Kamis, 30 September 2010

Pujian di Malam Hari

Ayat bacaan: Ayub 35:10
===================
"tetapi orang tidak bertanya: Di mana Allah, yang membuat aku, dan yang memberi nyanyian pujian di waktu malam"

pujian di malam hariBekerja sebagai wartawan musik sungguh menyenangkan bagi saya. Musik adalah sebuah bagian dari seni yang tidak pernah statis, selalu berkembang dan sangat progresif. Setiap saat ada jenis musik baru yang akan selalu menghibur diri kita. Tuhan memang benar-benar Seniman yang Agung. Saya tidak bisa membayangkan seandainya Tuhan tidak menciptakan musik untuk kita nikmati. Memang manusia yang bermain musik, menyanyi dan terus mengembangkan musik secara progresif, tetapi bukankah semua itu pun Tuhan yang menyediakan? Musik sudah menjadi bagian hidup saya sejak lahir, dan musik tidak pernah gagal menghibur hati saya. Saya yakin teman-teman pun beranggapan demikian. Tetapi ingatlah bahwa nyanyian bukan hanya untuk kita nikmati saja, tetapi alangkah baiknya jika dipakai pula sebagai sarana pujian dan penyembahan untuk Tuhan.

Seringkali kita hanya fokus kepada permasalahan yang terjadi ketimbang menyadari kasih setia Tuhan yang senantiasa menyertai kita. Hidup tidaklah mudah. Terkadang dalam perjalanan hidup kita akan bertemu dengan saat-saat dimana kita merasa bahwa hidup ini tidaklah selalu berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan. Ada saat senang, ada pula saat susah, bahkan terkadang kita harus berjalan dalam kegelapan. Tetapi ingatlah bahwa di saat seperti itupun kita tetap berjalan dengan penyertaan Tuhan, tidak akan pernah sendiri. Firman Tuhan berkata "Sekalipun aku berjalan dalam lembah  kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4).

Saya menulis renungan ini pada malam hari ditemani oleh lagu-lagu pujian. Sudah beberapa hari terakhir ini saya tertimbun banyak pekerjaan. Saya merasa sangat lelah, lemas dan mengantuk, sementara masih ada pekerjaan yang harus saya selesaikan disamping menulis renungan ini. Tetapi Puji Tuhan Dia telah menciptakan musik dan telah memberkati saya dengan suara. Sambil menulis saya menyanyi kecil, dan nyata benar Tuhan memberikan kekuatan agar saya bisa menyelesaikan tugas demi tugas, dan yang pasti Tuhan pun memberikan rasa sukacita disamping kelegaan dan kekuatan yang hadir lewat puji-pujian yang saya panjatkan untuk Tuhan.

Lewat kitab Ayub kita bisa melihat betapa seringnya manusia hanya fokus kepada masalahnya dan melupakan Tuhan. "Orang menjerit oleh karena banyaknya penindasan, berteriak minta tolong oleh karena kekerasan orang-orang yang berkuasa" kata Ayub (Ayub 35:9), "tetapi orang tidak bertanya: Di mana Allah, yang membuat aku, dan yang memberi nyanyian pujian di waktu malam.." (ay 10).  Itu sungguh benar. Mengapa kita hanya berteriak dalam kesesakan tetapi lupa untuk memuji penyertaan Tuhan yang tidak pernah hilang dari hidup kita? Pemazmur tahu betul akan hal itu, ia berkata "TUHAN memerintahkan kasih setia-Nya pada siang hari, dan pada malam hari aku menyanyikan nyanyian, suatu doa kepada Allah kehidupanku." (Mazmur 42:9). Sepanjang kita melakukan berbagai aktivitas di siang hari Tuhan dengan setia terus bersama kita, tidakkah indah apabila pada malam hari sebelum kita beristirahat kita pun memanjatkan nyanyian-nyanyian pujian dan penyembahan  kepadaNya?

Ada kuasa dalam puji-pujian. Kita sering melupakan hal itu. Lihatlah bagaimana tembok Yerikho runtuh di hari ke tujuh setelah dikelilingi berhari-hari. Apa yang membuat tembok itu runtuh pada akhirnya? Selain memang Allah sendiri yang telah menjanjikan, "Berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: "Ketahuilah, Aku serahkan ke tanganmu Yerikho ini beserta rajanya dan pahlawan-pahlawannya yang gagah perkasa." (Yosua 6:2), tapi lihatlah bahwa pujian dan sorak sorai bagi Tuhan membuat tembok itu akhirnya runtuh. "Lalu bersoraklah bangsa itu, sedang sangkakala ditiup; segera sesudah bangsa itu mendengar bunyi sangkakala, bersoraklah mereka dengan sorak yang nyaring. Maka runtuhlah tembok itu, lalu mereka memanjat masuk ke dalam kota, masing-masing langsung ke depan, dan merebut kota itu." (ay 20). Dalam kisah lain, kita tahu bagaimana Gideon dengan prajurit berjumlah hanya 300 orang mampu menaklukkan musuh tak terhitung banyaknya, seperti belalang dan pasir di tepi laut, lewat puji-pujian dan gemuruh suara sangkakala seperti yang bisa kita baca dalam Hakim Hakim 7. Ingat pula apa yang terjadi ketika Paulus dan Silas yang tengah terpasung di dalam penjara memutuskan untuk tidak meratapi diri melainkan berdoa dan memanjatkan puji-pujian kepada Tuhan. "Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka." (Kisah Para Rasul 16:25). Apa yang terjadi kemudian? Alkitab mencatat hadirnya gempa menyelamatkan mereka (ay 26). Bukan itu saja, tetapi keputusan mereka pun membawa pertobatan orang lain. (ay 30-33). Lihatlah bagaimana besarnya kuasa di balik puji-pujian, dan itu semua bisa terjadi karena ada Tuhan yang bertahta/bersemayam di atas puji-pujian. (Mazmur 22:4).

Setelah lelah bekerja sepanjang hari, masihkah kita menyadari bahwa Tuhan sebenarnya tidak pernah absen menyertai kita? Sudahkah kita memuji Dia malam ini? Ingatlah bahwa ada kuasa di balik puji-pujian. Bukan saja kita memuliakan dan menyenangkan hati Tuhan lewat puji-pujian tulus dari hati kita, tetapi kita pun akan diberi kelegaan, kekuatan, semangat dan sukacita baru untuk terus melangkah melewati hari demi hari yang sulit. Malam ini marilah kita panjatkan pujian dan penyembahan dengan sepenuh hati kepadaNya. Let's sing together!

Jangan lupakan kebaikan dan kasih setiaNya, let's praise the Lord tonight

Pujian di Malam Hari

Ayat bacaan: Ayub 35:10
===================
"tetapi orang tidak bertanya: Di mana Allah, yang membuat aku, dan yang memberi nyanyian pujian di waktu malam"

pujian di malam hariBekerja sebagai wartawan musik sungguh menyenangkan bagi saya. Musik adalah sebuah bagian dari seni yang tidak pernah statis, selalu berkembang dan sangat progresif. Setiap saat ada jenis musik baru yang akan selalu menghibur diri kita. Tuhan memang benar-benar Seniman yang Agung. Saya tidak bisa membayangkan seandainya Tuhan tidak menciptakan musik untuk kita nikmati. Memang manusia yang bermain musik, menyanyi dan terus mengembangkan musik secara progresif, tetapi bukankah semua itu pun Tuhan yang menyediakan? Musik sudah menjadi bagian hidup saya sejak lahir, dan musik tidak pernah gagal menghibur hati saya. Saya yakin teman-teman pun beranggapan demikian. Tetapi ingatlah bahwa nyanyian bukan hanya untuk kita nikmati saja, tetapi alangkah baiknya jika dipakai pula sebagai sarana pujian dan penyembahan untuk Tuhan.

Seringkali kita hanya fokus kepada permasalahan yang terjadi ketimbang menyadari kasih setia Tuhan yang senantiasa menyertai kita. Hidup tidaklah mudah. Terkadang dalam perjalanan hidup kita akan bertemu dengan saat-saat dimana kita merasa bahwa hidup ini tidaklah selalu berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan. Ada saat senang, ada pula saat susah, bahkan terkadang kita harus berjalan dalam kegelapan. Tetapi ingatlah bahwa di saat seperti itupun kita tetap berjalan dengan penyertaan Tuhan, tidak akan pernah sendiri. Firman Tuhan berkata "Sekalipun aku berjalan dalam lembah  kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4).

Saya menulis renungan ini pada malam hari ditemani oleh lagu-lagu pujian. Sudah beberapa hari terakhir ini saya tertimbun banyak pekerjaan. Saya merasa sangat lelah, lemas dan mengantuk, sementara masih ada pekerjaan yang harus saya selesaikan disamping menulis renungan ini. Tetapi Puji Tuhan Dia telah menciptakan musik dan telah memberkati saya dengan suara. Sambil menulis saya menyanyi kecil, dan nyata benar Tuhan memberikan kekuatan agar saya bisa menyelesaikan tugas demi tugas, dan yang pasti Tuhan pun memberikan rasa sukacita disamping kelegaan dan kekuatan yang hadir lewat puji-pujian yang saya panjatkan untuk Tuhan.

Lewat kitab Ayub kita bisa melihat betapa seringnya manusia hanya fokus kepada masalahnya dan melupakan Tuhan. "Orang menjerit oleh karena banyaknya penindasan, berteriak minta tolong oleh karena kekerasan orang-orang yang berkuasa" kata Ayub (Ayub 35:9), "tetapi orang tidak bertanya: Di mana Allah, yang membuat aku, dan yang memberi nyanyian pujian di waktu malam.." (ay 10).  Itu sungguh benar. Mengapa kita hanya berteriak dalam kesesakan tetapi lupa untuk memuji penyertaan Tuhan yang tidak pernah hilang dari hidup kita? Pemazmur tahu betul akan hal itu, ia berkata "TUHAN memerintahkan kasih setia-Nya pada siang hari, dan pada malam hari aku menyanyikan nyanyian, suatu doa kepada Allah kehidupanku." (Mazmur 42:9). Sepanjang kita melakukan berbagai aktivitas di siang hari Tuhan dengan setia terus bersama kita, tidakkah indah apabila pada malam hari sebelum kita beristirahat kita pun memanjatkan nyanyian-nyanyian pujian dan penyembahan  kepadaNya?

Ada kuasa dalam puji-pujian. Kita sering melupakan hal itu. Lihatlah bagaimana tembok Yerikho runtuh di hari ke tujuh setelah dikelilingi berhari-hari. Apa yang membuat tembok itu runtuh pada akhirnya? Selain memang Allah sendiri yang telah menjanjikan, "Berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: "Ketahuilah, Aku serahkan ke tanganmu Yerikho ini beserta rajanya dan pahlawan-pahlawannya yang gagah perkasa." (Yosua 6:2), tapi lihatlah bahwa pujian dan sorak sorai bagi Tuhan membuat tembok itu akhirnya runtuh. "Lalu bersoraklah bangsa itu, sedang sangkakala ditiup; segera sesudah bangsa itu mendengar bunyi sangkakala, bersoraklah mereka dengan sorak yang nyaring. Maka runtuhlah tembok itu, lalu mereka memanjat masuk ke dalam kota, masing-masing langsung ke depan, dan merebut kota itu." (ay 20). Dalam kisah lain, kita tahu bagaimana Gideon dengan prajurit berjumlah hanya 300 orang mampu menaklukkan musuh tak terhitung banyaknya, seperti belalang dan pasir di tepi laut, lewat puji-pujian dan gemuruh suara sangkakala seperti yang bisa kita baca dalam Hakim Hakim 7. Ingat pula apa yang terjadi ketika Paulus dan Silas yang tengah terpasung di dalam penjara memutuskan untuk tidak meratapi diri melainkan berdoa dan memanjatkan puji-pujian kepada Tuhan. "Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka." (Kisah Para Rasul 16:25). Apa yang terjadi kemudian? Alkitab mencatat hadirnya gempa menyelamatkan mereka (ay 26). Bukan itu saja, tetapi keputusan mereka pun membawa pertobatan orang lain. (ay 30-33). Lihatlah bagaimana besarnya kuasa di balik puji-pujian, dan itu semua bisa terjadi karena ada Tuhan yang bertahta/bersemayam di atas puji-pujian. (Mazmur 22:4).

Setelah lelah bekerja sepanjang hari, masihkah kita menyadari bahwa Tuhan sebenarnya tidak pernah absen menyertai kita? Sudahkah kita memuji Dia malam ini? Ingatlah bahwa ada kuasa di balik puji-pujian. Bukan saja kita memuliakan dan menyenangkan hati Tuhan lewat puji-pujian tulus dari hati kita, tetapi kita pun akan diberi kelegaan, kekuatan, semangat dan sukacita baru untuk terus melangkah melewati hari demi hari yang sulit. Malam ini marilah kita panjatkan pujian dan penyembahan dengan sepenuh hati kepadaNya. Let's sing together!

Jangan lupakan kebaikan dan kasih setiaNya, let's praise the Lord tonight

Kata motivasi buat pengusaha dan profesional muda

Banyak orang mengeluhkan tidak enaknya beban pekerjaan, dan lebih merindukan istirahat dan liburan.
Mengeluhlah dalam perjalanan naik Anda menuju keberhasilan, tapi sadarilah bahwa keluhan Anda akan lebih hebat lagi jika Anda gagal.
Kesulitan hidup bukanlah ijin untuk tidak berhasil.
Lebih baik kita bekerja keras untuk berhasil, daripada harus menjelaskan mengapa kegagalan bukanlah salah kita.

Alasan utama yang menjadikan orang tidak berhasil, adalah tidak adanya hubungan antara apa yang dikerjakannya, dengan apa yang akan membuatnya berhasil.
Maka, janganlah hanya mengerjakan yang Anda senangi, tetapi yang jauh dari menyenangkan orang lain.
Ingatlah, kegembiraan sesama adalah tanda kegembiraan Tuhan.
Jika Anda merindukan kebahagiaan, bahagiakanlah orang lain melalui pekerjaan Anda.

Ada orang yang mengumpulkan dan membawa puing-puing kegagalannya di masa lalu, untuk menghalangi perjalanannya ke masa depan.
Yang terjadi di masa lalu adalah pelajaran bagi penguatan Anda, dan tidak boleh digunakan sebagai beban dan pelemah upaya Anda hari ini.
BERDAMAILAH DENGAN MASA LALU ANDA.
Jadilah pribadi yang damai, jujur, dan bekerja keras bagi masa depan yang baik.

LIMA TANDA KEEFEKTIFAN PRIBADI ANDA
1. Besarnya rasa terima kasih orang lain atas kontribusi Anda
2. Tulusnya rasa syukur mereka atas keikhlasan Anda
3. Besarnya permintaan orang lain untuk kehadiran Anda
4. Baiknya imbalan yang disediakan untuk waktu Anda
5. Dalamnya rasa syukur Anda kepada Tuhan atas semua itu
Sesungguhnya, KITA TIDAK BISA BERHASIL TANPA MEMBERHASILKAN ORANG LAIN.

Apa pun yang ingin Anda nikmati dengan mudah, selalu mengharuskan Anda untuk bekerja keras mengatasi kesulitan.
KESULITAN ADALAH SYARAT UNTUK MENCAPAI KEMUDAHAN.
Maka bersyukurlah jika Anda menemui kesulitan, jangan mengeluh, bekerjalah dengan tulus, bersabarlah dalam menantikan hasil, selalu kenakan wajah ramah Anda, lalu perhatikan apa yang terjadi.

Seseorang yang belum berhasil, tidak bisa disebut orang gagal.
Selama dia berupaya, dia adalah seorang petarung yang berada dalam perjalanan menuju kemenangan hidupnya. Tidak ada orang yang bisa disebut gagal, selama dia berupaya dan selama dia tidak menyerah.
Tuhan sangat mengasihi jiwa yang ikhlas meyakini, bahwa:
BELUM BERHASIL TIDAK SAMA DENGAN GAGAL.


ANDA AKAN MENCAPAI APA PUN jika Anda bersedia melakukan yang dibutuhkan untuk mencapainya.
Tetapi, berapa banyakkah orang yang kesibukannya betul-betul berhubungan dengan yang akan dicapainya?
Berapa banyakkah orang yang ingin menjadi kaya, yang kesibukannya sama sekali tidak ada hubungannya dengan berhemat dan memperbesar pendapatan?
Apa pun yang Anda inginkan, mungkinkan!

SEMUA ORANG INGIN BERHASIL, TETAPI TIDAK SETIAP ORANG BERSEDIA BERUBAH.
Sebagian besar dari janji yang memenuhi langit adalah janji untuk berubah, tetapi yang diucapkan oleh orang-orang yang tersinggung dan marah jika dianjurkan untuk mengubah sikap dan cara-caranya.
MEMANG PERUBAHAN TIDAK MENJAMIN KEBERHASILAN, TETAPI TIDAK ADA KEBERHASILAN YANG BISA DICAPAI TANPA PERUBAHAN.

BEKERJALAH SEPERTI ANDA TIDAK MUNGKIN GAGAL.
Jangan tolak anjuran itu, karena sikap itu lebih baik daripada bekerja seperti tidak ada kemungkinan berhasil.
Hidup Anda terlalu penting untuk digunakan melakukan yang kecil-kecil.

Mencapai kemampuan besar untuk membiayai kehidupan, dimulai dengan MELAKUKAN YANG PALING MUDAH bagi kita.
Jika yang paling mudah sekarang adalah malas, maka malaslah menjadi pribadi yang tak berguna, atau tundalah menunda yang penting.
Perhatikanlah, semua kelemahan hidup selalu bersumber dari hal-hal baik yang kita tunda karena mengutamakan rasa malas.

Apa pun yang Anda lakukan, lakukanlah dengan sebaik mungkin.
Karena, keahlian apa pun datang dari melakukannya. Dan keahlian adalah yang menjadikan Anda pribadi yang dihargai tinggi.
Saya ulangi ya?
1. Keahlian Anda datang dari melakukan.
2. Harga Anda ditentukan oleh keahlian Anda.
Apakah kemalasan dan kebiasaan menunda, akan menjadikan Anda ahli dalam sesuatu?

Di ambil dari kata motivasi Mario teguh

Kumpulan motivasi dan kata bijak inspiratif
* Kata-kata bijak tentang kekhawatiran
* Kata-kata bijak tentang pengharapan
* Kata-kata bijak tentang tingkah laku (karakter)
* Kata-kata bijak tentang pengampunan

Rabu, 29 September 2010

1 Okt - Sir 66:10-14c; Mat 18:1-5

"Barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga"

(Sir 66:10-14c; Mat 18:1-5)

 

"Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." (Mat 18:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Teresia dari Kanak-kanak Yesus, perawan dan pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   St.Teresia yang kita kenangkan hari ini terkenal karena ketaatan dan kerendahan hatinya. Ia begitu mempersembahkan diri seutuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi atau kehendak Tuhan, siap sedia dengan jiwa besar dan rela berkorban untuk melaksanakan kehendak Tuhan dalam situasi atau kondisi apapun, sebagaimana seorang anak kecil yang siap sedia diperlakukan apapun oleh orangtuanya, khususnya oleh ibunya. Ia juga sebagai pujangga Gereja karena mensharingkan pengalaman iman, ketaatan dan kerendahan hatinya kepada sesamanya dimanapun dan kapanpun. Ia sungguh meneladan kerendahan hati Yesus sebagaimana dikatakan oleh Paulus dalam suratnya kepada umat di Filipi "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Fil 2:5-8). Maka marilah sebagai umat beriman di dalam hidup sehari-hari dimanapun dan kapanpun kita hidup dan bertindak dijiwai oleh ketaatan dan kerendahan hati. Dengan taat dan rendah hati kita hayati atau laksanakan aneka tatanan dan aturan atau tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Hari ini kita juga memasuki bulan Oktober, yang oleh Gereja Katolik dijadikan bulan rosario, dimana kita diajak untuk berdevosi kepada Bunda Maria, teladan umat beriman, dengan berdoa rosario serta meneladan ketaatan dan kerendahan hatinya.


·   "Yesus di kayu salib yang haus, saya akan memberikan air padaMu. Saya akan menderita sedapat mungkin, agar banyak orang berdosa bertobat" (Ensiklopedi Orang Kudus, CLC – Jakarta 1985, hal 292), demikian salah satu doa St.Teresia. Apa yang ia doakan ini juga dihayati dalam hidup sehari-hari, antara lain Teresia hidup sederhana, ketika kena marah atau diejek ia tetap tersenyum dan ceria, tidak membalas kemarahan atau ejekan tersebut, bahkan kiranya ia berdoa sebagaimana Yesus di puncak kayu salib, puncak penderitaanNya, mendoakan mereka yang menyalibkanNya "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."(Luk 23:34). Kiranya masing-masing dari kita juga sering dimarahi atau diejek orang lain, disakiti atau dilecehkan, maka baiklah jika kita mengalami hal itu dihayati sebagai anugerah atau rahmat Allah, kesempatan untuk menyatukan diri pada Yang Tersalib, sebagaimana kita sering membuat tanda salib sambil menepuk dahi/otak, dada/hati, dan bahu, yang berarti kita berkehendak atau berhasrat untuk bersatu dan bersama dengan Yang Tersalib dalam hidup dan cara bertindak kita. Kami berharap kepada siapapun yang dalam hidup bersama cukup berpengaruh, entah sebagai atasan atau pemimpin, untuk menjadi teladan dalam hal ketaatan maupun kerendahan hati, "merendahkan diri dan menjadi seperti anak kacil", hidup dan bertindak untuk melayani bukan dilayani dengan tetap senyum dan ceria ketika harus menghadapi tekanan, masalah maupun beban berat atau dilecehkan dan direndahkan. Ketaatan dan kerendahan hati merupakan keutamaan utama dan pertama, yang menjadi nyata dalam hidup dan bertindak saling melayani, membahagiakan dan menyelamatkan. Marilah kita dukung para gembala kita, Paus dan para Uskup, yang senantiasa berusaha untuk rendah hati dan melayani dengan sepenuh hati.

 

"TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku. Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku. Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!" (Mzm 131)

 

Jakarta, 1 Oktober 2010


1 Okt - Sir 66:10-14c; Mat 18:1-5

"Barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga"

(Sir 66:10-14c; Mat 18:1-5)

 

"Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." (Mat 18:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Teresia dari Kanak-kanak Yesus, perawan dan pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   St.Teresia yang kita kenangkan hari ini terkenal karena ketaatan dan kerendahan hatinya. Ia begitu mempersembahkan diri seutuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi atau kehendak Tuhan, siap sedia dengan jiwa besar dan rela berkorban untuk melaksanakan kehendak Tuhan dalam situasi atau kondisi apapun, sebagaimana seorang anak kecil yang siap sedia diperlakukan apapun oleh orangtuanya, khususnya oleh ibunya. Ia juga sebagai pujangga Gereja karena mensharingkan pengalaman iman, ketaatan dan kerendahan hatinya kepada sesamanya dimanapun dan kapanpun. Ia sungguh meneladan kerendahan hati Yesus sebagaimana dikatakan oleh Paulus dalam suratnya kepada umat di Filipi "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Fil 2:5-8). Maka marilah sebagai umat beriman di dalam hidup sehari-hari dimanapun dan kapanpun kita hidup dan bertindak dijiwai oleh ketaatan dan kerendahan hati. Dengan taat dan rendah hati kita hayati atau laksanakan aneka tatanan dan aturan atau tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Hari ini kita juga memasuki bulan Oktober, yang oleh Gereja Katolik dijadikan bulan rosario, dimana kita diajak untuk berdevosi kepada Bunda Maria, teladan umat beriman, dengan berdoa rosario serta meneladan ketaatan dan kerendahan hatinya.


·   "Yesus di kayu salib yang haus, saya akan memberikan air padaMu. Saya akan menderita sedapat mungkin, agar banyak orang berdosa bertobat" (Ensiklopedi Orang Kudus, CLC – Jakarta 1985, hal 292), demikian salah satu doa St.Teresia. Apa yang ia doakan ini juga dihayati dalam hidup sehari-hari, antara lain Teresia hidup sederhana, ketika kena marah atau diejek ia tetap tersenyum dan ceria, tidak membalas kemarahan atau ejekan tersebut, bahkan kiranya ia berdoa sebagaimana Yesus di puncak kayu salib, puncak penderitaanNya, mendoakan mereka yang menyalibkanNya "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."(Luk 23:34). Kiranya masing-masing dari kita juga sering dimarahi atau diejek orang lain, disakiti atau dilecehkan, maka baiklah jika kita mengalami hal itu dihayati sebagai anugerah atau rahmat Allah, kesempatan untuk menyatukan diri pada Yang Tersalib, sebagaimana kita sering membuat tanda salib sambil menepuk dahi/otak, dada/hati, dan bahu, yang berarti kita berkehendak atau berhasrat untuk bersatu dan bersama dengan Yang Tersalib dalam hidup dan cara bertindak kita. Kami berharap kepada siapapun yang dalam hidup bersama cukup berpengaruh, entah sebagai atasan atau pemimpin, untuk menjadi teladan dalam hal ketaatan maupun kerendahan hati, "merendahkan diri dan menjadi seperti anak kacil", hidup dan bertindak untuk melayani bukan dilayani dengan tetap senyum dan ceria ketika harus menghadapi tekanan, masalah maupun beban berat atau dilecehkan dan direndahkan. Ketaatan dan kerendahan hati merupakan keutamaan utama dan pertama, yang menjadi nyata dalam hidup dan bertindak saling melayani, membahagiakan dan menyelamatkan. Marilah kita dukung para gembala kita, Paus dan para Uskup, yang senantiasa berusaha untuk rendah hati dan melayani dengan sepenuh hati.

 

"TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku. Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku. Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!" (Mzm 131)

 

Jakarta, 1 Oktober 2010


Seperti Apa Kita Dikenang

Ayat bacaan: Amsal 10:7
===================
"Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk."

kenanganAnda kenal Ismail Marzuki? Beliau adalah seorang komposer legendaris Indonesia yang sudah menelurkan banyak karya emas. Lagu Sabda Alam dan Payung Fantasi misalnya sudah begitu kita kenal, padahal lagu itu diciptakan lebih dari setengah abad yang silam. Ismail Marzuki meninggal dunia di usia yang masih relatif muda, 44 tahun pada tahun 1958. Saya tidak pernah bertemu dengannya, tapi lewat beberapa sesepuh musik yang masih hidup saya bisa mendapatkan gambaran seperti apa sosok Ismail Marzuki di masa hidupnya. Dalam sebuah bincang-bincang dengan salah seorang mantan penyanyi yang sudah lanjut usia saya bisa mendapatkan gambaran dari sosok legendaris ini. "Dia orangnya baik dan sangat ramah. Orangnya bertubuh kecil dan waktu bertemu dengan saya dia sudah mulai sakit-sakitan." Itu kutipan dari apa yang ada dalam kenangan sang penyanyi tentang Ismail Marzuki. Hidup kita memanglah singkat, namun kenangan yang kita wariskan akan hidup selamanya. Seperti apa kita dikenang orang akan terbentuk dari sikap dan cara hidup kita, keputusan-keputusan yang kita ambil, karya-karya yang kita hasilkan dan seberapa besar kita memberi dampak kepada hidup orang lain.

Ada orang yang dikenang sebagai pribadi yang ramah, murah hati, setia kawan, sangat bersahabat, humoris, pintar, rajin dan sebagainya. Sebaliknya tidak sedikit pula orang yang terlupakan oleh waktu, atau bahkan dikenang sebagai sesuatu yang negatif, seperti koruptor, pemarah, ringan tangan, suka mengutuki orang lain, penipu, orang tidak tahu sopan, oportunis tulen dan sebagainya. Coba anda ingat-ingat sebentar, tentu kategori-kategori seperti ini ada dalam memori anda akan seseorang bukan? Ambil sebuah contoh Bunda Teresa. Saya percaya tidak ada satupun diantara kita yang menilai negatif akan sosok ini. Pengorbanannya, besar kasihnya dan kontribusinya terhadap orang-orang miskin di Kalkuta tetap dikenang orang hingga hari ini. Bagaimana dengan tokoh-tokoh alkitab, seperti Rut, Yusuf, Kaleb, Paulus dan sebagainya? Meski mereka hidup ribuan tahun yang lalu tapi kita masih mengenal sosok mereka lewat apa yang tertulis dalam alkitab yang abadi.

Disisi lain ada pula orang yang dikenal karena kejahatan dan perbuatan-perbuatan tercela lainnya. Kita ambil satu contoh, raja Yoram. Ia memiliki sikap hidup yang buruk. Apabila kita membaca kisah mengenai dirinya dalam 2 Tawarikh 21:2-20 dan 2 Raja Raja 8:16-24 kita akan tahu bahwa ia sama sekali tidak mencerminkan sifat ayahnya, Yosafat. Ia memilih untuk hidup tidak benar seperti mertuanya Ahab. Yoram dikatakan hidup seperti raja-raja Israel yang sesat. "Ia hidup menurut kelakuan raja-raja Israel seperti yang dilakukan keluarga Ahab, sebab yang menjadi isterinya adalah anak Ahab. Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN." (2 Tawarikh 21:6). apa yang ia lakukan sangatlah jahat. Sepucuk surat dari Elia menyatakan dengan jelas kelakuannya. "..engkau tidak hidup mengikuti jejak Yosafat, ayahmu, dan Asa, raja Yehuda, melainkan hidup menurut kelakuan raja-raja Israel dan membujuk Yehuda dan penduduk-penduduk Yerusalem untuk berzinah, sama seperti yang dilakukan keluarga Ahab, dan juga karena engkau telah membunuh saudara-saudaramu, seluruh keluarga ayahmu yang lebih baik dari padamu." (ay 12-13). Ini sebuah perilaku yang sangat jahat. Dan apa yang terjadi ketika ia mangkat? Alkitab mencatat tragisnya akhir hidupnya. "Ia meninggal dengan tidak dicintai orang. Ia dikuburkan di kota Daud, tetapi tidak di dalam pekuburan raja-raja." (ay 20b). Dalam bahasa Inggris versi NKJV dikatakan: "..to no one's sorrow, departed."

Seperti apa kita dikenang akan sangat tergantung dari perilaku, keputusan, karya dan perbuatan kita di masa hidup. Kenangan akan kita bisa terus memberkati orang lain, tapi sebaliknya bisa pula "membusuk" di ingatan orang lain. Amsal Salomo berkata "Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk." (Amsal 10:7). Kemilau kenikmatan dunia sepintas memang menggiurkan, tetapi itu tidaklah lebih berharga ketimbang nama baik kita yang akan selalu dikenang orang. Salomo juga berkata "Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas." (Amsal 22:1). Dan tentu saja, semua harta kekayaan duniawi yang tidak kekal tidak akan pernah sebanding dengan apa yang akan kita peroleh dalam sesuatu yang kekal kelak. Kita bisa meninggalkan warisan berupa hasil karya kita yang bahkan bisa terus memberkati orang lain setelah kita tidak ada lagi di muka bumi ini, tapi sebaliknya bisa membusuk dalam kenangan orang jika kita melakukan hal-hal yang buruk semasa hidup.

Sebagai pengikut Kristus kita diajak untuk menaruh diri kita untuk sepikir dan seperasaan dengan Kristus. "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus." (Filipi 2:5). Ingatlah bahwa kita diciptakan untuk menjadi terang dan garam bagi dunia (Matius 5:13-16) dan jangan lupa pula bahwa kita adalah wakil-wakil atau duta-duta Kristus, the ambassadors of Christ, di muka bumi ini seperti apa yang disadari sepenuhnya oleh para rasul. (2 Korintus 5:20). Kita dituntut untuk menunjukkan keteladanan hidup benar, hidup takut akan Tuhan dan mencerminkan pribadi dari Tuhan yang kita sembah. Jika itu kita lakukan, maka kita akan memberkati orang banyak dalam waktu yang lama, bahkan setelah kita sudah meninggalkan dunia ini kelak. Dan kenangan seperti itu akan kekal dalam ingatan orang, bahkan bisa terus menelurkan berkat bagi generasi-generasi sesudah kita. Seperti apa kita dikenal saat ini, dan seperti apa kita akan dikenang kelak, semua itu tergantung dari diri kita sendiri. Menjalani hidup sesuai dengan peran yang digariskan Tuhan pada kita akan membuat kita hidup sepenuhnya, "having the life at its fullest", tetapi sebaliknya jika kita memilih untuk tidak melakukan seperti itu, maka kita bisa mengalami hidup yang miskin, bukan miskin secara materi tetapi dari segi bagaimana kita memaknai hidup kita. Hidup yang berpusat pada kepentingan diri sendiri, menghalalkan segala cara untuk memperoleh keinginan kita, melakukan hal-hal yang jahat di mata Tuhan dan menjalani hidup meleset jauh dari rencana Tuhan, tidak menjadi terang dan garam, semua itu akan membuat kita menjalani sebentuk hidup yang miskin. Karena itu marilah kita menyenangkan Tuhan dengan menjadi berkat bagi sesama. seperti apa anda ingin dikenang?

Miliki kehidupan yang bisa memberkati untuk waktu yang lama bahkan setelah kita tiada

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Seperti Apa Kita Dikenang

Ayat bacaan: Amsal 10:7
===================
"Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk."

kenanganAnda kenal Ismail Marzuki? Beliau adalah seorang komposer legendaris Indonesia yang sudah menelurkan banyak karya emas. Lagu Sabda Alam dan Payung Fantasi misalnya sudah begitu kita kenal, padahal lagu itu diciptakan lebih dari setengah abad yang silam. Ismail Marzuki meninggal dunia di usia yang masih relatif muda, 44 tahun pada tahun 1958. Saya tidak pernah bertemu dengannya, tapi lewat beberapa sesepuh musik yang masih hidup saya bisa mendapatkan gambaran seperti apa sosok Ismail Marzuki di masa hidupnya. Dalam sebuah bincang-bincang dengan salah seorang mantan penyanyi yang sudah lanjut usia saya bisa mendapatkan gambaran dari sosok legendaris ini. "Dia orangnya baik dan sangat ramah. Orangnya bertubuh kecil dan waktu bertemu dengan saya dia sudah mulai sakit-sakitan." Itu kutipan dari apa yang ada dalam kenangan sang penyanyi tentang Ismail Marzuki. Hidup kita memanglah singkat, namun kenangan yang kita wariskan akan hidup selamanya. Seperti apa kita dikenang orang akan terbentuk dari sikap dan cara hidup kita, keputusan-keputusan yang kita ambil, karya-karya yang kita hasilkan dan seberapa besar kita memberi dampak kepada hidup orang lain.

Ada orang yang dikenang sebagai pribadi yang ramah, murah hati, setia kawan, sangat bersahabat, humoris, pintar, rajin dan sebagainya. Sebaliknya tidak sedikit pula orang yang terlupakan oleh waktu, atau bahkan dikenang sebagai sesuatu yang negatif, seperti koruptor, pemarah, ringan tangan, suka mengutuki orang lain, penipu, orang tidak tahu sopan, oportunis tulen dan sebagainya. Coba anda ingat-ingat sebentar, tentu kategori-kategori seperti ini ada dalam memori anda akan seseorang bukan? Ambil sebuah contoh Bunda Teresa. Saya percaya tidak ada satupun diantara kita yang menilai negatif akan sosok ini. Pengorbanannya, besar kasihnya dan kontribusinya terhadap orang-orang miskin di Kalkuta tetap dikenang orang hingga hari ini. Bagaimana dengan tokoh-tokoh alkitab, seperti Rut, Yusuf, Kaleb, Paulus dan sebagainya? Meski mereka hidup ribuan tahun yang lalu tapi kita masih mengenal sosok mereka lewat apa yang tertulis dalam alkitab yang abadi.

Disisi lain ada pula orang yang dikenal karena kejahatan dan perbuatan-perbuatan tercela lainnya. Kita ambil satu contoh, raja Yoram. Ia memiliki sikap hidup yang buruk. Apabila kita membaca kisah mengenai dirinya dalam 2 Tawarikh 21:2-20 dan 2 Raja Raja 8:16-24 kita akan tahu bahwa ia sama sekali tidak mencerminkan sifat ayahnya, Yosafat. Ia memilih untuk hidup tidak benar seperti mertuanya Ahab. Yoram dikatakan hidup seperti raja-raja Israel yang sesat. "Ia hidup menurut kelakuan raja-raja Israel seperti yang dilakukan keluarga Ahab, sebab yang menjadi isterinya adalah anak Ahab. Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN." (2 Tawarikh 21:6). apa yang ia lakukan sangatlah jahat. Sepucuk surat dari Elia menyatakan dengan jelas kelakuannya. "..engkau tidak hidup mengikuti jejak Yosafat, ayahmu, dan Asa, raja Yehuda, melainkan hidup menurut kelakuan raja-raja Israel dan membujuk Yehuda dan penduduk-penduduk Yerusalem untuk berzinah, sama seperti yang dilakukan keluarga Ahab, dan juga karena engkau telah membunuh saudara-saudaramu, seluruh keluarga ayahmu yang lebih baik dari padamu." (ay 12-13). Ini sebuah perilaku yang sangat jahat. Dan apa yang terjadi ketika ia mangkat? Alkitab mencatat tragisnya akhir hidupnya. "Ia meninggal dengan tidak dicintai orang. Ia dikuburkan di kota Daud, tetapi tidak di dalam pekuburan raja-raja." (ay 20b). Dalam bahasa Inggris versi NKJV dikatakan: "..to no one's sorrow, departed."

Seperti apa kita dikenang akan sangat tergantung dari perilaku, keputusan, karya dan perbuatan kita di masa hidup. Kenangan akan kita bisa terus memberkati orang lain, tapi sebaliknya bisa pula "membusuk" di ingatan orang lain. Amsal Salomo berkata "Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk." (Amsal 10:7). Kemilau kenikmatan dunia sepintas memang menggiurkan, tetapi itu tidaklah lebih berharga ketimbang nama baik kita yang akan selalu dikenang orang. Salomo juga berkata "Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas." (Amsal 22:1). Dan tentu saja, semua harta kekayaan duniawi yang tidak kekal tidak akan pernah sebanding dengan apa yang akan kita peroleh dalam sesuatu yang kekal kelak. Kita bisa meninggalkan warisan berupa hasil karya kita yang bahkan bisa terus memberkati orang lain setelah kita tidak ada lagi di muka bumi ini, tapi sebaliknya bisa membusuk dalam kenangan orang jika kita melakukan hal-hal yang buruk semasa hidup.

Sebagai pengikut Kristus kita diajak untuk menaruh diri kita untuk sepikir dan seperasaan dengan Kristus. "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus." (Filipi 2:5). Ingatlah bahwa kita diciptakan untuk menjadi terang dan garam bagi dunia (Matius 5:13-16) dan jangan lupa pula bahwa kita adalah wakil-wakil atau duta-duta Kristus, the ambassadors of Christ, di muka bumi ini seperti apa yang disadari sepenuhnya oleh para rasul. (2 Korintus 5:20). Kita dituntut untuk menunjukkan keteladanan hidup benar, hidup takut akan Tuhan dan mencerminkan pribadi dari Tuhan yang kita sembah. Jika itu kita lakukan, maka kita akan memberkati orang banyak dalam waktu yang lama, bahkan setelah kita sudah meninggalkan dunia ini kelak. Dan kenangan seperti itu akan kekal dalam ingatan orang, bahkan bisa terus menelurkan berkat bagi generasi-generasi sesudah kita. Seperti apa kita dikenal saat ini, dan seperti apa kita akan dikenang kelak, semua itu tergantung dari diri kita sendiri. Menjalani hidup sesuai dengan peran yang digariskan Tuhan pada kita akan membuat kita hidup sepenuhnya, "having the life at its fullest", tetapi sebaliknya jika kita memilih untuk tidak melakukan seperti itu, maka kita bisa mengalami hidup yang miskin, bukan miskin secara materi tetapi dari segi bagaimana kita memaknai hidup kita. Hidup yang berpusat pada kepentingan diri sendiri, menghalalkan segala cara untuk memperoleh keinginan kita, melakukan hal-hal yang jahat di mata Tuhan dan menjalani hidup meleset jauh dari rencana Tuhan, tidak menjadi terang dan garam, semua itu akan membuat kita menjalani sebentuk hidup yang miskin. Karena itu marilah kita menyenangkan Tuhan dengan menjadi berkat bagi sesama. seperti apa anda ingin dikenang?

Miliki kehidupan yang bisa memberkati untuk waktu yang lama bahkan setelah kita tiada

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuhan, Mengapa Engkau Meninggalkan Aku?

Mazmur 42:12
Aku berkata kepada Allah, gunung batuku: "Mengapa Engkau melupakan aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?"

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 84; Lukas 5; Yeremia 14-15

Apakah Anda tahu bahwa Anda boleh mengajukan pertanyaan kepada Tuhan? Benar! Anda boleh bertanya pada Tuhan. Beberapa orang berpikir jika ia mengajukan pertanyaan pada Tuhan, artinya dia sedang meragukan Tuhan, tapi tidak demikian sebenarnya.

Mari lihat Yesus Kristus saat Ia menjalani penderitaan di kayu salib. Dia berseru, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”

Bahkan Daud, pria yang berkenan di hati Tuhan ini berani berseru kepada Tuhan dalam ketakutan dan kecemasannya dan mengungkapkan rasa sakit hati yang dialaminya. Dalam Mazmur 42:10, Daud berkata: Aku berkata kepada Allah, gunung batuku: "Mengapa Engkau melupakan aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?" Hal ini bisa Daud lakukan karena ia sangat jujur kepada Tuhan. Anda dan saya bisa beralih ke pada Mazmur untuk menemukan penghiburan, ketenangan dan kekuatan.

Anda bisa jujur kepada Tuhan tentang rasa sakit Anda, pergumulan dan penderitaan Anda. Anda bisa mencurahkan isi hati Anda kepada-Nya. Kita semua mengalami ketidak pastian dalam hidup dan banyak pertanyaan muncul dalam hati dan pikiran kita yang membutuhkan jawaban. Datanglah pada Tuhan. Dia dapat menerima pertanyaan yang kasar dan jujur dari hati Anda. Dia menyambut Anda dalam hadirat-Nya. Ya, berserulah kepada Tuhan ketika hati Anda sakit, tapi jadilah seperti Daud yang tetap memegang janji Tuhan dalam keadaan apapun seperti yang ia lakukan di Mazmur 42:12, “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!”

Bangkitkan iman Anda dan ingatkan diri Anda sendiri tentang cinta serta kasih karunia yang ada dalam Tuhan. Dia adalah tempat perlindungan yang aman dan kekuatan bagi hidup Anda.

Tuhan dapat menerima pertanyaan yang kasar dan jujur dari hati Anda. Dia selalu menantikan kedatangan Anda.

Renungan untuk yang sedang bergumul (sedang dalam masalah)
* Jangan kalah atas masalah
* Ada di tangan Tuhan
* Mengapa ada penderitaan
* Bersabar dalam penderitaan
* Ada tetesan setelah tetesan terakhir
* Sabar dan tetap tenang
* Allah itu baik

Selasa, 28 September 2010

Termakan Bujukan

Ayat bacaan: Amsal 1:10
==================
"Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut"

termakan bujukanBetapa seringnya kita mendengar orang yang menjadi rusak karena pergaulan yang salah. Mungkin kita pun pernah mengalaminya. Tadinya orang itu hidup baik, namun ketika masuk ke dalam lingkungan pergaulan yang salah mereka terjerumus ikut-ikutan masuk ke dalam dosa. Awalnya mungkin bisa berkata tidak, namun lambat laun apa yang kita ketahui sebagai dosa itu akan mulai terlihat biasa-biasa saja, no big deal, dan kita pun mulai memberi toleransi untuk itu. Maka orang yang baik bisa berubah menjadi sosok baru yang tidak lagi peka terhadap dosa. Hal seperti ini sering terjadi dalam hidup kita. Hidup di dunia yang penuh dengan keinginan-keinginan daging yang dikejar oleh orang-orang yang tidak takut akan Tuhan tidaklah mudah. Mereka ada di sekitar kita, terus menawarkan sesuatu yang sepintas terlihat menyenangkan, nikmat dan indah, namun ada banyak kejahatan di mata Tuhan yang mengintip di baliknya. Jika tidak mawas diri maka kita pun bisa terjerumus ke dalamnya, lalu lupa akibat atau konsekuensi yang harus kita tanggung ketika dosa-dosa itu menguasai kita.

Seringkali orang menjadi jahat bukan karena keinginannya sendiri melainkan akibat ikut-ikutan dengan teman dalam sebuah lingkungan persahabatan yang tidak sehat. Kita tidak dilarang untuk berteman dengan orang lain, hanya saja kita harus memperhatikan benar dengan siapa kita menjalin hubungan pertemanan karena tidak peduli sekuat apapun iman kita, ketika kita terus menerus memberi toleransi akan dosa maka cepat atau lambat kita bisa terpengaruh lalu menuruti bujukan-bujukan mereka.

Sejak dahulu kala Salomo sudah mengingatkan akan hal ini. "Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut." (Amsal 1:10). Ini sebuah pesan yang sangat penting. Salomo dengan hikmatnya yang besar sudah melihat kecenderungan manusia untuk jatuh ke dalam dosa akibat bujukan dari orang lain. Orang-orang berdosa akan selalu mencari orang lain untuk mengikuti gaya hidup mereka yang salah. Dan kita kerap menuruti mereka lewat banyak alasan. Gengsi jika menolak, takut dianggap kuno, ketinggalan jaman, kampungan dan sebagainya bisa menjadi awal bagi kita untuk mulai menuruti bujukan mereka.

Firman Tuhan telah mengingatkan berulang kali akan bahaya dosa. Mungkin semua berawal dengan sederhana lewat keinginan-keinginan daging yang ditawarkan oleh orang-orang berdosa. Tetapi ingatlah bahwa meski sederhana hal seperti ini bisa menjadi awal datangnya bencana. Dalam Yakobus kita bisa melihat firman Tuhan berbunyi seperti ini: "Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:15). Keinginan kemudian akan dibuahi dan melahirkan dosa. Dan ketika dosa menjadi matang dalam diri kita, maut pun akan hadir. Ini adalah hal yang sangat serius yang harus kita perhatikan mengingat kita hidup di dunia yang dipenuhi orang-orang sesat. Mereka akan terus menawarkan banyak kenikmatan yang sangat dirindukan oleh daging kita. Itulah sebabnya kita benar-benar harus berhati-hati dalam lingkungan pergaulan kita. Jangan-jangan bukannya menjadi terang dan garam tetapi malah ikut terseret arus kesesatan dunia.

Seperti apa keinginan-keinginan yang bisa berbuah dosa dan melahirkan maut itu? Lewat Paulus kita bisa melihatnya. "Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya." (Galatia 5:19-21a). Dan terhadap pelaku dari semua itu tidak akan mendapatkan bagian dalam Kerajaan Allah. (ay 21b). Lihatlah poin-poin keinginan yang bisa melahirkan maut itu. Bukankah itu bukan lagi hal yang asing bagi kita hari ini? Dimana-mana ada potensi penyesatan, dan apabila tidak hati-hati maka kita pun akan terjerumus kedalamnya.

Ketika adik istri saya kehilangan motor, ada banyak temannya yang menyarankan dia untuk pergi ke orang pintar. Yang memprihatinkan, mereka yang menyarankan hal itu adalah orang-orang percaya juga. Bayangkan, penyesatan dari orang-orang berdosa bukan saja datang dari orang di luar Kristus, tetapi juga hadir lewat orang-orang di dalam, yang tidak seharusnya berpikir seperti itu. Alangkah riskannya apabila kita tidak berhati-hati dalam menjalani hidup.

Firman Tuhan mengingatkan kita agar berhati-hati dalam bergaul. "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33). Kita harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh kepada siapa kita bergaul. Kita memang tidak boleh memusuhi mereka, namun kita wajib berhati-hati agar jangan termakan bujukan mereka lalu masuk ke dalam jerat dosa. Perhatikanlah hikmat Salomo kemudian berkata:  "..mereka menghadang darahnya sendiri dan mengintai nyawanya sendiri" (Amsal 1:18). Peran kita adalah untuk menyadarkan dan menyelamatkan mereka dari kebinasaan bukannya malah ikut-ikutan masuk ke dalamnya. Dunia yang kita tinggali saat ini memang penuh dengan kesesatan. Tetapi kita jangan sampai serupa dengannya. Firman Tuhan pun mengingatkan "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Segala perbuatan dosa sesungguhnya berasal dari Iblis. Dan Yesus pun sudah hadir ke dunia atas besarnya kasih Allah pada diri kita untuk membinasakan semua itu. Alkitab menyatakan demikian: "barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu." (1 Yohanes 3:8). Semua sudah dikalahkan Yesus sejak 2000 tahun yang lalu, oleh karena itu kita seharusnya tidak lagi terjebak ke dalam tipu muslihat iblis yang akan terus berusaha menggiring kita untuk binasa lewat banyak cara. Dosa-dosa memang bisa dikemas dengan indah dan penuh kenikmatan, tetapi apa yang sesaat itu sama sekali tidak sebanding dengan akibat yang harus kita tanggung selamanya kelak. Hari ini marilah kita sama-sama mawas diri memperhatikan pergaulan kita dan terlebih lagi menjaga diri kita agar tidak termakan bujuk rayu mereka yang berdosa. Jadilah agen-agen Tuhan yang berperan dalam menyelamatkan mereka dan bukan sebaliknya, menuruti mereka untuk turut berbuat dosa.

Say no to sin immidiately before it overcomes you

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Termakan Bujukan

Ayat bacaan: Amsal 1:10
==================
"Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut"

termakan bujukanBetapa seringnya kita mendengar orang yang menjadi rusak karena pergaulan yang salah. Mungkin kita pun pernah mengalaminya. Tadinya orang itu hidup baik, namun ketika masuk ke dalam lingkungan pergaulan yang salah mereka terjerumus ikut-ikutan masuk ke dalam dosa. Awalnya mungkin bisa berkata tidak, namun lambat laun apa yang kita ketahui sebagai dosa itu akan mulai terlihat biasa-biasa saja, no big deal, dan kita pun mulai memberi toleransi untuk itu. Maka orang yang baik bisa berubah menjadi sosok baru yang tidak lagi peka terhadap dosa. Hal seperti ini sering terjadi dalam hidup kita. Hidup di dunia yang penuh dengan keinginan-keinginan daging yang dikejar oleh orang-orang yang tidak takut akan Tuhan tidaklah mudah. Mereka ada di sekitar kita, terus menawarkan sesuatu yang sepintas terlihat menyenangkan, nikmat dan indah, namun ada banyak kejahatan di mata Tuhan yang mengintip di baliknya. Jika tidak mawas diri maka kita pun bisa terjerumus ke dalamnya, lalu lupa akibat atau konsekuensi yang harus kita tanggung ketika dosa-dosa itu menguasai kita.

Seringkali orang menjadi jahat bukan karena keinginannya sendiri melainkan akibat ikut-ikutan dengan teman dalam sebuah lingkungan persahabatan yang tidak sehat. Kita tidak dilarang untuk berteman dengan orang lain, hanya saja kita harus memperhatikan benar dengan siapa kita menjalin hubungan pertemanan karena tidak peduli sekuat apapun iman kita, ketika kita terus menerus memberi toleransi akan dosa maka cepat atau lambat kita bisa terpengaruh lalu menuruti bujukan-bujukan mereka.

Sejak dahulu kala Salomo sudah mengingatkan akan hal ini. "Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut." (Amsal 1:10). Ini sebuah pesan yang sangat penting. Salomo dengan hikmatnya yang besar sudah melihat kecenderungan manusia untuk jatuh ke dalam dosa akibat bujukan dari orang lain. Orang-orang berdosa akan selalu mencari orang lain untuk mengikuti gaya hidup mereka yang salah. Dan kita kerap menuruti mereka lewat banyak alasan. Gengsi jika menolak, takut dianggap kuno, ketinggalan jaman, kampungan dan sebagainya bisa menjadi awal bagi kita untuk mulai menuruti bujukan mereka.

Firman Tuhan telah mengingatkan berulang kali akan bahaya dosa. Mungkin semua berawal dengan sederhana lewat keinginan-keinginan daging yang ditawarkan oleh orang-orang berdosa. Tetapi ingatlah bahwa meski sederhana hal seperti ini bisa menjadi awal datangnya bencana. Dalam Yakobus kita bisa melihat firman Tuhan berbunyi seperti ini: "Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:15). Keinginan kemudian akan dibuahi dan melahirkan dosa. Dan ketika dosa menjadi matang dalam diri kita, maut pun akan hadir. Ini adalah hal yang sangat serius yang harus kita perhatikan mengingat kita hidup di dunia yang dipenuhi orang-orang sesat. Mereka akan terus menawarkan banyak kenikmatan yang sangat dirindukan oleh daging kita. Itulah sebabnya kita benar-benar harus berhati-hati dalam lingkungan pergaulan kita. Jangan-jangan bukannya menjadi terang dan garam tetapi malah ikut terseret arus kesesatan dunia.

Seperti apa keinginan-keinginan yang bisa berbuah dosa dan melahirkan maut itu? Lewat Paulus kita bisa melihatnya. "Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya." (Galatia 5:19-21a). Dan terhadap pelaku dari semua itu tidak akan mendapatkan bagian dalam Kerajaan Allah. (ay 21b). Lihatlah poin-poin keinginan yang bisa melahirkan maut itu. Bukankah itu bukan lagi hal yang asing bagi kita hari ini? Dimana-mana ada potensi penyesatan, dan apabila tidak hati-hati maka kita pun akan terjerumus kedalamnya.

Ketika adik istri saya kehilangan motor, ada banyak temannya yang menyarankan dia untuk pergi ke orang pintar. Yang memprihatinkan, mereka yang menyarankan hal itu adalah orang-orang percaya juga. Bayangkan, penyesatan dari orang-orang berdosa bukan saja datang dari orang di luar Kristus, tetapi juga hadir lewat orang-orang di dalam, yang tidak seharusnya berpikir seperti itu. Alangkah riskannya apabila kita tidak berhati-hati dalam menjalani hidup.

Firman Tuhan mengingatkan kita agar berhati-hati dalam bergaul. "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33). Kita harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh kepada siapa kita bergaul. Kita memang tidak boleh memusuhi mereka, namun kita wajib berhati-hati agar jangan termakan bujukan mereka lalu masuk ke dalam jerat dosa. Perhatikanlah hikmat Salomo kemudian berkata:  "..mereka menghadang darahnya sendiri dan mengintai nyawanya sendiri" (Amsal 1:18). Peran kita adalah untuk menyadarkan dan menyelamatkan mereka dari kebinasaan bukannya malah ikut-ikutan masuk ke dalamnya. Dunia yang kita tinggali saat ini memang penuh dengan kesesatan. Tetapi kita jangan sampai serupa dengannya. Firman Tuhan pun mengingatkan "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Segala perbuatan dosa sesungguhnya berasal dari Iblis. Dan Yesus pun sudah hadir ke dunia atas besarnya kasih Allah pada diri kita untuk membinasakan semua itu. Alkitab menyatakan demikian: "barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu." (1 Yohanes 3:8). Semua sudah dikalahkan Yesus sejak 2000 tahun yang lalu, oleh karena itu kita seharusnya tidak lagi terjebak ke dalam tipu muslihat iblis yang akan terus berusaha menggiring kita untuk binasa lewat banyak cara. Dosa-dosa memang bisa dikemas dengan indah dan penuh kenikmatan, tetapi apa yang sesaat itu sama sekali tidak sebanding dengan akibat yang harus kita tanggung selamanya kelak. Hari ini marilah kita sama-sama mawas diri memperhatikan pergaulan kita dan terlebih lagi menjaga diri kita agar tidak termakan bujuk rayu mereka yang berdosa. Jadilah agen-agen Tuhan yang berperan dalam menyelamatkan mereka dan bukan sebaliknya, menuruti mereka untuk turut berbuat dosa.

Say no to sin immidiately before it overcomes you

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Renungan Inggris: He Never Sleeps

He will not allow your foot to be moved; He who keeps you will not slumber. —Psalm 121:3

Giraffes have the shortest sleep cycle of any mammal. They sleep only between 10 minutes and 2 hours in a 24-hour period and average just 1.9 hours of sleep per day. Seemingly always awake, the giraffe has nothing much in common with most humans in that regard. If we had so little sleep, it would probably mean we had some form of insomnia. But for giraffes, it’s not a sleep disorder that keeps them awake. It’s just the way God has.........

Baca kelanjutannya disini
He never sleeps

29 Sept - Why 12:7-12a; Yoh 1:47-51

"Malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia."

(Why 12:7-12a; Yoh 1:47-51)

 

"Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara." Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!"Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu." Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia." (Yoh 1:47-51),demikian kutipan Warta Genbira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Mikael, St.Grabriel, St.Rafael, para malaikat agung hari ini, saya sampaikan catatnn-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Malaikat adalah ciptaan Allah yang ditugasi untuk mendampingi perjalanan hidup manusia, ciptaan termulia dan terluhur di bumi ini, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Pada hari ini kita kenangkan para 'komandan malaikat': Mikael adalah komandan perang melawan setan, Gabriel adalah komandan mewartakan kabar gembira, sedangkan Rafael adalah komandan penyembuhan yang sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi maupun sakit tubuh. Marilah masing-masing dari kita mawas diri: apa yang menjadi kebutuhan mendesak bagi kita demi keselamatan dan kebahagiaan kita. Kita imani dengan rendah hati bahwa para malaikat akan membantu kita dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut. Bantuan malaikat antara lain secara spiritual dapat kita hayati dalam hati kita masing-masing, sedangkan secara phisik terjadi melalui saudara-saudari kita yang berbaik hati. Ingat dan hayati bahwa 'malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia, Yesus, Penyelamat Dunia serta kita semua orang beriman'. Dengan kata lain jika kita sungguh beriman berarti isi kepala atau otak kita adalah apa-apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, sehingga kita senanitiasa berpikiran positif terhadap sesama dan  lingkungan hidup kita. Apa yang akan kita kerjakan atau lakukan tergantung dari apa yang sedang kita pikirkan, maka marilah, sebagai tanda bahwa malaikat Allah menyertai kita, kita senantiasa memikirkan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan dan kebahagiaan jiwa.

 

·   "Timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu  dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga" (Why 12:7-8). Naga atau ular sering menjadi symbol kejahatan atau setan, karena kelicikannya, namun kelicikan setan dapat dikalahkan oleh malaikat. Dalam hidup dan kerja kita di dunia ini kiranya kita juga sering menghadapi orang-orang yang licik untuk mencari keuntungan atau kebahagiaan diri sendiri atau kelompoknya/keluarganya. Ketika anda menghadapi orang yang licik, hendaknya ditanggapi dan disikapi dengan halus, lemah lembut, rendah hati serta tulus hati. Percayalah orang licik disikapi atau dihadapi dengan keutamaan-keutamaan macam itu secara perlahan-lahan mereka akan mundur teratur alias kalah. Kelicikan orang dalam rangka mencari keuntungan diri sendiri memang sering bersifat halus, antara lain dengan kata-kata manis, sikap sopan dan hormat, namun jika kita cermat dan sabar serta tidak materialistis kiranya kita dapat mengenali kelicikan mereka, sebaliknya jika kita bersikap materialistis pasti dengan mudah terperangkap oleh kelicakan orang lain. Pengamatan dan pengalaman menunjukkan bahwa mereka yang bersikap mental materialistis dengan mudah menjadi korban kelicikan orang lain. Hidup bersama atau percaya kepada malaikat, utusan Allah, yang setia mendampingi kita berarti memang harus hidup suci dan tulus hati serta sederhana alias tidak materialistis. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk dengan rendah hati dan jujur mengusahakan hidup suci, tulus hati dan sederhana. Jauhkan aneka macam nafsu serakah akan harta benda atau hal-hal atau kenikmatan duniawi, agar anda tidak mudah terjebak pada tipu daya setan berupa kelicikan, rayuan manis untuk melakukan kejahatan. Marilah kita perangi aneka macam kelicikan dan rayuan manis penipuan yang marak di sana-sini. Bersama dengan dan beriman kepada malaikat yang mendampingi hidup dan perjalanan panggilan serta tugas pengutusan kita, hendaknya tidak takut dan gentar dalam menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan.

 

"Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku" (Mzm 138:1-3).

Jakarta, 29 September 2010   .   


29 Sept - Why 12:7-12a; Yoh 1:47-51

"Malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia."

(Why 12:7-12a; Yoh 1:47-51)

 

"Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara." Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!"Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu." Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia." (Yoh 1:47-51),demikian kutipan Warta Genbira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Mikael, St.Grabriel, St.Rafael, para malaikat agung hari ini, saya sampaikan catatnn-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Malaikat adalah ciptaan Allah yang ditugasi untuk mendampingi perjalanan hidup manusia, ciptaan termulia dan terluhur di bumi ini, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Pada hari ini kita kenangkan para 'komandan malaikat': Mikael adalah komandan perang melawan setan, Gabriel adalah komandan mewartakan kabar gembira, sedangkan Rafael adalah komandan penyembuhan yang sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi maupun sakit tubuh. Marilah masing-masing dari kita mawas diri: apa yang menjadi kebutuhan mendesak bagi kita demi keselamatan dan kebahagiaan kita. Kita imani dengan rendah hati bahwa para malaikat akan membantu kita dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut. Bantuan malaikat antara lain secara spiritual dapat kita hayati dalam hati kita masing-masing, sedangkan secara phisik terjadi melalui saudara-saudari kita yang berbaik hati. Ingat dan hayati bahwa 'malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia, Yesus, Penyelamat Dunia serta kita semua orang beriman'. Dengan kata lain jika kita sungguh beriman berarti isi kepala atau otak kita adalah apa-apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, sehingga kita senanitiasa berpikiran positif terhadap sesama dan  lingkungan hidup kita. Apa yang akan kita kerjakan atau lakukan tergantung dari apa yang sedang kita pikirkan, maka marilah, sebagai tanda bahwa malaikat Allah menyertai kita, kita senantiasa memikirkan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan dan kebahagiaan jiwa.

 

·   "Timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu  dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga" (Why 12:7-8). Naga atau ular sering menjadi symbol kejahatan atau setan, karena kelicikannya, namun kelicikan setan dapat dikalahkan oleh malaikat. Dalam hidup dan kerja kita di dunia ini kiranya kita juga sering menghadapi orang-orang yang licik untuk mencari keuntungan atau kebahagiaan diri sendiri atau kelompoknya/keluarganya. Ketika anda menghadapi orang yang licik, hendaknya ditanggapi dan disikapi dengan halus, lemah lembut, rendah hati serta tulus hati. Percayalah orang licik disikapi atau dihadapi dengan keutamaan-keutamaan macam itu secara perlahan-lahan mereka akan mundur teratur alias kalah. Kelicikan orang dalam rangka mencari keuntungan diri sendiri memang sering bersifat halus, antara lain dengan kata-kata manis, sikap sopan dan hormat, namun jika kita cermat dan sabar serta tidak materialistis kiranya kita dapat mengenali kelicikan mereka, sebaliknya jika kita bersikap materialistis pasti dengan mudah terperangkap oleh kelicakan orang lain. Pengamatan dan pengalaman menunjukkan bahwa mereka yang bersikap mental materialistis dengan mudah menjadi korban kelicikan orang lain. Hidup bersama atau percaya kepada malaikat, utusan Allah, yang setia mendampingi kita berarti memang harus hidup suci dan tulus hati serta sederhana alias tidak materialistis. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk dengan rendah hati dan jujur mengusahakan hidup suci, tulus hati dan sederhana. Jauhkan aneka macam nafsu serakah akan harta benda atau hal-hal atau kenikmatan duniawi, agar anda tidak mudah terjebak pada tipu daya setan berupa kelicikan, rayuan manis untuk melakukan kejahatan. Marilah kita perangi aneka macam kelicikan dan rayuan manis penipuan yang marak di sana-sini. Bersama dengan dan beriman kepada malaikat yang mendampingi hidup dan perjalanan panggilan serta tugas pengutusan kita, hendaknya tidak takut dan gentar dalam menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan.

 

"Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku" (Mzm 138:1-3).

Jakarta, 29 September 2010   .   


Senin, 27 September 2010

Ibu Pengemis dan Anak Bayinya

Ayat bacaan: Filipi 2:5
=================
"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus."

sepikiran dengan KristusSeorang siswa saya kemarin menceritakan sebuah pengalamannya yang unik. Ia sedang berjalan kaki di sebuah trotoar jalan. Sayup-sayup ia mendengar suara tangisan anak bayi, yang katanya jelas terdengar seperti tangisan bayi yang baru lahir. Ketika ia mencari sumber suara, tampaklah olehnya seorang bayi kecil yang hanya dibungkus koran, terletak sendirian di belakang semak-semak. Tidak lama kemudian sang ibu yang ternyata seorang pengemis datang kesana. Anaknya baru lahir dua bulan, dan ia pun masih terlihat sangat pucat. Siswa saya lalu tergerak oleh rasa belas kasihan dan kemudian memberi seluruh uang di kantongnya, sejumlah Rp 150.000 yang seharusnya dia pakai untuk membayar tes penyaringan masuk di sebuah universitas. Akibat membantu si ibu, ia harus melupakan tes itu, dan ia pun harus berjalan kaki untuk masuk ke kelas dimana saya mengajar. "Capai pak, dan sayang memang harus gagal mengikuti tes, tapi saya merasa sangat lega.." katanya sambil tersenyum. Ia bercerita bahwa si ibu mengucapkan terima kasih sambil menangis terisak-isak. Si ibu dan anak bayi ini hanyalah satu dari ribuan kasus yang sehari-hari terjadi di sekitar kita. Semakin sulitnya kehidupan di muka bumi ini membuat kita semakin mudah menemukan orang-orang yang tengah dihimpit beban hidup dalam berbagai rupa. Siswa saya memilih untuk melakukan perbuatan baik, tetapi ada banyak orang lain yang tidak mau ambil pusing dalam situasi seperti ini.

Welcome to the self-centered world. Sebuah kehidupan dunia yang berisikan orang-orang yang hanya berjuang untuk keselamatan dirinya sendiri. Apapun akan dilakukan, kalau perlu orang lain pun akan dikorbankan demi mencapai tujuan pribadinya sendiri. Dalam dunia yang seperti ini, apa yang dibuat siswa saya tentu sangat langka dan sulit dipercaya. Saya bertanya dalam hati saya, seandainya saya ada di sana waktu itu, akankah saya melakukan hal yang sama, menyerahkan seluruh uang di kantong saya untuk menolong sang ibu dan bayinya? Apakah anda juga akan melakukan hal seperti itu?

Sebagai pengikut Kristus kita seharusnya melakukan hal yang sama. Dalam surat Filipi 2:1-11 kita bisa membaca pesan penting mengenai hal ini. "Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan." (Filipi 2:1). Belas kasihan, penghiburan kasih itu ada di dalam Kristus. Dan oleh karenanya kita sebagai pengikut-pengikut Kristus pun seharusnya sehati, sepikir dalam satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan, (ay 2) "dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri." (ay 3). Kita digugah untuk berhenti mementingkan diri sendiri tetapi harus mulai memkirikan orang lain pula. "dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga." (ay 4). Mengapa demikian? Perhatikanlah ayat selanjutnya "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus." (ay 5). Yesus yang pada dasarnya sama dengan Allah rela melepaskan semuanya. Mengosongkan diri, mengambil rupa seorang hamba dan kemudian merendahkan dirinya sedemikian rupa hingga mati di atas kayu salib demi kita semua, orang-orang yang masih berada dalam jerat kebinasaan. Betapa besarnya kasih dan pengorbananNya untuk kita semua. Apabila kita menyatakan diri sebagai sahabat-sahabatNya, sudah seharusnya kita pun melakukan hal yang sama, menaruh pikiran dan perasaan kita seperti apa yang dirasa atau dipikirkan Yesus. Ingatlah bahwa Yesus tidak memandang orang ketika menaruh belas kasihan. Dia siap membantu siapapun tanpa terkecuali selama keberadaanNya dalam rupa seorang hamba di muka bumi ini, bahkan orang-orang asing sekalipun. Dan ingat pula, bukankah Yesus mati untuk menebus dosa seluruh umat manusia dan bukan hanya untuk segelintir orang saja? Jika belas kasih Kristus itu tanpa batas, kita sebagai pengikutNya pun harus memiliki kepedulian dan belas kasih yang sama terhadap sesama kita.

Kita memang tidak diselamatkan oleh perbuatan baik yang kita lakukan. Itu benar. Dalam Titus dikatakan "Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia, pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita." (Titus 3:4-7). Bukan perbuatan baik yang menyelamatkan kita, tetapi bukan berarti kita bisa berpangku tangan untuk tidak melakukan apapun yang baik. Seperti yang pernah saya katakan, kita bukan diselamatkan OLEH perbuatan baik, tetapi kita diselamatkan UNTUK melakukan perbuatan baik. Begitu pentingnya untuk menyatakan kasih Kristus yang mengalir dalam diri kita kepada sesama kita yang membutuhkan bantuan, sehingga bahkan dikatakan "Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat." (Ibrani 13:2). Tumpangan kepada orang dalam bahasa Inggrisnya dikatakan "extend hospitality to strangers." Artinya kita harus siap berbuat baik, doing the kindness bahkan kepada orang yang tidak kita kenal sekalipun alias orang-orang asing. Siapa tahu, satu ketika nanti kita malah menjamu para malaikat tanpa sadar. Firman Tuhan berkata bahwa "..tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik." (2 Timotius 3:17). Dia sudah melengkapi kita untuk melakukan itu semua. Alangkah keterlaluan apabila semua itu hanya kita pendam sendiri untuk kepentingan pribadi.

Pengorbanan yang dilakukan oleh siswa saya itu belumlah sebanding dengan apa yang diberikan Kristus untuk kita semua, tetapi tetap apa yang ia perbuat merupakan sesuatu yang luar biasa yang patut kita puji dan teladani. Menjadi pengikut Kristus berarti menaruh diri kita untuk sepikiran dan seperasaan dengan Kristus. Sudahkah anda menoleh ke sekeliling anda? Ada banyak orang yang saat ini tengah terjepit kesulitan hidup. Ada banyak yang kehilangan harapan, tidak lagi memiliki sukacita dalam hatinya. Anda mungkin bisa berkata, "tapi saya tidak mengenal mereka, buat apa saya harus peduli?" Itu tidak akan pernah cukup sebagai alasan. Saya yakin apabila Yesus masih berjalan di muka bumi hari ini, Dia akan menunjukkan belas kasihNya kepada mereka, siapapun atau apapun latar belakangnya tanpa terkecuali. Sebagai pengikut Kristus, apa yang bisa anda bisa anda perbuat hari ini untuk mereka?

Menjadi pengikut Kristus artinya sepikiran dan seperasaan dengan Kristus

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Ibu Pengemis dan Anak Bayinya

Ayat bacaan: Filipi 2:5
=================
"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus."

sepikiran dengan KristusSeorang siswa saya kemarin menceritakan sebuah pengalamannya yang unik. Ia sedang berjalan kaki di sebuah trotoar jalan. Sayup-sayup ia mendengar suara tangisan anak bayi, yang katanya jelas terdengar seperti tangisan bayi yang baru lahir. Ketika ia mencari sumber suara, tampaklah olehnya seorang bayi kecil yang hanya dibungkus koran, terletak sendirian di belakang semak-semak. Tidak lama kemudian sang ibu yang ternyata seorang pengemis datang kesana. Anaknya baru lahir dua bulan, dan ia pun masih terlihat sangat pucat. Siswa saya lalu tergerak oleh rasa belas kasihan dan kemudian memberi seluruh uang di kantongnya, sejumlah Rp 150.000 yang seharusnya dia pakai untuk membayar tes penyaringan masuk di sebuah universitas. Akibat membantu si ibu, ia harus melupakan tes itu, dan ia pun harus berjalan kaki untuk masuk ke kelas dimana saya mengajar. "Capai pak, dan sayang memang harus gagal mengikuti tes, tapi saya merasa sangat lega.." katanya sambil tersenyum. Ia bercerita bahwa si ibu mengucapkan terima kasih sambil menangis terisak-isak. Si ibu dan anak bayi ini hanyalah satu dari ribuan kasus yang sehari-hari terjadi di sekitar kita. Semakin sulitnya kehidupan di muka bumi ini membuat kita semakin mudah menemukan orang-orang yang tengah dihimpit beban hidup dalam berbagai rupa. Siswa saya memilih untuk melakukan perbuatan baik, tetapi ada banyak orang lain yang tidak mau ambil pusing dalam situasi seperti ini.

Welcome to the self-centered world. Sebuah kehidupan dunia yang berisikan orang-orang yang hanya berjuang untuk keselamatan dirinya sendiri. Apapun akan dilakukan, kalau perlu orang lain pun akan dikorbankan demi mencapai tujuan pribadinya sendiri. Dalam dunia yang seperti ini, apa yang dibuat siswa saya tentu sangat langka dan sulit dipercaya. Saya bertanya dalam hati saya, seandainya saya ada di sana waktu itu, akankah saya melakukan hal yang sama, menyerahkan seluruh uang di kantong saya untuk menolong sang ibu dan bayinya? Apakah anda juga akan melakukan hal seperti itu?

Sebagai pengikut Kristus kita seharusnya melakukan hal yang sama. Dalam surat Filipi 2:1-11 kita bisa membaca pesan penting mengenai hal ini. "Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan." (Filipi 2:1). Belas kasihan, penghiburan kasih itu ada di dalam Kristus. Dan oleh karenanya kita sebagai pengikut-pengikut Kristus pun seharusnya sehati, sepikir dalam satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan, (ay 2) "dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri." (ay 3). Kita digugah untuk berhenti mementingkan diri sendiri tetapi harus mulai memkirikan orang lain pula. "dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga." (ay 4). Mengapa demikian? Perhatikanlah ayat selanjutnya "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus." (ay 5). Yesus yang pada dasarnya sama dengan Allah rela melepaskan semuanya. Mengosongkan diri, mengambil rupa seorang hamba dan kemudian merendahkan dirinya sedemikian rupa hingga mati di atas kayu salib demi kita semua, orang-orang yang masih berada dalam jerat kebinasaan. Betapa besarnya kasih dan pengorbananNya untuk kita semua. Apabila kita menyatakan diri sebagai sahabat-sahabatNya, sudah seharusnya kita pun melakukan hal yang sama, menaruh pikiran dan perasaan kita seperti apa yang dirasa atau dipikirkan Yesus. Ingatlah bahwa Yesus tidak memandang orang ketika menaruh belas kasihan. Dia siap membantu siapapun tanpa terkecuali selama keberadaanNya dalam rupa seorang hamba di muka bumi ini, bahkan orang-orang asing sekalipun. Dan ingat pula, bukankah Yesus mati untuk menebus dosa seluruh umat manusia dan bukan hanya untuk segelintir orang saja? Jika belas kasih Kristus itu tanpa batas, kita sebagai pengikutNya pun harus memiliki kepedulian dan belas kasih yang sama terhadap sesama kita.

Kita memang tidak diselamatkan oleh perbuatan baik yang kita lakukan. Itu benar. Dalam Titus dikatakan "Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia, pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita." (Titus 3:4-7). Bukan perbuatan baik yang menyelamatkan kita, tetapi bukan berarti kita bisa berpangku tangan untuk tidak melakukan apapun yang baik. Seperti yang pernah saya katakan, kita bukan diselamatkan OLEH perbuatan baik, tetapi kita diselamatkan UNTUK melakukan perbuatan baik. Begitu pentingnya untuk menyatakan kasih Kristus yang mengalir dalam diri kita kepada sesama kita yang membutuhkan bantuan, sehingga bahkan dikatakan "Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat." (Ibrani 13:2). Tumpangan kepada orang dalam bahasa Inggrisnya dikatakan "extend hospitality to strangers." Artinya kita harus siap berbuat baik, doing the kindness bahkan kepada orang yang tidak kita kenal sekalipun alias orang-orang asing. Siapa tahu, satu ketika nanti kita malah menjamu para malaikat tanpa sadar. Firman Tuhan berkata bahwa "..tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik." (2 Timotius 3:17). Dia sudah melengkapi kita untuk melakukan itu semua. Alangkah keterlaluan apabila semua itu hanya kita pendam sendiri untuk kepentingan pribadi.

Pengorbanan yang dilakukan oleh siswa saya itu belumlah sebanding dengan apa yang diberikan Kristus untuk kita semua, tetapi tetap apa yang ia perbuat merupakan sesuatu yang luar biasa yang patut kita puji dan teladani. Menjadi pengikut Kristus berarti menaruh diri kita untuk sepikiran dan seperasaan dengan Kristus. Sudahkah anda menoleh ke sekeliling anda? Ada banyak orang yang saat ini tengah terjepit kesulitan hidup. Ada banyak yang kehilangan harapan, tidak lagi memiliki sukacita dalam hatinya. Anda mungkin bisa berkata, "tapi saya tidak mengenal mereka, buat apa saya harus peduli?" Itu tidak akan pernah cukup sebagai alasan. Saya yakin apabila Yesus masih berjalan di muka bumi hari ini, Dia akan menunjukkan belas kasihNya kepada mereka, siapapun atau apapun latar belakangnya tanpa terkecuali. Sebagai pengikut Kristus, apa yang bisa anda bisa anda perbuat hari ini untuk mereka?

Menjadi pengikut Kristus artinya sepikiran dan seperasaan dengan Kristus

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Lebih Dari Yang Diharapkan

Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah ... - I Korintus 2:9

Salah satu kunci meraih kebahagiaan di dalam dunia ini adalah dengan memberikan lebih dari yang diharapkan. Untuk bisa melakukan hal ini, jelas kita harus bebas dari sifat egois dan kikir. Ini semakin mempertegas mengapa orang yang pelit tidak akan pernah merasa berbahagia di dalam hidupnya. Kita mulai dari Allah. Seandainya Dia hanya memberikan kepada kita anugerah keselamatan, saya rasa itu lebih daripada cukup. Namun tak hanya itu, berkat-berkat lain juga diberikan kepada kita. Bahkan, apa yang tidak pernah kita lihat, apa yang tidak pernah kita dengar, dan apa yang tidak pernah timbul dari hati kita, itu semua disediakan Allah bagi kita. Jelas Dia memberikan lebih dari yang kita butuhkan dan lebih dari yang kita harapkan.

Perusahaan yang sukses biasanya selalu memberi “nilai tambah” kepada klien atau konsumennya. Yang jelas, mereka tidak hanya memberi seperti yang diharapkan, tapi memberi lebih dari itu. Pekerja yang sukses dalam karir juga selalu memberi kontribusi lebih dari yang diharapkan perusahaan. Pasangan yang sukses membangun rumah tangga juga pasangan yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian lebih dari yang diharapkan oleh pasangannya. Prinsip ini juga berlaku dalam pelayanan. Jika Anda adalah pemimpin rohani, atau sebut saja pendeta, sudahkah Anda memberikan yang terbaik kepada domba-domba Anda? Tidak hanya sekedar rumput untuk makanan rohani mereka, tapi benar-benar padang rumput yang hijau untuk mereka.

Michael Jordan, legendaris basket dunia, pernah ditanya kunci keberhasilannya, dan dia menjawab seperti ini, “Saya memiliki harapan yang lebih besari daripada harapan orang lain terhadap diri saya. Ketika pelatih meminta saya berlatih tiga kali seminggu, saya akan berlatih lima kali. Ketika pelatih berharap saya dapat mencetak 15 angka dalam setiap pertandingan, saya akan mencetak 36 angka! Itu sebabnya saya menjadi yang terbaik di dunia.” Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita memberi lebih dari yang diharapkan?

Tips sukses versi kristus
* Menabur
* Pasti bisa !!
* & Tips sukses dari amsal salomo !!
* Keluar dari sumur dengan kemenangan
* Musuh membuat Anda sukses
* Cara kuno memperoleh kekayaan
* Andalah yang menentukan

28 Sept - Ayb 3:1-3.11-17.20-23; Luk 9:51-56

"Ia berpaling dan menegor mereka"

(Ayb 3:1-3.11-17.20-23; Luk 9:51-56)

 

"Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem, dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: "Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?" Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka. Lalu mereka pergi ke desa yang lain"(Luk 9:51-56), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan  hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yerusalem adalah kota suci atau kota idaman, maka kalau Yesus mengarahkan pandanganNya berarti menatap atau menghadapi pemenuhan tugas pengutusanNya dan bagi kita berarti pemenuhan cita-cita atau dambaan yang baik dan suci alias menjadi suci. Untuk menjadi suci atau baik memang harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Ada  kecenderungan umum di antara kita ketika menghadapi tantangan, masalah atau hambatan dari ssorang bernafsu untuk membunuh atau memusnahkan orang tersebut, sebagaimana dimohonkan oleh Yakobus dan Yohanes "Tuhan apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka". Kita tidak baik membinakan orang yang menghambat atau mengganggu kita, melainkan yang baik adalah dengan rendah hati mempertobatkan mereka. Maka baiklah kami mengingatkan dan mengajak kita semua: hendaknya jangan membinasakan atau membunuh para pendosa, melainkan ajaklah para pendosa untuk bertobat, jangan menyingkirkan mereka yang bodoh, bermasalah, dst.., melainkan didik dan dampingi mereka untuk mengatasi kebodohan dan permasalahan mereka. Hadapi masalah, tantangan dan hambatan sebagai wahana atau jalan untuk mendewasakan diri, sebagai bantuan bagi kita untuk semakin menjadi suci, semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia dimanapun dan kapanpun. Mereka yang menghindari tantangan atau masalah akan menjadi pribadi yang kerdil dalam hal kepribadian alias tidak akan pernah menjadi dewasa. Mari kita belajar dari dunia wayang, yaitu Werkudoro atau Seno yang ttidak takut ancaman binatang buas di hutan belantara maupun gelombang samudera dalam mengusahakan untuk bertemu "Hyang Suci" di kedalaman samodra. Dengan begitu Werkudoro disebut sebagai 'penegak Pandowo', penegak saudara-saudaranya.

·   "Mengapa terang diberikan kepada yang bersusah-susah, dan hidup kepada yang pedih hati; yang menantikan maut, yang tak kunjung tiba, yang mengejarnya lebih dari pada menggali harta terpendam; yang bersukaria dan bersorak-sorai dan senang, bila mereka menemukan kubur; kepada orang laki-laki yang jalannya tersembunyi, yang dikepung Allah" (Ayb 3:20-23). "Terang diberikan kepada yang bersusah-payah,dan hidup kepada yang pedih hati" mungkin juga menjadi pertanyaan kita semua, namun hemat saya itulah kebenaran sejati. Yang sungguh membutuhkan terang adalah mereka yang bersusah-payah dan hidup adalah yang pedih hati. Jika kita mawas diri secara jujur kiranya masing-masing dari kita sedang dalam keadaan susah-payah dan pedih hati juga, maka baiklah kami mengajak dan mengingatkan kita semua: marilah dengan rendah hati kita membuka diri terhadap aneka bantuan dari orang lain agar kita senantiasa dalam keadaan hidup bergairah serta terang-benderang terus menerus, sebaliknya ketika ada saudara-saudari kita yang menerima anugerah terang dan hidup alias hidup bahagia dan sejahtera hendaknya kita tidak iri hati, melainkan bersyukur. Marilah kita lihat dan cermati apakah di antara saudara-saudari kita ada yang sedang sangat bersusah-payah dan pedih hati, yang membutuhkan terang dan kegairahan hidup. Mereka kita doakan dan jika mungkin kita datangi dengan rendah hati guna membantu mereka terbebaskan dari susah-payah maupun pedih hati. Susah-payah dan pedih hati yang lahir dari kesadaran dan penghayatan diri sebagai yang berdosa, lemah dan rapuh merupakan rahmat dan awal untuk hidup dalam terang sejati. Susah-payah dan pedih hati yang demikian itu merupakan hiburan rohani, karena dengan demikian kita menyadari dan menghayati diri sebagai yang berdosa dan dipanggil oleh Tuhan untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatanNya. Dari susah-payah dan pedih hati yang demikian ini akan lahirlah nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan yang menyelematkan dan membahagiakan  jiwa.

 

"Ya TUHAN, Allah yang menyelamatkan aku, siang hari aku berseru-seru, pada waktu malam aku menghadap Engkau. Biarlah doaku datang ke hadapan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepada teriakku; sebab jiwaku kenyang dengan malapetaka, dan hidupku sudah dekat dunia orang mati. Aku telah dianggap termasuk orang-orang yang turun ke liang kubur; aku seperti orang yang tidak berkekuatan. Aku harus tinggal di antara orang-orang mati, seperti orang-orang yang mati dibunuh, terbaring dalam kubur, yang tidak Kauingat lagi, sebab mereka terputus dari kuasa-Mu"(Mzm 88:2-6).

Jakarta, 28 September 2010      


Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari