Minggu, 31 Oktober 2010

MASALAHNYA ADALAH DOSA

Nats: Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1 Yohanes 1:9)

Seberapa besar kemampuan manusia dalam menyelesaikan masalah? Manusia memang memiliki kepintaran, sehingga sanggup menyelesaikan banyak permasalahan yang ada di dunia. Buktinya adalah kemajuan teknologi. Teknologi muncul karena ada masalah yang dihadapi manusia. Namun, jika kita bertanya seberapa besar kemampuan manusia dalam menyelesaikan dosa, jawabannya adalah tidak ada. Hanya Tuhan yang sanggup menyelesaikan dosa manusia.

Nehemia sangat menyadari hal tersebut ketika ia harus menyelesaikan permasalahan bangsanya. Nehemia tahu bahwa bangsanya bukan hanya emiliki masalah secara politis, melainkan dosalah yang menjadi akar persoalan dari kehidupan bangsanya tersebut. Oleh sebab itu, hal ertama yang dilakukannya adalah datang kepada Tuhan dan berdoa. Ia mengakui bahwa dirinya serta bangsanya telah berbuat dosa, mengakibatkan mereka dibuang ke Babel . Ia lalu memohon pengampunan dosa. Nehemia sadar bahwa yang sanggup memulihkan kondisi bangsanya adalah Allah sendiri. Ia memohon agar Tuhan mengampuni dan memulihkan Yerusalem.

Berbagai masalah dalam hidup kita tak jarang berakar pada dosa. Jangan hanya berfokus pada masalah itu sendiri, lihatlah lebih dalam kepada dosa yang menyebabkannya. Sebelum kita "membereskan" masalah kita, baiklah terlebih dahulu kita membereskan dosa kita di hadapan Tuhan. Bertobatlah, dan mintalah ampun kepada-Nya. Pemulihan relasi dengan Tuhan ini dapat menjadi dasar dan sumber kekuatan bagi kita untuk menghadapi masalah yang ada.

REKONSILIASI DENGAN TUHAN ADALAH DASAR HIDUP YANG KOKOH

Renungan terkait...
* Tips menghadapi godaan
* Mempertahankan iman dan keselamatan
* Kembali ke jalan Tuhan
* Jesus overpaid our debt
* God remembers your sins no more

Gema

Ayat bacaan: Filipi 4:8
==================
"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."

gemaSaya pertama mengenal gema ketika pada suatu kali ayah saya mengajak saya ke atas gunung saat saya masih kecil. Di sana ia menyuruh saya mencoba meneriakkan sesuatu. Betapa kagetnya saya mendengar suara saya kembali terdengar berulang-ulang. Ayah saya hanya tertawa dan kemudian menjelaskan bahwa itu adalah gema atau echo, sebuah refleksi atau pantulan suara kita yang terjadi ketika gelombang suara kita menumbuk suatu permukaan. Fenomena echo atau gema ini memang menakjubkan. Saat itu pun saya kemudian berulang-ulang meneriakkan sesuatu dan kemudian merasa senang ketika saya kembali mendengarkan pantulannya kembali kepada saya. Apapun yang saya teriakkan akan kembali persis sama. Jika saya meneriakkan "Halo", makan yang kembali pun pasti "Halo", dan tidak akan pernah "apa kabar" atau kata lainnya. Itulah fenomena gema, yang sebenarnya bisa kita aplikasikan pula dalam kehidupan kita.  

Apa yang bisa anda katakan mengenai diri anda sendiri hari ini? Syukurlah jika itu adalah kata-kata yang positif. Pada kenyataannya ada banyak orang yang menilai citra dirinya terlalu rendah, buruk dan merasa tidak sanggup untuk melakukan apa-apa. Aku memang bodoh, aku tidak mampu, aku tidak kuat, dan sebagainya. Malah ada banyak orang yang belum memulai sudah langsung merasa gagal. Tidak jarang pula ada orang yang terbentuk dengan percaya diri yang rendah karena sejak kecil sudah terlalu sering dikatai bodoh, baik oleh orang tuanya sendiri, saudara, kerabat atau sahabat. Seperti echo atau gema tadi, apa yang kita teriakkan kepada diri kita sendiri akan kembali kepada kita. Jika kita meneriakkan kata-kata negatif kepada diri kita, maka itulah yang akan terbentuk dalam diri kita. Apa yang kita katakan kepada orang lain pun bisa sedikit banyak mempengaruhi mereka. Apakah kita mengeluarkan kata-kata membangun, menyemangati dan memotivasi, atau merendahkan, mematahkan semangat atau menyepelekan, itu akan memberi pengaruh kepada mereka. Oleh karena itulah sangat penting untuk selalu berpikir atau mengatakan hal-hal yang positif, baik itu untuk orang lain, terutama untuk diri kita sendiri, agar kita terbentuk menjadi orang-orang yang bermental baja dan mampu memandang hidup dari perspektif yang positif pula. Dan itu sejalan dengan apa yang dikatakan firman Tuhan dalam Alkitab.

Kepada jemaat Filipi, Paulus berpesan "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8). Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan lebih jelas: "think on and weigh and take account of this things [fix your minds on them]". Pikirkanlah itu, tekankanlah pada diri anda, dan jangan lupa ubahlah paradigma yang mungkin sudah terlanjur negatif pada pikiran anda. Paulus adalah tipe motivator ulung yang selalu berusaha untuk menyuarakan dan memberi keteladanan positif kepada jemaat-jemaat yang dilayaninya. Ia pun mengatakan "Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu." (ay 9). Keteladanannya sungguh luar biasa. Tidaklah gampang untuk menjadi seorang Paulus pada saat itu. Ia mengalami banyak penderitaan, namun ia tidak pernah surut untuk memotivasi para jemaat. Think positive, and keep saying all the positive things to yourself and others.

Tekanan permasalahan memang bisa membuat kita melemah lalu kehilangan motivasi atau keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri. Elia pernah mengalaminya. Ia berkata "Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku." (1 Raja Raja 19:4) Bayangkan jika hal ini dibiarkan berlarut-larut, apa jadinya Elia? Kepada diri kita sendiri pun demikian. Apabila kita terus mengucapkan hal-hal negatif terhadap diri kita sendiri, mau jadi apa kita nanti? Dan kepada Elia, Tuhan segera bertindak cepat. Dia mengutus malaikat untuk menyuruh Elia segera "bangun", "makan", dan "meneruskan perjalanannya". "Stand up, fill yourself up and keep walking! Don't give up!" Itu kira-kira pesan Tuhan secara singkat, dan itu sudah kita bahas panjang lebar beberapa waktu yang lalu. Lihatlah bahwa dalam keadaan apapun, Tuhan itu ada dan peduli. Jika menyadari bahwa Tuhan menyertai kita, mengapa kita harus merasa pesimis dalam memandang hidup? Mengapa kita harus membiarkan citra diri kita terus semakin rusak, baik akibat perkataan orang lain atau perkataan diri kita sendiri yang negatif?

Lihatlah apa yang dijanjikan Tuhan kepada kita. "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya." (Ulangan 28:13-14). Ini adalah sebuah janji penting yang disertai dengan langkah-langkah yang harus kita ikuti jika kita mau mendapatkan apa yang menjadi rencana Tuhan bagi kita. Sikap negatif jika kita biarkan hanyalah akan membuat kita semakin menjauh dari janji-janji dan rencana-rencana yang telah Tuhan rancangkan bagi kita. Melakukan perintah Allah dengan setia, tidak menyimpang, tidak menyembah allah-allah lain, semua itu akan membawa kita mendapatkan apa yang menjadi kehendak Allah bagi kita. Mungkin tidak mudah bagi orang yang sudah terlalu lama hidup dengan pola pikir negatif untuk bisa merubahnya secara instan. Tapi renungkanlah selalu firman Tuhan, siang dan malam, seperti yang juga dianjurkan Daud dalam Mazmur 1:2, dan tanamlah janji Tuhan itu secara kuat dalam hidup kita. Tetaplah fokus kepada janji-janji Tuhan, dengan demikian kita bisa terus hidup dalam pengharapan dan mampu memandang hidup secara positif meski saat ini masih dalam keadaan sulit. Seperti gema yang memantulkan kembali suara kita di atas gunung, siapkah kita menggemakan hal-hal yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, kebajikan, patut dipuji, dan sebagainya, alias hal-hal yang positif ke dalam hidup kita? Let's think, weight and take account of these things!

Berpikir positif akan membentuk citra diri positif pula

Gema

Ayat bacaan: Filipi 4:8
==================
"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."

gemaSaya pertama mengenal gema ketika pada suatu kali ayah saya mengajak saya ke atas gunung saat saya masih kecil. Di sana ia menyuruh saya mencoba meneriakkan sesuatu. Betapa kagetnya saya mendengar suara saya kembali terdengar berulang-ulang. Ayah saya hanya tertawa dan kemudian menjelaskan bahwa itu adalah gema atau echo, sebuah refleksi atau pantulan suara kita yang terjadi ketika gelombang suara kita menumbuk suatu permukaan. Fenomena echo atau gema ini memang menakjubkan. Saat itu pun saya kemudian berulang-ulang meneriakkan sesuatu dan kemudian merasa senang ketika saya kembali mendengarkan pantulannya kembali kepada saya. Apapun yang saya teriakkan akan kembali persis sama. Jika saya meneriakkan "Halo", makan yang kembali pun pasti "Halo", dan tidak akan pernah "apa kabar" atau kata lainnya. Itulah fenomena gema, yang sebenarnya bisa kita aplikasikan pula dalam kehidupan kita.  

Apa yang bisa anda katakan mengenai diri anda sendiri hari ini? Syukurlah jika itu adalah kata-kata yang positif. Pada kenyataannya ada banyak orang yang menilai citra dirinya terlalu rendah, buruk dan merasa tidak sanggup untuk melakukan apa-apa. Aku memang bodoh, aku tidak mampu, aku tidak kuat, dan sebagainya. Malah ada banyak orang yang belum memulai sudah langsung merasa gagal. Tidak jarang pula ada orang yang terbentuk dengan percaya diri yang rendah karena sejak kecil sudah terlalu sering dikatai bodoh, baik oleh orang tuanya sendiri, saudara, kerabat atau sahabat. Seperti echo atau gema tadi, apa yang kita teriakkan kepada diri kita sendiri akan kembali kepada kita. Jika kita meneriakkan kata-kata negatif kepada diri kita, maka itulah yang akan terbentuk dalam diri kita. Apa yang kita katakan kepada orang lain pun bisa sedikit banyak mempengaruhi mereka. Apakah kita mengeluarkan kata-kata membangun, menyemangati dan memotivasi, atau merendahkan, mematahkan semangat atau menyepelekan, itu akan memberi pengaruh kepada mereka. Oleh karena itulah sangat penting untuk selalu berpikir atau mengatakan hal-hal yang positif, baik itu untuk orang lain, terutama untuk diri kita sendiri, agar kita terbentuk menjadi orang-orang yang bermental baja dan mampu memandang hidup dari perspektif yang positif pula. Dan itu sejalan dengan apa yang dikatakan firman Tuhan dalam Alkitab.

Kepada jemaat Filipi, Paulus berpesan "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8). Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan lebih jelas: "think on and weigh and take account of this things [fix your minds on them]". Pikirkanlah itu, tekankanlah pada diri anda, dan jangan lupa ubahlah paradigma yang mungkin sudah terlanjur negatif pada pikiran anda. Paulus adalah tipe motivator ulung yang selalu berusaha untuk menyuarakan dan memberi keteladanan positif kepada jemaat-jemaat yang dilayaninya. Ia pun mengatakan "Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu." (ay 9). Keteladanannya sungguh luar biasa. Tidaklah gampang untuk menjadi seorang Paulus pada saat itu. Ia mengalami banyak penderitaan, namun ia tidak pernah surut untuk memotivasi para jemaat. Think positive, and keep saying all the positive things to yourself and others.

Tekanan permasalahan memang bisa membuat kita melemah lalu kehilangan motivasi atau keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri. Elia pernah mengalaminya. Ia berkata "Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku." (1 Raja Raja 19:4) Bayangkan jika hal ini dibiarkan berlarut-larut, apa jadinya Elia? Kepada diri kita sendiri pun demikian. Apabila kita terus mengucapkan hal-hal negatif terhadap diri kita sendiri, mau jadi apa kita nanti? Dan kepada Elia, Tuhan segera bertindak cepat. Dia mengutus malaikat untuk menyuruh Elia segera "bangun", "makan", dan "meneruskan perjalanannya". "Stand up, fill yourself up and keep walking! Don't give up!" Itu kira-kira pesan Tuhan secara singkat, dan itu sudah kita bahas panjang lebar beberapa waktu yang lalu. Lihatlah bahwa dalam keadaan apapun, Tuhan itu ada dan peduli. Jika menyadari bahwa Tuhan menyertai kita, mengapa kita harus merasa pesimis dalam memandang hidup? Mengapa kita harus membiarkan citra diri kita terus semakin rusak, baik akibat perkataan orang lain atau perkataan diri kita sendiri yang negatif?

Lihatlah apa yang dijanjikan Tuhan kepada kita. "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya." (Ulangan 28:13-14). Ini adalah sebuah janji penting yang disertai dengan langkah-langkah yang harus kita ikuti jika kita mau mendapatkan apa yang menjadi rencana Tuhan bagi kita. Sikap negatif jika kita biarkan hanyalah akan membuat kita semakin menjauh dari janji-janji dan rencana-rencana yang telah Tuhan rancangkan bagi kita. Melakukan perintah Allah dengan setia, tidak menyimpang, tidak menyembah allah-allah lain, semua itu akan membawa kita mendapatkan apa yang menjadi kehendak Allah bagi kita. Mungkin tidak mudah bagi orang yang sudah terlalu lama hidup dengan pola pikir negatif untuk bisa merubahnya secara instan. Tapi renungkanlah selalu firman Tuhan, siang dan malam, seperti yang juga dianjurkan Daud dalam Mazmur 1:2, dan tanamlah janji Tuhan itu secara kuat dalam hidup kita. Tetaplah fokus kepada janji-janji Tuhan, dengan demikian kita bisa terus hidup dalam pengharapan dan mampu memandang hidup secara positif meski saat ini masih dalam keadaan sulit. Seperti gema yang memantulkan kembali suara kita di atas gunung, siapkah kita menggemakan hal-hal yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, kebajikan, patut dipuji, dan sebagainya, alias hal-hal yang positif ke dalam hidup kita? Let's think, weight and take account of these things!

Berpikir positif akan membentuk citra diri positif pula

1 Nov -HR SEMUA ORANG KUDUS: Why 7:2-4.9-14; 1Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12a

"Bersukacita dan bergembiralah"

HR SEMUA ORANG KUDUS: Why 7:2-4.9-14; 1Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12a

 

Dalam rangka mengenangkan semua orang kudus, para santo dan santa atau saudara-saudari kita yang telah hidup mulia kembali di sorga bersama Allah untuk selama-lamanya, baiklah secara sederhana saya mencoba merefleksikan sabda-sabda bahagia sebagaimana ditulis oleh penginjil Matius di bawah ini:

 

"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." (Mat 5:3)

 

"Miskin di hadapan Allah"  antara lain berarti rindu akan Allah, haus dan lapar akan sabda dan kehendak Allah serta berkehendak kuat untuk melaksanakannya di dalam hidup sehari-hari. Kehendak Allah antara lain tercermin dalam kehendak baik diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita serta dalam aneka tata tertib hidup dan kerja bersama. Marilah dengan rendah hati kita dengarkan dan terima kehendak baik saudara-saudari kita serta kita tanggapi secara positif, artinya kita wujudkan dalam tindakan atau perilaku. Yang tidak kalah penting untuk masa kini adalah setia dan taat pada aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, maka marilah kita menjadi pelaksana-pelaksana tata tertib yang unggul dan handal. Orang yang miskin di hadapan Allah senantiasa siap sedia untuk berubah, tanda bahwa yang bersangkutan sungguh hidup serta memberi harapan yang menggairahkan.  

 

"Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur."(Mat 5:4)

 

Yang dimaksudkan dengan 'berdukacita' antara lain bekerja keras serta meninggalkan keinginan, kehendak dan kemauan pribadi dalam menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan. Dengan kata lain orang tidak hidup dan bertindak mengikuti selera pribadi, melainkan mengikuti dan melaksanakan aneka tata tertib yang terkait dengan hidup dan panggilannya. "Bekerja keras adalah sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak suka berpangku tangan serta selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 10). Kerja keras perlu disertai dengan perjuangan dan pengorbanan, sebagaimana pepatah berkata "Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian".     

 

"Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi." (Mat 5:5)

 

Lemah lembut erat kaitannya dengan rendah hati. Orang yang lemah lembut pada umumnya berbudi bahasa halus dan suaranya enak didengarkan, yang bersangkutan juga hidup 'membumi', artinya tahu dan memahami dengan baik seluk beluk atau hal-ikhwal duniawi, yang menjadi kebutuhan hidup manusia sehari-hari. Orang yang lemah lembut dapat bergaul dengan siapapun tanpa pandang bulu; ia dapat bergaul dengan mereka yang miskin dan tersingkir serta menderita maupun dengan para tokoh hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maka orang yang lemah lembut 'memiliki bumi', mengurus atau mengelola bumi seisinya sesuai dengan kehendak Allah, sebagaimana diperintahkan oleh Allah kepada manusia pertama "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kej 1:28). Orang yang lemah lembut akhirnya sungguh dapat menjadi 'citra atau gambar Allah' di bumi ini, karena ia senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah.  

"Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan." (Mat 5:6)

 

Orang yang lapar dan haus akan kebenaran adalah "orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci" (1Yoh 3:3). Dengan bergariah, penuh semangat dan energik ia berusaha untuk mengenal kehendak Allah serta melaksanakannya di dalam hidup sehari-hari. Yang bersangkutan rajin membaca, merenungkan dan merefleksikan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, serta membaca, mempelajari dan merefleksikan buku-buku atau karangan-karangan baru yang sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusannya. Orang yang lapar dan haus akan kebenaran berarti orang yang memiliki sikap mental 'belajar terus menerus sampai mati': menghayati hidup, tugas pekerjaan atau kewajiban sebagai 'pembelajaran'.

 

"Berbahagialah orang yang murah hatinya,karena mereka akan beroleh kemurahan."(Mat 5:7)

 

"Murah hati"  berarti hatinya dijual murah, sehingga siapapun mampu membelinya, artinya memberi perhatian kepada siapapun tanpa pandang bulu atau SARA, tentu saja  terutama terhadap mereka yang hidup dan bekerja bersama dengannya.  Jika kita jujur mawas diri kiranya kita akan menyadari dan menghayati bahwa masing-masing dari kita telah menerima kemurahan hati melimpah ruah dari Allah melalui orang-orang yang mengasihi dan berbuat baik kepada kita sejak kita dilahirkan di dunia ini. Tanpa kemurahan hati, kasih dan kebaikan orang lain kita tak mungkin dapat hidup, tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya saat ini. Maka marilah kita saling bermurah hati, saling memperhatikan satu sama lain dimanapun dan kapanpun. 

 

"Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah."(Mat  5:8)

 

"Suci"  berarti disisihkan atau dipersembahkan seutuhnya kepada Tuhan, maka orang yang suci hatinya adalah orang yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, sehingga seluruh pribadi, anggota tubuhnya suci, tak berkerut atau bernoda sedikitpun dalam hal spiritual atau rohani. Orang yang suci hatinya pada umumnya jarang atau sama sekali tak pernah menyakiti hati orang lain, sebaliknya yang bersangkutan mungkin berkali-kali atau senantiasa disakiti hatinya oleh orang lain namun tidak pernah marah, mengeluh atau menggerutu. Orang yang suci hatinya juga menerima segala sapaan, sentuhan, perlakuan orang lain terhadap dirinya sebagai perwujudan kasih, entah itu yang enak atau tidak enak, nikmat atau tidak nikmat, dst.., semuanya dihayati sebagai kasih. Mak orang yang suci hatinya senantiasa hidup dengan penuh syukur dan terima kasih, sehingga kehadirannya dimanapun dan kapanpun tak akan menjadi beban bagi orang lain, tetapi menjadi rahmat atau anugerah bagi orang lain. Marilah kita saling membantu mempertahankan, mengembangkan dan mengusahakan kesucian hati kita masing-masing!   Orang yang suci hatinya "adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba" (Why 7:14).

"Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah."(Mat 5:9)

 

"There is no peace without justice, there is no justice without forgiveness" =" Tiada perdamaian tanpa keadilan, tiada keadilan tanpa kasih pengampuan", demikian pesan paus Yohanes Paulus II di hari Peerdamian Sedunia 2000, memasuki Millennium Ketiga. Perdamaian sering dibicarakan, didiskusikan dan disuarakan dimana melalui berbagai cara dan kesempatan, namun tawuran dan permusuhan yang membawa korban manusia rasanya juga semakin gencar terjadi dimana-mana. Atas nama dan demi agama tertentu merusak dan melakukan perbuatan yang tak terpuji, yang menimbulkan kebencian dan kedeningkian serta balas dendam. Balas dendam itulah kiranya yang masih bercokol di dalam hati mereka yang melakukan tawuran atau bermusuhan, maka kasih pengampunan sungguh mendesak untuk dihayati dan disebar-luaskan. Marilah kita saling mengasihi dan mengampuni agar damai dan sejahtera sejati menjadi nyata dalam kehidupan kita bersama dimanapun dan kapanpun.      

 

"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." (Mat 5:10)

 

Para pejuang dan pembela kebenaran senantiasa siap sedia menghadapi dan mengalami aneka macam bentuk aniaya dalam usaha memberantas aneka macam bentuk kebohongan dan kepalsuan serta manipulasi yang masih marak di sana-sini. Apa yang disebut benar senantiasa berlaku secara universal, berlaku dimana saja dan kapan saja. Di Indonesia ini masih sering terjadi bahwa para penegak kebenaran melakukan kebohongan, kepalsuan dan manipulasi demi keuntungan atau kenikmatan diri sendiri atau kelompoknya. Kami berharap kepada para pejuang dan pembela kebenaran pantang mundur, terus bergairah dan gembira dalam memperjuangkan dan membela kebenaran di berbagai kesempatan. Jadikan dan hayati aneka bentuk penganiayaan sebagai jalan atau wahana untuk semakin mencari, memperjuangkan dan membela kebenaran. Ingat untuk mengusahakan emas murni perlu pembakaran dan pengolahan yang menyakitkan.

 

"Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat" (Mat 5:11)

 

Sabda bahagia di atas ini mengingatkan kita semua untuk menghayati cirikhas kenabian hidup beriman dan keagamaan kita masing-masing. Nasib seorang nabi memang sering menerima fitnah-fitnah, celaan-celaan yang menyakitkan, sebagaimana dialami oleh para nabi, termasuk Yesus yang diejek, dihina, difitnah di puncak penderitaanNya di kayu salib. Penghayatan dimensi atau cirikhas kenabian hidup beriman dan beragama pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan. Seorang nabi kiranya menghayati apa yang tertulis di dalam Kitab Wahyu ini, yaitu " "Aku melihat seorang malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit. Ia membawa meterai Allah yang hidup; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada keempat malaikat yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut, katanya: "Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka" (Why 7:2-3). Perusakan bumi atau laut atau pohon-pohon terus berlangsung sampai kini, sehingga menimbulkan 'pemanasan global', yang membuat manusia semakin menderita. Maka marilah kita hentikan aneka macam bentuk perusakan bumi, laut dan pohon-pohon guna menciptakan lingkungan hidup yang enak, nyaman dan menyelamatkan.

 

"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia." (Mzm 24:1-5)

 Jakarta, 1 November 2010 


1 Nov -HR SEMUA ORANG KUDUS: Why 7:2-4.9-14; 1Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12a

"Bersukacita dan bergembiralah"

HR SEMUA ORANG KUDUS: Why 7:2-4.9-14; 1Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12a

 

Dalam rangka mengenangkan semua orang kudus, para santo dan santa atau saudara-saudari kita yang telah hidup mulia kembali di sorga bersama Allah untuk selama-lamanya, baiklah secara sederhana saya mencoba merefleksikan sabda-sabda bahagia sebagaimana ditulis oleh penginjil Matius di bawah ini:

 

"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." (Mat 5:3)

 

"Miskin di hadapan Allah"  antara lain berarti rindu akan Allah, haus dan lapar akan sabda dan kehendak Allah serta berkehendak kuat untuk melaksanakannya di dalam hidup sehari-hari. Kehendak Allah antara lain tercermin dalam kehendak baik diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita serta dalam aneka tata tertib hidup dan kerja bersama. Marilah dengan rendah hati kita dengarkan dan terima kehendak baik saudara-saudari kita serta kita tanggapi secara positif, artinya kita wujudkan dalam tindakan atau perilaku. Yang tidak kalah penting untuk masa kini adalah setia dan taat pada aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, maka marilah kita menjadi pelaksana-pelaksana tata tertib yang unggul dan handal. Orang yang miskin di hadapan Allah senantiasa siap sedia untuk berubah, tanda bahwa yang bersangkutan sungguh hidup serta memberi harapan yang menggairahkan.  

 

"Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur."(Mat 5:4)

 

Yang dimaksudkan dengan 'berdukacita' antara lain bekerja keras serta meninggalkan keinginan, kehendak dan kemauan pribadi dalam menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan. Dengan kata lain orang tidak hidup dan bertindak mengikuti selera pribadi, melainkan mengikuti dan melaksanakan aneka tata tertib yang terkait dengan hidup dan panggilannya. "Bekerja keras adalah sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak suka berpangku tangan serta selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 10). Kerja keras perlu disertai dengan perjuangan dan pengorbanan, sebagaimana pepatah berkata "Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian".     

 

"Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi." (Mat 5:5)

 

Lemah lembut erat kaitannya dengan rendah hati. Orang yang lemah lembut pada umumnya berbudi bahasa halus dan suaranya enak didengarkan, yang bersangkutan juga hidup 'membumi', artinya tahu dan memahami dengan baik seluk beluk atau hal-ikhwal duniawi, yang menjadi kebutuhan hidup manusia sehari-hari. Orang yang lemah lembut dapat bergaul dengan siapapun tanpa pandang bulu; ia dapat bergaul dengan mereka yang miskin dan tersingkir serta menderita maupun dengan para tokoh hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maka orang yang lemah lembut 'memiliki bumi', mengurus atau mengelola bumi seisinya sesuai dengan kehendak Allah, sebagaimana diperintahkan oleh Allah kepada manusia pertama "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kej 1:28). Orang yang lemah lembut akhirnya sungguh dapat menjadi 'citra atau gambar Allah' di bumi ini, karena ia senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah.  

"Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan." (Mat 5:6)

 

Orang yang lapar dan haus akan kebenaran adalah "orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci" (1Yoh 3:3). Dengan bergariah, penuh semangat dan energik ia berusaha untuk mengenal kehendak Allah serta melaksanakannya di dalam hidup sehari-hari. Yang bersangkutan rajin membaca, merenungkan dan merefleksikan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, serta membaca, mempelajari dan merefleksikan buku-buku atau karangan-karangan baru yang sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusannya. Orang yang lapar dan haus akan kebenaran berarti orang yang memiliki sikap mental 'belajar terus menerus sampai mati': menghayati hidup, tugas pekerjaan atau kewajiban sebagai 'pembelajaran'.

 

"Berbahagialah orang yang murah hatinya,karena mereka akan beroleh kemurahan."(Mat 5:7)

 

"Murah hati"  berarti hatinya dijual murah, sehingga siapapun mampu membelinya, artinya memberi perhatian kepada siapapun tanpa pandang bulu atau SARA, tentu saja  terutama terhadap mereka yang hidup dan bekerja bersama dengannya.  Jika kita jujur mawas diri kiranya kita akan menyadari dan menghayati bahwa masing-masing dari kita telah menerima kemurahan hati melimpah ruah dari Allah melalui orang-orang yang mengasihi dan berbuat baik kepada kita sejak kita dilahirkan di dunia ini. Tanpa kemurahan hati, kasih dan kebaikan orang lain kita tak mungkin dapat hidup, tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya saat ini. Maka marilah kita saling bermurah hati, saling memperhatikan satu sama lain dimanapun dan kapanpun. 

 

"Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah."(Mat  5:8)

 

"Suci"  berarti disisihkan atau dipersembahkan seutuhnya kepada Tuhan, maka orang yang suci hatinya adalah orang yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, sehingga seluruh pribadi, anggota tubuhnya suci, tak berkerut atau bernoda sedikitpun dalam hal spiritual atau rohani. Orang yang suci hatinya pada umumnya jarang atau sama sekali tak pernah menyakiti hati orang lain, sebaliknya yang bersangkutan mungkin berkali-kali atau senantiasa disakiti hatinya oleh orang lain namun tidak pernah marah, mengeluh atau menggerutu. Orang yang suci hatinya juga menerima segala sapaan, sentuhan, perlakuan orang lain terhadap dirinya sebagai perwujudan kasih, entah itu yang enak atau tidak enak, nikmat atau tidak nikmat, dst.., semuanya dihayati sebagai kasih. Mak orang yang suci hatinya senantiasa hidup dengan penuh syukur dan terima kasih, sehingga kehadirannya dimanapun dan kapanpun tak akan menjadi beban bagi orang lain, tetapi menjadi rahmat atau anugerah bagi orang lain. Marilah kita saling membantu mempertahankan, mengembangkan dan mengusahakan kesucian hati kita masing-masing!   Orang yang suci hatinya "adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba" (Why 7:14).

"Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah."(Mat 5:9)

 

"There is no peace without justice, there is no justice without forgiveness" =" Tiada perdamaian tanpa keadilan, tiada keadilan tanpa kasih pengampuan", demikian pesan paus Yohanes Paulus II di hari Peerdamian Sedunia 2000, memasuki Millennium Ketiga. Perdamaian sering dibicarakan, didiskusikan dan disuarakan dimana melalui berbagai cara dan kesempatan, namun tawuran dan permusuhan yang membawa korban manusia rasanya juga semakin gencar terjadi dimana-mana. Atas nama dan demi agama tertentu merusak dan melakukan perbuatan yang tak terpuji, yang menimbulkan kebencian dan kedeningkian serta balas dendam. Balas dendam itulah kiranya yang masih bercokol di dalam hati mereka yang melakukan tawuran atau bermusuhan, maka kasih pengampunan sungguh mendesak untuk dihayati dan disebar-luaskan. Marilah kita saling mengasihi dan mengampuni agar damai dan sejahtera sejati menjadi nyata dalam kehidupan kita bersama dimanapun dan kapanpun.      

 

"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." (Mat 5:10)

 

Para pejuang dan pembela kebenaran senantiasa siap sedia menghadapi dan mengalami aneka macam bentuk aniaya dalam usaha memberantas aneka macam bentuk kebohongan dan kepalsuan serta manipulasi yang masih marak di sana-sini. Apa yang disebut benar senantiasa berlaku secara universal, berlaku dimana saja dan kapan saja. Di Indonesia ini masih sering terjadi bahwa para penegak kebenaran melakukan kebohongan, kepalsuan dan manipulasi demi keuntungan atau kenikmatan diri sendiri atau kelompoknya. Kami berharap kepada para pejuang dan pembela kebenaran pantang mundur, terus bergairah dan gembira dalam memperjuangkan dan membela kebenaran di berbagai kesempatan. Jadikan dan hayati aneka bentuk penganiayaan sebagai jalan atau wahana untuk semakin mencari, memperjuangkan dan membela kebenaran. Ingat untuk mengusahakan emas murni perlu pembakaran dan pengolahan yang menyakitkan.

 

"Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat" (Mat 5:11)

 

Sabda bahagia di atas ini mengingatkan kita semua untuk menghayati cirikhas kenabian hidup beriman dan keagamaan kita masing-masing. Nasib seorang nabi memang sering menerima fitnah-fitnah, celaan-celaan yang menyakitkan, sebagaimana dialami oleh para nabi, termasuk Yesus yang diejek, dihina, difitnah di puncak penderitaanNya di kayu salib. Penghayatan dimensi atau cirikhas kenabian hidup beriman dan beragama pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan. Seorang nabi kiranya menghayati apa yang tertulis di dalam Kitab Wahyu ini, yaitu " "Aku melihat seorang malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit. Ia membawa meterai Allah yang hidup; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada keempat malaikat yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut, katanya: "Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka" (Why 7:2-3). Perusakan bumi atau laut atau pohon-pohon terus berlangsung sampai kini, sehingga menimbulkan 'pemanasan global', yang membuat manusia semakin menderita. Maka marilah kita hentikan aneka macam bentuk perusakan bumi, laut dan pohon-pohon guna menciptakan lingkungan hidup yang enak, nyaman dan menyelamatkan.

 

"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia." (Mzm 24:1-5)

 Jakarta, 1 November 2010 


Mg Biasa XXXI - Keb 11:22-12:2; 2Tes 1:11-2:2; Luk 19:1-10

"Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham."

Mg Biasa XXXI: Keb 11:22-12:2; 2Tes 1:11-2:2; Luk 19:1-10


Menjadi pegawai perpajakan di Indonesia konon termasuk bekerja di lahan yang cukup basah alias orang akan dengan cepat menjadi kaya. Tentu saja mayoritas kekayaan yang diperolehnya bukan karena balas jasa atau gaji resmi yang diterimanya, melainkan karena korupsi atau manipulasi yang dilakukan. Maklum hampir semua urusan izin dan perpajakan di negeri ini kalau tidak pakai uang pelicin atau sogokan tak akan diurus atau diselesaikan. Dengan kata lain semua pegawai perpajakan mau tak mau jika tetap bekerja pasti terlibat di dalam ketidak-adilan struktural tersebut. Orang jujur pasti akan hancur, begitulah yang berlaku dalam jajaran pegawai yang berurusan dengan aneka jenis pajak atau perizinan. Namun yang benar adalah orang jujur memang akan hancur sesaat dan kemudian akan berjaya serta selamat dan mulia selamanya, itulah kiranya yang terjadi dalam diri Zakheus, kepala pemungut cukai atau pajak, orang yang kaya raya, sebagaimana diwartakan dalam Injil hari ini. Maka marilah kita renungkan pengalaman dan dialog Zakheus dalam kisah warta gembira hari ini.

 

"Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." (Luk 19:8)

Kata-kata Zakheus kepada Yesus di atas ini kiranya telah tersimpan lama dalam lubuk hati Zakheus. Dengan kata lain Zakheus sebagai kepala pemungut cukai atau pajak, yang terjebak dalam tindakan korupsi secara struktural, merasa tidak enak dan tidak nyaman atas pekerjaan maupun balas jasa yang diterimanya. Dari lubuk hatinya yang terdalam ada kerinduan untuk membebaskan diri dari lumpur korupsi, maka ketika mendengar bahwa Yesus akan lewat, tanpa malu sebagai pejabat ia memanjat pohon untuk melihat Yesus. Bayangkan seorang pejabat yang kaya memanjat pohon hanya untuk melihat orang yang mau lewat! Bukankah hal itu menunjukkan kejujuran dan kesederhanaan yang masih hidup dalam lumpur korupsi. Ketidak-maluan, kejujuran dan kesederhanaan Zakheus diketahui dan dilihat oleh Yesus, maka Ia berkata kepadanya: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.". Zakheus pun akhirnya turun dari pohon dan menerima Yesus di rumahnya. Sapaan dan sentuhan Yesus membuat Zakheus bertobat, dan pertobatannya antara lain berupa membagikan kekayaan yang telah diperolehnya dengan tidak wajar kepada para pemiliknya, yaitu orang-orang miskin serta mengembalikan empat kali lipat atas apa yang telah diperasnya.

 

Pengalaman Zakheus kiranya baik menjadi bahan refleksi atau permenungan bagi siapapun yang kaya akan harta benda atau uang. Marilah kita imani bahwa selama masih ada orang-orang miskin dan menderita berarti masih terjadi ketidak-adilan dan keserakahan atau korupsi yang dilakukan oleh orang-orang tertentu. Ingatlah dan hayatilah bahwa kekayaan, harta benda dan uang , yang anda miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini tidak terlepas dari pengorbanan, kerja keras dan perjuangan orang-orang miskin atau rakyat kebanyakan. Sebagai contoh: produsen mie instant pasti kaya raya, darimana asal kekayaan mereka? Memang kerja keras pengusaha juga berperan, namun rasanya partisipasi para konsumen cukup besar dalam memperkaya produsen. Konsumen mie instant adalah rakyat kecil dan miskin; mereka harus membayar harga mie instant berapapun tak pernah mengeluh atau menggerutu. Bukankah sedikit banyak boleh dikatakan bahwa kekayaan produsen berasal dari pemerasan terhadap rakyat kecil atau miskin? Contoh produsen dan konsumen lainnya cukup banyak, misalnya minyak, obat-obatan dst..  Maka dengan ini kami berharap kepada orang-orang kaya untuk meneladan Zakheus dengan berkata dan berbuat seperti Zakheus "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.".

 

Kita semua mungkin mengakui diri sebagai umat beriman, 'keturunan Abraham, bapa umat beriman', maka baiklah sebagai sesama umat beriman kita bangun dan perdalam persaudaraan atau persahabatan sejati, dengan kata lain kita sadari bahwa ketika masih ada orang-orang miskin dan berkekurangan berarti kita kurang setia pada iman kita, kurang menghayati iman dalam hidup sehari-hari. Marilah kita hayati salah satu motto umat beriman, khususnya para pengikut Yesus Kristus, yaitu "preferential for/ with the poor" = keberpihakan pada mereka yang miskin dan berkekurangan,  meneladan Yesus, yang meskipun kaya telah menjadi miskin untuk memperkaya mereka yang miskin dan berkekurangan.

 

"Kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu" (2Tes 1:11)

Marilah kita saling mendoakan dan mendukung "supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilanNya dan dengan kekuatanNya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu".  Berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan iman hemat saya bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan. Perbuatan baik merupakan perwujudan iman dan sekaligus memperkuat, memperteguh dan memperdalam iman, dengan kata lain semakin beriman berarti semakin berbuat baik. Beriman pertama-tama dan terutama terjadi atau terwujud dalam tindakan atau perilaku bukan omongan atau wacana. Perbuatan baik disertai dengan doa akan handal dan meyakinkan.

 

"Sebab seperti sebutir debu dalam neraca, demikian seluruh jagat raya di hadapan-Mu, atau bagaikan setetes embun pagi yang jatuh ke bumi. Akan tetapi justru karena Engkau berkuasa akan segala sesuatu, maka semua orang Kaukasihani, dan dosa manusia tidak Kauperhatikan, supaya mereka bertobat. Sebab Engkau mengasihi segala yang ada, dan Engkau tidak benci kepada barang apapun yang telah Kaubuat. Sebab andaikata sesuatu Kaubenci, niscaya tidak Kauciptakan" (Keb 11:22-24), demikian kata penulis kitab Kebijaksanaan. "Semua orang Kaukasihani, dan dosa manusia tidak Kauperhatikan, supaya mereka bertobat", inilah yang baik kita renungkan atau refleksikan. Marilah kita sadari dan hayati kasih dan perhatian Allah yang begitu melimpah ruah pada diri kita masing-masing melalui siapapun yang telah berbuat baik dan mengasihi kita. Jika kita jujur mawas diri kiranya kita akan menyadari dan menghayati diri sebagai 'yang terkasih' artinya orang yang telah menerima kasih melimpah ruah.

 

Bermodalkan kasih Allah yang melimpah ruah tersebut kita diharapkan bertobat atau memperbaharui diri terus menerus, antara lain dengan senantiasa berbuat baik kepada saudara-saudari atau sesama kita. Dengan kasih Allah marilah kita sempurnakan segala pekerjaan iman kita, kehendak untuk berbuat baik, dengan terus meneruskan melakukan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama bagi jiwa-jiwa manusia. Marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita diciptakan oleh Allah sesuai dengan gambar atau citraNya, artinya dari diri kita masing-masing tercermin kehendak atau karya Allah, sehingga siapapun yang bertemu atau bergaul dengan kita semakin mempersembahkan diri kepada Allah, semakin beriman, semakin suci, semakin dikasihi oleh Allah dan sesama manusia.

 

"TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu" (Mzm 145:8-11)

 

Jakarta, 31 Oktober 2010        .

    

 

 


Mg Biasa XXXI - Keb 11:22-12:2; 2Tes 1:11-2:2; Luk 19:1-10

"Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham."

Mg Biasa XXXI: Keb 11:22-12:2; 2Tes 1:11-2:2; Luk 19:1-10


Menjadi pegawai perpajakan di Indonesia konon termasuk bekerja di lahan yang cukup basah alias orang akan dengan cepat menjadi kaya. Tentu saja mayoritas kekayaan yang diperolehnya bukan karena balas jasa atau gaji resmi yang diterimanya, melainkan karena korupsi atau manipulasi yang dilakukan. Maklum hampir semua urusan izin dan perpajakan di negeri ini kalau tidak pakai uang pelicin atau sogokan tak akan diurus atau diselesaikan. Dengan kata lain semua pegawai perpajakan mau tak mau jika tetap bekerja pasti terlibat di dalam ketidak-adilan struktural tersebut. Orang jujur pasti akan hancur, begitulah yang berlaku dalam jajaran pegawai yang berurusan dengan aneka jenis pajak atau perizinan. Namun yang benar adalah orang jujur memang akan hancur sesaat dan kemudian akan berjaya serta selamat dan mulia selamanya, itulah kiranya yang terjadi dalam diri Zakheus, kepala pemungut cukai atau pajak, orang yang kaya raya, sebagaimana diwartakan dalam Injil hari ini. Maka marilah kita renungkan pengalaman dan dialog Zakheus dalam kisah warta gembira hari ini.

 

"Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." (Luk 19:8)

Kata-kata Zakheus kepada Yesus di atas ini kiranya telah tersimpan lama dalam lubuk hati Zakheus. Dengan kata lain Zakheus sebagai kepala pemungut cukai atau pajak, yang terjebak dalam tindakan korupsi secara struktural, merasa tidak enak dan tidak nyaman atas pekerjaan maupun balas jasa yang diterimanya. Dari lubuk hatinya yang terdalam ada kerinduan untuk membebaskan diri dari lumpur korupsi, maka ketika mendengar bahwa Yesus akan lewat, tanpa malu sebagai pejabat ia memanjat pohon untuk melihat Yesus. Bayangkan seorang pejabat yang kaya memanjat pohon hanya untuk melihat orang yang mau lewat! Bukankah hal itu menunjukkan kejujuran dan kesederhanaan yang masih hidup dalam lumpur korupsi. Ketidak-maluan, kejujuran dan kesederhanaan Zakheus diketahui dan dilihat oleh Yesus, maka Ia berkata kepadanya: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.". Zakheus pun akhirnya turun dari pohon dan menerima Yesus di rumahnya. Sapaan dan sentuhan Yesus membuat Zakheus bertobat, dan pertobatannya antara lain berupa membagikan kekayaan yang telah diperolehnya dengan tidak wajar kepada para pemiliknya, yaitu orang-orang miskin serta mengembalikan empat kali lipat atas apa yang telah diperasnya.

 

Pengalaman Zakheus kiranya baik menjadi bahan refleksi atau permenungan bagi siapapun yang kaya akan harta benda atau uang. Marilah kita imani bahwa selama masih ada orang-orang miskin dan menderita berarti masih terjadi ketidak-adilan dan keserakahan atau korupsi yang dilakukan oleh orang-orang tertentu. Ingatlah dan hayatilah bahwa kekayaan, harta benda dan uang , yang anda miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini tidak terlepas dari pengorbanan, kerja keras dan perjuangan orang-orang miskin atau rakyat kebanyakan. Sebagai contoh: produsen mie instant pasti kaya raya, darimana asal kekayaan mereka? Memang kerja keras pengusaha juga berperan, namun rasanya partisipasi para konsumen cukup besar dalam memperkaya produsen. Konsumen mie instant adalah rakyat kecil dan miskin; mereka harus membayar harga mie instant berapapun tak pernah mengeluh atau menggerutu. Bukankah sedikit banyak boleh dikatakan bahwa kekayaan produsen berasal dari pemerasan terhadap rakyat kecil atau miskin? Contoh produsen dan konsumen lainnya cukup banyak, misalnya minyak, obat-obatan dst..  Maka dengan ini kami berharap kepada orang-orang kaya untuk meneladan Zakheus dengan berkata dan berbuat seperti Zakheus "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.".

 

Kita semua mungkin mengakui diri sebagai umat beriman, 'keturunan Abraham, bapa umat beriman', maka baiklah sebagai sesama umat beriman kita bangun dan perdalam persaudaraan atau persahabatan sejati, dengan kata lain kita sadari bahwa ketika masih ada orang-orang miskin dan berkekurangan berarti kita kurang setia pada iman kita, kurang menghayati iman dalam hidup sehari-hari. Marilah kita hayati salah satu motto umat beriman, khususnya para pengikut Yesus Kristus, yaitu "preferential for/ with the poor" = keberpihakan pada mereka yang miskin dan berkekurangan,  meneladan Yesus, yang meskipun kaya telah menjadi miskin untuk memperkaya mereka yang miskin dan berkekurangan.

 

"Kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu" (2Tes 1:11)

Marilah kita saling mendoakan dan mendukung "supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilanNya dan dengan kekuatanNya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu".  Berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan iman hemat saya bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan. Perbuatan baik merupakan perwujudan iman dan sekaligus memperkuat, memperteguh dan memperdalam iman, dengan kata lain semakin beriman berarti semakin berbuat baik. Beriman pertama-tama dan terutama terjadi atau terwujud dalam tindakan atau perilaku bukan omongan atau wacana. Perbuatan baik disertai dengan doa akan handal dan meyakinkan.

 

"Sebab seperti sebutir debu dalam neraca, demikian seluruh jagat raya di hadapan-Mu, atau bagaikan setetes embun pagi yang jatuh ke bumi. Akan tetapi justru karena Engkau berkuasa akan segala sesuatu, maka semua orang Kaukasihani, dan dosa manusia tidak Kauperhatikan, supaya mereka bertobat. Sebab Engkau mengasihi segala yang ada, dan Engkau tidak benci kepada barang apapun yang telah Kaubuat. Sebab andaikata sesuatu Kaubenci, niscaya tidak Kauciptakan" (Keb 11:22-24), demikian kata penulis kitab Kebijaksanaan. "Semua orang Kaukasihani, dan dosa manusia tidak Kauperhatikan, supaya mereka bertobat", inilah yang baik kita renungkan atau refleksikan. Marilah kita sadari dan hayati kasih dan perhatian Allah yang begitu melimpah ruah pada diri kita masing-masing melalui siapapun yang telah berbuat baik dan mengasihi kita. Jika kita jujur mawas diri kiranya kita akan menyadari dan menghayati diri sebagai 'yang terkasih' artinya orang yang telah menerima kasih melimpah ruah.

 

Bermodalkan kasih Allah yang melimpah ruah tersebut kita diharapkan bertobat atau memperbaharui diri terus menerus, antara lain dengan senantiasa berbuat baik kepada saudara-saudari atau sesama kita. Dengan kasih Allah marilah kita sempurnakan segala pekerjaan iman kita, kehendak untuk berbuat baik, dengan terus meneruskan melakukan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama bagi jiwa-jiwa manusia. Marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita diciptakan oleh Allah sesuai dengan gambar atau citraNya, artinya dari diri kita masing-masing tercermin kehendak atau karya Allah, sehingga siapapun yang bertemu atau bergaul dengan kita semakin mempersembahkan diri kepada Allah, semakin beriman, semakin suci, semakin dikasihi oleh Allah dan sesama manusia.

 

"TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu" (Mzm 145:8-11)

 

Jakarta, 31 Oktober 2010        .

    

 

 


Sabtu, 30 Oktober 2010

Diampuni dan Disucikan

Ayat bacaan: 1 Yohanes 1:9
======================
"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."

diampuni dan disucikanBelum lama ini sebuah sabun cuci atau deterjen bermerek terkenal meluncurkan inovasi terbarunya yaitu mengklaim mampu membersihkan noda-noda membandel yang melengket pada baju kotor hanya dalam sekali kucek. Mereka bahkan membuat demonstrasi akan hal itu di banyak supermarket dan juga di televisi. Tidak ada orang yang mau memakai baju kotor, tetapi dalam melakukan pekerjaan, bermain dan sebagainya ada kalanya baju kita menjadi penuh noda dan bercak. Tersemprot lumpur di jalan ketika hujan misalnya, terkena kuah makanan dan sebagainya. Baju itu tentu akan kita cuci terlebih dahulu hingga noda-nodanya hilang sebelum dipakai kembali. Apabila noda itu menempel akan sulit bagi kita untuk menghilangkan semuanya dan membuat baju kita kembali seperti baru. Produsen mengetahui hal itu. Itulah sebabnya berbagai produk deterjen akan terus berlomba-lomba membuat inovasi yang mampu membersihkan dengan cara yang paling mudah, hemat dan cepat.

Mengapa saya mulai dengan ilustrasi di atas? Sebelum kita sampai kepada firman Tuhan hari ini, mari kita lihat apa yang ditanyakan oleh seorang teman pada suatu kali ketika mendengar ayat berikut: "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Ayat ini sudah tidak asing lagi bagi kita, dan jelas mengambarkan bahwa ada kesempatan yang diberikan kepada kita untuk memulai sebuah hidup baru ketika kita menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita. We are considered as "a new creation", a fresh one. Itu artinya dosa-dosa kita sudah dihapuskan, kita sudah dilepaskan dari berbagai ikatan-ikatan yang membelenggu kita selama ini. Kita telah menerima tebusan atas dosa-dosa kita di masa lalu, dan kemudian menerima kebenaran dan keselamatan sebagai anugerah yang berasal dari Tuhan. We are transformed into a new person, dan itu memungkinkan kita untuk menjaga agar apa yang sudah bersih jangan sampai menjadi kotor kembali. Harusnya demikian. Tetapi kita sebagai manusia seringkali lemah sehingga ada kalanya kita kembali terjerumus untuk berbuat dosa demi dosa. Jika saya ibaratkan diri kita seperti baju, maka baju yang sudah bersih akan kembali kotor apabila banyak noda yang hinggap di atas baju kita. Ada yang mudah dibersihkan, ada pula yang membandel. Demikian pula dosa-dosa itu akan membuat kita kembali kotor meski ketika kita sudah menjadi orang percaya. Pertanyaaan teman saya berhubungan dengan hal ini: bagaimana dengan dosa-dosa yang kita lakukan setelah kita menjadi orang Kristen? Apakah Tuhan tetap menyediakan pengampunannya? Jelas, Tuhan tetap membuka pintu kesempatan selebar-lebarnya kepada siapapun untuk berbalik dari jalan-jalan yang salah dan kembali kepada jalan kebenaran yang mengarah kepada keselamatan. Itu termasuk bagi orang yang belum menerima Kristus maupun yang sudah.

Mari kita lihat kitab 1 Yohanes. Kitab ini dipercaya sebagai hasil tulisan Yohanes sendiri yang kita tidak tahu pasti ditujukan untuk siapa tau jemaat mana. Namun yang pasti, surat tulisan Yohanes ini ditujukan untuk orang-orang percaya, dan bukan kepada orang-orang berdosa. Dengan kata lain, surat ini dituliskan secara khusus untuk orang-orang Kristen. Yohanes tahu bahwa setelah kita bertobat, selalu saja ada godaan yang berpotensi membawa kita kembali masuk ke dalam dosa, kembali melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk yang seharusnya sudah kita tinggalkan ketika kita ditransformasikan menjadi ciptaan yang baru. Apa yang akan diperbuat Tuhan kepada para orang percaya yang terpeleset kembali ke dalam dosa? Tuhan mengatakan demikian: "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Tuhan akan melakukan:
1. mengampuni dosa kita
2. menyucikan kita
Kedua hal ini akan segera Dia berikan apabila kita mengakui dosa kita. Puji Tuhan, Dia adil dan setia, sehingga pintu kemaafan masih Dia bentangkan lebar-lebar terhadap anak-anakNya yang kembali tersesat.

Yohanes melanjutkan hal ini dalam pasal berikutnya. Ia mengatakan "Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia." (1 Yohanes 2:1-2). Sebagai ciptaan baru seharusnya kita tidak lagi berbuat dosa. Tetapi kalaupun kita kembali terjebak, ingatlah bahwa kita punya Kristus yang akan bertindak sebagai perantara atau pembela buat kita di hadapan Allah. Ini janji Tuhan yang dihadirkan lewat Yohanes dan ditujukan buat kita, orang-orang percaya.

Ketika kita kembali berbuat dosa artinya kita kembali hidup dalam penghukuman. Arah jalan pun berbelok menuju jurang kebinasaan. Tetapi Tuhan siap mengampuni, tidak lagi mengingat-ingat pelanggaran kita apabila kita mengakui dosa kita di hadapanNya. Bukan hanya itu, diri kita pun akan dibersihkan atau disucikan kembali.

Dalam kitab Yesaya kita bisa membaca janji Tuhan yang berhubungan erat dengan topik hari ini. "Marilah, baiklah kita berperkara! --firman TUHAN--Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18). Tuhan siap mengembalikan diri kita yang telah ternoda untuk kembali putih mengkilap seperti baru.

Kebenaran akan kembali muncul setelah kita disucikan dari ketidakbenaran.Sebagai ciptaan baru kita seharusnya meninggalkan masa lalu kita yang penuh dosa dan menatap ke depan untuk menuai janji-janji Tuhan. Namun dalam prakteknya di kehidupan kita, ada kalanya kita kembali terjebak dan berbuat dosa. Apabila itu yang terjadi, ingatlah bahwa Tuhan masih memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi kita orang yang sudah percaya untuk mengakui dosa mereka di hadapan Tuhan. Jika itu kita lakukan, maka Tuhan sendiri yang akan mengambil langkah: mengampuni dan menyucikan. Dan itu bisa kita peroleh apabila kita mengakui dengan jujur atas segala dosa yang kita perbuat. Malam ini marilah datang kepadaNya dan mengakui semua dosa yang sudah kita lakukan. Tidak peduli sekotor apapun anda saat ini, jangan pernah lupakan bahwa Yesus sungguh menyertai anda.

Mengakui dosa adalah awal dari pemulihan

Diampuni dan Disucikan

Ayat bacaan: 1 Yohanes 1:9
======================
"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."

diampuni dan disucikanBelum lama ini sebuah sabun cuci atau deterjen bermerek terkenal meluncurkan inovasi terbarunya yaitu mengklaim mampu membersihkan noda-noda membandel yang melengket pada baju kotor hanya dalam sekali kucek. Mereka bahkan membuat demonstrasi akan hal itu di banyak supermarket dan juga di televisi. Tidak ada orang yang mau memakai baju kotor, tetapi dalam melakukan pekerjaan, bermain dan sebagainya ada kalanya baju kita menjadi penuh noda dan bercak. Tersemprot lumpur di jalan ketika hujan misalnya, terkena kuah makanan dan sebagainya. Baju itu tentu akan kita cuci terlebih dahulu hingga noda-nodanya hilang sebelum dipakai kembali. Apabila noda itu menempel akan sulit bagi kita untuk menghilangkan semuanya dan membuat baju kita kembali seperti baru. Produsen mengetahui hal itu. Itulah sebabnya berbagai produk deterjen akan terus berlomba-lomba membuat inovasi yang mampu membersihkan dengan cara yang paling mudah, hemat dan cepat.

Mengapa saya mulai dengan ilustrasi di atas? Sebelum kita sampai kepada firman Tuhan hari ini, mari kita lihat apa yang ditanyakan oleh seorang teman pada suatu kali ketika mendengar ayat berikut: "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Ayat ini sudah tidak asing lagi bagi kita, dan jelas mengambarkan bahwa ada kesempatan yang diberikan kepada kita untuk memulai sebuah hidup baru ketika kita menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita. We are considered as "a new creation", a fresh one. Itu artinya dosa-dosa kita sudah dihapuskan, kita sudah dilepaskan dari berbagai ikatan-ikatan yang membelenggu kita selama ini. Kita telah menerima tebusan atas dosa-dosa kita di masa lalu, dan kemudian menerima kebenaran dan keselamatan sebagai anugerah yang berasal dari Tuhan. We are transformed into a new person, dan itu memungkinkan kita untuk menjaga agar apa yang sudah bersih jangan sampai menjadi kotor kembali. Harusnya demikian. Tetapi kita sebagai manusia seringkali lemah sehingga ada kalanya kita kembali terjerumus untuk berbuat dosa demi dosa. Jika saya ibaratkan diri kita seperti baju, maka baju yang sudah bersih akan kembali kotor apabila banyak noda yang hinggap di atas baju kita. Ada yang mudah dibersihkan, ada pula yang membandel. Demikian pula dosa-dosa itu akan membuat kita kembali kotor meski ketika kita sudah menjadi orang percaya. Pertanyaaan teman saya berhubungan dengan hal ini: bagaimana dengan dosa-dosa yang kita lakukan setelah kita menjadi orang Kristen? Apakah Tuhan tetap menyediakan pengampunannya? Jelas, Tuhan tetap membuka pintu kesempatan selebar-lebarnya kepada siapapun untuk berbalik dari jalan-jalan yang salah dan kembali kepada jalan kebenaran yang mengarah kepada keselamatan. Itu termasuk bagi orang yang belum menerima Kristus maupun yang sudah.

Mari kita lihat kitab 1 Yohanes. Kitab ini dipercaya sebagai hasil tulisan Yohanes sendiri yang kita tidak tahu pasti ditujukan untuk siapa tau jemaat mana. Namun yang pasti, surat tulisan Yohanes ini ditujukan untuk orang-orang percaya, dan bukan kepada orang-orang berdosa. Dengan kata lain, surat ini dituliskan secara khusus untuk orang-orang Kristen. Yohanes tahu bahwa setelah kita bertobat, selalu saja ada godaan yang berpotensi membawa kita kembali masuk ke dalam dosa, kembali melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk yang seharusnya sudah kita tinggalkan ketika kita ditransformasikan menjadi ciptaan yang baru. Apa yang akan diperbuat Tuhan kepada para orang percaya yang terpeleset kembali ke dalam dosa? Tuhan mengatakan demikian: "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Tuhan akan melakukan:
1. mengampuni dosa kita
2. menyucikan kita
Kedua hal ini akan segera Dia berikan apabila kita mengakui dosa kita. Puji Tuhan, Dia adil dan setia, sehingga pintu kemaafan masih Dia bentangkan lebar-lebar terhadap anak-anakNya yang kembali tersesat.

Yohanes melanjutkan hal ini dalam pasal berikutnya. Ia mengatakan "Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia." (1 Yohanes 2:1-2). Sebagai ciptaan baru seharusnya kita tidak lagi berbuat dosa. Tetapi kalaupun kita kembali terjebak, ingatlah bahwa kita punya Kristus yang akan bertindak sebagai perantara atau pembela buat kita di hadapan Allah. Ini janji Tuhan yang dihadirkan lewat Yohanes dan ditujukan buat kita, orang-orang percaya.

Ketika kita kembali berbuat dosa artinya kita kembali hidup dalam penghukuman. Arah jalan pun berbelok menuju jurang kebinasaan. Tetapi Tuhan siap mengampuni, tidak lagi mengingat-ingat pelanggaran kita apabila kita mengakui dosa kita di hadapanNya. Bukan hanya itu, diri kita pun akan dibersihkan atau disucikan kembali.

Dalam kitab Yesaya kita bisa membaca janji Tuhan yang berhubungan erat dengan topik hari ini. "Marilah, baiklah kita berperkara! --firman TUHAN--Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18). Tuhan siap mengembalikan diri kita yang telah ternoda untuk kembali putih mengkilap seperti baru.

Kebenaran akan kembali muncul setelah kita disucikan dari ketidakbenaran.Sebagai ciptaan baru kita seharusnya meninggalkan masa lalu kita yang penuh dosa dan menatap ke depan untuk menuai janji-janji Tuhan. Namun dalam prakteknya di kehidupan kita, ada kalanya kita kembali terjebak dan berbuat dosa. Apabila itu yang terjadi, ingatlah bahwa Tuhan masih memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi kita orang yang sudah percaya untuk mengakui dosa mereka di hadapan Tuhan. Jika itu kita lakukan, maka Tuhan sendiri yang akan mengambil langkah: mengampuni dan menyucikan. Dan itu bisa kita peroleh apabila kita mengakui dengan jujur atas segala dosa yang kita perbuat. Malam ini marilah datang kepadaNya dan mengakui semua dosa yang sudah kita lakukan. Tidak peduli sekotor apapun anda saat ini, jangan pernah lupakan bahwa Yesus sungguh menyertai anda.

Mengakui dosa adalah awal dari pemulihan

Jadilah Padaku Menurut Kehendak-Mu

Lukas 1:38
Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 82; Lukas 3; Yeremia 7-8

Pernahkan Anda membayangkan kondisi yang dialami oleh Maria saat itu? Gadis ini baru saja bertunangan, dan sebentar lagi akan menikah dengan seorang pria bernama Yusuf. Keduanya dikenal dari keluarga baik-baik. Namun di hari-hari mendekati pernikahannya dengan Yusuf, Maria mendapatkan pesan dari Tuhan yang disampaikan oleh malaikat bahwa ia akan mengandung dan melahirkan sang Juru Selamat.

Tentu Maria terkejut, baginya hal itu adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Kalaupun itu terjadi, dia tentu tahu akibatnya.Bayangkan, seorang gadis hamil diluar nikah. Dia mungkin membayangkan bahwa Yusuf akan memutuskan pertunangan mereka, dan kemungkinan paling buruk jika tidak seorangpun mempercayainya adalah dia di buang dari keluarga atau bahkan bisa dituduh melakukan perzinahan dengan hukuman rajam.

Namun sikap hati Maria sungguh luar biasa. Dia berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”

Maria tahu bahwa dirinya adalah hamba Tuhan, dan keberadaannya di dunia ini bertujuan agar kehendak Tuhan digenapi di bumi ini sama seperti di sorga, bahkan sekalipun karenanya ia harus menghadapi resiko terburuk.

Hari ini, apakah kita memiliki sikap hati seperti yang dimiliki oleh Maria ini? Hidup dalam kehendak Tuhan bukan berarti tanpa kesulitan dan tanpa resiko. Bahkan bisa dikatakan sangat beresiko. Jika Anda berani memikul salib itu, mari katakan, “datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di dalam hidupku seperti di sorga.”

Melayani Tuhan menuntut seluruh hidup Anda, bersediakah Anda?

Bersukacilah selalu
* Tuhan sumber berkat
* Rencana Tuhan indah pada waktunya
* Tuhan selalu memberi petunjuk
* Hikmat Tuhan melebihi dari segalanya
* Knowing God's will

Jumat, 29 Oktober 2010

Orang Tua Yang Penuh Sukacita

Kerinduan setiap keluarga adalah mengalami keharmonisan, kebahagiaan dan sukacita. Namun sayangnya banyak keluarga-keluarga Kristen yang tidak mengalami hal ini. Justru keadaan di dalam adalah kebalikan dari apa yang diharapkan. Yang ada di dalam banyak rumah tangga adalah pertengkaran, tidak ada rasa damai serta tidak dirasakannya sukacita. Padahal memiliki sukacita adalah kunci untuk memperoleh kekuatan bagi setiap keluarga.

Sukacita (joy) adalah unsur penting yang harus dimiliki di dalam keluarga. Sukacita itu menular, jadi jika orang tua mampu menciptakan suasana sukacita, maka atmosfir keluarga pun akan dipenuhi oleh sukacita. Anak-anak akan melihat dan mencontoh apa yang orang tuanya kerjakan. Bilamana orang tua mereka mudah bersungut-sungut di dalam menghadapi masalah dalam hidup, maka anak-anak pun akan mengikuti jejak dari orang tuanya. Tetapi jika orang tua memberikan contoh teladan bahwa mereka terus bersukacita sekalipun banyak masalah silih berganti, maka hal ini akan menular kepada anak-anak sehingga roh sukacita tersebut akan mereka miliki.

Mengapa kita harus bersukacita ? Karena itulah perintah Tuhan di dalam Filipi 4:4, bersukacitalah senantiasa. Apabila kita percaya penuh kepada Tuhan, maka kita akan berani menghadapi pergumulan hidup tanpa ketakutan, kekuatiran yang tentunya menghilangkan sukacita. Pegang erat Firman Tuhan, maka kita akan semakin percaya bahwa IA punya 1001 jalan keluar bagi masalah keluarga kita.

Jadilah agent sukacita !!! Itulah yang sering kami ajarkan kepada anak-anak kami, Rachel & Jacob. Dimana pun saja kami berada, kami selalu berusaha menciptakan suasana sukacita, kami berusaha selalu bersyukur sekalipun harus menghadapi ujian-ujian dalam hidup. Di dalam mezbah keluarga, kami doakan pergumulan kami sehingga anak-anak tahu dan mengerti. Lalu setelah berdoa, kami tersenyum dan berkata, “Nah … kita tunggu saja tangan Tuhan menolong kita”. Kami ajarkan mereka untuk percaya Tuhan, karena IA adalah Tuhan yang peduli, Tuhan yang melindungi. Ketika kami lakukan hal tersebut, maka tertanam di dalam hidup mereka bahwa masalah boleh datang tetapi orang tua mereka tetap bersukacita karena percaya kepada Tuhan, sehingga hal ini tertransfer pada keduanya. Ketika mereka menghadapi masalah-masalah kecil, mereka tetap bersyukur dan bersukacita.

Keluarga harmonis bisa dimiliki setiap orang. Mulailah dengan menjadi pribadi yang penuh dengan menjadi pribadi yang penuh sukacita. Suami istri yang penuh sukacita akan mentransferkan hal tersebut kepada anggota keluarga lainnya, maka perlahan-lahan awan kelabu persungutan di dalam rumah tangga akan tersingkir oleh sinar mentari sukacita.
Rata Penuh
Ps.Edward Supit & Ps.Levi Samodro Supit

Bersukacilah selalu
* Buah roh sukacita
* Jangan pernah menukar kebahagiaan
* Toko grosir surga
* Kata bijak mengatasi kekhawatiran

Kunci Rahasia Kesuksesan Hubungan antara Suami dan Istri

Ayat bacaan: Efesus 5:23
========================
"Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat."

kunci rahasia hubunganBetapa terkejutnya saya hari ini mendengar kabar bahwa salah seorang sepupu saya baru saja mengalami kekerasan dalam rumah tangga alias dipukul oleh suaminya. Kejadian ini sebenarnya adalah akumulasi dari berbagai permasalahan yang terus dibiarkan berlarut-larut sejak mereka menikah. Seorang pria memukul wanita, apalagi istrinya sendiri, itu jelas salah. Tetapi agar adil, sebenarnya kita pun harus melihat terlebih dahulu permasalahannya secara lebih jelas, sedapat mungkin menuju kepada akar-akar permasalahannya, karena bisa jadi perlakuan kasar suami dipicu oleh perilaku atau sikap yang kurang baik dari istri, yang mungkin sudah terjadi selama bertahun-tahun. Apapun penyebabnya, yang jelas kita melihat semakin banyak keluarga-keluarga yang mengalami kehancuran meski usia pernikahannya masih relatif singkat. Dan ini pun tidak lagi jarang terjadi di kalangan umat Kristen sendiri. Iblis memang sangat suka merusak hubungan antar pasangan, terlebih ketika kita sudah memasuki zaman akhir seperti sekarang ini. Bentuk penyebab pecahnya sebuah hubungan bisa bermacam-macam, dan kita memang seharusnya melihat kasus per kasus. Tapi mari kita lihat sebuah pertanyaan yang mungkin sering dilontarkan orang, dan jelas dibutuhkan setiap pasangan. Adakah sebuah kunci yang akan mampu membuat sebuah hubungan antara suami dan istri senantiasa harmonis? Adakah rahasia kesuksesan sebuah hubungan yang akan mampu melewati badai seperti apapun tanpa mengalami keretakan di dalamnya? Jawabannya ada.

Kunci rahasia kesuksesan hubungan suami istri jelas tertulis di dalam kitab Efesus pasal 5 dengan judul perikop "Kasih Kristus adalah dasar hidup suami istri." Bagian ini secara terang mengungkapkan kunci rahasia dari kesuksesan hubungan ini. Kedua belah pihak, suami dan istri, sama-sama punya tanggung jawabnya masing-masing. "Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan." (Efesus 5:22). Mengapa? "karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh." (ay 23). Para istri, hendaklah anda tunduk kepada suami seperti halnya anda tunduk kepada tuhan. Ini adalah hal yang tidak bisa ditawar-tawar atau diberi pengecualian dengan alasan apapun. Kita tidak bisa tunduk dengan Tuhan tergantung kondisi bukan? Seperti itu pula seharusnya penundukan diri seorang istri terhadap suaminya. Apakah istri yang berpenghasilan lebih besar, apakah istri berperan lebih banyak dalam keluarga, atau alasan lainnya, itu tidak serta merta bisa menjadi dalih untuk berlaku sebaliknya. Istri tunduk kepada suami, seperti halnya kepada Tuhan, itu kunci rahasia dari pihak istri.

Lalu bagaimana dengan pihak suami? Para suami, dengarlah ini. "Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya." (ay 25). Mudahkah itu? Sama sekali tidak, sebab kita tahu bagaimana cara Kristus mengasihi jemaat. Dia tidak menyayangkan nyawaNya sendiri atau kenyamananNya, bahkan statusNya demi keselamatan para jemaat. Dia rela menyerahkan diri seutuhnya demi kita semua, menggantikan kita semua yang seharusnya terpancang di atas kayu salib selamanya. Seperti itulah bentuk dari kasih Kristus. Ini menjadi kunci rahasia kesuksesan hubungan dari pihak suami. Para suami, hendaklah anda mengasihi istri seperti bagaimana Yesus mengasihi jemaat hingga rela mengorbankan diriNya sendiri.

Ada tambahan lain yang masih berkaitan bagi para suami: "Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri." (ay 28). Mengapa? "Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, karena kita adalah anggota tubuh-Nya." (ay 29-30). Bacalah Roma 12:1-8 dan 1 Korintus 12:12-31 yang berbicara jelas mengenai kita sebagai anggota dari tubuh Kristus. Tidak ada satu orangpun yang mau menyakiti atau menghancurkan bagian tubuhnya sendiri. Jika kita dianggap sebagai bagian dari tubuh Kristus, maka jelas Kristus akan memperhatikan dengan seksama keselamatan kita masing-masing. Demikian pula seharusnya sang suami harus mengasihi istrinya yang tidak lain adalah bagian yang tidak terpisahkan dari mereka, dimana Tuhan sendiri yang telah menjadi saksi atas janji setia yang kita ucapkan ketika menikah. (Maleakhi 2:14). Sebuah pernikahan membuat suami dan istri menjadi satu daging, dan dengan demikian mereka bukan lagi dua melainkan satu. (Matius 19:5-6). Karena itulah suami yang tidak mengasihi istri sama artinya dengan orang yang tidak mengasihi anggota tubuhnya sendiri, yang dengan demikian tidak mencerminkan bagaimana Kristus mengasihi jemaatNya, anggota tubuhNya sendiri.

Apa yang tertulis di dalam Efesus 5 adalah sebuah rahasia besar yang menjadi kunci sukses keharmonisan hubungan antara suami dan istri. Lihatlah kata-kata Paulus berikut: "Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat." (Efesus 5:32). Rahasia besar? Ya, rahasia besar. Bukankah banyak pernikahan yang akhirnya hancur di tengah jalan akibat ketidaktahuan akan fungsi, tugas, tanggung jawab serta posisinya masing-masing? Secara umum inilah yang seringkali menjadi awal dari kehancuran sebuah keluarga. Rahasia besar ini sebenarnya telah diungkapkan dengan jelas dalam Alkitab. Mungkin bisa jadi aneh bagi kita ayat yang sudah tersedia selama ribuan tahun dikatakan sebagai sebuah rahasia yang besar, namun jika mengacu kepada realita dimana ada banyak hubungan yang kandas akibat ketidaktahuan akan kedua kunci ini, maka kita akan bisa mengerti mengapa hal itu dikatakan sebagai sebuah rahasia besar. Jika kita melakukannya, maka kita akan melihat sendiri bagaimana kunci ini mampu berperan secara luar biasa dalam membangun atau membina hubungan suami istri yang sukses. Dalam kondisi atau situasi apapun yang saat ini anda alami dalam hubungan dengan pasangan anda, dasarkanlah selalu kepada kedua kunci ini : Istri tunduk kepada suami seperti kepada Tuhan (ay 22) dan suami mengasihi istri seperti Kristus mengasihi jemaat (ay 25). Mari kita renungkan bersama-sama, sudahkah kita menempatkan diri kita pada posisi yang tepat ? Sudahkah kita menjalankan fungsi dan tanggungjawab kita sesuai porsi kita seperti yang dinyatakan dalam kedua kunci ini? Hubungan harmonis antara suami dan istri yang bertahan hingga maut memisahkan akan selalu menjadi dambaan semua manusia. Yang jelas, Tuhan sebenarnya telah memberikan kunci bagi kita untuk mencapainya, dan sekarang semua tergantung kita, apakah kita mau menyadari dan menghidupi rahasia besar ini atau tidak.

Istri tunduk pada suami seperti kepada Tuhan dan suami mengasihi istri seperti Kristus mengasihi jemaat merupakan kunci kesuksesan sebuah hubungan

Kunci Rahasia Kesuksesan Hubungan antara Suami dan Istri

Ayat bacaan: Efesus 5:23
========================
"Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat."

kunci rahasia hubunganBetapa terkejutnya saya hari ini mendengar kabar bahwa salah seorang sepupu saya baru saja mengalami kekerasan dalam rumah tangga alias dipukul oleh suaminya. Kejadian ini sebenarnya adalah akumulasi dari berbagai permasalahan yang terus dibiarkan berlarut-larut sejak mereka menikah. Seorang pria memukul wanita, apalagi istrinya sendiri, itu jelas salah. Tetapi agar adil, sebenarnya kita pun harus melihat terlebih dahulu permasalahannya secara lebih jelas, sedapat mungkin menuju kepada akar-akar permasalahannya, karena bisa jadi perlakuan kasar suami dipicu oleh perilaku atau sikap yang kurang baik dari istri, yang mungkin sudah terjadi selama bertahun-tahun. Apapun penyebabnya, yang jelas kita melihat semakin banyak keluarga-keluarga yang mengalami kehancuran meski usia pernikahannya masih relatif singkat. Dan ini pun tidak lagi jarang terjadi di kalangan umat Kristen sendiri. Iblis memang sangat suka merusak hubungan antar pasangan, terlebih ketika kita sudah memasuki zaman akhir seperti sekarang ini. Bentuk penyebab pecahnya sebuah hubungan bisa bermacam-macam, dan kita memang seharusnya melihat kasus per kasus. Tapi mari kita lihat sebuah pertanyaan yang mungkin sering dilontarkan orang, dan jelas dibutuhkan setiap pasangan. Adakah sebuah kunci yang akan mampu membuat sebuah hubungan antara suami dan istri senantiasa harmonis? Adakah rahasia kesuksesan sebuah hubungan yang akan mampu melewati badai seperti apapun tanpa mengalami keretakan di dalamnya? Jawabannya ada.

Kunci rahasia kesuksesan hubungan suami istri jelas tertulis di dalam kitab Efesus pasal 5 dengan judul perikop "Kasih Kristus adalah dasar hidup suami istri." Bagian ini secara terang mengungkapkan kunci rahasia dari kesuksesan hubungan ini. Kedua belah pihak, suami dan istri, sama-sama punya tanggung jawabnya masing-masing. "Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan." (Efesus 5:22). Mengapa? "karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh." (ay 23). Para istri, hendaklah anda tunduk kepada suami seperti halnya anda tunduk kepada tuhan. Ini adalah hal yang tidak bisa ditawar-tawar atau diberi pengecualian dengan alasan apapun. Kita tidak bisa tunduk dengan Tuhan tergantung kondisi bukan? Seperti itu pula seharusnya penundukan diri seorang istri terhadap suaminya. Apakah istri yang berpenghasilan lebih besar, apakah istri berperan lebih banyak dalam keluarga, atau alasan lainnya, itu tidak serta merta bisa menjadi dalih untuk berlaku sebaliknya. Istri tunduk kepada suami, seperti halnya kepada Tuhan, itu kunci rahasia dari pihak istri.

Lalu bagaimana dengan pihak suami? Para suami, dengarlah ini. "Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya." (ay 25). Mudahkah itu? Sama sekali tidak, sebab kita tahu bagaimana cara Kristus mengasihi jemaat. Dia tidak menyayangkan nyawaNya sendiri atau kenyamananNya, bahkan statusNya demi keselamatan para jemaat. Dia rela menyerahkan diri seutuhnya demi kita semua, menggantikan kita semua yang seharusnya terpancang di atas kayu salib selamanya. Seperti itulah bentuk dari kasih Kristus. Ini menjadi kunci rahasia kesuksesan hubungan dari pihak suami. Para suami, hendaklah anda mengasihi istri seperti bagaimana Yesus mengasihi jemaat hingga rela mengorbankan diriNya sendiri.

Ada tambahan lain yang masih berkaitan bagi para suami: "Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri." (ay 28). Mengapa? "Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, karena kita adalah anggota tubuh-Nya." (ay 29-30). Bacalah Roma 12:1-8 dan 1 Korintus 12:12-31 yang berbicara jelas mengenai kita sebagai anggota dari tubuh Kristus. Tidak ada satu orangpun yang mau menyakiti atau menghancurkan bagian tubuhnya sendiri. Jika kita dianggap sebagai bagian dari tubuh Kristus, maka jelas Kristus akan memperhatikan dengan seksama keselamatan kita masing-masing. Demikian pula seharusnya sang suami harus mengasihi istrinya yang tidak lain adalah bagian yang tidak terpisahkan dari mereka, dimana Tuhan sendiri yang telah menjadi saksi atas janji setia yang kita ucapkan ketika menikah. (Maleakhi 2:14). Sebuah pernikahan membuat suami dan istri menjadi satu daging, dan dengan demikian mereka bukan lagi dua melainkan satu. (Matius 19:5-6). Karena itulah suami yang tidak mengasihi istri sama artinya dengan orang yang tidak mengasihi anggota tubuhnya sendiri, yang dengan demikian tidak mencerminkan bagaimana Kristus mengasihi jemaatNya, anggota tubuhNya sendiri.

Apa yang tertulis di dalam Efesus 5 adalah sebuah rahasia besar yang menjadi kunci sukses keharmonisan hubungan antara suami dan istri. Lihatlah kata-kata Paulus berikut: "Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat." (Efesus 5:32). Rahasia besar? Ya, rahasia besar. Bukankah banyak pernikahan yang akhirnya hancur di tengah jalan akibat ketidaktahuan akan fungsi, tugas, tanggung jawab serta posisinya masing-masing? Secara umum inilah yang seringkali menjadi awal dari kehancuran sebuah keluarga. Rahasia besar ini sebenarnya telah diungkapkan dengan jelas dalam Alkitab. Mungkin bisa jadi aneh bagi kita ayat yang sudah tersedia selama ribuan tahun dikatakan sebagai sebuah rahasia yang besar, namun jika mengacu kepada realita dimana ada banyak hubungan yang kandas akibat ketidaktahuan akan kedua kunci ini, maka kita akan bisa mengerti mengapa hal itu dikatakan sebagai sebuah rahasia besar. Jika kita melakukannya, maka kita akan melihat sendiri bagaimana kunci ini mampu berperan secara luar biasa dalam membangun atau membina hubungan suami istri yang sukses. Dalam kondisi atau situasi apapun yang saat ini anda alami dalam hubungan dengan pasangan anda, dasarkanlah selalu kepada kedua kunci ini : Istri tunduk kepada suami seperti kepada Tuhan (ay 22) dan suami mengasihi istri seperti Kristus mengasihi jemaat (ay 25). Mari kita renungkan bersama-sama, sudahkah kita menempatkan diri kita pada posisi yang tepat ? Sudahkah kita menjalankan fungsi dan tanggungjawab kita sesuai porsi kita seperti yang dinyatakan dalam kedua kunci ini? Hubungan harmonis antara suami dan istri yang bertahan hingga maut memisahkan akan selalu menjadi dambaan semua manusia. Yang jelas, Tuhan sebenarnya telah memberikan kunci bagi kita untuk mencapainya, dan sekarang semua tergantung kita, apakah kita mau menyadari dan menghidupi rahasia besar ini atau tidak.

Istri tunduk pada suami seperti kepada Tuhan dan suami mengasihi istri seperti Kristus mengasihi jemaat merupakan kunci kesuksesan sebuah hubungan

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari