Minggu, 30 November 2008

Kehilangan Kasih Mula-Mula (6) : Pergaulan Buruk

Ayat bacaan: 1 Korintus 15:33
======================
"Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."

hilang kasih mula-mula, pergaulan burukMasih ingat renungan tentang HIV bulan Agustus lalu? Disana saya menceritakan tentang seorang mahasiswa saya yang ternyata terjangkit HIV akibat penggunaan narkoba lewat pemakaian jarum suntik. Bagaimana ia bisa terkena penyakit mematikan ini? Semua adalah akibat pergaulan yang salah. Teman-temannya sesama pemakai hanya mengatakan bahwa memakai narkoba itu enak dan tidak pernah menyinggung tentang bahaya yang ditimbulkan. Pergaulan yang salah akan menimbulkan masalah besar dalam hidup yang berujung pada penyesalan. Hamil diluar nikah akibat salah memilih pasangan yang tidak baik, menjadi pemabuk akibat terbiasa minum-minum bersama teman, kecanduan clubbing/dugem tanpa kenal waktu, terjerumus pada macam-macam kejahatan, menderita penyakit mematikan akibat kebiasaan buruk dan tidak menjaga tubuh dan lain-lain semuanya seringkali berawal dari bentuk pergaulan yang buruk. Itu contoh ekstrim. Untuk kasus yang lebih "ringan", ada teman-teman atau lingkungan yang hobinya mematahkan semangat kita dengan pernyataan-pernyataan negatif. Bayangkan betapa sulitnya tumbuh jika kita ada dalam sebuah lingkungan negatif seperti ini. Contoh lain, ada orang yang merasa sungkan untuk berdoa sebelum makan ketika berada bersama teman-temannya yang berbeda keyakinan. Bahkan tidak jarang ada pula yang menyangkal kekristenan dirinya karena tidak ingin tersisih dalam pergaulan. Semua ini adalah contoh nyata dari dampak yang ditimbulkan dari pergaulan yang buruk. Ketika orang mulai mengorbankan imannya demi pergaulan atau lingkungannya, kasih mula-mula pun akan terkikis hingga lama-lama hilang.

Lingkungan pergaulan adalah salah satu faktor penting dalam pembentukan karakter kita. Dalam ayat bacaan hari ini, Paulus mengingatkan jemaat Korintus untuk berhati-hati dalam memilih pergaulan agar mereka tidak sampai sesat. Ajakan yang sama tentunya berlaku untuk kita, terutama hari-hari ini dimana begitu banyak pergaulan yang dapat menjerumuskan kita ke dalam berbagai bentuk dosa terutama lewat keinginan daging. Dalam ayat lain, Paulus pun mengingatkan agar kita jangan bergaul dengan orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu, sekalipun mereka menyebut diri mereka saudara. (1 Korintus 5:11). Semua ini bertujuan baik, agar kita tidak terpengaruh, kehilangan kasih mula-mula dan mengalami degradasi iman. Jika tidak berhati-hati, tanpa sadar kita menjadi semakin jauh dari Tuhan dan akibatnya dapat terjerumus dalam kuasa kegelapan. Kita pun akan kehilangan semua janji Allah. Karenanya kita harus berhati-hati dalam memilih teman dan lingkungan pergaulan kita. Setidaknya kita harus mampu menyaring atau menetralisir dampak dari sebuah lingkungan pergaulan yang buruk.

Disisi lain, kita tidak boleh juga bertindak terlalu ekstrim hingga kita menganggap orang yang berbeda keyakinan sebagai kenajisan. Dalam Kisah Para Rasul 10:28, Petrus mengatakan bahwa dalam menghadapi orang lain yang berbeda, kita tidak boleh menyebut mereka najis atau tahir (haram). Kita tetap harus membuka diri, karena Tuhan mau pakai kita untuk menyatakan kemuliaanNya dan mengenalkan kasih Kristus pada orang lain. Tuhan butuh hati kita untuk mengasihi, butuh tangan-tangan yang menyembuhkan, butuh kaki kita untuk pergi bergerak dan suara untuk menyatakan kebenaran. Sebagaimana kita merasakan kasih Allah dalam hidup kita, seperti itu pula kita harus mengasihi saudara-saudara kita yang lain. "Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi." (1 Yohanes 4:11). Tanpa membuka diri dan melihat saudara-saudara yang belum mengenal Kristus dengan kacamata kasih, kita tidak akan mampu mengenalkan pribadi Yesus lewat segala hal yang kita lakukan. Jadi kita tetap harus mau membuka diri dan mengasihi tanpa terkecuali, namun dilain pihak kita tetap harus menjaga diri kita agar berbagai keinginan daging yang berbuah dosa tidak sampai mencemari kita. Yang penting iman kita harus mampu terus bertumbuh, bukan sebaliknya malah berkompromi dengan dunia.

Sangat baik, jika kita mampu menjadi terang dalam kegelapan, namun pada saat yang sama berhati-hatilah agar kita tidak malah ikut-ikutan menjadi gelap. "Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan." (Galatia 6:1). Kita harus terus memastikan agar kasih mula-mula tidak redup bahkan padam sambil tetap mengulurkan tangan bagi mereka yang sesat agar kembali kepada Bapa. Tetaplah tekun menjaga iman, jangan mengorbankannya demi berkompromi dengan dunia. Jika anda mulai merasa tawar dan kehilangan kasih mula-mula dalam sebuah lingkungan pergaulan, kembalilah segera pada Tuhan dan jangan biarkan diri anda terjerumus makin dalam. Tuhan sangat mengasihi kita dan ingin kita pun tetap mengasihiNya seperti saat pertama kali kita jatuh cinta padaNya.


Miliki iman yang terus bertumbuh dan jangan sampai terpengaruh pada pergaulan yang buruk

Kehilangan Kasih Mula-Mula (6) : Pergaulan Buruk

Ayat bacaan: 1 Korintus 15:33
======================
"Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."

hilang kasih mula-mula, pergaulan burukMasih ingat renungan tentang HIV bulan Agustus lalu? Disana saya menceritakan tentang seorang mahasiswa saya yang ternyata terjangkit HIV akibat penggunaan narkoba lewat pemakaian jarum suntik. Bagaimana ia bisa terkena penyakit mematikan ini? Semua adalah akibat pergaulan yang salah. Teman-temannya sesama pemakai hanya mengatakan bahwa memakai narkoba itu enak dan tidak pernah menyinggung tentang bahaya yang ditimbulkan. Pergaulan yang salah akan menimbulkan masalah besar dalam hidup yang berujung pada penyesalan. Hamil diluar nikah akibat salah memilih pasangan yang tidak baik, menjadi pemabuk akibat terbiasa minum-minum bersama teman, kecanduan clubbing/dugem tanpa kenal waktu, terjerumus pada macam-macam kejahatan, menderita penyakit mematikan akibat kebiasaan buruk dan tidak menjaga tubuh dan lain-lain semuanya seringkali berawal dari bentuk pergaulan yang buruk. Itu contoh ekstrim. Untuk kasus yang lebih "ringan", ada teman-teman atau lingkungan yang hobinya mematahkan semangat kita dengan pernyataan-pernyataan negatif. Bayangkan betapa sulitnya tumbuh jika kita ada dalam sebuah lingkungan negatif seperti ini. Contoh lain, ada orang yang merasa sungkan untuk berdoa sebelum makan ketika berada bersama teman-temannya yang berbeda keyakinan. Bahkan tidak jarang ada pula yang menyangkal kekristenan dirinya karena tidak ingin tersisih dalam pergaulan. Semua ini adalah contoh nyata dari dampak yang ditimbulkan dari pergaulan yang buruk. Ketika orang mulai mengorbankan imannya demi pergaulan atau lingkungannya, kasih mula-mula pun akan terkikis hingga lama-lama hilang.

Lingkungan pergaulan adalah salah satu faktor penting dalam pembentukan karakter kita. Dalam ayat bacaan hari ini, Paulus mengingatkan jemaat Korintus untuk berhati-hati dalam memilih pergaulan agar mereka tidak sampai sesat. Ajakan yang sama tentunya berlaku untuk kita, terutama hari-hari ini dimana begitu banyak pergaulan yang dapat menjerumuskan kita ke dalam berbagai bentuk dosa terutama lewat keinginan daging. Dalam ayat lain, Paulus pun mengingatkan agar kita jangan bergaul dengan orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu, sekalipun mereka menyebut diri mereka saudara. (1 Korintus 5:11). Semua ini bertujuan baik, agar kita tidak terpengaruh, kehilangan kasih mula-mula dan mengalami degradasi iman. Jika tidak berhati-hati, tanpa sadar kita menjadi semakin jauh dari Tuhan dan akibatnya dapat terjerumus dalam kuasa kegelapan. Kita pun akan kehilangan semua janji Allah. Karenanya kita harus berhati-hati dalam memilih teman dan lingkungan pergaulan kita. Setidaknya kita harus mampu menyaring atau menetralisir dampak dari sebuah lingkungan pergaulan yang buruk.

Disisi lain, kita tidak boleh juga bertindak terlalu ekstrim hingga kita menganggap orang yang berbeda keyakinan sebagai kenajisan. Dalam Kisah Para Rasul 10:28, Petrus mengatakan bahwa dalam menghadapi orang lain yang berbeda, kita tidak boleh menyebut mereka najis atau tahir (haram). Kita tetap harus membuka diri, karena Tuhan mau pakai kita untuk menyatakan kemuliaanNya dan mengenalkan kasih Kristus pada orang lain. Tuhan butuh hati kita untuk mengasihi, butuh tangan-tangan yang menyembuhkan, butuh kaki kita untuk pergi bergerak dan suara untuk menyatakan kebenaran. Sebagaimana kita merasakan kasih Allah dalam hidup kita, seperti itu pula kita harus mengasihi saudara-saudara kita yang lain. "Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi." (1 Yohanes 4:11). Tanpa membuka diri dan melihat saudara-saudara yang belum mengenal Kristus dengan kacamata kasih, kita tidak akan mampu mengenalkan pribadi Yesus lewat segala hal yang kita lakukan. Jadi kita tetap harus mau membuka diri dan mengasihi tanpa terkecuali, namun dilain pihak kita tetap harus menjaga diri kita agar berbagai keinginan daging yang berbuah dosa tidak sampai mencemari kita. Yang penting iman kita harus mampu terus bertumbuh, bukan sebaliknya malah berkompromi dengan dunia.

Sangat baik, jika kita mampu menjadi terang dalam kegelapan, namun pada saat yang sama berhati-hatilah agar kita tidak malah ikut-ikutan menjadi gelap. "Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan." (Galatia 6:1). Kita harus terus memastikan agar kasih mula-mula tidak redup bahkan padam sambil tetap mengulurkan tangan bagi mereka yang sesat agar kembali kepada Bapa. Tetaplah tekun menjaga iman, jangan mengorbankannya demi berkompromi dengan dunia. Jika anda mulai merasa tawar dan kehilangan kasih mula-mula dalam sebuah lingkungan pergaulan, kembalilah segera pada Tuhan dan jangan biarkan diri anda terjerumus makin dalam. Tuhan sangat mengasihi kita dan ingin kita pun tetap mengasihiNya seperti saat pertama kali kita jatuh cinta padaNya.


Miliki iman yang terus bertumbuh dan jangan sampai terpengaruh pada pergaulan yang buruk

Tuhan tak main Kucing-Kucingan


Tuhan tak main Kucing-Kucingan

Sudah dua kali saya bolak balik di tempat tidur tak sanggup menutup mata hingga petang. Suara gaduh musik dan nyanyian sahut-sahutan tak henti sejak pk.09 malam. Ini kebiasaan di Kamerun ketika ada yang kawin atau ada yang menikah. Kalo ada yang meninggal, jasad seseorang di bawah ke Gereja untuk didoakan dan semua keluarga berkumpul di situ untuk menyanyi hingga pagi. Dalam duka yang mendalam mereka merayakan hidup baru yang sebentar lagi diterima oleh saudara mereka yang mati ; berjaga-jaga menghantarnya menghadapi kenyataan baru bernama ‘hidup setelah mati’ itu.

‘Berjaga-jagalah’ , demikian seruan yang mengawali masa khusus dalam tahun liturgi Kristiani tahun ini, masa Adven. Dipandu oleh perumpaan tentang penjaga pintu, Injil mengundang kita untuk berjaga-jaga menyambut Tuhan yang mendatangi kita (adveniere) seperti seorang penjaga rumah yang harus ekstra ketat dan keras menjaga rumah tuannya segera setelah tuannya pergi dari rumah untuk waktu yang lama dan mempercayakan miliknya kepada para hambanya. Penjaga itu diminta berjaga-jaga bukan saja untuk menjaga rumahnya tapi juga untuk selalu siap menyambut kedatangan tuannya, sebab ia tidak tahu kapan Tuhan datang, entah tengah malam, subuh atau pagi hari.

Berjaga-jaga adalah sebuah sikap korektif sekaligus kreatif. Biasanya seorang penjaga rumah yang baik, tidak hanya selalu terjaga, tapi lebih dari itu senantiasa memastikan kalau rumah yang dijaganya aman. Misalnya dia selalu memeriksa apakah pintu, jendela sudah terkunci rapat atau belum, apakah lampu penerang hidup atau tidak; jika ada suara-suara atau bayangan yang mencurigakan, telinga dan matanya selalu awas. Sikap korektifnya nampak dari kebiasaan untuk selalu memastikan bahwa semua beres, tidak ada apa-apa atau semua siap. Ia ingin memastikan bahwa rumah tuannya selalu siap ditempati dengan aman sewaktu ia pulang dan harta miliknya pun tetap terjaga baik. Sikap kreatif juga tercermin dari kecenderungan untuk selalu tidak puas dengan status quo ; tidak asal nganggap semua selalu oke tapi selalu menemukan cara baru untuk membuat rumah semakin aman dan terjaga.

Adven dengan demikian jauh dari pesan pilu misalnya tentang kematian yang datang pada saat yang tak kita duga; jauh juga dari pesan kanak-kanak tentang Tuhan yang main kucing-kucingan dengan kita, datang sembunyi-sembunyi untuk mergoki kita apakah kita tengah hidup baik atau tidak…Adven mengorientasikan kita pada keputusan untuk selalu menghayati hidup kita dengan penuh sikap korektif, mawas diri tapi sekaligus gembira. Orang yang gembira biasanya penuh kreativitas. Iman Kristiani adalah iman yang gembira tapi di lain pihak realistis. Gembira karena kita percaya bahwa Tuhan yang kita nantikan akan selalu mau tinggal di hati kita yang berdosa asalkan kita mau membuka diri bagi Dia yang tak pernah ingkar janji. Membuka diri bagi_Nya berarti dengan rendah hati melihat segala penghianatan kita lalu mau menyerahkannya pada Tuhan untuk diampuni. Realistis karena perjumpaan dengan Dia telah berlangsung sejak sekarang dalam hidup kita sehari-hari. Adven akhirnya mengundang kita untuk selalu menjadikan seluruh hidup kita sebagai tempat yang selalu nyaman buat Tuhan untuk tinggal bersama kita mengubah sejarah. Jika ada tempat untuk Tuhan di hati kita, apalagi untuk orang lain.

Salam,

Ronald,sx

Memperbesar Kapasitas

Lukas 12:31
Tetapi carilah Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu.

Seorang karyawan muda berdoa tiap hari sejak ia tahu ada undian berhadiah mobil jaguar pada sebuah bank. Kebetulan ia punya rekening di bank itu. Ia berdoa sambil memaksa Tuhan mengabulkan permintaannya. Pada akhirnya ia memiliki mobil jaguar itu. Ia membayar pajak undian dengan berhutang pada bank. Suatu hari mobilnya harus di-service dan ada penggantian spare-part yang menghabiskan biaya belasan juta. Terpaksa ia harus memakai kartu kreditnya untuk membayar tagihan. Keesokannya ia sakit karena stres dan seringkali hanya makan ‘makanan seadanya' untuk menghemat uang.

Mobil mewah, jabatan bagus, status sosial, gaji besar, pernikahan dan sebagainya. Kita semua pasti menginginkannya. Jika kapasitas kita tidak memadai untuk mendapatkan hal-hal tersebut, nasib kita akan sama seperti karyawan tadi. Tuhan ingin agar umat-Nya hidup bahagia, namun jika kapasitas mereka tidak mampu menampung berkat besar, hidup malah akan menderita - bukannya bahagia.

Tuhan hanya akan mempercayakan perkara-perkara besar pada mereka yang siap, pada mereka yang selalu berusaha memperbesar kapasitas, hidup berkarakter sesuai dengan buah Roh, dan hidup dengan aturan main yang Tuhan telah atur dalam Alkitab. Seberapa besar kapasitas Anda saat ini? Jika kapasitas kita sudah besar di mata Tuhan, tanpa harus meminta - Dia pasti akan memberikan hal-hal luar biasa pada kita.

Perbesar terlebih dahulu kapasitas Anda dalam Tuhan, maka Iapun akan mencurahkan berkat-Nya atas Anda.

Empat Obat Mujarab

Seorang anak muda. Ia telah berusaha memberikan dasar yang kokoh bagi keluarganya. Namun ia menemukan kekosongan di dasar sanubarinya. Ia dilanda kecemasan dan kehilangan arah hidup. Semakin hari situasinya semakin parah. Ia memutuskan untuk pergi ke dokter sebelum menjadi amat terlambat.

Setelah mendengarkan keluhannya, dokter memberikan empat bungkus obat sambil berpesan; “Besok pagi sebelum jam sembilan pagi engkau harus menuju pantai seorang diri sambil membawa ke empat bungkus obat ini. Jangan membawa buku atau majalah. Juga jangan membawa radio atau tape. Di pantai nanti anda membuka bungkusan obat sesuai dengan waktu yang tercatat pada bungkusannya, yakni pada jam sembilan, jam dua belas, jam tiga dan jam lima. Dengan mengikuti resep yang ada di dalamnya aku yakin penyakitmu akan sembuh.”

Orang tersebut berada di antara percaya dan ragu akan resep yang diberikan dokter. Namun demikian pada hari berikutnya ia pergi juga ke pantai. Begitu tiba di pesisir pantai di pagi hari, sementara matahari pagi mulai muncul di ufuk timur dan laut biru memantulkan kembali sinarnya yang merah keemasan itu, sambil deru ombak datang silih berganti, hatinya dipenuhi kegembiraan yang amat dalam.

Tepat jam sembilan, ia membuka bungkusan obat yang pertama. Tapi tak ia dapati obat didalamnya, cuma secarik kertas dengan tulisan: “Dengarlah”. Aneh bin ajaib, orang tersebut patuh pada apa yang diperintahkan. Ia lalu duduk tenang mendengarkan desiran angin pantai serta deburan gelombang yang memecah bibir pantai. Ia bahkan secara perlahan-lahan mampu mendengarkan setiap detak jantungnya sendiri yang menyatu dengan melodi musik alam di pantai itu. Telah begitu lama ia tak pernah duduk dan menjadi sungguh tenang seperti hari ini. Ia terlampau sibuk dengan usahanya. Saat ini ia merasa seakan-akan jiwanya dibasuh bersih.

Jam dua belas tepat. Ia membuka bungkusan obat yang kedua. Tentu seperti halnya bungkusan yang pertama, tak ada obat yang didapati kecuali selembar kertas bertulis, “Mengingat”. Ia beralih dari mendengarkan musik pantai yang indah dan nyaman itu dan perlahan-lahan mengingat setiap jejak langkahnya sendiri sejak kanak-kanak. Ia mengingat masa-masa sekolahnya dulu, mengingat kedua orang tuanya yang senantiasa memancarkan kasih di wajah mereka. Ia juga mengingat semua teman yang ia cintai dan tentu juga mencintainya. Ia merasakan ada segumpal kekuatan dan kehangatan hidup memancar dari dasar batinnya.

Ketika ia membuka bungkusan ketiga saat waktu menunjukan jam tiga tepat, ia menemukan secaraik kertas dengan tulisan: “Menimbang dan menilai motivasi.” Ia memejamkam mata, memusatkan perhatiannya untuk menilai kembali niat pertama ketika ia membangun usahanya. Saat itu yang menjadi inspirasi utama ia membuka usahanya adalah secara gigih bekerja untuk melayani kebutuhan sesamanya. Namun ketika usahanya kini telah memperoleh bentuknya, ia lupa hal ini dan hanya berpikir tentang keuntungan yang bakal diperoleh. Keuntungan kini menjadi penguasa dirinya, ia telah berubah menjadi manusia yang egoistis, serta lupa memperhatikan nasib orang lain. Ia kini seakan telah mampu melihat akar penyakitnya sendiri, ia menemukan alasan yang senantiasa membuatnya cemas.

Ketika matahari telah hilang dan bentangan laut berubah merah, ia membuka bungkusan obatnya yang terakhir. Di sana tertulis: “Tulislah segala kecemasanmu di bibir pantai.” Ia menuju bibir pantai, lalu menuliskan kata “cemas”. Ombak datang serentak dan menghapus apa yang baru dituliskannya. Bibir pantai seakan disapu bersih, kata “cemas” yang baru ditulisnya hilang ditelan ombak.

Siapakah tokoh utama dalam kisah di atas??? Mungkin kita, mungkin pula anda. Pernahkah kita secara tulus mendengarkan bahasa batin kita sendiri? Atau pernahkah kita mengingat segala yang manis maupun pahit yang terjadi di masa silam namun telah membentuk siapa kita saat ini?? Apa yang menjadi motivasi utama hidup kita hari ini dan besok?? Dan apa kecemasan kita??

Mari kita meuliskan setiap beban dan kecemasan kita di atas salib kematian Yesus; Salib yang memberikan kekuatan. Sebab Ia sendiri pernah berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Mat 11:28)

Tarsis Sigho - Taipei
sighotarsi@yahoo.com

Sabtu, 29 November 2008

Kehilangan Kasih Mula-Mula (5) : Rutinitas

Ayat bacaan: Yesaya 29:14-15
=======================
"Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan, maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi."

kehilangan kasih mula-mula, ibadah hanya rutinitasDi saat orang pertama kali jatuh cinta, mereka akan merasakan segala-galanya sangat indah. Yang paling pahit pun terasa manis. Segala kekurangan pasangannya akan dirasa seperti sebuah kelebihan dengan perasaan cinta yang meluap-luap. Semua hal yang dapat menyenangkan kekasih akan dilakukan dengan penuh semangat dan kebahagiaan. Itu hal yang biasa kita jumpai ketika orang yang baru jatuh cinta. Pada suatu saat ketika sebuah hubungan berjalan sebagai sebuah rutinitas dari hari ke hari, perlahan orang akan mulai kehilangan rasa cinta yang meluap-luap seperti di awal. Tidak lagi ada gairah disana, tidak lagi ada semangat dan hasrat untuk melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya demi orang yang kita cintai, tapi hanya didasarkan semata-mata karena itu adalah sebuah kewajiban. Ketika pertama kali lahir baru, kita pun mengalami cinta yang meluap-luap pada Kristus. Kita akan sangat termotivasi dan bersemangat ketika melakukan ibadah karena kita sangat mengasihi Kristus. Namun lama kelamaan jika semua itu menjadi satu rutinitas, tanpa sadar banyak diantara anak-anak Tuhan yang akhirnya kehilangan arah dan tujuan, kehilangan kasih mula-mula mereka.

Ada banyak orang yang rajin ke gereja, rajin berdoa, namun melakukannya hanya karena sebuah kebiasaan atau rutinitas. Dulu saya pernah bertanya kepada seorang teman, untuk apa ia pergi ke gereja pagi-pagi benar? Ia menjawab karena ia orang kristen, dan ia harus ke gereja supaya tidak dimarahi orang tuanya. Ketika ibadah dilakukan hanya atas alasan sebuah rutinitas semata, kebosanan dan kejenuhan pun mengintip. Gairah akan hilang, kasih menurun, dan akhirnya orang bisa kehilangan kasih mula-mula mereka kepada Tuhan.

Di dalam rutinitas seringkali kita temui kejenuhan. Segala sesuatu terasa membosankan dan monoton. Tidak ada gairah dan semangat di dalamnya, dan orang akan menjadi lupa pada motivasi, alasan atau tujuan sebenarnya dari apa yang mereka lakukan. Dalam kehidupan rohani pun tujuan beribadah ini bisa melenceng menjadi sekedar rutinitas. Mungkin awalnya dilakukan karena sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, namun seiring waktu, semuanya menjadi pola kebiasaan yang tidak lagi didasarkan dari hati yang mengasihi. Ada banyak orang yang berdoa hanya menyampaikan teks hafalan itu-itu saja, karena sudah setiap hari mengucapkan hal yang sama. Ada pula yang memang hadir di gereja, tapi mereka tidaklah memiliki hati yang haus akan firman Tuhan, bukan mencari Tuhan. Mereka akan mengobrol, mencari humor dari kotbah pendeta, atau sms-an. Ketika hal ini terjadi, kita bisa melihat bahwa kasih mula-mula yang pernah mereka alami sudah terkikis. Ketika ada orang yang menganggap sebuah kotbah membosankan, atau "acara"nya buruk, lagu-lagunya tidak enak, tidak sesuai selera dan sebagainya, itu karena mereka mementingkan tata caranya di atas hubungan pribadi dengan Tuhan. Jika itu terjadi, bukan gerejanya yang buruk, tapi hubungan pribadi mereka dengan Tuhan lah yang buruk. Ibadah tidak berbicara soal selera, melainkan berbicara tentang kerohanian seseorang dalam membangun hubungan dengan Tuhan.

Sebuah ibadah yang baik seperti yang diajarkan Yesus sendiri adalah menyembah Allah didalam Roh dan kebenaran. (Yohanes 4:24). Adalah penting bagi kita untuk terus meningkatkan kualitas Roh dan kebenaran secara terus menerus, dan itu semua tidaklah akan berhasil apabila kita kehilangan kasih mula-mula dan melakukan ibadah hanya sebagai simbol maupun rutinitas semata. Sebuah ibadah sejati digambarkan jelas oleh Paulus. "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati" (Roma 12:1). Sebuah ibadah hendaklah dilakukan atas kasih dan rasa syukur tak terhingga bagi Allah saja. Janganlah sampai semua itu hanya merupakan rutinitas tanpa disertai rasa maupun ucapan syukur yang tulus dari hati dan akibatnya kita menjadi bodoh dan kehilangan penyertaan Allah dalam hidup kita. "Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh." (Roma 1:21). Sebuah ibadah sejati tidak boleh terbatas hanya pada ritual-ritual keagamaan, rajin ke gereja, aktif dalam pelayanan atau ikut persekutuan, tapi ibadah sejati haruslah juga menyangkut sebuah hubungan atas kasih dan syukur kepada Tuhan dalam Roh dan Kebenaran dalam kehidupan sehari-hari, kapan saja dan dimana saja.

Miliki motivasi dan dasar yang benar dalam beribadah agar kita tidak kehilangan kasih mula-mula

Kehilangan Kasih Mula-Mula (5) : Rutinitas

Ayat bacaan: Yesaya 29:14-15
=======================
"Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan, maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi."

kehilangan kasih mula-mula, ibadah hanya rutinitasDi saat orang pertama kali jatuh cinta, mereka akan merasakan segala-galanya sangat indah. Yang paling pahit pun terasa manis. Segala kekurangan pasangannya akan dirasa seperti sebuah kelebihan dengan perasaan cinta yang meluap-luap. Semua hal yang dapat menyenangkan kekasih akan dilakukan dengan penuh semangat dan kebahagiaan. Itu hal yang biasa kita jumpai ketika orang yang baru jatuh cinta. Pada suatu saat ketika sebuah hubungan berjalan sebagai sebuah rutinitas dari hari ke hari, perlahan orang akan mulai kehilangan rasa cinta yang meluap-luap seperti di awal. Tidak lagi ada gairah disana, tidak lagi ada semangat dan hasrat untuk melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya demi orang yang kita cintai, tapi hanya didasarkan semata-mata karena itu adalah sebuah kewajiban. Ketika pertama kali lahir baru, kita pun mengalami cinta yang meluap-luap pada Kristus. Kita akan sangat termotivasi dan bersemangat ketika melakukan ibadah karena kita sangat mengasihi Kristus. Namun lama kelamaan jika semua itu menjadi satu rutinitas, tanpa sadar banyak diantara anak-anak Tuhan yang akhirnya kehilangan arah dan tujuan, kehilangan kasih mula-mula mereka.

Ada banyak orang yang rajin ke gereja, rajin berdoa, namun melakukannya hanya karena sebuah kebiasaan atau rutinitas. Dulu saya pernah bertanya kepada seorang teman, untuk apa ia pergi ke gereja pagi-pagi benar? Ia menjawab karena ia orang kristen, dan ia harus ke gereja supaya tidak dimarahi orang tuanya. Ketika ibadah dilakukan hanya atas alasan sebuah rutinitas semata, kebosanan dan kejenuhan pun mengintip. Gairah akan hilang, kasih menurun, dan akhirnya orang bisa kehilangan kasih mula-mula mereka kepada Tuhan.

Di dalam rutinitas seringkali kita temui kejenuhan. Segala sesuatu terasa membosankan dan monoton. Tidak ada gairah dan semangat di dalamnya, dan orang akan menjadi lupa pada motivasi, alasan atau tujuan sebenarnya dari apa yang mereka lakukan. Dalam kehidupan rohani pun tujuan beribadah ini bisa melenceng menjadi sekedar rutinitas. Mungkin awalnya dilakukan karena sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, namun seiring waktu, semuanya menjadi pola kebiasaan yang tidak lagi didasarkan dari hati yang mengasihi. Ada banyak orang yang berdoa hanya menyampaikan teks hafalan itu-itu saja, karena sudah setiap hari mengucapkan hal yang sama. Ada pula yang memang hadir di gereja, tapi mereka tidaklah memiliki hati yang haus akan firman Tuhan, bukan mencari Tuhan. Mereka akan mengobrol, mencari humor dari kotbah pendeta, atau sms-an. Ketika hal ini terjadi, kita bisa melihat bahwa kasih mula-mula yang pernah mereka alami sudah terkikis. Ketika ada orang yang menganggap sebuah kotbah membosankan, atau "acara"nya buruk, lagu-lagunya tidak enak, tidak sesuai selera dan sebagainya, itu karena mereka mementingkan tata caranya di atas hubungan pribadi dengan Tuhan. Jika itu terjadi, bukan gerejanya yang buruk, tapi hubungan pribadi mereka dengan Tuhan lah yang buruk. Ibadah tidak berbicara soal selera, melainkan berbicara tentang kerohanian seseorang dalam membangun hubungan dengan Tuhan.

Sebuah ibadah yang baik seperti yang diajarkan Yesus sendiri adalah menyembah Allah didalam Roh dan kebenaran. (Yohanes 4:24). Adalah penting bagi kita untuk terus meningkatkan kualitas Roh dan kebenaran secara terus menerus, dan itu semua tidaklah akan berhasil apabila kita kehilangan kasih mula-mula dan melakukan ibadah hanya sebagai simbol maupun rutinitas semata. Sebuah ibadah sejati digambarkan jelas oleh Paulus. "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati" (Roma 12:1). Sebuah ibadah hendaklah dilakukan atas kasih dan rasa syukur tak terhingga bagi Allah saja. Janganlah sampai semua itu hanya merupakan rutinitas tanpa disertai rasa maupun ucapan syukur yang tulus dari hati dan akibatnya kita menjadi bodoh dan kehilangan penyertaan Allah dalam hidup kita. "Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh." (Roma 1:21). Sebuah ibadah sejati tidak boleh terbatas hanya pada ritual-ritual keagamaan, rajin ke gereja, aktif dalam pelayanan atau ikut persekutuan, tapi ibadah sejati haruslah juga menyangkut sebuah hubungan atas kasih dan syukur kepada Tuhan dalam Roh dan Kebenaran dalam kehidupan sehari-hari, kapan saja dan dimana saja.

Miliki motivasi dan dasar yang benar dalam beribadah agar kita tidak kehilangan kasih mula-mula

Jumat, 28 November 2008

Kehilangan Kasih Mula-Mula (4) : Cinta Dunia

Ayat bacaan: 1 Yohanes 2:15
=====================
"Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu."


kehilangan kasih mula-mula, cinta duniaBegitu banyak yang ditawarkan dunia ini buat kenyamanan, kemudahan dan kemewahan hidup. Harta, jabatan, status, semua itu dijamin bisa mempermudah hidup buat ukuran dunia. Berbagai iklan menawarkan banyak hal yang secara duniawi bisa membuat anda lebih nyaman. Dunia memang terus berlomba untuk membangun aspek-aspek yang bisa memuaskan keinginan manusia untuk memiliki harta dunia lengkap dengan kenikmatan dan kenyamanannya. Untuk mampu memperoleh itu semua, orang pun akan terus berusaha menimbun harta dan tanpa sadar akan terjerumus menjadi hamba uang. Mereka akan tidak lagi perduli darimana uang itu berasal, bagaimana cara mendapatkannya, karena mereka mendasarkan segala sesuatunya kepada benda-benda mati yang sifatnya duniawi. Jelas,karenanya mereka akan kehilangan kasih mula-mula dan semakin jauh dari Tuhan. Mereka akan lebih tertarik untuk mengamankan aset-asetnya sambil terus mencari jalan untuk memperoleh lebih banyak lagi ketimbang memikirkan hal-hal bersifat surgawi. Begitu pula jabatan. Lihatlah bagaimana orang menghalalkan segala cara untuk bisa memperoleh sebuah kedudukan. Berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk bisa menjadi caleg alias calon legislatif? Berapa yang harus mereka bayar agar bisa menjadi calon bupati, walikota, gubernur dan sebagainya, bahkan kepala desa? Terkadang ambisi untuk mendapat jabatan membuat orang buta, dan mereka pun mengeluarkan biaya yang jauh melebihi kemampuannya. Akibatnya, kemudian kita mendengar berbagai kisah kegagalan yang berakibat buruk. Ada yang mengerahkan massa untuk memaksakan posisinya, bahkan ada pula yang melakukan tindakan bunuh diri akibat terlilit hutang setelah kalah. Dalam alkitab pun ada banyak kisah kejatuhan akibat menghamba pada tuan yang salah, bagaimana seseorang bisa kehilangan kasih mula-mula dan kemudian meninggalkan Tuhan. Salah satu contohnya adalah Demas, salah seorang teman sepelayanan Paulus. " Karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku..." (2 Timotius 4:10). Motivasi yang salah, menghambakan harta, pangkat dan jabatan, ini semua bertentangan dengan firman Tuhan, dan tidak akan pernah membawa kebaikan dalam hidup kita.

Ayat bacaan hari ini mengingatkan kita agar jangan mengasihi dunia dan apa-apa didalamnya, seperti harta, manusia, jabatan, status dan lain-lain. Mengapa demikian? Karena jika orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. (1 Yohanes 2:15). Mari kita baca ayat selanjutnya. "Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (ay 16-17). Kasih Bapa tidak akan ada didalam orang yang mengasihi dunia. Yesus juga mengingatkan bahwa manusia tidak dapat mengabdi pada dua tuan. "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24). Mamon adalah dewa uang. Karena kita tidak dapat mengabdi pada dua tuan sekaligus, maka ketika kita lebih memilih untuk mengasihi segala yang ditawarkan dunia, kasih Allah pun hilang dari diri kita. Tuhan sendiri mengecam keras mereka yang meninggalkanNya dan berpaling pada dunia. "Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" (Yeremia 17:5). Jadi ketika orang mulai merasa memiliki segalanya, dan berkata seperti si kaya dalam "perumpamaan orang kaya yang bodoh" : "Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!" (Lukas 12:19), berhati-hatilah. Sebab itu tandanya orang tersebut sudah terperosok terlalu jauh meninggalkan Tuhan. Tuhan pun kemudian menjawab si kaya: "Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?" (ay 20). Uang dan harta tidak bisa dibawa serta ketika manusia meninggalkan dunia, alangkah sia-sianya jika kita hidup semata-mata mengejar kekayaan dan jabatan kemudian meninggalkan kasih mula-mula,berpaling dari Tuhan.

Apapun yang kita miliki di dunia ini sifatnya hanya sementara, dan tidak akan dapat membahagiakan apalagi menyelamatkan kita. "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya." (Matius 6:19-20). Kita melihat bahwa ada banyak orang yang kaya raya, memiliki segalanya tapi tetap tidak bahagia dan terus dicekam kekhawatiran, karena untuk bisa menikmati pun merupakan karunia Tuhan. "Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit." (Pengkotbah 6:1-2) atau ayat berikut: "Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah." (5:19). Semua itu, baik kekayaan maupun kemampuan untuk menikmati semunya berasal dari Tuhan, dimana tanpa mengasihiNya, kita tidak akan bisa memperoleh itu semua lengkap dengan kuasa untuk bisa menikmati, juga untuk beroleh harta surgawi yang kekal. Tuhan tidak melarang kita untuk memiliki makanan, pakaian dan kebutuhan duniawi, tapi ingatlah bahwa yang jauh lebih penting dari itu semua adlah kepemilikan terhadap harta di surga dengan segala kemuliaannya. Harta surgawi yang seharusnya menjadi bagian orang-orang percaya itulah yang bersifat kekal, dan seharusnya menjadi fokus kita. Tuhan sanggup menyediakan segalanya buat kita, karenanya kita tidak perlu bergantung pada kekayaan dan kenikmatan duniawi. Tetapi itu semua hanya ada pada orang yang sungguh-sungguh mengasihiNya. "Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Karena itu, kita jangan sampai kehilangan kasih mula-mula, yang tidak saja menghalangi berkat Tuhan tercurah buat kita, tapi juga membuat kita kehilangan kesempatan untuk memperoleh harta surgawi.

Harta duniawi hanyalah mampu berfungsi sebagai alat tukar yang tidak kekal dan tidak ada perlindungan apalagi keselamatan di dalamnya

Kehilangan Kasih Mula-Mula (4) : Cinta Dunia

Ayat bacaan: 1 Yohanes 2:15
=====================
"Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu."


kehilangan kasih mula-mula, cinta duniaBegitu banyak yang ditawarkan dunia ini buat kenyamanan, kemudahan dan kemewahan hidup. Harta, jabatan, status, semua itu dijamin bisa mempermudah hidup buat ukuran dunia. Berbagai iklan menawarkan banyak hal yang secara duniawi bisa membuat anda lebih nyaman. Dunia memang terus berlomba untuk membangun aspek-aspek yang bisa memuaskan keinginan manusia untuk memiliki harta dunia lengkap dengan kenikmatan dan kenyamanannya. Untuk mampu memperoleh itu semua, orang pun akan terus berusaha menimbun harta dan tanpa sadar akan terjerumus menjadi hamba uang. Mereka akan tidak lagi perduli darimana uang itu berasal, bagaimana cara mendapatkannya, karena mereka mendasarkan segala sesuatunya kepada benda-benda mati yang sifatnya duniawi. Jelas,karenanya mereka akan kehilangan kasih mula-mula dan semakin jauh dari Tuhan. Mereka akan lebih tertarik untuk mengamankan aset-asetnya sambil terus mencari jalan untuk memperoleh lebih banyak lagi ketimbang memikirkan hal-hal bersifat surgawi. Begitu pula jabatan. Lihatlah bagaimana orang menghalalkan segala cara untuk bisa memperoleh sebuah kedudukan. Berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk bisa menjadi caleg alias calon legislatif? Berapa yang harus mereka bayar agar bisa menjadi calon bupati, walikota, gubernur dan sebagainya, bahkan kepala desa? Terkadang ambisi untuk mendapat jabatan membuat orang buta, dan mereka pun mengeluarkan biaya yang jauh melebihi kemampuannya. Akibatnya, kemudian kita mendengar berbagai kisah kegagalan yang berakibat buruk. Ada yang mengerahkan massa untuk memaksakan posisinya, bahkan ada pula yang melakukan tindakan bunuh diri akibat terlilit hutang setelah kalah. Dalam alkitab pun ada banyak kisah kejatuhan akibat menghamba pada tuan yang salah, bagaimana seseorang bisa kehilangan kasih mula-mula dan kemudian meninggalkan Tuhan. Salah satu contohnya adalah Demas, salah seorang teman sepelayanan Paulus. " Karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku..." (2 Timotius 4:10). Motivasi yang salah, menghambakan harta, pangkat dan jabatan, ini semua bertentangan dengan firman Tuhan, dan tidak akan pernah membawa kebaikan dalam hidup kita.

Ayat bacaan hari ini mengingatkan kita agar jangan mengasihi dunia dan apa-apa didalamnya, seperti harta, manusia, jabatan, status dan lain-lain. Mengapa demikian? Karena jika orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. (1 Yohanes 2:15). Mari kita baca ayat selanjutnya. "Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (ay 16-17). Kasih Bapa tidak akan ada didalam orang yang mengasihi dunia. Yesus juga mengingatkan bahwa manusia tidak dapat mengabdi pada dua tuan. "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24). Mamon adalah dewa uang. Karena kita tidak dapat mengabdi pada dua tuan sekaligus, maka ketika kita lebih memilih untuk mengasihi segala yang ditawarkan dunia, kasih Allah pun hilang dari diri kita. Tuhan sendiri mengecam keras mereka yang meninggalkanNya dan berpaling pada dunia. "Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" (Yeremia 17:5). Jadi ketika orang mulai merasa memiliki segalanya, dan berkata seperti si kaya dalam "perumpamaan orang kaya yang bodoh" : "Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!" (Lukas 12:19), berhati-hatilah. Sebab itu tandanya orang tersebut sudah terperosok terlalu jauh meninggalkan Tuhan. Tuhan pun kemudian menjawab si kaya: "Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?" (ay 20). Uang dan harta tidak bisa dibawa serta ketika manusia meninggalkan dunia, alangkah sia-sianya jika kita hidup semata-mata mengejar kekayaan dan jabatan kemudian meninggalkan kasih mula-mula,berpaling dari Tuhan.

Apapun yang kita miliki di dunia ini sifatnya hanya sementara, dan tidak akan dapat membahagiakan apalagi menyelamatkan kita. "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya." (Matius 6:19-20). Kita melihat bahwa ada banyak orang yang kaya raya, memiliki segalanya tapi tetap tidak bahagia dan terus dicekam kekhawatiran, karena untuk bisa menikmati pun merupakan karunia Tuhan. "Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit." (Pengkotbah 6:1-2) atau ayat berikut: "Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah." (5:19). Semua itu, baik kekayaan maupun kemampuan untuk menikmati semunya berasal dari Tuhan, dimana tanpa mengasihiNya, kita tidak akan bisa memperoleh itu semua lengkap dengan kuasa untuk bisa menikmati, juga untuk beroleh harta surgawi yang kekal. Tuhan tidak melarang kita untuk memiliki makanan, pakaian dan kebutuhan duniawi, tapi ingatlah bahwa yang jauh lebih penting dari itu semua adlah kepemilikan terhadap harta di surga dengan segala kemuliaannya. Harta surgawi yang seharusnya menjadi bagian orang-orang percaya itulah yang bersifat kekal, dan seharusnya menjadi fokus kita. Tuhan sanggup menyediakan segalanya buat kita, karenanya kita tidak perlu bergantung pada kekayaan dan kenikmatan duniawi. Tetapi itu semua hanya ada pada orang yang sungguh-sungguh mengasihiNya. "Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Karena itu, kita jangan sampai kehilangan kasih mula-mula, yang tidak saja menghalangi berkat Tuhan tercurah buat kita, tapi juga membuat kita kehilangan kesempatan untuk memperoleh harta surgawi.

Harta duniawi hanyalah mampu berfungsi sebagai alat tukar yang tidak kekal dan tidak ada perlindungan apalagi keselamatan di dalamnya

Harta Warisan

Dua bersaudara dari keluarga yang berkecukupan. Setelah kematian kedua orang tuanya, mereka kini harus membagi harta warisan yang ditinggalkan. Namun setelah harta tersebut dibagikan, kedua bersaudara ini tidak pernah hidup rukun dan damai. Sang kakak menuding bahwa adiknya mewarisi lebih banyak dari yang dimilikinya. Sang adik juga menuding hal yang sama terhadap kakaknya, bahwa sang kakak memiliki harta warisan lebih banyak dari yang diwarisinya. Keduanya saling menuding bahwa pembagian harta tersebut tidaklah adil dan seimbang.

Mereka sudah melewati berbagai proses hukum, namun tetap saja persoalan mereka tak dapat diatasi secara memuaskan. Semua nasihat tak pernah berhasil. Semua keputusan seakan tawar. Keduanya tak dapat menerima semua nasihat dan keputusan yang diberikan.

Setelah mencari dan mencari akhirnya mereka menemukan seorang guru yang bijak. Kedua bersaudara tersebut datang ke hadapannya dengan harapan bahwa duri yang selama ini menusuk daging dan menghancurkan hubungan persaudaraan mereka dapat dikeluarkan.

Sang bijak bertanya kepada sang kakak, "Anda yakin bahwa harta yang dimiliki adikmu melebihi warisan yang engkau terima?" Sang kakak dengan penuh yakin menjawab, "Sungguh demikian!"

Sang bijak lalu berpaling kepada sang adik dan mengulangi pertanyaan yang sama, "Anda yakin bahwa kakakmu mewarisi harta peninggalan orang tua lebih dari pada yang anda peroleh?" Dengan keyakinan yang sama sang adik menjawab, "Ya demikianlah!"

Sang bijak lalu memberikan sebuah perintah kepada keduanya, "Kumpulkan semua harta yang telah diterima masing-masing dan serahkan itu kepada yang lain." Sang kakak menyerahkan semua harta warisan yang diperolehnya kepada adiknya, demikian pula sang adik menyerahkan harta warisan yang diperolehnya kepada sang kakak. Dan sejak itu tak ada lagi pertentangan karena harta warisan di antara mereka berdua.

Kita senantiasa mengira bahwa nasib orang lain selalu lebih baik dari diri sendiri, bahwa orang lain lebih diberkati Tuhan dari pada diri kita sendiri. Kita lupa bahwa Tuhan mencintai setiap insan dengan cinta yang sama. Kita mungkin hanya mampu melihat berkat yang kelihatan yang dimiliki orang lain, namun lupa untuk melihat berkat-berkat berlimpah yang diberikan Tuhan atas diri kita namun sulit dilihat oleh kasat mata.

Lihatlah dirimu dari sudut pandangan yang lain, maka anda akan dipenuhi keharuan dan rasa syukur yang mendalam. Tuhan mencintaimu!

20 Tips For A Good & Happy Life

20 Tips For A Good & Happy Life

1. Give people more than they expect and do it cheerfully.
2. Marry a man/woman you love to talk to. As you get older, their conversational skills will be as important as any other.
3. Don't believe all you hear, spend all you have or sleep all you want.

Read More......

Mencapai Kemaksimalan Hidup

Setiap orang tentunya ingin menjadi orang yang sukses dan berhasil, namun hanya sedikit orang saja yang berhasil mencapainya. Mengapa? Apakah faktor kemujuran yang menentukannya? Ataukah faktor kebetulan? Ada juga yang mengatakan untuk jadi orang sukses itu tergantung nasib. Jadi kalau memang nasibnya baik maka ia akan jadi orang yang sukses, tapi kalau nasibnya buruk maka usaha apapun juga tidak akan membuat dia sukses. Benarkah demikian?

Suatu kali ada seorang pemuda yang ingin belajar tentang kesuksesan, maka si pemuda ini datang ke sebuah kota yang telah banyak melahirkan orang-orang sukses. Disana ia bertemu dengan seorang tua bijaksana yang adalah orang terpandang di kota tersebut. Lalu si pemuda bertanya: "Pak, apakah rahasianya sehingga kota ini telah menjadi kota yang telah melahirkan banyak orang-orang besar?" Jawab orang tua tersebut "Satu hal yang perlu anda ketahui bahwa di kota ini tidak pernah ada "orang besar" yang dilahirkan, yang ada hanyalah bayi-bayi yang dilahirkan di kota ini dan setelah melalui proses dan perjuanganlah mereka akhirnya menjadi orang besar".


Tepat sekali perkataan orang tua yang bijaksana tersebut. Tidak ada orang sukses yang dilahirkan. Kesuksesan adalah hasil dari sebuah proses yang benar dan bukan dari sebuah kelahiran. Demikian pentingnya sebuah proses sehingga Tuhan dengan tegas berulang kali mengatakan kepada Yosua ketika memimpin bangsa Israel memasuki tanah Kanaan, untuk bertindak hati-hati sesuai dengan hukum-hukum Tuhan. Janji-Nya kepada Yosua, jikalau ia melakukan dengan cara yang tepat seperti yang Tuhan perintahkan atau dengan kata lain jika prosesnya benar, maka ia akan mengalami keberhasilan dan keberuntungan.


Bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hambaKu Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, kemanapun engkau pergi. ....... Sebab dengan demikian (dengan proses yang benar) perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung. (Yosua 1:7-9)


Inilah yang seringkali luput dari perhatian banyak orang, yaitu proses yang benar. Kebanyakan orang lebih tertarik kepada hasil daripada kepada proses. Memang proses adalah sebuah hal yang tidak menarik tetapi merupakan hal yang menentukan keberhasilan itu sendiri. Sebuah keberhasilan yang diraih dari proses yang salah biasanya bersifat sementara dan tidak bertahan lama, bahkan bisa berakibat fatal dikemudian hari. Sebaliknya keberhasilan yang diraih dari sebuah proses yang benar akan bertahan lama bahkan semakin lama semakin luar biasa.


Jadi jalan menuju kemaksimalan hidup dan meraih kesuksesan adalah dengan mulai membentuk sebuah proses yang benar.


Satu hal yang tidak boleh dilupakan disini adalah proses yang benar tidak terjadi secara otomatis tetapi perlu diusahakan bahkan diperjuangkan. Kenyataannya untuk membentuk sebuah proses yang benar seringkali tidak semudah yang kita pikirkan atau yang kita katakan. Kadang-kadang prosesnya begitu sulit sehingga banyak orang menjadi putus asa dalam membangun sebuah proses yang benar. Namun apapun harga yang harus dibayar, jika kita mau dengan sungguh-sungguh dan memiliki tekad yang kuat untuk melakukannya maka perjuangan dalam membangun proses yang benar tidak akan pernah sia-sia.


Kamis, 27 November 2008

Kehilangan Kasih Mula-Mula (3) : Kepahitan Terhadap Sesama Manusia

Ayat bacaan: Wahyu 8:11
=======================
"Nama bintang itu ialah Apsintus. Dan sepertiga dari semua air menjadi apsintus, dan banyak orang mati karena air itu, sebab sudah menjadi pahit."

kepahitan terhadap manusia, kehilangan kasih mula-mulaKalau kemarin kita melihat hal kepahitan terhadap Tuhan, hari ini mari kita melihat kepahitan terhadap sesama manusia. Ada kalanya dalam perjalanan hidup kita mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan akibat perbuatan orang lain seperti ditolak, ditipu, dikhianati, dikecewakan, dilukai dan sebagainya. Hal-hal seperti ini menimbulkan luka dan terkadang membekas dalam diri kita. Endapan bekas itu kemudian menjadi trauma dan timbullah kepahitan dalam hidup. Seringkali kepahitan ini timbul bukan terhadap orang-orang yang jauh dari kita, tapi justru terhadap orang-orang yang dekat dengan kita. Orang yang kita cintai, orang-orang yang seharusnya bisa kita percaya, tetapi ternyata malah menyakiti perasaan kita. Begitu banyak istri yang mengalami kepahitan terhadap suaminya akibat dikhianati, anak yang mengalami kepahitan terhadap orang tuanya akibat tidak diperhatikan atau pengalaman-pengalaman traumatis di masa kecil, kepahitan terhadap saudara sendiri dan lain-lain. Orang yang mengalami kepahitan lama-lama akan mengalami krisis kepercayaan. Mereka akan selalu dilingkupi rasa curiga, akan selalu merasa tidak aman, yang seringkali berlebihan. Mereka akan sulit percaya agar tidak terjebak untuk kesekian kalinya. Mereka akan membangun tembok tebal dan tinggi dimana mereka akan mengurung diri mereka didalamnya. Ada seorang teman yang trauma karena dikhianati kekasihnya, dan saat ini ia tidak berani untuk menerima orang lain. Ia berkata bahwa ia harus menjaga jarak dari siapapun, tidak mau terlalu dekat dengan siapapun, karena semua orang punya potensi untuk mengecewakannya. Ia juga menjadi rendah diri,selalu merasa kurang dari orang lain. Rasa sulit percaya pada orang lain ini adalah masalah hati, yang jika dibiarkan berlarut-larut lama kelamaan akan mencemarkan kerohanian juga. Mereka pun akan sampai kepada tahap dimana mereka sulit percaya pada Tuhan, dan akhirnya kehilangan kasih mula-mula.

Saya mengerti bahwa terkadang tidaklah mudah bagi kita untuk mengampuni, apalagi jika kepahitan itu timbul akibat sesuatu yang sangat menyakitkan dan traumatis. Perkosaan, pelecehan seksual, siksaan dalam waktu lama dan lain-lain bisa membuat para korban merasa masa depannya hancur sehingga mereka akan sulit untuk melangkah ke depan. Tapi Alkitab tetap mengajarkan untuk mengampuni, seperti Tuhan pun senantiasa siap untuk mengampuni kita. Kita manusia yang tidak luput dari kesalahan dan terus berbuat dosa. "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Roma 3:23), tapi lihatlah betapa Allah begitu mengasihi kita. Ayat selanjutnya berkata "dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (ay 24). Itulah bentuk kasih Tuhan pada kita. Berkali-kali kita jatuh dalam dosa, tapi Tuhan tetap tidak kenal lelah memberi pengampunan. Inilah prinsip pengampunan yang tuntas. Dia tidak akan mengungkit lagi dosa-dosa di masa lalu yang telah kita akui dengan pertobatan sungguh-sungguh. Bentuk kasih seperti inilah yang diajarkan Kristus untuk kita lakukan. Dalam Matius 28:22, menjawab pertanyaan Petrus, Tuhan Yesus berkata bahwa kita haruslah mengampuni tidak hanya tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Ini menggambarkan pengampunan tak terbatas yang harus mampu kita sediakan. Lalu Yesus juga mengingatkan: "Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia." (Lukas 17:3-4). Yesus meminta kita untuk menjaga diri agar selalu siap untuk memberikan pengampunan tanpa terkecuali dan tanpa batas. Selanjutnya ada hubungan kuat antara mengampuni dan diampuni. "Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu. (Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.") (Markus 11:26).

Kita harus mampu membuang segala kepahitan dalam hidup dan menggantikannya dengan kemampuan untuk mengampuni sebagaimana Tuhan sendiri mengampuni kita lewat Kristus. "Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (Efesus 4:31-32). Menghadapi kepahitan terhadap orang lain kunci pertamanya adalah memaafkan. Bukan sekedar memaafkan dari luar, tapi kita harus mampu memberi pengampunan tulus dan ikhlas yang berasal dari hati. Tanpa melakukan hal ini, kita akan terhalang untuk menerima berkat dan pertolongan Tuhan. Percayalah Tuhan mampu mengangkat kepahitan itu hingga ke akar-akarnya bahkan menggantikannya dengan damai sukacita dalam hidup yang berkelimpahan. Jika kita lihat ayat bacaan hari ini, sebuah bintang besar bernama Apsintus jatuh dari langit kemudian membuat sepertiga dari semua air menjadi pahit, dan orang yang meminumnya akan mati. Kepahitan itu mematikan. kepahitan terhadap orang lain haruslah diatasi sesegera mungkin agar tidak menjadi racun yang menghilangkan kasih mula-mula, terus menghancurkan bahkan mematikan kita. Jangan sampai kepahitan membuat kita kehilangan kasih mula-mula, tapi berikanlah pengampunan, tetaplah ingat kasih Allah, tetaplah percaya pada kuasaNya, sehingga Tuhan akan mengobati kepahitan itu dan menggantikannya dengan damai sejahtera, sukacita dan berkat-berkat lainnya.

Kepahitan itu mematikan. Pilihlah hidup yang penuh berkat dan kelimpahan dengan menjaga kasih mula-mula tetap menyala

Kehilangan Kasih Mula-Mula (3) : Kepahitan Terhadap Sesama Manusia

Ayat bacaan: Wahyu 8:11
=======================
"Nama bintang itu ialah Apsintus. Dan sepertiga dari semua air menjadi apsintus, dan banyak orang mati karena air itu, sebab sudah menjadi pahit."

kepahitan terhadap manusia, kehilangan kasih mula-mulaKalau kemarin kita melihat hal kepahitan terhadap Tuhan, hari ini mari kita melihat kepahitan terhadap sesama manusia. Ada kalanya dalam perjalanan hidup kita mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan akibat perbuatan orang lain seperti ditolak, ditipu, dikhianati, dikecewakan, dilukai dan sebagainya. Hal-hal seperti ini menimbulkan luka dan terkadang membekas dalam diri kita. Endapan bekas itu kemudian menjadi trauma dan timbullah kepahitan dalam hidup. Seringkali kepahitan ini timbul bukan terhadap orang-orang yang jauh dari kita, tapi justru terhadap orang-orang yang dekat dengan kita. Orang yang kita cintai, orang-orang yang seharusnya bisa kita percaya, tetapi ternyata malah menyakiti perasaan kita. Begitu banyak istri yang mengalami kepahitan terhadap suaminya akibat dikhianati, anak yang mengalami kepahitan terhadap orang tuanya akibat tidak diperhatikan atau pengalaman-pengalaman traumatis di masa kecil, kepahitan terhadap saudara sendiri dan lain-lain. Orang yang mengalami kepahitan lama-lama akan mengalami krisis kepercayaan. Mereka akan selalu dilingkupi rasa curiga, akan selalu merasa tidak aman, yang seringkali berlebihan. Mereka akan sulit percaya agar tidak terjebak untuk kesekian kalinya. Mereka akan membangun tembok tebal dan tinggi dimana mereka akan mengurung diri mereka didalamnya. Ada seorang teman yang trauma karena dikhianati kekasihnya, dan saat ini ia tidak berani untuk menerima orang lain. Ia berkata bahwa ia harus menjaga jarak dari siapapun, tidak mau terlalu dekat dengan siapapun, karena semua orang punya potensi untuk mengecewakannya. Ia juga menjadi rendah diri,selalu merasa kurang dari orang lain. Rasa sulit percaya pada orang lain ini adalah masalah hati, yang jika dibiarkan berlarut-larut lama kelamaan akan mencemarkan kerohanian juga. Mereka pun akan sampai kepada tahap dimana mereka sulit percaya pada Tuhan, dan akhirnya kehilangan kasih mula-mula.

Saya mengerti bahwa terkadang tidaklah mudah bagi kita untuk mengampuni, apalagi jika kepahitan itu timbul akibat sesuatu yang sangat menyakitkan dan traumatis. Perkosaan, pelecehan seksual, siksaan dalam waktu lama dan lain-lain bisa membuat para korban merasa masa depannya hancur sehingga mereka akan sulit untuk melangkah ke depan. Tapi Alkitab tetap mengajarkan untuk mengampuni, seperti Tuhan pun senantiasa siap untuk mengampuni kita. Kita manusia yang tidak luput dari kesalahan dan terus berbuat dosa. "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Roma 3:23), tapi lihatlah betapa Allah begitu mengasihi kita. Ayat selanjutnya berkata "dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (ay 24). Itulah bentuk kasih Tuhan pada kita. Berkali-kali kita jatuh dalam dosa, tapi Tuhan tetap tidak kenal lelah memberi pengampunan. Inilah prinsip pengampunan yang tuntas. Dia tidak akan mengungkit lagi dosa-dosa di masa lalu yang telah kita akui dengan pertobatan sungguh-sungguh. Bentuk kasih seperti inilah yang diajarkan Kristus untuk kita lakukan. Dalam Matius 28:22, menjawab pertanyaan Petrus, Tuhan Yesus berkata bahwa kita haruslah mengampuni tidak hanya tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Ini menggambarkan pengampunan tak terbatas yang harus mampu kita sediakan. Lalu Yesus juga mengingatkan: "Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia." (Lukas 17:3-4). Yesus meminta kita untuk menjaga diri agar selalu siap untuk memberikan pengampunan tanpa terkecuali dan tanpa batas. Selanjutnya ada hubungan kuat antara mengampuni dan diampuni. "Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu. (Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.") (Markus 11:26).

Kita harus mampu membuang segala kepahitan dalam hidup dan menggantikannya dengan kemampuan untuk mengampuni sebagaimana Tuhan sendiri mengampuni kita lewat Kristus. "Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (Efesus 4:31-32). Menghadapi kepahitan terhadap orang lain kunci pertamanya adalah memaafkan. Bukan sekedar memaafkan dari luar, tapi kita harus mampu memberi pengampunan tulus dan ikhlas yang berasal dari hati. Tanpa melakukan hal ini, kita akan terhalang untuk menerima berkat dan pertolongan Tuhan. Percayalah Tuhan mampu mengangkat kepahitan itu hingga ke akar-akarnya bahkan menggantikannya dengan damai sukacita dalam hidup yang berkelimpahan. Jika kita lihat ayat bacaan hari ini, sebuah bintang besar bernama Apsintus jatuh dari langit kemudian membuat sepertiga dari semua air menjadi pahit, dan orang yang meminumnya akan mati. Kepahitan itu mematikan. kepahitan terhadap orang lain haruslah diatasi sesegera mungkin agar tidak menjadi racun yang menghilangkan kasih mula-mula, terus menghancurkan bahkan mematikan kita. Jangan sampai kepahitan membuat kita kehilangan kasih mula-mula, tapi berikanlah pengampunan, tetaplah ingat kasih Allah, tetaplah percaya pada kuasaNya, sehingga Tuhan akan mengobati kepahitan itu dan menggantikannya dengan damai sejahtera, sukacita dan berkat-berkat lainnya.

Kepahitan itu mematikan. Pilihlah hidup yang penuh berkat dan kelimpahan dengan menjaga kasih mula-mula tetap menyala

Pentingnya Waktu

Untuk mengetahui nilai satu tahun, tanyakanlah kepada siswa yang gagal ujian akhir.

Untuk mengetahui nilai satu bulan, tanyakanlah kepada ibu yang melahirkan bayi prematur.


Untuk mengetahui nilai satu minggu, tanyakanlah kepada seorang editor surat kabar mingguan.


Untuk mengetahui nilai satu menit, tanyakanlah kepada seorang yang baru saja ketinggalan bus, kereta api, atau pesawat.


Untuk mengetahui nilai satu detik, tanyakanlah kepada seorang yang selamat dari kecelakaan.


Untuk mengetahui nilai satu milidetik, tanyakanlah kepada seorang yang meraih medali perak di Olimpiade.


Hargailah dan gunakanlah waktu yang diberikan kepada Anda sebagai kesempatan untuk meraih yang terbaik dengan bertanggungjawab.


God bless


Rabu, 26 November 2008

Kehilangan Kasih Mula-Mula (2) : Kepahitan Terhadap Tuhan

Ayat bacaan: Ibrani 12:15
====================
"Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang."


kepahitan terhadap manusia, kehilangan kasih mula-mula Ada sebuah survei yang pernah saya baca di majalah mengatakan bahwa 70% orang marah akan sesuatu. Kemarahan bisa berasal dari berbagai masalah, ketidakpuasan atau kecemburuan. Rasanya tidak ada orang di dunia ini yang tidak pernah marah. Kemarahan ini dalam waktu tertentu bisa berubah menjadi kepahitan jika dibiarkan berlarut-larut. Kemarahan tidak hanya diarahkan kepada sesama manusia, tapi ada pula yang marah hingga mengalami kepahitan kepada Tuhan. Kenapa? Banyak alasannya. Misalnya, ada yang mengalami kepahitan karena orang yang sangat mereka sayangi mengalami hal-hal buruk dalam hidupnya atau mungkin juga kematian. Adik saya sendiri mengalami kepahitan sejak ibu kami meninggal. Disaat ibu kami meninggal, dua keadaan yang kontras terjadi. Saya mendapat pengalaman-pengalaman rohani luar biasa sehingga bertobat dan menerima Kristus, sedangkan adik saya mengalami kepahitan karena tidak rela ibu dipanggil Tuhan. Ada yang merasa apa yang mereka alami tidaklah adil. Ada banyak orang yang kecewa pada Tuhan karena ia melihat rekan sekerjanya mengalami karir yang meningkat pesat sementara mereka masih jalan di tempat, atau teman di kampus yang jarang masuk dan kerjanya menyontek mendapatkan nilai lebih baik daripada dirinya yang mati-matian belajar. Ada pula yang mengalami kepahitan akibat didera kemiskinan, tekanan hidup, masalah bertubi-tubi dalam waktu yang lama. "Buat apa beribadah? Toh hidup sama saja, terus menderita dan kekurangan.." Ini kira-kira keluhan seorang supir angkot yang pernah saya dengar.

Dalam Alkitab pun beberapa kali kita menemukan kisah tentang kepahitan. Ayub misalnya, pernah berkata: "Semuanya itu sama saja, itulah sebabnya aku berkata: yang tidak bersalah dan yang bersalah kedua-duanya dibinasakan-Nya. Bumi telah diserahkan ke dalam tangan orang fasik, dan mata para hakimnya telah ditutup-Nya; kalau bukan oleh Dia, oleh siapa lagi?" (Ayub 9:22-24). Kepahitan Ayub terus berlanjut, lalu ia berkata: "Allah menyerahkan aku kepada orang lalim, dan menjatuhkan aku ke dalam tangan orang fasik. Aku hidup dengan tenteram, tetapi Ia menggelisahkan aku, aku ditangkap-Nya pada tengkukku, lalu dibanting-Nya, dan aku ditegakkan-Nya menjadi sasaran-Nya. Aku dihujani anak panah, ginjalku ditembus-Nya dengan tak kenal belas kasihan, empeduku ditumpahkan-Nya ke tanah. Ia merobek-robek aku, menyerang aku laksana seorang pejuang." (Ayub 16:12-14). Pada kisah lain, kita melihat juga Naomi pernah mengalami kepahitan. Tetapi ia berkata kepada mereka: "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku." (Rut 1:20-21). Yesus pernah pula menggambarkan kekecewaan dan kemarahan manusia akibat merasa diperlakukan tidak adil dalam perumpamaan tentang penggarap kebun anggur pada Matius 20:9-19.

Kepahitan dalam ayat bacaan di atas digambarkan dengan menarik. Kepahitan digambarkan sebagai akar. Sebuah pohon tumbuh akibat suplai makanan dari akar. Apabila akar ini pahit, maka kepahitan akan mencemari pohon mulai dari batang, ranting hingga daun. Kepahitan yang mengakar tidak saja merugikan diri sendiri tapi bisa membuat orang berpikir pendek dan akhirnya menimbulkan kekacauan. Tuhan tidak menginginkan hal itu terjadi pada kita. Kepahitan pada Tuhan ini akan timbul jika kita tidak melihat kejadian-kejadian yang kita alami dalam kerangka yang lebih besar. Jika kita melihat hanya pada saat ini, dengan kemampuan nalar manusia yang terbatas, mungkin kita akan melihat apa yang kita alami hanyalah penderitaan, ketidakadilan bahkan timbul rasa ketidakpedulian Tuhan pada kita. Tapi ingatlah bahwa rancangan yang disediakan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera (Yeremia 29:11), Ia juga menjanjikan kita sebuah hidup yang dipenuhi segala kelimpahan. (Yohanes 10:10). Dan Tuhan pun mengingatkan pada kita: "Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:9). Kepahitan akan membuat kita semakin jauh dari Allah dan kehilangan kasih mula-mula, kemudian kehilangan kesempatan untuk menerima berkat-berkatNya.

Jika anda saat ini tengah mengalami kepahitan, berdoalah dan miliki kembali iman tanpa keraguan. Percayalah bahwa Tuhan adalah Allah yang penuh kasih setia, tidak pernah meninggalkan kita dan selalu peduli. Tuhan sangat mengasihi kita. Mari kita periksa diri kita, apakah kita telah hidup sesuai firmanNya. Jangan sampai ada berkatNya terhalang karena kita belumlah hidup benar. Jangan sampai ada hal-hal yang kita lakukan tidak berkenan di hadapanNya dan karenanya kita mengalami berbagai penderitaan, yang sebenarnya bukan dari Tuhan tapi adalah sebagai konsekuensi dari tindakan kita yang salah. Kita hendaknya tetap menjaga diri agar tidak mengalami kepahitan yang tidak akan membawa apa-apa yang lebih baik kepada kita. Ketika hujan dan badai sirna, kita akan melihat pelangi yang indah. Ayub akhirnya menyadari kesalahan pola pikirnya dan berhenti menyalahkan Tuhan. (Ayub 42:1-6). "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal." (ay 2), "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu." (ay 5-6). Seperti Ayub yang kemudian menyadari kesalahan pola pikirnya, mari kita yang mengalami kepahitan kembali datang pada Tuhan. Berbaliklah sekarang juga. Alami kembali kasih mula-mula, karena tidak ada rencana Allah yang gagal atau sia-sia. Tuhan mengasihi anda!

Kepahitan akibat kekecewaan atau kemarahan pada Tuhan berasal dari kerangka pemikiran sempit. Percayalah akan rencanaNya yang indah bagi anda

Kehilangan Kasih Mula-Mula (2) : Kepahitan Terhadap Tuhan

Ayat bacaan: Ibrani 12:15
====================
"Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang."


kepahitan terhadap manusia, kehilangan kasih mula-mula Ada sebuah survei yang pernah saya baca di majalah mengatakan bahwa 70% orang marah akan sesuatu. Kemarahan bisa berasal dari berbagai masalah, ketidakpuasan atau kecemburuan. Rasanya tidak ada orang di dunia ini yang tidak pernah marah. Kemarahan ini dalam waktu tertentu bisa berubah menjadi kepahitan jika dibiarkan berlarut-larut. Kemarahan tidak hanya diarahkan kepada sesama manusia, tapi ada pula yang marah hingga mengalami kepahitan kepada Tuhan. Kenapa? Banyak alasannya. Misalnya, ada yang mengalami kepahitan karena orang yang sangat mereka sayangi mengalami hal-hal buruk dalam hidupnya atau mungkin juga kematian. Adik saya sendiri mengalami kepahitan sejak ibu kami meninggal. Disaat ibu kami meninggal, dua keadaan yang kontras terjadi. Saya mendapat pengalaman-pengalaman rohani luar biasa sehingga bertobat dan menerima Kristus, sedangkan adik saya mengalami kepahitan karena tidak rela ibu dipanggil Tuhan. Ada yang merasa apa yang mereka alami tidaklah adil. Ada banyak orang yang kecewa pada Tuhan karena ia melihat rekan sekerjanya mengalami karir yang meningkat pesat sementara mereka masih jalan di tempat, atau teman di kampus yang jarang masuk dan kerjanya menyontek mendapatkan nilai lebih baik daripada dirinya yang mati-matian belajar. Ada pula yang mengalami kepahitan akibat didera kemiskinan, tekanan hidup, masalah bertubi-tubi dalam waktu yang lama. "Buat apa beribadah? Toh hidup sama saja, terus menderita dan kekurangan.." Ini kira-kira keluhan seorang supir angkot yang pernah saya dengar.

Dalam Alkitab pun beberapa kali kita menemukan kisah tentang kepahitan. Ayub misalnya, pernah berkata: "Semuanya itu sama saja, itulah sebabnya aku berkata: yang tidak bersalah dan yang bersalah kedua-duanya dibinasakan-Nya. Bumi telah diserahkan ke dalam tangan orang fasik, dan mata para hakimnya telah ditutup-Nya; kalau bukan oleh Dia, oleh siapa lagi?" (Ayub 9:22-24). Kepahitan Ayub terus berlanjut, lalu ia berkata: "Allah menyerahkan aku kepada orang lalim, dan menjatuhkan aku ke dalam tangan orang fasik. Aku hidup dengan tenteram, tetapi Ia menggelisahkan aku, aku ditangkap-Nya pada tengkukku, lalu dibanting-Nya, dan aku ditegakkan-Nya menjadi sasaran-Nya. Aku dihujani anak panah, ginjalku ditembus-Nya dengan tak kenal belas kasihan, empeduku ditumpahkan-Nya ke tanah. Ia merobek-robek aku, menyerang aku laksana seorang pejuang." (Ayub 16:12-14). Pada kisah lain, kita melihat juga Naomi pernah mengalami kepahitan. Tetapi ia berkata kepada mereka: "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku." (Rut 1:20-21). Yesus pernah pula menggambarkan kekecewaan dan kemarahan manusia akibat merasa diperlakukan tidak adil dalam perumpamaan tentang penggarap kebun anggur pada Matius 20:9-19.

Kepahitan dalam ayat bacaan di atas digambarkan dengan menarik. Kepahitan digambarkan sebagai akar. Sebuah pohon tumbuh akibat suplai makanan dari akar. Apabila akar ini pahit, maka kepahitan akan mencemari pohon mulai dari batang, ranting hingga daun. Kepahitan yang mengakar tidak saja merugikan diri sendiri tapi bisa membuat orang berpikir pendek dan akhirnya menimbulkan kekacauan. Tuhan tidak menginginkan hal itu terjadi pada kita. Kepahitan pada Tuhan ini akan timbul jika kita tidak melihat kejadian-kejadian yang kita alami dalam kerangka yang lebih besar. Jika kita melihat hanya pada saat ini, dengan kemampuan nalar manusia yang terbatas, mungkin kita akan melihat apa yang kita alami hanyalah penderitaan, ketidakadilan bahkan timbul rasa ketidakpedulian Tuhan pada kita. Tapi ingatlah bahwa rancangan yang disediakan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera (Yeremia 29:11), Ia juga menjanjikan kita sebuah hidup yang dipenuhi segala kelimpahan. (Yohanes 10:10). Dan Tuhan pun mengingatkan pada kita: "Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:9). Kepahitan akan membuat kita semakin jauh dari Allah dan kehilangan kasih mula-mula, kemudian kehilangan kesempatan untuk menerima berkat-berkatNya.

Jika anda saat ini tengah mengalami kepahitan, berdoalah dan miliki kembali iman tanpa keraguan. Percayalah bahwa Tuhan adalah Allah yang penuh kasih setia, tidak pernah meninggalkan kita dan selalu peduli. Tuhan sangat mengasihi kita. Mari kita periksa diri kita, apakah kita telah hidup sesuai firmanNya. Jangan sampai ada berkatNya terhalang karena kita belumlah hidup benar. Jangan sampai ada hal-hal yang kita lakukan tidak berkenan di hadapanNya dan karenanya kita mengalami berbagai penderitaan, yang sebenarnya bukan dari Tuhan tapi adalah sebagai konsekuensi dari tindakan kita yang salah. Kita hendaknya tetap menjaga diri agar tidak mengalami kepahitan yang tidak akan membawa apa-apa yang lebih baik kepada kita. Ketika hujan dan badai sirna, kita akan melihat pelangi yang indah. Ayub akhirnya menyadari kesalahan pola pikirnya dan berhenti menyalahkan Tuhan. (Ayub 42:1-6). "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal." (ay 2), "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu." (ay 5-6). Seperti Ayub yang kemudian menyadari kesalahan pola pikirnya, mari kita yang mengalami kepahitan kembali datang pada Tuhan. Berbaliklah sekarang juga. Alami kembali kasih mula-mula, karena tidak ada rencana Allah yang gagal atau sia-sia. Tuhan mengasihi anda!

Kepahitan akibat kekecewaan atau kemarahan pada Tuhan berasal dari kerangka pemikiran sempit. Percayalah akan rencanaNya yang indah bagi anda

Kupu-Kupu dan Kaktus

Suatu ketika seorang lelaki mohon kepada Tuhan sekuntum bunga dan seekor kupu-kupu namun Tuhan malah memberinya sebonggol kaktus .... dan seekor ulat.

Alangkah sedihnya lelaki itu, ia tak mengerti kenapa permintaannya keliru. Pikirnya, "Oh, Tuhan masih banyak tugas mengurus orang-orang lain ...". Dan dia memutuskan tidak akan mempertanyakannya lagi.

Setelah beberapa waktu, si lelaki memeriksa kembali permintaan yang telah lama dilupakannya. Betapa terkejutnya dia, dari sebonggol tanaman kaktus berduri dan jelek itu tumbuhlah sekuntum bunga yang elok. Dan ulat yang menjijikkan telah berubah menjadi kupu-kupu yang sangat cantik.

TUHAN selalu melakukan yang terbaik! Cara-NYA SELALU paling baik, walaupun bagi kita kelihatannya tidak baik. Jika Anda memohon sesuatu kepada Tuhan dan ternyata yang diterima berbeda, PERCAYALAH!! Yakinlah bahwa DIA akan selalu memberikan kebutuhanmu pada saat yang tepat.

Apa yang Anda inginkan ...tidak selalu sesuai dengan kebutuhan! Tuhan takkan pernah serta merta mengabulkan doa kita. Teruslah khusuk berdoa untuk-NYA tanpa ragu dan menggerutu.

Hari ini PENUH ONAK BERDURI .... Esok akan menjadi BUNGA yang INDAH!

GOD GIVES THE VERY BEST
TO THOSE WHO LEAVE THE CHOICES UP TO HIM!

Biarkan Tuhan Menilaimu

Apabila engkau berbuat baik, orang lain mungkin akan berprasangka bahwa ada maksud-maksud buruk di balik perbuatan baik yang kau lakukan. Tetapi, tetaplah berbuat baik.
Terkadang orang berpikir secara tidak masuk akal dan bersikap egois. Tetapi, bagaimanapun juga, terimalah mereka apa adanya.

Apabila engkau sukses, engkau mungkin akan mempunyai musuh dan juga teman yang iri hati atau cemburu. Tetapi teruskanlah kesuksesanmu itu.

Apabila engkau jujur dan terbuka, orang lain mungkin akan menipumu. Tetapi, tetaplah bersikap jujur dan terbuka.

Apa yang telah engkau bangun bertahun-tahun lamanya, dapat dihancurkan orang dalam satu malam saja. Tetapi, janganlah berhenti dan tetaplah membangun.

Apabila engkau menemukan kedamaian dan kebahagiaan di dalam hati, orang lain mungkin akan iri hati kepadamu. Tetapi, tetaplah berbahagia.

Kebaikan yang kau lakukan hari ini, mungkin besok dilupakan orang. Tetapi, teruslah berbuat baik.
Berikan yang terbaik dari apa yang kau miliki, dan itu mungkin tidak akan pernah cukup. Tetapi, tetap berikanlah yang terbaik.

Sadarilah bahwa semuanya itu ada di antara engkau dan Tuhan. Tidak akan pernah ada antara engkau dan orang lain. Jangan pedulikan apa yang orang lain pikir atas perbuatan baik yang kau lakukan. Tetapi percayalah bahwa mata Tuhan tertuju pada orang-orang jujur dan Dia sanggup melihat ketulusan hatimu.

Mother Theresa.

Tuhan Itu Baik

Roma 8:28
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Ada dua orang yang mengadakan perjalanan bersama. Mereka membawa seekor keledai untuk mengangkut barang-barang mereka, sebuah obor untuk menerangi jalan di waktu malam, dan seekor ayam, yang merupakan teman keledai itu. Ayam itu duduk di kepala keledai sepanjang perjalanan.

Salah seorang di antaranya sangat saleh, sedangkan seorang yang lainnya tidak percaya pada Tuhan. Sepanjang jalan mereka sering berbincang-bincang tentang Tuhan. "Tuhan itu sangat baik," kata orang yang pertama.

"Kita akan lihat jika pendapatmu itu bisa bertahan dalam perjalanan ini," kata orang yang kedua.
Menjelang petang, mereka tiba di sebuah desa kecil, dan mereka mencari tempat bermalam. Meskipun mereka sudah mencari kesana kemari, tapi tidak seorang pun menerima mereka. Dengan berat hati mereka meneruskan perjalanan sampai keluar kota itu, dan mereka memutuskan tidur di sana.

"Saya pikir kamu tadi bilang bahwa Tuhan itu baik," kata orang kedua dengan sinis.

"Tuhan telah memutuskan bahwa di sinilah tempat bermalam kita yang terbaik," jawab temannya.

Mereka memasang tempat tidur mereka di bawah sebuah pohon yang besar, di samping jalan menuju ke desa tadi, lalu mengikat keledai mereka lima meter dari tempat tidur mereka. Ketika mereka mau menyalakan obor, tiba-tiba terdengar suara gaduh. Seekor singa menerkam keledai mereka hingga mati dan menyeretnya untuk dimakan. Dengan segera kedua orang itu memanjat pohon agar selamat.

"Kamu masih bilang bahwa Tuhan itu baik?" kata orang yang kedua dengan marah.

"Jika singa itu tidak menerkam keledai kita, ia tentunya menyerang kita. Tuhan memang baik," jawab orang yang pertama.

Beberapa saat kemudian terdengar jeritan ayam mereka. Dari atas pohon, mereka bisa melihat bahwa seekor kucing liar telah menerkam ayam mereka dan menyeretnya ke sana kemari.

Sebelum orang kedua sempat berkata sesuatu, orang yang pertama mengatakan, "Jeritan ayam itu sekali lagi menyelamatkan kita. Tuhan itu baik."

Beberapa menit kemudian hembusan angin kencang memadamkan obor mereka, yang merupakan satu-satunya penghangat badan mereka di malam yang kelamitu. Sekali lagi orang yang kedua mengejek temannya. "Tampaknya kebaikan Tuhan terus bekerja sepanjang malam ini," katanya. Kali ini, orang yang pertama diam saja.

Pagi hari berikutnya kedua orang itu kembali menuju desa itu untuk mencari makanan. Mereka segera mendapati bahwa segerombolan besar perampok telah menyerang desa itu semalam dan merampok seluruh desa itu.

Mengetahui hal ini orang yang pertama berkata, "Akhirnya menjadi jelas bahwa Tuhan itu memang sangat baik. Seandainya kita bermalam di desa ini, maka kita pasti sudah dirampok bersama seluruh desa ini. Seandainya angin tidak memadamkan obor kita, maka para perampok itu, yang pasti melewati jalan di dekat tempat kita tidur, akan melihat kita dan merampok barang-barang kita. Jelas, Tuhan itu baik!!"

Curriculum Vitae Yesus Kristus

CURRICULUM VITAE YESUS KRISTUS

Nama : Yesus Kristus
Alamat : Markus 16:19 .....sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah
Telepon : Doa, iman, percaya, pengharapan
Website : Alkitab (Injil)
Password : Kristus,Tuhan, Juru Selamat,Yesus
Tujuan :
Aku menyampaikan kepada kalian riwayat hidup-Ku ini, karena Aku sedang mengusahakan suatu posisi management puncak dalam hatimu. Silakan membaca data pribadi-Ku berikut ini.
KeistimewaanKU:
1. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam Nama-Mu (Bapa), yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa (Yoh 17:12)
2. "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. (Matius 28:18)
3. Aku menebus manusia dari kutukan hukum taurat (Galatia3:13)
4. Berkat-berkat Perjanjian dengan Abraham datang atas diri kamu lewat diriKu (Galatia3:14)
5. Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. (Matius11:5)
6. Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. (Yesaya 9:5)
7. Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang (Yes 5:10 ) TUHAN adil dalam segala jalan-Nya (Mazmur 145:17), setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. (Mazmur 145:13)
8. Tetapi siapa mendengarkan aku, ia akan tinggal dengan aman, terlindung dari pada kedahsyatan malapetaka." (Amsal 1:33)
9. Aku mempertaruhkan hidupKu supaya kamu dapat hidup (2Korintus 5:15)
10. Aku adalah pendamaian untuk segala dosa kita. (1 Yoh 12:47) Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa. (Matius 26:28) Aku mempunyai kuasa, kemampuan dan kekuatan untuk membersihkan dosa-dosamu ( I Yoh 1:7-9)
11. Dan masih banyak lagi, masih banyak lagi tak tertuliskan

Personality :
TUHAN itu berpanjangan sabar dan kasih setia-Nya berlimpah-limpah, Ia mengampuni kesalahan dan pelanggaran, tetapi sekali-kali tidak membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, bahkan Ia membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat. (Bilangan 14:18)
Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita (Mazmur 103:9,10)

Latar Belakang :

Aku menguasai seluruh pengetahuan yang luas dan dalam, kebijaksanaan dan pengertian.
Dalam diriku tersimpan segala harta hikmat dan pengetahuan (kolose 2 :3)
FirmanKu begitu kuat; sehingga sebagaimana sudah ditulis menjadi sebuah pelita untuk kakimu dan terang untuk langkahmu (Mazmur 119:105). Aku bahkan dapat mengungkapkan semua rahasia hatimu (Mazmur 44:22)

Achievement :

Ada banyak perbuatan menakjubkan yang besar, terlalu banyak untuk dicatat di sini. Anda dapat membacanya di WebsiteKu dengan nama: Alkitab (Injil)

Referensi:

Umat beriman dan para pengikut di seluruh dunia akan menyaksikan kesembuhan, keselamatan, pelepasan, mukjizat, pemulihan ilahiku dan Bimbingan adikodrati.

Ringkasan:

Sekarang bagaimana anda telah membaca cvKU, Aku Yakin bahwa Aku merupakan satu-satunya calon yang berkualitas dan unik untuk mengisi posisi penting dalam hatimu.
Akhir kata, Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri..
Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. (Amsal 3:5-6)
Aku akan menuntun langkahmu dan menghantar Anda menuju kehidupan yang kekal (Yoh 6:47).
Kapan Aku dapat memulai? Waktu adalah yang terpenting
(Ibrani 3:15)


Best regards

Yesus

Selasa, 25 November 2008

Kehilangan Kasih Mula-Mula (1) : Prolog

Ayat bacaan: Wahyu 2:4
========================
"Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula."

kehilangan kasih mula-mulaSaya sering merasa kagum sekaligus terharu ketika melihat pasangan lanjut usia masih berjalan bersama-sama bergandengan tangan. Romantisme menurut saya, tidaklah terbukti secara nyata ketika hal tersebut terlihat pada pasangan muda, namun akan berbicara banyak ketika terjadi pada pasangan usia senja. Betapa indahnya ketika melihat kakek dan nenek masih saling memandang dengan penuh cinta, pandangan mata yang seolah-olah berbicara banyak mengenai sepanjang jalan kenangan yang mereka lalui bersama. Suka dan duka, derai tawa dan butir air mata, betapa mereka begitu bahagia mereka diciptakan untuk menjadi satu. Dalam doa-doa saya, saya selalu mengucap syukur atas "belahan jiwa" yang begitu luar biasa yang diberikan Tuhan pada saya. Manusia tidaklah ada yang sempurna, tapi saya sungguh percaya bahwa apa yang diberikan Tuhan itu adalah yang terbaik buat saya. Saya pun berdoa, agar saya mampu membahagiakan istri saya hingga akhir, dan berdoa agar tatapan mata penuh cinta,romansa antara pasangan lanjut usia ini suatu saat bisa saya alami.

Tapi sayangnya hal seperti itu semakin hari semakin jarang kita saksikan. Tekanan hidup, godaan keinginan daging, rutinitas, kesibukan yang menyita waktu, kebosanan, adanya keluhan yang terpendam dan sebagainya membuat banyak orang malah bercerai dalam usia pernikahan singkat. Begitu banyak tayangan film yang menggambarkan perselingkuhan dan pertengkaran rumah tangga yang, saya tidak tahu, apakah mengajarkan, menganjurkan, atau malah berupa potret realita kehidupan jaman sekarang. Usia pernikahan saya sendiri memang baru seumur jagung, sehingga sulit bagi saya untuk bersaksi apa-apa. Namun satu hal yang pasti, saya menyadari betul bahwa pasangan hidup saya adalah seseorang yang berasal dari Tuhan, dan saya yakin Tuhan tidak menginginkan saya menyakiti dirinya. Sebagaimana saya mengasihi Tuhan, bersyukur luar biasa atas karuniaNya, saya pun harus menjaga apa yang telah Dia berikan dengan segenap hidup saya. Itu satu hal yang saya imani.

Kehilangan kasih mula-mula. Itulah yang ingin saya gambarkan. Kehilangan kasih mula-mula, apapun alasannya, jelas salah satu faktor utama yang membuat orang terjatuh pada dosa perselingkuhan dan perceraian. "Gue udah nggak ada rasa sama dia.." kata seorang teman yang akhirnya memutuskan untuk bercerai. Padahal saya yakin pada masa pacaran, "kau-lah bulan, kau-lah bintang" menjadi tema hidup utama bagi para pasangan. Kehilangan kasih mula-mula, hilang rasa, atau bahasa gaulnya, ilfil (hilang feeling), tidak saja terjadi pada pasangan hidup, tapi juga bisa menimpa hubungan vertikal antara kita dengan Tuhan, Pencipta kita. Kita lihat, Tuhan tidak pernah ilfil atau kehilangan kasih kepada kita. "..Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20). "..sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau." (Ulangan 31:6b). Begitu banyak ayat yang menyatakan Tuhan akan menyertai kita, dan kita tahu Tuhan tidak akan pernah ingkar janji. Tapi sebagai manusia, ada beberapa hal yang bisa membuat kita kehilangan kasih mula-mula, kasih meluap-luap ketika kita baru saja menerima Kristus sebagai Juru Selamat. Dan Tuhan tidak pernah menginginkan itu terjadi.

Kalau kita lihat ayat bacaan hari ini, ada firman Tuhan yang ditujukan pada jemaat Efesus. Jemaat Efesus adalah jemaat luar biasa yang setia dan penuh semangat penginjilan, mereka diberkati banyak karunia, rela menderita dan tidak kenal lelah dalam melayani Tuhan. Namun Tuhan kemudian menegur mereka, karena mereka kehilangan kasih mula-mula. Pekerjaan pelayanan mereka kemudian menjadi prioritas utama, lebih dari kerinduan untuk mengenal pribadi Tuhan secara intim dengan lebih jauh. Tuhan mencela anak-anakNya yang meninggalkan kasih mula-mula.

Seperti pesan Tuhan pada jemaat Efesus, pesan yang sama pun ditujukan pada kita semua agar jangan sampai kehilangan kasih mula-mula. Bagi yang mulai merasa jauh dari Tuhan, mulai kehilangan motivasi, kehilangan semangat untuk bersekutu denganNya, Tuhan mengingatkan untuk bertobat. "Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat." (Wahyu 4:5). Renungan dalam beberapa hari ke depan akan diisi dengan berbagai hal yang bisa menyebabkan orang kehilangan kasih mula-mula. Saya percaya Tuhan rindu pada anak-anakNya yang mulai berkurang kasihnya, Dia rindu untuk menerima anda kembali, dan Dia akan menyambut anda dengan sukacita! Beberapa hal yang bisa menyebabkan orang kehilangan kasih mula-mula akan saya bagikan, agar kita bisa berhati-hati ketika kita tengah mengalami hal-hal tersebut dalam hidup dan tanpa sadar mulai kehilangan kasih ini.

Keep love to Him alive, get deeper and never leave Him, for the Lord is Good!

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari