Senin, 31 Desember 2012

Situasi Terjepit? Andalkan Tuhan!

Ayat bacaan: Keluaran 14:13
=====================
"Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya."

Lucu juga melihat foto disamping ini. Hanya karena tanpa perhitungan ketika mengecat, seorang gadis akhirnya terperangkap di sudut ruangan dan harus menanti cat kering agar bisa melangkah ke pintu. Apa yang tampil di foto ilustrasi hari ini sebenarnya menggambarkan situasi yang sering terjadi dalam kehidupan kita. Meski mungkin tidak secara persis dalam mengecat, tapi seringkali kita berhadapan pada situasi terjepit. Maju kena, mundur pun kena. Kita terperangkap bagai tikus yang tidak lagi bisa lari kemana-mana dan mengira kita tidak lagi punya peluang apa-apa, hanya bisa pasrah dan menunggu nasib. Ada kalanya kita memang harus melalui situasi seperti itu agar otot-otot rohani kita bisa dilatih agar lebih kuat lagi, tapi tidak jarang pula itu terjadi pada kita karena kecerobohan sendiri seperti foto disamping ini. Kita tidak berpikir panjang terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan, dan pada akhirnya kecerobohan kita membuat kita terjepit. Apapun latar belakang yang membuat kita terdesak dalam situasi sulit, ketika kita merasa tidak lagi ada jalan keluar atau sepertinya kesulitan mengepung kita dari segala arah, menyerah sebenarnya bukanlah sebuah opsi. Jangan lupa bahwa ada Tuhan yang bisa melakukan sesuatu yang ajaib terhadap anak-anakNya yang selalu setia menggantungkan hidup dan mengandalkanNya dalam setiap keadaan.

Pada suatu kali bangsa Israel berhadapan dengan situasi mencekam akibat terperangkap, yaitu dalam kisah Laut Teberau terbelah yang terkenal dalam Keluaran 14. Ketika itu mereka baru saja keluar dari Mesir. Ternyata Firaun tidak rela membiarkan mereka pergi begitu saja. (ay 5). Ia pun kemudian memimpin sendiri bala tentara besar berjumlah enam ratus kereta yang dikendarai prajurit-prajurinya (ay 7). Terus berlari dikejar pasukan sebegitu besar, mereka ternyata terjebak dan harus berhenti karena laut Teberau terbentang di depan mereka. Di belakang ratusan tentara Firaun siap melahap habis mereka semua. Ketakutan dan kepanikan kemudian membuat mereka ketakutan lalu menyalahkan Musa, bahkan mengatakan bahwa lebih baik menjadi budak ketimbang berada dalam situasi terjepit seperti itu. "..mereka berkata kepada Musa: "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini." (ay 11-12). Kata-kata inilah yang keluar dari rasa putus asa mereka menghadapi situasi terjepit seperti itu. Tapi apa jawaban Musa? "Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya.". (ay 13).

Seperti apa yang tertulis pada ayat bacaan hari ini, Musa mengingatkan mereka akan 3 hal:
- Jangan takut
- berdiri tetap, dan
- fokus kepada penyertaan Tuhan
Selanjutnya terjadilah hal yang ajaib! Laut Teberau terbelah sehingga mereka bisa berjalan di tengah-tengah laut di tempat kering. Air menjadi tembok buat mereka (ay 15 - 22). Ketika bala tentara Firaun mengejar hingga ke tengah laut, air pun kembali berbalik ke posisi semula dan menenggelamkan Firaun dan seluruh pasukannya. (ay 26-28). Mereka pun akhirnya selamat sampai ke seberang (ay 30). Kisah Laut Teberau yang fenomenal ini kemudian bisa kita temukan kembali dalam Mazmur 106:7-12 dan Nehemia 9:9-11.

Jangan takut, berdiri tetap dan fokus pada penyertaan Tuhan. Itu adalah kunci utama agar kita bisa melepaskan diri dari situasi terjepit. Rasa takut tidak akan menolong, justru akan semakin melemahkan dan mempersulit keadaan. Berulang kali Firman Tuhan menyatakan "jangan takut" dalam sepanjang Alkitab, itu menunjukkan keperihatinan Tuhan akan sifat manusia yang gampang merasa takut, sekaligus menunjukkan kepedulianNya. Bersama Tuhan dengan kuasaNya yang mengatasi langit, begitu peduli dan sangat mengasihi kita, mengapa kita harus takut? Membiarkan rasa takut yang berkepanjangan cepat atau lambat akan membuat iman kita terkikis. Dengan iman yang terkikis kita bisa ambruk, tidak lagi kuat untuk berdiri. Dan lewat jawaban Musa hari ini kepada bangsa Israel yang tengah panik, kita pun mengetahui bahwa dalam menghadapi segala hal sulit, adalah penting bagi kita untuk bisa tetap berdiri dalam iman. Lebih lanjut Musa pun mengingatkan agar berhenti fokus terhadap masalah dan mengarahkannya kepada kasih dan penyertaan Tuhan. Pada kisah Laut Teberau diatas kita melihat penyertaan Tuhan yang luar biasa untuk mengeluarkan bangsa Israel dari situasi terjepit. Tuhan kita adalah Allah yang penuh dengan kasih setia dan tidak akan pernah ingkar janji. "Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." (Mazmur 106:1).

Apakah ada diantara teman-teman yang tengah terjepit ditengah masalah dari segala arah menjelang tahun yang baru yang akan datang sekejap lagi? Tidak perlu takut, tidak perlu khawatir. Tetaplah berdiri teguh dalam iman dalam situasi sesulit apapun. Mari kita jalani hidup walau seberat apapun dengan penyerahan diri dan pengharapan. Jangan takut, jagalah agar iman tetap kokoh dan percayalah pada Tuhan yang masih terus membuat mukjizat yang menyatakan kemuliaanNya hingga hari ini. Serahkanlah semuanya ke tangan Tuhan. Sebagaimana Dia menyelamatkan bangsa Israel, demikian pula Dia mampu menyelamatkan kita dari situasi terjepit dan memberikan kita sebuah tahun yang sangat baik, penuh sukacita dan berbuah tanpa henti. Songsonglah tahun baru dengan semangat baru, dan iman baru yang lebih kuat dari sebelumnya. Selamat Tahun Baru teman-teman, Tuhan memberkati anda semua.

Situasi-situasi sulit adalah lahan subur bagi Tuhan untuk menyatakan kuasaNya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

HR SP Maria Bunda Allah


HR SP Maria Bunda Allah: Bil 6:22-27; Gal 4:4-7; Luk 2:16-21

"Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya"
Setiap hal baru senantiasa diberi nama atau identitas baru, dan kita hari ini memasuki Tahun Baru, yang disebut sebagai Tahun Ular Air. Ciri-ciri ular antara lain cerdas, sabar, bijak dan cermat, yang dapat dilihat ketika ular akan menangkap mangsanya. Hari ini bagi kami warga Serikat Yesus juga mengenangkan pesta nama Ordo; St.Ignatius Loyola menamakan kelompok atau ordo yang didirikannya dengan ditandai nama Yesus, dengan harapan para pengikutnya senantiasa berusaha untuk menjadi sahabat-sahabat Yesus, taat dan setia meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus maupun mentaati dan melaksanakan sabda-sabdaNya. Hari ini juga merupakan Hari Perdamaian Sedunia, dengan harapan dalam mengarungi tahun-tahun yang akan kita lewati hendaknya senantiasa mengusahakan dan memperdalam hidup damai, bersahabat atau bersaudara dengan siapapun tanpa pandang bulu. Warta Gembira hari ini juga mengkisahkan pemberian nama Penyelamat Dunia yang baru saja dilahirkan dan diberi nama Yesus, sebagaimana diwartakan oleh malaikat kepada SP Maria, maka hari ini juga menjadi Pesta SP Maria Bunda Allah, Bunda Penyelamat Dunia. Angka 13 (tiga belas) sering dikatakan sebagai angka sial, maka di dalam pesawat atau tempat-tempat tertentu tidak ada kursi nomor 13, angka tersebut dihindari. Mungkinkah tahun 2013 yang mulai kita tapaki hari ini juga banyak masalah, tantangan dan hambatan yang membuat sial hidup kita? Marilah kita hadapi tahun 2013 ini dengan semangat ular yang mau menangkap mangsanya. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk menelusuri tahun 2013 dengan semangat yang menandai nama kita masing-masing, mengingat dan memperhatikan bahwa nama yang kita kenakan atau diberikan kepada kita kiranya memiliki harapan atau dambaan tertentu pada kita.
"Ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya." (Luk 2:21)
"Sunat adalah tanda fisik 'perjanjian dengan Yahweh dan melambangkan integrasi dalam hidup keagamaan bangsa Yahudi. Maka kiasan berupa 'sunat hati' mengungkapkan kesetiaan terhadap Yahweh. Ungkapan 'tak bersunat' adalah sinonim orang kafir" (Xavier Leon-Dufour: Ensiklopedi Perjanjian Baru, Penerbit Kanisius – Yogyakarta 1990, hal 523). Menurut tradisi Yahudi anak laki-laki pada usia delapan hari harus disunat, dengan kata lain ada harapan agar anak yang bersangkutan senantiasa setia pada kehendak dan perintah Tuhan sampai mati. Secara medis sunat merupakan salah satu cara untuk menjaga kebersihan alat kelamin laki-laki atau penis. Maka dalam rangka mengenangkan pemberian nama Yesus kepada Penyelamat Dunia serta penyunatanNya hari kita, kita semua diingatkan dan diajak untuk senantiasa mengusahakan kebersihan atau kesucian diri kita masing-masing, dan antara lain dengan senantiasa setia pada perintah dan kehendak Allah dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimanapun dan kapan pun.
Kami percaya bahwa nama apapun yang diberikan kepada kita atau kita pilih sendiri untuk menandai diri kita pasti ada harapan agar kita senantiasa tumbuh berkembang sebagai orang yang cerdas beriman sampai mati, baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk senantiasa bekerjasama tumbuh berkembang sebagai pribadi yang cerdas spiritual, sehingga hidup bersama dimana pun dan kapan pun dalam keadaan damai sejahtera, aman tenteram. Sebagai orang yang beriman kepada Bunda Maria kita juga dapat meneladan Bunda Maria, Bunda Allah, sehingga kita semua juga layak disebut sebagai sahabat-sahabat Yesus. Tentu saja secara khusus kami mengingatkan dan mengajak rekan-rekan Yesuit untuk setia menjadi sahabat-sahabat Yesus, sehingga semakin lama kita semakin dikasihi oleh Allah dan sesama manusia, dan dengan demikian juga semakin banyak generasi muda untuk bergabung ke dalam Serikat Yesus.
Kami mengajak segenap anggota Lembaga Hidup Bakti, para biarawan dan biarawati untuk setia pada semangat atau spiritualitas pendiri, yang singkatan namanya juga anda kenakan di belakang nama anda masing-masing. Kemerosotan moral hemat saya juga mengena pada para imam, bruder maupun suster, sehingga dalam berkarya mereka sering hanya mengikuti selera pribadi saja, tidak mengikuti tata tertib atau peraturan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Hukum Kanonik maupun Konstitusi Tarekat masing-masing. Dalam berkarya kiranya kita juga dapat meneladan Penyelamat Dunia, yang 'melepaskan ke Allah-an atau kebesaran-Nya' dengan menjadi sama seperti kita manusia kecuali dalam hal dosa, dengan kata lain hendaknya dalam berkarya dijiwai oleh misteri Inkarnasi.
"Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!"Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah" (Gal 4:5-7)
Hukum atau aneka peraturan dan tata tertib dibuat dan diberlakukan agar mereka yang berada di wilayah hukum tersebut hidup saling mengasihi, sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan. Jika diperhatikan bahwa banyak orang untuk mentaati hukum atau peraturan saja masih sulit, maka untuk hidup dan bertindak saling mengasihi kiranya masih jauh dari kenyataan dan masih dalam harapan atau impian. Dalam tataran nilai ada tiga macam tingkat, yaitu nilai sopan santun, nilai hukum dan nilai moral. Nilai sopan santun pada umumnya berlaku untuk kalangan atau kelompok terbatas pada suku-suku tertentu, dan ada perbedaan di antara suku-suku yang ada, nilai hukum berlaku di wilayah yang lebih luas, sedangkan nilai moral berlaku dimana saja dan kapan saja, tidak terikat oleh ruang dan waktu.
Sebagai orang beriman, yang percaya kepada Tuhan, kita diharapkan hidup dan bertindak berpedoman atau berpegang pada nilai-nilai moral. Nilai moral yang paling mendasar atau tertinggi adalah cintakasih, dan jika orang sungguh hidup dan bertindak saling mengasihi maka hidup bersama dalam keadaan damai sejahtera atau baik. Apa yang disebut baik senantiasa berlaku secara universal, kapan saja dan dimana saja. Tanda bahwa kita semua saling mengasihi atau baik adalah jiwa kita dalam keadaan selamat semuanya, maka keselamatan jiwa manusia hendaknya senantiasa menjadi barometer atau patokan keberhasilan hidup dan karya kita dimana pun dan apapun. 
"TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau;TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera" (Bil 6:24-26). Kutipan ini kiranya membesarkan dan meneguhkan harapan dan usaha kita bersama untuk mengusahakan hidup baik dan damai sejahtera. Maka jika dalam hidup sehari-hari harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan, arahkan hati, jiwa, akal budi dan tubuh anda kepada Tuhan, karena berkat atau rahmatNya akan membekali atau mempersenjatai kita. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita akan mampu mengatasi aneka hambatan, tantangan dan masalah. Maka ingatlah, sadari dan hayati bahwa kita semua adalah ciptaan Tuhan, yang diciptakan untuk memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi Tuhan demi keselamatan jiwa kita. Maka hendaknya aneka kekayaan, harta benda atau keterampilan dan kecakapan difungsikan untuk mengejar tujuan kita diciptakan, yaitu demi keselamatan jiwa manusia.
"Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa. Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi.  Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu."
(Mzm 67:2-3.5-6)
"Selamat natal 2012 dan tahun baru 2013"
Ign 1 Januari 2013         

31 des


"Orang kepunyaanNya tidak menerimanNya"
(1Yoh 2:18-21; Yoh 1:1-18)
"Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu.Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya: "Inilah Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku." Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia; sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya." (Yoh 1:1-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Melihat dan percaya merupakan cirikhas Injil Yohanes, murid terkasih Yesus Kristus. Melihat merupakan salah satu indra dari pancaindra kita yang penting, dan banyak orang melihat sesuatu pada umumnya tergerak untuk melakukan sesuatu juga, misalnya melihat makanan enak langsung percaya bahwa makanan itu enak dan kemudian dilahapnya sampai habis. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk memfungsikan mata atau indra penglihatan sebaik mungkin seraya membuka hati sepenuhnya untuk melihat karya penyelenggaraan Ilahi/Allah dalam ciptaan-ciptaanNya di bumi ini. Allah hadir dan berkarya kapan saja dan dimana saja melalui ciptaan-ciptaanNya, yang antara lain menganugerahi pertumbuhan serta perkembangan kepada ciptaan-ciptaanNya untuk tumbuh berkembang sesuai dengan kehendakNya. Warta Gembira hari ini secara implicit menceriterakan perihal Sabda yang telah hadir sebagai Manusia, Allah yang menjadi Manusia hina seperti kita kecuali dalam hal dosa. Ia telah 'melepaskan kebesaran atau ke Allah-anNya' dan menjadi sama seperti kita kecuali dalam hal dosa, maka hanya orang-orang yang juga bertindak demikian akan mampu menangkap dan mengimani kehadiranNya. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian untuk senantiasa hidup dan bertindak dengan rendah hati. Kita kiranya dapat bercermin pada para gembala domba yang menjadi saksi pertama kelahiran atau kehadiranNya di dunia ini.
·   "Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir." (1Yoh 2:18). Hari ini adalah hari terakhir tahun 2012 dan besok kita memasuki hari pertama Tahun Baru 2013. Kutipan di atas ini mengatakan bahwa 'antikristus akan datang", yang dimaksudkan kiranya bahwa pada tahun 2013 yang akan datang kita akan menghadapi banyak masalah, tantangan dan hambatan. Masalah kemiskinan, persaudaraan sejati dan lingkungan hidup yang menjadi keprihatinan kita dan telah dicoba dibicarakan dan diperjuangkan untuk diatasi, kiranya malah semakin marak saja. Tawuran antar kelompok atau desa semakin marak, pembabatan hutan semakin tak terkendali dan kemiskinan juga semakin memprihatinkan. Tak ketinggalan juga aneka bencana alam terjadi silih berganti, bertubi-tubi , tiada henti. Semoga pengalaman selama tahun 2012 menjadi pembelajaran kita bersama untuk memasuki Tahun Baru 2013, dan semoga kita semua semakin cermat, cerdas, tertib, tekun dst.. dalam melaksanakan segala sesuatu, terutama dalam menghadapi semangat materialistis atau penyembahan berhala modern, antara lain berupa aneka macam sarana-prasarana canggih masa kini seperti Ipat, HP dll… Sadar dan tidak jika kita tak terkendali dalam menggunakan sarana-prasarana canggih masa kini, kehancuran hidup bersama akan segera tiba dan mungkin juga bagi sementara orang juga merupakan akhir hidupnya di dunia ini.
"Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai di hadapan TUHAN, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya" (Mzm 96:11-13)
Ign 31 Desember 2012

Minggu, 30 Desember 2012

Merespon Teguran Dengan Positif

Ayat bacaan: Ayub 5:17
=================
"Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa."

Sadarkah anda bahwa kita manusia cenderung cepat merasa tersinggung ketika diingatkan atau ditegur? Our pride stands in the way, we feel like loosing our dignity, feeling embarrased and often hurts too soon. Terutama ketika mulai menginjak masa puber, kita mulai lekas tersinggung dan melawan ketika diingatkan orang tua, guru atau orang-orang yang lebih tua dari kita. Apalagi jika yang mengingatkan atau menegur itu lebih muda usianya, bisa repot urusannya. Tidak sedikit orang yang lari dari keluarganya ketika ditegur, menentang peraturan sekolah dan melawan guru, bekerja asal-asalan, mencari jalan untuk membalas dendam terhadap perusahaan tempat bekerja atau mengundurkan diri karena merasa sakit hati ketika mendapat teguran. Istri yang melawan suami, suami yang bandel terhadap nasihat istri, inipun merupakan hal sehari-hari yang sangat sering kita lihat. Dan seperti itulah kecenderungan manusia. People are tend to be overly sensitive. Jika terhadap mahluk sejenis saja kita sudah begitu, terhadap Tuhan pun kita menunjukkan polah dan tingkah yang sama. Kita menolak untuk ditegur, kita menuduh Tuhan jahat atau bahkan kejam ketika mendapat teguran meski yang bentuknya ringan sekalipun. Kita membangkang dengan hebat ketika bentuknya berat. Cepat marah, cepat merasa terhina, padahal belum introspeksi terlebih dahulu atas teguran yang diberikan pada kita. That's not the way at all. That's not the way it should be. Alkitab justru mengingatkan bahwa apabila kita ditegur, seharusnya kita merasa bersyukur dan berbahagia. Mengapa? Hari ini mari kita lihat alasannya.

Alkitab mencatat banyak hal mengenai teguran Tuhan ini. Intinya, teguran Tuhan bukanlah bermaksud untuk menyiksa atau melukai kita, tetapi justru sebaliknya bertujuan untuk kebaikan kita sendiri, untuk menyelamatkan kita baik dari resiko-resiko berbahaya semasa hidup terlebih untuk keselamatan. Lihatlah apa yang dikatakan Ayub berikut: "Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa." (Ayub 5:17). Mengapa Ayub bisa mengatakan ini? Ia memberi penjelasan panjang lebar yang sangat lengkap mengenai keuntungan-keuntungan ketika mendapatkan teguran Tuhan. Mari kita lihat sama-sama rinciannya.

"Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula. Dari enam macam kesesakan engkau diluputkan-Nya dan dalam tujuh macam engkau tidak kena malapetaka. Pada masa kelaparan engkau dibebaskan-Nya dari maut, dan pada masa perang dari kuasa pedang. Dari cemeti lidah engkau terlindung, dan engkau tidak usah takut, bila kemusnahan datang. Kemusnahan dan kelaparan akan kautertawakan dan binatang liar tidak akan kautakuti. Karena antara engkau dan batu-batu di padang akan ada perjanjian, dan binatang liar akan berdamai dengan engkau. Engkau akan mengalami, bahwa kemahmu aman dan apabila engkau memeriksa tempat kediamanmu, engkau tidak akan kehilangan apa-apa. Engkau akan mengalami, bahwa keturunanmu menjadi banyak dan bahwa anak cucumu seperti rumput di tanah. Dalam usia tinggi engkau akan turun ke dalam kubur, seperti berkas gandum dibawa masuk pada waktunya.Sesungguhnya, semuanya itu telah kami selidiki, memang demikianlah adanya; dengarkanlah dan camkanlah itu!" (ay 18-27).

Lihatlah bahwa ada  begitu banyak kebaikan dari teguran Tuhan yang ditulis secara rinci dalam kitab Ayub. Terhindar dari malapetaka, tidak perlu takut kelaparan, ada perlindungan, keamanan, kemurahan, umur panjang dan lain-lain, semua ini bisa kita peroleh lewat teguran Tuhan. Dan jelas, teguran bukanlah dimaksudkan untuk menyakiti kita, membuat kita tersiksa atau menghalangi kesenangan kita, tetapi justru sangat berguna baik dalam hidup sekarang maupun untuk keselamatan kelak setelah fase dunia ini kita selesaikan. Ada begitu banyak keuntungan yang bisa kita dapatkan, sehingga tidaklah mengherankan apabila Salomo pun menganggap teguran sebagai jalan kehidupan. "Karena perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan." (Amsal 6:23). Jika dikatakan bahwa teguran itu sebagai jalan kehidupan, bukankah itu artinya teguran merupakan hal yang sangat penting dan bermanfaat bagi kita?

Penulis Ibrani kembali mengingatkan betapa pentingnya bagi kita untuk menanggapi secara benar ketika teguran Tuhan datang pada kita. Seperti halnya yang dikatakan Ayub, kali ini Penulis Ibrani pun menuliskan panjang lebar akan hal tersebut, terutama dalam menyoroti mengapa dan apa tujuan Tuhan sebenarnya dalam memberi teguran. Ia menulis: "Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya." (Ibrani 12:5).  Jangan putus asa, jangan anggap remeh, kata si Penulis. Mengapa? "karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."(ay 6). Bagi anda yang sudah memiliki anak, tidakkah anda tahu bahwa terkadang teguran bahkan hukuman harus anda jatuhkan kepada anak-anak anda agar mereka tidak mengulangi kesalahan? Bukankah itu baik buat masa depan mereka, meski mungkin hati anda menangis ketika memberi hukuman itu? Tuhan pun demikian. Dia tidak ingin kita menderita dan merasa sakit, tetapi atas kesalahan kita ada kalanya kita harus ditegur dan dihukum, meski hati Tuhan pun menangis ketika melakukannya atas kita. Dibalik itu semua Tuhan punya maksud baik, karena lebih dari apapun Dia menginginkan kita selamat, menjadi ahli warisNya dan hidup bersama-sama denganNya di Surga kelak dalam kebahagaiaan kekal, dimana tidak lagi ada ratap tangis, penderitaan, kesusahan dan sejenisnya.

Kembali kepada Ibrani 12 di atas, mari kita lihat lanjutannya dimana Penulisnya menjelaskan dengan terperinci akan tujuan Tuhan menegur kita.

"Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya." (ay 7-11).

Penulis Ibrani sangatlah paham bahwa tidaklah enak rasanya ketika kita tengah mengalami ganjaran atas kesalahan kita. Teguran Tuhan bisa terasa menyakitkan. Tetapi pada akhirnya itu bertujuan untuk menghasilkan buah-buah kebenaran yang akan mampu membawa kita ke dalam arah yang benar seperti yang diinginkan Tuhan. Anggaplah kita ini anak-anak yang terkadang tidak bisa berpikir panjang untuk masa depan dan hanya terfokus pada keinginan untuk mendapat kesenangan atau kenikmatan sesaat untuk jangka pendek. Jika kita dibiarkan berada dalam keadaan seperti itu, bukankah nanti kita sendiri juga yang rugi? Tuhan merasa perlu untuk memberi teguran jika kita bersalah agar kita tidak lagi melakukannya kelak. Semua itu bisa merampas apa yang sudah dianugerahkan kepada kita lewat penebusan Kristus. Alangkah besar resikonya apabila Tuhan tidak merasa perlu untuk memperingatkan, menegur atau menghukum dan membiarkan segalanya terjadi sekehendak kita.

Apabila Tuhan masih mau bersusah payah berusaha menegur kita, bersyukurlah untuk itu. Rasanya memang tidak enak, tetapi berikanlah respon yang tepat dengan belajar dari kesalahan, menyadarinya dan bangkit kembali dengan tidak mengulangi lagi kesalahan itu, bukan dengan bersungut-sungut, merasa tersinggung, marah atau membangkang. Teguran Tuhan datang justru karena Dia mengasihi kita, memperhatikan kita dan tidak ingin satupun dari kita binasa. Tuhan bisa menegur kita lewat banyak hal. Apakah secara langsung lewat teguran lembut dalam hati, lewat orang lain, lewat Firman Tuhan yang disampaikan atau yang kita dengar hingga lewat hukuman langsung yang membuat kita menderita dalam hidup kita. Apapun itu bentuknya, semua itu bertujuan baik agar kita tidak kehilangan hak kesulungan kita sebagai ahli warisNya, dimana nanti kita berhak menerima segala kebaikan Tuhan selama-lamanya dengan status kita sebagai anak-anakNya sendiri. Kita Dia tegur karena Dia ingin kita selamat. Ketika kita harus mengalami teguran, sikapilah dengan benar. Bersyukurlah dan belajarlah dari kesalahan itu. Ijinkan Tuhan untuk terus menuntun kita menuju apa yang sudah Dia rencanakan bagi kita.Memasuki tahun yang baru yang tinggal sebentar lagi, mari kita ubah mind set atau pola pikir kita dalam menerima teguran.

Teguran Tuhan bukanlah bermaksud untuk menyiksa, tetapi untuk menyelamatkan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Renungan Tahun Baru - Mengandalkan Tuntunan Tuhan


Mengandalkan Tuntunan Tuhan Dalam Memasuki Tahun yang Baru


Beberapa saat lagi kita akan melewati tahun 2012 dan memasuki tahun yang baru;2013. Tentunya banyak hal yang telah kita lalui dan rasakan di sepanjang tahun 2012 ini. Suka maupun duka, tangis dan juga tawa, kesuksesan ataupun kegagalan, semuanya pasti pernah kita alami dalam menjalani tahun 2012 ini. Sudah menjadi lazim ketika akan memasuki tahun yang baru kita selalu membuat rencana-rencana maupun resolusi untuk menatap tahun di depan yang akan kita lalui. Sebagai orang Kristen, kita diingatkan oleh Alkitab bahwa dalam setiap rencana dan harapan yang kita buat hendaklah kita melibatkan dan mengandalkan Tuhan Allah, karena seperti yang tertulis dalam Alkitab :
"Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi Tuhan, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita..." (Ulangan 29:29)

Kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada saat kita memasuki hari esok di tahun yang akan datang, oleh karena itu sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, hal yang utama adalah menaruh segala harapan kita dan selalu mengandalkan DIA dalam segala hal. Mengapa kita harus menaruh pengharapan dan mengandalkan Tuhan dalam setiap langkah hidup kita ?
"Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan! ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah." (Yeremia 17:7-8)

"Sebab AKU ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-KU mengenai kamu, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan" (Yeremia 29:11)

Dari kutipan ayat-ayat di atas jelaslah bagi kita bahwa orang yang senantiasa mengandalkan Tuhan hidupnya pasti akan selalu diberkati, disertai dan dilindungi Tuhan.

Ada banyak pengalaman dan kejadian yang telah kita lalui di tahun 2012 namun satu yang pasti bahwa Tuhan Allah selalu bersama dengan kita. Tuhan Allah tidak berubah, baik kemarin, hari ini dan selamanya. Kasih dan Anugerah-NYA memberikan kekuatan serta pengharapan untuk meneruskan langkah kita ke depan. Merayakan tahun baru 2013 akan semakin asyik dan terasa begitu indah apabila kita merasakan betapa Tuhan Allah mencintai kita dan oleh karenanya memasuki tahun yang baru ini patutlah kita menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan Firman-NYA sebaliknya harus hidup menurut Firman-NYA dan selalu menaruh pengharapan dan mengandalkan DIA dalam setiap langkah hidup kita niscaya hidup dan kehidupan kita di tahun yang baru akan diberkati oleh-NYA. Amin.
Selamat Tahun Baru - Imanuel !


Sabtu, 29 Desember 2012

Kuasa Untuk Menikmati

Ayat bacaan: Pengkhotbah 6:1-2
=========================
"Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit."

Pernahkah anda melihat orang-orang yang lebih dari cukup secara finansial tetapi kelihatannya sangat sulit untuk bahagia? Saya sering bertemu dengan orang-orang seperti itu. Seorang teman saya pernah berkata, "seandainya saya memiliki uang sebanyak mereka, mungkin saya sudah senang-senang sekarang, tidak perlu repot bekerja dan pusing memikirkan biaya hidup keluarga dan kebutuhan anak-anak." Kita mungkin sering berpikir seperti itu. Kenyataannya, mereka yang punya harta berlimpah pun tidak serta merta hidup bahagia. Harta tidak pernah menjamin kebahagiaan. Ya, kita tentu butuh uang untuk bisa hidup, tetapi hidup tidaklah pernah tergantung oleh sedikit banyaknya uang. Mungkin anda akan seperti saya yang sampai kepada pertanyaan, bagaimana mungkin orang yang kaya bisa tidak bahagia? Dan ternyata Alkitab sudah memberi jawaban atas pertanyaan itu, karena kuasa untuk menikmati apa yang kita punya, itu berasal dari Tuhan juga.

Dunia akan terus menggiring kita untuk berpikir bahwa harta kekayaan pasti akan membuat kita bahagia dan hidup tenang. Iklan-iklan akan selalu berusaha membuat kita percaya bahwa dengan memiliki produk mereka maka kita akan sempurna. Manusia terus berusaha menjadi kaya namun melupakan satu hal yang teramat sangat penting, bahwa kuasa menikmati pun sangatlah kita perlukan. Ini bahkan lebih penting daripada terus mencari uang, karena jika ini tidak kita miliki maka kita tidak akan bisa menikmati berkat-berkat dalam hidup kita, tak peduli seberapa berlimpahnya harta itu ada pada kita. Itulah sebabnya ada orang-orang yang sangat kaya raya tetapi hidupnya tidak bahagia, itu karena mereka tidak memperoleh kuasa untuk menikmatinya. Sebaliknya ada orang-orang yang pendapatannya biasa-biasa saja, hanya secukupnya dari hari ke hari, tetapi mereka masih bisa bersyukur dan merasakan kebahagiaan yang indah bersama keluarganya. Jadi jelas, kita butuh kuasa untuk menikmati. Dan sekali lagi, semua itu berasal dari Tuhan.

Ayat yang menyatakan hal ini justru berasal dari Salomo, orang terkaya yang pernah berjalan di muka bumi ini. Katanya: "Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit." (Pengkhotbah 6:1-2). Jika kita heran bagaimana banyak orang yang sungguh kaya raya, tapi tidak bisa menikmati kekayaannya, maka itu terjawab pada ayat bacaan hari ini. Ternyata kemampuan untuk menikmati kekayaan pun merupakan karunia Tuhan juga. Ketika motivasi kita beralih dari mengasihi Tuhan dan membagi berkat buat sesama yang membutuhkan kepada menimbun harta sebanyak-banyaknya tanpa pernah merasa cukup, ketika kita mulai mengorbankan waktu kita bersama Allah dan mulai fokus mencari uang sebanyak-banyaknya, pada saat itu pula kita mulai meninggalkan Tuhan. Semakin jauh hal itu terjadi, semakin jauh pula karunia-karunia pergi meninggalkan kita, termasuk didalamnya karunia untuk menikmati apa yang telah kita miliki. Padahal karunia menikmati adalah hal paling mendasar yang dapat membuat kita merasa bahagia. Di saat itulah kita akan merasa bahwa apa yang kita kumpulkan ternyata sia-sia adanya tanpa kehadiran karunia untuk menikmati. Betapa malangnya, betapa menyedihkan, how unfortunate, how pity. Itulah yang disorot oleh Pengkotbah dan ia pun mengingatkan kita agar jangan terjatuh dalam lubang yang sama.

Mari kita lihat ayat selanjutnya. "Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah." (Pengkotbah 5:19). Kekayaan, harta benda atau berkat-berkat jasmani itu merupakan karunia Allah yang patut disyukuri, demikian pula kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bagian kita dan bisa bersukacita menikmati hasil jerih payah tersebut, itu pun merupakan karunia Allah pula. Ayat ini pun berbicara jelas akan kuasa untuk menikmati sebagai karunia dari Tuhan yang
tidak boleh kita abaikan atau lupakan. Jika Pengkotbah mengangkat pesan ini beberapa kali tentulah hal ini sangat penting. Apa yang dituliskan Pengkotbah ini adalah hasil pengalaman atau kesaksiannya sendiri yang ia tulis dari sebuah perenungan panjang. Kita hendaknya bisa belajar dari apa yang telah ia alami dan tuliskan, karena sang Pengkotbah pun menuliskan itu agar menjadi sebuah pelajaran bagi kita untuk tidak melupakan bahwa ada yang namanya kuasa untuk menikmati yang berasal dari Allah. Inilah yang memampukan kita untuk bisa menikmati setiap hasil jerih payah kita dengan bersukacita. Dan itu tidak tergantung dari besaran harta yang kita miliki, melainkan dari sejauh mana kedekatan, kesetiaan dan ketaatan kita kepada Tuhan, Sang Pemberi baik berkat berbentuk fisik, kesehatan maupun sebuah kesempatan bagi kita untuk menikmati berkat-berkatNya.

Tuhan sanggup menyediakan segalanya buat kita, dan semua itu diberikan kepada orang yang sungguh-sungguh mengasihiNya. "Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Tetapi apalah gunanya itu semua jika tidak disertai dengan karunia untuk bisa menikmatinya? Tidak ada gunanya bagi kita untuk terus fokus hanya kepada mencari harta tanpa memikirkan pentingnya sebuah karunia untuk menikmati. Semua akan sia-sia saja tanpa itu. Karena itu, hendaklah kita bijaksana untuk hidup dalam ketaatan penuh kepada Tuhan, mengasihiNya sepenuh hati, memiliki hidup yang berakar di dalam Tuhan. Membuang hubungan dengan Tuhan tidak saja menghalangi berkat Tuhan tercurah buat kita, tapi juga membuat kita kehilangan kesempatan untuk memperoleh karunia untuk menikmati. Jangan sampai terlambat, mari kita periksa diri kita masing-masing. Apakah kita telah mengucap syukur dan puas terhadap segala sesuatu yang telah kita miliki? Apakah kita masih saja selalu merasa kekurangan? Apakah kita saat ini bisa menikmati hasil kerja kita atau semua itu masih saja tidak membuat kita bahagia? Jika ini yang terjadi, sekarang waktunya untuk kembali berpaling kepada Tuhan yang selalu merindukan kita. Mintalah hikmat dari Tuhan agar kita bisa memandang segala sesuatu dengan bijaksana. Banyak atau sedikit tidak masalah, yang penting kita bisa bersukacita dan bersyukur dalam menikmati setiap berkat yang dikaruniakan Tuhan kepada kita.

Kuasa untuk menikmati merupakan karunia Allah yang memungkinkan kita untuk bersukacita atas berkatNya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

29 des


"Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang"
(1Yoh 2:3-11; Luk 2:22-35)
"Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya:"Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan -- dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri --, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang." (Luk 2:22-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Yesus, Penyelamat Dunia, memang datang ke dunia untuk memperbaharui dunia, terutama cara hidup dan cara bertindak manusia. "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangun-kan banyak orang", demikian tugas pengutusan Penyelamat Dunia. Maka kita semua yang beriman kepadaNya kami ajak tidak usah menunggu 'dijatuhkan atau dibangunkan', melainkan marilah secara proaktif dan kreatif memperbaharui diri. Kita tinggalkan cara hidup dan cara bertindak yang tidak sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan, dan mungkin bagi kita yang telah dibaptis marilah setia kepada janji baptis, sedangkan kepada kita semua kami ajak untuk setia pada janji-janji yang telah kita ikrarkan. Secara konkret kepada para suami-isteri kami ajak untuk saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tenaga baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati; kepada para pekerja kami ajak untuk setia pada janji kerja, sedangkan kepada para pelajar atau mahasiswa kami ajak untuk setia pada janji pelajar atau mahasiswa. Pertama-tama dan terutama memang yang perlu kita rubah adalah cara berpikir, mengingat dan mempertimbangkan bahwa apa yang ada dalam pikiran kita adalah yang akan kita lakukan atau kerjakan. Hendaknya yang kita pikirkan adalah apa yang dipikirkan oleh Tuhan yaitu keselamatan jiwa manusia, maka jika yang kita pikirkan macam itu, kiranya sewaktu-waktu kita akan dipanggil Tuhan akan berkata seperti Simeon:"Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu".
·   "Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan.Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya" (1Yoh 2:10-11). Kutipan ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk hidup saling mengasihi kapan pun dan dimana pun jika kita mendambakan hidup bahagia, sejahtera dan damai sejati. Tugas pengutusan untuk saling mengasihi hemat saya dengan mudah kita hayati jika kita semua menghayati diri sebagai yang terkasih, yang diciptakan oleh Tuhan karena kasihNya bekerjasama dengan orangtua kita masing-masing yang saling mengasihi. Karena masing-masing dari kita adalah yang terkasih, maka bertemu dengan siapapun berarti yang terkasih bertemu dengan yang terkasih dan dengan demikian secara otomatis akan saling mengasihi. Kepada siapapun yang masih membenci saudara-saudarinya kami ajak untuk bertobat atau memperbaharui diri, agar anda tidak berjalan di dalam kegelapan atau kekacauan dan selanjutnya menderita berkepangan sampai mati. Kami berharap segenap anggota keluarga dalam satu rumah tangga sungguh hidup saling mengasihi, sehingga dalam kehidupan bersama yang lebih luas juga akan saling mengasihi.
"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa." (Mzm 96:1-3)
Ign 29 Desember 2012

Pesta Keluarga Kudus


Pesta Keluarga Kudus: 1Sam 1:20-22.24-28; 1Yoh 3:1-2.21-24; Luk 2:41-52
"Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia"
Keluarga merupakan dasar hidup menggereja, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, maka jika semua keluarga baik adanya secara otomatis hidup menggereja, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara akan dalam keadaan damai sejahtera dan aman-tenteram. Namun sungguh memprihatinkan bahwa tidak semua keluarga baik adanya atau bahkan mayoritas keluarga mengalami erosi atau kemerosotan moral, sehingga hidup bersama kacau balau sebagaimana dapat kita saksikan pada masa kini. Perceraian antar suami-isteri semakin marak, anak-anak yang kurang kasih sayang dari orangtua semakin banyak, demikian pula tindak kejahatan semakin membengkak. Maka pada hari raya "Pesta Keluarga Kudus" dari Nasaret, Yusuf, Maria dan Kanak-kanak Yesus hari ini, perkenankan saya mengajak mereka yang hidup berkeluarga atau akan hidup berkeluarga sebagai suami-isteri untuk mawas diri dengan cermin Keluarga Kudus dari Nasaret
"Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia." (Luk 2:52)
Kita semua sebagai manusia adalah ciptaan Allah, yang diciptakan dalam dan oleh kasihNya bekerjasama dengan orangtua, bapak-ibu kita masing-masing yang saling mengasihi, maka masing-masing dari kita adalah 'buah kasih' atau yang terkasih dan dapat tumbuh berkembang sebagaimana adanya pada saat ini hanya karena dan oleh kasih. Ikatan laki-laki dan perempuan menjadi suami-isteri juga karena dan oleh kasih, dan kasih antar-suami isteri akan terjadi sampai mati jika mereka berdua dengan sungguh-sungguh saling mengasihi. Cintakasih itu bebas, alias tak terbatas, dan kebebasan hanya dapat dibatasi oleh cintakasih. Dalam dan oleh cintakasih orang dapat berbuat apapun asal tidak pernah melecehkan sedikitpun harkat martabat manusia, dirinya sendiri maupun orang lain.
Anak-anak yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada suami-isteri hendaknya juga dididik dan dibesarkan dalam dan oleh cintakasih. Maka dalam mendidik dan membina anak-anak jauhkan dari aneka macam pemanjaan maupun paksaan. Ingatlah dan sadari bahwa anda berdua tergerak untuk menjadi suami-isteri juga dilandasi atau didasari oleh cintakasih dan kebebasan, dan hendaknya cintakasih dan kebebasan anda berdua semakin mendalam dan mantap, sehingga mampu mendidik dan mendampingi anak-anak yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada anda berdua dalam dan dengan cintakasih dan kebebasan. Kita semua kiranya mendambakan diri kita semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama atau saudara-saudari kita, maka hendaknya kita juga senantiasa berusaha dengan sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dan sesama kita dimana pun dan kapan pun.
Jika anda memiliki beberapa anak hendaknya mendampingi dan mendidik anak-anaknya dengan jiwa 'cura personalis', masing-masing diberi perhatian sesuai dengan perkembangan, bakat dan kemungkinannya, tidak digeneralisir. Hendaknya anak-anak juga jangan merasa kurang dikasihi atau diperhatikan oleh orangtuanya, dan tentu saja antar kakak-adik juga dididik dan dibina untuk saling mengasihi dan memperhatikan. Salah satu keprihatinan saya masa kini adalah perihal kepekaan sosial, peka terhadap orang lain atau dalam bahasa asing "to be man/woman for/with others" (menjadi laki-laki/perempuan bagi atau bersama dengan yang lain). Pengalaman relasi antar orangtua dan anak, kakak dan adik, anggota keluarga dengan pembantu rumah tangga merupakan modal untuk kelak kemudian ketika menjadi orang dewasa dalam berrelasi dengan atas, rekan kerja/teman/sahabat dan para pembantu yang lain atau mereka yang miskin dan berkekurangan. Maka binalah anak-anak anda dalam berrelasi dengan anda sebagai orangtua, antar kakak-adik, dengan pembantu rumah tangga dalam hal kepekaan terhadap kebutuhan yang lain.
Kami juga berharap bahwa di antara anak-anak anda ada yang tergerak untuk menjadi imam, bruder atau suster, maka jadikanlah keluarga anda sebagai tempat 'penyemaian benih-benih panggilan'. Gereja Katolik masa kini membutuhkan imam, bruder dan suster yang handal dan kompeten dalam menghadapi perkembangan dan pertumbuhan zaman yang begitu cepat berubah.
"Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah, dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya. Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita. Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita" (1Yoh 3:21-24)
Kutipan di atas ini mengingatkan dan mengajak kita agar sebagai umat beriman atau beragama senantiasa hidup dan bertindak saling mengasihi dengan siapapun, dimanapun dan kapanpun. Ajaran hidup dan bertindak saling mengasihi hemat saya merupakan ajaran semua agama atau keyakinan kepercayaan apapun. Barangsiapa hidup saling mengasihi atau melaksanakan perintah Allah berarti "ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia", dengan demikian orang akan semakin setia dalam melaksanakan atau menghayati perintah dan sabdaNya atau kehendakNya. Orang yang diam di dalam Allah juga dapat menemukan Allah dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu dalam Allah.
Kami harapkan keluarga-keluarga kristiani khususnya maupun keluarga-keluarga pada umumnya sungguh menghayati kehadiran Allah di dalam keluarga, dan semua anggota keluarga senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Allah. Kami percaya bahwa para suami-isteri pun menghayati diri bahwa yang mempertemukan mereka untuk hidup bersama sampai mati juga Allah sendiri, maka diawali oleh Allah hendaknya juga diakhiri oleh Allah. Hendaknya semua gairah, cita-cita, harapan dan dambaan seluruh anggota keluarga ada dalam Allah, yang tidak lain adalah keselamatan jiwa manusia.
Karena Allah hadir di dalam keluarga, maka hendaknya keluarga menyediakan waktu khusus untuk menghadap Allah bersama-sama, berdoa bersama serta bercurhat bersama, dan kiranya baik juga dibacakan dan direnungkan sabda-sabda Allah sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Sekali lagi kami katakan bahwa sekiranya apa yang kami kirimkan via email setiap hari boleh dibacakan dan didengarkan serta dicecap bersama-sama. Tak lupa dengan rendah hati kami mohon doakan juga para imam, bruder dan suster agar setia dalam panggilan mereka, Dengan sering mendoakan para imam, bruder maupun suster kami berharap bahwa di antara anak-anak anda ada yang tergerak untuk menjadi imam, bruder atau suster.
Secara khusus dengan rendah hati kami mohon doa bagi kami yang lemah dan rapuh ini, karena pada hari ini kami merayakan 29 tahun tahbisan imamat kami. Saya pribadi ketika ditabiskan menjadi imam mengambil motto ini sebagai pegangan perjalanan imamat saya, yaitu " Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya." (Ef 3:12). Semoga kami setia menghayati panggilan imamat dalam melayani umat Allah yang diserahkan kepada kami.
 
"Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam! Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup. Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau.Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah" (Mzm 84:2-3.5-6)
 
Ign 30 Desember 2012
 

28 des


"Murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus"
(1Yoh 1;1-4; Yoh 20:2-8)
"Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan." Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur.Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya." (Yoh 20:2-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan St.Yohanes, rasul dan pengarang Injil, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Cintakasih merupakan keutamaan hidup luar biasa; orang yang saling mencintai pada umumnya dalam keadaan gembira, ceria dan dinamis serta cekatan dalam melakukan segala sesuatu. Yohanes dikenal sebagai murid terkasih Yesus, maka ketika mendengar ada sesuatu yang terjadi dalam diri Yesus ia dengan cepat dan cekatan berusaha untuk mencari tahu. Dalam Warta Gembira ini dikisahkan bahwa Yesus yang telah wafat dan dimakamkan tidak ada lagi berada di makam, sebagaimana diceriterakan oleh para wanita kepada mereka. Dua rasul, Petrus dan Yohanes tergerak untuk mencari tahu dan pergi ke makam, dan ternyata Yohanes lebih cepat sampai ke makam. Kita semua ada dan tumbuh berkembang sebagaimana adanya pada saat ini tidak lain karena cintakasih, yang telah kita terima secara melimpah ruah, maka marilah kita sadari dan hayati cintakasih yang telah kita terima tersebut. Kami berharap anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dididik atau dibiasakan perihal dirinya yang senantiasa dikasihi, sehingga kelak kemudian hari ketika menjadi dewasa mereka sungguh hidup dan bertindak berdasarkan cintakasih, dijiwai oleh cintakasih dan dengan demikian cepat dan cekatan menanggapi segala sesuatu yang sedang terjadi. Anak-anak kiranya dapat dilatih atau dibiasakan dalam hidup sehari-hari untuk membereskan atau memperbaiki apa yang tidak beres atau tidak baik dengan segera, dan tentu saja dengan teladan konkret dari orangtua. Kami berharap relasi antara suami-isteri atau bapak-ibu juga cepat dan cekatan dalam menanggapi apa yang terjadi dalam atau dialami oleh pasangan hidupnya.
·   "Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna" (1Yoh 1:2-4). Apa yang dikatakan di atas ini kiranya dapat menjadi acuan atau pedoman hidup kita, lebih-lebih kalimat ini, yaitu:"Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami". Marilah kita saling membagikan (sharing atau curhat) pengalaman iman untuk mempererat dan memperdalam persahabatan atau persaudaraan di antara kita. Pengalaman iman berarti aneka pengalaman yang terkait dengan Penyelenggaraan Ilahi, yang tidak lain adalah apa-apa yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Kami percaya masing-masing dari kita lebih mengalami apa yang baik daripada apa yang jahat, maka jangan pelit untuk memberitakan apa yang baik kepada saudara-saudari kita. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa sebagai orang beriman kita memiliki tugas pengutusan untuk mewartakan kabar baik, menyebarluaskan apa-apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia. Kami percaya bahwa masing-masing dari kita senantiasa berkehendak untuk menyampaikan apa yang baik kepada saudara-saudari kita, dan ada kemungkinan terjadi salah faham karena kita kurang saling mendengarkan. Maka marilah kita perdalam keutamaan 'mendengarkan' dalam hidup dan kerja kita, agar kemudian kita mampu memahami dan menangkap kehendak baik saudara-saudari kita. Semoga dengan demikian akan terjadi sukacita yang sempurna dalam kebersamaan hidup dan kerja kita.
"TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau bersukacita! Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya. Gunung-gunung luluh seperti lilin di hadapan TUHAN, di hadapan Tuhan seluruh bumi. Langit memberitakan keadilan-Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya" (Mzm 97:1-2.5-6)
Ign 27 Desember 2012

Jumat, 28 Desember 2012

Susah Tidur

Ayat bacaan: Mazmur 3:6
====================
"Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku!"

"Ganti tahun, nasib tetap sama." Demikian kata seorang tukang ojek yang sering mangkal di dekat rumah saya. Bagi banyak orang sepertinya itu menjadi sebuah hal yang lazim. Mereka lelah menanti perubahan nasib ke arah yang lebih baik dan berhenti berharap untuk itu. Tidur tidak pernah menjadi lebih nyaman, malah yang ada kita semakin sulit tidur. Gelisah, cemas atau bahkan takut menanti seburuk apa tahun yang akan datang. Tidur adalah sesuatu yang mudah dan gratis, begitu kata ayah saya pada suatu kali. Apakah ia merupakan orang yang senang-senang saja tanpa masalah? Tidak juga. Sama seperti kita, ia pun berhadapan dengan berbagai masa naik dan turun. Tetapi ternyata itu tidak pernah mengganggu waktu tidurnya. Di usianya yang sudah lanjut, ia masih sangat bugar dan aktif.

Mungkin seperti itu bagi orang-orang seperti ayah saya, tapi sama sekali tidak demikian bagi orang yang gampang cemas dan mengalami kesulitan menutup mata. Bagi mereka yang seperti ini, tidur bisa jadi menjadi sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan dan mahal harganya. Hidup di dunia yang semakin lama semakin sulit akan membuat hal-hal yang bisa mengganggu kedamaian kita bertambah banyak pula. Berbagai masalah, konflik, situasi sulit bisa menimbulkan stres dan depresi, dan hal-hal seperti itu tentu bisa mengganggu bahkan merampas damai sejahtera maupun sukacita dari diri kita. Akibatnya jangankan bisa nyenyak, untuk bisa memejamkan mata saja sudah sulit. Ada yang bahkan memerlukan obat terlebih dahulu agar bisa tidur setidaknya sebentar. Ternyata, tidur nyenyak atau tidak bukan tergantung dari ada tidaknya masalah melainkan akan sangat tergantung dari kondisi hati kita. Ketenangan, kedamaian, sukacita, itu semua akan membuat kita bisa tidur dengan nyaman. Sebaliknya ketika membiarkan semua itu dirampas oleh masalah-masalah yang kita alami, maka kita pun tidak akan pernah bisa menikmati tidur yang berkualitas lagi.

Daud pernah mengalami masa-masa sulit ketika Absalom, puteranya sendiri melakukan makar untuk menggulingkan dirinya dari tampuk kepemimpinan. Kisah ini bisa kita baca dalam kitab 2 Samuel 15. Pemberontakan Absalom begitu parah hingga membuat Daud harus melarikan diri dari Yerusalem untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang buruk. Bayangkan bagaimana rasanya dikudeta, apalagi oleh anak sendiri. Tentu situasi itu berat untuk dialami. Bagaimana reaksi Daud menghadapi itu? Mazmur 3 mencatatnya dengan lengkap. Mari kita lihat bagian dari Mazmur ini.

Perikop yang bertajuk "Nyanyian pagi dalam menghadapi musuh" dimulai dari seruan Daud akan banyaknya musuh yang bangkit menyerangnya. (ay 2). Bahkan mereka begitu merasa di atas angin sehingga dengan sombong berkata "Baginya tidak ada pertolongan dari pada Allah." (ay 3). Habislah riwayat Daud kali ini, begitu pikir mereka. Tapi Daud tidak terpengaruh. Ia berkata "Tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku." (ay 4). Dalam keadaan berat seperti itu, Daud masih bisa mendengar jawaban Tuhan. (ay 4). Oleh sebab itulah Daud bisa tetap tenang, bahkan ia bisa tetap tidur dengan tentram. "Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku!" (ay 6). Daud tetap bisa beristirahat dengan tenang karena ia tahu pasti bahwa Tuhan ada bersamanya dan akan tetap menopangnya. Dan itulah kunci dari ketenangan kita. Damai sejahtera dan sukacita sejati itu sesungguhnya berasal dari Tuhan dan tidak tergantung dari kondisi di sekitar kita dan apa yang tengah kita alami. seperti apa yang sudah dibagikan dalam renungan kemarin, kita harus terus meneguhkan hati kita dan tetap mempercayakan segalanya ke dalam tangan Tuhan untuk bisa menerimanya. "Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya." (Yesaya 26:3).

Masalah bisa sangat besar, bahkan diatas kekuatan kita. Tetapi bisakah kita tetap yakin bahwa Tuhan lebih besar dari masalah apapun itu? Daud tahu pasti tentang itu. Berkali-kali dalam kesesakan dan himpitan masalah ia tahu harus berseru kepada siapa untuk mendapatkan ketenangan. Baginya, Allah adalah gunung batu yang teguh, dimana ia bisa bersandar dengan aman. "Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah." (Mazmur 62:8). Hal yang sama pun berlaku bagi kita. Damai sukacita sejati tidaklah terletak pada ada tidaknya masalah, tetapi bagaimana sikap kita dalam memandang sebuah masalah. Kalau kita percaya masalah itu lebih besar dari Tuhan, maka jangan heran apabila kita akan terus menerus tenggelam dalam stres dan depresi sehingga tidur pun menjadi sesuatu yang langka bagi kita. Sebaliknya, jika iman anda berkata bahwa Tuhan itu lebih besar dari masalah seberat apapun, anda akan bisa melewati rintangan badai apapun dalam keadaan tenang dalam damai sejahtera dan sukacita sejati dari Tuhan. Memasuki Tahun yang baru yang tinggal sebentar lagi, mari kita perkuat iman kita. Masalah mungkin akan tetap ada, tetapi bersama Tuhan tidak ada yang perlu kita cemaskan.

Sleep tight, sweet dream, because God is far greater than any problems

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Kamis, 27 Desember 2012

Berbagi Kasih di Masa Natal

Ayat bacaan: Roma 5:8
==================
"Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa."

"Love can make the world go round" demikian kata peribahasa yang populer yang beberapa kali diadopsi untuk menjadi judul serta tema lagu oleh banyak artis. Jika kita menilik lirik lagu-lagu sejak dulu, setidaknya 70-80% isinya akan berbicara tentang cinta dalam berbagai aspek. Betapa langkanya menemukan sebuah film tanpa kisah cinta sama sekali di dalamnya. Saya tidak tahu bagaimana hidup jadinya jika harus dilalui tanpa cinta. Cinta bisa membuat kita tenang. Cinta membuat kita kuat. Cinta membuat kita mampu bertahan. Cinta bisa membuat kita menangis, cinta bisa membuat kita tertawa riang. Tapi meski menangis, tidak satupun orang yang suka hidup tanpa rasa cinta. Cinta, atau kasih sulit diartikan secara ilmiah. It's like a chemical reaction, kata seorang filsuf pada suatu kali untuk menggambarkan sulitnya menerjemahkan asal muasal cinta dan apa yang terjadi ketika rasa cinta atau kasih itu mulai mengenai seseorang. Hari Natal yang baru kita lewati adalah sebuah kisah cinta juga, yang justru begitu besarnya berasal dari Sang Pencipta kepada kita semua ciptaanNya.

Sebuah kisah cinta dari Tuhan. Wow..that would simply be the greatest story ever told. Hari Natal adalah hari dimana kita merayakan kelahiran Kristus turun ke dunia. KedatanganNya membawa misi yang luar biasa, yaitu menyelamatkan umat manusia dari kebinasaan, memindahkan kita dari kematian untuk masuk ke dalam kehidupan kekal, ke dalam keselamatan. Misi yang benar-benar mencengangkan, dan membuat saya berpikir apa yang membuat kita layak untuk menerima anugerah yang begitu besar. Apakah kita begitu luar biasa baiknya sehingga Allah berhutang budi kepada kita? Apakah kita begitu berkuasa sehingga Allah segan kepada kita? Tentu saja tidak. Yang terjadi justru sebaliknya, kita terus saja menyakiti dan mengecewakanNya dengan perbuatan-perbuatan kita yang seringkali tidak sedikitpun menghargai Pencipta kita. Tetapi lihatlah apa yang terjadi. Dalam keadaan kita masih penuh dosa, Tuhan ternyata memutuskan untuk tidak tinggal diam membiarkan kita binasa melainkan berbuat sesuatu yang luar biasa besar demi kita. Tidak tanggung-tanggung, AnakNya pun diberikan kepada kita untuk menggantikan kita semua di atas kayu salib, memikul seluruh dosa dan pelanggaran kita dan menebus semua itu dengan lunas. Firman Tuhan secara jelas menyatakan "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8). Kekuatan apa yang mampu menggerakkan Allah untuk mengambil keputusan yang sangat mencengangkan ini? Jawabannya adalah KASIH. Adalah kekuatan kasih yang sanggup menggerakkan hati Tuhan untuk menganugerahkan kita semua, yang seharusnya tidak layak, dengan keselamatan. Itu kekuatan cinta kasih yang luar biasa besar yang ternyata bahkan mampu menggerakkan Tuhan untuk melakukan semua itu.

Mari kita renungkan baik-baik ayat emas berikut ini: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Tuhan mengaruniakan AnakNya yang tunggal, agar kita yang percaya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal. Mengapa? Karena kasih Allah yang begitu besar kepada kita. Begitu besarnya kekuatan kasih atau cinta ini sehingga mampu menggerakkan hati Tuhan. Tidak ada kekuatan apapun lagi yang mampu menandinginya. Paulus mengingatkan kita bahwa ada tiga hal yang tetap harus kita lakukan. "Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih." (1 Korintus 13:13). Diantara ketiganya, kasih adalah yang terbesar.

Jika Tuhan saja mau bersikap pro-aktif di saat kita masih berdosa, dan itu jelas karena kekuatan kasih yang memang sulit kita analisa secara ilmiah, tidakkah seharusnya kita pun bisa bersikap demikian, mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh seperti halnya kasih Tuhan kepada kita, dan menyatakan kasih pula kepada sesama kita? Tidakkah seharusnya kita tidak menutup mata melihat orang-orang yang masih berada dalam penderitaan, mereka yang butuh pertolongan, bahkan yang masih terikat dalam dosa? Betapa pentingnya hal ini kita camkan, karena alangkah percuma kita mengaku orang Kristen yang berarti pengikut Kristus apabila kita sama sekali tidak memiliki kasih dalam diri kita.

Yohanes berkata "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8). Jika kita sanggup merayakan Natal dengan pesta, maukah kita memberikan sebagian dari itu untuk berbagi kasih dengan sesama yang tidak seberuntung kita? Sebenarnya, apabila kita menyadari betapa besarnya kasih Allah kepada kita sehingga Dia rela menyerahkan AnakNya sendiri demi keselamatan kita, ada satu hal yang bisa kita lakukan untuk menyenangkan hatiNya. Yesus sudah mengatakan hal ini: "Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:45). Itu salah satu cara bagi kita untuk sedikit membalas kebaikan dan kasih Tuhan. Menjaga diri agar tetap kudus, tetap berjalan dengan mematuhi firmanNya, membiarkan Tuhan bertahta atas segala sesuatu yang kita perbuat, itulah hal-hal lainnya yang menunjukkan seberapa besar kita menghargai besarnya kasih Tuhan kepada kita.

Tentu saja sah-sah saja merayakan momen istimewa ini bersama keluarga maupun teman-teman. Tetapi maukah kita mulai berbuat sesuatu dengan memikirkan orang lain atas dasar kasih? Maukah kita belajar untuk berempati dan mengasihi orang lain lebih lagi dan bergerak untuk melakukan sesuatu bagi mereka? Hari Natal ada karena kasih yang begitu besar dari Tuhan kepada kita, dan sudah seharusnya kasih Allah ini bisa menjangkau lebih banyak orang lagi. Let's make them all feel the Heavenly love through us. Let's give love on Christmas time.

Extend God's love to others in Christmas

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Rabu, 26 Desember 2012

Terang Dunia

Ayat bacaan: Yohanes 8:12
=====================
"Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."

Baru sehari kita melewati peringatan hari kelahiran Sang Juru Selamat. Mungkin hari ini sudah ada yang kembali bekerja, ada juga yang masih berlibur hingga memasuki tahun baru 2013 yang sebentar lagi akan tiba. Apakah anda masih berlibur atau sudah kembali aktif bekerja, saya ingin mengajak teman-teman untuk merenungkan sebuah hal yang sangat penting. Masihkah anda merasakan terang Kristus? Adalah penting bagi kita untuk memeriksa diri kita sendiri, apakah terangNya masih menyinari kita atau kita sudah kembali berada dalam kegelapan hanya beberapa saat setelah kita memperingati hari kelahiranNya ke dunia.

Mari kita lihat apa yang terjadi di Betlehem lebih dari dua ribu tahun yang lalu ketika Yesus lahir di dalam palungan. Itu adalah sebuah malam yang teramat sangat bersejarah dan sangat penting artinya bagi kehidupan manusia sampai kapanpun selama eksistensi manusia di muka bumi ini masih ada. Itu adalah malam dari segala malam, malam yang paling besar dan paling berarti dalam sejarah. Itu adalah sebuah malam yang membawa terang. Kelahiran Kristus ke dunia akan mengalahkan kegelapan sampai kapanpun, sebuah malam dimana siapapun yang duduk dalam kegelapan akan melihat sebuah cahaya terang yang sempurna yang langsung berasal dari tahta Bapa di surga. Sebuah malam dimana Tuhan rela memberikan AnakNya turun ke dunia sebagai "Terang Dunia."

Kita semua tentu menyadari bagaimana kegelapan dari dunia ini bisa menyelubungi kita dan membuat kita takluk di dalamnya. Semakin lama semakin terperosok ke dalam dan semuanya akan semakin gelap. Pada suatu ketika kita akan terbiasa dalam gelap dan terputus total dari terang. Tapi ingatlah bahwa kedatangan Kristus ke muka bumi ini sebagai Terang Dunia yang mampu membawa kita keluar dari kegelapan itu untuk senantiasa berjalan dalam cahaya terangNya. "Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Yohanes 8:12). Cobalah masuk ke dalam sebuah ruangan yang sangat pekat gelapnya, lalu nyalakan sebuah lilin kecil. Lilin kecil itu akan segera menyinari kegelapan disekitarnya dan tidak ada gelap yang sanggup menggulung sinar kecil dari lilin itu. Gelap tidak akan mampu berbuat apa-apa jika ada setitik saja cahaya terang menerobosnya. Begitu juga kehidupan kita. Tidak ada satu kegelapanpun yang mampu menguasai kita jika kita memiliki Kristus, Sang Terang Dunia dalam dalam diri kita.

Petrus mengingatkan kepada kita, para orang percaya bahwa sesungguhnya merupakan bangsa yang terpilih, imamat yang rajani alias the royal priesthood, dan kita semuanya sebenarnya sudah dipanggil keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terangnya yang ajaib. Ayat itu berbunyi demikian: "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib." (1 Petrus 2:9). Seperti itulah hakekatnya diri kita. Seharusnya tidak ada gelap yang bisa menaungi kita, tetapi kita seringkali tidak menyadari bahwa terang Kristus itu ada pada kita. Sama seperti kita memasukkan lampu ke dalam sebuah kotak dan menutupnya, maka sinar terang itu tidak akan pernah bisa berfungsi menggantikan kegelapan.

Yesus juga berkata "Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan." (Yohanes 12:46). Kita harus menyadari dan mensyukuri hal itu. Kita punya Tuhan yang luar biasa yang selalu siap untuk menarik kita keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terangNya yang ajaib. Sebuah terang yang kapan saja bisa menyingkirkan gelap jika saja kita mengizinkan hal itu terjadi. Di saat seperti itulah kita akan bisa berkata seperti Daud, "Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam," maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang." (Mazmur 139:12).

Kemarin kita memperingati datangnya Kristus ke dunia ini membawa terangNya yang ajaib. Terang itu siap terus menyinari kita, memindahkan kita dari kegelapan untuk berjalan dalam terang Tuhan. Sadarilah hal ini dan berhentilah untuk membiarkan kita terus terperangkap dalam gelap. Mulai saat ini, pastikan bahwa Terang Kristus senantiasa ada bersama kita, menyertai dan membimbing kita sepanjang waktu. Kiranya terang Kristus selalu bersinar dalam hidup teman-teman kita semua.

Tidak ada kegelapan yang mampu mengalahkan terang

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

27 des


"Murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus"
(1Yoh 1;1-4; Yoh 20:2-8)
"Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan." Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur.Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya." (Yoh 20:2-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan St.Yohanes, rasul dan pengarang Injil, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Cintakasih merupakan keutamaan hidup luar biasa; orang yang saling mencintai pada umumnya dalam keadaan gembira, ceria dan dinamis serta cekatan dalam melakukan segala sesuatu. Yohanes dikenal sebagai murid terkasih Yesus, maka ketika mendengar ada sesuatu yang terjadi dalam diri Yesus ia dengan cepat dan cekatan berusaha untuk mencari tahu. Dalam Warta Gembira ini dikisahkan bahwa Yesus yang telah wafat dan dimakamkan tidak ada lagi berada di makam, sebagaimana diceriterakan oleh para wanita kepada mereka. Dua rasul, Petrus dan Yohanes tergerak untuk mencari tahu dan pergi ke makam, dan ternyata Yohanes lebih cepat sampai ke makam. Kita semua ada dan tumbuh berkembang sebagaimana adanya pada saat ini tidak lain karena cintakasih, yang telah kita terima secara melimpah ruah, maka marilah kita sadari dan hayati cintakasih yang telah kita terima tersebut. Kami berharap anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dididik atau dibiasakan perihal dirinya yang senantiasa dikasihi, sehingga kelak kemudian hari ketika menjadi dewasa mereka sungguh hidup dan bertindak berdasarkan cintakasih, dijiwai oleh cintakasih dan dengan demikian cepat dan cekatan menanggapi segala sesuatu yang sedang terjadi. Anak-anak kiranya dapat dilatih atau dibiasakan dalam hidup sehari-hari untuk membereskan atau memperbaiki apa yang tidak beres atau tidak baik dengan segera, dan tentu saja dengan teladan konkret dari orangtua. Kami berharap relasi antara suami-isteri atau bapak-ibu juga cepat dan cekatan dalam menanggapi apa yang terjadi dalam atau dialami oleh pasangan hidupnya.
·   "Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna" (1Yoh 1:2-4). Apa yang dikatakan di atas ini kiranya dapat menjadi acuan atau pedoman hidup kita, lebih-lebih kalimat ini, yaitu:"Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami". Marilah kita saling membagikan (sharing atau curhat) pengalaman iman untuk mempererat dan memperdalam persahabatan atau persaudaraan di antara kita. Pengalaman iman berarti aneka pengalaman yang terkait dengan Penyelenggaraan Ilahi, yang tidak lain adalah apa-apa yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Kami percaya masing-masing dari kita lebih mengalami apa yang baik daripada apa yang jahat, maka jangan pelit untuk memberitakan apa yang baik kepada saudara-saudari kita. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa sebagai orang beriman kita memiliki tugas pengutusan untuk mewartakan kabar baik, menyebarluaskan apa-apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia. Kami percaya bahwa masing-masing dari kita senantiasa berkehendak untuk menyampaikan apa yang baik kepada saudara-saudari kita, dan ada kemungkinan terjadi salah faham karena kita kurang saling mendengarkan. Maka marilah kita perdalam keutamaan 'mendengarkan' dalam hidup dan kerja kita, agar kemudian kita mampu memahami dan menangkap kehendak baik saudara-saudari kita. Semoga dengan demikian akan terjadi sukacita yang sempurna dalam kebersamaan hidup dan kerja kita.
"TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau bersukacita! Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya. Gunung-gunung luluh seperti lilin di hadapan TUHAN, di hadapan Tuhan seluruh bumi. Langit memberitakan keadilan-Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya" (Mzm 97:1-2.5-6)
Ign 27 Desember 2012

Selasa, 25 Desember 2012

White Christmas

Ayat bacaan: Mazmur 51:9
====================
"Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!"

Keindahan Natal seringkali dikaitkan dengan salju yang putih. Salah satunya bisa kita lihat dalam sebuah lagu Natal yang tidak asing lagi berjudul White Christmas, yang menjadi populer ketika dibawakan oleh Bing Crosby dalam film "Holiday Inn" pada tahun 1942. Lagu ini kemudian menjadi lagu legendaris dan lagu natal wajib terlebih setelah tampil dalam film berjudul sama di tahun 1954. Kartu-kartu Natal pun banyak yang menggambarkan keindahan pohon atau rumah yang ditutupi putihnya salju. Kita yang tinggal di Indonesia dan Asia Tenggara tidak memiliki musim salju seperti halnya Eropa dan beberapa belahan bumi lainnya. Tapi itu tidak membuat kita menghilangkan momen indah salju yang putih dalam menyambut Natal. Hiasan pohon Natal kerap ditambahkan kapas untuk menciptakan kesan salju memenuhi hiasan pohon natal mereka. Selain dari keindahan yang tercipta lewat turunnya salju, warna putih yang menjadi warna salju pun sering dijadikan sebuah lambang akan sesuatu yang bersih bahkan kesucian.

Malam ini saya ingat akan kisah Daud. Daud dikenal sebagai pribadi yang sangat dekat dan mengenal hati Tuhan. Tapi pada suatu ketika ia terperosok begitu jauh ke dalam dosa dengan melakukan serangkaian perbuatan yang tercela. Ia berzinah dengan Batsyeba, lalu berbohong dan kemudian membunuh Uria, suami sah dari Batsyeba. Serangkaian perbuatan  yang dibuat Daud secara beruntun ini sontak merubahnya menjadi sosok yang begitu kejam dan tidak sadar akan perbuatannya yang dikuasai hawa nafsu. Ia dikuasai dosa. Dan Alkitab mengatakan, apa yang Daud lakukan dianggap sebagai perbuatan jahat di mata Tuhan. (2 Samuel 11:27). Maka Tuhan pun mengutus Nabi Natan untuk datang kepada Daud dan memperingatkannya. Ketika dihadapkan kepada pelanggaran-pelanggarannya, untunglah Daud tidak berkelit untuk membela diri. Daud dengan jantan mengakui bahwa ia berdosa kepada Tuhan. "Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada Tuhan." (2 Samuel 12:13a). Apa jawaban Natan? "Dan Natan berkata kepada Daud: "Tuhan telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati." (ay 13b). Meskipun tetap ada konsekuensi atas dosa yang telah Daud lakukan seperti yang kita ketahui lewat kisah hidup Daud setelah kejadian itu, tapi Tuhan memberi jaminan pengampunan kepadanya ketika ia menyadari dan mengakui kesalahannya.

Dari sana, Mazmur 51 pun kemudian ditulis. Dalam Mazmur 51 Daud menuliskan rangkaian syair nyanyian yang sangat mendalam berisi pengakuan dosa, pertobatan dan permohonannya atas pengampunan Allah. Salah satu bagian syair ini berkata: "Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!" (Mazmur 51:9). Daud menyadari bahwa Tuhan mampu mentahirkan dirinya dan membasuhnya agar bersih dari dosa-dosa dan pelanggaran yang ia perbuat, dan menjadikannya kembali putih, bahkan lebih putih dari salju. Untuk memperoleh pengampunan dan kembali memutihkan dosa-dosa kita, kita harus membasuh diri kita dengan jalan mengakui dosa-dosa kita di hadapan Tuhan, segera bertobat dan memohon pengampunan turun atas diri kita. "Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku.." (Yesaya 1:17) Dan jika kita melakukan ini, firman Tuhan berkata demikian: "..Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (ay 18).

Hari Natal adalah momen dimana kita memperingati kelahiran Yesus Kristus ke dunia sebagai bentuk anugerah terbesar dari Bapa untuk menebus dosa-dosa kita dan membawa kita keluar dari kematian untuk masuk kepada kehidupan kekal. Mari kita menguduskan diri, mengakui segala dosa kita, dan mintalah agar Tuhan mengampuni serta membersihkan hati kita. Tuhan selalu siap untuk memberi pengampunan, bahkan memulihkan sukacita ketika kita berbalik dari jalan-jalan yang jahat dan kembali kepada jalanNya. Tuhan akan memutihkan dosa yang sangat merah sekalipun untuk menjadi seputih salju. Salju yang putih bersih memang sangat indah dalam menyambut Natal, tetapi ingatlah bahwa bukan salju asli yang penting dalam momen ini melainkan kekudusan kita yang seputih salju, itulah yang penting. So, let's have a White Christmas. Selamat Hari Natal buat teman-teman dimanapun anda berada, Tuhan Yesus memberkati anda.

Jadilah tahir seputih salju untuk merayakan kelahiran Kristus

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari