Rabu, 23 Oktober 2013

HAMBA YANG SETIA ATAU JAHAT (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Oktober 2013 -Baca:  Matius 25:14-30 "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu."  Matius 25:21

Kita sudah sering mendengar dan membaca tentang perumpamaan yang disampaikan Tuhan Yesus ini, perumpamaan tentang talenta yang menggambarkan betapa pentingnya sebuah kesetiaan dan ketekunan yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya.

     Sebagai anak-anak Tuhan kita masing-masing mendapatkan karunia dari Tuhan sebagai modal melayaniNya.  Karunia-karunia yang kita dapatkan dari Tuhan ini digambarkan sebagai talenta.  Talenta berbicara tentang kecakapan, kemampuan, kemahiran, waktu dan juga kesempatan yang Tuhan berikan bagi kita.  Setiap talenta yang dipercayakan Tuhan telah disesuaikanNya dengan kemampuan masing-masing.  Jadi besarnya talenta masing-masing orang berbeda-beda.  "Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya,"  (Matius 25:15).  Meski besarnya talenta tersebut berbeda-beda, setiap kita memiliki hak yang sama untuk menjadi hamba yang baik dan setia, tergantung kepada kesetiaan dan ketekunan kita sendiri.  Setiap talenta adalah kepercayaan;  berapa pun talenta yang diberikan kepada kita, apakah itu lima, dua atau satu sekalipun adalah kepercayaan.  Dengan demikian  "...tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik."  (2 Timotius 3:17), dan  "...untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin."  (Ibrani 13:21).

     Jadi setiap talenta yang telah kita terima dari Tuhan harus kita kembangkan.  Apabila kita tidak mau mengembangkan talenta yang telah kita terima, atau dengan sengaja mengabaikannya seperti yang dilakukan oleh hamba yang mendapatkan satu talenta, di mana ia  "...pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya."  (Matius 25:18), ada konsekuensi yang harus kita tanggung.  Terhadap orang yang mendapatkan satu talenta tapi tidak mau mengembangkannya, si tuan menyebut dia sebagai hamba yang jahat dan malas.  Maukah kita disebut sebagai anak-anak Tuhan yang jahat dan malas?  (Bersambung)

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Kamis, 24 Oktober 2013 - Allah tidak membiarkan nama-Nya dicela (Yesaya 37:21-38)

  Tampilan cetakKamis, 24 Oktober 2013

Judul: Allah tidak membiarkan nama-Nya dicelaDalam konsep Ibrani, nama menunjuk pada natur seseorang. Menghina nama orang berarti menghina orang itu sendiri. Tidak mengherankan bila kemuliaan dan kekudusan nama Allah merupakan tema yang penting dalam Alkitab karena berkaitan dengan kemuliaan dan kekudusan Allah sendiri.

Allah menjawab doa Hizkia (21) dan menunjukkan murka-Nya terhadap Sanherib, yang telah berani mencela dan menghujat Allah yang Maha kudus, Allah Israel (23). Sanherib, raja Asyur, berpikir bahwa ia adalah pribadi yang berdaulat, yang dapat melakukan apa pun yang dia kehendaki dengan kekuatannya sendiri. Perhatikan bagaimana Allah mencela Asyur yang berkata "Dengan banyaknya keretaku aku naik ketempat-tempat tinggi . . . aku telah menebang . . . aku telah masuk ke tempat tinggi . . . aku ini telah menggali air . . . aku telah mengeringkan dengan telapak kakiku segala sungai di Mesir" (24-25). Namun Allah berfirman, "Aku telah menentukannya dari jauh hari . . . . Sekarang Aku mewujudkannya" (26). Jika Asyur dapat menaklukkan bangsa-bangsa lain, itu karena Allah yang mengizinkan dan memampukan dia. Jadi bukan karena kemampuan raja Asyur ataupun allah yang dia sembah. Allah bahkan tahu segala sesuatu yang dilakukan oleh Asyur (28). Karena Asyur telah begitu angkuh dan menghina Allah (29), maka Allah akan menjatuhkan hukuman. Sebagaimana Asyur mempunyai kebiasaan yang kejam, yaitu menaruh kelikir (kait) pada hidung tawanannya, Allah pun akan melakukan hal yang sama terhadap mereka. Lalu malaikat Tuhan membunuh seratus delapan puluh ribu tentara Asyur dalam perkemahan mereka (36). Setelah itu, raja Asyur pulang ke Niniwe. Suatu hari ketika ia sujud menyembah di kuil Nisrokh, anak-anaknya membunuh dia (38).

Allah tidak akan membiarkan orang yang menghina nama-Nya merajalela. Kita harus sangat berhati-hati hingga tidak mencela atau menghina nama Allah, baik dengan perkataan maupun perbuatan kita. Allah kita adalah Allah yang kudus dan kita harus berupaya untuk memuliakan dan menguduskan nama-Nya.

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Kamis, 24 Oktober 2013 - DUA NUBUAT (Yeremia 29:1-23)

  Tampilan cetakKamis, 24 Oktober 2013

Bacaan   : Yeremia 29:1-23Setahun : Lukas 8-9Nats       : Sebab Aku ini mengetahui rancanganrancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. (Yeremia 29:11)

Bayangkan kejadian fiktif ini. Karena tuduhan palsu, Anda dijebloskan ke penjara. Anda menyangkalnya, namun tak berhasil. Seorang pendeta menghibur Anda, "Tenanglah. Kebohongan ini akan segera terbongkar. Dalam waktu tiga bulan, Anda akan dibebaskan." Lalu, muncul pendeta lain. Ia berkata, "Tidak. Anda akan meringkuk di penjara selama lima tahun. Tetapi, Tuhan berjanji akan memelihara Anda. Dia menghendaki Anda melayani para napidana di penjara ini." Ucapan manakah yang membuat Anda bersemangat?

Bangsa Israel menghadapi pilihan serupa saat dibuang ke Babel. Hananya menubuatkan bahwa pembuangan itu hanya akan berlangsung selama dua tahun; Yeremia menghardiknya sebagai nubuat palsu (Yeremia 28). Ia lalu mengirim surat kepada orang-orang Israel di Babel dan menyatakan bahwa pembuangan itu akan berlangsung selama 70 tahun. Mereka diperintahkan untuk hidup membaur dengan bangsa asing itu dan mengupayakan kesejahteraan bersama. Itulah latar dari janji Tuhan dalam ayat 11 yang kerap dikutip sebagai penghiburan.

Jika saya orang buangan, saya akan tergoda untuk memercayai nubuat Hananya. Betapa senang jika penderitaan itu lekas berlalu, dan saya bisa bersaksi tentang kemenangan yang gemilang. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, bukan? Tentu. Namun, kadang Tuhan memilih jalur lain: menunjukkan pemeliharaan-Nya di tengah ketidaknyamanan. Dan, di tengah ketidaknyamanan pula, memanggil kita untuk menjadi berkat. Maukah kita? --Arie Saptaji

PENYERTAAN DAN PEMELIHARAAN TUHANADALAH KABAR BAIK DI TENGAH KETIDAKNYAMANAN HIDUP.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Selasa, 22 Oktober 2013

Rabu, 23 Oktober 2013 - YANG DIKEHENDAKI ALLAH (Yohanes 6:25-29)

  Tampilan cetakRabu, 23 Oktober 2013

Bacaan   : Yohanes 6:25-29Setahun : Lukas 6-7Nats       : Lalu kata mereka kepada-Nya, "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang dikehendaki Allah?" (Yohanes 6:28)

"Apakah yang harus kami perbuat supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" Ini pertanyaan yang diajukan oleh orang banyak yang berbondong-bondong mengikuti Yesus setelah mereka dikenyangkan dengan roti. Bagi saya, pertanyaan seperti ini seharusnya juga menjadi pertanyaan kita. Kita rindu untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan kehendak Allah. Apakah harus kita lakukan untuk hidup kita sesuai dengan kehendak-Nya?

Sudah saatnya kita sebagai orang percaya tidak mencari hal-hal yang hanya mengarah pada pemenuhan kebutuhan pribadi. Tidak salah saat kita bertanya dan meminta agar Allah memenuhi keperluan kita sebab memang Allah memberi kita kehormatan untuk meminta sebagai anak-anak-Nya. Namun, sepatutnya kita juga tidak lalai untuk melakukan pekerjaan yang sesuai dengan kehendak Allah. Inilah prioritas utama yang perlu terus-menerus tertanam dalam hidup kita.

Ketika kita memprioritaskan kehendak Allah dan melakukannya, tidak ada perkara apa pun yang perlu kita takutkan. Pertanyaannya: Pernahkah kita bertanya kepada Allah dan mengungkapkan kerinduan untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya? Mempercayai Yesus Kristus adalah kehendak Allah! Itulah jawaban Yesus atas semua pertanyaan itu. Percaya artinya kita benarbenar mempercayakan hidup kepada-Nya. Jika kita mempercayakan segala sesuatu-perbuatan kita, pekerjaan kita, atau apa pun juga-segala sesuatu yang kita perbuat akan mendatangkan penghormatan bagi Allah dan kesejahteraan bagi sesama. --Samuel Yudi Susanto

MESKI TIDAK DAPAT DISEBUT GAMPANG, KEHENDAK ALLAH ITU TIDAK PELIK:AGAR KITA MEMERCAYAKAN SEGALA SESUATU KEPADA YESUS KRISTUS.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Rabu, 23 Oktober 2013 - Iman dan akal budi (Yesaya 37:1-20)

  Tampilan cetakRabu, 23 Oktober 2013

Judul: Iman dan akal budiBanyak orang mengira bahwa beriman berarti tidak dapat memakai akal budi. Ini pemikiran salah. Iman dan akal budi seharusnya berjalan bersama karena akal budi kita juga diberikan oleh Allah. Alkitab dengan sengaja memberitakan perkataan dan perbuatan Allah supaya setelah mendengar dan mengerti siapa Allah dan apa yang telah Ia lakukan, maka iman pun bertumbuh (Rm 10:17). Di sisi lain, untuk hal-hal yang tidak dapat dimengerti karena melampaui akal budi, iman harus mendahului pengertian. Pada nas ini, kita melihat bahwa pengertian Hizkia tentang siapa Allah membuat ia memiliki iman kokoh.

Mendengar perkataan utusan Asyur, Hizkia mengoyakkan pakaiannya dan menyelubungi badannya dengan kain kabung, lalu masuk ke rumah Tuhan (1). Hizkia sadar bahwa ia hanya dapat berharap kepada Tuhan, karena sejauh itu tidak ada negeri yang dapat melepaskan diri dari Asyur. Ia pun mengirim utusan kepada Yesaya untuk berdoa supaya Tuhan menghukum Asyur yang telah mencela Dia (4). Yesaya mengirim pesan supaya Hizkia tidak takut karena raja Asyur akan pergi dan nantinya akan mati dibunuh di negerinya sendiri (7).

Lalu utusan Asyur kembali kepada Hizkia dengan sekali lagi menyuruh Hizkia untuk tidak percaya kepada Allahnya, sebab selama itu tidak ada allah yang dapat melepaskan negerinya dari tangan Asyur (9-13). Mendengar ini, Hizkia pergi ke rumah Tuhan dan berdoa agar Tuhan bertindak bagi nama-Nya yang telah dicela oleh Asyur dan menyelamatkan mereka dari tangan raja yang sombong itu (20).

Mengapa Hizkia tidak terpengaruh oleh fakta bahwa Asyur sudah menaklukkan banyak negeri? Ini karena Hizkia memahami bahwa "Hanya Engkau sendirilah Allah segala kerajaan di bumi; Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi" (16), sedangkan allah-allah lain hanya buatan tangan manusia, sebab itu dapat dibinasakan orang (18).

Pengertian yang benar tentang Allah membuat Hizkia beriman kepada Allah. Maka kenallah Allah dengan baik agar kita bertumbuh dalam iman dan bertindak berdasarkan iman.

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 21 Oktober 2013

MENOLAK UNDANGAN TUHAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Oktober 2013 -Baca:  Matius 22:1-14 "Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."  Matius 22:14

Kalau kita menyadari bahwa hidup ini adalah karena kasih karunia Tuhan semata, maka seharusnya kita memiliki respons yang benar akan keselamatan yang Tuhan berikan dan juga panggilanNya.  Sampai saat ini pintu anugerah keselamatan dan berkat-berkatNya masih terbuka dan tersedia untuk siapa pun yang mau datang memenuhi undangan Tuhan.  Tapi masih banyak dari kita yang tidak mengalami dan menikmati berkat-berkat Tuhan sepenuhnya, padahal kita telah percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi.  Yang menjadi persoalan adalah kita memiliki banyak sekali alasan untuk menghindari undangan Tuhan.  Alasan-alasan inilah yang dijadikan senjata oleh Iblis untuk menjauhkan orang percaya dari kasih karunia Tuhan.  Alasan dan dalih sesungguhnya adalah bentuk dari pelemparan tanggung jawab.  Orang yang suka mencari-cari alasan atau dalih adalah orang yang tidak punya rasa tanggung jawab dan sulit untuk bisa dipercaya.

     Inilah yang seringkali menjadi alassan banyak orang untuk menolak dan menghindari undangan Tuhan Yesus:  1.  Karena harta kekayaan.  Mereka berkata,  "Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan."  (Lukas 14:18).  Ladang berbicara tentang harta kekayaan.  Seringkali banyak orang lebih mengasihi harta kekayaannya daripada mengasihi Tuhan, hatinya melekat kepada harta dan tidak lagi kepada Tuhan;  lebih mengutamakan perkara-perkara duniawi daripada rohani;  uang, rumah mewah, mobil, perhiasan dan sebagainya telah membutakan mata rohani mereka.  Kita bisa belajar dari pengalaman orang muda yang kaya  (baca  Matius 19:16-26), yang lebih memilih meninggalkan Yesus daripada harus membagi hartanya kepada orang miskin.  Kita patut bersyukur jika Tuhan melimpahkan berkat melimpah, namun semua itu tidak boleh menjadi berhala dalam hidup kita atau mengalihkan fokus kita dari Tuhan.  Jika itu terjadi, itu merupakan kejahatan di mata Tuhan.

     Di zaman sekarang ini orang lebih beriorientasi mengejar harta siang dan malam, sementara ibadah, pelayanan dan menabur tidak mereka pedulikan sama sekali.  "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?"  (Matius 16:26).  (Bersambung)

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Selasa, 22 Oktober 2013 - RELA MATI (Roma 5:1-11)

  Tampilan cetakSelasa, 22 Oktober 2013

Bacaan   : Roma 5:1-11Setahun : Lukas 4-5Nats       : Akan tetapi, Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita dalam hal ini: Ketika kita masih berdosa, Kristus telah mati untuk kita. (Roma 5:8)

Pada September 2011 di negara bagian Alaska, AS, sebuah rumah terbakar ketika pemiliknya sedang tidur pulas. Untunglah, kelinci peliharaannya melompat ke dadanya dan menggaruknya sampai terbangun. Begitu tersadar rumahnya sudah penuh asap, orang itu langsung bangkit, membangunkan anaknya, dan lari ke luar menyelamatkan diri. Si kelinci malah tidak beruntung. Ia mati karena terlalu banyak mengisap asap. Namun, tindakan kepahlawanannya menjadi bahan perbincangan masyarakat setempat.

Firman Tuhan memberitakan bahwa Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Ya, ketika manusia masih memberontak dan menjauhi Allah, sumber kehidupannya. Hidup terpisah dari Allah mendatangkan kebinasaan yang mengerikan. Siapa yang peduli dan mau menolong manusia? Kristus bersedia menjadi pembela kita. Meskipun untuk itu Dia harus mati. Kristus rela mencurahkan darah-Nya di kayu salib untuk menggantikan kutuk dosa yang seharusnya kita tanggung.

Kelinci itu menyelamatkan tuan yang bisa jadi bersikap baik kepadanya. Namun, Kristus menyelamatkan manusia berdosa yang hidup untuk memuaskan hawa nafsunya sendiri, bukan orang yang baik dan menaati Allah. Dia, Allah yang Mahakuasa, mampu mengalahkan orang yang menyalibkan-Nya, tetapi Dia memberikan diri-Nya disalib untuk memerdekakan kita dari kutuk dosa. Lalu, Dia bangkit dan menang atas maut sehingga hidup-Nya menyelamatkan dan memperdamaikan kita dengan Allah. Sudahkah kita menyambut karya penebusan ini? --Susanto

DIA MATI AGAR KITA HIDUP; DIA HIDUP AGAR KITADIPERDAMAIKAN DENGAN ALLAH DAN HIDUP BAGI-NYA.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Selasa, 22 Oktober 2013 - Kesombongan orang fasik (Yesaya 36:1-22)

  Tampilan cetakSelasa, 22 Oktober 2013

Judul: Kesombongan orang fasikKarena Allah kita panjang sabar dan tidak langsung menghukum orang fasik, bahkan membiarkan orang fasik berhasil dalam kejahatan mereka, maka orang fasik jadi bangga dengan pencapaian mereka dalam menindas orang lain.

Dalam nas hari ini, raja Asyur -Sanherib- mengepung Yerusalem. Lalu utusan raja Asyur menyuruh rakyat Yerusalem untuk menyerah. Namun Raja Hizkia tidak mau menyerah. Karenanya utusan Asyur berkata kepada rakyat, "Janganlah Hizkia mengajak kamu berharap kepada Tuhan dengan mengatakan: Tentulah Tuhan akan melepaskan kita; kota ini tidak akan diserahkan ke dalam tangan raja Asyur" (15; bdk. 18). Bahkan utusan Asyur sengaja berbicara memakai bahasa Yehuda, dan tidak mau memakai bahasa Aram yang merupakan bahasa internasional pada waktu itu (11-12).

Menurut Asyur, percuma Yehuda berharap kepada Mesir yang sudah menjadi lemah dan tidak dapat dipercaya (6). Yehuda juga tidak dapat berharap kepada Tuhan karena Hizkia telah menghancurkan bukit-bukit pengorbanan dan mezbah-mezbah Tuhan (7; Asyur melihat reformasi yang dilakukan Hizkia sebagai sesuatu yang negatif dan membuat Tuhan murka). Selain itu, keadaan Yehuda sendiri sangat lemah (8-9). Lalu dinyatakan pula bahwa majunya Asyur menyerang Yehuda sesuai kehendak Tuhan (10).

Kesombongan Asyur didukung oleh fakta bahwa banyak sekali negeri yang telah ditaklukkan, dan allah-allah negeri itu pun tidak ada yang dapat melepaskan negeri mereka dari tangan Asyur (18). Puncak kesombongan Asyur terlihat dalam tantangannya terhadap Tuhan dengan berkata: "Siapakah di antara semua allah negeri-negeri ini yang telah melepaskan negeri mereka dari tanganku, sehingga Tuhan sanggup melepaskan Yerusalem dari tanganku?" (20).

Dunia memang penuh orang sombong, yang bahkan dengan berani menantang Tuhan. Namun pada akhirnya kesombongan mereka mereka akan dihancurkan. Karena itu, kita tidak perlu takut kepada kesombongan orang fasik. Allah pasti akan menghancurkan mereka dan kesombongannya.

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Minggu, 20 Oktober 2013

MENOLAK UNDANGAN TUHAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Oktober 2013 -Baca:  Lukas 14:15-24 "Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf."  Lukas 14:18a

Perikop dari pembacaan firman hari ini adalah perumpamaan tentang orang-orang yang berdalih.  Dalam perumpamaan ini Tuhan Yesus menggambarkan hal Kerajaan Sorga seperti seorang Tuan yang sedang mengadakan jamuan yang besar dan mengundang banyak orang untuk datang di pestanya.  Biasanya orang akan antuasias ketika diundang ke sebuah pesta.  Pesta atau jamuan besar itu identik dengan makanan enak dan acara meriah.  Namun dalam kisah ini respons orang-orang yang diundang justru sangat mengejutkan, sekaligus mengecewakan.  Mereka malah menolak undangan itu dengan berbagai dalih atau alasan, padahal si Tuan yang empunya acara ini berkata,  "...rumahku harus penuh."  (ayat 23).  Menolak undangan berarti kehilangan kesempatan untuk menikmati perjamuan.

     Inilah gambaran dari orang-orang yang menganggap remeh berita salib!  Memang,  "...pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah."  (1 Korintus 1:18).  Mereka secara terang-terangan menolak anugerah keselamatan yang ditawarkan Allah melalui PuteraNya Yesus Kristus.  Padahal  "...begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah."  (Yohanes 3:16-19).  Tidak sedikit pula orang yang dengan sengaja melecehkan dan mempermainkan nama Yesus Kristus.  Padahal hanya oleh iman di dalam Yesus Kristus kita diselematkan.

     Kita yang sudah menerima anugerah keselamatan dari Tuhan pun acapkali menyia-nyiakannya dengan tidak mengerjakan keselematan itu dengan hati yang takut dan gentar  (baca  Filipi 2:12-13).  Kita tidak lagi merespons dengan benar keselamatan yang telah kita terima dengan cuma-cuma itu dengan cara melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari kebenaran firman Tuhan, dan menganggapnya sebagai hal yang biasa!  (Bersambung)

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Senin, 21 Oktober 2013 - MERENDAHKAN ALLAH (Roma 1:18-32)

  Tampilan cetakSenin, 21 Oktober 2013

Bacaan   : Roma 1:18-32Setahun : Lukas 2-3Nats       : Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. (Roma 1:21)

Seorang teman berkata bahwa kesetiaannya memberikan persembahan di gereja membuat Allah melipatgandakan persembahannya melalui usaha dan pekerjaannya. Persembahan itu merupakan investasi dalam Kerajaan Allah. Kelak ia akan mendapatkan keuntungan dari pemberiannya itu. Teman ini mengganggap Allah itu seperti perusahaan penanaman modal yang akan memberinya keuntungan suatu saat nanti.

Setiap kita pasti memiliki gambaran tentang Allah. Bagaimana gambaran Allah dalam pikiran kita sedikit banyak akan memengaruhi sikap kita kepada-Nya, yang akan terlihat dalam perilaku kita sehari-hari. Itulah kondisi yang digambarkan Paulus. Berangkat dari pemikiran yang keliru tentang Allah, orang-orang ini kemudian menggantikan kemuliaan Allah dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung, binatang berkaki empat, atau binatang menjalar (ay. 23). Akibatnya Allah meyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran (ay. 24), hawa nafsu yang memalukan (ay. 26), dan pikiran yang terkutuk (ay. 28). Dengan kata lain, kondisi batin mereka makin memburuk.

Pandangan yang rendah tentang Allah menghancurkan manusia itu sendiri dan juga menghambat kemajuan Injil. Pandangan yang benar tentang Allah merupakan dasar yang vital bagi kehidupan Kristen. A.W. Tozer menulis, "Menurut saya, hampir semua kesalahan dalam doktrin atau kegagalan dalam menerapkan etika Kristen berpangkal pada pandangan yang kurang sempurna dan kurang mulia tentang Allah." Bagaimana kita memandang Allah? --Piter Randan Bua

PANDANGAN YANG RENDAH TENTANG ALLAH MENDATANGKAN KEHANCURAN;PANDANGAN YANG BENAR TENTANG ALLAH MENDATANGKAN KETEGUHAN.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 21 Oktober 2013 - Pengharapan bagi orang yang ditebus (Yesaya 35:1-10)

  Tampilan cetakSenin, 21 Oktober 2013

Judul: Pengharapan bagi orang yang ditebusMenjadi seorang Kristen tidak menjamin bahwa kehidupan lancar dan mudah. Dari sejarah gereja dan kehidupan pribadi, kita tahu bahwa kesulitan orang percaya tidak lebih ringan dari kesulitan mereka yang bukan orang beriman. Lalu apa yang membedakan? Penyertaan Tuhan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan serta pengharapan yang kita miliki.

Nas ini berbicara tentang pengharapan akan umat yang diselamatkan dan mendapat kehidupan penuh damai dan sukacita. Ayat 1-2 menunjukkan pembalikan dari kutukan terhadap tanah yang telah Allah berikan dalam Kejadian 3:17. Jika setelah kejatuhan, "tanah" tidak lagi tunduk kepada manusia sehingga tanah yang ditanami menghasilkan onak duri, maka saat itu digambarkan bahwa padang gurun dan padang belantara akan bersorak-sorak dan berbunga. Namun apa yang dinyatakan dalam ayat 1-2 itu belum terealisir. Maka umat diperintahkan untuk "kuatkanlah ... dan teguhkanlah ..." (3), untuk mengingatkan bahwa Allah akan datang menyelamatkan mereka (3-4). Kata yang dipakai dalam "kuatkanlah" dan "teguhkanlah" adalah dua kata kerja yang dipakai Tuhan ketika berkata kepada Yosua: "Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, ..." (Yos 1:6). Dengan demikian umat diimbau meneladani Yosua, yang dengan pengharapan masuk ke tanah perjanjian.

Suka cita yang akan dialami adalah suka cita sempurna. Ini digambarkan dengan mata orang buta akan dicelikkan, telinga orang tuli akan dibuka, orang lumpuh akan melompat, dan orang bisu akan bersorak (5-6) karena bumi telah ditransformasi (7). Bahkan kedamaian total akan terjadi. Ini digambarkan dengan tidak adanya orang yang tidak tahir dan pandir, ataupun singa dan binatang buas yang melintasi jalan Kudus yang akan dilalui oleh orang-orang percaya (8-9). Tidak mengherankan umat Allah yang telah dibebaskan akan berjalan dengan penuh sukacita dan sorak sorai (10).

Allah telah membebaskan kita dari belenggu dosa yang mematikan. Betapa berartinya pembebasan itu bagi kita. Sepatutnyalah kita memuji Dia.

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Sabtu, 19 Oktober 2013

BATU HIDUP atau BATU MATI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Oktober 2013 -Baca:  1 Petrus 2:1-10 "Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan."  1 Petrus 2:8

Keberadaan orang percaya digambarkan sebagai batu-batu hidup yang dipergunakan untuk pembangunan rumah rohani.  Dengan demikian setiap kita memiliki peran dan fungsi.  Tertulis:  "...kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib; kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan."  (1 Petrus 2:9-10).

     Menjadi batu yang hidup berarti memiliki kehidupan yang berpadanan dengan panggilan Tuhan.  "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus."  (1 Tesalonika 4:7).  Jadi,  "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus."  (1 Petrus 1:15-16).  Hidup di dalam kekudusan berarti tidak  "...menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran."  (Roma 6:13).

    Sebaliknya jika kita tetap hidup dalam ketidaktaatan dan ketidaksetiaan dalam melakukan kehendak Tuhan dan memiliki gaya hidup yang duniawi, maka keberadaan kita sama seperti batu-batu yang mati.  Artinya kita telah gagal dalam menjalankan peran dan fungsi kita sebagai anak-anak Tuhan.  Kita tidak lagi mencerminkan umat tebusan Tuhan dan imamat yang rajani, melainkan telah menjadi batu sandungan bagi orang lain, apalagi jika saat dalam masalah dan penderitaan kita mengeluh, bersungut-sungut, mengumpat, ikut-ikutan mencari pertolongan kepada dunia, mata rohani tidak lagi tertuju kepada Tuhan Yesus, selaku Batu Penjuru kita, sehingga orang-orang dunia pun tidak melihat Kristus ada di dalam kita.

Kita menjadi batu-batu yang mati!

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Minggu, 20 Oktober 2013 - DALAL (Hakim-hakim 16:4-22)

  Tampilan cetakMinggu, 20 Oktober 2013

Bacaan   : Hakim-hakim 16:4-22Setahun : Lukas 1Nats       : Sesudah itu Simson jatuh cinta kepada seorang perempuan dari lembah Sorek yang namanya Delila. (Hakim-hakim 16:4)

Cerita Simson dan Delila merupakan cerita getir tentang seorang laki-laki gagah perkasa yang takluk pada hawa nafsu. Karena tergoda oleh muslihat Delila, Simson ditangkap, diolok-olok, dan dijadikan lawakan. Membaca kisah ini, sebagian orang menyimpulkan bahwa para laki-laki perlu berhati-hati terhadap perempuan mana saja. Laki-laki bisa jatuh bukan karena pencobaan yang keras, melainkan karena kelembutan dan bujuk rayu perempuan. Sebuah penafsiran yang memojokkan kaum perempuan!

Delilah, perempuan dari lembah Sorek yang dicintai Simson, bukan wakil khusus kaum perempuan, melainkan simbol pencobaan pada umumnya. Kata delila berarti menderita atau layu. Akar katanya, dalal, berarti mengurangi usaha, melambatkan langkah, mengendurkan, membuat lemah, membuat suram. Secara rohani, Simson menghadapi pencobaan yang melambatkan langkahnya dan mengendurkan usahanya dalam menggenapi tugasnya sebagai hakim Allah. Ia terlena dalam bujukan Delila dan membeberkan rahasia kenazirannya, lalu ditangkap. Ia gagal menjalankan tugasnya karena menjadi layu. Tragisnya, pada waktu mati ia membunuh lebih banyak orang daripada selama ia menjadi hakim.

Setiap orang percaya memiliki dalal-nya masing-masing, pencobaan yang berpotensi menjerat dan melemahkannya. Jika tidak waspada, kita dapat menjadi layu secara rohani, melalaikan panggilan, dan tidak berfungsi secara maksimal sesuai dengan anugerah Tuhan. Nah, apakah dalal dalam hidup kita, dan sudahkah kita mendayagunakan anugerah-Nya untuk menghadapinya? --Martinus Prabowo

MENYADARI TITIK KELEMAHAN PRIBADI KITAMENGARAHKAN KITA UNTUK BERPEGANG TEGUH PADA ANUGERAH-NYA.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Minggu, 20 Oktober 2013 - Merayakan Taurat (Mazmur 119:1-16)

  Tampilan cetakMinggu, 20 Oktober 2013

Judul: Merayakan TauratMazmur 119 unik. Pertama, merupakan mazmur terpanjang. Kedua, mazmur ini dalam bahasa aslinya (Ibrani) ialah puisi akrostik. 176 ayatnya disusun menjadi 22 bait. Setiap bait terdiri dari 8 baris (ayat). Bait pertama setiap barisnya dimulai dengan abjad pertama huruf Ibrani. Demikian seterusnya sampai bait yang ke-22, dimulai dengan abjad terakhir. Dengan penyair manakah kita bisa bandingkan pemazmur yang begitu terinspirasi untuk menuliskan puisi yang demikian indah namun mampu berfokus pada satu tema utama, yaitu Taurat?

Taurat di sini bukan semata-mata hukum legal bangsa Israel. Berangkat dari kata kerja yang berarti "mengajar", Taurat merupakan penyataan Allah kepada Israel untuk membentuk mereka sebagai umat yang taat penuh kepada-Nya. Mazmur 119 merayakan Taurat sebagai petunjuk hidup yang membawa umat pada kebahagiaan (1-2) karena pusat hidup mereka ialah Allah. Ketaatan kepada Taurat berarti mengakui dan memberlakukan kedaulatan Allah dalam hidup mereka. Hasilnya, kebahagiaan dan keberhasilan (bnd. Mzm 1:1-3).

keunikan lain mazmur 119 ialah, pengunaan kata-kata sinonim bagi Taurat, seperti peringatan (2), jalan (3), titah (4), ketetapan (5, 8), perintah (6), hukum (7), dst. Dengan sinomim tersebut, segenap kepenuhan nuansa Taurat diungkapkan.

Taurat ditujukan buat muda-mudi (9-11) agar mereka tidak menyimpang dari jalan Tuhan. Sehingga mereka bisa menikmati hidup yang berkenan kepada-Nya dan yang memberkati sesama. Pemazmur mengungkapkan kecintaannya kepada Taurat dan syukurnya kepada Sumber Taurat (12-16).

Mari kita membaca Mazmur 119 ini seraya merayakan kebaikan Tuhan kepada umat-Nya. Dengan petunjuk-Nya (Taurat), kita bisa menjalani hidup yang menyenangkan Dia serta memberkati sesama kita. Niscaya, kebahagiaan dan keberhasilan menyertai kita.

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Jumat, 18 Oktober 2013

TUHAN YESUS SEBAGAI BATU PENJURU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Oktober 2013 -Baca:  1 Petrus 2:1-10 "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."  1 Petrus 2:6

Rasul Petrus menegaskan bahwa Yesus disebut sebagai batu yang terpilih dan merupakan batu penjuru yang mahal, sehingga barangsiapa percaya kepadaNya tidak akan dipermalukan  (ayat nas).

     Mengapa Tuhan Yesus disebut sebagai batu pilihan?  Karena Dia telah dipilih secara khusus oleh Allah dan ditentukan sebagai pondasi kehidupan serta dasar keselamatan bagi setiap orang yang percaya kepadaNya.  Tertulis:  "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."  (Kisah 4:12).  Jadi,  "...jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan."  (Roma 10:9).  Hal ini menunjukkan bahwa  "...tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus."  (1 Korintus 3:11).

     Batu penjuru adalah batu yang menentukan arah sebuah bangunan, batu yang pertama kali diletakkan yang menjadi patokan pembangunan.  Sebagai batu penjuru Tuhan Yesus adalah pusat dari segala aspek kehidupan kita;  Dia adalah batu yang menentukan arah kehidupan kita.  Karena itu kita harus menjadikan Tuhan Yesus sebagai prioritas dan tujuan hidup kita karena Dia adalah Pemegang kendali hidup kita;  artinya Dia harus menjadi pusat dan tujuan hidup kita karena Dia adalah Alfa dan Omega,  "...yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa."  (Wahyu 1:8).  Dialah yang mengawali seluruh kehidupan ini dan juga yang menjadi tujuan akhir dari kehidupan ini.  Seluruh keberadaan hidup kita pada hakekatnya menuju ke arah Yesus.  Jika kita mengaku sebagai orang Kristen tapi tidak mengarahkan hidup sepenuhnya kepada Yesus sama artinya kita sedang berusaha melepaskan diri dari bangunan tersebut.  Yesus menegaskan,  "...di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar."  (Yohanes 15:5b-6).  (Bersambung)

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Sabtu, 19 Oktober 2013 - RENCANA-NYA TAK GUGUR (Yeremia 1:1-19)

  Tampilan cetakSabtu, 19 Oktober 2013

Bacaan   : Yeremia 1:1-19Setahun : Markus 14-16Nats       : Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau... Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa. (Yeremia 1:5)

Saya anak bungsu dari sebelas bersaudara, dua di antaranya meninggal pada usia muda. Orangtua saya mengira tidak akan punya anak lagi karena usia Ibu sudah lebih dari 44 tahun saat mengandung saya. Ketika saya sudah masuk sekolah teologi, Ibu menuturkan pengakuan yang mengagetkan. "Sebenarnya kamu anak yang tidak diharapkan. Ibu sudah berusaha mengkonsumsi makanan tertentu agar janinmu gugur. Tetapi, inilah rencana Tuhan. Sekarang kamu akan menjadi pelayan-Nya!" Saat ini, saya telah sembilan tahun melayani di antara orang-orang non-Kristen.

Allah menegaskan kepada Yeremia bahwa sejak ia dalam kandungan, Dia sudah memiliki rencana untuknya. Allah telah mempersiapkannya. Ia menjadi nabi di tengah sulitnya kehidupan politik Israel. Ia bahkan dianggap pengkhianat bangsa karena menganjurkan Israel menyerah kepada Babel untuk dibawa sebagai tawanan, dan tidak meminta pertolongan kepada bangsa Mesir. Ia mengalami banyak penderitaan dalam melakukan tugas kenabian, namun ia tetap setia. Dan, seperti ketetapan Tuhan, ia bernubuat mengenai bangsa-bangsa (Yer 46-51).

Banyak orang mengira keberadaannya di dunia ini hanya suatu kebetulan. Namun, orang percaya hendaknya menyadari bahwa ia ada di dunia ini karena Tuhan memiliki rencana atas hidup mereka. Anda mungkin tidak dipanggil menjadi nabi besar seperti Yeremia, namun Anda dapat menjadi nabi bagi seseorang di samping Anda. Tempuhlah jalan Tuhan, maka Anda akan melihat rencana-Nya yang besar untuk Anda! --Hembang Tambun

RENCANA ALLAH JAUH MELAMPAUI RENCANA PALING SEMPURNAYANG DAPAT DIRANCANGKAN OLEH MANUSIA.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Sabtu, 19 Oktober 2013 - Tuhan menolong umat-Nya (Yesaya 34:1-17)

  Tampilan cetakSabtu, 19 Oktober 2013

Judul: Tuhan menolong umat-NyaPerikop ini berisi berita tentang murka Tuhan kepada bangsa-bangsa di sekitar Israel. Kalau dibaca sekilas, memang tampak sebagai berita yang sangat mengerikan. Namun perikop ini tidak boleh ditafsirkan secara sendirian, melainkan harus dilihat juga rangkaian perikop-perikop sebelum dan sesudahnya.

Pada perikop sebelumnya, nabi Yesaya telah menyampaikan bahwa umat seharusnya berdoa kepada Tuhan untuk memohon perlindungan. Lalu Tuhan peduli dan menolong umat-Nya. Tidak dapat dilepaskan dari perikop sebelumnya, nas hari ini memperlihatkan wujud pertolongan Tuhan yang peduli kepada umat-Nya. Sebagai wujud pertolongan-Nya, Tuhan menghukum bangsa-bangsa di sekitar Yehuda, termasuk bangsa Edom. Gambaran mengenai penghukuman atas bangsa-bangsa ini memang sangat mengerikan. Bahkan murka Tuhan digambarkan seperti murka-Nya kepada Sodom dan Gomora, yang membinasakan semua yang ada di sana (9-10). Elemen air dan tanah di bumi diubah menjadi elemen ter yang mudah terbakar. Elemen ter yang terbakar menimbulkan api yang tidak mudah dipadamkan, yang berpotensi membinasakan ("Siang dan malam negeri itu tidak akan padam-padam, asapnya naik untuk selama-lamanya", ayat 10). Pembinasaan itu terjadi tidak secara kebetulan, melainkan telah diukur dan tepat sebagai rencana Tuhan yang telah ditetapkan (ayat 11: teks Masoret menggunakan istilah "tali ukur" dan "batu pengukur" yang digunakan oleh tukang bangunan untuk mengukur kekuatan bangunan dengan tepat). Mereka dihukum karena memosisikan diri untuk melawan Tuhan dan umat-Nya (bandingkan dengan istilah "tahun pengganjaran karena perkara Sion").

Lihatlah bahwa tidak ada satu kekuatan pun di dunia ini yang dapat tetap tegak berdiri bila menentang Yang Maha Kuasa, Tuhan kita. Akan ada saat Tuhan menunjukkan kuasa-Nya dan menundukkan musuh-musuh-Nya hingga mereka bertekuk lutut, bahkan binasa. Maka tetaplah berada di pihak Allah dan alamilah kuasa-Nya.

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Jumat, 18 Oktober 2013 - Tuhan, Raja dan Hakim yang adil (Yesaya 33:1-24)

  Tampilan cetakJumat, 18 Oktober 2013

Judul: Tuhan, Raja dan Hakim yang adilHukuman ("celakalah", ayat 1) ini tertuju kepada Asyur yang akan menyerang Yehuda atau kepada musuh yang lain. Strukturnya jelas: hukuman kepada musuh (1); doa memohon perlindungan Tuhan (2-6); keadaan negeri yang berkabung karena musuh (7-9); Tuhan yang bangkit melawan musuh (10-16); serta pujian kepada Tuhan, Raja dan Hakim yang Adil (17-24). Alurnya jelas dan terpusat pada bagian akhir perikop ini, yaitu pengagungan kepada Tuhan sebagai Raja dan Hakim yang adil.

Ayat 1 merupakan judul atau pengantar perikop. Isi dimulai di ayat 2. Sang nabi mengajarkan bahwa umat seharusnya bergantung dan memohon perlindungan hanya kepada Tuhan (2-4). Bukan kepada Mesir dan berhala, seperti yang telah ditandaskan sang nabi pada perikop-perikop sebelumnya. Tuhan harus ditempatkan sebagai satu-satunya Pelindung dan Raja bagi umat Yehuda, karena Dialah satu-satunya Raja mereka (5-6). Jika umat menempatkan Tuhan sebagai satu-satunya Pelindung dan memohon perlindungan hanya kepada Dia melalui doa, maka Dia peduli. Sebelum umat berdoa pun Dia sudah peduli. Dia peduli terhadap teriakan umat yang berkabung dan merana (7-9). Karena kepedulian-Nya, Dia bangkit dan menolong umat-Nya (10-16). Dia akan memukul mundur Asyur, negara adidaya itu. Meski secara manusia Yehuda tidak akan sanggup melawan Asyur, tetapi Tuhan akan menolong umat-Nya dengan memukul Asyur hingga mundur.

Oleh karena Tuhan peduli dengan memberi perlindungan, maka sudah selayaknya Dia dipuji. Puncak pujian ada di ayat 22. Di ayat itu, Tuhan dipuji sebagai Hakim dan Raja. Dia dipuji sebagai Hakim karena menegakkan keadilan yang didasarkan atas kasih-Nya kepada umat-Nya. Dia dipuji sebagai Raja karena Dia peduli terhadap rakyat-Nya (umat-Nya) dengan memberikan perlindungan.

Sudahkah Anda melihat bagaimana Tuhan menegakkan keadilan-Nya di bumi ini? Sudahkah Anda mengalami kepedulian-Nya terhadap Anda? Maka pujilah Tuhan karena perbuatan-Nya yang baik bagi kita!

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Kamis, 17 Oktober 2013

HIDUP ADALAH UNTUK KRISTUS (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Oktober 2013 -Baca:  2 Korintus 5:1-10 "Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya,"  2 Korintus 5:10

Rasul Paulus memiliki keyakinan kokoh akan Injil yang diberitakannya,  "...karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya,"  (Roma 1:16).

     Baginya kematian berarti meninggalkan semua penderitaan, masalah dan kesesakan yang menjadi bagian hidup manusia di muka bumi ini.  "Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita."  (Roma 8:18).  Jadi,  "...jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini,"  (2 Korintus 5:1-2).  Namun ia pun merasa terbeban tinggal lebih lama di dunia ini.  Bukan bertujuan menikmati hidup tapi bekerja bagi Kristus, melayani Dia dan menghasilkan buah pelayanannya.  Inilah pilihan yang harus dihadapi Paulus yaitu antara melayani Kristus di dunia ini atau tinggal bersama Dia di sorga.

     Bagi kebanyakan orang yang tidak mengerti akan panggilan hidupnya, hidup adalah untuk mengejar materi atau kekayaan, mengutamakan diri sendiri, serta memuaskan segala keinginan daging.  Akhirnya kematian bukan lagi sebagai keuntungan, tapi musibah dan malapetaka.  Oleh karena itu manusia selalu ketakutan menghadapi kematian, bahkan menyebut dan membicarakannya saja mereka enggan.  Namun bagi orang percaya yang merespons panggilan hidupnya sebagai kesempatan melayani Kristus, memberi buah bagiNya dan memuliakanNya melalui perkataan dan perbuatan, akan berkata bahwa mati adalah keuntungan.

     Kita yang masih diberi hidup sampai detik ini sudahkah mengisi hari-hari dengan takut akan Tuhan dan mempersembahkan hidup bagi Dia?  Marilah pergunakan setiap talenta dan karunia kita untuk melayani Tuhan dan menghasilkan buah sesuai pertobatan.

"Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja."  Yohanes 9:4

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Jumat, 18 Oktober 2013 - Tuhan, Raja dan Hakim yang adil (Yesaya 33:1-24)

  Tampilan cetakJumat, 18 Oktober 2013

Judul: Tuhan, Raja dan Hakim yang adilHukuman ("celakalah", ayat 1) ini tertuju kepada Asyur yang akan menyerang Yehuda atau kepada musuh yang lain. Strukturnya jelas: hukuman kepada musuh (1); doa memohon perlindungan Tuhan (2-6); keadaan negeri yang berkabung karena musuh (7-9); Tuhan yang bangkit melawan musuh (10-16); serta pujian kepada Tuhan, Raja dan Hakim yang Adil (17-24). Alurnya jelas dan terpusat pada bagian akhir perikop ini, yaitu pengagungan kepada Tuhan sebagai Raja dan Hakim yang adil.

Ayat 1 merupakan judul atau pengantar perikop. Isi dimulai di ayat 2. Sang nabi mengajarkan bahwa umat seharusnya bergantung dan memohon perlindungan hanya kepada Tuhan (2-4). Bukan kepada Mesir dan berhala, seperti yang telah ditandaskan sang nabi pada perikop-perikop sebelumnya. Tuhan harus ditempatkan sebagai satu-satunya Pelindung dan Raja bagi umat Yehuda, karena Dialah satu-satunya Raja mereka (5-6). Jika umat menempatkan Tuhan sebagai satu-satunya Pelindung dan memohon perlindungan hanya kepada Dia melalui doa, maka Dia peduli. Sebelum umat berdoa pun Dia sudah peduli. Dia peduli terhadap teriakan umat yang berkabung dan merana (7-9). Karena kepedulian-Nya, Dia bangkit dan menolong umat-Nya (10-16). Dia akan memukul mundur Asyur, negara adidaya itu. Meski secara manusia Yehuda tidak akan sanggup melawan Asyur, tetapi Tuhan akan menolong umat-Nya dengan memukul Asyur hingga mundur.

Oleh karena Tuhan peduli dengan memberi perlindungan, maka sudah selayaknya Dia dipuji. Puncak pujian ada di ayat 22. Di ayat itu, Tuhan dipuji sebagai Hakim dan Raja. Dia dipuji sebagai Hakim karena menegakkan keadilan yang didasarkan atas kasih-Nya kepada umat-Nya. Dia dipuji sebagai Raja karena Dia peduli terhadap rakyat-Nya (umat-Nya) dengan memberikan perlindungan.

Sudahkah Anda melihat bagaimana Tuhan menegakkan keadilan-Nya di bumi ini? Sudahkah Anda mengalami kepedulian-Nya terhadap Anda? Maka pujilah Tuhan karena perbuatan-Nya yang baik bagi kita!

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Jumat, 18 Oktober 2013 - KEBUTUHAN DAN CINTA UANG (1 Timotius 6:2-10)

  Tampilan cetakJumat, 18 Oktober 2013

Bacaan   : 1 Timotius 6:2-10Setahun : Markus 12-13Nats       : Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. (1 Timotius 6:10)

Di bangku sekolah dulu, kita belajar mengenai jenis-jenis kebutuhan manusia. Di tingkat yang paling dasar, dikenal kebutuhan yang disebut kebutuhan primer yang berisi makanan, pakaian dan rumah. Secara teori, asalkan ketiga hal tersebut terpenuhi, sudah cukup untuk seseorang bisa bertahan hidup. Tapi saya rasa sebagian besar dari kita tidak akan puas kalau hanya memiliki ketiga hal tersebut. Bukan karena tidak setuju bahwa sebetulnya tiga hal itu cukup untuk bertahan hidup, tapi karena kita ingin memiliki hal-hal yang lain juga.

Sampai di tahap tertentu, kemauan dan kemampuan ini baik. Sebab tentu memenuhi kebutuhan sekunder seperti kesehatan dan pendidikan memang diperlukan untuk memiliki kualitas hidup yang baik. Tapi ketika kemudian hal-hal yang tergolong kebutuhan tersier seperti internet, alat elektronik terbaru, baju mahal, dsb. juga masuk dalam daftar kebutuhan dasar hidup kita dan kita merasa tanpa itu hidup kita tidak cukup, kita perlu berhatihati. Sebab jangan-jangan kita sudah bukan lagi sekedar berusaha meningkatkan kualitas hidup, tapi sudah jatuh dalam penyakit cinta uang.

Paulus menuliskan bahwa penyakit ini harus diwaspadai sebab cinta uang adalah akar dari segala kejahatan. Ketika seseorang sudah cinta uang, ia akan terjerumus untuk mengejar harta tanpa lagi mempedulikan soal etika dan kebenaran. Selain itu, cinta uang mendatangkan kesusahan bagi diri kita sendiri. Sebab ketika tujuan hidup sudah berpindah dari menyenangkan Tuhan kepada mengumpulkan harta, kita tidak akan pernah merasa puas. --Alison Subiantoro

MENGEJAR KUALITAS HIDUP MEMANG PERLU, TAPI HATI-HATILAHDENGAN PENYAKIT CINTA UANG YANG MENGINTAI.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Rabu, 16 Oktober 2013

Kamis, 17 Oktober 2013 - Masih ada pengharapan (Yesaya 32:1-20)

  Tampilan cetakKamis, 17 Oktober 2013

Judul: Masih ada pengharapanPada ayat 1-8 nabi Yesaya mengungkapkan harapannya kepada bangsa Yehuda, yaitu terwujudnya keadilan di Israel. Telah diungkapkan di pasal 28:7-19 bahwa para pemimpin Yehuda berlaku korup dan tidak adil. Karena itu sang nabi mendambakan munculnya seorang raja yang berlaku adil, yang menegakkan pemerintahan atas dasar keadilan. Bila sang raja berlaku adil, bawahannya pun akan bertindak adil.

Dalam hal ini sang nabi mengkritik tindakan raja. Di satu sisi, jika raja atau pemimpin Yehuda adil maka jalannya kepemimpinan di seluruh Yehuda akan didasarkan atas dasar keadilan (1-8). Di sisi lain, yang terjadi adalah pemimpin di Yehuda berlaku korup sehingga ketidakadilanlah yang terjadi. Tak heran bila nabi mengharapkan Allah mengutus seorang mesias, raja yang akan menegakkan keadilan di bumi Israel. Pengharapan sang nabi dapat digolongkan sebagai pengharapan mesianis.

Setelah mengungkapkan harapannya, nabi mengajarkan bahwa semua tindakan ada konsekuensinya. Ungkapan "perempuan-perempuan" pada ayat 9-20 lebih berarti kota Yerusalem (kota dalam bahasa Ibrani dipakai dalam bentuk feminin, dan kota Yerusalem sering juga disebut "putri Sion" menurut kelaziman waktu itu). Bangsa Yehuda (dalam hal ini diwakili ibukotanya, Yerusalem, yang saat itu disebut dengan "perempuan-perempuan") merasakan aman dan tenteram. Ini tentu karena mereka mendapat perlindungan dari Mesir di bawah ancaman Asyur (9-14). Namun keamanan itu bersifat semu, sebab mereka akan hancur jika memohon perlindungan dari yang bukan Tuhan.

Akan tetapi, ada saat Tuhan akan membela umat-Nya dan akan mencurahkan keadilan di bumi Yehuda (15-20). Ternyata masih ada pengharapan bahwa Tuhan akan menegakkan keadilan bagi umat. Itulah pengharapan bagi umat di tengah kesulitan.

Tuhan memang akan selalu bertindak adil terhadap orang berdosa. Ia akan menjatuhkan hukuman terhadap orang itu. Namun kesempatan untuk berbalik kepada Tuhan dan bertobat, tidak pernah tertutup. Maka datanglah kepada-Nya.

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

HIDUP ADALAH UNTUK KRISTUS (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Oktober 2013 -Baca:  Filipi 1:12-26 "Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus--itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu."  Filipi 1:23-24

Dalam perjalanan hidup ini acapkali kita diperhadapkan dengan pilihan-pilihan yang sangat berat, baik dalam hal membuat keputusan, memilih pasangan hidup, memilih sekolah yang bagus, memilih pekerjaan yang sesuai, mengerjakan tugas pelayanan dan sebagainya.  Terlebih-lebih jika kita diperhadapkan dengan dua pilihan yang sama beratnya dan sangat menentukan masa depan hidup kita.  Rasul Paulus pun diperhadapkan dengan dua pilihan yang dilematis, namun bukan pilihan seperti buah simalakama, melainkan dua pilihan yang mengandung berkat luar biasa, yaitu:  "...bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan."  (Filipi 1:21).

     Rasul Paulus menulis surat ini tidak sedang dalam keadaan yang baik dan menyenangkan, melainkan saat ia berada di penjara.  Namun hal itu tidak membuatnya sedih, kecewa dan putus pengharapan, justru rohnya makin menyala-nyala bagi Tuhan.  Ia pun berprinsip jika Tuhan menghendakinya untuk hidup lebih lama lagi di dunia ini berarti ada suatu kesempatan baginya untuk memberi yang terbaik bagi Tuhan, melayani Dia dan memberikan Injil lebih lagi.  "...jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah."  (Filipi 1:22a).  Jadi hidup yang dijalani Paulus bukan lagi hidup untuk diri sendiri, namun untuk Kristus sepenuhnya.  Bagi Paulus Kristus adalah segala-galanya, melebihi apa pun yang ada di dunia ini.  "...apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya."  (Filipi 3:7-8a).  Sebaliknya, andai pun penguasa Romawi harus menjatuhkan hukuman mati kepadanya bukanlah malapetaka bagi Paulus, justru ini adalah berkat yang luar biasa baginya, karena Paulus tahu benar bahwa setelah kematian ada kehidupan yang sesungguhnya.  Ia tahu ke mana akan pergi dan di mana ia akan berada.

     Jadi, kematian bagi Paulus merupakan sebuah keuntungan yang besar, sebab ia akan segera bertemu dengan Tuhan Yesus Kristus, Sang Juruselamat, di dalam Kerajaan Sorga dan memerintah bersama Dia.  (Bersambung)

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Kamis, 17 Oktober 2013 - PROBLEM TERBESAR (Amsal 4:20-27)

  Tampilan cetakKamis, 17 Oktober 2013

Bacaan   : Amsal 4:20-27Setahun : Markus 10-11Nats       : Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan karena di situlah terpancar kehidupan. (Amsal 4:23)

Seorang wartawan pernah bertanya kepada penginjil D.L. Moody, orang mana yang memberi kesulitan paling besar dalam pelayanannya. Moody menjawab seketika, "Saya mempunyai kesulitan paling banyak dengan D.L. Moody dibandingkan dengan orang-orang mana pun yang masih hidup."

Pernyataan Moody menggarisbawahi bahwa problem terbesar kita ternyata bukanlah setan dan anak buahnya. Mereka sudah dikalahkan oleh Tuhan Yesus di kayu salib. Problem terbesar kita tidak lain adalah diri sendiri. Sekalipun kita sudah percaya kepada Yesus, sifat kedagingan manusia yang berpusat pada diri sendiri dan egois itu masih melekat. Keakuan ini bahkan sering masih sangat kuat. Setiap orang percaya memiliki pergumulannya masing-masing untuk menghadapi keakuan ini. Inilah antara lain yang hendak disampaikan penulis Amsal ketika memperingatkan kita untuk menjaga hati.

Kita perlu waspada jika ada kecenderungan untuk matimatian menjunjung gengsi. Kita berusaha keras agar setiap orang menghormati kita dan tidak ada yang meremehkan kita. Tanpa kita sadari, sikap semacam itu malah memperkuat keangkuhan dan kesombongan. Sederet masalah lain akan mengikutinya, seperti tidak mau ditegur, tidak mau mengampuni, dan merasa diri paling benar. Inilah keakuan yang perlu kita taklukan di dalam kehidupan kita. Inilah kondisi yang perlu kita waspadai agar tidak membelenggu hati kita. Kiranya Kristuslah yang bertahta di dalam hati kita dan memimpin segenap hidup kita, bukannya keakuan kita sendiri. --Petrus Kwik

KETIKA KITA BELAJAR TUNDUK PADA KEHENDAK TUHAN,KITA MENAKLUKKAN PROBLEM TERBESAR KITA.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Selasa, 15 Oktober 2013

Rabu, 16 Oktober 2013 - Hanya dari Tuhan saja (Yesaya 31:1-9)

  Tampilan cetakRabu, 16 Oktober 2013

Judul: Hanya dari Tuhan sajaPerikop ini merupakan pengulangan dari perikop-perikop sebelumnya. Ini menandakan bahwa berita itu sangat penting untuk didengarkan oleh umat, karena umat diajak untuk bertobat. Yaitu dengan kembali menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya Pelindung Israel.

Perikop ini disusun secara konsentris, yaitu berita teologis terkonsentrasi pada bagian tengah, yaitu di ayat 4-5. Strukturnya sebagai berikut:

ayat 1-3: ajakan mengandalkan Tuhan sebagai satu-satunya Pelindung; ayat 4-5: Tuhan sebagai satu-satunya Pelindung; ayat 6-9: ajakan mengandalkan Tuhan sebagai satu-satunya Pelindung.

Pengulangan pertama (1-3) adalah ajakan agar umat Yehuda tidak mengandalkan kekuatan manusia (termasuk kekuatan berhala asing), dengan mengadakan permufakatan untuk memohon bantuan kepada Mesir. Tentu saja permufakatan ini tidak hanya secara politis melainkan juga secara religius, artinya bangsa Israel akan menyembah berhala-berhala Mesir juga. Mereka yang memohon pertolongan bukan kepada Tuhan disebut sebagai orang-orang yang celaka (1). Maka Tuhan akan melawan Mesir (sebagai yang menolong) dan sekaligus umat Yehuda (sebagai yang ditolong). Ini terlihat pada ungkapan: "Tuhan mengacungkan tangan-Nya, tergelincirlah yang membantu dan jatuhlah yang dibantu, dan mereka sekalian habis binasa bersama-sama" (3).

Pengulangan kedua (6-9) ada dalam situasi yang menegangkan oleh karena ancaman Asyur, negara adidaya itu. Umat seharusnya tidak memohon pertolongan kepada Mesir lalu berkoalisi secara politis dan religius. Maka umat diyakinkan bahwa Tuhan jauh lebih kuat dari Asyur, dan Dia akan memukul mundur dan bahkan membinasakan Asyur.

Inti berita ada pada bagian konsentris (4-5): Allah sendiri akan bertindak sebagai Pelindung umat. Pertolongan hanya datang dari Tuhan, ya hanya dari Tuhan saja.

Memang tidak ada satu koalisi dengan kekuatan mana pun yang dapat diandalkan. Hanya Tuhan yang kuasa-Nya layak untuk kita andalkan. Dari Dia saja pertolongan datang.

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

CARA HIDUP YANG SIA-SIA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Oktober 2013 -Baca:  Galatia 3:1-14 "Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia!"  Galatia 3:4

Adakalanya kita tak ubahnya seperti  "...orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."  (Matius 7:26).

     Adapun dasar hidup yang benar bagi orang percaya adalah firman Tuhan.  Jika firman Tuhan yang menjadi dasar hidup kita, kita akan mengalami campur tangan Tuhan yang luar biasa, sebab firmanNya adalah ya dan amin, karena  "...firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya."  (Yesaya 55:11).  Jadi,  "... seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana:"  (Yesaya 14:24), dan  "Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan,"  (Yesaya 46:10).  Kita juga dikatakan memiliki cara hidup yang sia-sia apabila kita tidak menyelesaikan apa yang sudah kita mulai.  Kepada jemaat di Galatia rasul Paulus menegur dengan keras,  "Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?"  (Galatia 3:3).  Seseorang dikatakan bodoh bukan karena ia tidak berbuat apa-apa;  mungkin ia melakukan segala sesuatu, namun tidak pernah menyelesaikannya sampai akhir sehingga apa yang dikerjakan itu pun menjadi tidak berguna.  Inilah yang dilakukan rasul Paulus,  "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman."  (2 Timotius 4:7), agar  "...supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak."  (1 Korintus 9:27).

     Ingin menjadi pribadi yang berdampak bagi orang lain, hidup berkemenangan dan makin berkenan kepada Tuhan?  Mulai dari sekarang tinggalkan cara hidup yang sia-sia.  Tuhan memanggil kita untuk menjadi kepala, bukan ekor  (Ulangan 28:13);  untuk menjadi garam dan terang dunia  (Matius 5:13-16).  Karena itu jangna hanya berfokus pada diri sendiri, tapi berusahalah supaya kehidupan kita menjadi berkat dan berdampak bagi orang lain.  Jadikan firman Tuhan sebagai pedoman hidup dan andalkan Tuhan dalam segala hal, serta kerjakan segala perkara yang dipercayakan kepada kita dengan setia sampai akhir.

Jangan sia-siakan pengorbanan Kristus dengan melakukan hal yang sia-sia lagi!

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Rabu, 16 Oktober 2013 - MENOLONG YANG KELAPARAN (Kisah Para Rasul 11:19-30)

  Tampilan cetakRabu, 16 Oktober 2013

Bacaan   : Kisah Para Rasul 11:19-30Setahun : Markus 8-9Nats       : Lalu murid-murid memutuskan untuk mengumpulkan sumbangan sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing dan mengirimkannya kepada saudara-saudara seiman yang tinggal di Yudea. (Kisah Para Rasul 11:29)

Tanggal 16 Oktober diperingati sebagai Hari Pangan Sedunia. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya penanganan masalah pangan, baik di tingkat global, regional maupun nasional. Di tengah kemajuan dan kemakmuran yang dinikmati banyak orang saat ini, masih banyak pula orang yang kekurangan makanan. Di beberapa negara, kelaparan terjadi karena perang yang tak kunjung usai, bencana alam, dan perubahan iklim.

Ketika Paulus dan Barnabas sedang melayani jemaat di Antiokhia, nabi Agabus datang dari Yerusalem dan menubuatkan kelaparan besar yang akan melanda dunia. Hal itu terjadi pada zaman Kaisar Klaudius, sekitar tahun 45 M. Beberapa sejarawan mencatat bencana kelaparan ini, yang menyebabkan banyak penduduk Yerusalem meninggal dunia.

Apa tanggapan mereka? Orang percaya menggalang pengumpulan dana dari berbagai jemaat untuk kemudian disalurkan kepada mereka yang memerlukannya di Yerusalem (bd. 2 Kor 9). Jemaat-jemaat yang baru berdiri itu membantu jemaat di Yerusalem, seperti pos-pos pelayanan membantu gereja pusat. Mereka tidak mengerdilkan potensi mereka sendiri, tetapi melakukan aksi nyata sesuai dengan kemampuan untuk menganggung beban sesama orang percaya. Teladan akan kasih Kristuslah yang mendorong mereka melakukannya.

Saat ini di sekitar kita sebenarnya juga masih banyak orang yang kelaparan: para penghuni pemukiman kumuh, gelandangan di jalanan, dll. Tindakan nyata apa yang dapat kita lakukan untuk meringankan beban mereka? --Hembang Tambun

KETIKA KITA MEMBERI MAKAN KEPADA MEREKA YANG KELAPARAN,SESUNGGUHNYA KITA MEMPERSEMBAHKANNYA KEPADA TUHAN YESUS.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 14 Oktober 2013

Selasa, 15 Oktober 2013 - TAHU BATAS (Kejadian 39:1-23)

  Tampilan cetakSelasa, 15 Oktober 2013

Bacaan   : Kejadian 39:1-23Setahun : Markus 6-7Nats       : Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadapAllah? (Kejadian 39:9)

"Saat Yusuf masuk ruangan, teman-teman nyonya Potifar yang sedang mengiris-iris bawang terluka jarinya. Itu karena mata mereka berpindah pandangan dari bawang ke wajah Yusuf yang amat tampan dan memesona." Demikianlah penggalan cerita religius Arab yang hendak menggambarkan betapa elok paras Yusuf dan betapa besar dampaknya ketampanannya. Tidak heran jika istri Potifar terbakar asmara olehnya.

Sebetulnya bila Yusuf mau menyambut bujukan istri Potifar untuk tidur bersama (ay 7), bisa saja skandal itu aman. Istri Potifar mungkin akan berusaha keras menutupinya. Namun, pertimbangan Yusuf bukan sekadar hitung-hitungan situasional. Ia melihat semua peristiwa ini dari sudut pandang spiritual, yakni dalam konteks hubungan seseorang di hadapan Tuhan. Oleh sebab itu ketika istri Potifar menggodanya secara seksual, respon Yusuf jelas. Katanya, "Bagaimana mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?" (ay. 9b). Yusuf bukan saja tahu batas wewenang yang diberikan oleh Potifar kepadanya (ay. 9a), ia terlebih lagi juga tahu batas mana yang ditentukan Tuhan. Bagi Yusuf, tarikan garis batas yang jelas itu mengundang adanya sikap yang tegas. Itulah Yusuf, orang yang tak hanya elok parasnya, namun juga elok spiritualitasnya.

Kita tahu bahwa godaan yang mendatangi kita bukanlah hal yang batasnya tak jelas. Namun, tahu saja tidak cukup. Kita diminta bertindak pas dengan apa yang kita tahu sebagai batas yang tak boleh diterabas itu. --Daniel K Listyabudi

KEELOKAN HATI MEMBENTENGI KITATERHADAP GODAAN YANG MENYERANG BERTUBI.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Minggu, 13 Oktober 2013

Senin, 14 Oktober 2013 - Berbahagialah yang menantikan Tuhan (Yesaya 30:18-26)

  Tampilan cetakSenin, 14 Oktober 2013

Judul: Berbahagialah yang menantikan TuhanMelanjutkan ajakan pertobatan yang telah diungkapkan pada perikop sebelumnya, nabi Yesaya tetap mengajak umat supaya bertobat. Mereka diajak untuk tidak meminta pertolongan kepada Mesir. Ini berarti mereka juga harus memusnahkan berhala-berhala Mesir. Dalam PL, jika satu bangsa memohon pertolongan dari bangsa lain yang lebih kuat, ini juga berarti bahwa mereka memohon bantuan kepada dewa-dewa bangsa itu.

Maka Israel diajak untuk meminta pertolongan hanya kepada Tuhan, "Engkau akan menganggap najis patung-patungmu ..." (22); "... apabila engkau berseru-seru, pada saat Ia mendengar teriakmu, Ia akan menjawab" (19). Jika mereka mau berbalik dan memohon perlindungan hanya kepada Tuhan, maka Tuhan akan menolong mereka. Pada waktu Asyur menyerang mereka, Tuhan akan menolong mereka serta menyembuhkan yang terluka (26). Tuhan tidak membiarkan umat-Nya dalam kesengsaraan dan kekurangan jika Asyur benar-benar menyerang Yehuda (25). Tuhan akan menghindarkan itu semua, sehingga tercipta kedamaian di negeri Yehuda (23-24). Mereka akan dapat bercocok tanam dan beternak dengan keamanan dan kedamaian yang dijamin oleh Tuhan, Pelindung umat-Nya.

Itu semua dilakukan Tuhan karena Dia mengasihi umat-Nya (18). Oleh karena keadilan yang didasarkan atas kasih-Nya sajalah maka Tuhan akan menolong dan memberikan perlindungan kepada umat-Nya, jika mereka mau berbalik dan memohon pertolongan kepada Tuhan.

Kesadaran bahwa Tuhan saja satu-satunya yang berkuasa, seharusnya membuat kita hanya mencari Tuhan disaat kita membutuhkan pertolongan. Jangan sampai menunggu kuasa-kuasa asing mengecewakan kita baru kita mencari Tuhan. Pahami dan ingatlah baik-baik bahwa Tuhan saja satu-satunya yang dapat memberikan pertolongan dan perlindungan kepada kita, karena hanya Dia yang mengasihi kita. Tuhan akan datang dan memberikan pertolongan bila kita bergantung kepada Dia. Maka nantikanlah pertolongan Tuhan senantiasa.

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

bBiografi/b Gatot Subroto - Tokoh Perjuangan Militer Indonesia b.../b

Biografi Gatot Subroto - Bicara tentang tokoh nasional atau pahlawan nasional Indonesia memang sangat menarik untuk dibahas. Selain kita bisa mengenang perjuangan mereka, kita juga bisa memetik pelajaran dari kisah hidup mereka. Sudah selayaknya sebagai generasi penerus, harus mempertahankan apa yang sudah mereka upayakan untuk kita. Pada kesempatan yang lalu kita sudah membahas beberapa biografi tokoh dan pahlawan nasional Indonesia seperti Dr. Cipto Mangunkusumo, Adisucipto, Agus Salim, AH Nasution, Ahmad Yani, dan yang lainnya. Bahkan pahlawan nasional wanita Indonesiapun sudah pernah kita bahas seperti Ibu perbu dari Aceh Cut Nyak Dhien dan perintis pendidikan kaum wanita Dewi Sartika. Kali kita akan membahas seorang pahlawan nasional Indonesia lainnya yang juga dikenal sebagai  tokoh yang menggagas akan perlunya sebuah akademi militer gabungan (AD,AU,AL) untuk membina para perwira muda. Langsung saja berikut sekilas tentang biografi Gatot Subroto.

Jenderal Gatot Soebroto lahir di Banyumas, Jawa Tengah, 10 Oktober 1907 dan meninggal di Jakarta, 11 Juni 1962 pada usia 54 tahun adalah tokoh perjuangan militer Indonesia dalam merebut kemerdekaan dan juga pahlawan nasional Indonesia. Pada tahun 1962, Soebroto dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional menurut SK Presiden RI No.222 tanggal 18 Juni 1962. Ia juga merupakan ayah angkat dari Bob Hasan, seorang pengusaha ternama dan mantan menteri Indonesia pada era Soeharto.

Sejak anak-anak Gatot sudah menunjukkan watak seorang pemimpin. Dia memiliki keberanian, ketegasan, tanggung jawab, dan berpantang akan kesewenangan. Pengalaman tidak manis pernah dialaminya ketika masih bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS). Karena berkelahi dengan seorang anak Belanda, dia akhirnya dikeluarkan dari sekolah tersebut. Kasus itu sudah cukup menunjukkan bahwa sejak kecil dirinya sudah memiliki sifat pemberani dan tegas. Di kala orang tidak ada yang berani menantang anak-anak Belanda yang merasa lebih tinggi derajatnya dari kaum pribumi, Gatot Subroto dengan tanpa gentar sedikitpun maju menantang.

Dikeluarkan dari sekolah ELS dia kemudian masuk ke sekolah Holands Inlandse School (HIS). Dari sana, dia akhirnya menyelesaikan pendidikan formalnya. Namun setamat HIS, dia memilih tidak meneruskan pendidikannya ke sekolah yang lebih tinggi, tetapi bekerja sebagai pegawai. Pilihannya menjadi pegawai tersebut ternyata juga tidak memuaskan jiwanya. Dia kemudian keluar dari pekerjaanya dan masuk sekolah militer di Magelang pada tahun 1923. Setelah menyelesaikan pendidikan militer, Gatot pun menjadi anggota KNIL (Tentara Hindia Belanda) hingga akhir pendudukan Belanda di Indonesia. Setelah Jepang menduduki Indonesia, serta merta Gatot Subroto pun mengikuti pendidikan PETA di Bogor. Setelah kemerdekaan, Gatot Subroto memilih masuk Tentara Keamanan Rakyat TKR dan kariernya berlanjut hingga dipercaya menjadi Panglima Divisi II, Panglima Corps Polisi Militer, dan Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya. Berpendirian tegas dan memiliki solidaritas yang tinggi, merupakan ciri khas dari Jenderal Gatot Subroto. Pria lulusan Sekolah Militer Magelang masa pemerintahan Belanda, ini paling tidak bisa mentolerir setiap tindak kezaliman, walau oleh siapapun dan kapanpun.

Ketika Perang Dunia ke II bergolak, pasukan Belanda berhasil ditaklukkan pasukan Jepang. Indonesia yang sebelumnya merupakan daerah pendudukan Belanda beralih jadi kekuasaan pemerintah Kerajaan Jepang. Pada masa Pendudukan Jepang ini, Gatot pun langsung mengikuti pendidikan Tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yakni pendidikan dalam rangka perekrutan tentara pribumi oleh pemerintahan Jepang di Indonesia. Tamat dari pendidikan Peta, dia diangkat pemerintah Jepang menjadi komandan kompi di Sumpyuh, Banyumas dan tidak berapa lama kemudian dinaikkan menjadi komandan batalyon.

Kesertaan Gatot Subroto menjadi anggota KNIL maupun Peta tidaklah mengindikasikan dirinya seorang kaki tangan pihak kolonial atau jiwa kebangsaannya yang rendah. Tapi hal itu hanyalah sebatas pekerjaan yang sudah lumrah zaman itu. Jiwa kebangsaan Gatot Subroto tetap tinggi. Di dalam menjalankan tugasnya sebagai tentara pendudukan, perlakuannya sering terlihat memihak kepada rakyat kecil.

Perlakuan itu bahkan sering diketahui atasannya sehingga dia sering mendapat teguran. Bahkan karena begitu tebalnya perhatian dan solider terhadap kaumnya, sering sebagian dari gajinya disumbangkan untuk membantu keluarga orang hukuman yang ada di bawah pengawasannya. Begitu juga halnya pada masa pendudukan Jepang, dia sering menentang orang Jepang yang bertindak kasar terhadap anak buahnya. Terhadap bawahannya, Gatot juga terkenal sebagai seorang pimpinan yang sangat perhatian. Namun walaupun begitu, sebagai militer, tanpa pandang bulu dia juga sangat tegas terhadap anak buahnya yang melanggar disiplin.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Gatot langsung masuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR), tentara bentukan pemerintah Indonesia sendiri dan merupakan tentara resmi RI yang dalam perjalanannya kemudian berganti nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sejak kemerdekaan hingga pengakuan kedaulatan kemerdekaan RI atau pada masa Perang Kemerdekaan yakni antara tahun 1945-1950, dia dipercayai memegang beberapa jabatan penting. Pernah dipercaya menjadi Panglima Divisi II, Panglima Corps Polisi Militer, dan Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya.

Bersamaan di saat dirinya menjabat Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya, pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun pun bergolak yakni pada bulan September 1948. Pemberontakan yang didalangi oleh Muso itu akhirnya berhasil diatasi dengan gemilang. Setelah banyak terjadi peristiwa dalam mempertahankan kemerdekaan dari agresi militer Belanda, pengakuan kedaulatan republik ini pun berhasil diperoleh. Pasca pengakuan kedaulatan itu, Gatot Subroto semakin dipercaya mengemban tugas yang lebih tinggi. Setelah ikut berjuang dalam Perang Kemerdekaan, pada tahun 1949 Gatot Subroto diangkat menjadi Panglima Tentara & Teritorium (T&T) IV I Diponegoro.

Pada tahun 1953, beliau sempat mengundurkan diri dari dinas militer, namun tiga tahun kemudian diaktifkan kembali sekaligus diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad). Di kalangan militer, dia dikenal sebagai seorang pimpinan yang mempunyai perhatian besar terhadap pembinaan perwira muda. Menurutnya, salah satu cara untuk membina perwira muda adalah dengan menyatukan akademi militer setiap angkatan yakni Angkatan Darat, Laut, dan Udara, menjadi satu akademi. Gagasan tersebut akhirnya terwujud dengan terbentuknya Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI).

Gatot Subroto akhirnya meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 11 Juni 1962, pada usia 55 tahun. Sang Jenderal ini dimakamkan di desa Sidomulyo, kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Atas jasa-jasanya yang begitu besar bagi negara, seminggu setelah kematiannya, Jenderal Gatot Subroto dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang dikuatkan dengan SK Presiden RI No.222 Tahun 1962, tgl 18 Juni 1962.

Referensi :

http://id.wikipedia.org/wiki/Gatot_Soebroto

http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/12/biografi-jenderal-gatot-subroto.html

Senin, 14 Oktober 2013 - MALNUTRISI ROHANI (2 Timotius 3:10-17)

  Tampilan cetakSenin, 14 Oktober 2013

Bacaan   : 2 Timotius 3:10-17Setahun : Markus 4-5Nats       : Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (2 Timotius 3:16)

Konsep makanan bergizi empat sehat lima sempurna dikenal luas di negeri ini. Sayangnya, belum seluruh warga masyarakat menerapkannya. Ada yang terbentur keterbasan ekonomi sehingga tidak mampu memperoleh bahan makanan yang memadai. Ada pula yang tahu dan mampu mendapatkan makanan bergizi, namun mengabaikannya dan makan secara sembrono.

Bukan hanya tubuh yang memerlukan makanan bergizi; jiwa dan roh kita juga memerlukannya. Dari mana jiwa dan roh mendapatkan asupan gizi yang menyehatkan? Sumber utamanya tidak lain firman Tuhan. Menurut Paulus, firman Tuhan mengandung manfaat yang komplet: pengajaran yang benar dan sehat, penyadaran akan dosa dan kesalahan, perbaikan karakter dan perilaku, serta pendidikan dan pembinaan dalam kebenaran.

Soal ketersediaan, firman Tuhan yang ajaib ini relatif mudah diperoleh. Selain melalui kitab suci yang tercetak, kita juga dapat mengaksesnya melalui berbagai perangkat digital. Masalahnya, seberapa haus dan laparkah kita akan firman-Nya? Apakah kita meluangkan waktu setiap hari untuk menyimak dan mempelajarinya? Dan, apakah kita menjadikan Alkitab sebagai standar kebenaran serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari?

Jika kita tahu manfaat firman Tuhan, namun memilih mengabaikannya dan hidup secara sembrono, kita akan mengalami malnutrisi rohani. Kerohanian kita tidak akan bertumbuh, dan kehidupan kita tidak berbuah lebat bagi kemuliaan Tuhan. Tentu kita tidak menginginkan keadaan yang seperti itu, bukan? --Widodo Surya Putra

KEHIDUPAN ROHANI YANG BERTUMBUH DAN BERBUAHDIMULAI DARI KECUKUPAN ASUPAN "GIZI" ROHANI.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Sabtu, 12 Oktober 2013

Minggu, 13 Oktober 2013 - BUKAN SALAH SAYA (Kejadian 3:1-24)

  Tampilan cetakMinggu, 13 Oktober 2013

Bacaan   : Kejadian 3:1-24Setahun : Markus 1-3Nats       : Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu. (Kejadian 3:12)

Seorang psikolog mengunjungi penjara bertanya kepada banyak napi, "Mengapa Anda berada di sini?" Ternyata, tidak sedikit napi yang melontarkan jawaban dengan nada membenarkan diri. Beberapa dalih disampaikan, seperti difitnah, tidak memiliki uang untuk membayar petugas, salah tangkap akibat kekeliruan identitas. Setelah melakukan serangkaian observasi, psikolog itu menyimpulkan bahwa banyak penghuni penjara yang merasa dirinya tidak bersalah. Sungguh ironis.

Gejala seperti itu bukan hanya berlaku pada para tahanan, tapi lazim menghinggapi kebanyakan manusia. Sikap tuding-menuding antara Adam dan Hawa ternyata terus berlanjut sampai sekarang dan, sungguh menyedihkan, orang Kristen juga tidak luput dari kecenderungan serupa. Sejatinya, jika kita mau jujur, kita harus mengakui bahwa tidak ada sedikitpun manfaat dari berdalih dan memaparkan berbagai alasan untuk membenarkan diri. Dengan pembenaran diri mungkin kita berharap agar nama kita tetap baik, tetapi di sisi lain hal itu juga menjadikan kita orang yang keras hati, sulit untuk menerima nasihat dan kritik atas setiap kesalahan yang kita lakukan. Bahkan Tuhan pun akan sangat sulit untuk menegur kita melalui Firman-Nya jika kita selalu merasa diri kita paling benar.

Kesalahan itu wajar dan manusiawi. Selama kita masih hidup sebagai darah dan daging, kita akan melakukan kesalahan. Mengapa harus gengsi untuk mengakuinya? Mengapa harus repot memikirkan dalih atau alasan untuk membenarkan diri? --Petrus Kwik

MEMBIASAKAN DIRI BERDALIH MENGERASKAN HATI, BELAJARMENGAKUI DAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS KESALAHAN MELEMBUTKANNYA.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

PENGHALANG KASIH KEPADA SESAMA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Oktober 2013 -Baca:  1 Korintus 13:1-13 "Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing."  1 Korintus 13:1

Banyak hal dalam hidup ini yang acapkali menghalangi kita untuk berbuat kasih kepada orang lain.  Ada saja ganjalan yang membuat kita tidak bebas mengasihi sesama kita.  Untuk dapat menyatakan kasih dengan benar kepada sesama, hati kita harus terlebih dahulu terbebas dari kepentingan diri sendiri, ambisi, motivasi yang keliru, iri hati, kebencian dan sebagainya.  Jika di dalam diri kita masih terselip adanya kepentingan diri sendiri, mustahil kita dapat mengasihi orang lain dengan tulus, sampai kapan pun kasih itu tidak akan pernah sampai.  Ketika kita hanya berfokus pada diri sendiri, memikirkan dan memperhatikan kepentingan sendiri, saat itu pula kepentingan orang lain pasti akan kita abaikan dan korbankan.  Dalam keadaan yang demikian kasih kita kepada sesama akan dingin dan mati.

     Rasul Paulus memperingatkan,  "...hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga."  (Filipi 2:2-4).  Sifat mementingkan diri sendiri identik dengan keangkuhan atau kesombongan, di mana seseorang merasa tidak membutuhkan orang lain sehingga memandang rendah orang lain.  Sikap ini akan menghalangi hubungan kita dengan orang lain.

     Sifat mementingkan diri sendiri, kesombongan, keangkuhan, kecongkakan bukan berasal dari Tuhan, melainkan tabiat khas dari si Iblis, selain adanya ambisi tertentu dari manusia.  Ambisi adalah keinginan yang mendorong seseorang menggunakan segala cara untuk mewujudkan keinginannya.  Ambisi semacam ini adalah ambisi yang keliru dan bersifat negatif, adakalanya berkaitan dengan kekuasaan atau jabatan yang seringkali menggiurkan banyak orang, yang akhirnya membuat orang bersaing secara tidak sehat dengan saling menjegal dan menjatuhkan.

Dalam kondisi seperti ini mustahil orang bisa mengasihi orang lain.

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Minggu, 13 Oktober 2013 - Semua karena Tuhan (Mazmur 118:19-29)

  Tampilan cetakMinggu, 13 Oktober 2013

Judul: Semua karena TuhanBayangkan kembali, Yerusalem yang sudah dilepaskan dari kepungan musuh. Kesusahan sudah usai. Bergegaslah umat pergi ke bait Allah untuk menaikkan syukur dan sembah. Tuhan sudah berkarya keselamatan untuk mereka. Si pemazmur (aku) bergegas masuk ke pelataran bait Allah untuk mempersembahkan kurban syukur (19-21).

Siapakah si pemazmur (aku) yang boleh mewakili umat menghampiri takhta Allah yang kudus? Sangat mungkin raja keturunan Daud. Dia yang diurapi Tuhan untuk memimpin bangsa-Nya. Sesaat mungkin saja, ketika musuh sedang berjaya mengepung, sang raja dicela karena masih mau mempertahankan imannya kepada Tuhan (bnd. 2Raj 19:10-13). Namun, imannya terbukti benar. Tuhan berkenan menyelamatkan umat-Nya. Raja pun dipulihkan namanya (22-23).

Ibadah syukur dipanjatkan. Sorak sorai dikumandangkan. Hari ini ialah hari penyelamatan dari Tuhan (24-25). Sang raja dihormati karena kepercayaan dan kesetiaannya yang tidak tergoyahkan kepada Tuhan (26). Maka, sang raja sujud menyembah Tuhan serta mengajak semua umat turut menyembah Dia (28-29).

Bagian kedua mazmur ini oleh PB diasosiasikan dengan Yesus. Dialah batu yang dibuang oleh tukang bangunan, namun yang dijadikan Allah batu penjuru (22; Mat 21:22; Kis 4:11; 1Ptr 2:7). Dialah yang disambut dengan sorak sorai di gerbang Yerusalem sebagai Raja damai (26; Mat 21:9). Yesus sendiri menurut sebuah tafsiran memuji Allah memakai mazmur ini (24) sesaat sebelum Getsemani (Mat 26:30). Hari Tuhan ialah hari Anak Allah taat menjadi juruselamat lewat kematian-Nya.

Saat Anda menghadapi jepitan musuh, teladani pemazmur dengan hanya mengandalkan pertolongan Allah. Teladani Yesus dengan tetap setia dan tunduk kepada rencana Allah dalam hidup Anda. Maka, Tuhan akan dimuliakan. Semua karena Tuhan.

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Minggu, 13 Oktober 2013 - BUKAN SALAH SAYA (Kejadian 3:1-24)

  Tampilan cetakMinggu, 13 Oktober 2013

Bacaan   : Kejadian 3:1-24Setahun : Markus 1-3Nats       : Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu. (Kejadian 3:12)

Seorang psikolog mengunjungi penjara bertanya kepada banyak napi, "Mengapa Anda berada di sini?" Ternyata, tidak sedikit napi yang melontarkan jawaban dengan nada membenarkan diri. Beberapa dalih disampaikan, seperti difitnah, tidak memiliki uang untuk membayar petugas, salah tangkap akibat kekeliruan identitas. Setelah melakukan serangkaian observasi, psikolog itu menyimpulkan bahwa banyak penghuni penjara yang merasa dirinya tidak bersalah. Sungguh ironis.

Gejala seperti itu bukan hanya berlaku pada para tahanan, tapi lazim menghinggapi kebanyakan manusia. Sikap tuding-menuding antara Adam dan Hawa ternyata terus berlanjut sampai sekarang dan, sungguh menyedihkan, orang Kristen juga tidak luput dari kecenderungan serupa. Sejatinya, jika kita mau jujur, kita harus mengakui bahwa tidak ada sedikitpun manfaat dari berdalih dan memaparkan berbagai alasan untuk membenarkan diri. Dengan pembenaran diri mungkin kita berharap agar nama kita tetap baik, tetapi di sisi lain hal itu juga menjadikan kita orang yang keras hati, sulit untuk menerima nasihat dan kritik atas setiap kesalahan yang kita lakukan. Bahkan Tuhan pun akan sangat sulit untuk menegur kita melalui Firman-Nya jika kita selalu merasa diri kita paling benar.

Kesalahan itu wajar dan manusiawi. Selama kita masih hidup sebagai darah dan daging, kita akan melakukan kesalahan. Mengapa harus gengsi untuk mengakuinya? Mengapa harus repot memikirkan dalih atau alasan untuk membenarkan diri? --Petrus Kwik

MEMBIASAKAN DIRI BERDALIH MENGERASKAN HATI, BELAJARMENGAKUI DAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS KESALAHAN MELEMBUTKANNYA.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Jumat, 11 Oktober 2013

Sabtu, 12 Oktober 2013 - Perlindungan hanya dari Tuhan (Yesaya 30:1-17)

  Tampilan cetakSabtu, 12 Oktober 2013

Judul: Perlindungan hanya dari Tuhan"P erlindungan bagi Israel datangnya hanya dari Tuhan". Pernyataan tersebut merupakan ungkapan iman yang banyak dituliskan pada pujian-pujian dalam kitab Mazmur dalam berbagai bentuk, misalnya "Engkaulah Gunung Batuku!", "Tanduk Keselamatanku", dan lain-lain. Dalam kredo umat Israel pun telah ditandaskan, bahwa "Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa!" (Ul 6:4). Ada yang menerjemahkan demikian: "Tuhan itu Allah kita, hanya Tuhan saja!" Ini berhubungan dengan perintah pertama dalam sepuluh perintah Allah yang berbunyi: "Akulah Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir ... Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku" (Ul 5:7).

Pada saat itu situasi politik sangat genting dan panas. Bangsa Israel mendapat ancaman yang mengerikan. Negeri Asyur yang saat itu merupakan kekuatan adidaya, mengancam untuk menyerang dan menghancurkan mereka. Jika dibandingkan, kekuatan militer Asyur dan Yehuda sangat tidak seimbang. Sebagai negara adidaya, Asyur jauh lebih kuat dibandingkan Yehuda. Ini membuat Yehuda sangat gentar di dalam menghadapi kekuatan yang sangat besar itu.

Namun anehnya, Israel tidak memohon pertolongan Tuhan. Padahal mereka tentu tahu pengakuan iman mereka kepada Tuhan. Mereka tahu bahwa yang membawa mereka keluar dari Mesir dan membuat mereka berhasil melawan kekuatan-kekuatan besar dalam perjalanan mereka hanya Tuhan saja (Ul 5:7)! Ya, karena Tuhan menyertai dan menolong mereka. Namun itu semua seolah hilang dari ingatan mereka karena mereka justru memohon pertolongan kepada kekuatan Mesir. Itulah sebabnya Tuhan berkata: "Mesir yang memberi pertolongan yang tak berguna dan percuma" (7). Maka ajakan untuk bertobat dan berbalik kepada Tuhan diberikan kepada umat Yehuda. Namun jika mereka masih tetap tidak mau berbalik kepada Tuhan maka hukuman akan dijatuhkan.

Pengakuan iman bahwa perlindungan bagi kita hanya datang dari Tuhan, kiranya juga ada pada kita. Dan itu bermakna bahwa kita harus senantiasa menantikan pertolongan dari Tuhan, dan bukan yang lain.

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Sabtu, 12 Oktober 2013 - MEMUPUS KEBENCIAN (Roma 12:9-21)

  Tampilan cetakSabtu, 12 Oktober 2013

Bacaan   : Roma 12:9-21Setahun : Matius 27-28Nats       : Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! (Roma 12:17)

Ketika misionaris pertama tiba di Alberta, Kanada, mereka mendapatkan perlawanan sengit dari kepala suku Indian Cree yang masih muda, bernama Maskepetoon. Namun pria itu kemudian menyambut berita Injil dan menerima Kristus. Tidak lama sesudahnya, seorang warga suku Blackfoot membunuh ayahnya. Maskepetoon menunggang kuda ke desa si pembunuh dan menuntut orang itu dibawa ke hadapannya. Ia berkata, "Kau sudah membunuh ayahku, maka sekarang kau harus menjadi ayahku. Kau harus menunggang kuda terbaikku dan mengenakan pakaian terbaikku." Ternganga keheranan dan sekaligus tertempelak penuh penyesalan, orang itu berseru, "Anakku, kini engkau membunuhku!" Maksudnya, kebencian yang bercokol dalam hatinya terhapuskan sepenuhnya oleh pengampunan dan kebaikan hati sang kepala suku.

Setelah berbicara tentang "mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup" sebagai tanggapan atas kemurahan Allah (Rom 12:1), Paulus memaparkan tindakan praktis untuk mempersembahkan tubuh, yaitu dengan hidup dalam kasih. Menariknya, ungkapan kasih ini sebagian besar berkaitan dengan sikap dalam menghadapi kejahatan yang menimpa kita. Selain mengampuni dan menyerahkan pembalasan kepada Allah, kasih karunia-Nya memampukan kita bertindak lebih jauh: membalas kejahatan itu dengan kebaikan. Itulah yang dialami Maskepetoon.

Kita juga telah menerima kasih karunia Allah. Jika kejahatan kita yang begitu besar sudah diampuni oleh Allah, bagaimana kita akan memperlakukan orang-orang yang menyakiti kita? --Arie Saptaji

DENDAM MENYEMAI KEDENGKIAN;PENGAMPUNAN MEMUPUS KEBENCIAN.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

PENGHALANG KASIH KEPADA TUHAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Oktober 2013 -Baca:  Mazmur 31:1-25 "Kasihilah TUHAN, hai semua orang yang dikasihi-Nya!"  Mazmur 31:24a

Hal lain yang menghalangi seseorang mengasihi Tuhan adalah kesombongan, menganggap diri sendiri kuat, pintar, mampu, cantik, tampan, gagah dan sebagainya, sehingga kita merasa bahwa dengan kekuatan sendiri sanggup mengatasi segala sesuatunya.  Kesombongan itu berakar dari segala sesuatu yang dapat dibanggakan dan diandalkan.  Tidak seharusnya kita bersikap demikian!  Mari menyadari bahwa kekuatan kita sangat terbatas.  Sadarilah bahwa di luar Tuhan sesungguhnya kita tidak dapat berbuat apa-apa.  Karena itu firman Tuhan dengan keras menyatakan,  "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!"  (Yeremia 17:5), sebaliknya,  "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!"  (Yeremia 17:7).  Siapakah kita ini?  Nabi Yesaya mengingatkan bahwa keberadaan manusia itu  "...tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?"  (Yesaya 2:22).

     Selain itu harta kekayaan juga seringkali menggeser posisi Tuhan dalam hidup seseorang.  Karena uang dan harta kekayaan yang dimilikilah seseorang tidak lagi mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati.  Mereka lebih mencintai hartanya daripada mengasihi Tuhan.  Sungguh benar apa yang dikatakan firman Tuhan,  "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada."  (Matius 6:21).  Ketika hati seseorang melekat kepada uang dan harta kekayaannya, secara otomatis dia tidak lagi mengutamakan perkara-perkara rohani.  Uang dan harta kekayaan menjadi andalannya.  Mereka berpikir bahwa dengan memiliki uang dan kekayaan, mereka bisa mendapatkan segalanya dan memuaskan segala keinginannya.  Baca kisah tentang orang muda yang kaya (Matius 19:16-26) dan juga orang kaya yang bodoh (Lukas 12:13-21).

     Memiliki banyak uang dan harta melimpah bukanlah dosa selama berada di bawah kendali kita.  Sebaliknya bila mamon tersebut menguasai kita dan menjadi tuan atas kita, ia akan menjadi sebuah bencana bagi kita.  "Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka."  (1 Timotius 6:10).

Dosa, kesombongan, kekayaan menghalangi orang mengasihi Tuhan sepenuhnya!

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Jumat, 11 Oktober 2013 - MATAKU SENDIRI (Ayub 42:1-6)

  Tampilan cetakJumat, 11 Oktober 2013

Bacaan   : Ayub 42:1-6Setahun : Matius 25-26Nats       : Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. (Ayub 42:5)

Ketika mengikuti kuliah Penginjilan Anak dalam program pascasarjana, seorang pendeta perempuan merasa tercelikkan oleh penjelasan dosen tentang karya keselamatan Kristus. Karena begitu terharu, ia sampai menangis tersedu-sedu. "Sekarang saya baru memahami hal ini dengan jelas. Mata saya seperti terbuka. Mengapa tidak ada dosen yang mengajarkan sejelas ini ketika dulu saya kuliah untuk menjadi sarjana teologi? Jadi apa yang saya pelajari selama ini? Apa yang telah saya ajarkan selama ini kepada jemaat saya?" katanya. Toh ia tetap bersyukur, akhirnya ia dapat memahami makna keselamatan melalui kematian Kristus.

Ayub orang yang saleh, jujur, takut akan Allah, dan menjauhi kejahatan. Ia selalu setia mempersembahkan kurban kepada Allah. Sekalipun bencana menghantamnya bertubi-tubi- segala hartanya lenyap dalam hitungan menit, sepuluh anaknya meninggal, tubuhnya dijangkiti penyakit mengerikan, istrinya merongrong imannya, para sahabat menyalahkannya-ia tetap teguh beriman. Dan, justru melalui segala kesukaran itu, ia benar-benar mengenal Allah. Sekarang ia bukan hanya mendengarkan kata orang tentang Allah. Ia mengalami perjumpaan dengan Allah secara pribadi.

Allah yang menyatakan diri dalam Alkitab bukanlah sekumpulan doktrin atau konsep. Dia sesosok Pribadi. Menjadi Kristen artinya memiliki hubungan dengan Allah yang hidup, yang dapat dialami secara nyata. Apakah Anda menaati Allah karena tradisi saja? Ataukah Anda menjalin hubungan pribadi dengan Dia? --Hembang Tambun

ALLAH TIDAK PERNAH JAUH DARI ORANG PERCAYA;KITALAH YANG KERAP MENGABAIKAN KEHADIRAN-NYA.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Kamis, 10 Oktober 2013

Jumat, 11 Oktober 2013 - MATAKU SENDIRI (Ayub 42:1-6)

  Tampilan cetakJumat, 11 Oktober 2013

Bacaan   : Ayub 42:1-6Setahun : Matius 25-26Nats       : Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. (Ayub 42:5)

Ketika mengikuti kuliah Penginjilan Anak dalam program pascasarjana, seorang pendeta perempuan merasa tercelikkan oleh penjelasan dosen tentang karya keselamatan Kristus. Karena begitu terharu, ia sampai menangis tersedu-sedu. "Sekarang saya baru memahami hal ini dengan jelas. Mata saya seperti terbuka. Mengapa tidak ada dosen yang mengajarkan sejelas ini ketika dulu saya kuliah untuk menjadi sarjana teologi? Jadi apa yang saya pelajari selama ini? Apa yang telah saya ajarkan selama ini kepada jemaat saya?" katanya. Toh ia tetap bersyukur, akhirnya ia dapat memahami makna keselamatan melalui kematian Kristus.

Ayub orang yang saleh, jujur, takut akan Allah, dan menjauhi kejahatan. Ia selalu setia mempersembahkan kurban kepada Allah. Sekalipun bencana menghantamnya bertubi-tubi- segala hartanya lenyap dalam hitungan menit, sepuluh anaknya meninggal, tubuhnya dijangkiti penyakit mengerikan, istrinya merongrong imannya, para sahabat menyalahkannya-ia tetap teguh beriman. Dan, justru melalui segala kesukaran itu, ia benar-benar mengenal Allah. Sekarang ia bukan hanya mendengarkan kata orang tentang Allah. Ia mengalami perjumpaan dengan Allah secara pribadi.

Allah yang menyatakan diri dalam Alkitab bukanlah sekumpulan doktrin atau konsep. Dia sesosok Pribadi. Menjadi Kristen artinya memiliki hubungan dengan Allah yang hidup, yang dapat dialami secara nyata. Apakah Anda menaati Allah karena tradisi saja? Ataukah Anda menjalin hubungan pribadi dengan Dia? --Hembang Tambun

ALLAH TIDAK PERNAH JAUH DARI ORANG PERCAYA;KITALAH YANG KERAP MENGABAIKAN KEHADIRAN-NYA.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari