seminggu, sebulan atau setahun, tapi di sepanjang hidup kita.  Banyak anak Tuhan, bahkan para pelayan Tuhan yang tidak tekun membaca Alkitab setiap hari.  Berbagai kesibukan lain telah mengisi hari-hari mereka sehingga mereka tidak lagi merasa lapar dan haus untuk membaca firman Tuhan.  Mari membiasakan diri untuk membaca firman Tuhan setiap hari.  (Bersambung)

Related Posts :

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

1 Nov - HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS:


HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS:

Why 7:2-4.9-14; 1Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12a

" Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah"

Dalam rangka mengenangkan Hari Raya Semua Orang Kudus hari ini saya coba refleksikan sabda Yesus tentang "Sabda Bahagia", sebagaimana diajukan dalam bacaan Injil hari ini, sebagai berikut:

"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.(Mat 5:3)

Apa yang dimaksudkan dengan 'miskin di hadapan Allah' antara lain adalah sikap mental senantiasa terbuka terhadap kehendak Allah atau Penyelenggaraan Ilahi, sehingga orang tidak hidup dan bertindak hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi, melainkan kehendak dan perintah Tuhan. Dengan demikian orang yang bersangkutan adalah orang suci, orang yang sungguh membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan dalam dan melalui hidup sehari-hari kapan pun dan dimana pun. Saya percaya bahwa kita semua mendambakan hidup suci dan kelak setelah meninggal dunia hidup mulia selamanya di sorga, maka dengan ini kami harapkan anda semua senantiasa membuka diri terhadap Penyelenggaraan Ilahi.    

"Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur" (Mat 5:4).

Hidup suci sesuai dengan perintah dan kehendak Allah atau senantiasa terbuka pada Penyelenggaraan Ilahi tak akan pernah terlepas dari aneka penderitaan dan perjuangan alias dukacita. Maka ada pepatah: "jer basuki mowo beyo" (=untuk hidup mulia dan berbahagia orang harus berjuang dan berkorban), "berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian". Dua pepatah atau peribahasa di atas ini kiranya senada dengan sabda di atas, maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk senantiasa siap sedia berjuang dan berkorban alias berduka cita demi penghiburan sejati yang akan kita terima atau nikmati serta dambaan.     

"Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi." (Mat 5:5)

Orang yang setia berjuang dan berkorban karena kesetiaan kepada Penyelenggaraan Ilahi akan tumbuh berkembang menjadi pribadi yang lemah lembut, tidak kasar. Orang yang lembah lembut pada umumnya juga akan hidup dan bertindak 'membumi', artinya sungguh merakyat atau mencermati dan memperhatikan kebutuhan sehari-hari sekecil dan sesederhana apapun. Hidup merakyat alias memperhatikan rakyat dan anak-anak kecil harus dengan lemah lembut, demikian juga memeperhatikan perkara atau hal-hal kecil dan sederhana. Kami berharap mereka yang berperan dalam hidup bersama untuk senantiasa hidup dan bertindak dengan lemah lembut, sehingga kita semua juga hidup dan bertindak dengan lemah lembut.   

"Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan" (Mat 5:6)

Orang yang lemah lembut pasti akan 'lapar dan haus akan kebenaran', rindu untuk mengetahui, memiliki dan menghayati apa yang benar dan baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan jiwa manusia. Dengan demikian yang bersangkutan kapan pun dan dimana pun senantiasa berusaha untuk melakukan apa yang benar dan yang baik. Saya percaya jika siapapun dapat melakukan apa yang baik dan benar dengan sukses pasti akan sungguh puas, dan kepuasannya akan tinggal lama dalam dirinya atau bahkan membekas dalam dirinya sampai mati.

`"Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan." (Mat 5:7)

Jika orang sungguh puas atas pengalaman hidup dan cara bertindaknya, maka yang bersangkutan akan bermurah hati kepada siapapun, artinya akan memperhatikan siapapun yang membutuhkan perhatian, tanpa pandang bulu. Hatinya senantiasa terbuka kepada siapapun sepanjang waktu, dan tentu saja juga akal budi, jiwa, tenaga maupun harta bendanya juga siap sedia untuk memperhatikan orang lain. Dengan kata lain orang yang bersangkutan akan menjadi orang yang sungguh social, dan dengan demikian akan memiliki banyak teman, saudara atau sahabat.

"Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah." (Mat 5:8)

Karena perhatian orang lain begitu melimpah ruah, maka orang yang bermurah hati juga akan berkembang menjadi suci hatinya, memiliki suara hati yang bersih dan jernih. Ia bagaikan dalam pewayangan seperti Puntadewa, yang memiliki kesucian hati sehingga dikatakan darahnya pun berwarna putih. Orang yang suci hatinya akan melihat Allah hadir dan berkarya dalam semua ciptaanNya, tentu saja terutama dalam diri manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Dengan demikian yang bersangkutan pun juga menjadi wahana atau sarana kerja Allah, karena apa yang dilakukan senantiasa sesuai dengan kehendak dan perintah Allah, maka yang bersangkutan pun senantiasa 'membawa damai' bagi siapapun yang dijumpai.

"Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." (Mat 5:9)

"Orang yang membawa damai" kemana pun dan dimana pun berarti menjadi sahabat-sahabat Allah, karena Allah senantiasa mendambakan damai di bumi. "Mereka akan disebut anak-anak Allah", orang yang senantiasa kehadiran dan sepak terjangnya dimana pun dan kapan pun merupakan perwujudan kehendak dan perintah Allah, Allah sungguh hidup dan berkarya dalam dirinya yang lemah dan rapuh. Sebagai orang beriman sering kita juga disebut sebagai Umat Allah, maka marilah kita saling membawa damai bagi saudara-saudari kita, dan dimana ada pertentangan atau permusuhan hendak kita segera datang untuk mendamaikan. 

"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." (Mat 5:10)

Pada masa kini pembawa damai atau pewarta kebenaran pasti tak akan terlepas dari aneka bentuk penganiayaan atau penderitaan, mengingat dan memperhatikan pertentangan dan kebohongan masih marak di sana-sini. Kepada mereka yang harus mengalami penganiayaan atau penderitaan karena mewartakan damai dan kebenaran, kami harapkan tetap setia melakukannya seraya mengenangkan Yesus yang rela menderita dan wafat di kayu salib demi keselamatan dan kebahagiaan umat manusia seluruh dunia. Pandang dan nikmati Dia yang tergantung di kayu salib, karena dengan demikian anda telah 'empunya Kerajaan Sorga', artinya sewaktu-waktu anda meninggal dunia akan langsung menikmati hidup mulia dan bahagia selamanya di sorga.    

"Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat." (Mat 5:11)

Akhirnya menjadi orang yang hidup dan bertindak dalam kuasa Allah alias dirajai atau dikuasai oleh Allah dan secara konkret hidup baik, jujur, disiplin, menghayati rahmat kenabian yang berarti pada suatu saat harus melawan arus, maka yang bersangkutan akan mengalami celaan dan aniaya maupun fitnah. Jangan menjadi kecil hati atau penakut jika harus mengalami yang demikian itu, tetapi tetap berbahagia dan bergembiralah, karena para santo dan santa pelindung kita dan menandai nama kita, telah mengalami yang sama. Nikmati dan hayati aneka celaan, aniaya dan fitnah sebagai kesempatan menghayati iman kita kepada Yang Tersalib. Marilah kita renungkan kutipan ini : "Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci." (1Yoh 3:1-3)

"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu." (Mzm 24:1-4) . Ign 1 November 2012


31Okt


"Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!"
(Ef 6:1-9; Luk 13:22-30)
"Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.  Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?"  Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.  Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang.  Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami. Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan!  Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar.  Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah.  Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir."(Luk 13:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Alfonsus Rodriguez, biarawan SJ, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Hidup dengan rendah hati, lemah lembut dan sabar kiranya tidak mudah untuk masa kini, karena budaya instant yang berarti ingin cepat-cepat dan segera dilayani begitu menjiwai orang masa kini. Kebiasaan untuk antri atau menunggu dengan sabar dan rendah hati kiranya telah mengalami erosi, karena orang senantiasa ingin menjadi yang pertama atau nomor satu. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk hidup dan bertindak sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, tidak menyeleweng atau berselingkuh. St.Alfonsus Rodriguez yang kita kenangkan hari ini adalah seorang bruder SJ, yang tugas pekerjaan hariannya selama bertahun-tahun menjadi penjaga pintu dan penerima tamu. Bukankah dalam melaksanakan tugas ini  ada kemungkinan sepanjang hari orang kelihatan menganggu karena harus berjaga-jaga terus-menerus dan ada kemungkinan sangat sibuk karena begitu banyak tamu berdatangan. Pengalaman dalam kesesakan begitu dominan dalam diri orang yang bertugas sebagai penjaga pintu atau penerima tamu, sesak karena pada umumnya kurang dihormati atau bahkan sering dimarahi, sesak karena apa yang dikerjakan kelihatan hina atau tidak penting dst… , dengan kata lain rasanya tidak banyak orang bersedia ditugaskan sebagai penjaga pintu. Tetapi ingatlah bahwa penjaga pintu sangat penting, karena ia dapat menentukan hidup dan kinerja anggota rumah, kantor/tempat kerja atau komunitas, yaitu menolak atau menerima tamu. Kiranya masih cukup banyak tugas pekerjaan yang kelihatan sederhana tetapi begitu penting dalam kehidupan bersama dan sering kurang menjadi perhatian kita, misalnya tukang masak, tukang kebersihan dst.. Sabda hari ini juga mengajak dan mengingatkan kita semua untuk senantiasa siap sedia berjuang dan berkorban dalam mengusahakan kesuksesan.
·   "Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia" (Ef 6:5-7). Kutipan dari surat Paulus kepada umat di Efesus mengingatkan segenap anggota keluarga atau rumah tangga untuk senantiasa hidup dan bertindak saling melayani dengan rendah hati, lemah lembut dan sabar, serta berusaha tidak pernah mengecewakan orang lain sedikitpun. Kita semua juga dipannggil untuk hidup dengan tulus hati dan taat. Tulus hati berarti hati yang bersih dan suci, tidak pernah melakukan kejahatan dosa, hatinya seperti Hati Yesus, yang dari HatiNya mengalir 'air dan darah segar', lambang kehidupan dan kesegaran: dari hati tulus akan keluar segala sesuatu yang menghidupkan dan menyegarkan. Maka marilah kita senantiasa berusaha untuk hidup dengan tulus hati, dan hemat saya ketulusan hati ini hendaknya sedini mungkin dibiasakan atau dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga, dan tentu saja dengan teladan konkret orangtua. Kami berharap ketulusan hati juga menjadi perhatian dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi. Semoga ketulusan hati menjiwai semua warganegara Republik Indonesia tercinta ini.
"Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu, untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu. Kerajaan-Mu ialah kerajaan segala abad, dan pemerintahan-Mu tetap melalui segala keturunan. TUHAN setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. TUHAN itu penopang bagi semua orang yang jatuh dan penegak bagi semua orang yang tertunduk" (Mzm 145:10-14)
Ign 31 Oktober 2012

Selasa, 30 Oktober 2012

Serius Dalam Mengemban Tanggung Jawab

Ayat bacaan: 1 Samuel 17:34-35
==========================
"Tetapi Daud berkata kepada Saul: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya..."

Seberapa jauh kita mau menjalankan tanggung jawab terhadap sesuatu yang dipercayakan kepada kita? Maksud saya begini. Ketika tanggung jawab itu besar dan disertai imbalan yang besar pula, mungkin kita akan bertanggungjawab penuh tanpa masalah. Tapi bagaimana ketika itu sepertinya tidak menguntungkan bagi kita alias kita anggap tidak penting dengan imbalan yang kecil atau tidak ada sama sekali? Banyak orang akan mengerjakannya asal-asalan dan tidak lagi menganggap penting tanggung jawabnya. Tetangga di depan rumah saya pergi ke luar kota selama seminggu dan meminta seorang pemuda yang tinggal tidak jauh dari tempatnya untuk memeriksa rumah sekali-kali dan menyiram tanaman di depan rumahnya sekali dua hari. Ia menyanggupi bahkan memegang kunci rumah. Tapi ia sama sekali tidak pernah datang dalam seminggu itu. Tanaman pun kering, sebagian mati. Masih untung rumahnya aman-aman saja. Tetangga saya pun menggelengkan kepalanya dan berkata bahwa memang sulit mengharapkan tanggung jawab dari orang lain, meski sudah dikenal baik. Saya pernah tidak digaji dalam mengajar sampai berbulan-bulan. Ketika dosen-dosen lain menolak mengajar bahkan merencanakan untuk mogok bersama, saya memilih untuk terus mengajar normal. Mengapa? Karena buat saya itu adalah tanggung jawab yang harus saya lakukan. Kasihan siswa-siswa yang tidak bersalah jika harus menjadi korban dari sebuah sistem buruk di tempat saya mengajar. Mengapa harus mereka yang terkena? Bagaimana dengan masa depan mereka? Kepada saya sudah dipercayakan sejumlah siswa untuk diajar dan dibina, itu tanggung jawab saya, maka saya harus melakukannya dengan keseriusan yang sama apapun keadaannya. Selain saya ingin belajar untuk menjaga dan melakukan tanggung jawab saya dengan baik, saya percaya Tuhan pun ingin kita melakukan seperti itu.

Tentang hal ini kita bisa belajar dari kisah hidup Daud. Ayat yang saya hari ini adalah bagian ketika Daud tidak tahan menghadapi provokasi dan cara pandang Goliat merendahkan bangsa Israel. Apa yang membuat Daud berani menghadapi Goliat, raksasa yang bersenjata dan memakai pelindung tubuh lengkap adalah pengalamannya bersama Tuhan dalam menjalankan tanggung jawabnya sehari-hari sebagai gembala kambing domba milik ayahnya. Dari beberapa ayat kita bisa mengetahui bahwa Daud muda dipekerjakan sebagai gembala oleh ayahnya. Sementara beberapa dari saudaranya dipercaya sebagai prajurit dan maju bertempur di garis depan. Dibandingkan status prajurit, status gembala pada saat itu tentu sangat rendah dan tidak ada apa-apanya. Tapi Daud tidak berkecil hati dengan pekerjaan tersebut. Ia menjalankan tanggung jawabnya dengan baik. Ada berapa banyak domba yang ia gembalakan? Saya tidak tahu pasti, tapi tentu bukan hanya satu dua ekor. Dan saya yakin ia pun tidak dibayar untuk itu.

Meski tidak banyak dan tidak dibayar, Daud menunjukkan betapa seriusnya ia mengemban tanggung jawabnya. Dari mana kita bisa tahu itu? Bacalah ayat berikut ini ketika ia menjawab keraguan Saul atas dirinya untuk maju menghadapi Goliat sendirian. "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya.." (1 Samuel 17:34-35). Jika anda memperhatikan ayat ini dengan seksama, anda akan melihat bahwa Daud rela mempertaruhkan nyawanya demi sekumpulan domba, yang notabene hanyalah hewan yang bahkan bukan miliknya. Di mata manusia mungkin itu merupakan hal yang aneh, bahkan bodoh. Untuk apa manusia harus rela mempertaruhkan nyawa melawan binatang buas demi binatang yang digembalakannya? Tapi tidak demikian bagi Daud. Daud rela menghadapi singa dan beruang dalam melakukan pekerjaannya. Ia tidak ingin satupun dari ternak yang digembalakannya binasa, dan untuk itu ia harus berhadapan dengan maut. Tapi lihatlah pula bagaimana penyertaan Tuhan mampu membuatnya tampil sebagai pemenang. Ia mampu menghadapi ganasnya singa dan beruang, dan kemudian setelah itu berhasil pula mengatasi Goliat. Daud memperlihatkan tanggungjawab  yang luar biasa tanpa memperhitungkan untung rugi secara pribadi. Dan apa yang ia perbuat pun menjadi gambaran yang sama mengenai bagaimana Yesus, yang lahir ke dunia sebagai salah satu dari silsilah keturunannya, menyelamatkan kita semua. Lihat apa kata Yesus berikut: "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu." (Yohanes 10:11-12).

Tuhan menghendaki kita untuk serius dalam melakukan segala hal, baik itu bekerja, belajar maupun melayani, apalagi jika menyangkut tanggung jawab yang dibebankan kepada kita. Dalam Alkitab kita sudah dipesankan seperti berikut: "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Itu menyatakan bentuk kerinduan Tuhan agar anak-anakNya selalu bekerja dengan serius dan sungguh-sungguh seperti ketika kita melakukan sesuatu untuk Tuhan.  That's the state He wants us to reach. Dalam pelayanan pun sama. Ada banyak orang yang bersungut-sungut dan tidak serius jika hanya melayani sedikit orang, apalagi satu orang saja. Itu sesungguhnya bukanlah gambaran yang diinginkan Tuhan untuk kita lakukan. Bacalah Lukas 15, ada tiga perumpamaan disana yang sudah tidak asing lagi bagi kita mengenai hal ini. "Perumpamaan tentang domba yang hilang" (ay 4-7), "Perumpamaan tentang dirham yang hilang" (ay 8-10) dan "Perumpamaan tentang anak yang hilang" (ay 11-32). Semua ini menunjukkan kerinduan Tuhan untuk menemukan kembali anak-anakNya yang hilang tanpa memperhitungkan jumlah. Satu saja sudah bisa membuat Tuhan penuh dengan sukacita. Bahkan dikatakan: "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat." (ay 10). Satu jiwa bertobat, itu sudah merupakan kebahagiaan besar bagi Tuhan dan seisi Surga.

Lakukanlah apapun yang dikehendaki Tuhan bagi kita secara serius dan sungguh-sungguh. Belajarlah mengemban tanggung jawab seperti cara pandang Kerajaan Allah. Mungkin kita tidak mendapat upah sepantasnya menurut ukuran dunia, tapi jangan lupa, bukankah Tuhan mampu memberkati kita lewat banyak hal? Mungkin apa yang kita terima tidak sebanding dengan jerih payah kita hari ini, tapi apakah tidak mungkin kelak kita akan menuai secara luar biasa? Atau tidakkah mungkin Tuhan menurunkan berkatNya lewat cara lain dan dalam kesempatan lain? Saya mengalami itu ketika tetap mengajar seperti biasa meski tidak dibayar. Tuhan menjaga saya agar tidak kekurangan lewat caraNya yang ajaib. Ingat pula bahwa satu hal yang pasti, segala sesuatu yang kita lakukan secara sungguh-sungguh dan sesuai dengan rencana Tuhan tidak akan pernah ada yang sia-sia. "Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Daud tahu itu, dan dia sudah membuktikannya sendiri. Lewat keteladanan Yesus pun kita bisa belajar mengenai hal yang sama. Kerjakanlah semuanya dengan sebaik-baiknya. Always do your best, hold your responsibilities at the best you can.  Tuhan akan memperhitungkan segalanya, dan percayalah, tidak akan ada yang jatuh sia-sia.

Laksanakan dan emban segala tanggung jawab yang sudah dipercayakan kepada kita dengan sebaik-baiknya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

renungan harian online: Serius Dalam Mengemban Tanggung Jawab

renungan harian online
renungan harian online bagi yang haus akan Tuhan
Serius Dalam Mengemban Tanggung Jawab
Oct 31st 2012, 05:00

Ayat bacaan: 1 Samuel 17:34-35
==========================
"Tetapi Daud berkata kepada Saul: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya..."

Seberapa jauh kita mau menjalankan tanggung jawab terhadap sesuatu yang dipercayakan kepada kita? Maksud saya begini. Ketika tanggung jawab itu besar dan disertai imbalan yang besar pula, mungkin kita akan bertanggungjawab penuh tanpa masalah. Tapi bagaimana ketika itu sepertinya tidak menguntungkan bagi kita alias kita anggap tidak penting dengan imbalan yang kecil atau tidak ada sama sekali? Banyak orang akan mengerjakannya asal-asalan dan tidak lagi menganggap penting tanggung jawabnya. Tetangga di depan rumah saya pergi ke luar kota selama seminggu dan meminta seorang pemuda yang tinggal tidak jauh dari tempatnya untuk memeriksa rumah sekali-kali dan menyiram tanaman di depan rumahnya sekali dua hari. Ia menyanggupi bahkan memegang kunci rumah. Tapi ia sama sekali tidak pernah datang dalam seminggu itu. Tanaman pun kering, sebagian mati. Masih untung rumahnya aman-aman saja. Tetangga saya pun menggelengkan kepalanya dan berkata bahwa memang sulit mengharapkan tanggung jawab dari orang lain, meski sudah dikenal baik. Saya pernah tidak digaji dalam mengajar sampai berbulan-bulan. Ketika dosen-dosen lain menolak mengajar bahkan merencanakan untuk mogok bersama, saya memilih untuk terus mengajar normal. Mengapa? Karena buat saya itu adalah tanggung jawab yang harus saya lakukan. Kasihan siswa-siswa yang tidak bersalah jika harus menjadi korban dari sebuah sistem buruk di tempat saya mengajar. Mengapa harus mereka yang terkena? Bagaimana dengan masa depan mereka? Kepada saya sudah dipercayakan sejumlah siswa untuk diajar dan dibina, itu tanggung jawab saya, maka saya harus melakukannya dengan keseriusan yang sama apapun keadaannya. Selain saya ingin belajar untuk menjaga dan melakukan tanggung jawab saya dengan baik, saya percaya Tuhan pun ingin kita melakukan seperti itu.

Tentang hal ini kita bisa belajar dari kisah hidup Daud. Ayat yang saya hari ini adalah bagian ketika Daud tidak tahan menghadapi provokasi dan cara pandang Goliat merendahkan bangsa Israel. Apa yang membuat Daud berani menghadapi Goliat, raksasa yang bersenjata dan memakai pelindung tubuh lengkap adalah pengalamannya bersama Tuhan dalam menjalankan tanggung jawabnya sehari-hari sebagai gembala kambing domba milik ayahnya. Dari beberapa ayat kita bisa mengetahui bahwa Daud muda dipekerjakan sebagai gembala oleh ayahnya. Sementara beberapa dari saudaranya dipercaya sebagai prajurit dan maju bertempur di garis depan. Dibandingkan status prajurit, status gembala pada saat itu tentu sangat rendah dan tidak ada apa-apanya. Tapi Daud tidak berkecil hati dengan pekerjaan tersebut. Ia menjalankan tanggung jawabnya dengan baik. Ada berapa banyak domba yang ia gembalakan? Saya tidak tahu pasti, tapi tentu bukan hanya satu dua ekor. Dan saya yakin ia pun tidak dibayar untuk itu.

Meski tidak banyak dan tidak dibayar, Daud menunjukkan betapa seriusnya ia mengemban tanggung jawabnya. Dari mana kita bisa tahu itu? Bacalah ayat berikut ini ketika ia menjawab keraguan Saul atas dirinya untuk maju menghadapi Goliat sendirian. "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya.." (1 Samuel 17:34-35). Jika anda memperhatikan ayat ini dengan seksama, anda akan melihat bahwa Daud rela mempertaruhkan nyawanya demi sekumpulan domba, yang notabene hanyalah hewan yang bahkan bukan miliknya. Di mata manusia mungkin itu merupakan hal yang aneh, bahkan bodoh. Untuk apa manusia harus rela mempertaruhkan nyawa melawan binatang buas demi binatang yang digembalakannya? Tapi tidak demikian bagi Daud. Daud rela menghadapi singa dan beruang dalam melakukan pekerjaannya. Ia tidak ingin satupun dari ternak yang digembalakannya binasa, dan untuk itu ia harus berhadapan dengan maut. Tapi lihatlah pula bagaimana penyertaan Tuhan mampu membuatnya tampil sebagai pemenang. Ia mampu menghadapi ganasnya singa dan beruang, dan kemudian setelah itu berhasil pula mengatasi Goliat. Daud memperlihatkan tanggungjawab  yang luar biasa tanpa memperhitungkan untung rugi secara pribadi. Dan apa yang ia perbuat pun menjadi gambaran yang sama mengenai bagaimana Yesus, yang lahir ke dunia sebagai salah satu dari silsilah keturunannya, menyelamatkan kita semua. Lihat apa kata Yesus berikut: "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu." (Yohanes 10:11-12).

Tuhan menghendaki kita untuk serius dalam melakukan segala hal, baik itu bekerja, belajar maupun melayani, apalagi jika menyangkut tanggung jawab yang dibebankan kepada kita. Dalam Alkitab kita sudah dipesankan seperti berikut: "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Itu menyatakan bentuk kerinduan Tuhan agar anak-anakNya selalu bekerja dengan serius dan sungguh-sungguh seperti ketika kita melakukan sesuatu untuk Tuhan.  That's the state He wants us to reach. Dalam pelayanan pun sama. Ada banyak orang yang bersungut-sungut dan tidak serius jika hanya melayani sedikit orang, apalagi satu orang saja. Itu sesungguhnya bukanlah gambaran yang diinginkan Tuhan untuk kita lakukan. Bacalah Lukas 15, ada tiga perumpamaan disana yang sudah tidak asing lagi bagi kita mengenai hal ini. "Perumpamaan tentang domba yang hilang" (ay 4-7), "Perumpamaan tentang dirham yang hilang" (ay 8-10) dan "Perumpamaan tentang anak yang hilang" (ay 11-32). Semua ini menunjukkan kerinduan Tuhan untuk menemukan kembali anak-anakNya yang hilang tanpa memperhitungkan jumlah. Satu saja sudah bisa membuat Tuhan penuh dengan sukacita. Bahkan dikatakan: "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat." (ay 10). Satu jiwa bertobat, itu sudah merupakan kebahagiaan besar bagi Tuhan dan seisi Surga.

Lakukanlah apapun yang dikehendaki Tuhan bagi kita secara serius dan sungguh-sungguh. Belajarlah mengemban tanggung jawab seperti cara pandang Kerajaan Allah. Mungkin kita tidak mendapat upah sepantasnya menurut ukuran dunia, tapi jangan lupa, bukankah Tuhan mampu memberkati kita lewat banyak hal? Mungkin apa yang kita terima tidak sebanding dengan jerih payah kita hari ini, tapi apakah tidak mungkin kelak kita akan menuai secara luar biasa? Atau tidakkah mungkin Tuhan menurunkan berkatNya lewat cara lain dan dalam kesempatan lain? Saya mengalami itu ketika tetap mengajar seperti biasa meski tidak dibayar. Tuhan menjaga saya agar tidak kekurangan lewat caraNya yang ajaib. Ingat pula bahwa satu hal yang pasti, segala sesuatu yang kita lakukan secara sungguh-sungguh dan sesuai dengan rencana Tuhan tidak akan pernah ada yang sia-sia. "Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Daud tahu itu, dan dia sudah membuktikannya sendiri. Lewat keteladanan Yesus pun kita bisa belajar mengenai hal yang sama. Kerjakanlah semuanya dengan sebaik-baiknya. Always do your best, hold your responsibilities at the best you can.  Tuhan akan memperhitungkan segalanya, dan percayalah, tidak akan ada yang jatuh sia-sia.

Laksanakan dan emban segala tanggung jawab yang sudah dipercayakan kepada kita dengan sebaik-baiknya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Renungan Harian Air Hidup: MASIHKAH ADA BERHALA DI HIDUPMU?

Renungan Harian Air Hidup
Saduran dari buku Renungan Harian Air Hidup // via fulltextrssfeed.com
MASIHKAH ADA BERHALA DI HIDUPMU?
Oct 30th 2012, 18:00

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Oktober 2012 -

Baca:  Mazmur 115:1-18

"Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia,"  Mazmur 115:4

Di atas gunung Sinai Tuhan memberikan 10 perintahNya kepada Musa untuk disampaikan kepada umatNya.  Kesepuluh perintah itu kita kenal sebagai 10 hukum Taurat.  Sebagai orang percaya tentunya kita sudah tahu isi dari 10 hukum Taurat tersebut, bahkan kita pasti hafal karena hal ini sudah diajarkan sejak kita duduk di bangku Sekolah Minggu.  Salah satu perintah Tuhan itu berbunyi,  "Jangan ada padamu allah lain dihadapan-Ku."  (Keluaran 20:3).  Artinya Tuhan melarang kita untuk menyembah kepada berhala atau ilah lain karena ini akan  "...membangkitkan cemburu mereka dengan yang bukan umat, dan akan menyakiti hati mereka dengan bangsa yang bebal."  (Ulangan 32:21).  Apa itu berhala?  Berhala adalah sesuatu yang didewakan, yang disembah dan dipuja, bisa berupa:  patung, pohon besar yang dikeramatkan, kuburan, jimat dan lain-lain.

     Namun seringkali kita tidak sadar bahwa ada berhala-berhala lain yang lebih  'modern'  yang masih ada di dalam kehidupan kita.  Ketika kita lebih mengutamakan  'sesuatu'  lebih daripada Tuhan, itu juga disebut berhala.  Jadi berhala bukan hanya berupa benda-benda, bisa saja itu uang, kekayaan, toko, perusahaan, pekerjaan, jabatan, popularitas, hobi, suami, isteri dan sebagainya.  Masih banyak orang Kristen yang lebih mencintai uang atau hartanya daripada Tuhan;  ada istri yang lebih  'takut'  pada suaminya daripada takut kepada Tuhan, padahal suaminya hidup tidak benar;  ada pula yang lebih suka menghabiskan waktunya demi hobi daripada beribadah;  ada pula yang waktunya habis untuk kerja, kerja dan kerja, sedangkan untuk perkara-perkara rohani tidak punya waktu, dan masih banyak lagi.

     Dengan keras Tuhan berkata,  "Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-tengah kamu,"  (Kejadian 35:2).  Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak senang jika kita memberhalakan sesuatu apa pun itu.  Itu menjadi kebencian Tuhan karena merupakan perzinahan rohani.  Hari ini, jika masih punya benda-benda yang kita anggap  'suci', segerlah buang benda-benda tersebut.  Mari kita mengasihi dan mengutamakan Tuhan lebih dari segalanya karena hanya Dia saja yang layak dipuji dan disembah.

Jangan pernah menduakan Tuhan dengan apa pun juga.  Tuhan adalah Allah yang Pencemburu, karena itu jangan permainkan Dia!

Related Posts :

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Yesus "pintu" masuk Kerajaan Allah

"Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?" Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang. Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami. Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan! Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar. Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir."

Renungan:

Perjuangan hidup manusia melalui pintu yang sempit adalah simbolik dari situasi kehidupan manusia. Manusia di hadapan Allah harus berjuang dan bersama Allah dapat mengalahkan segala persoalan hidup yang dihadapinya. Pintu yang dikisahkan dalam perikop Injil hari ini adalah lambang Kristus. Dialah pintu untuk masuk kedalam kerajaan Allah. Tidak ada orang yang dapat masuk ke dalam kerajaan surga tanpa melalui pintu itu yakni Kristus. Dalam dunia sehari-hari sudah lumrah kalau semua orang itu berjuang dan berusaha agar dapat menjadi yang pertama dalam banyak hal. Maka kalau dicermati dengan baik bahwa tidak ada orang yang mau kalah dan menjadi terakhir.

(Renungan Harian Mutiara Iman 2012, Yayasan Pustaka Nusatama)

Senin, 29 Oktober 2012

Panjangnya Kesabaran Tuhan

Ayat bacaan: Nahum 1:3,7
=====================
"TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya... TUHAN itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya"

Jika anda mencoba menelepon seseorang lewat ponsel anda dan mendapat jawaban "please try again in a few more minutes" berulang-ulang, mungkin anda akan merasa kesal, apalagi jika ada hal yang penting yang hendak anda sampaikan. Itulah yang saya alami beberapa hari terakhir ini. Mau tidak mau saya pun menjadi lebih 'akrab' terhadap mesin penjawab dan kalimat yang dikatakannya. Please try again, dan please try again lagi. Tiba-tiba saya berpikir bahwa keadaan tidak tersambung ini pun kerap terjadi antara kita dengan Sang Pencipta kita yang begitu mengasihi kita semua. Jika kita kesal, Tuhan pun mungkin kesal melihat kita yang terus saja melakukan perbuatan-perbuatan yang mengecewakan dan menyedihkan hatiNya. Tapi ternyata kasih Tuhan masih jauh lebih besar ketimbang rasa kecewaNya. Berulang-ulang kita berbuat salah, tetapi Tuhan masih terus dengan sabar memberikan kata "please try again" kepada kita, memberikan kesempatan kepada kita semua untuk terus berproses dan berubah menjadi lebih baik dan taat lagi dari hari ke hari.

Jika kita mau merenungkan, betapa kita sebenarnya melakukan begitu banyak hal yang salah di mata Tuhan setiap harinya. Tetapi lihatlah betapa panjangnya kesabaran Tuhan. Dalam kitab Nahum dikatakan demikian: "TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya." (Nahum 1:3) Meski Tuhan tidak akan pernah membebaskan orang yang berdosa dari hukuman, Dia selalu siap mengampuni dan akan terus menerus memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri, kembali ke jalan yang benar, yang lurus yang menuju kepada keselamatan kekal. Jika kita bisa hidup hari ini dengan baik, jika hari ini kita sudah berada di rel yang benar dan terus menjaga hidup kita untuk tidak keluar jalur, semua itupun dimungkinkan karena Tuhan masih terus dengan sabar memberikan kesempatan bagi kita untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Tanpa itu semua, mungkin sejak dulu kita sudah binasa. Kesalahan kita tidak akan pernah luput dari penghakiman Tuhan, itu benar. Namun di atas itu, Tuhan sesungguhnya panjang sabar. Dia sungguh baik memberikan kita waktu dan kesempatan untuk terus berusaha menjadi lebih baik lagi. Tidak hanya itu saja, Tuhan pun besar kuasaNya. Lihatlah bagaimana Tuhan mengatur segala alam semesta beserta isinya, sehingga tidak satupun dari planet atau gugus bintang bertabrakan dan saling menghancurkan satu sama lain. Segala yang baik yang disediakan Tuhan dalam pemeliharaanNya pun berperan untuk memberi kesempatan bagi kita untuk terus berbenah diri. Bayangkan jika tiba-tiba alam semesta menjadi kacau, kesempatan kita untuk memperbaiki diri pun sirna. Daud begitu menyadari hal ini dan ia juga berkata "Sesungguhnya aku tahu, bahwa TUHAN itu maha besar dan Tuhan kita itu melebihi segala allah." (Mazmur 135:5).

Selain terus berpanjang sabar memberi kesempatan bagi kita, Tuhan pun selalu memposisikan diriNya untuk selalu menjadi tempat perlindungan yang utama. "TUHAN itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya" (Nahum 1:7). Kuasa Tuhan yang besar, yang mampu melebihi akal mengatasi segala kemustahilan akan selalu membuat kita aman ketika berlindung di dalamnya. Dalam hal ini pun Daud menyadarinya dan berkata "Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!" (Mazmur 34:8). Daud benar. Kebaikan Tuhan yang luar biasa itu bukan hanya "pepesan kosong" belaka namun sudah sangat nyata terbukti baik lewat perjalanan hidup tokoh-tokoh Alkitab maupun banyak kesaksian dari masa ke masa. "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:1).

Kita pantas bersyukur atas kebesaran kuasa Tuhan yang jauh melebihi kemampuan nalar manusia dan atas kesabaran Tuhan terhadap proses perbaikan diri kita. Kebaikan Tuhan seharusnya membuat kita berdiri dan bersorak sorai dalam sukacita, bukannya malah terus menjauh, melupakan atau menyalahkan Tuhan atas segala kesulitan yang kita alami. Menyadari hal ini, marilah kita menyadari betul segala perbuatan dan penyertaan Tuhan dalam hidup kita dan mengucap syukur atasnya. Lewat Kristus kita semua sudah dimerdekakan, oleh sebab itu kita harus menyikapinya dengan terus menjaga diri kita agar tidak kembali terjatuh kepada kebiasaan-kebiasaan buruk atau dosa-dosa di masa lalu. "Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan." (Galatia 5:1). Demikianlah Tuhan mengasihi kita dan tidak menginginkan satupun dari kita binasa. Dan begitulah baiknya Tuhan yang dengan sabar terus menantikan kita untuk menjadi lebih baik lagi dari hari ke hari. Bersyukurlah kepadaNya bahwa Dia tidak menggunakan kuasaNya yang dahsyat untuk menghancurkan kita, namun justru untuk menyelamatkan kita. Bersyukurlah bahwa Tuhan senantiasa menganugerahkan kasih karuniaNya kepada kita semua yang punya begitu banyak kesalahan ini. Dan bersyukurlah bahwa Tuhan menggunakan kebaikanNya bukan untuk menolak kita, melainkan justru untuk menggapai dan menyentuh hati kita. Tuhan memberi kita kesempatan luas, tapi jangan sia-siakan kesabaran dan kebaikan Tuhan. Let's praise the Lord today, for He is so good to you and me.

Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

renungan harian online: Panjangnya Kesabaran Tuhan

renungan harian online
renungan harian online bagi yang haus akan Tuhan
Panjangnya Kesabaran Tuhan
Oct 30th 2012, 05:00

Ayat bacaan: Nahum 1:3,7
=====================
"TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya... TUHAN itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya"

Jika anda mencoba menelepon seseorang lewat ponsel anda dan mendapat jawaban "please try again in a few more minutes" berulang-ulang, mungkin anda akan merasa kesal, apalagi jika ada hal yang penting yang hendak anda sampaikan. Itulah yang saya alami beberapa hari terakhir ini. Mau tidak mau saya pun menjadi lebih 'akrab' terhadap mesin penjawab dan kalimat yang dikatakannya. Please try again, dan please try again lagi. Tiba-tiba saya berpikir bahwa keadaan tidak tersambung ini pun kerap terjadi antara kita dengan Sang Pencipta kita yang begitu mengasihi kita semua. Jika kita kesal, Tuhan pun mungkin kesal melihat kita yang terus saja melakukan perbuatan-perbuatan yang mengecewakan dan menyedihkan hatiNya. Tapi ternyata kasih Tuhan masih jauh lebih besar ketimbang rasa kecewaNya. Berulang-ulang kita berbuat salah, tetapi Tuhan masih terus dengan sabar memberikan kata "please try again" kepada kita, memberikan kesempatan kepada kita semua untuk terus berproses dan berubah menjadi lebih baik dan taat lagi dari hari ke hari.

Jika kita mau merenungkan, betapa kita sebenarnya melakukan begitu banyak hal yang salah di mata Tuhan setiap harinya. Tetapi lihatlah betapa panjangnya kesabaran Tuhan. Dalam kitab Nahum dikatakan demikian: "TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya." (Nahum 1:3) Meski Tuhan tidak akan pernah membebaskan orang yang berdosa dari hukuman, Dia selalu siap mengampuni dan akan terus menerus memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri, kembali ke jalan yang benar, yang lurus yang menuju kepada keselamatan kekal. Jika kita bisa hidup hari ini dengan baik, jika hari ini kita sudah berada di rel yang benar dan terus menjaga hidup kita untuk tidak keluar jalur, semua itupun dimungkinkan karena Tuhan masih terus dengan sabar memberikan kesempatan bagi kita untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Tanpa itu semua, mungkin sejak dulu kita sudah binasa. Kesalahan kita tidak akan pernah luput dari penghakiman Tuhan, itu benar. Namun di atas itu, Tuhan sesungguhnya panjang sabar. Dia sungguh baik memberikan kita waktu dan kesempatan untuk terus berusaha menjadi lebih baik lagi. Tidak hanya itu saja, Tuhan pun besar kuasaNya. Lihatlah bagaimana Tuhan mengatur segala alam semesta beserta isinya, sehingga tidak satupun dari planet atau gugus bintang bertabrakan dan saling menghancurkan satu sama lain. Segala yang baik yang disediakan Tuhan dalam pemeliharaanNya pun berperan untuk memberi kesempatan bagi kita untuk terus berbenah diri. Bayangkan jika tiba-tiba alam semesta menjadi kacau, kesempatan kita untuk memperbaiki diri pun sirna. Daud begitu menyadari hal ini dan ia juga berkata "Sesungguhnya aku tahu, bahwa TUHAN itu maha besar dan Tuhan kita itu melebihi segala allah." (Mazmur 135:5).

Selain terus berpanjang sabar memberi kesempatan bagi kita, Tuhan pun selalu memposisikan diriNya untuk selalu menjadi tempat perlindungan yang utama. "TUHAN itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya" (Nahum 1:7). Kuasa Tuhan yang besar, yang mampu melebihi akal mengatasi segala kemustahilan akan selalu membuat kita aman ketika berlindung di dalamnya. Dalam hal ini pun Daud menyadarinya dan berkata "Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!" (Mazmur 34:8). Daud benar. Kebaikan Tuhan yang luar biasa itu bukan hanya "pepesan kosong" belaka namun sudah sangat nyata terbukti baik lewat perjalanan hidup tokoh-tokoh Alkitab maupun banyak kesaksian dari masa ke masa. "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:1).

Kita pantas bersyukur atas kebesaran kuasa Tuhan yang jauh melebihi kemampuan nalar manusia dan atas kesabaran Tuhan terhadap proses perbaikan diri kita. Kebaikan Tuhan seharusnya membuat kita berdiri dan bersorak sorai dalam sukacita, bukannya malah terus menjauh, melupakan atau menyalahkan Tuhan atas segala kesulitan yang kita alami. Menyadari hal ini, marilah kita menyadari betul segala perbuatan dan penyertaan Tuhan dalam hidup kita dan mengucap syukur atasnya. Lewat Kristus kita semua sudah dimerdekakan, oleh sebab itu kita harus menyikapinya dengan terus menjaga diri kita agar tidak kembali terjatuh kepada kebiasaan-kebiasaan buruk atau dosa-dosa di masa lalu. "Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan." (Galatia 5:1). Demikianlah Tuhan mengasihi kita dan tidak menginginkan satupun dari kita binasa. Dan begitulah baiknya Tuhan yang dengan sabar terus menantikan kita untuk menjadi lebih baik lagi dari hari ke hari. Bersyukurlah kepadaNya bahwa Dia tidak menggunakan kuasaNya yang dahsyat untuk menghancurkan kita, namun justru untuk menyelamatkan kita. Bersyukurlah bahwa Tuhan senantiasa menganugerahkan kasih karuniaNya kepada kita semua yang punya begitu banyak kesalahan ini. Dan bersyukurlah bahwa Tuhan menggunakan kebaikanNya bukan untuk menolak kita, melainkan justru untuk menggapai dan menyentuh hati kita. Tuhan memberi kita kesempatan luas, tapi jangan sia-siakan kesabaran dan kebaikan Tuhan. Let's praise the Lord today, for He is so good to you and me.

Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Renungan Harian Air Hidup: MENJADI KEPALA DAN BUKAN EKOR (2)

Renungan Harian Air Hidup
Saduran dari buku Renungan Harian Air Hidup // via fulltextrssfeed.com
MENJADI KEPALA DAN BUKAN EKOR (2)
Oct 29th 2012, 18:00

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Oktober 2012 -

Baca:  Ulangan 28:1-14

"apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia,"  Ulangan 28:13b

Renungan kemarin menyatakan bahwa menjadi  'kepala'  berbicara tentang kualitas hidup seseorang yang mampu menjadi teladan dan memiliki dampak bagi orang lain.  Sementara soal jabatan atau posisi dalam pekerjaan, harta, kekayaan, promosi dan sebagainya adalah  'bonus'  dari Tuhan, karena Tuhan tidak menghendaki anak-anaknya hanya menjadi  'ekor'  dan terus mengalami penurunan kualitas hidup.  Kita semua tahu menjadi  'ekor'  berarti hanya menjadi pengikut, seperti kata  'mengekor'  yang berarti menjadi pecundang, padahal firmanNya menegaskan,  "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."  (Roma 8:37).

     Untuk bisa menjadi  'kepala'  dan terus mengalami peningkatan dalam hidup ini ada proses yang harus kita jalani yaitu harus tunduk kepada instruksi firman Tuhan:  "Jika engkau baik-baik mendengarkan suara Tuhan, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka Tuhan, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi."  (Ulangan 28:1).  Kata  'jika'  (Ulangan 28:1)  dan  'apabila'  (Ulangan 28:13 dan 14)  berarti sebuah syarat untuk meraih janji Tuhan.  Syarat utamanya adalah mendengarkan firman Tuhan dan melakukannya dengan setia.  Kemudian kita tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri  (Ulangan 28:14), maka Tuhan akan mengangkat kita menjadi kepala dan Ia akan membawa kita semakin naik.  Hal ini juga disampaikan Tuhan kepada Yosua agar ia senantiasa merenungkan firmanNya dan melakukannya,  "...dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung."  (Yosua 1:8).

     Jangan hanya complain kepada Tuhan dan menuntut hak-hak kita saja sementara kita sendiri tidak memenuhi kewajiban atau mengerjakan bagian kita yaitu hidup dalam ketaatan.  Asal kita taat dan setia kepada Tuhan maka Dia pun tidak akan pernah lalai menggenapi janji firmanNya.

"Hal-hal yang terjadi di masa yang lampau telah Kuberitahukan dari sejak dahulu, Aku telah mengucapkannya dan telah mengabarkannya. Kemudian dengan sekonyong-konyong Aku melaksanakannya juga dan semuanya itu sudah menjadi kenyataan."  Yesaya 48:3

Related Posts :

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Menjadi berguna bagi sesama

Lukas 13:18-21: "Maka kata Yesus: "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya." Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."

Renungan :

Sesuatu yang kecil dan sedikit seringkali kita remehkan. Namun, yang kecil itu bisa menjadi besar dan dayanya bisa mempengaruhi segala yang ada di sekitarnya. Biji sesawi itu sangat kecil. Ragi juga sangat sedikit namun bisa mengawetkan dan memberi rasa enak. Orang beriman dipanggil untuk bisa menjadi biji sesawi dan ragi bagi sesama. Sudahkah hidup kita yang minoritas mampu mempengaruhi hidup bersama?

30 Okt


"Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."
(Ef 5:21-35; Luk 13:18-21)

"Maka kata Yesus: "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya?  Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya."  Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah?  Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya." (Luk 13:18-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Segala sesuatu kiranya mulai dari kecil, sederhana atau sedikit. Dalam Warta Gembira hari ini kepada kita diketengahkan perihal perumpamaan Kerajaan Allah bagaikan biji sesawi atau ragi. Biji sesawi konon yang terkecil, namun begitu tumbuh menjadi rimbun dan banyak burung-burung kecil berdatangan untuk mencari makan; demikian juga ragi dalam jumlah kecil ketika diadukkan ke dalam tepung terigu, maka rasanya jadi lain: ragi merasuki seluruh tepung terigu. Maka sabda hari ini kiranya dapat menjadi pegangan hidup kita, dimana meskipun jumlah kita kecil tetapi karena berkualitas, maka akan sangat berguna bagi kehidupan bersama. Dengan kata lain sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk lebih menekankan kualitas daripada kuantitas, mutu daripada jumlah. Tentu saja kualitas yang kami maksudkan terutama atau lebih-lebih kualitas iman, dengan kata lain marilah kita tingkatkan dan perdalam kualitas iman kita. Dalam Tahun Iman ini kita diajak untuk mawas diri sejauh mana kedalaman iman kita dan kemudian menghasilkan buah melimpah, berupa banyak jiwa diselamatkan. Semoga perkembangan dan pertumbuhan iman kita sungguh dapat menjadi tempat berlindung bagi banyak orang dalam rangka menyelamatkan jiwanya atau kehadiran dan sepak terjang kita senantiasa lebih enak dan nikmat untuk didiami, karena kita senantiasa melakukan apa yang baik dan menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa manusia. Marilah kita didik dan bina anak-anak kita agar tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Demikian pula kami mengingatkan siapapun yang bekerja dalam pelayanan pendidikan atau sekolah untuk lebih mengutamakan agar para peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi cerdas spiritual, bukan hanya secara intelektual belaka.

·   "Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya." (Ef 5:32-33). Paulus menggambarkan kesatuan kita dengan Yesus Kristus, Tuhan, bagaikan kesatuan antar suami-isteri yang baik. Bukankah suami-isteri yang baik saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tubuh? Memang ajaran perihal saling mengasihi hemat saya secara konkret dapat diindrai atau dilihat dalam diri suami-isteri yang baik. Tentu saja kasih Tuhan kepada kita lebih daripada kasih suami terhadap isteri maupun isteri terhadap suaminya, karena " Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela" (Ef 5:27). Dalam keadaan atau kondisi macam apapun Tuhan senantiasa mengasihi kita tanpa batas. Hidup saling mengasihi memang sungguh memikat, mempesona dan menarik banyak orang untuk mendekat dan bersahabat. Marilah kita hayati secara konkret hubungan erat atau mesra kita dengan Tuhan dan senantiasa berhubungan mesra dan erat dengan saudara-saudari kita, tentu saja tidak harus semesra hubungan suami-isteri. Kemesraan hubungan kita dengan orang lain antara lain menjadi nyata atau konkret ketika kita tidak saling menyakiti atau melecehkan, tetapi saling menghormati dan menjunjung tinggi, saling membahagiakan dan menyelamatkan. Sebagai umat beriman marilah kita wujudkan pendampingan atau penyertaan Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun, artinya semoga siapapun yang melihat kita akhirnya tergerak untuk semakin beriman dan bersahabat dengan Tuhan maupun sesamanya. Persaudaraan atau persahabatan sejati antar kita , umat manusia, pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan.

"Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu! Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu!Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN." (Mzm 128:1-4)

Ign 30 Oktober 2012     

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari