Kamis, 28 Februari 2013

Alberthiene Endah luncurkan bbiografi/b Eloy Zalukhu - Antaranews.com

Penulis Alberthiene Endah saat peluncuran buku "Eloy". (ANTARA News/Nanien Yuniar)

Berita Terkait

Galeri Terkait

Buku Biografi JK
Biografi Sutiyoso

Jakarta (ANTARA News) - Penulis Alberthiene Endah menceritakan kehidupan motivator Eloy Zalukhu dalam karya ke-28 berjudul "Eloy".

AE, nama panggilan Alberthiene, sudah menulis beragam biografi tokoh ternama, mulai dari Chrisye, Titiek Puspa, Krisdayanti, Ani Bambang Yudhoyono, hingga Jokowi.

AE mengatakan bukan hanya tokoh terkenal saja yang bisa dijadikan biografi. Orang biasa pun punya banyak cerita yang luar biasa, lanjutnya.

"Kita harus gali cerita tentang orang yang nggak dikenal publik, tapi punya kisah yang lebih luar biasa dari orang terkenal. Eloy salah satunya," kata AE di peluncuran buku "Eloy", Jumat.

"Eloy" bercerita tentang perjuangan anak pedalaman Nias yang menempuh beragam jalan berliku hingga kini menjadi business trainer ternama.

Eloy semasa kecil hidup tanpa listrik dan baru melihat mobil pada umur sepuluh tahun. Bermimpi meneruskan sekolah hingga tingkat atas pun tidak terbayang karena lokasi yang tidak terjangkau.

Ternyata Eloy bisa menikmati bangku sekolah di Jakarta hingga Melbourne berkat kebaikan hati pria Amerika yang peduli pada nasib anak pedalaman.

Namun, di tengah jalan Eloy sempat terjerumus ke dalam arus Narkoba hingga mencoba bunuh diri.

"Itu jadi turning point saya," ujar Eloy lalu mengatakan bahwa saat itu awal dia mulai membenahi hidup.

Eloy kini menjadi theocentric motivator, business trainer, dan executive coach. Dia juga memiliki yayasan yang memberikan beasiswa untuk seribu anak Indonesia hingga tingkat sarjana.

AE meracik kisah "Eloy" dalam bentuk penulisan novel berbasis kisah nyata untuk membuat alur yang lebih dapat dinikmati pembaca. Gaya AE menulis kisah nyata dipuji oleh Eloy.

"AE itu hebat, bahkan saya masih bisa nangis kalau baca buku ini. Dia bisa memilih rangkaian kata yang membuat pembaca tersentuh," puji pria yang sudah menerbitkan buku "Life Success Triangle" itu.

(nan)

Editor: Aditia Maruli

COPYRIGHT © 2013

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Komentar Pembaca

Kirim Komentar

Sumber : www.antaranews.com

Jumat, 1 Maret 2013 - PUJIAN UNTUK GAYUS (3 Yohanes 1:1-8)

  Tampilan cetakJumat, 1 Maret 2013

Bacaan Setahun: Ulangan 1-2Nats: Sebab aku sangat bersukacita, ketika beberapa saudara datang dan bersaksi tentang hidupmu dalam kebenaran, sebab memang engkau hidup dalam kebenaran. (3 Yohanes 1:3)

Bacaan: 3 Yohanes 1:1-8

Kebanyakan orang cenderung lebih mudah melontarkan kritikan daripada pujian. Ketika seseorang melakukan kesalahan, ia akan dicela habis-habisan. Tetapi, ketika ia berprestasi atau menjalankan tugas dengan baik, tidak banyak pujian yang ia peroleh. Padahal, pujian yang tulus dan tepat sasaran sangat efektif untuk memacu orang agar berusaha dengan lebih bersemangat.Selain itu, pujian menjadikan seseorang merasa dirinya dihargai.

Dalam Alkitab, kita dapat membaca berbagai pujian bagi orang yang memang layak menerimanya. Salah satunya adalah pujian Yohanes kepada Gayus. Yohanes mendengar kabar bahwa Gayus hidup dalam kebenaran dan ramah terhadap saudara-saudara seiman, bahkan kepada mereka yang tergolong orang asing. Sebagai tanggapan atas kabar ini, Yohanes menulis sepucuk surat kepada Gayus dan memakai sekitar separuh surat tersebut khusus untuk memuji kehidupan Gayus. Ia mendorong Gayus agar lebih tekun lagi dalam menjaga hidupnya yang sudah baik tersebut.

Memang, jika kita belum terbiasa, pada awalnya lidah ini terasa berat untuk mengucapkan pujian. Tetapi, kalau kita tekun mencoba, lama-kelamaan pasti mudah melakukannya. Hal yang patut dipuji pun tidak selalu harus perkara yang besar. Seorang suami atau ayah yang tekun bekerja, kita puji. Seorang istri atau ibu yang menyajikan masakan yang enak, kita puji. Seorang anak yang rajin belajar, kita puji. Seorang pendeta yang berkotbah dengan baik, kita puji. Seorang bawahan yang rajin dan setia, kita puji. Jangan segan memuji. --ALS

KETIKA KITA MELONTARKAN PUJIAN YANG TULUSKITA MEMBERIKAN PUPUK UNTUK MENUMBUHKAN KEBAIKAN

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/03/01/

Sumber : www.sabda.org

Jumat, 1 Maret 2013 - Ketegasan dan kasih Yesus (Matius 21:12-22)

  Tampilan cetakJumat, 1 Maret 2013

Judul: Ketegasan dan kasih YesusPhilip Yancey dalam bukunya "Bukan Yesus yang saya kenal" mengatakan bahwa semakin banyak ia mempelajari Yesus, semakin sukar ia mengetahui siapa sebenarnya sosok Yesus itu. Yesus seringkali hanya digambarkan sebagai Pribadi yang penuh kasih dan kelemah-lembutan. Namun Kitab Suci memberikan gambaran yang utuh tentang Yesus sebagai pribadi yang tegas tetapi juga penuh kasih.

Ketegasan Yesus ditunjukkan dengan kemarahan-Nya, saat melihat para pedagang menyalahgunakan tempat ibadah dan memeras umat. Para imam menolak binatang kurban yang tidak dibeli di Bait Allah, sehingga para pendatang yang ingin mempersembahkan kurban, harus membeli binatang kurban di Bait Allah yang harganya sudah dinaikkan berlipat ganda. Juga, uang asing dinyatakan tidak berlaku, sehingga para pendatang harus menukarkan uangnya terlebih dahulu. Dari penukaran uang ini, mereka juga mengambil untung.Tepatlah kalau Yesus menyebut mereka sebagai penjahat.Ketegasan Yesus juga ditunjukkan dengan pengutukan pohon ara, sebagai simbol penghakiman Tuhan bagi para pemimpin agama yang dari luarnya terlihat bagus dan rapi, tetapi di dalamnya rusak dan tidak berbuah.

Di antara kisah tersebut, ada dua kisah yang menunjukkan kasih-Nya. Yesus menyembuhkan orang sakit (14) dan kesabaran-Nya terhadap kegagalan para murid dalam mengerti pengajaran-Nya. Dari komentar para murid mengenai pengutukan pohon ara (20), kita tahu bahwa mereka gagal mengerti arti simbol tersebut. Yesus bisa saja mengatakan bahwa mereka tidak perlu memedulikan pohon ara itu, karena hanya tindakan simbolis untuk menyatakan bagaimana imam-imam besar kelihatan hebat, tetapi sebetulnya tidak berbuah. Namun, Yesus menanggapi dengan memberi penjelasan lengkap akan doa dan percaya (21).

Bersyukurlah untuk ketegasan dan kasih-Nya.Ketegasan-Nya membuat kita semakin peka terhadap kehendak-Nya. Kasih-Nya membuat kita tidak pernah merasa sendiri dan diterima apa adanya.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/03/01/

Sumber : www.sabda.org

GEREJA: Sebuah Keluarga Allah

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Februari 2013 -

Baca:  Efesus 2:11-22

"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,"  Efesus 2:19

Setiap kita yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus memiliki status baru dalam hidupnya, yaitu disebut sebagai anak-anak Allah:  "Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus."  (Galatia 3:26).  Dengan demikian Allah menjadi Bapa kita, kita menjadi anak-anakNya dan orang-orang percaya lainnya menjadi saudara-saudara kita dalam sebuah keluarga rohani.  Rasul Yohanes menambahkan,  "Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah."  (1 Yohanes 3:1).  Jadi,  "...kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah."  (Galatia 4:7).

     Sebagai anak, kita membutuhkan suatu tempat untuk kita tinggal dan bertumbuh, dan tempat itu adalah sebuah keluarga (gereja).  Gereja, dalam bahasa Yunani disebut ekklesia (ek = keluar, kaleo = memanggil), merupakan persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar dari kegelapan masuk ke dalam terangNya yang ajaib  (baca 1 Petrus 2:9).  Itulah sebabnya orang Kristen harus tertanam dalam sebuah gereja lokal.  Masih banyak orang Kristen yang tidak tertanam dalam sebuah gereja lokal, yang lebih suka berpindah-pindah gereja, suka pilih-pilih siapa yang berkotbah.  Itu bisa diibaratkan seperti tanaman yang belum berakar terlalu kuat yang kemudian dicabut dan ditanam lagi di tempat lain.

     Sebagai anak-anak Tuhan yang mengalami kelahiran baru di dalam Kristus, kita ini diumpamakan seperti bayi yang baru lahir:  butuh susu dan makanan rohani, butuh perawatan dan perlindungan dari orang tua rohani dan juga kakak-kakak rohani kita.  Itulah pentingnya sebuah gereja lokal.  Jadi kita bukan hanya datang memenuhi bangku gereja yang kosong tanpa mengenal satu dengan yang lainnya.  Kita membutuhkan persekutuan dengan saudara seiman lainnya untuk membimbing kerohanian kita.  Janganlah ingin bebas sekehendak hati tanpa ada orang lain yang mengawasi hidup kita.  Jika kita takut memiliki komitmen dan takut dibentuk akan membuat kita tidak bisa bertumbuh dan menjadi dewasa rohani.

Ingat!  Seorang bayi tidak bisa bertumbuh dengan sehat tanpa adanya keluarga!

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Kamis, 28 Februari 2013 - BLADE RUNNER (2 Samuel 6:1-22)

  Tampilan cetakKamis, 28 Februari 2013

Bacaan Setahun: Bilangan 34-36Nats: Dan Daud menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga; ia berbaju efod dari kain lenan. (2 Samuel 6:14)

Bacaan: 2 Samuel 6:1-22

Tekad Oscar Pistorius sungguh luar biasa. Ia atlet penyandang tunadaksa pertama yang berkiprah di Olimpiade. Sejak 2007 ia sudah berniat untuk berlomba di Olimpiade Beijing 2008, namun gagal. Pada 2011, ia mencatat waktu 45, 07 detik untuk lari 400 meter. Ia pun memperoleh tiket untuk mengikuti Kejuaraan Dunia 2011 dan Olimpiade 2012. Pada 4 Agustus 2012, Oscar, yang kedua kakinya diamputasi, menjadi atlet pertama yang mengenakan kaki palsu dalam pertandingan Olimpiade. Ia disebut orang Blade Runner karena kaki palsunya berbentuk bilah melengkung.

Daud juga memiliki tekad yang begitu besar untuk mengembalikan tabut Tuhan ke Yerusalem. Usaha pertamanya gagal (ay. 1-10). Ia ketakutan, tetapi tidak kehabisan akal. Ia kembali mengangkat tabut itu, kali ini bukan dengan kereta, tetapi diangkut oleh para imam (band. 1 Taw 15:1-2). Ia menari-nari dengan sekuat tenaga selama tabut itu dibawa (ay. 14). Bahkan kali ini setiap enam langkah ada kurban yang dipersembahkan (ay. 13). Padahal, jarak dari rumah Obed Edom sampai ke Yerusalem sekitar 10 kilometer! Ia juga siap dihina oleh istrinya, yang menganggapnya menari-nari seperti orang gila (ay. 22).

Tekadnya itu disertai tujuan yang besar dan keyakinan bahwa apa yang dilakukannya adalah perkara yang benar dan berkenan kepada Tuhan. Kita masing-masing tentu memiliki suatu tekad untuk mengejar sesuatu. Apakah kita mengerahkan tekad itu untuk mengejar pencapaian yang bermakna dan memuliakan Tuhan? --MRT

ORANG YANG BERTEKAD BESAR UNTUK MENCAPAI TUJUAN LUHURSUDAH MERAIH SEPARUH KEMENANGAN

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/02/28/

Sumber : www.sabda.org

Kamis, 28 Februari 2013 - Siapakah orang ini? (Matius 20:29-21:11)

  Tampilan cetakKamis, 28 Februari 2013

Judul: Siapakah orang ini?Bisa dikatakan, zaman ini adalah zaman pencitraan sebab yang terpenting dari seorang tokoh bukan lagi apa yang sebenarnya dia kerjakan, tetapi bagaimana persepsi orang lain tentang apa yang dia kerjakan. Seseorang bisa saja sejatinya raja tega kelas paus, tetapi jika ia berhasil membangun persepsi bahwa dirinya dermawan, biarpun semua kebaikan itu formalitas belaka, tetapi efeknya bisa menutupi segala kejahatannya. Maka jika ada tokoh yang tak butuh pencitraan karena semua tindakannya menyatakan integritasnya, maka tokoh itu bagaikan air menyegarkan yang memuaskan dahaga di zaman pencitraan ini.

Sang Mesias tak butuh pencitraan. Yesus yang sejak awal dinyatakan datang untuk "menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka" (1:21, 23) ditunjukkan menepati semua nubuat tentang diri-Nya. Seruan kedua orang buta, "Kasihanilah kami, Tuhan" dijawab dengan belas kasihan dan mukjizat penyembuhan yang merestorasi penglihatan mereka, merupakan salah satu buktinya. Namun Yesus tak hanya berhenti di situ. Di titik yang menentukan di dalam narasi Injil Matius, di mana perjalanan Yesus dari Galilea usai dan kini Ia secara sadar memasuki Yerusalem untuk menjalani kehendak Sang Bapa, Ia pun secara sadar menggenapi nubuat PL di Za 9:9. Tak seperti para raja dan penguasa di Mat 20:25, Ia justru menonjolkan kerendahan hati-Nya: datang bukan sebagai raja gagah perkasa yang menunggangi kuda jantan, tetapi bagai hamba yang menunggangi keledai. Ketaatan dan kerendahan sebagai hamba kemudian didemonstrasikan-Nya dengan mati di kayu salib.

Sepatutnya respons kita sejalan dengan respons orang Yerusalem di ayat 8-9. Kita mempersiapkan kedatangan-Nya dan mengarahkan orang untuk bertanya-tanya siapa Dia, karena melihat kesaksian yang meneladani belas kasihan dan kerendahan hati-Nya. Orang Kristen tak butuh kekuasaan politis, apalagi pencitraan ala politisi, karena kita cukup mengandalkan Kristus. Tugas kita adalah memperkenalkan Yesus kepada semua orang, jangan sampai mereka tidak pernah mendengar kabar baik tentang Sang Juruselamat.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/02/28/

Sumber : www.sabda.org

Kamis, 28 Februari 2013 - BLADE RUNNER (2 Samuel 6:1-22)

  Tampilan cetakKamis, 28 Februari 2013

Bacaan Setahun: Bilangan 34-36Nats: Dan Daud menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga; ia berbaju efod dari kain lenan. (2 Samuel 6:14)

Bacaan: 2 Samuel 6:1-22

Tekad Oscar Pistorius sungguh luar biasa. Ia atlet penyandang tunadaksa pertama yang berkiprah di Olimpiade. Sejak 2007 ia sudah berniat untuk berlomba di Olimpiade Beijing 2008, namun gagal. Pada 2011, ia mencatat waktu 45, 07 detik untuk lari 400 meter. Ia pun memperoleh tiket untuk mengikuti Kejuaraan Dunia 2011 dan Olimpiade 2012. Pada 4 Agustus 2012, Oscar, yang kedua kakinya diamputasi, menjadi atlet pertama yang mengenakan kaki palsu dalam pertandingan Olimpiade. Ia disebut orang Blade Runner karena kaki palsunya berbentuk bilah melengkung.

Daud juga memiliki tekad yang begitu besar untuk mengembalikan tabut Tuhan ke Yerusalem. Usaha pertamanya gagal (ay. 1-10). Ia ketakutan, tetapi tidak kehabisan akal. Ia kembali mengangkat tabut itu, kali ini bukan dengan kereta, tetapi diangkut oleh para imam (band. 1 Taw 15:1-2). Ia menari-nari dengan sekuat tenaga selama tabut itu dibawa (ay. 14). Bahkan kali ini setiap enam langkah ada kurban yang dipersembahkan (ay. 13). Padahal, jarak dari rumah Obed Edom sampai ke Yerusalem sekitar 10 kilometer! Ia juga siap dihina oleh istrinya, yang menganggapnya menari-nari seperti orang gila (ay. 22).

Tekadnya itu disertai tujuan yang besar dan keyakinan bahwa apa yang dilakukannya adalah perkara yang benar dan berkenan kepada Tuhan. Kita masing-masing tentu memiliki suatu tekad untuk mengejar sesuatu. Apakah kita mengerahkan tekad itu untuk mengejar pencapaian yang bermakna dan memuliakan Tuhan? --MRT

ORANG YANG BERTEKAD BESAR UNTUK MENCAPAI TUJUAN LUHURSUDAH MERAIH SEPARUH KEMENANGAN

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/02/28/

Sumber : www.sabda.org

Rabu, 27 Februari 2013

GEREJA: Sebuah Keluarga Allah

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Februari 2013 -

Baca:  Efesus 2:11-22

"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,"  Efesus 2:19

Setiap kita yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus memiliki status baru dalam hidupnya, yaitu disebut sebagai anak-anak Allah:  "Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus."  (Galatia 3:26).  Dengan demikian Allah menjadi Bapa kita, kita menjadi anak-anakNya dan orang-orang percaya lainnya menjadi saudara-saudara kita dalam sebuah keluarga rohani.  Rasul Yohanes menambahkan,  "Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah."  (1 Yohanes 3:1).  Jadi,  "...kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah."  (Galatia 4:7).

     Sebagai anak, kita membutuhkan suatu tempat untuk kita tinggal dan bertumbuh, dan tempat itu adalah sebuah keluarga (gereja).  Gereja, dalam bahasa Yunani disebut ekklesia (ek = keluar, kaleo = memanggil), merupakan persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar dari kegelapan masuk ke dalam terangNya yang ajaib  (baca 1 Petrus 2:9).  Itulah sebabnya orang Kristen harus tertanam dalam sebuah gereja lokal.  Masih banyak orang Kristen yang tidak tertanam dalam sebuah gereja lokal, yang lebih suka berpindah-pindah gereja, suka pilih-pilih siapa yang berkotbah.  Itu bisa diibaratkan seperti tanaman yang belum berakar terlalu kuat yang kemudian dicabut dan ditanam lagi di tempat lain.

     Sebagai anak-anak Tuhan yang mengalami kelahiran baru di dalam Kristus, kita ini diumpamakan seperti bayi yang baru lahir:  butuh susu dan makanan rohani, butuh perawatan dan perlindungan dari orang tua rohani dan juga kakak-kakak rohani kita.  Itulah pentingnya sebuah gereja lokal.  Jadi kita bukan hanya datang memenuhi bangku gereja yang kosong tanpa mengenal satu dengan yang lainnya.  Kita membutuhkan persekutuan dengan saudara seiman lainnya untuk membimbing kerohanian kita.  Janganlah ingin bebas sekehendak hati tanpa ada orang lain yang mengawasi hidup kita.  Jika kita takut memiliki komitmen dan takut dibentuk akan membuat kita tidak bisa bertumbuh dan menjadi dewasa rohani.

Ingat!  Seorang bayi tidak bisa bertumbuh dengan sehat tanpa adanya keluarga!

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Kamis, 28 Februari 2013 - BLADE RUNNER (2 Samuel 6:1-22)

  Tampilan cetakKamis, 28 Februari 2013

Bacaan Setahun: Bilangan 34-36Nats: Dan Daud menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga; ia berbaju efod dari kain lenan. (2 Samuel 6:14)

Bacaan: 2 Samuel 6:1-22

Tekad Oscar Pistorius sungguh luar biasa. Ia atlet penyandang tunadaksa pertama yang berkiprah di Olimpiade. Sejak 2007 ia sudah berniat untuk berlomba di Olimpiade Beijing 2008, namun gagal. Pada 2011, ia mencatat waktu 45, 07 detik untuk lari 400 meter. Ia pun memperoleh tiket untuk mengikuti Kejuaraan Dunia 2011 dan Olimpiade 2012. Pada 4 Agustus 2012, Oscar, yang kedua kakinya diamputasi, menjadi atlet pertama yang mengenakan kaki palsu dalam pertandingan Olimpiade. Ia disebut orang Blade Runner karena kaki palsunya berbentuk bilah melengkung.

Daud juga memiliki tekad yang begitu besar untuk mengembalikan tabut Tuhan ke Yerusalem. Usaha pertamanya gagal (ay. 1-10). Ia ketakutan, tetapi tidak kehabisan akal. Ia kembali mengangkat tabut itu, kali ini bukan dengan kereta, tetapi diangkut oleh para imam (band. 1 Taw 15:1-2). Ia menari-nari dengan sekuat tenaga selama tabut itu dibawa (ay. 14). Bahkan kali ini setiap enam langkah ada kurban yang dipersembahkan (ay. 13). Padahal, jarak dari rumah Obed Edom sampai ke Yerusalem sekitar 10 kilometer! Ia juga siap dihina oleh istrinya, yang menganggapnya menari-nari seperti orang gila (ay. 22).

Tekadnya itu disertai tujuan yang besar dan keyakinan bahwa apa yang dilakukannya adalah perkara yang benar dan berkenan kepada Tuhan. Kita masing-masing tentu memiliki suatu tekad untuk mengejar sesuatu. Apakah kita mengerahkan tekad itu untuk mengejar pencapaian yang bermakna dan memuliakan Tuhan? --MRT

ORANG YANG BERTEKAD BESAR UNTUK MENCAPAI TUJUAN LUHURSUDAH MERAIH SEPARUH KEMENANGAN

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/02/28/

Sumber : www.sabda.org

Kamis, 28 Februari 2013 - Siapakah orang ini? (Matius 20:29-21:11)

  Tampilan cetakKamis, 28 Februari 2013

Judul: Siapakah orang ini?Bisa dikatakan, zaman ini adalah zaman pencitraan sebab yang terpenting dari seorang tokoh bukan lagi apa yang sebenarnya dia kerjakan, tetapi bagaimana persepsi orang lain tentang apa yang dia kerjakan. Seseorang bisa saja sejatinya raja tega kelas paus, tetapi jika ia berhasil membangun persepsi bahwa dirinya dermawan, biarpun semua kebaikan itu formalitas belaka, tetapi efeknya bisa menutupi segala kejahatannya. Maka jika ada tokoh yang tak butuh pencitraan karena semua tindakannya menyatakan integritasnya, maka tokoh itu bagaikan air menyegarkan yang memuaskan dahaga di zaman pencitraan ini.

Sang Mesias tak butuh pencitraan. Yesus yang sejak awal dinyatakan datang untuk "menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka" (1:21, 23) ditunjukkan menepati semua nubuat tentang diri-Nya. Seruan kedua orang buta, "Kasihanilah kami, Tuhan" dijawab dengan belas kasihan dan mukjizat penyembuhan yang merestorasi penglihatan mereka, merupakan salah satu buktinya. Namun Yesus tak hanya berhenti di situ. Di titik yang menentukan di dalam narasi Injil Matius, di mana perjalanan Yesus dari Galilea usai dan kini Ia secara sadar memasuki Yerusalem untuk menjalani kehendak Sang Bapa, Ia pun secara sadar menggenapi nubuat PL di Za 9:9. Tak seperti para raja dan penguasa di Mat 20:25, Ia justru menonjolkan kerendahan hati-Nya: datang bukan sebagai raja gagah perkasa yang menunggangi kuda jantan, tetapi bagai hamba yang menunggangi keledai. Ketaatan dan kerendahan sebagai hamba kemudian didemonstrasikan-Nya dengan mati di kayu salib.

Sepatutnya respons kita sejalan dengan respons orang Yerusalem di ayat 8-9. Kita mempersiapkan kedatangan-Nya dan mengarahkan orang untuk bertanya-tanya siapa Dia, karena melihat kesaksian yang meneladani belas kasihan dan kerendahan hati-Nya. Orang Kristen tak butuh kekuasaan politis, apalagi pencitraan ala politisi, karena kita cukup mengandalkan Kristus. Tugas kita adalah memperkenalkan Yesus kepada semua orang, jangan sampai mereka tidak pernah mendengar kabar baik tentang Sang Juruselamat.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/02/28/

Sumber : www.sabda.org

Kamis, 28 Februari 2013 - BLADE RUNNER (2 Samuel 6:1-22)

  Tampilan cetakKamis, 28 Februari 2013

Bacaan Setahun: Bilangan 34-36Nats: Dan Daud menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga; ia berbaju efod dari kain lenan. (2 Samuel 6:14)

Bacaan: 2 Samuel 6:1-22

Tekad Oscar Pistorius sungguh luar biasa. Ia atlet penyandang tunadaksa pertama yang berkiprah di Olimpiade. Sejak 2007 ia sudah berniat untuk berlomba di Olimpiade Beijing 2008, namun gagal. Pada 2011, ia mencatat waktu 45, 07 detik untuk lari 400 meter. Ia pun memperoleh tiket untuk mengikuti Kejuaraan Dunia 2011 dan Olimpiade 2012. Pada 4 Agustus 2012, Oscar, yang kedua kakinya diamputasi, menjadi atlet pertama yang mengenakan kaki palsu dalam pertandingan Olimpiade. Ia disebut orang Blade Runner karena kaki palsunya berbentuk bilah melengkung.

Daud juga memiliki tekad yang begitu besar untuk mengembalikan tabut Tuhan ke Yerusalem. Usaha pertamanya gagal (ay. 1-10). Ia ketakutan, tetapi tidak kehabisan akal. Ia kembali mengangkat tabut itu, kali ini bukan dengan kereta, tetapi diangkut oleh para imam (band. 1 Taw 15:1-2). Ia menari-nari dengan sekuat tenaga selama tabut itu dibawa (ay. 14). Bahkan kali ini setiap enam langkah ada kurban yang dipersembahkan (ay. 13). Padahal, jarak dari rumah Obed Edom sampai ke Yerusalem sekitar 10 kilometer! Ia juga siap dihina oleh istrinya, yang menganggapnya menari-nari seperti orang gila (ay. 22).

Tekadnya itu disertai tujuan yang besar dan keyakinan bahwa apa yang dilakukannya adalah perkara yang benar dan berkenan kepada Tuhan. Kita masing-masing tentu memiliki suatu tekad untuk mengejar sesuatu. Apakah kita mengerahkan tekad itu untuk mengejar pencapaian yang bermakna dan memuliakan Tuhan? --MRT

ORANG YANG BERTEKAD BESAR UNTUK MENCAPAI TUJUAN LUHURSUDAH MERAIH SEPARUH KEMENANGAN

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/02/28/

Sumber : www.sabda.org

GEREJA: Sebuah Keluarga Allah

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Februari 2013 -

Baca:  Efesus 2:11-22

"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,"  Efesus 2:19

Setiap kita yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus memiliki status baru dalam hidupnya, yaitu disebut sebagai anak-anak Allah:  "Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus."  (Galatia 3:26).  Dengan demikian Allah menjadi Bapa kita, kita menjadi anak-anakNya dan orang-orang percaya lainnya menjadi saudara-saudara kita dalam sebuah keluarga rohani.  Rasul Yohanes menambahkan,  "Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah."  (1 Yohanes 3:1).  Jadi,  "...kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah."  (Galatia 4:7).

     Sebagai anak, kita membutuhkan suatu tempat untuk kita tinggal dan bertumbuh, dan tempat itu adalah sebuah keluarga (gereja).  Gereja, dalam bahasa Yunani disebut ekklesia (ek = keluar, kaleo = memanggil), merupakan persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar dari kegelapan masuk ke dalam terangNya yang ajaib  (baca 1 Petrus 2:9).  Itulah sebabnya orang Kristen harus tertanam dalam sebuah gereja lokal.  Masih banyak orang Kristen yang tidak tertanam dalam sebuah gereja lokal, yang lebih suka berpindah-pindah gereja, suka pilih-pilih siapa yang berkotbah.  Itu bisa diibaratkan seperti tanaman yang belum berakar terlalu kuat yang kemudian dicabut dan ditanam lagi di tempat lain.

     Sebagai anak-anak Tuhan yang mengalami kelahiran baru di dalam Kristus, kita ini diumpamakan seperti bayi yang baru lahir:  butuh susu dan makanan rohani, butuh perawatan dan perlindungan dari orang tua rohani dan juga kakak-kakak rohani kita.  Itulah pentingnya sebuah gereja lokal.  Jadi kita bukan hanya datang memenuhi bangku gereja yang kosong tanpa mengenal satu dengan yang lainnya.  Kita membutuhkan persekutuan dengan saudara seiman lainnya untuk membimbing kerohanian kita.  Janganlah ingin bebas sekehendak hati tanpa ada orang lain yang mengawasi hidup kita.  Jika kita takut memiliki komitmen dan takut dibentuk akan membuat kita tidak bisa bertumbuh dan menjadi dewasa rohani.

Ingat!  Seorang bayi tidak bisa bertumbuh dengan sehat tanpa adanya keluarga!

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

ORANG KRISTEN ADALAH GARAM DUNIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Februari 2013 -

Baca:  Matius 5:13-16

"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang."  Matius 5:13

Seringkali kita tidak menyadari bahwa sebagai seorang Kristen kehidupan kita selalu menjadi sorotan orang-orang di luar Tuhan.  Rasul Paulus mengatakan,  "Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang."  (2 Korintus 3:2).  Kita ini adalah surat yang terbuka, yang dapat dibaca dan dilihat oleh semua orang.  Itulah sebabnya kita harus berhati-hati dalam menjaga sikap dan perilaku hidup kita sehari-hari.  Jangan sampai kita menjadi batu sandungan bagi mereka atau menjadi buah mulut (negatif) sehingga nama Tuhan tercoreng karena perbuatan kita.  Ayat nas menegaskan bahwa keberadaan kita ini adalah sebagai garam di tengah-tengah dunia.  Apa nilai lebih dari garam sehingga Alkitab menggunakan kata ini untuk mengkiaskan kehidupan orang percaya?

     Dalam Perjanjian Lama garam sudah menjadi bagian dari korban sajian yang dipersembahkan oleh umat kepada Tuhan:  "Dan tiap-tiap persembahanmu yang berupa korban sajian haruslah kaububuhi garam, janganlah kaulalaikan garam perjanjian Allahmu dari korban sajianmu; beserta segala persembahanmu haruslah kaupersembahkan garam."  (Imamat 2:13).  Mengapa setiap korban sajian perlu dibubuhi garam?  Garam perlu ditambahkan di setiap sajian supaya menghasilkan bau yang harum dan sedap, dan kita tahu bahwa persembahan yang harum itu menyenangkan hati Tuhan:  "...kepada persembahan yang harum Aku berkenan kepadamu..."  (Yehezkiel 20:41).  Tuhan menghendaki agar kita mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepadaNya.  Kita adalah garam bagi dunia ini.  Namun perhatikanlah, garam akan bernilai guna jika ia berada pada keadaan aslinya yaitu asin.  Tetapi jika garam itu sudah menjadi tawar, ia tidak akan berguna lagi.

     Hidup yang berkenan kepada Tuhan adalah seperti korban sajian yang dibubuhi garam, suatu kehidupan yang berdampak dan menjadi berkat bagi orang lain.  Oleh karena itu jangan pernah main-main dengan kekristenan Saudara.

Sudahkah hidup kita hasilkan  "...bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa."?  2 Korintus 2:15

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Kamis, 28 Februari 2013 - BLADE RUNNER (2 Samuel 6:1-22)

  Tampilan cetakKamis, 28 Februari 2013

Bacaan Setahun: Bilangan 34-36Nats: Dan Daud menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga; ia berbaju efod dari kain lenan. (2 Samuel 6:14)

Bacaan: 2 Samuel 6:1-22

Tekad Oscar Pistorius sungguh luar biasa. Ia atlet penyandang tunadaksa pertama yang berkiprah di Olimpiade. Sejak 2007 ia sudah berniat untuk berlomba di Olimpiade Beijing 2008, namun gagal. Pada 2011, ia mencatat waktu 45, 07 detik untuk lari 400 meter. Ia pun memperoleh tiket untuk mengikuti Kejuaraan Dunia 2011 dan Olimpiade 2012. Pada 4 Agustus 2012, Oscar, yang kedua kakinya diamputasi, menjadi atlet pertama yang mengenakan kaki palsu dalam pertandingan Olimpiade. Ia disebut orang Blade Runner karena kaki palsunya berbentuk bilah melengkung.

Daud juga memiliki tekad yang begitu besar untuk mengembalikan tabut Tuhan ke Yerusalem. Usaha pertamanya gagal (ay. 1-10). Ia ketakutan, tetapi tidak kehabisan akal. Ia kembali mengangkat tabut itu, kali ini bukan dengan kereta, tetapi diangkut oleh para imam (band. 1 Taw 15:1-2). Ia menari-nari dengan sekuat tenaga selama tabut itu dibawa (ay. 14). Bahkan kali ini setiap enam langkah ada kurban yang dipersembahkan (ay. 13). Padahal, jarak dari rumah Obed Edom sampai ke Yerusalem sekitar 10 kilometer! Ia juga siap dihina oleh istrinya, yang menganggapnya menari-nari seperti orang gila (ay. 22).

Tekadnya itu disertai tujuan yang besar dan keyakinan bahwa apa yang dilakukannya adalah perkara yang benar dan berkenan kepada Tuhan. Kita masing-masing tentu memiliki suatu tekad untuk mengejar sesuatu. Apakah kita mengerahkan tekad itu untuk mengejar pencapaian yang bermakna dan memuliakan Tuhan? --MRT

ORANG YANG BERTEKAD BESAR UNTUK MENCAPAI TUJUAN LUHURSUDAH MERAIH SEPARUH KEMENANGAN

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/02/28/

Sumber : www.sabda.org

Kamis, 28 Februari 2013 - Siapakah orang ini? (Matius 20:29-21:11)

  Tampilan cetakKamis, 28 Februari 2013

Judul: Siapakah orang ini?Bisa dikatakan, zaman ini adalah zaman pencitraan sebab yang terpenting dari seorang tokoh bukan lagi apa yang sebenarnya dia kerjakan, tetapi bagaimana persepsi orang lain tentang apa yang dia kerjakan. Seseorang bisa saja sejatinya raja tega kelas paus, tetapi jika ia berhasil membangun persepsi bahwa dirinya dermawan, biarpun semua kebaikan itu formalitas belaka, tetapi efeknya bisa menutupi segala kejahatannya. Maka jika ada tokoh yang tak butuh pencitraan karena semua tindakannya menyatakan integritasnya, maka tokoh itu bagaikan air menyegarkan yang memuaskan dahaga di zaman pencitraan ini.

Sang Mesias tak butuh pencitraan. Yesus yang sejak awal dinyatakan datang untuk "menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka" (1:21, 23) ditunjukkan menepati semua nubuat tentang diri-Nya. Seruan kedua orang buta, "Kasihanilah kami, Tuhan" dijawab dengan belas kasihan dan mukjizat penyembuhan yang merestorasi penglihatan mereka, merupakan salah satu buktinya. Namun Yesus tak hanya berhenti di situ. Di titik yang menentukan di dalam narasi Injil Matius, di mana perjalanan Yesus dari Galilea usai dan kini Ia secara sadar memasuki Yerusalem untuk menjalani kehendak Sang Bapa, Ia pun secara sadar menggenapi nubuat PL di Za 9:9. Tak seperti para raja dan penguasa di Mat 20:25, Ia justru menonjolkan kerendahan hati-Nya: datang bukan sebagai raja gagah perkasa yang menunggangi kuda jantan, tetapi bagai hamba yang menunggangi keledai. Ketaatan dan kerendahan sebagai hamba kemudian didemonstrasikan-Nya dengan mati di kayu salib.

Sepatutnya respons kita sejalan dengan respons orang Yerusalem di ayat 8-9. Kita mempersiapkan kedatangan-Nya dan mengarahkan orang untuk bertanya-tanya siapa Dia, karena melihat kesaksian yang meneladani belas kasihan dan kerendahan hati-Nya. Orang Kristen tak butuh kekuasaan politis, apalagi pencitraan ala politisi, karena kita cukup mengandalkan Kristus. Tugas kita adalah memperkenalkan Yesus kepada semua orang, jangan sampai mereka tidak pernah mendengar kabar baik tentang Sang Juruselamat.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/02/28/

Sumber : www.sabda.org

ORANG KRISTEN ADALAH GARAM DUNIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Februari 2013 -

Baca:  Matius 5:13-16

"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang."  Matius 5:13

Seringkali kita tidak menyadari bahwa sebagai seorang Kristen kehidupan kita selalu menjadi sorotan orang-orang di luar Tuhan.  Rasul Paulus mengatakan,  "Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang."  (2 Korintus 3:2).  Kita ini adalah surat yang terbuka, yang dapat dibaca dan dilihat oleh semua orang.  Itulah sebabnya kita harus berhati-hati dalam menjaga sikap dan perilaku hidup kita sehari-hari.  Jangan sampai kita menjadi batu sandungan bagi mereka atau menjadi buah mulut (negatif) sehingga nama Tuhan tercoreng karena perbuatan kita.  Ayat nas menegaskan bahwa keberadaan kita ini adalah sebagai garam di tengah-tengah dunia.  Apa nilai lebih dari garam sehingga Alkitab menggunakan kata ini untuk mengkiaskan kehidupan orang percaya?

     Dalam Perjanjian Lama garam sudah menjadi bagian dari korban sajian yang dipersembahkan oleh umat kepada Tuhan:  "Dan tiap-tiap persembahanmu yang berupa korban sajian haruslah kaububuhi garam, janganlah kaulalaikan garam perjanjian Allahmu dari korban sajianmu; beserta segala persembahanmu haruslah kaupersembahkan garam."  (Imamat 2:13).  Mengapa setiap korban sajian perlu dibubuhi garam?  Garam perlu ditambahkan di setiap sajian supaya menghasilkan bau yang harum dan sedap, dan kita tahu bahwa persembahan yang harum itu menyenangkan hati Tuhan:  "...kepada persembahan yang harum Aku berkenan kepadamu..."  (Yehezkiel 20:41).  Tuhan menghendaki agar kita mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepadaNya.  Kita adalah garam bagi dunia ini.  Namun perhatikanlah, garam akan bernilai guna jika ia berada pada keadaan aslinya yaitu asin.  Tetapi jika garam itu sudah menjadi tawar, ia tidak akan berguna lagi.

     Hidup yang berkenan kepada Tuhan adalah seperti korban sajian yang dibubuhi garam, suatu kehidupan yang berdampak dan menjadi berkat bagi orang lain.  Oleh karena itu jangan pernah main-main dengan kekristenan Saudara.

Sudahkah hidup kita hasilkan  "...bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa."?  2 Korintus 2:15

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Rabu, 27 Februari 2013 - SUSAH BERBUAT BAIK? (Matius 26:36-46)

  Tampilan cetakRabu, 27 Februari 2013

Bacaan Setahun: Bilangan 32-33Nats: ... "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari hadapan-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39)

Bacaan: Matius 26:36-46

Suatu saat acara donor darah di kampus saya diikuti oleh lebih banyak peserta. Waktu menunggu giliran seorang pendonor menjadi lebih lama dari biasanya. Dalam kejemuan menunggu, seorang pendonor bergumam, "Mau berbuat baik saja kok susah sekali ya?"

Memang seringkali berbuat baik itu tidak mudah. Ini yang dialami oleh Tuhan Yesus dalam usaha-Nya untuk menyelamatkan manusia. Dia harus melewati proses hukuman salib yang mengerikan. Yesus sempat merasa gentar. Karena itu, Dia sempat bertanya apakah ada cara lain. Tetapi, memang tidak ada jalan lain. Yesus harus menerima penderitaan dan kematian melalui salib itu untuk menyelamatkan manusia. Selanjutnya kita tahu bahwa akhirnya Yesus, karena kasih-Nya, menanggung semuanya itu bagi penebusan kita.

Dalam usaha kita berbuat baik bagi orang lain, kadang banyak kesulitan dan rintangan yang menghadang. Orang yang menolong korban kecelakaan lalu lintas malah dibebani dan ditanyai bermacam hal oleh pihak yang berwenang. Orang yang ingin menolong korban bencana teralangi oleh jalur transportasi yang terputus. Organisasi yang ingin melakukan bakti sosial dicurigai memiliki motivasi tersembunyi. Dan sebagainya.

Akan tetapi, jangan sampai alangan tersebut membuat kita berhenti berbuat baik. Biarlah rintangan yang muncul itu menjadi ujian bagi ketulusan kita. Dan, jika kita sungguh-sungguh tulus, sebagaimana Yesus menanggung penyaliban, kita akan dimampukan untuk melewati berbagai hambatan tersebut. --ALS

BERBUAT BAIK MEMANG TIDAK SELALU MUDAH,NAMUN TETAPLAH BERBUAT BAIK

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/02/27/

Sumber : www.sabda.org

Selasa, 26 Februari 2013

ORANG KRISTEN ADALAH GARAM DUNIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Februari 2013 -

Baca:  Matius 5:13-16

"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang."  Matius 5:13

Seringkali kita tidak menyadari bahwa sebagai seorang Kristen kehidupan kita selalu menjadi sorotan orang-orang di luar Tuhan.  Rasul Paulus mengatakan,  "Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang."  (2 Korintus 3:2).  Kita ini adalah surat yang terbuka, yang dapat dibaca dan dilihat oleh semua orang.  Itulah sebabnya kita harus berhati-hati dalam menjaga sikap dan perilaku hidup kita sehari-hari.  Jangan sampai kita menjadi batu sandungan bagi mereka atau menjadi buah mulut (negatif) sehingga nama Tuhan tercoreng karena perbuatan kita.  Ayat nas menegaskan bahwa keberadaan kita ini adalah sebagai garam di tengah-tengah dunia.  Apa nilai lebih dari garam sehingga Alkitab menggunakan kata ini untuk mengkiaskan kehidupan orang percaya?

     Dalam Perjanjian Lama garam sudah menjadi bagian dari korban sajian yang dipersembahkan oleh umat kepada Tuhan:  "Dan tiap-tiap persembahanmu yang berupa korban sajian haruslah kaububuhi garam, janganlah kaulalaikan garam perjanjian Allahmu dari korban sajianmu; beserta segala persembahanmu haruslah kaupersembahkan garam."  (Imamat 2:13).  Mengapa setiap korban sajian perlu dibubuhi garam?  Garam perlu ditambahkan di setiap sajian supaya menghasilkan bau yang harum dan sedap, dan kita tahu bahwa persembahan yang harum itu menyenangkan hati Tuhan:  "...kepada persembahan yang harum Aku berkenan kepadamu..."  (Yehezkiel 20:41).  Tuhan menghendaki agar kita mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepadaNya.  Kita adalah garam bagi dunia ini.  Namun perhatikanlah, garam akan bernilai guna jika ia berada pada keadaan aslinya yaitu asin.  Tetapi jika garam itu sudah menjadi tawar, ia tidak akan berguna lagi.

     Hidup yang berkenan kepada Tuhan adalah seperti korban sajian yang dibubuhi garam, suatu kehidupan yang berdampak dan menjadi berkat bagi orang lain.  Oleh karena itu jangan pernah main-main dengan kekristenan Saudara.

Sudahkah hidup kita hasilkan  "...bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa."?  2 Korintus 2:15

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Rabu, 27 Februari 2013 - SUSAH BERBUAT BAIK? (Matius 26:36-46)

  Tampilan cetakRabu, 27 Februari 2013

Bacaan Setahun: Bilangan 32-33Nats: ... "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari hadapan-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39)

Bacaan: Matius 26:36-46

Suatu saat acara donor darah di kampus saya diikuti oleh lebih banyak peserta. Waktu menunggu giliran seorang pendonor menjadi lebih lama dari biasanya. Dalam kejemuan menunggu, seorang pendonor bergumam, "Mau berbuat baik saja kok susah sekali ya?"

Memang seringkali berbuat baik itu tidak mudah. Ini yang dialami oleh Tuhan Yesus dalam usaha-Nya untuk menyelamatkan manusia. Dia harus melewati proses hukuman salib yang mengerikan. Yesus sempat merasa gentar. Karena itu, Dia sempat bertanya apakah ada cara lain. Tetapi, memang tidak ada jalan lain. Yesus harus menerima penderitaan dan kematian melalui salib itu untuk menyelamatkan manusia. Selanjutnya kita tahu bahwa akhirnya Yesus, karena kasih-Nya, menanggung semuanya itu bagi penebusan kita.

Dalam usaha kita berbuat baik bagi orang lain, kadang banyak kesulitan dan rintangan yang menghadang. Orang yang menolong korban kecelakaan lalu lintas malah dibebani dan ditanyai bermacam hal oleh pihak yang berwenang. Orang yang ingin menolong korban bencana teralangi oleh jalur transportasi yang terputus. Organisasi yang ingin melakukan bakti sosial dicurigai memiliki motivasi tersembunyi. Dan sebagainya.

Akan tetapi, jangan sampai alangan tersebut membuat kita berhenti berbuat baik. Biarlah rintangan yang muncul itu menjadi ujian bagi ketulusan kita. Dan, jika kita sungguh-sungguh tulus, sebagaimana Yesus menanggung penyaliban, kita akan dimampukan untuk melewati berbagai hambatan tersebut. --ALS

BERBUAT BAIK MEMANG TIDAK SELALU MUDAH,NAMUN TETAPLAH BERBUAT BAIK

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/02/27/

Sumber : www.sabda.org

Rabu, 27 Februari 2013 - SUSAH BERBUAT BAIK? (Matius 26:36-46)

  Tampilan cetakRabu, 27 Februari 2013

Bacaan Setahun: Bilangan 32-33Nats: ... "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari hadapan-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39)

Bacaan: Matius 26:36-46

Suatu saat acara donor darah di kampus saya diikuti oleh lebih banyak peserta. Waktu menunggu giliran seorang pendonor menjadi lebih lama dari biasanya. Dalam kejemuan menunggu, seorang pendonor bergumam, "Mau berbuat baik saja kok susah sekali ya?"

Memang seringkali berbuat baik itu tidak mudah. Ini yang dialami oleh Tuhan Yesus dalam usaha-Nya untuk menyelamatkan manusia. Dia harus melewati proses hukuman salib yang mengerikan. Yesus sempat merasa gentar. Karena itu, Dia sempat bertanya apakah ada cara lain. Tetapi, memang tidak ada jalan lain. Yesus harus menerima penderitaan dan kematian melalui salib itu untuk menyelamatkan manusia. Selanjutnya kita tahu bahwa akhirnya Yesus, karena kasih-Nya, menanggung semuanya itu bagi penebusan kita.

Dalam usaha kita berbuat baik bagi orang lain, kadang banyak kesulitan dan rintangan yang menghadang. Orang yang menolong korban kecelakaan lalu lintas malah dibebani dan ditanyai bermacam hal oleh pihak yang berwenang. Orang yang ingin menolong korban bencana teralangi oleh jalur transportasi yang terputus. Organisasi yang ingin melakukan bakti sosial dicurigai memiliki motivasi tersembunyi. Dan sebagainya.

Akan tetapi, jangan sampai alangan tersebut membuat kita berhenti berbuat baik. Biarlah rintangan yang muncul itu menjadi ujian bagi ketulusan kita. Dan, jika kita sungguh-sungguh tulus, sebagaimana Yesus menanggung penyaliban, kita akan dimampukan untuk melewati berbagai hambatan tersebut. --ALS

BERBUAT BAIK MEMANG TIDAK SELALU MUDAH,NAMUN TETAPLAH BERBUAT BAIK

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/02/27/

Sumber : www.sabda.org

ORANG KRISTEN ADALAH GARAM DUNIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Februari 2013 -

Baca:  Matius 5:13-16

"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang."  Matius 5:13

Seringkali kita tidak menyadari bahwa sebagai seorang Kristen kehidupan kita selalu menjadi sorotan orang-orang di luar Tuhan.  Rasul Paulus mengatakan,  "Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang."  (2 Korintus 3:2).  Kita ini adalah surat yang terbuka, yang dapat dibaca dan dilihat oleh semua orang.  Itulah sebabnya kita harus berhati-hati dalam menjaga sikap dan perilaku hidup kita sehari-hari.  Jangan sampai kita menjadi batu sandungan bagi mereka atau menjadi buah mulut (negatif) sehingga nama Tuhan tercoreng karena perbuatan kita.  Ayat nas menegaskan bahwa keberadaan kita ini adalah sebagai garam di tengah-tengah dunia.  Apa nilai lebih dari garam sehingga Alkitab menggunakan kata ini untuk mengkiaskan kehidupan orang percaya?

     Dalam Perjanjian Lama garam sudah menjadi bagian dari korban sajian yang dipersembahkan oleh umat kepada Tuhan:  "Dan tiap-tiap persembahanmu yang berupa korban sajian haruslah kaububuhi garam, janganlah kaulalaikan garam perjanjian Allahmu dari korban sajianmu; beserta segala persembahanmu haruslah kaupersembahkan garam."  (Imamat 2:13).  Mengapa setiap korban sajian perlu dibubuhi garam?  Garam perlu ditambahkan di setiap sajian supaya menghasilkan bau yang harum dan sedap, dan kita tahu bahwa persembahan yang harum itu menyenangkan hati Tuhan:  "...kepada persembahan yang harum Aku berkenan kepadamu..."  (Yehezkiel 20:41).  Tuhan menghendaki agar kita mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepadaNya.  Kita adalah garam bagi dunia ini.  Namun perhatikanlah, garam akan bernilai guna jika ia berada pada keadaan aslinya yaitu asin.  Tetapi jika garam itu sudah menjadi tawar, ia tidak akan berguna lagi.

     Hidup yang berkenan kepada Tuhan adalah seperti korban sajian yang dibubuhi garam, suatu kehidupan yang berdampak dan menjadi berkat bagi orang lain.  Oleh karena itu jangan pernah main-main dengan kekristenan Saudara.

Sudahkah hidup kita hasilkan  "...bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa."?  2 Korintus 2:15

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Rabu, 27 Februari 2013 - SUSAH BERBUAT BAIK? (Matius 26:36-46)

  Tampilan cetakRabu, 27 Februari 2013

Bacaan Setahun: Bilangan 32-33Nats: ... "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari hadapan-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39)

Bacaan: Matius 26:36-46

Suatu saat acara donor darah di kampus saya diikuti oleh lebih banyak peserta. Waktu menunggu giliran seorang pendonor menjadi lebih lama dari biasanya. Dalam kejemuan menunggu, seorang pendonor bergumam, "Mau berbuat baik saja kok susah sekali ya?"

Memang seringkali berbuat baik itu tidak mudah. Ini yang dialami oleh Tuhan Yesus dalam usaha-Nya untuk menyelamatkan manusia. Dia harus melewati proses hukuman salib yang mengerikan. Yesus sempat merasa gentar. Karena itu, Dia sempat bertanya apakah ada cara lain. Tetapi, memang tidak ada jalan lain. Yesus harus menerima penderitaan dan kematian melalui salib itu untuk menyelamatkan manusia. Selanjutnya kita tahu bahwa akhirnya Yesus, karena kasih-Nya, menanggung semuanya itu bagi penebusan kita.

Dalam usaha kita berbuat baik bagi orang lain, kadang banyak kesulitan dan rintangan yang menghadang. Orang yang menolong korban kecelakaan lalu lintas malah dibebani dan ditanyai bermacam hal oleh pihak yang berwenang. Orang yang ingin menolong korban bencana teralangi oleh jalur transportasi yang terputus. Organisasi yang ingin melakukan bakti sosial dicurigai memiliki motivasi tersembunyi. Dan sebagainya.

Akan tetapi, jangan sampai alangan tersebut membuat kita berhenti berbuat baik. Biarlah rintangan yang muncul itu menjadi ujian bagi ketulusan kita. Dan, jika kita sungguh-sungguh tulus, sebagaimana Yesus menanggung penyaliban, kita akan dimampukan untuk melewati berbagai hambatan tersebut. --ALS

BERBUAT BAIK MEMANG TIDAK SELALU MUDAH,NAMUN TETAPLAH BERBUAT BAIK

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/02/27/

Sumber : www.sabda.org

Rabu, 27 Februari 2013 - SUSAH BERBUAT BAIK? (Matius 26:36-46)

  Tampilan cetakRabu, 27 Februari 2013

Bacaan Setahun: Bilangan 32-33Nats: ... "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari hadapan-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39)

Bacaan: Matius 26:36-46

Suatu saat acara donor darah di kampus saya diikuti oleh lebih banyak peserta. Waktu menunggu giliran seorang pendonor menjadi lebih lama dari biasanya. Dalam kejemuan menunggu, seorang pendonor bergumam, "Mau berbuat baik saja kok susah sekali ya?"

Memang seringkali berbuat baik itu tidak mudah. Ini yang dialami oleh Tuhan Yesus dalam usaha-Nya untuk menyelamatkan manusia. Dia harus melewati proses hukuman salib yang mengerikan. Yesus sempat merasa gentar. Karena itu, Dia sempat bertanya apakah ada cara lain. Tetapi, memang tidak ada jalan lain. Yesus harus menerima penderitaan dan kematian melalui salib itu untuk menyelamatkan manusia. Selanjutnya kita tahu bahwa akhirnya Yesus, karena kasih-Nya, menanggung semuanya itu bagi penebusan kita.

Dalam usaha kita berbuat baik bagi orang lain, kadang banyak kesulitan dan rintangan yang menghadang. Orang yang menolong korban kecelakaan lalu lintas malah dibebani dan ditanyai bermacam hal oleh pihak yang berwenang. Orang yang ingin menolong korban bencana teralangi oleh jalur transportasi yang terputus. Organisasi yang ingin melakukan bakti sosial dicurigai memiliki motivasi tersembunyi. Dan sebagainya.

Akan tetapi, jangan sampai alangan tersebut membuat kita berhenti berbuat baik. Biarlah rintangan yang muncul itu menjadi ujian bagi ketulusan kita. Dan, jika kita sungguh-sungguh tulus, sebagaimana Yesus menanggung penyaliban, kita akan dimampukan untuk melewati berbagai hambatan tersebut. --ALS

BERBUAT BAIK MEMANG TIDAK SELALU MUDAH,NAMUN TETAPLAH BERBUAT BAIK

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/02/27/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 25 Februari 2013

Alberthiene Endah luncurkan bbiografi/b Eloy Zalukhu - Antaranews.com

Penulis Alberthiene Endah saat peluncuran buku "Eloy". (ANTARA News/Nanien Yuniar)

Berita Terkait

Galeri Terkait

Buku Biografi JK
Biografi Sutiyoso

Jakarta (ANTARA News) - Penulis Alberthiene Endah menceritakan kehidupan motivator Eloy Zalukhu dalam karya ke-28 berjudul "Eloy".

AE, nama panggilan Alberthiene, sudah menulis beragam biografi tokoh ternama, mulai dari Chrisye, Titiek Puspa, Krisdayanti, Ani Bambang Yudhoyono, hingga Jokowi.

AE mengatakan bukan hanya tokoh terkenal saja yang bisa dijadikan biografi. Orang biasa pun punya banyak cerita yang luar biasa, lanjutnya.

"Kita harus gali cerita tentang orang yang nggak dikenal publik, tapi punya kisah yang lebih luar biasa dari orang terkenal. Eloy salah satunya," kata AE di peluncuran buku "Eloy", Jumat.

"Eloy" bercerita tentang perjuangan anak pedalaman Nias yang menempuh beragam jalan berliku hingga kini menjadi business trainer ternama.

Eloy semasa kecil hidup tanpa listrik dan baru melihat mobil pada umur sepuluh tahun. Bermimpi meneruskan sekolah hingga tingkat atas pun tidak terbayang karena lokasi yang tidak terjangkau.

Ternyata Eloy bisa menikmati bangku sekolah di Jakarta hingga Melbourne berkat kebaikan hati pria Amerika yang peduli pada nasib anak pedalaman.

Namun, di tengah jalan Eloy sempat terjerumus ke dalam arus Narkoba hingga mencoba bunuh diri.

"Itu jadi turning point saya," ujar Eloy lalu mengatakan bahwa saat itu awal dia mulai membenahi hidup.

Eloy kini menjadi theocentric motivator, business trainer, dan executive coach. Dia juga memiliki yayasan yang memberikan beasiswa untuk seribu anak Indonesia hingga tingkat sarjana.

AE meracik kisah "Eloy" dalam bentuk penulisan novel berbasis kisah nyata untuk membuat alur yang lebih dapat dinikmati pembaca. Gaya AE menulis kisah nyata dipuji oleh Eloy.

"AE itu hebat, bahkan saya masih bisa nangis kalau baca buku ini. Dia bisa memilih rangkaian kata yang membuat pembaca tersentuh," puji pria yang sudah menerbitkan buku "Life Success Triangle" itu.

(nan)

Editor: Aditia Maruli

COPYRIGHT © 2013

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Komentar Pembaca

Kirim Komentar

Sumber : www.antaranews.com

Selasa, 26 Februari 2013 - TOTALITAS SEORANG GURU (Kolose 3:18-4:1)

  Tampilan cetakSelasa, 26 Februari 2013

Bacaan Setahun: Bilangan 30-31Nats: Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. (Kolose 3:23)

Bacaan: Kolose 3:18-4:1

Ibu Merry mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) Bhakti Luhur, Malang, sejak 1984. Suatu saat ia mendapatkan seorang murid bernama Jorei, anak yang bisu, tuli, dan low vision (berkemampuan melihat rendah). Awalnya Jorei tidak mau belajar. Ibu Merry tak kehabisan akal. Bila keadaan gelap Jorei mudah mengantuk, maka Bu Merry menyalakan lampu seterang-terangnya saat anak itu belajar. Anak-anak SLB juga sulit berkonsentrasi, maka Bu Merry membuat banyak alat peraga yang merangsang muridnya untuk belajar. Sebuah totalitas pengabdian yang mengagumkan.

Paulus memaparkan bahwa hubungan dengan Tuhan adalah landasan bagi hubungan kita dengan sesama: ketika kita melakukan sesuatu bagi sesama, sesungguhnya kita sedang melakukannya bagi Tuhan, yang menciptakan kita semua. Kesadaran ini menggugah dedikasi dan etos kerja yang luar biasa. Orang tergerak untuk bekerja dengan segenap hati, bukan sekadar mengejar keuntungan materiil, melainkan sungguh-sungguh mengupayakan kesejahteraan orang lain. Orang bersedia untuk bekerja secara ekstra, melampaui tuntutan tugas, agar kehidupan sesamanya dapat menjadi lebih baik.Dan, ia memperoleh kepuasan sedalam-dalamnya dengan menyadari bahwa ia mengerjakan semuanya itu sebagai ungkapan syukur atas anugerah Tuhan.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita melihat kehadiran Tuhan di balik setiap orang yang kita layani? Apakah kita bekerja demi memberikan manfaat pada sesama? Apakah kita menilai sukses dari kepuasan dalam mensyukuri anugerah-Nya? --SN

KETIKA KITA BEKERJA DENGAN SEGENAP HATI SEPERTI BAGI TUHAN,KITA MENEMUKAN KEPUASAN HATI YANG SEDALAM-DALAMNYA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/02/26/

Sumber : www.sabda.org

Selasa, 26 Februari 2013 - TOTALITAS SEORANG GURU (Kolose 3:18-4:1)

  Tampilan cetakSelasa, 26 Februari 2013

Bacaan Setahun: Bilangan 30-31Nats: Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. (Kolose 3:23)

Bacaan: Kolose 3:18-4:1

Ibu Merry mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) Bhakti Luhur, Malang, sejak 1984. Suatu saat ia mendapatkan seorang murid bernama Jorei, anak yang bisu, tuli, dan low vision (berkemampuan melihat rendah). Awalnya Jorei tidak mau belajar. Ibu Merry tak kehabisan akal. Bila keadaan gelap Jorei mudah mengantuk, maka Bu Merry menyalakan lampu seterang-terangnya saat anak itu belajar. Anak-anak SLB juga sulit berkonsentrasi, maka Bu Merry membuat banyak alat peraga yang merangsang muridnya untuk belajar. Sebuah totalitas pengabdian yang mengagumkan.

Paulus memaparkan bahwa hubungan dengan Tuhan adalah landasan bagi hubungan kita dengan sesama: ketika kita melakukan sesuatu bagi sesama, sesungguhnya kita sedang melakukannya bagi Tuhan, yang menciptakan kita semua. Kesadaran ini menggugah dedikasi dan etos kerja yang luar biasa. Orang tergerak untuk bekerja dengan segenap hati, bukan sekadar mengejar keuntungan materiil, melainkan sungguh-sungguh mengupayakan kesejahteraan orang lain. Orang bersedia untuk bekerja secara ekstra, melampaui tuntutan tugas, agar kehidupan sesamanya dapat menjadi lebih baik.Dan, ia memperoleh kepuasan sedalam-dalamnya dengan menyadari bahwa ia mengerjakan semuanya itu sebagai ungkapan syukur atas anugerah Tuhan.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita melihat kehadiran Tuhan di balik setiap orang yang kita layani? Apakah kita bekerja demi memberikan manfaat pada sesama? Apakah kita menilai sukses dari kepuasan dalam mensyukuri anugerah-Nya? --SN

KETIKA KITA BEKERJA DENGAN SEGENAP HATI SEPERTI BAGI TUHAN,KITA MENEMUKAN KEPUASAN HATI YANG SEDALAM-DALAMNYA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/02/26/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 25 Februari 2013 - MENJARING ANGIN (Kejadian 11:1-9)

  Tampilan cetakSenin, 25 Februari 2013

Bacaan Setahun: Bilangan 28-29Nats: ... mulai dari sekarang apa pun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana. (Kejadian 11:6)

Bacaan: Kejadian 11:1-9

Bisakah menjaring angin? Para ilmuwan dari Delft Technical University mencoba menjaring angin untuk menghasilkan tenaga listrik. Mereka memanfaatkan layang-layang dengan luas permukaan 10 meter persegi untuk mengubah angin menjadi energi listrik. Sejak tahun 2008 mereka sudah mencoba untuk membuat model yang pas.

Daya cipta manusia memang mengagumkan. Menara Babel, misalnya, kerap dijadikan simbol keangkuhan, kekuasaan duniawi, dan perlawanan terhadap kuasa Tuhan. Namun, menara ini juga simbol dari kecerdasan akal budi yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Dalam terjemahan FAYH dikatakan, "Lihatlah! Jika sekarang ini, pada waktu mereka baru mulai memanfaatkan persatuan bahasa dan bangsa, mereka sudah sanggup menyelesaikan semua ini, bayangkan apa yang akan dilakukan mereka kemudian hari. Segala apa pun dapat mereka capai!" Allah sendiri mengakui potensi besar dalam diri manusia.

Kebenaran ini seharusnya menggelitik setiap orang percaya, mendorong kita mengembangkan keunggulan di bidang masing-masing untuk menyatakan kehebatan Tuhan. Kuncinya: kita perlu bergandeng tangan dan saling mendorong dalam mengembangkan potensi. Setiap orang perlu bekerja dengan rajin dan tekun untuk menghasilkan karya yang sebaik-baiknya. Bersama-sama sebagai jemaat kita dapat menyumbangkan solusi bagi persoalan praktis kehidupan sehari-hari. Dan, melalui karya tersebut, kiranya kita dapat memperkenalkan kepada orang banyak Tuhan yang menyertai kita dan memberi kita kreativitas. --MRT

ALLAH KITA ALLAH YANG MAHABESAR DAN MAHAKREATIF,MARI KITA BERKARYA UNTUK MENYATAKAN KEAGUNGAN-NYA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/02/25/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 25 Februari 2013 - Sukar masuk Kerajaan Allah? (Matius 19:16-30)

  Tampilan cetakSenin, 25 Februari 2013

Judul: Sukar masuk Kerajaan Allah?Apa itu kaya? Menurut kamus, kaya itu "mempunyai banyak harta". Kalau dulu kekayaan ditandai dengan jumlah hewan ternak dan perhiasan emas yang dimiliki, kini orang lebih mengapresiasi saldo rekening pribadi yang jumlahnya sembilan digit ke atas dan berbagai gadget tercanggih. Mungkinkah orang seperti itu masuk ke dalam Kerajaan Allah (atau, dalam istilah khas Matius, "Kerajaan Sorga)?

Nas ini menegaskan satu hal penting: orang kaya hanya bisa "masuk Kerajaan Allah" melalui cara dan kehendak Allah yang berotoritas, dan bukan caranya sendiri. Ia takkan bisa bergabung ke dalam komunitas umat Allah yang diselamatkan dan dipanggil untuk menyatakan kehendak-Nya di bumi, jika cara masuk itu dipikirkan oleh dirinya sendiri, dan ia menolak cara yang dikehendaki Allah.

Interaksi antara Yesus dengan seorang muda di ayat 16-22 menggarisbawahi hal ini. Orang muda itu memang taat karena telah menuruti kesepuluh firman Allah (20). Namun ketika panggilan Yesus datang kepadanya secara pribadi di ayat 21, ia justru mundur dan "pergi ... dengan sedih, sebab banyak hartanya" (22). Ketika Allah menghendaki dia menjual hartanya dan mengikut Yesus, suatu panggilan khusus yang belum tentu diterima pengikut Yesus lainnya (bdk. Yusuf dari Arimatea; Mat 27:57), ia justru menolak. Pengajaran Yesus di bagian berikutnya menggarisbawahi hal ini. Orang kaya memang "sukar sekali" untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga, tetapi bukan tidak mungkin. Mengapa? Karena "bagi Allah segala sesuatu mungkin" (26). Yaitu dengan cara Allah sendiri, yang diwujudnyatakan melalui kuasa penebusan Kristus dan pembaruan Roh Kudus. Bahkan, yang penting di dalam Kerajaan Allah bukan lagi soal kaya atau miskin, tetapi soal mengikut Kristus dan mengorbankan apa pun yang mesti dkorbankan demi mengikut Dia (27-30).

Nas ini menantang kita untuk menjawab: apa panggilan Allah kepada kita yang mesti kita taati? Sebagai murid Kristus, kita tak hanya dipanggil untuk percaya, tetapi juga taat kepada-Nya. Jika Allah menghendaki kita mengorbankan bahkan harta, kita mesti siap untuk taat.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/02/25/

Sumber : www.sabda.org

Minggu, 24 Februari 2013

Senin, 25 Februari 2013 - Sukar masuk Kerajaan Allah? (Matius 19:16-30)

  Tampilan cetakSenin, 25 Februari 2013

Judul: Sukar masuk Kerajaan Allah?Apa itu kaya? Menurut kamus, kaya itu "mempunyai banyak harta". Kalau dulu kekayaan ditandai dengan jumlah hewan ternak dan perhiasan emas yang dimiliki, kini orang lebih mengapresiasi saldo rekening pribadi yang jumlahnya sembilan digit ke atas dan berbagai gadget tercanggih. Mungkinkah orang seperti itu masuk ke dalam Kerajaan Allah (atau, dalam istilah khas Matius, "Kerajaan Sorga)?

Nas ini menegaskan satu hal penting: orang kaya hanya bisa "masuk Kerajaan Allah" melalui cara dan kehendak Allah yang berotoritas, dan bukan caranya sendiri. Ia takkan bisa bergabung ke dalam komunitas umat Allah yang diselamatkan dan dipanggil untuk menyatakan kehendak-Nya di bumi, jika cara masuk itu dipikirkan oleh dirinya sendiri, dan ia menolak cara yang dikehendaki Allah.

Interaksi antara Yesus dengan seorang muda di ayat 16-22 menggarisbawahi hal ini. Orang muda itu memang taat karena telah menuruti kesepuluh firman Allah (20). Namun ketika panggilan Yesus datang kepadanya secara pribadi di ayat 21, ia justru mundur dan "pergi ... dengan sedih, sebab banyak hartanya" (22). Ketika Allah menghendaki dia menjual hartanya dan mengikut Yesus, suatu panggilan khusus yang belum tentu diterima pengikut Yesus lainnya (bdk. Yusuf dari Arimatea; Mat 27:57), ia justru menolak. Pengajaran Yesus di bagian berikutnya menggarisbawahi hal ini. Orang kaya memang "sukar sekali" untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga, tetapi bukan tidak mungkin. Mengapa? Karena "bagi Allah segala sesuatu mungkin" (26). Yaitu dengan cara Allah sendiri, yang diwujudnyatakan melalui kuasa penebusan Kristus dan pembaruan Roh Kudus. Bahkan, yang penting di dalam Kerajaan Allah bukan lagi soal kaya atau miskin, tetapi soal mengikut Kristus dan mengorbankan apa pun yang mesti dkorbankan demi mengikut Dia (27-30).

Nas ini menantang kita untuk menjawab: apa panggilan Allah kepada kita yang mesti kita taati? Sebagai murid Kristus, kita tak hanya dipanggil untuk percaya, tetapi juga taat kepada-Nya. Jika Allah menghendaki kita mengorbankan bahkan harta, kita mesti siap untuk taat.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/02/25/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 25 Februari 2013 - MENJARING ANGIN (Kejadian 11:1-9)

  Tampilan cetakSenin, 25 Februari 2013

Bacaan Setahun: Bilangan 28-29Nats: ... mulai dari sekarang apa pun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana. (Kejadian 11:6)

Bacaan: Kejadian 11:1-9

Bisakah menjaring angin? Para ilmuwan dari Delft Technical University mencoba menjaring angin untuk menghasilkan tenaga listrik. Mereka memanfaatkan layang-layang dengan luas permukaan 10 meter persegi untuk mengubah angin menjadi energi listrik. Sejak tahun 2008 mereka sudah mencoba untuk membuat model yang pas.

Daya cipta manusia memang mengagumkan. Menara Babel, misalnya, kerap dijadikan simbol keangkuhan, kekuasaan duniawi, dan perlawanan terhadap kuasa Tuhan. Namun, menara ini juga simbol dari kecerdasan akal budi yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Dalam terjemahan FAYH dikatakan, "Lihatlah! Jika sekarang ini, pada waktu mereka baru mulai memanfaatkan persatuan bahasa dan bangsa, mereka sudah sanggup menyelesaikan semua ini, bayangkan apa yang akan dilakukan mereka kemudian hari. Segala apa pun dapat mereka capai!" Allah sendiri mengakui potensi besar dalam diri manusia.

Kebenaran ini seharusnya menggelitik setiap orang percaya, mendorong kita mengembangkan keunggulan di bidang masing-masing untuk menyatakan kehebatan Tuhan. Kuncinya: kita perlu bergandeng tangan dan saling mendorong dalam mengembangkan potensi. Setiap orang perlu bekerja dengan rajin dan tekun untuk menghasilkan karya yang sebaik-baiknya. Bersama-sama sebagai jemaat kita dapat menyumbangkan solusi bagi persoalan praktis kehidupan sehari-hari. Dan, melalui karya tersebut, kiranya kita dapat memperkenalkan kepada orang banyak Tuhan yang menyertai kita dan memberi kita kreativitas. --MRT

ALLAH KITA ALLAH YANG MAHABESAR DAN MAHAKREATIF,MARI KITA BERKARYA UNTUK MENYATAKAN KEAGUNGAN-NYA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/02/25/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 25 Februari 2013 - MENJARING ANGIN (Kejadian 11:1-9)

  Tampilan cetakSenin, 25 Februari 2013

Bacaan Setahun: Bilangan 28-29Nats: ... mulai dari sekarang apa pun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana. (Kejadian 11:6)

Bacaan: Kejadian 11:1-9

Bisakah menjaring angin? Para ilmuwan dari Delft Technical University mencoba menjaring angin untuk menghasilkan tenaga listrik. Mereka memanfaatkan layang-layang dengan luas permukaan 10 meter persegi untuk mengubah angin menjadi energi listrik. Sejak tahun 2008 mereka sudah mencoba untuk membuat model yang pas.

Daya cipta manusia memang mengagumkan. Menara Babel, misalnya, kerap dijadikan simbol keangkuhan, kekuasaan duniawi, dan perlawanan terhadap kuasa Tuhan. Namun, menara ini juga simbol dari kecerdasan akal budi yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Dalam terjemahan FAYH dikatakan, "Lihatlah! Jika sekarang ini, pada waktu mereka baru mulai memanfaatkan persatuan bahasa dan bangsa, mereka sudah sanggup menyelesaikan semua ini, bayangkan apa yang akan dilakukan mereka kemudian hari. Segala apa pun dapat mereka capai!" Allah sendiri mengakui potensi besar dalam diri manusia.

Kebenaran ini seharusnya menggelitik setiap orang percaya, mendorong kita mengembangkan keunggulan di bidang masing-masing untuk menyatakan kehebatan Tuhan. Kuncinya: kita perlu bergandeng tangan dan saling mendorong dalam mengembangkan potensi. Setiap orang perlu bekerja dengan rajin dan tekun untuk menghasilkan karya yang sebaik-baiknya. Bersama-sama sebagai jemaat kita dapat menyumbangkan solusi bagi persoalan praktis kehidupan sehari-hari. Dan, melalui karya tersebut, kiranya kita dapat memperkenalkan kepada orang banyak Tuhan yang menyertai kita dan memberi kita kreativitas. --MRT

ALLAH KITA ALLAH YANG MAHABESAR DAN MAHAKREATIF,MARI KITA BERKARYA UNTUK MENYATAKAN KEAGUNGAN-NYA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/02/25/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 25 Februari 2013 - Sukar masuk Kerajaan Allah? (Matius 19:16-30)

  Tampilan cetakSenin, 25 Februari 2013

Judul: Sukar masuk Kerajaan Allah?Apa itu kaya? Menurut kamus, kaya itu "mempunyai banyak harta". Kalau dulu kekayaan ditandai dengan jumlah hewan ternak dan perhiasan emas yang dimiliki, kini orang lebih mengapresiasi saldo rekening pribadi yang jumlahnya sembilan digit ke atas dan berbagai gadget tercanggih. Mungkinkah orang seperti itu masuk ke dalam Kerajaan Allah (atau, dalam istilah khas Matius, "Kerajaan Sorga)?

Nas ini menegaskan satu hal penting: orang kaya hanya bisa "masuk Kerajaan Allah" melalui cara dan kehendak Allah yang berotoritas, dan bukan caranya sendiri. Ia takkan bisa bergabung ke dalam komunitas umat Allah yang diselamatkan dan dipanggil untuk menyatakan kehendak-Nya di bumi, jika cara masuk itu dipikirkan oleh dirinya sendiri, dan ia menolak cara yang dikehendaki Allah.

Interaksi antara Yesus dengan seorang muda di ayat 16-22 menggarisbawahi hal ini. Orang muda itu memang taat karena telah menuruti kesepuluh firman Allah (20). Namun ketika panggilan Yesus datang kepadanya secara pribadi di ayat 21, ia justru mundur dan "pergi ... dengan sedih, sebab banyak hartanya" (22). Ketika Allah menghendaki dia menjual hartanya dan mengikut Yesus, suatu panggilan khusus yang belum tentu diterima pengikut Yesus lainnya (bdk. Yusuf dari Arimatea; Mat 27:57), ia justru menolak. Pengajaran Yesus di bagian berikutnya menggarisbawahi hal ini. Orang kaya memang "sukar sekali" untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga, tetapi bukan tidak mungkin. Mengapa? Karena "bagi Allah segala sesuatu mungkin" (26). Yaitu dengan cara Allah sendiri, yang diwujudnyatakan melalui kuasa penebusan Kristus dan pembaruan Roh Kudus. Bahkan, yang penting di dalam Kerajaan Allah bukan lagi soal kaya atau miskin, tetapi soal mengikut Kristus dan mengorbankan apa pun yang mesti dkorbankan demi mengikut Dia (27-30).

Nas ini menantang kita untuk menjawab: apa panggilan Allah kepada kita yang mesti kita taati? Sebagai murid Kristus, kita tak hanya dipanggil untuk percaya, tetapi juga taat kepada-Nya. Jika Allah menghendaki kita mengorbankan bahkan harta, kita mesti siap untuk taat.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/02/25/

Sumber : www.sabda.org

Sabtu, 23 Februari 2013

Minggu, 24 Februari 2013 - SIAPA YANG TERPENTING? (1 Korintus 12:14-26)

  Tampilan cetakMinggu, 24 Februari 2013

Bacaan Setahun: Bilangan 26-27Nats: Jadi, mata tidak dapat berkata kepada tangan, "Aku tidak membutuhkan engkau." Demikian pula kepala tidak dapat berkata kepada kaki, "Aku tidak membutuhkan engkau." (1 Korintus 12:21)

Bacaan: 1 Korintus 12:14-26

Suatu kali, tangan dan mulut iri hati terhadap perut. Mereka berpikir, perut tidak berbuat apa-apa selain hanya menerima apa yang dikerjakan oleh tangan dan dikunyah oleh mulut. Kedua organ tubuh ini pun memutuskan untuk berhenti makan. Mereka ingin menghukum perut! Setelah dua hari makanan tidak masuk ke dalam perut, tubuh menjadi lemas dan tidak berdaya, tangan pun menjadi berat untuk digerakkan, mulut pun enggan untuk berkata-kata. Tangan dan mulut tobat, mereka mengerti bahwa ternyata perut sangat berguna. Mogok makan pun dihentikan.

Tentu tidak bijaksana jika kita memperbandingkan nilai penting anggota-anggota tubuh kita. Masing-masing anggota memiliki kekhasan, keunikan, dan fungsi yang khusus. Tak ada satu pun anggota tubuh bisa berdiri sendiri, semuanya saling membutuhkan. Dapatkah Anda membayangkan satu tubuh yang hanya terdiri dari mata semuanya? Bagaimana bentuk dan untuk apa tubuh seperti itu? Tubuh yang tidak memiliki mata juga tidak sempurna.

Kita adalah anggota tubuh Kristus, masing-masing memiliki peran dan fungsi yang khusus. Perbedaan fungsi di antara kita ini bukan merupakan alasan untuk menonjolkan diri lebih dari yang lain. Sebaliknya, perbedaan itu menunjukkan bahwa kita tidak dapat mengerjakan segala sesuatu seorang diri. Kita memerlukan anggota lain untuk memperlengkapi dan mendukung kita. Keunggulan mereka menunjang kekurangan kita, dan sebaliknya. Karena itu, sudah sepatutnya kita saling menghormati dan bekerja sama sebagai satu tubuh. --TS

TUBUH KRISTUS BERTUMBUH DENGAN SEHAT SAAT SETIAP ANGGOTATIDAK SALING MENONJOLKAN DIRI, TETAPI SALING MENGHORMATI

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/02/24/

Sumber : www.sabda.org

Minggu, 24 Februari 2013 - Raja yang adil dan perkasa (Mazmur 97)

  Tampilan cetakMinggu, 24 Februari 2013

Judul: Raja yang adil dan perkasaDalam dunia perwayangan, Kresna adalah titisan dewa Wisnu yang terlibat dalam perseteruan antara dua bersaudara keluarga Pandawa dan Kurawa. Untuk menghindari peperangan antar saudara, Kresna mewakili kaum Pandawa untuk meminta balik harta dan takhta mereka yang diambil melalui tipu daya oleh kaum Kurawa. Saat Kurawa menolak, Kresna pun angkara murka. Sosok manusianya lenyap, menjadi raksasa yang mengerikan.

Mazmur 97 menggambarkan Allah sebagai Raja yang dahsyat dan perkasa dalam membela umat-Nya dari orang-orang fasik yang menindas orang-orang benar. Allah datang sebagai Raja yang berdaulat dan berkuasa ke dunia milik-Nya. Kedatangan-Nya menggetarkan dan menggentarkan seisi dunia. Alam tidak berdaya di hadapan-Nya (2-5). Semua bangsa yang menolak Allah dan yang menyembah berhala kesia-siaan akan tertunduk malu di hadapan-Nya (6-7).

Sebaliknya, di Sion akan ada sorak sorai. Bukit Sion yang ada di kota Yerusalem melambangkan pemerintahan Allah di bumi ini. Semua orang benar, yaitu umat Allah, akan bergembira menyambut kedatangan-Nya. Allah datang untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Semua orang benar akan dipelihara dan dilepaskan dari tangan orang-orang fasik (10-11). Mazmur ini ditutup dengan ajakan untuk bersukacita dan bersyukur

Mazmur ini boleh menjadi doa umat Tuhan pada masa kini. Memang dunia ini dalam kesombongan dan kebodohannya sedang melawan Allah serta menindas umat-Nya. Akan tetapi, kita tahu bahwa Allah berdaulat dan berkuasa atas dunia milik-Nya. Kita tahu bahwa pada waktu-Nya, kita yang setia hidup dalam kebenaran walaupun saat ini sedang menderita permusuhan dan aniaya akan mengalami pembebasan sepenuhnya. Allah di dalam Kristus sudah datang mengalahkan dosa dan maut.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/02/24/

Sumber : www.sabda.org

Alberthiene Endah luncurkan bbiografi/b Eloy Zalukhu - Antaranews.com

Penulis Alberthiene Endah saat peluncuran buku "Eloy". (ANTARA News/Nanien Yuniar)

Berita Terkait

Galeri Terkait

Buku Biografi JK
Biografi Sutiyoso

Jakarta (ANTARA News) - Penulis Alberthiene Endah menceritakan kehidupan motivator Eloy Zalukhu dalam karya ke-28 berjudul "Eloy".

AE, nama panggilan Alberthiene, sudah menulis beragam biografi tokoh ternama, mulai dari Chrisye, Titiek Puspa, Krisdayanti, Ani Bambang Yudhoyono, hingga Jokowi.

AE mengatakan bukan hanya tokoh terkenal saja yang bisa dijadikan biografi. Orang biasa pun punya banyak cerita yang luar biasa, lanjutnya.

"Kita harus gali cerita tentang orang yang nggak dikenal publik, tapi punya kisah yang lebih luar biasa dari orang terkenal. Eloy salah satunya," kata AE di peluncuran buku "Eloy", Jumat.

"Eloy" bercerita tentang perjuangan anak pedalaman Nias yang menempuh beragam jalan berliku hingga kini menjadi business trainer ternama.

Eloy semasa kecil hidup tanpa listrik dan baru melihat mobil pada umur sepuluh tahun. Bermimpi meneruskan sekolah hingga tingkat atas pun tidak terbayang karena lokasi yang tidak terjangkau.

Ternyata Eloy bisa menikmati bangku sekolah di Jakarta hingga Melbourne berkat kebaikan hati pria Amerika yang peduli pada nasib anak pedalaman.

Namun, di tengah jalan Eloy sempat terjerumus ke dalam arus Narkoba hingga mencoba bunuh diri.

"Itu jadi turning point saya," ujar Eloy lalu mengatakan bahwa saat itu awal dia mulai membenahi hidup.

Eloy kini menjadi theocentric motivator, business trainer, dan executive coach. Dia juga memiliki yayasan yang memberikan beasiswa untuk seribu anak Indonesia hingga tingkat sarjana.

AE meracik kisah "Eloy" dalam bentuk penulisan novel berbasis kisah nyata untuk membuat alur yang lebih dapat dinikmati pembaca. Gaya AE menulis kisah nyata dipuji oleh Eloy.

"AE itu hebat, bahkan saya masih bisa nangis kalau baca buku ini. Dia bisa memilih rangkaian kata yang membuat pembaca tersentuh," puji pria yang sudah menerbitkan buku "Life Success Triangle" itu.

(nan)

Editor: Aditia Maruli

COPYRIGHT © 2013

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Komentar Pembaca

Kirim Komentar

Sumber : www.antaranews.com

Alberthiene Endah luncurkan bbiografi/b Eloy Zalukhu - Antaranews.com

Penulis Alberthiene Endah saat peluncuran buku "Eloy". (ANTARA News/Nanien Yuniar)

Berita Terkait

Galeri Terkait

Buku Biografi JK
Biografi Sutiyoso

Jakarta (ANTARA News) - Penulis Alberthiene Endah menceritakan kehidupan motivator Eloy Zalukhu dalam karya ke-28 berjudul "Eloy".

AE, nama panggilan Alberthiene, sudah menulis beragam biografi tokoh ternama, mulai dari Chrisye, Titiek Puspa, Krisdayanti, Ani Bambang Yudhoyono, hingga Jokowi.

AE mengatakan bukan hanya tokoh terkenal saja yang bisa dijadikan biografi. Orang biasa pun punya banyak cerita yang luar biasa, lanjutnya.

"Kita harus gali cerita tentang orang yang nggak dikenal publik, tapi punya kisah yang lebih luar biasa dari orang terkenal. Eloy salah satunya," kata AE di peluncuran buku "Eloy", Jumat.

"Eloy" bercerita tentang perjuangan anak pedalaman Nias yang menempuh beragam jalan berliku hingga kini menjadi business trainer ternama.

Eloy semasa kecil hidup tanpa listrik dan baru melihat mobil pada umur sepuluh tahun. Bermimpi meneruskan sekolah hingga tingkat atas pun tidak terbayang karena lokasi yang tidak terjangkau.

Ternyata Eloy bisa menikmati bangku sekolah di Jakarta hingga Melbourne berkat kebaikan hati pria Amerika yang peduli pada nasib anak pedalaman.

Namun, di tengah jalan Eloy sempat terjerumus ke dalam arus Narkoba hingga mencoba bunuh diri.

"Itu jadi turning point saya," ujar Eloy lalu mengatakan bahwa saat itu awal dia mulai membenahi hidup.

Eloy kini menjadi theocentric motivator, business trainer, dan executive coach. Dia juga memiliki yayasan yang memberikan beasiswa untuk seribu anak Indonesia hingga tingkat sarjana.

AE meracik kisah "Eloy" dalam bentuk penulisan novel berbasis kisah nyata untuk membuat alur yang lebih dapat dinikmati pembaca. Gaya AE menulis kisah nyata dipuji oleh Eloy.

"AE itu hebat, bahkan saya masih bisa nangis kalau baca buku ini. Dia bisa memilih rangkaian kata yang membuat pembaca tersentuh," puji pria yang sudah menerbitkan buku "Life Success Triangle" itu.

(nan)

Editor: Aditia Maruli

COPYRIGHT © 2013

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Komentar Pembaca

Kirim Komentar

Sumber : www.antaranews.com

TUHAN ITU MURAH HATI (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Februari 2013 -

Baca:  Roma 9:1-29

"Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati."  Roma 9:15

Rahab, meski masa lalunya kelam, beroleh kemurahan dari Tuhan dan namanya pun tercatat sebagai salah satu dari saksi-saksi iman.  Seburuk apa pun masa lalu kita, asal kita mau datang kepada Tuhan dan bertobat, Tuhan pasti sanggup pulihkan.  "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba."  (Yesaya 1:18).

     Adapun tanda merah di jendela rumah Rahab adalah gambaran keselamatan yang sejati, yaitu darah Kristus yang tercurah di atas kayu salib, untuk menebus dosa-dosa kita.  Pengorbanan Kristus adalah bukti nyata betapa Allah sangat bermurah hati sehingga Ia rela menyerahkan PuteraNya supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal  (baca  Yohanes 3:16).  Sesungguhnya kita tidak layak menerima keselamatan itu, tapi oleh kasih karuniaNya kita dilayakkan.  Dalam Efesus 1:7 dikatakan,  "Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya."  Setelah mengetahui bahwa Tuhan itu murah hati bukan berarti kita dapat hidup seenaknya, bermalas-malasan sambil berpangku tangan menunggu kemurahanNya turun.  Kita harus mengerjakan bagian kita, dan Tuhan akan mengerjakan bagianNya yaitu menyatakan kemurahannya atas kita.  Kemurahan Tuhan tidak pernah beranjak dari kehidupan orang-orang yang senantiasa karib denganNya, di mana  "...perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka."  (Mazmur 25:14).  Ini pula yang dirindukan Daud,  "...diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya."  (Mazmur 27:4).

     Sekarang ini mungkin banyak orang berkata,  "Ah, percuma beribadah melayani Tuhan, toh hidup kita tidak ada perubahan."  Namun perhatikan ayat ini:  "...kamu akan melihat kembali perbedaan antara orang benar dan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya."  (Maleakhi 3:18).  Ketekunan kita dalam beribadah dan melayani Tuhan tidak akan pernah sia-sia, selalu akan membawa keuntungan bagi kita.

Kemurahan Tuhan selalu mengikuti orang-orang benar!    

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Minggu, 24 Februari 2013 - SIAPA YANG TERPENTING? (1 Korintus 12:14-26)

  Tampilan cetakMinggu, 24 Februari 2013

Bacaan Setahun: Bilangan 26-27Nats: Jadi, mata tidak dapat berkata kepada tangan, "Aku tidak membutuhkan engkau." Demikian pula kepala tidak dapat berkata kepada kaki, "Aku tidak membutuhkan engkau." (1 Korintus 12:21)

Bacaan: 1 Korintus 12:14-26

Suatu kali, tangan dan mulut iri hati terhadap perut. Mereka berpikir, perut tidak berbuat apa-apa selain hanya menerima apa yang dikerjakan oleh tangan dan dikunyah oleh mulut. Kedua organ tubuh ini pun memutuskan untuk berhenti makan. Mereka ingin menghukum perut! Setelah dua hari makanan tidak masuk ke dalam perut, tubuh menjadi lemas dan tidak berdaya, tangan pun menjadi berat untuk digerakkan, mulut pun enggan untuk berkata-kata. Tangan dan mulut tobat, mereka mengerti bahwa ternyata perut sangat berguna. Mogok makan pun dihentikan.

Tentu tidak bijaksana jika kita memperbandingkan nilai penting anggota-anggota tubuh kita. Masing-masing anggota memiliki kekhasan, keunikan, dan fungsi yang khusus. Tak ada satu pun anggota tubuh bisa berdiri sendiri, semuanya saling membutuhkan. Dapatkah Anda membayangkan satu tubuh yang hanya terdiri dari mata semuanya? Bagaimana bentuk dan untuk apa tubuh seperti itu? Tubuh yang tidak memiliki mata juga tidak sempurna.

Kita adalah anggota tubuh Kristus, masing-masing memiliki peran dan fungsi yang khusus. Perbedaan fungsi di antara kita ini bukan merupakan alasan untuk menonjolkan diri lebih dari yang lain. Sebaliknya, perbedaan itu menunjukkan bahwa kita tidak dapat mengerjakan segala sesuatu seorang diri. Kita memerlukan anggota lain untuk memperlengkapi dan mendukung kita. Keunggulan mereka menunjang kekurangan kita, dan sebaliknya. Karena itu, sudah sepatutnya kita saling menghormati dan bekerja sama sebagai satu tubuh. --TS

TUBUH KRISTUS BERTUMBUH DENGAN SEHAT SAAT SETIAP ANGGOTATIDAK SALING MENONJOLKAN DIRI, TETAPI SALING MENGHORMATI

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/02/24/

Sumber : www.sabda.org

Minggu, 24 Februari 2013 - Raja yang adil dan perkasa (Mazmur 97)

  Tampilan cetakMinggu, 24 Februari 2013

Judul: Raja yang adil dan perkasaDalam dunia perwayangan, Kresna adalah titisan dewa Wisnu yang terlibat dalam perseteruan antara dua bersaudara keluarga Pandawa dan Kurawa. Untuk menghindari peperangan antar saudara, Kresna mewakili kaum Pandawa untuk meminta balik harta dan takhta mereka yang diambil melalui tipu daya oleh kaum Kurawa. Saat Kurawa menolak, Kresna pun angkara murka. Sosok manusianya lenyap, menjadi raksasa yang mengerikan.

Mazmur 97 menggambarkan Allah sebagai Raja yang dahsyat dan perkasa dalam membela umat-Nya dari orang-orang fasik yang menindas orang-orang benar. Allah datang sebagai Raja yang berdaulat dan berkuasa ke dunia milik-Nya. Kedatangan-Nya menggetarkan dan menggentarkan seisi dunia. Alam tidak berdaya di hadapan-Nya (2-5). Semua bangsa yang menolak Allah dan yang menyembah berhala kesia-siaan akan tertunduk malu di hadapan-Nya (6-7).

Sebaliknya, di Sion akan ada sorak sorai. Bukit Sion yang ada di kota Yerusalem melambangkan pemerintahan Allah di bumi ini. Semua orang benar, yaitu umat Allah, akan bergembira menyambut kedatangan-Nya. Allah datang untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Semua orang benar akan dipelihara dan dilepaskan dari tangan orang-orang fasik (10-11). Mazmur ini ditutup dengan ajakan untuk bersukacita dan bersyukur

Mazmur ini boleh menjadi doa umat Tuhan pada masa kini. Memang dunia ini dalam kesombongan dan kebodohannya sedang melawan Allah serta menindas umat-Nya. Akan tetapi, kita tahu bahwa Allah berdaulat dan berkuasa atas dunia milik-Nya. Kita tahu bahwa pada waktu-Nya, kita yang setia hidup dalam kebenaran walaupun saat ini sedang menderita permusuhan dan aniaya akan mengalami pembebasan sepenuhnya. Allah di dalam Kristus sudah datang mengalahkan dosa dan maut.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/02/24/

Sumber : www.sabda.org

Sabtu, 23 Februari 2013 - GAJAH YATIM PIATU (Efesus 6:1-4)

  Tampilan cetakSabtu, 23 Februari 2013

Bacaan Setahun: Bilangan 23-25Nats: Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu. (Amsal 1:8)

Bacaan: Efesus 6:1-4

Pada akhir 1990-an, terjadi keanehan di beberapa taman nasional di Afrika. Beberapa ekor gajah tiba-tiba menjadi buas, padahal gajah tergolong binatang yang jinak. Mereka menyerang ternak, badak, bahkan manusia. Selidik punya selidik, ternyata mereka adalah gajah yatim piatu yang sedang puber. Biasanya induk mereka akan mendidik dan mengendalikan tingkah laku mereka. Tetapi, karena mereka sudah kehilangan induk sejak kecil akibat perburuan liar atau mendapatkan perlakuan yang salah, gajah-gajah tersebut bertumbuh secara liar.

Bukan hanya bagi gajah, peran orangtua dalam pembentukan karakter seorang anak sangatlah krusial. Tidak sedikit orang yang memiliki karakter buruk karena tidak mendapatkan didikan yang tepat dan memadai pada masa kecilnya. Orang yang rendah diri mungkin sewaktu kecilnya sering menerima hinaan dari orangtuanya. Orang yang kejam mungkin semasa kecilnya sering dipukuli oleh orangtuanya. Tidaklah mengherankan, Alkitab mengingatkan orangtua untuk mendidik anak-anak dengan benar (ay. 4). Di sisi lain, anak-anak juga diingatkan untuk menghormati orangtua mereka dengan semestinya (ay. 1-3).

Jika Anda orangtua, asuhlah anak Anda dengan penuh tanggungjawab. Pastikan Anda mendidik dan membentuk karakternya dengan baik. Jika Anda seorang anak, hormatilah orangtua atau wali Anda. Pastikan Anda belajar dari mereka yang dipercayakan oleh Tuhan untuk merawat Anda dan memiliki pengalaman hidup yang jauh lebih kaya dari Anda. --ALS

WARISAN TERBAIK ORANGTUA KEPADA ANAKADALAH TELADAN KEBAJIKAN DAN KARAKTER

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/02/23/

Sumber : www.sabda.org

Jumat, 22 Februari 2013

Sabtu, 23 Februari 2013 - GAJAH YATIM PIATU (Efesus 6:1-4)

  Tampilan cetakSabtu, 23 Februari 2013

Bacaan Setahun: Bilangan 23-25Nats: Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu. (Amsal 1:8)

Bacaan: Efesus 6:1-4

Pada akhir 1990-an, terjadi keanehan di beberapa taman nasional di Afrika. Beberapa ekor gajah tiba-tiba menjadi buas, padahal gajah tergolong binatang yang jinak. Mereka menyerang ternak, badak, bahkan manusia. Selidik punya selidik, ternyata mereka adalah gajah yatim piatu yang sedang puber. Biasanya induk mereka akan mendidik dan mengendalikan tingkah laku mereka. Tetapi, karena mereka sudah kehilangan induk sejak kecil akibat perburuan liar atau mendapatkan perlakuan yang salah, gajah-gajah tersebut bertumbuh secara liar.

Bukan hanya bagi gajah, peran orangtua dalam pembentukan karakter seorang anak sangatlah krusial. Tidak sedikit orang yang memiliki karakter buruk karena tidak mendapatkan didikan yang tepat dan memadai pada masa kecilnya. Orang yang rendah diri mungkin sewaktu kecilnya sering menerima hinaan dari orangtuanya. Orang yang kejam mungkin semasa kecilnya sering dipukuli oleh orangtuanya. Tidaklah mengherankan, Alkitab mengingatkan orangtua untuk mendidik anak-anak dengan benar (ay. 4). Di sisi lain, anak-anak juga diingatkan untuk menghormati orangtua mereka dengan semestinya (ay. 1-3).

Jika Anda orangtua, asuhlah anak Anda dengan penuh tanggungjawab. Pastikan Anda mendidik dan membentuk karakternya dengan baik. Jika Anda seorang anak, hormatilah orangtua atau wali Anda. Pastikan Anda belajar dari mereka yang dipercayakan oleh Tuhan untuk merawat Anda dan memiliki pengalaman hidup yang jauh lebih kaya dari Anda. --ALS

WARISAN TERBAIK ORANGTUA KEPADA ANAKADALAH TELADAN KEBAJIKAN DAN KARAKTER

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/02/23/

Sumber : www.sabda.org

Sabtu, 23 Februari 2013 - Kerajaan Surga dan seksualitas (Matius 19:1-15)

  Tampilan cetakSabtu, 23 Februari 2013

Judul: Kerajaan Surga dan seksualitasSejak dulu, definisi dan peran seks diselewengkan. Seks bukan lagi ekspresi jasmani dari kasih suami dengan istrinya, tetapi turun derajat ke berbagai bentuk yang menghina natur manusia sebagai gambar Allah, mulai dari aktivitas rekreasi penuh hawa nafsu di luar lembaga pernikahan, tanda dominasi kekuasaan, bahkan diperjualbelikan. Kondisi ini kian parah karena multimedia menyebarluaskan persepsi sesat ini. Peran seks pun dirancukan: bukan lagi potensi manusiawi yang bisa dinikmati sepenuhnya dalam konteks hubungan suami-istri, tetapi diabsolutkan seakan jadi kebutuhan konsumtif mutlak dan dilepaskan dari pernikahan.

Nas ini tak hanya bicara perceraian, tetapi terutama tentang hubungan ideal antara suami-istri. Yesus mengawali ulasan-Nya dengan menggarisbawahi pengertian dasar tentang pernikahan, bahwa Allah yang menciptakan manusia sebagai laki-laki dan perempuan (4), bahwa seorang lelaki dan istrinya bersatu jadi satu daging (5), dan bahwa keduanya dipersatukan oleh Allah (6). Frasa "satu daging" (5-6), pertama-tama menunjuk pada hubungan seksual antara suami dengan istrinya, juga pada keintiman relasi antarpribadi yang mewarnai setiap sendi kehidupan keduanya di dalam berkeluarga. Karena alasan ini, apa yang telah Allah persatukan "tidak boleh diceraikan oleh manusia" (6) dan juga, bahwa anak-anak yang lahir dari keluarga seperti ini, mesti disambut dan tidak dihalang-halangi (14-15). Setelah memberi pemahaman dasar ini, Yesus menjelaskan keberadaan provisi tentang perceraian dalam Taurat, yang dikaitkan dengan "ketegaran hati" manusia (8). Lalu Yesus merespons komentar murid-Nya tentang pilihan seksualitas lain selain pernikahan, yaitu selibat. Tak semua orang "dikaruniai" panggilan untuk hidup selibat "oleh karena Kerajaan Sorga".

Seksualitas bukanlah musuh orang Kristen dan bukan elemen hawa nafsu yang perlu dihindari, tetapi bagian kesaksian kita. Kasih kepada suami/istri dan anak jika kita dipanggil untuk berkeluarga, kemurnian pengabdian jika kita dipanggil untuk selibat, adalah media untuk memproklamasikan bahwa Kerajaan Allah hadir kini, di sini.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/02/23/

Sumber : www.sabda.org

Sabtu, 23 Februari 2013 - Kerajaan Surga dan seksualitas (Matius 19:1-15)

  Tampilan cetakSabtu, 23 Februari 2013

Judul: Kerajaan Surga dan seksualitasSejak dulu, definisi dan peran seks diselewengkan. Seks bukan lagi ekspresi jasmani dari kasih suami dengan istrinya, tetapi turun derajat ke berbagai bentuk yang menghina natur manusia sebagai gambar Allah, mulai dari aktivitas rekreasi penuh hawa nafsu di luar lembaga pernikahan, tanda dominasi kekuasaan, bahkan diperjualbelikan. Kondisi ini kian parah karena multimedia menyebarluaskan persepsi sesat ini. Peran seks pun dirancukan: bukan lagi potensi manusiawi yang bisa dinikmati sepenuhnya dalam konteks hubungan suami-istri, tetapi diabsolutkan seakan jadi kebutuhan konsumtif mutlak dan dilepaskan dari pernikahan.

Nas ini tak hanya bicara perceraian, tetapi terutama tentang hubungan ideal antara suami-istri. Yesus mengawali ulasan-Nya dengan menggarisbawahi pengertian dasar tentang pernikahan, bahwa Allah yang menciptakan manusia sebagai laki-laki dan perempuan (4), bahwa seorang lelaki dan istrinya bersatu jadi satu daging (5), dan bahwa keduanya dipersatukan oleh Allah (6). Frasa "satu daging" (5-6), pertama-tama menunjuk pada hubungan seksual antara suami dengan istrinya, juga pada keintiman relasi antarpribadi yang mewarnai setiap sendi kehidupan keduanya di dalam berkeluarga. Karena alasan ini, apa yang telah Allah persatukan "tidak boleh diceraikan oleh manusia" (6) dan juga, bahwa anak-anak yang lahir dari keluarga seperti ini, mesti disambut dan tidak dihalang-halangi (14-15). Setelah memberi pemahaman dasar ini, Yesus menjelaskan keberadaan provisi tentang perceraian dalam Taurat, yang dikaitkan dengan "ketegaran hati" manusia (8). Lalu Yesus merespons komentar murid-Nya tentang pilihan seksualitas lain selain pernikahan, yaitu selibat. Tak semua orang "dikaruniai" panggilan untuk hidup selibat "oleh karena Kerajaan Sorga".

Seksualitas bukanlah musuh orang Kristen dan bukan elemen hawa nafsu yang perlu dihindari, tetapi bagian kesaksian kita. Kasih kepada suami/istri dan anak jika kita dipanggil untuk berkeluarga, kemurnian pengabdian jika kita dipanggil untuk selibat, adalah media untuk memproklamasikan bahwa Kerajaan Allah hadir kini, di sini.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/02/23/

Sumber : www.sabda.org

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari