Kamis, 31 Januari 2013

2Feb


"Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah"
(Ibr 2:14-18; Luk 2:22-32)
"Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan.Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." (Luk 2:22-32), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan 'Yesus dipersembahkan di Kenisah' hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Hidup kita serta segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai sampai saat ini merupakan anugerah Allah yang kita terima melalui sekian banyak orang yang memperhatikan dan mengasihi kita melalui aneka macam bentuk dan kesempatan. Karena semuanya adalah anugerah Allah, maka selayaknya sebagai orang beriman atau beragama kita mempersembahkan diri kita serta segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai kepada Allah. Dengan kata lain hendaknya cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun senantiasa melaksanakan kehendak dan perintah Allah. Secara khusus kiranya kita semua juga diingatkan, terutama atau lebih-lebih bagi para murid Yesus Kristus, entah beragama Katolik maupun Kristen, untuk mempersembahkan anak laki-lakinya kepada Allah, misalnya menjadi imam/ pastor atau pendeta. Kepada anda semua yang hidup berkeluarga dan memiliki anak kami ajak untuk mendidik dan membina anak-anaknya sedemikian rupa sehingga cara hidup dan cara bertindaknya sesuai dengan kehendak Allah, alias anak-anak tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Ketika anak-anak anda tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, maka hemat saya pada masa tua anda dapat berkata seperti Simeon:"Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu"
·   "Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani" (Ibr 2:14-16). Kutipan ini kiranya mengingatkan kita semua, umat beriman, untuk senantiasa saling memperhatikan dan mengasihi satu sama lain, karena kita sama-sama 'keturunan Abraham'. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman untuk bersama-sama, bergotong-royong memerangi dan memberantas aneka kejahatan sebagai wujud penghayatan atas godaan Iblis. Kejahatan yang sampai kini masih marak dan sungguh memprihatinkan hemat saya adalah korupsi. Tindakan korupsi merupakan pembusukan hidup bersama, sehingga hidup bersama tidak sedap lagi. Sungguh memprihatinkan bahwa mereka yang seharusnya menegakkan kebenaran dan kejujuran sering malah melakukan korupsi atau kebohongan (misalnya ahli hukum atau polisi). Demikian juga dua departemen yang bertugas membina manusia, yaitu Departemen Pendidikan dan Departemen Agama, masih sarat dengan korupsi, atau boleh dikatakan di dua departemen ini korupsi paling banyak dilakukan. Kepada mereka yang masih menjadi hamba-hamba Iblis, kami harapkan segera bertobat. Kami berharap anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dididik dalam hal kejujuran dan kedisiplinan, serta kemudian diperkembangkan dan diperdalam di sekolah-sekolah.
"Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! "Siapakah itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam peperangan!" Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan!"Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!" (Mzm 24:7-10)
2 Februari 2013

Orang Gerasa dan Pentingnya Kesaksian

Ayat bacaan: Markus 5:19
=====================
"Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: "Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!"

Ada seorang malang yang tengah dirasuk roh jahat ketika ia keluar dari area pekuburan. Roh jahat yang masuk ke dalam orang itu begitu banyaknya hingga disebutkan sebagai sebuah legiun. Tidak ada satupun orang yang sanggup melepaskannya, bahkan rantai sekalipun tidak mampu menahannya. Kisah ini tertulis dalam perikop berjudul "Yesus mengusir roh jahat dari orang Gerasa" dalam Markus 5:1-20. Adalah Yesus yang pada akhirnya sanggup melepaskan orang malang dari Gerasa ini. Begitu bersukacitanya si orang malang setelah dilepaskan, maka untuk mengungkapkan rasa syukurnya ia pun kemudian meminta agar ia diperkenankan mengikuti Yesus kemanapun Dia pergi. Tapi lihatlah reaksi menarik Yesus terhadap permintaannya itu. "Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: "Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!" (Markus 5:19). Mengapa Yesus tidak mengijinkan orang ini untuk mengikutinya, seperti halnya para murid? Lantas apa yang diminta Yesus untuk ia lakukan? Ayat di atas dengan sangat jelas memberikan alasannya.

Perhatikan bahwa Yesus meminta orang dari Gerasa yang baru dilepaskan itu untuk kembali ke kampungnya lalu memberi kesaksian disana mengenai apa yang telah Tuhan lakukan atas dirinya, dan kemudian menceritakan pula bagaimana Tuhan mengasihaninya. Ini dengan jelas menunjukkan betapa pentingnya sebuah kesaksian bagi orang percaya yang telah mengalami langsung jamahan dan belas kasih Tuhan itu untuk dibagikan kepada sesama kita lainnya di mata Yesus. Begitu penting, sehingga Yesus menyuruh si orang yang baru mengalami pelepasan ini untuk lebih baik pulang ke kampungnya dan bersaksi ketimbang terus mengikuti Yesus kemanapun Dia pergi.

Lantas bagaimana reaksi dari orang Gerasa itu? Ia ternyata patuh dan menurut. "Orang itupun pergilah dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran." (ay 20). Apa yang dialami oleh orang Gerasa tersebut adalah sebuah pengalaman luar biasa mengenai bagaimana Tuhan sanggup melakukan apapun dan betapa besarnya belas kasihan Tuhan. Tentu saja hal seperti itu akan menjadi sebuah kesaksian indah yang akan mampu memberkati orang-orang lain, karena itulah Yesus kemudian memintanya untuk kembali dan menyampaikan kesaksian tentang apa yang baru saja ia alami. Area Dekapolis terdiri dari 10 kota, dan dari ayat 20 kita bisa melihat bahwa orang yang disembuhkan itu ternyata berkeliling ke 10 kota untuk menyampaikan kesaksiannya. Kita tidak tahu berapa orang yang kemudian bertobat setelah kesaksian itu, tapi saya percaya ada banyak yang diberkati dan kemudian memutuskan untuk menerima Yesus.

Begitu pentingnya sebuah kesaksian di mata Tuhan. Dan itu tidaklah aneh, karena jelas sebuah kesaksian tentu akan sanggup berbicara jauh lebih banyak ketimbang sesuatu yang sifatnya hanya teoritis saja. Berbagi pengalaman hidup akan jauh lebih bermanfaat sebagai sarana motivasi karena itu merupakan kisah nyata dari pengalaman pribadi yang membagikannya. Sebuah kesaksian akan keajaiban perbuatan Tuhan dalam hidup manusia akan mampu berbicara banyak mengenai kebaikan Tuhan secara langsung. Bahkan sebuah kesaksian yang paling sederhana sekalipun akan lebih efektif ketimbang mengkotbahi orang panjang lebar tanpa disertai contoh. Manusia akan lebih mudah menangkap ilustrasi dari sebuah kehidupan nyata dan akan lebih mudah mencerna hingga mengaplikasikannya ketimbang hanya disuruh menelan bulat-bulat segala sesuatu yang sifatnya teoritis saja. Ada banyak peneliti yang sudah pernah melakukan observasi mengenai hal ini, dan mereka akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa sebuah pengalaman pribadi tentang sesuatu akan memiliki kekuatan tersendiri untuk menggerakkan seseorang. Dalam kerohanian pun demikian. Ada waktu-waktu dimana kita butuh mendengar berbagai kesaksian dari orang-orang yang mengalami mukjizat untuk menguatkan kita di saat kita goyah. Ada begitu banyak janji Tuhan yang diberikan dalam Alkitab, dan ketika kita tengah mengalami masalah seringkali kita terasa jauh dari berbagai janji itu. Itulah sebabnya berbagai kesaksian biasanya mampu menguatkan kita dan memulihkan iman kita untuk kembali dipenuhi pengharapan yang kokoh terhadap janji Tuhan.

Kembali kepada pentingnya sebuah kesaksian di mata Yesus, Dia juga menyampaikan sebuah pesan terakhir sebelum terangkat naik kembali ke tahtaNya di surga. "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8). Bagi kita diberikan sebuah tugas yang tidak mudah. Kita diminta bertindak menjadi saksi Kristus baik di lingkungan tempat tinggal atau pekerjaan, kemudian meningkat kepada kota-kota atau desa-desa di sekitar kita, menjangkau saudara-saudara kita yang belum mengenal Kristus atau bahkan hingga ke seluruh bumi. Kita tidak harus menjadi pendeta untuk bersaksi, kita tidak harus berkotbah panjang lebar di jalan-jalan untuk menjalankan tugas ini. Kita bisa melakukan itu dengan memberi kesaksian bagaimana campur tangan Tuhan dalam kehidupan kita membuat perbedaan.

Dalam Wahyu kita bisa membaca bahwa kesaksian adalah salah satu alat yang mampu membunuh iblis dan perbuatan-perbuatan jahatnya. "Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut." (Wahyu 12:11). Ini menggambarkan betapa pentingnya sebuah kesaksian untuk menghancurkan tipu muslihat iblis dan kuasa-kuasa kegelapan yang sangat ingin membuat lebih banyak lagi orang untuk dilemparkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sebuah kesaksian tidak harus selalu berisikan mukjizat-mukjizat seperti kesembuhan sakit penyakit, pelepasan, pemulihan, berkat-berkat dan sebagainya. Sebuah kesaksian kecil mengenai bagaimana kita bisa tetap hidup dalam pengharapan di kala kesesakan, bagaimana kita bisa tetap teguh dalam iman di saat sulit, itupun bisa menjadi berkat yang memberi kekuatan tersendiri bagi orang lain. Tidak ada satu orangpun yang tidak memiliki kesaksian. Masalahnya adalah, maukah kita membagikannya kepada orang lain agar mereka bisa mengenal siapa Yesus sebenarnya? Bukan kemampuan kita berbicara atau ilmu  yang kita miliki yang dibutuhkan, tetapi pakailah kuasa Allah yang bekerja di dalam diri kita. Kalau demikian, maukah anda untuk menceritakan kabar baik kepada orang lain?

Kesaksian kita sekecil apapun akan sanggup memberkati orang lain

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Belajar tentang Kesabaran

Anda ingin sabar? Belajarlah dari petani. Mereka menyiapkan tanah, membongkar, membersihkan; memilih benih, menanam, mengairi, menambahkan pupuk seperlunya, lalu menanti dan menanti.

Setiap pagi dan sore, ia datang membungkuk, melihat cermat, memperhatikan, tunas-tunas hijau lembut menembus gundukan tanah. Ketika mulai tumbuh, mereka menyiasati datangnya hama, entah kawanan tikus, belalang atau unggas, entah himpitan rumput dan semak ilalang. Terkadang mereka bersenandungriang dan dengan jemarinya yang keras kasar, membelai lembut tunas-tunas hidup yang baru. Yesus, sang anak tukang kayu, memahami kesabaran seorang petani, dan keberhasilan dari benih-benih baik yang berasal dari Allah, serta pertumbuhannya yang akan indah pada waktunya. Kerajaan Allah, kebaikan danpersaudaraan sejati, akan tumbuh, bermula dari benih taburan Allah, makin besar dan kokoh dan terbuka untuk segala lapisan umat manusia.

Saudara-saudariku, cukupkah kita bersabar dan yakin akan benih kebaikan yang Allah taburkan dan ikut pelihara dalam hidup, dalam tugas, dalam misi kita? Mudahkah kita putus asa dan menyerah dalam membangun rumah tangga tangga, komunitas dan paroki? Apakah kita memaksakan kekerasan? Cukupkah kita mengandalkan Allah dan memohonkan Roh KudusNya untuk inspirasi dan tuntunan?

(Mutiara Iman 2013, Yayasan Pustaka Nusatama Yogyakarta )

Rabu, 30 Januari 2013

1Feb


"Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah"
(Ibr 10:32-39; Mrk 4:26-34)
" Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba." Kata-Nya lagi: "Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya." Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri" (Mrk 4:26-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·    Apa yang hidup di bumi ini: manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan, bermula dari sel yang sangat kecil dan dalam waktu yang relatif tidak lama tumbuh berkembang menjadi besar serta dapat menghasilkan buah yang sangat bermanfaat demi kelangsungan kehidupan. Itulah karya penciptaan agung Allah yang luar biasa. Demikian juga kehidupan beragama, dimana bermula dari satu orang yang menerima tugas pengutusan dari Allah menyampaikan ajaran atau pesan dari Allah, dan tidak begitu lama telah banyak orang mengikutinya. Allah yang meraja dan berkuasa memang bekerja terus-menerus tiada henti: menciptakan dan menganugerahkan pertumbuhan dan perkembangan kepada apa yang telah diciptakanNya. Maka dengan ini kami berharap kepada segenap umat beriman, memiliki iman sekecil apapun, kami harapkan terus-menerus mengembangkan dan memperdalam imannya. Pengembangan dan pendalaman iman dapat dilakukan dengan saling bercuhat dengan rekan seiman lain atau membaca dan merenungkan serta mencecap dalam-dalam ajaran agama yang bersangkutan, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Memang dari diri kita dituntut keterbukaan diri yang dijiwai oleh kerendahan hati, siap sedia dan rela berkorban untuk tumbuh dan berkembang terus-menerus. Kita semua dipanggil untuk berpartisipasi dalam karya penciptaan Allah, tidak hanya beranak-cucu sebagaimana dihayati oleh mereka yang hidup berkeluarga sebagai suami-isteri, melainka mengembangkan dan memperdalam kehendak dan perintah Allah, sehingga seluruh dunia seisinya sungguh dirajai atau dikuasai oleh Allah, terutama manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah.
·   "Ingatlah akan masa yang lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita oleh karena kamu bertahan dalam perjuangan yang berat, baik waktu kamu dijadikan tontonan oleh cercaan dan penderitaan, maupun waktu kamu mengambil bagian dalam penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian" (Ibr 10:32-33). Kutipan ini kiranya mengingatkan kita semua untuk menghargai sejarah, memang cukup memprihatinkan bahwa di sekolah-sekolah mata pelajaran sejarah kurang memperoleh perhatian yang memadai. Sebagai warganegara Indonesia kami harapkan kita mengenal dengan baik sejarah kemerdekaan Negara kita tercinta ini, dimana para pejuang kemerdekaan yang sungguh cerdas beriman telah berkorban dan mencurahkan tenaga dan darahnya demi kemerdekaan. Kepada para orangtua kami harapkan mewariskan nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan yang diketahui maupun telah dihayati kepada anak-anaknya, bukan hanya mewariskan uang atau harta benda saja, yang dalam waktu singkat dapat binasa. Untuk itu jika orangtua sendirian saja tak mampu, baiklah mengalokasikan dana yang memadai untuk mengirim anak-anaknya ke sekolah-sekolah. Dengan kata lain marilah kita lebih mengutamakan atau mengedepankan 'human investment' bukan 'material investment'. Di dalam dunia pendidikan kami harapkan lebih mengutamakan agar para peserta didik cerdas beriman atau memiliki kecerdasan spiritual daripada kecerdasan intelektual. Pengalaman menunjukkan bahwa ketika orang memiliki kecerdasan spiritual yang unggul, maka yang bersangkutan dengan mudah dan cepat mengusahakan kecerdasan-kecerdasan lainnya yang perlu untuk hidup dan bekerja.
"Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang" (Mzm 37:3-6)
Ign 1 Februari 2013

31Jan


"Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?"
(Flp 4:4-9; Mat 18:1-5)
"Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." (Mat 18:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Yohanes Bosco, imam, hari ini saya  sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   St. Yohanes Bosco dikenal sebagai pecinta generasi muda, anak-anak dan remaja, maka para pengikut-nya pada umumnya berkarya dalam pelayanan pastoral pendidikan. Dalam Warta Gembira hari ini Yesus bersabda :"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga". Bertobat berarti memperbaharui diri terus-menerus, dan hemat saya anak-anak atau remaja yang sedang bertugas belajar di sekolah-sekolah senantiasa memperbaharui diri dengan bantuan para guru atau pendidik yang mengajar atau mendidik mereka. Maka memiliki semangat pertobatan hemat saya berarti bersikap mental belajar terus-menerus sampai mati, yang berarti orang terus berubah, dan tentu saja diharapkan berubah lebih baik, lebih bermoral atau lebih berbudi pekerti luhur. Belajar hemat saya tidak hanya selama menjadi murid, siswa atau mahasiswa di sekolah atau perguruan tinggi, tetapi selama kita masih hidup dan bekerja kita dapat belajar. Kita dapat belajar melalui aneka pemberitaan atau informasi yang disebarluaskan melalui aneka media massa, belajar dari lingkungan hidup, maupun belajar melalui tugas dan pekerjaan yang harus kita laksanakan. Maka secara khusus kami berharap kepada siapapun yang telah selesai belajar di pendidikan formal, selama bekerja hendaknya tetap bersemangat belajar. Bekerja dihayati sebagai belajar akan semakin terampil dan cekatan dalam bekerja. Secara khusus kami berharap kepada para guru atau pendidik untuk lebih menghormati dan menjunjung tinggi anak-anak atau peserta didik, karena mereka lebih suci dari pada anda.
·   "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur" (Flp 4:4-6). Kita diharapkan tidak menyembunyikan kebaikan yang kita miliki serta tidak kuatir tentang apa pun juga, termasuk masa depan kita. Pertama-tama kami ajak dan ingatkan bahwa ketika anda akan berbuat baik hendaknya tidak takut melakukannya, dan semoga apa yang terwartakan dari diri kita juga apa-apa yang baik. Kepada para guru atau pendidik kami harapkan lebih memperhatikan apa yang baik dalam diri peserta didik atau murid: kecakapan, keterampilan dan kemampuan yang dimiliki peserta didik, dan kemudian guru atau pendidik membantu pengembangan dan pendalaman apa yang baik dalam diri peserta didik. Sebagai orang beriman kami harapkan kita tidak memiliki kekuatiran perihal masa depan kita, kuatir akan apa yang dapat kita makan dan minum besok, kuatir akan apa yang kita pakai dst.. Orang yang kuatir atau takut pada umumnya lalu mengurung diri atau menutup diri, dan dengan demikian tidak akan tumbuh dan berkembang sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan. Mengapa kita tidak perlu kuatir, karena Tuhan telah menyertai dan menghidupi kita serta akan terus-menerus menyertai dan menghidupi kita. Bersama dan bersatu dengan Tuhan tiada kekuatiran sedikitpun. Kita juga dapat belajar dari dan bercermin pada anak-anak yang kiranya tidak memiliki kekuatiran sedikitpun. Kita juga diingatkan untuk senantiasa mohon apa yang kita inginkan kepada Allah dengan penuh syukur; dan memang berhadapan dengan Allah dalam doa pertama-tama dan terutama kita harus bersyukur atas aneka karunia yang telah kita terima secara melimpah ruah. Kebahagiaan sejati memang ada dalam bersyukur, maka hendaknya entah sukses atau gagal dalam hidup senantiasa tetap bersyukur. Gagal pun bersyukur, karena dengan atau melalui kegagalan kita diingatkan akan kerapuhan dan keterbatasan kita.
"Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati.Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya. Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil." (Mzm 112:1-4)
Ign 31 Januari 2013

Bernilai seperti Perabot Emas dan Perak

Ayat bacaan: 2 Timotius 2:20
=====================
"Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia."

Cobalah bandingkan bedanya harga peralatan dapur yang terbuat dari kayu dengan yang dari logam. Semakin tinggi kelas logamnya, maka jelas harganya pun semakin meningkat pula berkali-kali lipat. Apalagi jika terbuat dari perak atau bahkan emas, maka harganya selangit. Bukan hanya dari segi kemewahan saja, tetapi mutunya tentu sebanding pula dengan harga. Harga yang terbuat dari kayu memang murah, tetapi daya tahannya tentu tidak sekuat yang terbuat dari logam. Bukan hanya peralatan dapur, tetapi berbagai perabotan, perkakas atau benda-benda lainnya hal yang sama juga berlaku. Yang jelas kita tentu bisa memanfaatkan peralatan dengan mutu baik secara lebih jauh dan lebih lama dibandingkan sesuatu yang memakai bahan seadanya dan tidak tahan lama.

Apabila contoh peralatan dapur dan perabotan rumah tangga di atas  kita aplikasikan dalam hal melihat kualitas hidup kita, dimana kita saat ini berada? Apakah kita berada pada deretan perabot perak atau emas yang berkualitas sehingga bernilai tinggi atau hanya terpuruk di bagian perabotan kayu yang akan cepat lapuk dan tidak bakal tahan lama? Itu akan mengarah pada pertanyaan berikutnya yang lebih spesifik, apakah kita rindu untuk memperoleh kemuliaan masuk dalam KerajaanNya atau akan bahagia cukup dengan sekedar lolos dari lubang jarum saja atau sekedar menjadi pelengkap penderita? Apakah kita ingin memperoleh mahkota kehidupan atau cukup hadiah hiburan saja? Apa sebenarnya yang diinginkan Tuhan untuk kita?

Tuhan jelas tidak menginginkan kita berkualitas pas-pasan. Tuhan siap mengangkat kita menjadi kepala dan bukan ekor, Dia siap membawa kita untuk tetap naik dan bukan turun, seperti bunyi FirmanNya dalam Ulangan 28:13. Tuhan sudah mengatakan bahwa Dia menyediakan rancangan terbaik, penuh dengan damai sejahtera untuk hari depan yang penuh harapan. (Yeremia 29:11). Mengacu pada kerinduan hati Tuhan ini dikaitkan dengan ilustrasi di atas, apakah kita sudah menyadari bahwa kita Dia kehendaki untuk menjadi perabot emas dan perak, bukan sekedar kayu dan tanah saja?

Paulus menyinggung hal ini secara khusus dalam suratnya kepada Timotius. "Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia." (2 Timotius 2:20). Dalam Kerajaan akan terdapat perabot-perabot mulai dari emas, perak sampai kayu dan tanah liat. Siapa kita nanti disana? Apakah itu tergantung takdir? Sama sekali tidak. Tuhan justru ingin kita semua untuk bisa menjadi perabot dari emas dan perak! Jika demikian, itu semua tergantung kita sendiri untuk menentukan kita untuk menjadi jenis yang mana. Tuhan ingin kita menjadi emas dan perak, tetapi jika kita tidak serius menanggapinya kita bisa berakhir sebagai kayu atau tanah. Masih mending jika kayunya bagus sehingga bisa dibuat menjadi perabot yang baik, atau tanah yang berkualitas sehingga masih bisa dibentuk menjadi pot. Tapi bagaimana jika kita berakhir menjadi kayu yang lapuk atau tanah yang tidak bisa diapa-apakan, sehingga ujung-ujungnya kita hanya akan dibuang ke perapian?

Lantas bagaimana caranya? Untunglah ketika Paulus menyinggung mengenai kiasan tentang perabot ini dia juga membeberkan caranya. Perhatikan ayat selanjutnya: "Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia." (ay 21). Ini berhubungan dengan ayat sebelumnya: "Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan." (ay 19). Menyucikan diri dari kejahatan, itulah yang akan membuat kita bisa menjadi perabot-perabot dari emas dan perak berkualitas tinggi. Hidup suci, hidup kudus, itu harus terus kita lakukan agar kita layak dipakai untuk setiap pekerjaan mulia. Dalam ayat-ayat selanjutnya kita bisa mendapat penjabaran lebih lanjut dari Paulus akan hal ini. "Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni. Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran." (ay 22-23). Jangan mengejar nafsu orang muda tetapi kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai. Jangan mencari masalah karena itu tidak ada gunanya alias sia-sia, dan bersekutulah dengan saudara-saudara seiman. Selanjutnya kita juga diingatkan agar jangan bertengkar tetapi jadilah ramah dan sabar (ay 24), lemah lembut kepada orang-orang yang sulit agar hati mereka bisa terpanggil untuk mengenal kebenaran. (ay 25). Menyucikan diri, itulah intinya yang artinya sama dengan mematikan semua kedagingan yang masih melekat mengotori diri kita. Dalam surat Kolose kita bisa membaca: "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka)". (Kolose 3:5-6). Lalu, "Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya." (ay 8-10). Semua ini dikatakan berlaku kepada siapapun. (ay 11). Apabila terasa sulit, jangan lupa bahwa kita punya Roh Kudus di dalam diri kita yang akan dengan senang hati membantu proses penyucian diri ini. Ingatlah bahwa Roh Kudus tinggal di dalam orang-orang percaya (Roma 8:11) dan akan terus bekerja untuk menyucikan kita. (Roma 15:16).

Ada banyak di antara orang percaya yang sudah merasa puas untuk menjadi perabot dari kayu dan tanah. Di sisi lain ada pula yang tidak mencukupi syarat untuk menjadi perabot emas dan perak. Tidak cukup setia, tidak mau memisahkan diri dari berbagai pengaruh yang membawa kecemaran, tidak mau berpaling dari keduniawian untuk berjalan di jalan yang benar bersama Tuhan. Tuhan tidak menghendaki kita untuk berakhir seperti itu. Tuhan siap memakai kita untuk maksud mulia, tetapi kita harus terlebih dahulu menyucikan diri kita. Itulah yang sesungguhnya menjadi panggilan Tuhan buat kita semua, dan seperti itulah kita seharusnya. Jangan berhenti untuk terus berbenah meningkatkan kualitas diri dan iman kita. Ijinkanlah Roh Kudus untuk terus bekerja atas diri kita sehingga kita bisa menjadi perabot bernilai tinggi terbuat dari logam mulia.

Jangan puas hanya menjadi perabot kayu dan tanah, tetapi tingkatkan terus hingga bernilai seperti emas dan perak

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Selasa, 29 Januari 2013

Terima Kasih

Ayat bacaan: 1 Yohanes 3:17
=====================
"Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?"

Agaknya kata terima kasih yang kita pakai untuk menunjukkan apresiasi atas pemberian seseorang sangatlah tepat. Kata terima kasih secara harafiah berarti kita menerima kasih dari seseorang yang memberi sesuatu kepada kita. Dan itu sangatlah tepat dalam merespon sebuah pemberian seperti apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan.  Lalu untuk menjawab ucapan terima kasih, kita membalas dengan kata "kembali", yang menunjukkan penghargaan kembali atau memberikan kasih kembali kepada orang yang menyatakannya. Kata terima kasih menunjukkan bentuk kasih yang saling berbagi diantara yang memberi dan yang menerima. Seandainya hal ini terjadi pada semua manusia di muka bumi ini, bayangkan betapa indahnya kehidupan semua manusia. Tidak ada perang, tidak ada kekerasan, tidak ada iri hati, egoisme dan sebagainya. Only love and nothing but love. Tidakkah itu sangat indah?

Ayat bacaan kita hari ini berasal dari kitab 1 Yohanes yang menuliskan: "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17). Memberi, itu jauh lebih bernilai ketimbang menerima. Dan jika kita bisa tega terhadap saudara-saudari kita yang membutuhkan uluran tangan sementara kita sebenarnya sanggup berbuat sesuatu untuk mereka, bagaimana kita bisa mengaku bahwa kita memiliki kasih Allah di dalam diri kita? Firman Tuhan sendiri sudah dengan sangat jelas menyatakan bahwa pada suatu saat kita akan mengetahui bahwa memberi akan memberi kebahagiaan lebih dari sekedar menerima. "...sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah Para Rasul 20:35). Apa yang kerap kita lihat di dunia justru sebaliknya. Kita terus diajarkan untuk menerima sebanyak-banyaknya lalu memberi sesedikit mungkin. Atau sering juga hanya memberi jika ada agenda terselubung di belakangnya. Dunia terus mempertontonkan hal itu secara terang-terangan seakan-akan itu adalah hal yang wajar dan biasa. Para pejabat mendadak berubah menjadi sangat dermawan dengan membagi-bagikan sembako, kaos atau "amplop" ketika mereka sedang mengincar sebuah kedudukan. Tapi setelah mereka memperoleh apa yang mereka inginkan, tiba-tiba mereka berubah sikap, lupa dan tidak peduli lagi terhadap orang lain. Berbagai bingkisan bisa menumpuk ketika seseorang berada di atas, lalu kelak tidak ada lagi yang ingat ketika mereka sudah turun dari singgasananya. Orang bisa berubah ramah ketika ada perlu, kemudian tidak menoleh lagi ketika tidak ada perlu. Hal-hal seperti ini bukanlah pemandangan langka lagi di sekitar kita hari ini. Di sisi lain, ada banyak pula orang yang tidak berbelas kasih untuk membantu orang lain, meski terhadap teman atau keluarga sendiri. Berbagai alasan pun biasa dijadikan alasan seperti takut tidak dikembalikan, curiga alasan bohong, tidak mau repot dan sebagainya.

Dari Firman Tuhan lewat Yohanes kita bisa membaca bahwa semua itu bukanlah gaya hidup kita, orang percaya, seperti yang dikehendaki Tuhan. Apa yang diinginkan Tuhan adalah sebuah bentuk kerelaan hati lewat belas kasihan yang digerakkan oleh satu hal, yaitu kasih. Perhatikanlah, bukankah segala sesuatu yang kita beri dengan kerelaan hati, yang bermanfaat bagi orang dan tidak bertentangan dengan Firman Tuhan sesungguhnya memiliki satu pesan yang sama yang bersifat universal, yaitu kasih? Kekuatan kasih itu sungguh besar. Begitu besarnya, adalah kasih yang satu-satunya mampu menggerakkan Tuhan untuk mengorbankan AnakNya yang tunggal sekalipun demi menyelamatkan kita seperti yang bisa kita baca dalam ayat emas Yohanes 3:16. Kembali kepada ayat bacaan hari ini, kita bisa melihat inti dari sebuah belas kasih sesungguhnya berasal dari kasih Allah yang terdapat dalam diri kita. Jika kita menutup mata terhadap penderitaan saudara-saudara kita, sementara ada sesuatu yang bisa kita berikan untuk meringankan beban mereka, itu artinya kita tidak memiliki kasih. Dan bagaimana mungkin kita bisa mengaku bahwa kita mengenal Allah dan memiliki kasihNya dalam diri kita? Sebab Firman Tuhan juga berkata: "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8).

Jika kita mundur satu ayat sebelum ayat bacaan di atas, kita akan mendapatkan ayat yang berbunyi "Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita." (1 Yohanes 3:16). Seperti halnya Kristus mengasihi kita, Dia rela menyerahkan nyawaNya sekalipun bagi kita. Karena itu kita pun dikatakan wajib melakukan hal yang sama. Ini berkaitan dengan pesan Yesus: "Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu." (Yohanes 15:12-14). Kita diminta untuk mengasihi seperti halnya Kristus mengasihi kita. Jika Dia rela menyerahkan nyawaNya sendiri demi kita, seperti yang telah dilakukanNya, maka artinya kita pun sudah seharusnya siap melakukan hal yang sama pula. Jika besaran kasih yang sesungguhnya sampai sedemikian tinggi, mengapa untuk sekedar menolong meringankan beban saudara-saudara kita saja kita masih sulit? Seringkali sebuah pemberian kita konotasikan dengan uang, benda atau harta dalam jumlah besar, dan kita mungkin merasa belum cukup untuk bisa melakukannya. Padahal pemberian itu tidaklah harus berupa sesuatu yang mahal. Pemberian bisa dalam wujud banyak hal. Meluangkan waktu bagi mereka, menjadi sahabat yang mau mendengar keluh kesah mereka, memberi perhatian dan kepedulian, being there when they need us, bahkan sebuah senyuman tulus sekalipun, itu bisa menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi yang berbeban berat. Itupun merupakan sebuah pemberian yang sama sekali tidak membutuhkan uang.

Intinya adalah, kita sudah pada tempatnya memiliki kepekaan terhadap penderitaan saudara-saudara kita dan melihat apa yang bisa kita berikan kepada mereka atas dasar kasih. Itulah sesungguhnya yang menunjukkan seberapa besar kasih Allah itu ada dalam diri kita, dan sejauh mana kita bisa menghargai kasih yang telah Dia alirkan kepada kita. Setiap pemberian haruslah berdasarkan kasih, itu kata Firman Tuhan yang harus kita ingat baik-baik. Bukan atas dasar pamrih, maksud-maksud tersembunyi dan sebagainya. Dan ingat pula bahwa setiap orang yang mengasihi seharusnya memiliki kerelaan pula untuk memberi. Karenanya Yohanes pun menghimbau: "Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." (1 Yohanes 3:18). Jangan cuma terbatas dengan ucapan saja, tetapi aplikasikanlah secara nyata lewat perbuatan-perbuatan dalam kebenaran. Sudahkah kita memberikan sesuatu bagi saudara-saudara yang kita kasihi hari ini? Tanpa itu, kita tidak berhak mengaku bahwa kita memiliki kasih Allah dalam diri kita.

Memberi artinya menyatakan kasih kepada saudara-saudara kita

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

30 Jan


"Siapa mempunyai telinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!"
(Ibr 10:11-18; Mrk 4:1-20)
"Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu. Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka: "Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat."Dan kata-Nya: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!" (Mrk 4:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Telinga atau indera pendengaran merupakan salah satu dari kelima indera kita yang cukup penting, bahkan ada informasi yang pernah saya dengarkan bahwa indera pendengaran merupakan indera yang pertama kali berfungsi, karena anak dalam rahim atau janin pun konon sudah dapat mendengarkan. Apa yang didengarkan pada umumnya akan membentuk kwalitas pribadi yang bersangkutan. Saya percaya kita semua telah banyak mendengar namun belum tentu mendengarkan dengan baik, karena jika kita sungguh pendengar yang baik dan dalam kenyataan kiranya lebih banyak hal-hal baik, mulia dan luhur yang disampaikan atau diinformasikan kepada kita, maka kita tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Kami berharap keutamaan mendengarkan ini sedini mungkin dididikkan dan dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga, dan tentu saja dengan teladan konkret dari para orangtua. Pengalaman menunjukkan bahwa orang yang sungguh menjadi pendengar yang baik dan tentu saja orangnya juga berkehendak baik, maka yang bersangkutan sukses dalam segala hal yang harus ia kerjakan. Ia bagaikan 'tanah baik dan subur' ketika ditaburi benih tanaman apapun akan menghasilkan buah yang melimpah. Para peserta didik maupun mahasiswa-mahasiswi yang dapat menjadi pendengar yang baik, pada umumnya mereka sukses dalam belajar, selesai pada waktunya dan hasilnya pun memuaskan dan membahagiakan banyak orang, tidak hanya orang yang bersangkutan saja.
·   "Ia berfirman: "Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu," Ia berfirman pula: "Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka." Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa" (Ibr 10:16-18). Hukum Allah telah ditaruh dalam hati kita dan dituliskan dalam akal budi kita, jika kita sungguh beriman kepadaNya. Maka orang yang sungguh beriman kepada Allah pada umumnya yang dirasakan dan dipikirkan adalah perintah atau kehendak Allah, dan dengan demikian yang bersangkutan senantiasa akan melaksanakan perintah dan kehendak Allah. Ingatlah dan sadari bahwa apa yang akan kita lakukan sedikit banyak tergantung pada apa yang kita rasakan dan pikirkan. Semoga kita yang beriman kepada Yesus Kristus memiliki perasaan dan pikiran yang ada dalam Diri Yesus Kristus, yaitu keselamatan jiwa manusia. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk senantiasa memikirkan keselamatan jiwa, entah jiwa saya sendiri maupun jiwa orang lain, dengan kata lain tolok ukur atau barometer keberhasilan hidup dan kerja kita adalah keselamatan jiwa. Dalam hal memilih dan mengerjakan tugas atau pekerjaan hendaknya senantiasa yang lebih menghasilkan keselamatan jiwa manusia. Dimana jiwa manusia semakin banyak dapat diselamatkan ke situlah kita melangkahkan kaki untuk hidup dan bekerja. Kami berharap kepada kita semua tidak 'bermain api' alias menyerempet bahaya dengan sengaja, misalnya pergi ke tempat-tempat yang tidak baik dimana dengan mudah kita jatuh ke dalam dosa.
"Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu."Tongkat kekuatanmu akan diulurkan TUHAN dari Sion: memerintahlah di antara musuhmu! Pada hari tentaramu bangsamu merelakan diri untuk maju dengan berhiaskan kekudusan; dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu seperti embun. TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal: "Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut Melkisedek."(Mzm 110:1-4)
Ign 30 Januari 2013

Senin, 28 Januari 2013

Kasih sebagai Sumber Daya Iman

Ayat bacaan: Galatia 5:6
==================
"...faith activated and energized and expressed and working through love." (English AMP)

Jika anda menggunakan Blackberry, anda tentu tahu betapa besarnya kebutuhan smart phone ini akan sumber daya. Baterainya relatif tidak sanggup bertahan lama terutama jika anda sangat aktif berhubungan lewat aplikasi instant messaging atau punya beberapa group di dalamnya yang aktif. Betapa seringnya saya melihat orang sibuk mencari colokan listrik agar Blackberry nya bisa bertahan hidup baik di restoran, cafe dan sebagainya. Demikian pula dengan gadget atau peralatan-peralatan yang menggunakan listrik lainnya. Kita selalu membutuhkan sumber daya agar semua itu bisa beroperasi. Jika listrik padam, maka kita akan bingung tidak tahu harus melakukan apa, karena kita hidup di jaman yang serba elektronik.

Bagaimana dengan iman? Apakah iman juga butuh sumber daya, atau dengan apa iman sebenarnya bekerja? Banyak dari kita yang tidak menyadari bahwa ternyata iman pun butuh 'sumber daya' agar iman kita tetap menyala. Ada hal yang diperlukan agar iman kita tetap bekerja dengan baik, sesuatu yang bisa membuat kita tetap berada dalam proses yang benar dari hari ke hari dan tetap bisa melanjutkan hidup dengan penuh sukacita, penuh pengharapan dalam melewati hari-hari yang sulit.

Hal itu bisa kita lihat dalam surat Galatia, dimana Paulus mengingatkan jemaat tentang apa yang penting atau mempunyai makna mengenai keselamatan. Ia menyinggung tentang banyaknya orang yang lebih bergantung kepada prosesi, tata cara atau ritual-ritual lengkap dengan perulangannya. Ini dianggap penting dan mampu membawa keselamatan, sementara kita lupa akan hal lain yang justru jauh lebih penting, bahkan dikatakan berarti atau bermakna dalam menerima janji-janji Tuhan. Mari kita lihat ayat berikut ini: "Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih." (Galatia 5:6). Paulus memulai bagian ini dengan penegasan tentang kemerdekaan yang sesungguhnya sudah diberikan kepada orang percaya lewat Kristus. (ay 1). Tapi banyak yang tidak mengetahuinya dan masih bergantung kepada prosesi atau ritual, bahkan menganggap prosesi dan ritual sebagai hal yang terpenting lalu melupakan apa yang justru terutama yang harus kita lakukan. Maka Paulus pun mengatakan sia-sialah semua itu tanpa adanya satu hal yang terpenting dalam hidup untuk kita miliki, yaitu iman. Itulah yang dikatakan Paulus sebagai hal yang "mempunyai sesuatu arti", alias bermakna,atau  something that really counts. Dan perhatikan ayat Galatia 5:6 bagian terakhir, disana dikatakan bahwa iman itu bekerja oleh kasih. Dalam versi English Amplified bagian ini tertulis sangat detail, "...faith activated and energized and expressed and working through love."

Dari mana iman itu timbul? Firman Tuhan mengatakan bahwa "..Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Dari sanalah iman itu berasal. Benih-benih Firman Tuhan yang kita tabur dan jatuh di tanah yang baik akan membuat benih-benih itu bertunas dan tumbuh subur. Selanjutnya ada sumber daya yang menggerakkan agar iman itu bisa terus berbuah baik untuk kebaikan kita sendiri maupun kebaikan sesama, dan sumber daya itu ternyata, dan tidak lain adalah kasih. Sedemikian pentingnya arti kasih itu, jauh lebih penting dari hal-hal lainnya.

Bagaimana jika tidak ada aliran kasih dalam diri kita? Itu akan sama dengan peralatan elektronik kita tanpa adanya listrik. Bayangkan bagaimana hidup tanpa kasih. Kita akan dengan mudahnya membenci orang lain, mendendam atau merasa iri hati dan cepat tersinggung. Kita akan hidup mencari kepentingan sendiri dan tega mengorbankan siapapun demi diri kita. Jika itu terjadi maka berbagai perbuatan jahat lainnya akan mengintip dan siap menerkam kita, "Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat." (Yakobus 3:16). Itu sangatlah berbahaya, dan bahaya-bahaya semacam itulah yang akan mudah menguasai kita ketika kita tidak memiliki kasih. Disanalah akan terbuka banyak lahan subur bagi iblis untuk berpesta di dalam kita. Perhatikanlah bahwa kasih termasuk salah satu buah Roh (Galatia 5:22), sementara iri hati adalah bagian dari keinginan daging (ay 19-21). Kemudian lihatlah ayat ini: "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki" (ay 17). Artinya, ketika hal ini terjadi, aliran kasih dalam diri kitapun akan terganggu. Hubungan kita dengan Tuhan terputus, iman kita tidak bekerja lagi dan tentu semua itu merugikan bahkan akan membinasakan kita.

Kasih adalah prinsip dasar dalam kekristenan. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika Yohanes dengan tegas mengingatkan kita agar terus saling mengasihi."Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi..." (1 Yohanes 3:11). Kemudian Yohanes mengingatkan kita pula akan akibat yang timbul jika kita tidak mengasihi atau memiliki kasih, "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut" (ay 14), dan dengan lebih keras melanjutkan bahwa "Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia" (ay 15). Maka dengan tegas kita harus menolak kehadiran iri hati dan berbagai kebencian lainnya untuk masuk ke dalam kehidupan kita. Kita harus mencegah apapun yang bisa membuat kabel kasih kita terputus dari sumber dayanya. Kasih adalah esensi dasar ajaran Kristus, sedemikian pentingnya sehingga dikatakan "Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih." (1 Korintus 13:13). Ingat pula bahwa aliran kasih itu akan mampu menghindarkan kita dari banyak kejahatan, sekaligus menyembuhkan berbagai luka dan membawa pengampunan bagi orang yang pernah menyakiti kita. "Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa." "For love covers a multitude of sins [forgives and disregards the offenses of others]."  (1 Petrus 4:8).  Ini waktunya kita memeriksa kembali apakah kabel kasih masih terpasang pada tempatnya dalam diri kita atau sudah lama tercabut. Selanjutnya kita harus memastikan bahwa kabel itu terus bekerja mengalirkan kasih ke dalam diri kita, lalu mengalirkannya keluar dari diri kita untuk menjangkau orang-orang lain. Adalah percuma jika kita mengikuti tata cara, ritual dan kebiasaan tetapi melupakan esensi terpenting yang menjadi dasar utama kekristenan. Kita tidak bisa mengaku beriman tanpa memiliki kasih. Itu tidak akan membawa arti atau makna apa-apa, sebab iman tidak akan berfungsi apa-apa tanpa adanya kasih dalam diri kita.

Iman bekerja oleh kasih

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Renungan Harian Kita: Mengapa Kita Tidak Bahagia?

Renungan Harian Kita
Renungan harian online kristen dan katolik, santapan harian, bahan saat teduh, Kumpulan khotbah hamba Tuhan, Mujizat Tuhan, Mujizat kesembuhan, Kata-kata bijak, kata-kata penghiburan, kata-kata motivasi, lirik dan chord lagu rohani, kisah cinta dan sahabat sejati, humor, kisah nyata dan kesaksian kristen, dan kisah-kisah kehidupan yang mengharukan dan menguatkan Iman rohani kita. Anda bisa berbagi cerita dengan mengirim cerita Anda ke renunganhariankita@yahoo.com // via fulltextrssfeed.com
Mengapa Kita Tidak Bahagia?
Jan 29th 2013, 01:15

Roma 14:17
Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 89; Lukas 10; 2 Raja-raja 22-23

Ketika merayakan ulang tahunnya yang ke-75, majalah Forbes mengundang para ilmuwan dari berbagai bidang dan dari berbagai penjuru dunia untuk menjawab satu pertanyaan utama: "Mengapa kita begitu tidak bahagia?" Menarik sekali karena para ilmuwan ini semuanya setuju pada satu alasan utama: "Kita menjadi orang-orang yang bermasalah karena kita tidak punya pegangan dalam bidang moral dan spiritual."

Dalam bukunya "Can Man Live Without God?" apologet Ravi Zacharia mengatakan bahwa isu tentang rasa sakit dan penderitan menjadi sangat populer dan menjadi hal besar karena orang-orang telah kehilangan pegangan moral dan spiritual. Rasa sakit kita diperkuat oleh harapan naif bahwa semuanya itu akan bisa dihilangkan atau dibereskan oleh kemajuan ilmu pengetahuan.

Ahli matematika Blaise Pascal mengatakan di dalam hidup manusia ada satu lubang yang hanya bisa diisi oleh ukuran Allah saja. Tidak ada hal lain yang bisa mengisinya, termasuk ilmu pengetahuan, materi yang berlimpah, kesempatan karir, atau keluarga yang luar biasa. Manusia memang diciptakan untuk sebuah hubungan dengan Allah. Ketika relasi dengan Allah menjadi yang terutama dalam hidup kita, maka segala penderitaan akan menjadi tertanggungkan karena ada makna dan harapan di baliknya.

Apakah beban dan penderitaan Anda hari-hari ini? Berfokuslah pada Allah, maka Anda akan mengalami kebahagiaan (sukacita) yang sejati dan seperti janjiNya, "...semuanya itu (yang Anda butuhkan) akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33)

Bersediakah menjadikan Allah sebagai fokus utama kita pada hari ini?

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Mengapa Kita Tidak Bahagia?

Roma 14:17
Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 89; Lukas 10; 2 Raja-raja 22-23

Ketika merayakan ulang tahunnya yang ke-75, majalah Forbes mengundang para ilmuwan dari berbagai bidang dan dari berbagai penjuru dunia untuk menjawab satu pertanyaan utama: "Mengapa kita begitu tidak bahagia?" Menarik sekali karena para ilmuwan ini semuanya setuju pada satu alasan utama: "Kita menjadi orang-orang yang bermasalah karena kita tidak punya pegangan dalam bidang moral dan spiritual."

Dalam bukunya "Can Man Live Without God?" apologet Ravi Zacharia mengatakan bahwa isu tentang rasa sakit dan penderitan menjadi sangat populer dan menjadi hal besar karena orang-orang telah kehilangan pegangan moral dan spiritual. Rasa sakit kita diperkuat oleh harapan naif bahwa semuanya itu akan bisa dihilangkan atau dibereskan oleh kemajuan ilmu pengetahuan.

Ahli matematika Blaise Pascal mengatakan di dalam hidup manusia ada satu lubang yang hanya bisa diisi oleh ukuran Allah saja. Tidak ada hal lain yang bisa mengisinya, termasuk ilmu pengetahuan, materi yang berlimpah, kesempatan karir, atau keluarga yang luar biasa. Manusia memang diciptakan untuk sebuah hubungan dengan Allah. Ketika relasi dengan Allah menjadi yang terutama dalam hidup kita, maka segala penderitaan akan menjadi tertanggungkan karena ada makna dan harapan di baliknya.

Apakah beban dan penderitaan Anda hari-hari ini? Berfokuslah pada Allah, maka Anda akan mengalami kebahagiaan (sukacita) yang sejati dan seperti janjiNya, "...semuanya itu (yang Anda butuhkan) akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33)

Bersediakah menjadikan Allah sebagai fokus utama kita pada hari ini?

Menjadi orang yang komunikatif

Renungan:

Dalam Injil hari ini, dikisahkan Ibu Yesus dan kerabatnya yang datang ke suatu tempat hendak melihat keadaan Yesus. Rupanya telah cukup lama Yesus tidak pulang ke kampung halamanNya di Nazareth.Keluarga tampaknya kuatir terhadap diriNya mengingat berbagai kabar miring yang mereka dengar mengenai Yesus dan aktivitasNya (bdk. Mark.3:21).


Dalam hidup sehari-hari, terkadang kita juga kuatir mengenai keadaan orang-orang yang selama ini dekat dengan kita. Daripada dilanda kekuatiran yang berkepanjangan, akan lebih baik kita segera mencari informasi tentang mereka. Kita bisa memanfaatkan berbagai alat komunikasi atau transportasi untuk mendapatkan jawaban yang kita perlukan. Tidak jarang kita memang perlu pergi dari rumah untuk menemui orang yang kita kuatirkan itu dan melihat dengan mata kepala sendiri keadaannya. Marilah kita menjadi orang-orang yang komunikatif. Marilah kita tidak segansegan mengeluarkan beaya dan menciptakan waktu untuk memastikan bahwa keadaan orang-orang yang kita cintai memang baik adanya.

(Renungan Harian Mutiara Iman 2013, yayasan Pustaka Nusatama Yogyakarta )

29 Jan


"Siapa ibuKu dan siapa saudaraKu?"
(Ibr 10:1-10;Mrk 3:31-35)
"Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia. Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya: "Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau." Jawab Yesus kepada mereka: "Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?" Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku." (Mrk 3:31-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Hidup persaudaraan sejati pada masa ini sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebar-luaskan, mengingat dan memperhatikan ketegangan, tawuran, kebencian dan balas dendam maupun permusuhan masih marak di sana-sini. "Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?", demikian tanggapan Yesus atas orang-orang yang berkata kepadaNya bahwa 'ibu dan saudara-saudaraNya' ada di dekatNya. "Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku", demikian penjelasan lebih lanjut dari Yesus. Pelaksana kehendak Allah itulah saudara atau sahabat sejati. Kehendak Allah yang utama dan pertama-tama tidak lain adalah perintah bagi kita semua agar hidup saling mengasihi sebagaimana Allah telah mengasihi kita. Kasih Allah kepada kita kiranya antara lain diusahakan dengan nyanyian "Kasih Ibu",  yaitu "Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia". Kasih Allah kepada kita memang tak terhingga, sepanjang masa, bagaikan sang surya menyinari dunia, maka marilah kita senantiasa hidup saling mengasihi tanpa syarat sampai mati. Salah satu wujud kasih yang mudah dilakukan dan murah meriah, namun sungguh memprihatinkan bahwa kurang diperhatikan pada masa kini, yaitu "boros waktu dan tenaga bagi yang terkasih", sebagaimana terjadi dan dialami oleh mereka yang sedang berpacaran. Dalam masa pacaran kiranya semuanya dihayati dengan baik dan enak, sehingga dua insan yang saling berbeda satu sama lain semakin bersahabat dan bersatu.
·   "Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku." Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --. Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua. Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus." (Ibr 10:7-10). Kutipan ini kiranya semakin meneguhkan dan menguatkan ajakan kami bahwa yang utama dan pertama-tama kita hayati sebagai orang beriman atau beragama adalah 'melakukan kehendak Allah' bukan aneka bentuk ibadat, doa atau upacara-upacara. Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak rekan-rekan yang telah dibaptis, entah katolik atau Kristen, bahwa ketika dibaptis kita disucikan atau dipersembahkan seutuhnya kepada Tuhan, dengan kata lain keadaan kita waktu itu suci adanya. Kami berharap kita semua menjaga dan merawat kesucian tersebut, tidak menjadi luntur dalam hal kesucian, melainkan dalam hal kesucian semakin mantap dan handal. Orang yang sungguh suci pada umumnya menarik dan memikat serta mempesona bagi orang lain, sehingga orang lain yang bergaul dengannya atau melihatnya akhirnya juga tergerak untuk menyucikan diri atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah, menjadi pelaksana-pelaksana kehendak dan perintah Allah yang unggul dan handal. Kami berharap dalam hal kesucian ini saling membantu dan mengingatkan, maka hendaknya ketika ada rekan kita yang mengalami kesulitan dalam menjaga dan memperdalam kesucian hidup segera kita bantu atau damping. Dengan kata lain marilah kita bekerjasama atau bergotong-royong dalam berusaha hidup suci maupun memperdalam dan mengembangkan kesucian hidup.
"Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata: "Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku." Aku mengabarkan keadilan dalam jemaah yang besar; bahkan tidak kutahan bibirku, Engkau juga yang tahu, ya TUHAN. Keadilan tidaklah kusembunyikan dalam hatiku, kesetiaan-Mu dan keselamatan dari pada-Mu kubicarakan, kasih-Mu dan kebenaran-Mu tidak kudiamkan kepada jemaah yang besar" (Mzm 40:7-11)
Ign 29 Januari 2013

Minggu, 27 Januari 2013

Ada Banyak Cara Tuhan (2)

(sambungan)

Paulus menuliskan kepada jemaat Roma seperti berikut: "O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!" (Roma 11:33). Tidak ada satupun manusia, sepintar apapun, yang akan sanggup mengukur cara-cara yang dipakai Tuhan. Paulus pun melanjutkan "Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?" (ay 34). Alangkah sia-sianya jika kita terus menerka-nerka bagaimana Tuhan sanggup menolong kita untuk lepas dari masalah yang tengah kita gumuli hari ini. Alangkah ironisnya jika kita merasa putus asa bahwa masalah kita tidak akan mampu terpecahkan. Kita bisa memakai logika kita yang paling muktahir untuk menganalisa problema yang tengah kita hadapi hari ini, dan mungkin logika kita berkata bahwa apa yang kita alami tidak lagi memiliki pemecahan atau jalan penyelesaian, namun di tangan Tuhan tidak ada yang mustahil! Segalanya mungkin, dan Tuhan bisa memakai orang-orang atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan bagi kita untuk menjadi saluranNya dalam menolong atau memberkati kita. Kita tidak akan pernah bisa mengukur Tuhan. Jarak antara kemampuan logika kita dan kemampuan Tuhan itu bagaikan bumi dan langit, tidak terselidiki, tidak terselami.


Jika demikian ,tidakkah lebih baik apabila kita menggunakan iman kita secara baik untuk bisa percaya kepada Tuhan sepenuhnya? Tentu saja kita bukannya tidak boleh menggunakan akal pikiran kita untuk bisa menyelesaikan masalah sepanjang caranya tidak bertentangan dengan perintah Tuhan, tetapi di sisi lain kita jangan sampai lupa bahwa di atas segalanya kita punya Bapa yang besar kasih dan selalu siap menolong anak-anakNya lewat begitu banyak cara yang ajaib. Tuhan Yesus sudah berkata: "Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." (Markus 11:24) Artinya, terkabulnya atau tidaknya doa akan sangat tergantung dari sejauh mana kita bisa percaya kepadaNya. Dan untuk bisa percaya jelas dibutuhkan iman, sebentuk iman yang setidaknya sebesar biji sesawi yang sanggup membawa kita mengalami mukjizat-mukjizatNya yang ajaib. 

Berabad-abad yang lampau Pemazmur sudah menyadari betapa besarnya kemampuan Tuhan untuk memberi pertolongan dan berbagai hal lainnya lewat seribu satu cara yang ajaib.  Pemazmur berkata: "Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala. Aku hendak menyebut-nyebut segala pekerjaan-Mu, dan merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu." (Mazmur 77:12-13). Kabar baiknya, keajaiban Tuhan itu masih berlanjut hingga hari ini, dan akan terus berlangsung sampai kapanpun. Jika demikian, mengapa kita harus gentar menghadapi masalah seberat apapun yang tengah menghimpit kita hari ini? Teruslah hidup dalam pengharapan dan kepercayaan penuh dalam Tuhan. Lakukan bagian kita, dan pada saatnya nanti Tuhan akan bertindak dengan cara-cara yang ajaib, yang tidak terselami atau tidak terselidiki, tidak terbayangkan dan tidak terpikirkan oleh kita. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, "Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa!" (Wahyu 15:3b).

God can help us out and bless us in many miraculous ways

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

28 Jan


"Hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara"
(Keb 7:7-10.15-16; Mat 23:8-12)
" Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan" (Mat 12:8-12), demikian kutipan Warta gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Tomas Aquino, imam dan pujangga Gereja hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Salah satu tugas atau panggilan seorang imam adalah menjadi pewarta Injil atau fungsi sebagai guru atau pengajar. Tentu saja apa yang diwartakan atau diajarkan adalah apa-apa yang membuat para pendengarnya semakin bijak serta menghayati ajaran demi keselamatan jiwa manusia. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan imam khususnya serta rekan-rekan guru atau pengajar pada umumnya untuk meneladan semangat St.Tomas Aquino dalam melaksanakan tugas atau menghayati panggilan, tentu saja juga dengan rendah hati, tidak sombong, karena aneka pengetahuan atau ajaran yang telah diterimanya dan kemudian diteruskan kepada orang lain merupakan anugerah Allah yang diterima melalui sekian banyak orang yang telah mendidik dan mengajarnya. Memang orang bijak sejati pada umumnya juga rendah hati, melaksanakan tugas dengan semangat melayani. Cirikhas melayani antara lain senantiasa berusaha membahagiakan dan menyelamatkan yang dilayani, serta tidak pernah mengeluh atau menggerutu ketika menghadapi kesulitan, tantangan maupun masalah dan hambatan. Melayani dengan rendah hati sendiri hemat saya sudah merupakan bentuk pewartaan atau pengajaran yang handal. Pengajar atau guru yang baik dan handal kiranya selama menjalankan tugasnya juga dijiwai semangat belajar, yaitu belajar dari mereka yang mendengarkan pengajarannya. Dengan kata lain hendaknya antar guru dan murid, pengajar dan yang diajar, terjadi saling belajar dan mengajar. Percayalah juga bahwa ketika pengetahuan diteruskan atau diajarkan kepada orang lain tidak akan berkurang, melainkan semakin berkembang dan handal.
·   "Maka itu aku berdoa dan akupun diberi pengertian, aku bermohon lalu roh kebijaksanaan datang kepadaku. Dialah yang lebih kuutamakan dari pada tongkat kerajaan dan takhta, dan dibandingkan dengannya kekayaan kuanggap bukan apa-apa. Permata yang tak terhingga nilainya tidak kusamakan dengan dia, sebab segala emas di bumi hanya pasir saja di hadapannya dan perak dianggap lumpur belaka di sampingnya. Ia kukasihi lebih dari kesehatan dan keelokan rupa, dan aku lebih suka memiliki dia dari pada cahaya, sebab kilau dari padanya tidak kunjung hentinya." (Keb 7:7-10). Pengertian dan kebijaksanaan memang penting dan perlu sekali bagi kehidupan dan tugas pekerjaan kita. Bukankah kita belajar sejakTaman kanak-kanak sampai perguruan tinggi serta bergelar sarjana atau doktor maupun professor tidak lain untuk mencari dan memperdalam pengertian dan kebijaksanaan, demikian pula ketika kita membaca surat kabar maupun menyaksikan berita-berita melalui media elektronik. Kami berharap pengertian atau kebijaksanaan yang telah diperoleh atau diterima segera secara langsung disumbangkan kepada orang lain, karena dengan demikian pengertian atau kebijaksanaan tersebut akan semakin mantap dan handal kita miliki. Kepada kita semua kami harapkan meningkatkan dan memperdalam budaya atau kebiasaan membaca, entah membaca buku atau majalah/surat kabar. Seandainya tidak mungkin membaca, baiklah menyaksikan apa yang disiarkan melalui TV, karena juga ada cukup banyak pengertian dan kebijaksanaan yang disiarkan melalui aneka cara, demikian aneka warta berita akan memperkaya pengertian dan kebijaksanaan kita. Siaran berita atau informasi juga dapat disaksikan oleh mereka yang berada dalam perjalanan: nikmati, lihat dan cermati apa yang terjadi di perjalanan, di tempat atau lingkungan yang kita lewati. Aneka peristiwa terjadi dijalanan dan hemat saya dapat menjadi bahan pembelajaran yang baik dan murah, maka jangan dilewatkan. Marilah kita perkembangkan dan perdalam semangat belajar terus-menerus sampai mati.
"Aku akan berpegang pada ketetapan-ketetapan-Mu, janganlah tinggalkan aku sama sekali.Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu.Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau. Terpujilah Engkau, ya TUHAN; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Dengan bibirku aku menceritakan segala hukum yang Kauucapkan.Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta." (Mzm 119:8-12)
Ign 28 Januari 2013

Sabtu, 26 Januari 2013

Ada Banyak Cara Tuhan (1)

Ayat bacaan: Yesaya 55:8-9
=======================
"Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu."

Ada seekor kodok yang secara tidak sengaja masuk ke dalam rumah saya. Saya pun berusaha menangkap tanpa menyakitinya untuk kemudian dikembalikan ke luar, ke alam dimana ia seharusnya berada. Tapi ternyata kodok itu cukup cekatan. Ia terus melompat kesana kemari dan terlihat panik, seolah saya ingin melakukan sesuatu yang jahat terhadapnya. Pada suatu ketika ia pun terperangkap di pojokan, dimana kedua sisinya langsung saya sekat dengan karton dan lubang satu-satunya untuk keluar tertutup oleh tubuh saya. Kodok itu terlihat diam dan menempel di sudut dinding. Akhirnya saya berhasil menangkapnya dan kemudian melepaskannya kembali di kebun. Ia pun kembali melompat dengan bebas, dan itu tentu lebih baik baginya karena ia berada di habitat dimana sang kodok seharusnya berada.

Seringkali situasi sulit hadir di dalam hidup kita, membuat kita memutar otak untuk bisa menuntaskan masalah dan keluar sebagai pemenang. Ada banyak cara yang bisa kita ambil baik dengan cara yang benar maupun yang salah untuk menyelesaikannya. Ada kalanya kita terjebak bagaikan kodok dalam ilustrasi di atas setelah berusaha melompat kesana kemari mencari jalan keluar, dan pada satu ketika kita hanya bisa terduduk lemas dan berpikir bahwa segalanya sudah selesai, semua jalan sudah tertutup dan kita tidak akan bisa lepas dari situasi sulit tersebut. Entah berbagai bentuk tekanan, krisis, tumpukan masalah, hutang atau sakit penyakit dan sebagainya. Begitu beratnya tekanan, dan begitu putus asanya kita melihat tidak lagi ada jalan keluar, kita bisa tanpa sadar melupakan eksistensi Tuhan yang kuasanya sungguh tak terbatas di atas segalanya. Dan Tuhan punya begitu banyak cara, yang seringkali bahkan ajaib alias tidak terpikirkan atau terbayangkan oleh nalar kita dalam mengangkat kita keluar dari sudut sempit untuk kemudian meletakkan kita pada tempat yang membuat kita bisa melompat-lompat kembali penuh sukacita dalam kebebasan. 

Ayat bacaan hari ini tentu sudah tidak asing lagi bagi kita. Firman Tuhan berkata: "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:8-9). Awalnya sulit bagi saya untuk memahami ayat ini, tetapi kemudian saya mengerti bahwa ayat ini berbicara akan sesuatu yang sangat besar. Ini adalah ayat yang menunjukkan betapa besarnya Allah yang tidak akan mampu terselami dengan kemampuan akal kita yang begitu terbatas. Kita boleh hebat dengan menciptakan teknologi dan terus berkembang maju di segala bidang, tapi tetap saja kita tidak akan pernah mampu mencapai tingkat seperti Tuhan. Kita tahu bahwa Tuhan selalu rindu untuk memberkati dan menolong anak-anakNya, dan selanjutnya kita pun harus tahu pula bahwa Tuhan punya seribu satu cara untuk menggenapinya. Acap kali cara yang dipakai Tuhan itu ajaib, tidak pernah terpikirkan oleh kita, tidak terselami, bahkan tidak mampu dipecahkan dengan akal logika kita.

Ada begitu banyak contoh ajaib yang bisa kita dapati di dalam Alkitab. Coba lihat bagaimana Tuhan menolong Elia lewat burung-burung gagak yang membawa roti dan daging setiap pagi dan petang ketika ia berada di sungai Kerit. (1 Raja Raja 17:1-6). Kemudian lihatlah bagaimana Tuhan menolong seorang janda yang terjerat hutang lewat sedikit sisa minyak yang ia miliki. Tuhan sanggup mengisi bejana-bejana hingga melimpah, lalu menyuruh perempuan itu untuk pergi menjual minyak untuk menutupi hutangnya. Bahkan begitu melimpah sehingga si janda masih memiliki sisa uang yang bisa ia pakai untuk menghidupi dirinya dan anak-anaknya. (2 Raja Raja 4:1-7). Lantas bagaimana dengan kisah Perkawinan di Kana dimana Yesus mengatasi masalah kehabisan anggur hingga berlimpah-limpah? (Yohanes 2:1-11), atau mengenai penggandaan lima roti dan dua ikan yang dimiliki seorang anak kecil untuk memberi makan lebih dari 5000 orang? (Matius 14:13-21). Atau lihatlah bagaimana Tuhan secara ajaib membelah Laut Teberau agar bangsa Israel bisa berjalan di tengah dan selamat dari bala tentara Firaun yang kemudian tenggelam disana. (Keluaran 14:1-31). Ini baru beberapa contoh saja, karena ada begitu banyak contoh di dalam Alkitab yang mencatat bagaimana bervariasinya perbuatan ajaib yang dilakukan Tuhan untuk menolong dan memberkati anak-anakNya. Hingga hari ini pun berbagai mukjizat yang ajaib masih bisa kita saksikan. Orang sakit disembuhkan, rumah tangga atau diri seseorang dipulihkan, orang-orang yang terikat mengalami pelepasan dan sebagainya, bahkan orang mati yang bangkit kembali pun masih juga terdengar hingga hari ini. Saya sudah menyaksikan begitu banyak mukjizat Tuhan yang sangat ajaib dengan mata kepala sendiri, bahkan sudah pula mengalami sendiri banyak diantaranya. Satu kesimpulan yang saya petik adalah bahwa Tuhan sanggup, bahkan lebih dari sanggup menolong anak-anakNya dengan seribu satu cara sampai kapanpun.


(bersambung)

Mg Biasa III


Mg Biasa III: Neh 8:3-5a.6-7.9-11; 1Kor 12:12-30; Luk 1:1-4; 4:14-21
"Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
Yesus pergi ke Nazaret berarti 'pulang kampung' atau 'mudik' sebagaimana terjadi di lingkungan masyarakat kita di hari-hari besar seperti Idul Fitri dan Natal/Tahun Baru. Ketika pulang kampung atau mudik macam itu pada umumnya ada dorongan dari 'dalam hati', selain memang merupakan adat kebiasaan. Yesus sendiri ke Nazaret karena dorongan Roh Kudus. Hemat saya setiap kali kita pulang ke rumah atau pergi ke tempat kerja atau tugas juga merupakan dorongan Roh Kudus, yaitu menghayati panggilan hidup yang dianugerahkan oleh Allah kepada kita masing-masing. Maka marilah kita mawas diri apakah setiap kali kita pulang ke rumah atau pergi ke tempat tugas atau pekerjaan juga hidup dan bertindak atas dorongan Roh Kudus dan bukan hanya mengikuti keinginan atau selera pribadi saja. Jika kita sungguh hidup dan bertindak atas dorongan Roh Kudus, maka apa yang dialami oleh Yesus juga terjadi dalam diri kita.
            "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." (Luk 4:21)
Satu dalam kata dan tindakan itulah yang diharapkan dari kita semua dalam cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun, maka hendaknya kita sungguh konsekwen bahwa apa yang kita katakana atau janjikan juga segera menjadi kenyataan alias terwujud. Secara khusus saya mendambakan bapak-ibu atau orangtua dapat menjadi teladan dalam satu dalam kata dan tindakan, karena cintakasih yang mengikat anda berdua, dan cintakasih itu pertama-tama dan terutama harus terwujud dalam tindakan atau perilaku. Selanjutnya hendaknya mendidik anak-anak anda demikian juga.
Di dalam hidup bersama senantiasa pasti ada tata tertib atau aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan siapapun yang terkait dalam hidup bersama tersebut, maka dengan ini kami mengharapkan anda semua untuk unggul dalam hal pelaksanaan atau penghayatan tata tertib atau aturan. Untuk itu hendaknya saling  membantu dan mengingatkan satu sama lain, sehingga tidak satu orang pun dibiarkan tidak mentaati atau melaksanakan tata tertib atau aturan yang  ada. Mungkin baik juga sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus dalam hidup bersama, misalnya di dalam keluarga atau tempat kerja sering dibacakan Kitab Suci, dan sebaiknya dipilih ayat-ayat atau perikop yang sesuai dengan lingkungan hidup maupun panggilan atau tugas pekerjaan masing-masing. Sabda dibacakan, direnungkan dan dicecap dalam-dalam serta kemudian dihayati atau dilaksanakan.
Yesus datang ke dunia untuk 'menggenapi' atau melaksanakan apa yang tertulis dalam Kitab Taurat, maka baiklah kita yang beriman kepadaNya senantiasa berusaha untuk meneladanNya, entah secara pribadi atau bersama-sama. Kiranya di lingkungan-lingkungan umat atau kelompok basis juga sering diselenggarakan pendalaman iman, dengan membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, semoga kegiatan ini diikuti seluruh warga umat lingkungan setempat, dan tentu saja kemudian bersama-sama menghayatinya. Dan moga-moga kegiatan pendalaman iman di lingkungan tidak hanya bersifat liturgis atau formal belaka. Jika di tiap lingkungan sungguh diselenggarakan kegiatan pendalaman iman yang baik dan benar, maka kehidupan paroki akan semarak dan menghasilkan buah keselamatan yang membahagiakan. Untuk itu kami berharap kepada rekan-rekan pastor paroki untuk menggiatkan kegiatan pendalaman iman, entah di lingkungan territorial maupun kelompok-kelompok kategorial serta professional di wilayah paroki yang menjadi tanggungjawabnya.
"Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya. Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?" (1Kor 12:27-30)
Melalui suratnya kepada umat di Korintus, Paulus mengingatkan kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus, bahwa kita semua adalah 'satu tubuh'. Dalam kenyataan di dunia ini ada begitu banyak kelompok atau peguyuban umat yang beriman kepada Yesus Kristus, yang secara umum dapat digolongkan menjadi dua, yaitu Kristen Katolik dan Kristen Protestan, dan maaf di lingkungan umat Kristen Protestan sungguh begitu banyak sekte. Usaha untuk menggalang dan memperkuat kesatuan umat kiranya sudah dan akan terus dilakukan. Di Indonesia ada KWI bagi umat Katolik, sedangkan di lingkungan Protestan ada PGI dan Pentekosta. Kami dengar di kalangan Protestan masih banyak sekte yang tak tergabung dalam paguyuban. Keragaman memang baik, namun demikian kami berharap hendaknya kesatuan umat Kristen atau murid-murid Yesus Kristus senantiasa digalang dan diperdalam.
Keragaman fungsi, jabatan, kedudukan atau tugas panggilan sungguh luar biasa, marilah apa yang dianugerahkan kepada kita masing-masing kita fungsikan untuk kesejahteraan umum, tidak untuk pribadi atau kelompoknya sendiri saja. Apa yang menjadi kecakapan, keterampilan, keahlian atau bakat dan kemampuan anda? Kami berharap kepada anda semua untuk memfungsikan apa yang anda miliki bagi kesejahteraan atau kebahagiaan umum. Kiranya anda yang bekerja dalam satu pabrik, perusahaan atau kantor tertentu juga memiliki fungsi yang berbeda satu sama lain, dan diharapkan dengan imbal jasa yang anda terima, anda pun membaktikan diri sepenuhnya dengan kecakapan, keterampilan, keahlian, bakat dan kemampuan anda demi kemajuan usaha atau kinerja tempat anda bekerja.
Dalam hal hidup bermasyarakat di tingkat RT, RW, desa atau kelurahan kami harapkan anda semua juga tidak pasif atau tinggal diam, melainkan menyumbangkan apa yang anda miliki demi kesejahteraan umum atau bersama. Jiwa gotong-royong atau bekerjasama hendaknya menjiwai seluruh warga masyarakat, sebagaimana hemat saya juga masih terjadi di desa-desa atau pelosok tanah air atau Negara tercinta kita ini. Dalam kegotong-royongan hidup bersama tidak kenal besar-kecil, tua-muda, pandai-bodoh, dst., semuanya membaktikan diri sesuai dengan kemampuan, kesempatan dan kemungkinan yang ada. Semoga para ketua RT, RW atau lurah menggiatkan semangat gotong-royong bagi warganya, sehingga tiada satu warga pun yang berpangku tangan dan hidup dalam kekurangan.
"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya" (Mzm 19:8-10)
Ign 27 Januari 2013

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari