Kamis, 31 Maret 2011

Praktek pembasuhan kaki

Yohanes 13:1-20

Praktek pembasuhan kaki Pada masa itu, tindakan pembasuhan kaki merupakan tindakan penyambutan terhadap tamu yang datang. Tuan rumah menyediakan air dan mempersilahkan tamu untuk membasuh sendiri kaki mereka. Sesekali kegiatan pembasuhan kaki para tamu itu dilakukan oleh para pelayan. Namun keadaan ini tidak berlaku bagi Yesus. Artinya, Yesus adalah tamu, Dia juga berlaku sebagai Pelayan, dan sekaligus sebagai tuan rumah. Ia mengambil air, membasuh dan mengeringkan kaki murid-murid-Nya satu demi satu. Para pemimpin gereja selayaknyalah meneladani perbuatan Yesus. Peran kepemimpinan-Nya tidak menghalangi Dia untuk bertindak sebagai pelayan.

Pola dasar pelayanan Kristen. Mengapa Yesus harus membasuh kaki murid-murid-Nya? Bukankah itu melanggar aturan dan tradisi? Yesus telah mempertontonkan suatu sikap yang seharusnya dilakukan oleh para pemimpin gereja. Inilah pola dasar pelayanan Kristen. Melayani bukan karena tuntutan jabatan, melainkan karena kerelaan mengutamakan orang lain, merendahkan diri sendiri dan membangun orang yang dilayani dalam kasih dan persekutuan. Saling memulihkan, itulah tujuan pelayanan kita. Dari kerendahan, pengosongan dan penghambaan diri itu, mengalir pemulihan, pemersatuan dan pembangunan tubuh Kristus.

Teladan Kristus. Kristus telah memberikan pengajaran yang memiliki kekuatan atau pengaruh untuk mengubah hidup orang lain. Kristus memberikan teladan nyata. Pengajaran-Nya itu mendorong, menuntut dan merombak pola hidup pelayanan kita. Karena itu kita wajib memperhamba diri satu kepada yang lain. Bila para pelayan Kristus, pemimpin gereja, sedia meniru teladan Tuhan Yesus, barulah mereka sepenuhnya layak menjadi utusan atau wakil Kristus dalam dunia ini.

Renungkan: Dasar dari pelayanan adalah kasih. Karena itu, atas dasar kasih pulalah kita dipanggil untuk melayani Tuhan dan sesama

Menjadi Orang Hebat

1 Korintus 1:27
Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat.

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 92; Lukas 4; Ulangan 29-30

Heinrich Pestalozzi pada masa kecilnya dikenal sebagai Henky si bodoh. Ia menjadi anak yatim semenjak ia berumur 6 tahun. Sebutan si bodoh ditujukan pada dirinya karena kemampuannya yang sangat terbatas, bahka di bawah rata-rata. Berkali-kali ia tidak naik kelas. Namun, karena ia tekun dan tidak mudah putus asa, ia menjadi orang hebat.

Semasa hidupnya Pestalozzi dikenal sebagai Bapak Pendidikan Modern yang memiliki konsep memberi perhatian secara pribadi kepada anak didik. Dengan konsep ini, proses belajar mengajar memungkinkan setiap anak berkembang secara optimal. Sebelumnya, penyelenggaraan pendidikan bersifat umum klasikal. Pendidik memberi perhatian kepada anak secara keseluruhan. Prestasi lain yang berhasil dicapai oleh Heinrich Pestalozzi adalah membangun lima panti asuhan dan menjadi rektor di sebuah perguruan tinggi di Prancis.

Saat ia meninggal, banyak ungkapan yang menunjukkan betapa besar jasaya bagi sesamanya melalui dunia pendidikan yang ditekuninya. Di antaranya adalah: "Sang penolong bagi anak-anak malang", "Seorang Kristen yang menganggap orang lain segala-galanya sementara dirinya sendiri bukan siapa-siapa".

Di tangan-Nya tidak ada yang mustahil. Bagi orang yang mau berusaha dengan sungguh-sungguh selalu ada potensi untuk melejitkan diri. Jika kita merasa seperti Henky si bodoh, bangkitlah bersama Allah. Kita hantam kesombongan dunia dengan sikap rendah hati sambil tetap berserah diri.

Setiap orang dapat mencapai kejayaan dalam hal apa pun asal ia menekuni dan mencintai pekerjaannya.


Renungan terkait
* Start from zero
* Topan VS angin sepoi
* Belajar dari pensil
* Keterbatasan kita
* Hikmat dari Tuhan melebihi dari segalanya

Rata Penuh

Menyesal

Ayat bacaan: Amsal 3:21
=====================
"Hai anakku, janganlah pertimbangan dan kebijaksanaan itu menjauh dari matamu, peliharalah itu,"

menyesalMalam ini saya teringat ketika melamar pekerjaan sebagai pengajar. Setelah melewati rangkaian penyaringan, saya akhirnya sampai pada proses terakhir dan langsung berhadapan dengan pimpinan. Dia memberi berbagai pertanyaan secara lisan, dan sebuah pertanyaan terakhir darinya berbunyi: "Apa yang paling anda sesali dari masa lalu anda?" Dalam perjalanan hidup kita selama ini, mungkin ada banyak hal yang kita sesali. Mulai dari sesuatu yang sederhana sampai sesuatu yang bisa jadi cukup fatal hingga mempengaruhi diri kita hari ini. Kenyataannya ada banyak orang terus terperangkap di bawah bayang-bayang masa lalu mereka dan tidak kunjung bisa maju menatap hari depannya. Ada peribahasa yang menggambarkan hal ini yaitu nasi sudah menjadi bubur. Bubur tidak bisa diolah lagi menjadi nasi, menggambarkan sesuatu yang sudah terlanjur terjadi dan tidak bisa diulang kembali lagi. Bagi saya sendiri pertanyaan itu sempat membuat saya merenung. Saya bukanlah orang yang sempurna, dalam artian tidak pernah berbuat salah. Saya justru melakukan begitu banyak kesalahan di masa lalu. Lewat anugerahNya akhirnya Tuhan memberikan saya kesempatan untuk bertobat dan berbalik dari jalan-jalan saya yang buruk. Saya tidak bisa mengulangi masa lalu saya, tetapi saya bisa memperbaikinya untuk ke depan. Saya bersyukur bahwa Tuhan membukakan pintu kesempatan dan tidak mengambil nyawa saya di saat saya masih bergelimang dosa di waktu lalu. Ada banyak kecerobohan dan kebodohan yang saya lakukan sebelum bertobat dan saya tahu apa akibatnya. Oleh karena itulah saya harus benar-benar memperhatikan setiap langkah yang saya ambil hari ini agar jangan sampai semua itu terulang kembali. Saya tidak mau menambah daftar penyesalan setelah Tuhan menjadikan saya sebagai ciptaan baru, the whole new person in Christ.

Ada pepatah mengatakan "penyesalan selalu datang terlambat". Bukankah ini menjadi bagian hidup semua orang? Menyesal tidak belajar dengan baik sehingga gagal dalam ujian, menyesal mengucapkan kata-kata buruk sehingga menyakiti orang untuk waktu yang cukup lama, menyesal sudah meninggalkan pekerjaan, menyesal atas pengambilan keputusan-keputusan yang keliru dan bentuk-bentuk penyesalan lainnya. Bersyukurlah bila kita masih diberi kesempatan untuk bertobat hari ini sehingga kita tidak perlu menyesal karena terlanjur kehilangan anugerah keselamatan seperti yang dialami oleh orang kaya dalam kisah Lazarus. (Lukas 16:19-31). Tapi ingatlah bahwa penyesalan tinggal penyesalan. Kita tidak bisa mengulang masa lalu. Ada yang baik, ada yang buruk, dan untuk yang buruk inilah penyesalan itu hadir pada suatu ketika, dan seringkali kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menanggung konsekuensi sebagai akibat dari kesalahan itu. Konsekuensi mau tidak mau tetap harus kita hadapi meski Tuhan sudah mengampuni kita. Tanyakan Daud, maka ia pasti akan bercerita panjang lebar mengenai hal ini.

Jika demikian, ada yang harus kita lakukan agar kita berhenti melakukan hal-hal yang akan mendatangkan penyesalan di kemudian hari. Ayat bacaan hari ini memberikan tips agar kita terhindar darinya, "Hai anakku, janganlah pertimbangan dan kebijaksanaan itu menjauh dari matamu, peliharalah itu" (Amsal 3:21). Betapa pentingnya ayat ini dalam mencegah kita terjatuh ke dalam keputusan-keputusan hidup yang bisa mengarah kepada penyesalan. Pertimbangan dan kebijaksanaan, keduanya harus senantiasa menjadi fokus bagi kita dalam mengambil keputusan baik yang sederhana apalagi yang penting. Jangan terburu-buru, jangan asal-asalan, tetapi pikirkanlah semua dengan matang dengan pertimbangan dan kebijaksanaan. Berdoalah dan mintalah hikmat dari Tuhan untuk memampukan kita mengambil jalan-jalan yang benar dalam pengambilan keputusan. Salomo menggambarkan bagaimana indahnya apabila kita melakukan ini dalam hidup kita. "maka itu akan menjadi kehidupan bagi jiwamu, dan perhiasan bagi lehermu. Maka engkau akan berjalan di jalanmu dengan aman, dan kakimu tidak akan terantuk. Jikalau engkau berbaring, engkau tidak akan terkejut, tetapi engkau akan berbaring dan tidur nyenyak.Janganlah takut kepada kekejutan yang tiba-tiba, atau kepada kebinasaan orang fasik, bila itu datang." (ay 22-25). Dengan kata lain Salomo berkata, apabila kita mempergunakan pertimbangan dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan, maka hidup kita akan terpelihara indah dan menyenangkan, kita akan berjalan dengan aman tanpa harus tersandung, kita akan terbebas dari rasa cemas dan bisa tidur nyenyak dan kita tidak perlu takut akan bencana yang bisa menyerang tiba-tiba. Mempergunakan hikmat untuk pertimbangan dan kebijaksanaan artinya mengijinkan Tuhan sendiri untuk menjaga kita agar tidak terperosok dalam jebakan. "Karena Tuhanlah yang akan menjadi sandaranmu, dan akan menghindarkan kakimu dari jerat." (ay 26).

Apabila ada kesalahan-kesalahan yang sempat terjadi di waktu lalu dimana konsekuensinya masih kita rasakan hingga hari ini, jangan biarkan hal tersebut membuat langkah kita tersendat untuk maju. Sesungguhnya Tuhan sudah memberikan sebuah hidup baru yang bisa kita isi dengan lebih baik dari sebelumnya. Jangan pernah biarkan diri kita terbelenggu oleh kesalahan masa lalu, tetapi tataplah ke depan, dimana sesuatu yang indah sudah menanti kita. Rasul Paulus misalnya. Dia bukanlah orang yang baik sebelum bertobat. Masa lalunya kelam. Tetapi setelah bertobat ia tahu bahwa harus melupakan masa lalunya dan memandang ke depan. Dia berkata: "Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:13-14). Jika tidak bisa dilupakan, pakailah semua itu sebagai pembelajaran agar kita bisa lebih baik lagi kedepannya. Konsekuensi mungkin masih harus kita tanggung, tetapi jangan biarkan hal itu merintangi kita untuk meraih mahkota kehidupan dan keselamatan yang telah dianugerahkan Tuhan bagi kita. Hari ini marilah kita memperhatikan betul untuk mempergunakan pertimbangan dan kebijaksanaan dengan sebaik-baiknya sebelum memutuskan sesuatu sehingga kita tidak perlu terjatuh dalam penyesalan tak berujung di kemudian hari. Let's all be wise!

Sesal kemudian tidak berguna, maka bersikaplah bijak dalam mengambil keputusan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Menyesal

Ayat bacaan: Amsal 3:21
=====================
"Hai anakku, janganlah pertimbangan dan kebijaksanaan itu menjauh dari matamu, peliharalah itu,"

menyesalMalam ini saya teringat ketika melamar pekerjaan sebagai pengajar. Setelah melewati rangkaian penyaringan, saya akhirnya sampai pada proses terakhir dan langsung berhadapan dengan pimpinan. Dia memberi berbagai pertanyaan secara lisan, dan sebuah pertanyaan terakhir darinya berbunyi: "Apa yang paling anda sesali dari masa lalu anda?" Dalam perjalanan hidup kita selama ini, mungkin ada banyak hal yang kita sesali. Mulai dari sesuatu yang sederhana sampai sesuatu yang bisa jadi cukup fatal hingga mempengaruhi diri kita hari ini. Kenyataannya ada banyak orang terus terperangkap di bawah bayang-bayang masa lalu mereka dan tidak kunjung bisa maju menatap hari depannya. Ada peribahasa yang menggambarkan hal ini yaitu nasi sudah menjadi bubur. Bubur tidak bisa diolah lagi menjadi nasi, menggambarkan sesuatu yang sudah terlanjur terjadi dan tidak bisa diulang kembali lagi. Bagi saya sendiri pertanyaan itu sempat membuat saya merenung. Saya bukanlah orang yang sempurna, dalam artian tidak pernah berbuat salah. Saya justru melakukan begitu banyak kesalahan di masa lalu. Lewat anugerahNya akhirnya Tuhan memberikan saya kesempatan untuk bertobat dan berbalik dari jalan-jalan saya yang buruk. Saya tidak bisa mengulangi masa lalu saya, tetapi saya bisa memperbaikinya untuk ke depan. Saya bersyukur bahwa Tuhan membukakan pintu kesempatan dan tidak mengambil nyawa saya di saat saya masih bergelimang dosa di waktu lalu. Ada banyak kecerobohan dan kebodohan yang saya lakukan sebelum bertobat dan saya tahu apa akibatnya. Oleh karena itulah saya harus benar-benar memperhatikan setiap langkah yang saya ambil hari ini agar jangan sampai semua itu terulang kembali. Saya tidak mau menambah daftar penyesalan setelah Tuhan menjadikan saya sebagai ciptaan baru, the whole new person in Christ.

Ada pepatah mengatakan "penyesalan selalu datang terlambat". Bukankah ini menjadi bagian hidup semua orang? Menyesal tidak belajar dengan baik sehingga gagal dalam ujian, menyesal mengucapkan kata-kata buruk sehingga menyakiti orang untuk waktu yang cukup lama, menyesal sudah meninggalkan pekerjaan, menyesal atas pengambilan keputusan-keputusan yang keliru dan bentuk-bentuk penyesalan lainnya. Bersyukurlah bila kita masih diberi kesempatan untuk bertobat hari ini sehingga kita tidak perlu menyesal karena terlanjur kehilangan anugerah keselamatan seperti yang dialami oleh orang kaya dalam kisah Lazarus. (Lukas 16:19-31). Tapi ingatlah bahwa penyesalan tinggal penyesalan. Kita tidak bisa mengulang masa lalu. Ada yang baik, ada yang buruk, dan untuk yang buruk inilah penyesalan itu hadir pada suatu ketika, dan seringkali kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menanggung konsekuensi sebagai akibat dari kesalahan itu. Konsekuensi mau tidak mau tetap harus kita hadapi meski Tuhan sudah mengampuni kita. Tanyakan Daud, maka ia pasti akan bercerita panjang lebar mengenai hal ini.

Jika demikian, ada yang harus kita lakukan agar kita berhenti melakukan hal-hal yang akan mendatangkan penyesalan di kemudian hari. Ayat bacaan hari ini memberikan tips agar kita terhindar darinya, "Hai anakku, janganlah pertimbangan dan kebijaksanaan itu menjauh dari matamu, peliharalah itu" (Amsal 3:21). Betapa pentingnya ayat ini dalam mencegah kita terjatuh ke dalam keputusan-keputusan hidup yang bisa mengarah kepada penyesalan. Pertimbangan dan kebijaksanaan, keduanya harus senantiasa menjadi fokus bagi kita dalam mengambil keputusan baik yang sederhana apalagi yang penting. Jangan terburu-buru, jangan asal-asalan, tetapi pikirkanlah semua dengan matang dengan pertimbangan dan kebijaksanaan. Berdoalah dan mintalah hikmat dari Tuhan untuk memampukan kita mengambil jalan-jalan yang benar dalam pengambilan keputusan. Salomo menggambarkan bagaimana indahnya apabila kita melakukan ini dalam hidup kita. "maka itu akan menjadi kehidupan bagi jiwamu, dan perhiasan bagi lehermu. Maka engkau akan berjalan di jalanmu dengan aman, dan kakimu tidak akan terantuk. Jikalau engkau berbaring, engkau tidak akan terkejut, tetapi engkau akan berbaring dan tidur nyenyak.Janganlah takut kepada kekejutan yang tiba-tiba, atau kepada kebinasaan orang fasik, bila itu datang." (ay 22-25). Dengan kata lain Salomo berkata, apabila kita mempergunakan pertimbangan dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan, maka hidup kita akan terpelihara indah dan menyenangkan, kita akan berjalan dengan aman tanpa harus tersandung, kita akan terbebas dari rasa cemas dan bisa tidur nyenyak dan kita tidak perlu takut akan bencana yang bisa menyerang tiba-tiba. Mempergunakan hikmat untuk pertimbangan dan kebijaksanaan artinya mengijinkan Tuhan sendiri untuk menjaga kita agar tidak terperosok dalam jebakan. "Karena Tuhanlah yang akan menjadi sandaranmu, dan akan menghindarkan kakimu dari jerat." (ay 26).

Apabila ada kesalahan-kesalahan yang sempat terjadi di waktu lalu dimana konsekuensinya masih kita rasakan hingga hari ini, jangan biarkan hal tersebut membuat langkah kita tersendat untuk maju. Sesungguhnya Tuhan sudah memberikan sebuah hidup baru yang bisa kita isi dengan lebih baik dari sebelumnya. Jangan pernah biarkan diri kita terbelenggu oleh kesalahan masa lalu, tetapi tataplah ke depan, dimana sesuatu yang indah sudah menanti kita. Rasul Paulus misalnya. Dia bukanlah orang yang baik sebelum bertobat. Masa lalunya kelam. Tetapi setelah bertobat ia tahu bahwa harus melupakan masa lalunya dan memandang ke depan. Dia berkata: "Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:13-14). Jika tidak bisa dilupakan, pakailah semua itu sebagai pembelajaran agar kita bisa lebih baik lagi kedepannya. Konsekuensi mungkin masih harus kita tanggung, tetapi jangan biarkan hal itu merintangi kita untuk meraih mahkota kehidupan dan keselamatan yang telah dianugerahkan Tuhan bagi kita. Hari ini marilah kita memperhatikan betul untuk mempergunakan pertimbangan dan kebijaksanaan dengan sebaik-baiknya sebelum memutuskan sesuatu sehingga kita tidak perlu terjatuh dalam penyesalan tak berujung di kemudian hari. Let's all be wise!

Sesal kemudian tidak berguna, maka bersikaplah bijak dalam mengambil keputusan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Rabu, 30 Maret 2011

Pilihan bebas manusia

Yohanes 12:37-50

Pilihan bebas manusia. "Tetap tidak percaya sekalipun telah melihat banyak mukjizat!" Kutipan Yesaya 6:10, seolah-olah menimbulkan kesan bahwa Allah sendirilah yang merencanakan pemberontakan dan penolakan percaya kepada-Nya. Benarkah demikian? Pada bagian ini dikatakan bahwa ketidakpercayaan manusia merupakan bagian dari rencana keselamatan Allah. Namun hal ini terjadi bukan karena kesalahan atau kegagalan Allah melainkan karena manusia sendiri yang memilih untuk tidak percaya. Manusia lebih memilih dan menjunjung kehormatannya, daripada kehormatan Allah (43).

Percaya atau tidak percaya. Setelah mendengar, memahami dan meyakini segala perkataan dan perbuatan Yesus dalam pasal-pasal sebelumnya, Kristen saat ini, diperhadapkan pilihan, percaya kepada Yesus yang diutus oleh Allah atau tidak percaya. Firman Tuhan jelas menyatakan bahwa percaya kepada Kristus adalah jaminan memperoleh hidup kekal. Sebaliknya, tidak percaya kepada Kristus membawa kita pada penghakiman, dan kebinasaan kekal.

Renungkan: Bila hati nurani Anda meyakini kepastian percaya kepada Kristus, itulah pilihan Anda, pegang teguh, jangan goyah!

Doa: Tuhan Yesus, terima kasih bahwa Engkau menciptakan kami dengan baik dan sempurna. Tolong kami untuk senantiasa berjalan dengan-Mu.

Dewa Dari Emas

Keluaran 20:3
"Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku"

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 91; Lukas 3; Ulangan 28

Allah telah menarik perhatian Firaun dan orang-orang Mesir dengan serangkaian bencana. Orang nomor satu di Mesir itu pun menjadi takut dan akhirnya menuruti permintaan Musa untuk membebaskan umat Israel yang telah diperbudak selama 400 tahun. Namun, Allah sangat baik terhadap umat perjanjian-Nya. Karena tidak ingin orang-orang Israel meninggalkan Mesir dengan tangan hampa, Dia membuat orang-orang di Mesir bermurah hati terhadap bangsa tersebut (Keluaran 12:36).

Namun, setelah keluar dari negeri Mesir umat Allah ini tidak taat dan jatuh dalam penyembahan berhala. Mereka menggunakan emas milik mereka untuk membuat anak lembu emas. Mereka menyembahnya sewaktu Musa berada di Gunung Sinai menerima hukum Allah (Keluaran 32:1-4).

Pengalaman orang-orang Israel ini menyoroti hal yang harus diperhatikan oleh orang-orang Kristiani mengenai harta milik mereka. Ada banyak hal di dalam masyarakat yang dapat kita nikmati, tetapi benda-benda materi juga membawa bahaya yang mematikan apabila kita gunakan tanpa berpikir panjang. Os Guinness berkata bahwa kita "bebas menggunakannya", tetapi kita "jangan menjadikannya berhala". Kita adalah "orang asing dan pendatang" (Ibrani 11:13) dan kita jangan sampai begitu mencintai "kekayaan Mesir" sehingga kita merasa puas dan melupakan panggilan sejati kita.

Apakah kita telah menggunakan berkat-berkat materi kita untuk melayani Tuhan? Atau apakah kita telah menjadi budak mereka?

Emas dapat menjadi hamba yang berguna tetapi dapat juga menjadi tuan yang jahat.

Renungan terkait
* Uang logam yang tak berharga
* Inikan hanya recehan
* Orang yang berbahagia didunia
* Waspadai isi dompet Anda
* Hikmat dari Tuhan melebihi dari segalanya


Lampu Kuning

Ayat bacaan: Yohanes 13:35
====================
"Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."

lampu kuningLampu jalan terdiri atas tiga lampu, merah, kuning dan hijau. Kita akan tahu harus berhenti ketika lampu berwarna merah, bisa mulai bersiap-siap untuk jalan lagi atau mulai berhenti ketika lampu kuning menyala, dan segera melanjutkan perjalanan di saat lampu berwarna hijau. Warna kuning ini pun sering dipakai orang sebagai kiasan bahwa kita sudah harus hati-hati. Seperti teman saya hari ini berkata bahwa kesehatannya sudah seperti lampu kuning, karena hasil check upnya ternyata kurang baik. Lampu kuning menunjukkan bahwa kita harus mulai memperhatikan sesuatu yang mulai mengarah kepada hal yang bisa berpotensi merugikan kita. Dalam keimanan puh seperti itu. Mengaku percaya dan beriman kepada Kristus itu mudah. Tetapi seberapa jauh kebenaran pengakuan itu? Kenyataannya ada banyak orang yang dengan mudah mengaku sebagai murid Yesus, bangga memakai atribut-atribut Kekristenan dalam kehidupan sehari-hari, namun sebenarnya iman mereka sudah mulai berada dalam lampu kuning, yang artinya harus segera dibenahi sebelum terjatuh kepada berbagai tindakan yang tidak berkenan bagi Tuhan. Begitu banyaknya pengaruh dari lingkungan, media dan lain-lain bisa mulai mempengaruhi pikiran kita, dan itu akan berpengaruh kepada keyakinan lalu berdampak melemahkan iman kita. Masalahnya seringkali orang tidak menyadari bahwa iman mereka sebenarnya mulai melemah. Mereka berpikir bahwa mereka baik-baik saja, tetapi pada kenyataannya tanpa disadari mereka mulai masuk ke area lampu kuning yang jika tidak cepat diatasi bisa berdampak pada hilangnya kesempatan untuk menerima mahkota kehidupan yang akan membawanya masuk ke dalam keselamatan. Pertanyaannya, adakah ciri-ciri atau tanda-tanda yang bisa kita pakai untuk mengetahui dimana tingkat iman kita saat ini?

Tentu saja ada. Kita bisa mengukur posisi iman kita saat ini salah satunya dari sejauh mana kepekaan kita terhadap hal-hal yang dialami orang lain. Atau dengan kata lain, sejauh mana kasih berperan dalam menentukan reaksi kita terhadap situasi sesama kita pada saat ini. Mengapa bisa demikian? Sebab Yesus sendiri berkata: "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:35). Orang bisa mengenal iman kita lewat tindakan dan perbuatan kita. Dan Yesus menekankan pentingnya kasih yang mengacu kepada kepekaan dan reaksi kita terhadap orang lain. Itulah yang bisa menunjukkan seperti apa kondisi iman kita hari ini. Saya akan ambil beberapa contoh. Jika ada orang di dekat kita yang membutuhkan pertolongan, apa yang akan menjadi reaksi kita? Apakah kita akan segera membantu mereka sesuai kemampuan kita? Apakah kita merasa kasihan tetapi tidak melakukan apa-apa? Atau kita malah sama sekali tidak peduli. Itu akan menunjukkan sejauh mana kasih Allah masih berkuasa dalam diri kita, seperti apa kondisi iman kita saat ini. Penjabaran kasih dalam 1 Korintus 13:4-7 menunjukkan dengan jelas bahwa hubungan antara kasih dan kepekaan terhadap penderitaan orang lain sangatlah berhubungan, deeply related, dan itu adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar. Perintah dari Yesus jelas. "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (ay 34).

Sebuah kepekaan atas kasih bukan hanya berbicara secara sempit mengenai reaksi kita terhadap penderitaan orang lain. Apa yang timbul dalam hati kita ketika melihat orang lain memperoleh kenikmatan atau berkat, itupun bisa menunjukkan sejauh mana kasih berkuasa atas diri kita. Apa yang kita pikirkan ketika melihat tetangga kita membeli mobil baru? perabotan baru? Apa reaksi kita melihat orang lain diberkati itu akan mencerminkan kondisi iman kita saat ini. Ketika melihat teman sekerja mendapat promosi, dan kita tidak, apa yang timbul di pikiran kita? Apakah kita mengucap syukur dan turut bergembira atas keberhasilan orang lain, atau kita bersungut-sungut, bergosip di belakang atau malah menyebarkan fitnah karena iri hati? Apakah kita memandang rendah orang lain, atau bahkan membenci dengan berbagai alasan yang kita anggap sebagai kewajaran atau pembenaran ketika mereka berseberangan atau tidak sepaham dengan kita? Hal ini pun penting untuk kita pikirkan dan bisa menjadi ciri-ciri apakah kita masih di jalur yang benar atau mulai kehilangan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kasih. Mengapa? Karena Firman Tuhan jelas mengatakan: "Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!" (Roma 12:15). Dengan demikian jelaslah bahwa tanggapan kita terhadap kebahagiaan orang lain pun akan sangat menunjukkan siapa kita saat ini.

Firman Tuhan berkata: "Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia." (1 Yohanes 4:16). Kasih bukan sekedar atribut Allah, tetapi Allah adalah kasih itu sendiri. Dan jika kita berada dalam kasih, maka itu artinya kita berada di dalam Allah dan Allah di dalam kita. Kata "berada" dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan "dwell", yang artinya to live as a resident, to reside, tinggal diam, menetap dan bukan hanya singgah. Kita berada di dalam Allah dan Allah di dalam kita, itu menunjukkan sebuah persatuan yang kuat. Kasih dari Allah adalah sebuah kasih yang sempurna, seperti halnya yang ditunjukkan Kristus pula dengan keteladananNya. Artinya, jika Allah dan kita bersatu, saling tinggal diam di dalam diri masing-masing, maka kasih yang sempurna itu seharusnya pun mengalir keluar untuk menjangkau orang lain, baik melalui belas kasih terhadap yang menderita maupun ucapan syukur dan turut bergembira kepada yang sedang senang. Bagaimana mungkin kita mengaku beriman memiliki Allah di dalam kita tetapi kita tidak peka sama sekali terhadap tangisan orang lain? Dan ayat berikut pun menegaskan betul hal itu. "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17).

Alkitab berkata: "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2). Bantulah orang lain sejauh kemampuan kita, kasihilah orang lain tanpa memandang status, latar belakangnya atau kepercayaannya. Jangan bersikap eksklusif, karena kasih Allah yang sempurna itu sesungguhnya mengalir tanpa batas, tanpa sekat, sebagaimana halnya Tuhan mengasihi semua manusia ciptaanNya tanpa terkecuali. Ingatlah bahwa "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8). Bergembiralah bersama yang bergembira, dan pekalah terhadap penderitaan orang lain. Sejauh mana reaksi kita dalam menyikapi itu akan menunjukkan seberapa tinggi iman kita hari ini. Mari kita periksa diri kita. Jika kita ternyata berada pada lampu kuning, benahilah segera hubungan kita dengan Tuhan melalui persekutuan yang manis dan intim. Mari kita kembalikan posisi iman kita pada jalurnya dan nyatakanlah senantiasa kasih lewat kepekaan dan ucapan syukur.

Reaksi kita terhadap orang lain akan menunjukkan seperti apa iman kita

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Lampu Kuning

Ayat bacaan: Yohanes 13:35
====================
"Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."

lampu kuningLampu jalan terdiri atas tiga lampu, merah, kuning dan hijau. Kita akan tahu harus berhenti ketika lampu berwarna merah, bisa mulai bersiap-siap untuk jalan lagi atau mulai berhenti ketika lampu kuning menyala, dan segera melanjutkan perjalanan di saat lampu berwarna hijau. Warna kuning ini pun sering dipakai orang sebagai kiasan bahwa kita sudah harus hati-hati. Seperti teman saya hari ini berkata bahwa kesehatannya sudah seperti lampu kuning, karena hasil check upnya ternyata kurang baik. Lampu kuning menunjukkan bahwa kita harus mulai memperhatikan sesuatu yang mulai mengarah kepada hal yang bisa berpotensi merugikan kita. Dalam keimanan puh seperti itu. Mengaku percaya dan beriman kepada Kristus itu mudah. Tetapi seberapa jauh kebenaran pengakuan itu? Kenyataannya ada banyak orang yang dengan mudah mengaku sebagai murid Yesus, bangga memakai atribut-atribut Kekristenan dalam kehidupan sehari-hari, namun sebenarnya iman mereka sudah mulai berada dalam lampu kuning, yang artinya harus segera dibenahi sebelum terjatuh kepada berbagai tindakan yang tidak berkenan bagi Tuhan. Begitu banyaknya pengaruh dari lingkungan, media dan lain-lain bisa mulai mempengaruhi pikiran kita, dan itu akan berpengaruh kepada keyakinan lalu berdampak melemahkan iman kita. Masalahnya seringkali orang tidak menyadari bahwa iman mereka sebenarnya mulai melemah. Mereka berpikir bahwa mereka baik-baik saja, tetapi pada kenyataannya tanpa disadari mereka mulai masuk ke area lampu kuning yang jika tidak cepat diatasi bisa berdampak pada hilangnya kesempatan untuk menerima mahkota kehidupan yang akan membawanya masuk ke dalam keselamatan. Pertanyaannya, adakah ciri-ciri atau tanda-tanda yang bisa kita pakai untuk mengetahui dimana tingkat iman kita saat ini?

Tentu saja ada. Kita bisa mengukur posisi iman kita saat ini salah satunya dari sejauh mana kepekaan kita terhadap hal-hal yang dialami orang lain. Atau dengan kata lain, sejauh mana kasih berperan dalam menentukan reaksi kita terhadap situasi sesama kita pada saat ini. Mengapa bisa demikian? Sebab Yesus sendiri berkata: "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:35). Orang bisa mengenal iman kita lewat tindakan dan perbuatan kita. Dan Yesus menekankan pentingnya kasih yang mengacu kepada kepekaan dan reaksi kita terhadap orang lain. Itulah yang bisa menunjukkan seperti apa kondisi iman kita hari ini. Saya akan ambil beberapa contoh. Jika ada orang di dekat kita yang membutuhkan pertolongan, apa yang akan menjadi reaksi kita? Apakah kita akan segera membantu mereka sesuai kemampuan kita? Apakah kita merasa kasihan tetapi tidak melakukan apa-apa? Atau kita malah sama sekali tidak peduli. Itu akan menunjukkan sejauh mana kasih Allah masih berkuasa dalam diri kita, seperti apa kondisi iman kita saat ini. Penjabaran kasih dalam 1 Korintus 13:4-7 menunjukkan dengan jelas bahwa hubungan antara kasih dan kepekaan terhadap penderitaan orang lain sangatlah berhubungan, deeply related, dan itu adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar. Perintah dari Yesus jelas. "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (ay 34).

Sebuah kepekaan atas kasih bukan hanya berbicara secara sempit mengenai reaksi kita terhadap penderitaan orang lain. Apa yang timbul dalam hati kita ketika melihat orang lain memperoleh kenikmatan atau berkat, itupun bisa menunjukkan sejauh mana kasih berkuasa atas diri kita. Apa yang kita pikirkan ketika melihat tetangga kita membeli mobil baru? perabotan baru? Apa reaksi kita melihat orang lain diberkati itu akan mencerminkan kondisi iman kita saat ini. Ketika melihat teman sekerja mendapat promosi, dan kita tidak, apa yang timbul di pikiran kita? Apakah kita mengucap syukur dan turut bergembira atas keberhasilan orang lain, atau kita bersungut-sungut, bergosip di belakang atau malah menyebarkan fitnah karena iri hati? Apakah kita memandang rendah orang lain, atau bahkan membenci dengan berbagai alasan yang kita anggap sebagai kewajaran atau pembenaran ketika mereka berseberangan atau tidak sepaham dengan kita? Hal ini pun penting untuk kita pikirkan dan bisa menjadi ciri-ciri apakah kita masih di jalur yang benar atau mulai kehilangan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kasih. Mengapa? Karena Firman Tuhan jelas mengatakan: "Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!" (Roma 12:15). Dengan demikian jelaslah bahwa tanggapan kita terhadap kebahagiaan orang lain pun akan sangat menunjukkan siapa kita saat ini.

Firman Tuhan berkata: "Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia." (1 Yohanes 4:16). Kasih bukan sekedar atribut Allah, tetapi Allah adalah kasih itu sendiri. Dan jika kita berada dalam kasih, maka itu artinya kita berada di dalam Allah dan Allah di dalam kita. Kata "berada" dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan "dwell", yang artinya to live as a resident, to reside, tinggal diam, menetap dan bukan hanya singgah. Kita berada di dalam Allah dan Allah di dalam kita, itu menunjukkan sebuah persatuan yang kuat. Kasih dari Allah adalah sebuah kasih yang sempurna, seperti halnya yang ditunjukkan Kristus pula dengan keteladananNya. Artinya, jika Allah dan kita bersatu, saling tinggal diam di dalam diri masing-masing, maka kasih yang sempurna itu seharusnya pun mengalir keluar untuk menjangkau orang lain, baik melalui belas kasih terhadap yang menderita maupun ucapan syukur dan turut bergembira kepada yang sedang senang. Bagaimana mungkin kita mengaku beriman memiliki Allah di dalam kita tetapi kita tidak peka sama sekali terhadap tangisan orang lain? Dan ayat berikut pun menegaskan betul hal itu. "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17).

Alkitab berkata: "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2). Bantulah orang lain sejauh kemampuan kita, kasihilah orang lain tanpa memandang status, latar belakangnya atau kepercayaannya. Jangan bersikap eksklusif, karena kasih Allah yang sempurna itu sesungguhnya mengalir tanpa batas, tanpa sekat, sebagaimana halnya Tuhan mengasihi semua manusia ciptaanNya tanpa terkecuali. Ingatlah bahwa "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8). Bergembiralah bersama yang bergembira, dan pekalah terhadap penderitaan orang lain. Sejauh mana reaksi kita dalam menyikapi itu akan menunjukkan seberapa tinggi iman kita hari ini. Mari kita periksa diri kita. Jika kita ternyata berada pada lampu kuning, benahilah segera hubungan kita dengan Tuhan melalui persekutuan yang manis dan intim. Mari kita kembalikan posisi iman kita pada jalurnya dan nyatakanlah senantiasa kasih lewat kepekaan dan ucapan syukur.

Reaksi kita terhadap orang lain akan menunjukkan seperti apa iman kita

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

31 Maret - Yer 7:23-28; Luk 11:14-23

"Siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan."

(Yer 7:23-28; Luk 11:14-23)

 

"Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata: "Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan." Ada pula yang meminta suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya. Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan."(Luk 11:14-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Ketika para tokoh lintas agama di Indonesia mengangkat 18 kebohongan yang dilakukan oleh pemerintah, yang menunjukkan kebersamaan umat beragama, tidak lama kemudian muncul kerusuhan di Pandeglang dan Temanggung yang berkedok agama. Kami merasa kerusuhan tersebut sengaja dilakukan oleh mereka yang berkuasa atau berwenang dengan harapan bahwa kebersamaan umat beragama hanya sandiwara saja, dan salah satu saluran TV di Indonesia pun dengan gencar membicarakan masalah kerukunan umat beragama. Hemat saya semuanya itu dilakukan untuk mengalihkan perhatian dari usaha pembongkaran masalah Bank Century serta korupsi perpajakan sekitar Gayus. Warta Gembira hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk menggalang dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan sejati di antara kita, maka kami mengingatkan dan mengajak anda  sekalian untuk peka terhadap usaha-usaha lembut guna memecah belah kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Barangsiapa berusaha memecah belah kehidupan bersama dengan saling menuduh kelemahan dan kekurangan orang lain berarti tidak beriman, tidak percaya kepada Tuhan. Maka baiklah ketika kita menerima peringatan atau kritikan hendaknya dijadikan bahan mawas diri dengan rendah hati serta berterima kasih kepada mereka yang menyampaikan peringatan atau kritik. Marilah kita akui dan hayati bahwa kita semua adalah orang-orang berdosa, lemah dan rapuh, sehingga kita tidak tergerak dan terjebak untuk saling menuduh kelemahan, kekurangan dan dosa orang lain. Kami berharap kepada para pemimpin dalam kehidupan bersama dalam bentuk apapun dapat menjadi pemersatu, serta tidak menjadi batu sandungan yang menimbulkan permusuhan atau balas dendam.

·   "Dengarkanlah suara-Ku, maka Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku, dan ikutilah seluruh jalan yang Kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia!" (Yer 7:23), demikian peringatan Tuhan melalui nabi Yeremia kepada kita semua umat beragama atau beriman. Perintah Tuhan yang utama dan pertama-tama adalah perintah untuk saling mengasihi satu sama lain, sebagaimana Tuhan telah mengasihi kita sepenuhnya. Maka jika kita semua mendambakan hidup bahagia masa kini maupun masa depan ketika kita dipanggil Tuhan, hendaknya kita hidup dan bertindak saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh/kekuatan. Apa itu kasih? "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu" (1Kor 13:4-7).Apa yang dikatakan oleh Paulus perihal kasih ini sungguh merupakan ajaran yang tiada duanya. Marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah buah kasih atau yang terkasih: diciptakan, dilahirkan dan dibesarkan dalam dan oleh kasih. Tanpa kasih kita tak mungkin hidup, tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya pada saat ini. Jika masing-masing dari kita berani menghayati diri sebagai 'yang terkasih', maka panggilan untuk saling mengasihi, membangun dan memperdalam persaudaraan sejati tidak sulit, karena bertemu dengan orang lain berarti 'yang terkasih' bertemu dengan 'yang terkasih' dan dengan demikian otomatis saling mengasihi.

 

"Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku."

(Mzm 95:6-9)

Jakarta, 31 Maret 2011


31 Maret - Yer 7:23-28; Luk 11:14-23

"Siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan."

(Yer 7:23-28; Luk 11:14-23)

 

"Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata: "Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan." Ada pula yang meminta suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya. Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan."(Luk 11:14-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Ketika para tokoh lintas agama di Indonesia mengangkat 18 kebohongan yang dilakukan oleh pemerintah, yang menunjukkan kebersamaan umat beragama, tidak lama kemudian muncul kerusuhan di Pandeglang dan Temanggung yang berkedok agama. Kami merasa kerusuhan tersebut sengaja dilakukan oleh mereka yang berkuasa atau berwenang dengan harapan bahwa kebersamaan umat beragama hanya sandiwara saja, dan salah satu saluran TV di Indonesia pun dengan gencar membicarakan masalah kerukunan umat beragama. Hemat saya semuanya itu dilakukan untuk mengalihkan perhatian dari usaha pembongkaran masalah Bank Century serta korupsi perpajakan sekitar Gayus. Warta Gembira hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk menggalang dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan sejati di antara kita, maka kami mengingatkan dan mengajak anda  sekalian untuk peka terhadap usaha-usaha lembut guna memecah belah kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Barangsiapa berusaha memecah belah kehidupan bersama dengan saling menuduh kelemahan dan kekurangan orang lain berarti tidak beriman, tidak percaya kepada Tuhan. Maka baiklah ketika kita menerima peringatan atau kritikan hendaknya dijadikan bahan mawas diri dengan rendah hati serta berterima kasih kepada mereka yang menyampaikan peringatan atau kritik. Marilah kita akui dan hayati bahwa kita semua adalah orang-orang berdosa, lemah dan rapuh, sehingga kita tidak tergerak dan terjebak untuk saling menuduh kelemahan, kekurangan dan dosa orang lain. Kami berharap kepada para pemimpin dalam kehidupan bersama dalam bentuk apapun dapat menjadi pemersatu, serta tidak menjadi batu sandungan yang menimbulkan permusuhan atau balas dendam.

·   "Dengarkanlah suara-Ku, maka Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku, dan ikutilah seluruh jalan yang Kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia!" (Yer 7:23), demikian peringatan Tuhan melalui nabi Yeremia kepada kita semua umat beragama atau beriman. Perintah Tuhan yang utama dan pertama-tama adalah perintah untuk saling mengasihi satu sama lain, sebagaimana Tuhan telah mengasihi kita sepenuhnya. Maka jika kita semua mendambakan hidup bahagia masa kini maupun masa depan ketika kita dipanggil Tuhan, hendaknya kita hidup dan bertindak saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh/kekuatan. Apa itu kasih? "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu" (1Kor 13:4-7).Apa yang dikatakan oleh Paulus perihal kasih ini sungguh merupakan ajaran yang tiada duanya. Marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah buah kasih atau yang terkasih: diciptakan, dilahirkan dan dibesarkan dalam dan oleh kasih. Tanpa kasih kita tak mungkin hidup, tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya pada saat ini. Jika masing-masing dari kita berani menghayati diri sebagai 'yang terkasih', maka panggilan untuk saling mengasihi, membangun dan memperdalam persaudaraan sejati tidak sulit, karena bertemu dengan orang lain berarti 'yang terkasih' bertemu dengan 'yang terkasih' dan dengan demikian otomatis saling mengasihi.

 

"Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku."

(Mzm 95:6-9)

Jakarta, 31 Maret 2011


Selasa, 29 Maret 2011

Semua datang kepada-Nya

Yohanes 12:20-36

Semua datang kepada-Nya. Kehadiran orang-orang Yunani, yang semula menolak Yesus, ternyata tidak mengganggu sukacita dan kegirangan yang telah tercipta. Bahkan para murid yang biasanya emosional, kali ini bersikap wajar. Justru kedatangan mereka melihat Yesus dan kemudian bergabung bersama-sama orang Yahudi yang juga percaya kepada Kristus, dianggap Yesus Kristus sebagai waktu yang paling tepat untuk mengabarkan berita kematian-Nya. Ketika semuanya datang kepada-Nya, ketika itu pula semua terlibat mendengarkan berita penggenapan rencana Allah dalam diri-Nya.

Waktunya sudah dekat. Mengapa Yesus tidak gentar menghadapi kematian-Nya meski Ia tahu bahwa waktunya sudah dekat? Pertama, Yesus mempercayakan diri kepada Allah dan menyadari bahwa tujuan kematian-Nya adalah untuk kepentingan keselamatan umat manusia (27). Kedua, melalui kematian-Nya hubungan manusia dan Allah dipulihkan. Peristiwa inilah yang nantinya akan menjadi puncak perwujudan rencana agung Allah.

Renungkan: Persiapkan diri Anda menyongsong waktu-Nya!

Doa: Tuhan, berikanlah kami kekuatan untuk selalu bergantung dan percaya kepada-Mu, walaupun kami berada dalam ketakutan dan situasi yang tidak pasti.

Penyediaan yang Pasti

Filipi 4:19
"Allahku akan memenuhi segala keperluanmu."

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 90; Lukas 2; Ulangan 26-27

Satu pelajaran yang Yesus ajarkan kepada kita adalah memiliki keyakinan bahwa Allah memenuhi setiap doa yang benar. Orang-orang yang sinis mungkin mempertanyakannya, kaum humanis mungkin menyangkalnya, dan para intelektual mungkin menganggapnya konyol. Tetapi, inilah janji Kristus sendiri: "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya" (Yohanes 15:7).

Apakah ayat ini berarti bahwa Allah memberi kita selembar cek kosong ketika kita berdoa? Apakah ia berjanji akan memberikan apa pun yang kita inginkan, jika kita terus meminta? Tidak. Allah terlalu mengasihi kita untuk menjawab doa-doa yang bodoh atau yang dapat membahayakan kita. Tetapi, semakin kita dekat kepada-Nya - semakin kita tinggal di dalam Dia dan firman-Nya di dalam kita - semakin kita akan merindukan apa yang Dia rindukan, maka doa kita akan semakin merefleksikan diri-Nya.

Allah berjanji, "Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela" (Mazmur 84:12). Percayalah pada janji itu dengan segenap jiwa Anda.

Orang yang mengandalkan Tuhan Yesus dalam hidupnya setiap hari, tidak akan pernah mengalami kekurangan.

Renungan terkait
* Tempat menaruh harapan
* Masih dapat bekerja
* Berjuang meraih pengharapan
* Mujizat Tuhan tidak pernah berakhir
* Hikmat dari Tuhan melebihi dari segalanya


Perabot Emas dan Perak

Ayat bacaan: 2 Timotius 2:20
=====================
"Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia."

perabotan emasEntah bagaimana sendok nasi di rumah saya tiba-tiba lenyap tanpa jejak. Karenanya saya pun mencari sendok baru di supermarket bersama istri saya kemarin. Ada banyak pilihan, dan harganya pun berbeda-beda. Sendok dari kayu berharga sangat murah, dari plastik ada yang murah dan ada yang mahal, sedangkan dari logam lebih mahal lagi. Semakin bagus kualitas logamnya, semakin mahal pula harganya. Yang dari perak pun harganya selangit, apalagi jika ada yang terbuat dari emas. Harga tergantung dari bahan dan kualitasnya, itu sudah menjadi sesuatu yang wajar tentunya. Tidak hanya sendok, tetapi dalam berbagai perkakas, alat, perabot dan benda-benda lain pun hal yang sama berlaku pula.

Jika kita mengaplikasikan hal di atas terhadap kualitas hidup kita, dimana kita saat ini berada? Apa yang diinginkan Tuhan pada kita? Apakah Tuhan memang menginginkan kita untuk memperoleh kemuliaan masuk dalam KerajaanNya atau hanya sekedar lolos dari lubang jarum saja atau cukup menjadi pelengkap penderita? Apakah Tuhan rindu kita memperoleh mahkota kehidupan atau cukup hadiah hiburan saja? Tuhan jelas tidak menginginkan kita berkualitas pas-pasan. Tuhan siap mengangkat kita menjadi kepala dan bukan ekor, Dia siap membawa kita untuk tetap naik dan bukan turun, seperti bunyi FirmanNya dalam Ulangan 28:13. Mengacu pada ilustrasi di atas, sudahkah kita menyadari bahwa kita Dia kehendaki untuk menjadi perabot emas dan perak, bukan sekedar kayu dan tanah saja?

Dalam suratnya kepada Timotius, Paulus menyinggung hal ini secara khusus. "Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia." (2 Timotius 2:20). Dalam Kerajaan akan terdapat perabot-perabot mulai dari emas, perak sampai kayu dan tanah liat. Tergantung takdir? Sama sekali tidak. Tuhan ingin kita semua untuk bisa menjadi perabot dari emas dan perak! Jika demikian bukan tergantung Tuhan, tetapi semuanya tergantung kita sendiri untuk menentukan kita untuk menjadi jenis yang mana. Tuhan ingin kita menjadi emas dan perak, tetapi jika kita tidak serius menanggapinya kita bisa berakhir sebagai kayu atau tanah. Masih mending jika kayunya bagus sehingga bisa dibuat menjadi perabot yang baik, atau tanah yang berkualitas sehingga masih bisa dibentuk menjadi pot, bagaimana jika kita berakhir menjadi kayu yang lapuk atau tanah yang tidak bisa diapa-apakan, sehingga kita hanya akan dibuang ke perapian?

Lantas bagaimana caranya? Untunglah ketika Paulus menyinggung mengenai kiasan tentang perabot ini dia juga membeberkan caranya. Perhatikan ayat selanjutnya: "Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia." (ay 21). Ini berhubungan dengan ayat sebelumnya: "Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan." (ay 19). Menyucikan diri dari kejahatan, itulah yang akan membuat kita bisa menjadi perabot-perabot dari emas dan perak berkualitas tinggi. Hidup suci, hidup kudus, itu harus terus kita lakukan agar kita layak dipakai untuk setiap pekerjaan mulia. Dalam ayat-ayat selanjutnya kita bisa mendapat penjabaran lebih lanjut dari Paulus akan hal ini. "Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni. Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran." (ay 22-23). Jangan mengejar nafsu orang muda tetapi kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai. Jangan mencari masalah karena itu tidak ada gunanya alias sia-sia, dan bersekutulah dengan saudara-saudara seiman. Selanjutnya kita juga diingatkan agar jangan bertengkar tetapi jadilah ramah dan sabar (ay 24), lemah lembut kepada orang-orang yang sulit agar hati mereka bisa terpanggil untuk mengenal kebenaran. (ay 25). Menyucikan diri, itulah intinya yang artinya sama dengan mematikan semua kedagingan yang masih melekat mengotori diri kita. Dalam surat Kolose kita bisa membaca: "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka)". (Kolose 3:5-6). Lalu, "Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya." (ay 8-10). Semua ini dikatakan berlaku kepada siapapun. (ay 11). Apabila terasa sulit, jangan lupa bahwa kita punya Roh Kudus di dalam diri kita yang akan dengan senang hati membantu proses penyucian diri ini. Ingatlah bahwa Roh Kudus tinggal di dalam orang-orang percaya (Roma 8:11) dan akan terus bekerja untuk menyucikan kita. (Roma 15:16).

Ada banyak di antara orang percaya yang sudah merasa puas untuk menjadi perabot dari kayu dan tanah. Mereka tidak mencukupi syarat untuk menjadi perabot emas dan perak. Tidak cukup setia, tidak mau memisahkan diri dari berbagai pengaruh yang membawa kecemaran, tidak mau berpaling dari keduniawian untuk berjalan berdampingan dengan Tuhan. Tuhan tidak menghendaki kita untuk berakhir seperti itu. Tuhan siap memakai kita untuk maksud mulia, tetapi kita harus terlebih dahulu menyucikan diri kita. Itulah yang sesungguhnya menjadi panggilan Tuhan buat kita semua, dan seperti itulah kita seharusnya. Jangan berhenti, ijinkanlah Roh Kudus untuk terus bekerja atas diri kita sehingga kita bisa menjadi perabot bernilai tinggi terbuat dari logam mulia.

Jangan berhenti pada kayu dan tanah, tetapi tingkatkan terus hingga menjadi emas dan perak

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Perabot Emas dan Perak

Ayat bacaan: 2 Timotius 2:20
=====================
"Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia."

perabotan emasEntah bagaimana sendok nasi di rumah saya tiba-tiba lenyap tanpa jejak. Karenanya saya pun mencari sendok baru di supermarket bersama istri saya kemarin. Ada banyak pilihan, dan harganya pun berbeda-beda. Sendok dari kayu berharga sangat murah, dari plastik ada yang murah dan ada yang mahal, sedangkan dari logam lebih mahal lagi. Semakin bagus kualitas logamnya, semakin mahal pula harganya. Yang dari perak pun harganya selangit, apalagi jika ada yang terbuat dari emas. Harga tergantung dari bahan dan kualitasnya, itu sudah menjadi sesuatu yang wajar tentunya. Tidak hanya sendok, tetapi dalam berbagai perkakas, alat, perabot dan benda-benda lain pun hal yang sama berlaku pula.

Jika kita mengaplikasikan hal di atas terhadap kualitas hidup kita, dimana kita saat ini berada? Apa yang diinginkan Tuhan pada kita? Apakah Tuhan memang menginginkan kita untuk memperoleh kemuliaan masuk dalam KerajaanNya atau hanya sekedar lolos dari lubang jarum saja atau cukup menjadi pelengkap penderita? Apakah Tuhan rindu kita memperoleh mahkota kehidupan atau cukup hadiah hiburan saja? Tuhan jelas tidak menginginkan kita berkualitas pas-pasan. Tuhan siap mengangkat kita menjadi kepala dan bukan ekor, Dia siap membawa kita untuk tetap naik dan bukan turun, seperti bunyi FirmanNya dalam Ulangan 28:13. Mengacu pada ilustrasi di atas, sudahkah kita menyadari bahwa kita Dia kehendaki untuk menjadi perabot emas dan perak, bukan sekedar kayu dan tanah saja?

Dalam suratnya kepada Timotius, Paulus menyinggung hal ini secara khusus. "Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia." (2 Timotius 2:20). Dalam Kerajaan akan terdapat perabot-perabot mulai dari emas, perak sampai kayu dan tanah liat. Tergantung takdir? Sama sekali tidak. Tuhan ingin kita semua untuk bisa menjadi perabot dari emas dan perak! Jika demikian bukan tergantung Tuhan, tetapi semuanya tergantung kita sendiri untuk menentukan kita untuk menjadi jenis yang mana. Tuhan ingin kita menjadi emas dan perak, tetapi jika kita tidak serius menanggapinya kita bisa berakhir sebagai kayu atau tanah. Masih mending jika kayunya bagus sehingga bisa dibuat menjadi perabot yang baik, atau tanah yang berkualitas sehingga masih bisa dibentuk menjadi pot, bagaimana jika kita berakhir menjadi kayu yang lapuk atau tanah yang tidak bisa diapa-apakan, sehingga kita hanya akan dibuang ke perapian?

Lantas bagaimana caranya? Untunglah ketika Paulus menyinggung mengenai kiasan tentang perabot ini dia juga membeberkan caranya. Perhatikan ayat selanjutnya: "Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia." (ay 21). Ini berhubungan dengan ayat sebelumnya: "Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan." (ay 19). Menyucikan diri dari kejahatan, itulah yang akan membuat kita bisa menjadi perabot-perabot dari emas dan perak berkualitas tinggi. Hidup suci, hidup kudus, itu harus terus kita lakukan agar kita layak dipakai untuk setiap pekerjaan mulia. Dalam ayat-ayat selanjutnya kita bisa mendapat penjabaran lebih lanjut dari Paulus akan hal ini. "Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni. Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran." (ay 22-23). Jangan mengejar nafsu orang muda tetapi kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai. Jangan mencari masalah karena itu tidak ada gunanya alias sia-sia, dan bersekutulah dengan saudara-saudara seiman. Selanjutnya kita juga diingatkan agar jangan bertengkar tetapi jadilah ramah dan sabar (ay 24), lemah lembut kepada orang-orang yang sulit agar hati mereka bisa terpanggil untuk mengenal kebenaran. (ay 25). Menyucikan diri, itulah intinya yang artinya sama dengan mematikan semua kedagingan yang masih melekat mengotori diri kita. Dalam surat Kolose kita bisa membaca: "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka)". (Kolose 3:5-6). Lalu, "Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya." (ay 8-10). Semua ini dikatakan berlaku kepada siapapun. (ay 11). Apabila terasa sulit, jangan lupa bahwa kita punya Roh Kudus di dalam diri kita yang akan dengan senang hati membantu proses penyucian diri ini. Ingatlah bahwa Roh Kudus tinggal di dalam orang-orang percaya (Roma 8:11) dan akan terus bekerja untuk menyucikan kita. (Roma 15:16).

Ada banyak di antara orang percaya yang sudah merasa puas untuk menjadi perabot dari kayu dan tanah. Mereka tidak mencukupi syarat untuk menjadi perabot emas dan perak. Tidak cukup setia, tidak mau memisahkan diri dari berbagai pengaruh yang membawa kecemaran, tidak mau berpaling dari keduniawian untuk berjalan berdampingan dengan Tuhan. Tuhan tidak menghendaki kita untuk berakhir seperti itu. Tuhan siap memakai kita untuk maksud mulia, tetapi kita harus terlebih dahulu menyucikan diri kita. Itulah yang sesungguhnya menjadi panggilan Tuhan buat kita semua, dan seperti itulah kita seharusnya. Jangan berhenti, ijinkanlah Roh Kudus untuk terus bekerja atas diri kita sehingga kita bisa menjadi perabot bernilai tinggi terbuat dari logam mulia.

Jangan berhenti pada kayu dan tanah, tetapi tingkatkan terus hingga menjadi emas dan perak

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Senin, 28 Maret 2011

Yesus Raja Israel

Yohanes 12:12-19

Yesus Raja Israel. Kebiasaan orang Yahudi bila kedatangan seorang raja adalah menyambutnya dengan elu-eluan daun-daun palem. Apa yang mendorong mereka memperlakukan Yesus sebagai Raja Israel? Mereka telah melihat betapa kuasa Yesus telah membangkitkan Lazarus dan melakukan mujizat lain. Mereka mengira bahwa Yesus yang penuh kuasa ini adalah raja yang telah lama dinantikan dan yang akan tampil sebagai pemimpin bangsa Yahudi.

Yesus, Raja seluruh dunia. Motivasi penyambutan orang-orang itu berbeda dengan motivasi kedatangan Yesus. Yesus tidak datang dengan tujuan untuk menjadi raja Israel yang penuh dngan kekuasaan dan kemenangan di medan peperangan. Kedatangan-Nya ke Yerusalem justru untuk mengawali kesengsaraan, yang akan mencapai puncak pada kematian-Nya di kayu salib. Kesengsaraan yang akan membawa keselamatan bukan hanya bagi orang Israel, tetapi bagi seluruh dunia.

Renungkan: Kadangkala motivasi kita menyambut Kristus sering tidak sejalan dengan motivasi kedatangan-Nya untuk dunia ini. Periksalah ulang motivasi Anda menyambut Kristus, karena ungkapan syukurkah?

Doa: Tuhan Yesus, Engkaulah Raja kami yang sejati, yang memberikan kebebasan kekal yang kami perlukan dalam kehidupan kami.

30 Maret - Ul 4:1.5-9; Mat 5:17-19

"Aku datang untuk menggenapi hukum Taurat"

(Ul 4:1.5-9; Mat 5:17-19)

 

"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga." (Mat 5:17-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Keunggulan hidup beriman atau beragama terletak dalam tindakan atau perilaku bukan omongan, diskusi atau wacana, sebagaimana dilakukan oleh Yesus. "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi, Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya", demikian sabda Yesus. Mayoritas waktu dan tenaga atau anggota-angota tubuh kita kiranya untuk bergerak, berjalan atau bepergian, maka baiklah gerakan anggota tubuh kita macam apapun hendaknya merupakan perwujudan kehendak atau perintah Tuhan, antara lain perintah untuk saling mengasihi. Hemat saya inti seluruh hukum, aturan atau tata tertib adalah cintakasih, maka jika setiap gerakan anggota tubuh kita merupakan perwujudan kasih berarti kita melaksanakan aturan atau tata tertib dengan baik sesuai tujuan atau arah aturan dan tata tertib diberlakukan. Tanda baik gerakan anggota tubuh kita merupakan wujud kasih antara lain menghasilkan buah yang membahagiakan dan menyelamatkan. Setiap gerakan anggota tubuh kita menggairahkan, mempesona dan menarik orang lain untuk semakin berbakti sepenuhnya kepada Tuhan, alias semakin beriman, semakin baik cara hidup dan cara bertindaknya. Omongan atau bicara kita menarik, mempesona dan memikat, sehingga banyak orang dengan senang dan bergairah mendengarkannya, demikian juga gerakan kaki dan tangan kita. Cirikhas mengasihi antara lain melayani dengan rendah hati, maka marilah kita saling melayani dengan rendah hati satu sama lain dimanapun kita berada.

·   "Ingatlah, aku telah mengajarkan ketetapan dan peraturan kepadamu, seperti yang diperintahkan kepadaku oleh TUHAN, Allahku, supaya kamu melakukan yang demikian di dalam negeri, yang akan kamu masuki untuk mendudukinya. Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi."(Ul 4:5-6), demikian peringatan Tuhan kepada bangsa terpilih dalam perjalanannya menuju tanah terjanji. Hidup kita adalah perjalanan, perjalanan menuju hidup mulia selamanya di sorga setelah meninggal dunia atau dipanggil Tuhan. Maka marilah kita berjalan sesuai dengan aturan atau tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing agar nanti kita selamat sampai tujuan. Jauhkan dan berantas aneka cara hidup dan cara bertindak yang hanya mengikuti keinginan atau kemauan pribadi tanpa memperhatikan lingkungan hidup atau kepentingan umum. Biarlah kata-kata "memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi"  menjadi kenyataan dalam hidup kita bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Memang untuk itu antara lain pendidikan anak-anak atau bangsa kita harus memperoleh perhatian yang memadai sesuai dengan tuntutan atau perkembangan zaman, sehingga mereka tumbuh berkembang menjadi umat yang bijaksana dan berakal budi. "Human investment"  harus lebih diutamakan daripada 'material investment'; hidup baik, bijaksana dan berakal budi lebih utama dari tubuh dan tubuh lebih utama daripada pakaian serta makanan. Kita semua juga dipanggil untuk setia dengan sepenuh hati dalam menghayati janji-janji yang pernah kita ikrarkan, karena pelaksanaan janji yang telah kita ikrarkan merupakan kebijaksanaan dan tanda berakal budi. Sebagai warganergara Indonesia, marilah kita hayati Pancasila, yang telah dicanangkan atau diproklamirkan oleh para pendiri bangsa ini sebagai dasar hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

 "Megahkanlah TUHAN, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion! Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anakmu di antaramu. Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari. Ia menurunkan salju seperti bulu domba dan menghamburkan embun beku seperti abu" (Mzm 147:12-13.15-16)

Jakarta, 30 Maret 2011


30 Maret - Ul 4:1.5-9; Mat 5:17-19

"Aku datang untuk menggenapi hukum Taurat"

(Ul 4:1.5-9; Mat 5:17-19)

 

"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga." (Mat 5:17-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Keunggulan hidup beriman atau beragama terletak dalam tindakan atau perilaku bukan omongan, diskusi atau wacana, sebagaimana dilakukan oleh Yesus. "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi, Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya", demikian sabda Yesus. Mayoritas waktu dan tenaga atau anggota-angota tubuh kita kiranya untuk bergerak, berjalan atau bepergian, maka baiklah gerakan anggota tubuh kita macam apapun hendaknya merupakan perwujudan kehendak atau perintah Tuhan, antara lain perintah untuk saling mengasihi. Hemat saya inti seluruh hukum, aturan atau tata tertib adalah cintakasih, maka jika setiap gerakan anggota tubuh kita merupakan perwujudan kasih berarti kita melaksanakan aturan atau tata tertib dengan baik sesuai tujuan atau arah aturan dan tata tertib diberlakukan. Tanda baik gerakan anggota tubuh kita merupakan wujud kasih antara lain menghasilkan buah yang membahagiakan dan menyelamatkan. Setiap gerakan anggota tubuh kita menggairahkan, mempesona dan menarik orang lain untuk semakin berbakti sepenuhnya kepada Tuhan, alias semakin beriman, semakin baik cara hidup dan cara bertindaknya. Omongan atau bicara kita menarik, mempesona dan memikat, sehingga banyak orang dengan senang dan bergairah mendengarkannya, demikian juga gerakan kaki dan tangan kita. Cirikhas mengasihi antara lain melayani dengan rendah hati, maka marilah kita saling melayani dengan rendah hati satu sama lain dimanapun kita berada.

·   "Ingatlah, aku telah mengajarkan ketetapan dan peraturan kepadamu, seperti yang diperintahkan kepadaku oleh TUHAN, Allahku, supaya kamu melakukan yang demikian di dalam negeri, yang akan kamu masuki untuk mendudukinya. Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi."(Ul 4:5-6), demikian peringatan Tuhan kepada bangsa terpilih dalam perjalanannya menuju tanah terjanji. Hidup kita adalah perjalanan, perjalanan menuju hidup mulia selamanya di sorga setelah meninggal dunia atau dipanggil Tuhan. Maka marilah kita berjalan sesuai dengan aturan atau tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing agar nanti kita selamat sampai tujuan. Jauhkan dan berantas aneka cara hidup dan cara bertindak yang hanya mengikuti keinginan atau kemauan pribadi tanpa memperhatikan lingkungan hidup atau kepentingan umum. Biarlah kata-kata "memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi"  menjadi kenyataan dalam hidup kita bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Memang untuk itu antara lain pendidikan anak-anak atau bangsa kita harus memperoleh perhatian yang memadai sesuai dengan tuntutan atau perkembangan zaman, sehingga mereka tumbuh berkembang menjadi umat yang bijaksana dan berakal budi. "Human investment"  harus lebih diutamakan daripada 'material investment'; hidup baik, bijaksana dan berakal budi lebih utama dari tubuh dan tubuh lebih utama daripada pakaian serta makanan. Kita semua juga dipanggil untuk setia dengan sepenuh hati dalam menghayati janji-janji yang pernah kita ikrarkan, karena pelaksanaan janji yang telah kita ikrarkan merupakan kebijaksanaan dan tanda berakal budi. Sebagai warganergara Indonesia, marilah kita hayati Pancasila, yang telah dicanangkan atau diproklamirkan oleh para pendiri bangsa ini sebagai dasar hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

 "Megahkanlah TUHAN, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion! Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anakmu di antaramu. Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari. Ia menurunkan salju seperti bulu domba dan menghamburkan embun beku seperti abu" (Mzm 147:12-13.15-16)

Jakarta, 30 Maret 2011


Sungguh-sungguh Diubah

Roma 12:1-2
"Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 89; Lukas 1; Ulangan 25

Orang lain tidak dapat melihat pikiran-pikiran dan emosi-emosi Anda, mimpi-mimpi dan motivasi-motivasi Anda. Mereka juga tidak dapat "melihat" komitmen Anda kepada Kristus.

Mereka akan menilai Anda melalui apa yang mereka lihat dari luar. Kerutan dahi menandakan perhatian dan ketidaksetujuan; senyuman menandakan terima kasih atau sambutan; tangan yang dikepal menandakan ketidaksukaan atau kemarahan.

Mengapa Paulus mengatakan kepada kita agar "mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup?" karena bahasa tubuh kita mencerminkan keberadaan kita yang sebenarnya. Kita dapat berkata bahwa kita mengikut Kristus, namun kalau perbuatan kita menyatakan makna yang berbeda, orang-orang akan mempertanyakan dan menuntut.

Pakaian kita, tutur kata kita, kebiasaan-kebiasaan kita harus memuliakan Tuhan. Kita harus menjadi, "tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini" (Filipi 2:15).

Apakah tindakan-tindakan lahiriah Anda menandakan komitmen hati Anda kepada Kristus?

Pertobatan tidak hanya berbicara tentang kehidupan kita yang dipindahkan dari gelap kepada terang, tetapi perubahan sikap dan perilaku yang semakin mirip dengan Kristus.

Renungan terkait
* Jalan pulang
* Aku tak bisa memegang kartu lagi
* Berjuang meraih pengharapan
* Never give up
* Ada tetesan setelah tetesan terakhir


29 Maret - Dan 3:25.34-43; Mat 18:21-35

"Sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku?"

(Dan 3:25.34-43; Mat 18:21-35)

 

"Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali." (Mat 18:21-22),demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "There is no peace without justice, there is no justice without forgiveness" (=Tiada perdamaian tanpa keadilan, tiada keadilan tanpa kasih pengampunan), demikian pesan Hari Perdamaian Sedunia Paus Yohanes Paulus II memasuki Millenium ketiga. Kehadiran  atau kedatangan Yesus, Penyelamat Dunia, merupakan wujud kasih pengampunan Allah kepada umat manusia di dunia, agar terjadi perdamaian di dunia. Maka kita yang beriman kepadaNya dipanggil untuk meneladanNya dengan menjadi saksi dan penyalur kasih pengampunan dimanapun kita berada atau kemanapun kita pergi. Jika kita mawas diri dengan jujur dan benar kiranya masing-masing dari kita telah menerima kasih pengampunan Allah secara melimpah ruah melalui saudara-saudari kita yang telah memperhatikan dan mengasihi kita dengan aneka cara atau bentuk. Maka panggilan untuk menjadi saksi atau penyalur kasih pengampunan hemat saya mudah jika kita tidak pelit alias bermurah hati. Menanggapi pertanyaan Petrus perihal berapa kali harus mengampuni mereka yang bersalah, Yesus menjawab "tujuh puluh kali tujuh kali", yang berarti terus menerus , tak kenal batas. Kasih pengampunan adalah wujud dari kasih dan kasih memang tak terbatas, tak dapat dibatasi oleh usia, SARA dst..  Kami berharap di dalam komunitas basis, seperti di dalam keluarga atau rukun tetangga sungguh terjadi kasih pengampunan antar anggota atau warganya, sehingga pengalaman yang telah diperoleh dalam komunitas basis ini dapat menjadi modal dan kekuatan dalam hidup bersama yang lebih luas, untuk menjadi saksi dan penyalur kasih pengampunan. Marilah kita jauhkan dan berantas aneka macam bentuk balas dendam, dan kita imani bahwa kasih pengampunan pasti mampu mengalahkan balas dendam dan kebencian.

·   "Demikianlah hendaknya korban kami di hadapan-Mu pada hari ini berkenan seluruhnya kepada-Mu. Sebab tidak dikecewakanlah mereka yang percaya pada-Mu. Kini kami mengikuti Engkau dengan segenap jiwa dan dengan takut kepada-Mu, dan wajah-Mu kami cari. Janganlah kami Kaupermalukan, melainkan perlakukankanlah kami sesuai dengan kemurahan-Mu dan menurut besarnya belas kasihan-Mu. Lepaskanlah kami sesuai dengan perbuatan-Mu yang ajaib, dan nyatakanlah kemuliaan nama-Mu, ya Tuhan."(Dan 3:40-43), demikian doa Daniel. Marilah doa ini juga kita jadikan doa kita, antara lain kata-kata ini yang hendaknya menjadi pedoman hidup kita, yaitu: "Kami mengikuti Engkau dengan segenap hati dan dengan takut kepadaMu, dan wajahMu kami cari". Mengikuti Tuhan berarti senantiasa mendengarkan dan mengikuti bisikan atau suara RohNya melalui ciptaan-ciptaanNya, terutama dalam diri manusia, yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah. Bisikan atau suara Roh dalam diri manusia/kita antara lain berupa kehendak baik, maka kita dengarkan dan ikuti kehendak baik saudara-saudari kita. Ada kemungkinan perbedaan kehendak baik di antara kita, maka baiklah kita saling mendengarkan dan mengolah bersama kehendak-kehendak baik kita, sehingga ada satu kehendak baik yang kita pegang atau menjadi pedoman kita. Perwujudan kehendak baik juga dapat berbeda satu sama lain, tergantung dari situasi dan kondisi dimana kita hidup atau berada. Pendek kata buah perbuatan baik yang kita lakukan adalah keselamatan jiwa manusia, maka strategi atau kegiatan yang kita lakukan dapat berbeda satu sama lain. Bisikan atau suara Roh juga menggejala dalam ciptaan-ciptaan lainnya seperti binatang atau tanaman, maka hendaknya kita rawat binatang maupun  tanaman sehingga dapat membantu kita dalam mengejar atau mengusahakan tujuan kita diciptakan, yaitu keselamatan jiwa manusia. Dengan kata lain marilah kita kelola lingkungan hidup kita sedemikian rupa sehingga kita dapat hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan alias hidup dan berbudi yang baik, berbudi pekerti luhur, bermoral. Hendaknya kita juga tidak serakah menggunakan ciptaan-ciptaan lainnya, binatang atau tanaman; keserakahan dalam menggunakan binatang maupun tanaman akan menjadi 'senjata makan tuan', artinya kita dan anak-cucu kita akan menderita.

 

"Ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN. TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati" (Mzm 25:7b-9).

     

Jakarta, 29 Maret 2011     


Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari