Rabu, 29 Oktober 2014

Ditolong Oleh Firman

Info

Oleh: Helen Maria Veronica


ditolong-firman


Pernahkah kamu kecewa sama Tuhan? Aku pernah.


Aku kecewa karena aku merasa diciptakan Tuhan sebagai seorang yang bodoh. Nilai-nilaiku di sekolah sejak kelas 1 SD selalu banyak merahnya. Sempat mencoba les, tetapi sia-sia, nilaiku tetap saja jelek. Sampai-sampai, guruku sendiri pun menyebutku sebagai anak yang bodoh. Sakit rasanya dicap sebagai orang bodoh. Aku jadi mudah patah semangat, lebih sering mengeluh karena merasa diriku tidak bisa apa-apa. Mungkin karena putus asa membayariku les tanpa hasil, orangtuaku memutuskan agar aku berhenti saja. Jadi, aku mulai belajar sendiri di rumah dengan dibantu mama.


Melihat teman-teman yang punya ranking di kelas, aku sering merasa iri. Mengapa Tuhan ciptakan mereka pintar dan aku bodoh? Diam-diam aku suka mengamati teman-temanku yang pintar. Betapa aku ingin menjadi seperti mereka. Aku perhatikan kebiasaan mereka, gerak-gerik mereka, untuk aku tirukan. Ketika aku mendengar teman yang pintar suka makan banyak protein seperti ikan dan telur, aku pun ikut suka makan ikan dan telur supaya pintar seperti mereka. Ketika aku melihat teman yang pintar mengelap keringat di keningnya dengan gaya tertentu (dan ia bilang bahwa cara itu bisa membuat pikiran lebih encer), aku pun sering menirukannya. Ada sisi positifnya, karena aku yang tadinya malas jadi mulai rajin belajar, yang tadinya pilih-pilih makanan jadi suka makan banyak makanan berprotein. Nilaiku mulai membaik meski masih naik turun tak jelas. Namun, sekalipun lebih sering belajar, tetap saja aku masih merasa bodoh. Sepertinya sia-sia berusaha, karena aku merasa memang aku ini diciptakan sebagai orang bodoh. Mau apa lagi?


Lalu, suatu saat aku mendengar kesaksian yang mengatakan bahwa membaca Alkitab tiap hari dapat membuat orang menjadi pintar dan berhikmat. Wow, tentu saja aku mau mencobanya. Aku pun mendisiplin diri untuk membaca Alkitab. Meski hanya berawal dari rasa penasaran, Tuhan memakai waktu-waktu pembacaan Alkitab itu untuk menyapaku secara pribadi. Dia berfirman dalam Matius 11:28: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Tuhan sungguh tahu bahwa menjalani hidup di dunia ini tidaklah mudah, termasuk untuk seorang anak muda seperti aku. Apalagi dengan tekanan dari orang-orang di sekelilingku yang menganggap aku bodoh. Tuhan memberiku undangan untuk datang kepada-Nya. Aku tidak perlu menanggung semua beban hidup ini sendirian.


Tuhan juga meluruskan pikiranku tentang apa yang sebenarnya disebut sebagai orang bodoh. Amsal 1:7 berkata “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang yang bodoh menghina hikmat dan didikan.” Tidak ada yang diciptakan Tuhan sebagai orang bodoh. Semua orang diberi-Nya kemampuan untuk belajar. Orang bodoh adalah orang yang “menghina hikmat dan didikan” alias tidak mau belajar atau tidak merasa butuh diajar. Sebaliknya, orang yang takut akan Tuhan menyadari keterbatasannya dan bersedia dituntun Tuhan untuk belajar hal-hal baru. Ayat Alkitab ini sangat menguatkanku dan terus aku ingat dalam menghadapi tiap masalah dalam pelajaran.


Aku mulai menyadari bahwa selama ini pikiranku terlalu penuh dengan keluhan dan sakit hati pada Tuhan dan orang-orang di sekitarku. Aku jadi tidak bisa melihat kebaikan Tuhan dan kesempatan-kesempatan belajar yang Dia sediakan. Ketika aku membaca Alkitab secara teratur, Tuhan menolongku untuk melihat masalah-masalahku dari sudut pandang-Nya. Dengan pikiran yang diperbarui itu, aku pun bisa belajar tanpa beban, yakin bahwa Tuhan punya rencana bagi hidupku yang indah pada waktu-Nya. Aku jadi semangat belajar, tahu bahwa Tuhan sesungguhnya tidak pernah menciptakanku sebagai orang bodoh. Percaya atau tidak, sejak saat itu aku mulai sering dapat ranking, bahkan pernah meraih juara umum di sekolahku.


Salah satu kata motivasi yang pernah kudengar adalah: “terimalah apa yang tidak bisa kamu ubah, dan ubahlah apa yang tidak bisa kamu terima“. Adakalanya kita kecewa karena hal-hal yang memang tidak bisa kita ubah. Misalnya saja, bagaimana orang lain memahami dan memperlakukan kita. Menghadapi hal-hal semacam itu, kita dapat bersandar pada janji Tuhan bahwa Dia dapat bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan, membentuk kita makin serupa Kristus. Namun, adakalanya juga, kekecewaan kita muncul dari hal-hal yang sebenarnya bisa dan perlu kita ubah. Misalnya saja: pola pikir kita yang keliru, kebiasaan-kebiasaan buruk kita, pengetahuan atau keterampilan kita yang kurang. Betapa kita perlu terus-menerus ditolong Firman Tuhan, agar kita tidak cepat menjadi kecewa dan menyalahkan Tuhan. Betapa kita perlu terus-menerus diajar Firman Tuhan, agar kita dapat memiliki sudut pandang yang tepat dalam menghadapi masalah-masalah kita.


Firman Tuhan telah menolongku dari pemikiran yang keliru tentang Tuhan dan tentang diriku sendiri. Dan itu mengubah hidupku. Bagaimana Firman Tuhan telah menolongmu dan mengubah hidupmu?


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori SaTe Kamu







from WarungSateKaMu.org

via IFTTT

Musik Dan Pengeras Suara

Info

Kamis, 30 Oktober 2014


Musik Dan Pengeras Suara



3:17 Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.


3:18 Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.


4:1 Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati.


4:2 Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah.


4:3 Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa,


4:4 yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.


4:5 Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus.


4:6 Sebab Allah yang telah berfirman: “Dari dalam gelap akan terbit terang!”, Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.


4:7 Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.



Harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. —2 Korintus 4:7


Musik Dan Pengeras Suara


Christopher Locke membeli sejumlah trompet, trombon, dan trompet tanduk kuno, lalu mengubah semua itu menjadi pengeras suara akustik untuk perangkat iPhone dan iPad. Kreasinya itu didasarkan pada pengeras suara berbentuk trompet yang digunakan pada alat pemutar piringan hitam di akhir abad ke-19. Musik yang dimainkan melalui karya Christopher yang dinamai AnalogTelePhonographers itu memiliki “suara yang lebih keras, jernih, kaya, dan dalam” jika dibandingkan suara yang dihasilkan oleh pengeras-pengeras suara mungil di dalam perangkat digital. Selain menjadi karya seni yang menarik, alat-alat musik bekas berbahan perunggu itu tidak memerlukan daya listrik untuk memperkeras suara musik agar dapat didengar orang.


Perkataan Paulus kepada jemaat di Korintus mengingatkan kita bahwa dalam penyerahan hidup kita bagi Kristus dan upaya kita memberitakan nama-Nya kepada sesama, kita tidaklah menjadi musiknya dan hanya menjadi pengeras suara. “Bukan diri kami yang kami beritakan,” tulis Paulus, “tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus” (2Kor. 4:5). Kita tidak bermaksud menjadi inti pesannya, melainkan untuk menyampaikan pesan itu lewat hidup dan perkataan kita. “Harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami” (ay.7).


Jika sebuah trompet tua saja dapat memperkeras suara musik, maka hidup kita yang jauh dari sempurna ini pun dapat juga menjadi alat untuk menyebarluaskan kebaikan Allah. Kita hanyalah alat pengeras suara; musik dan dayanya berasal dari Allah! —DCM


Terima kasih, ya Tuhan, karena Engkau dapat menggunakan

hidup kami dengan cara-cara yang tak pernah terpikirkan

oleh kami sebelumnya. Tolong kami, agar hidup ini menjadi alat

di tangan-Mu untuk mengumandangkan kebaikan kasih-Mu.


Tidak ada yang tak berguna di tangan Allah.


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSateKaMu.org

via IFTTT

Selasa, 28 Oktober 2014

Dibayangi

Info

Rabu, 29 Oktober 2014


KomikStrip-WarungSateKamu-20141029-Bayangan



42:1 Kemudian datanglah semua perwira tentara, di antaranya Yohanan bin Kareah dan Azarya bin Hosaya, beserta seluruh rakyat, dari yang kecil sampai kepada yang besar,


42:2 dan mereka berkata kepada nabi Yeremia: "Biarlah kiranya permohonan kami sampai di hadapanmu! Berdoalah untuk kami kepada TUHAN, Allahmu, untuk seluruh sisa ini; sebab dari banyak orang hanya sedikit saja kami yang tinggal, seperti yang kaulihat dengan matamu sendiri.


42:3 Semoga TUHAN, Allahmu, memberitahukan kepada kami jalan yang harus kami tempuh dan apa yang harus kami lakukan."


42:4 Jawab nabi Yeremia kepada mereka: "Permohonanmu sudah kudengar! Lihat, aku akan berdoa kepada TUHAN, Allahmu, seperti yang kamu minta itu, dan segala firman, yang diberi TUHAN sebagai jawab, akan kuberitahukan kepadamu; sepatah katapun tidak akan kudiamkan kepadamu!"


42:5 Berkatalah mereka kepada Yeremia: "Biarlah TUHAN menjadi saksi yang benar dan yang dapat dipercaya terhadap kami, jika kami tidak berbuat menurut segala firman yang disuruh TUHAN, Allahmu, kausampaikan kepada kami.


42:6 Maupun baik ataupun buruk, kami akan mendengarkan suara TUHAN, Allah kita, yang kepada-Nya kami mengutus engkau, supaya keadaan kami baik, oleh karena kami mendengarkan suara TUHAN, Allah kita."


42:7 Sesudah sepuluh hari datanglah firman TUHAN kepada Yeremia.


42:8 Lalu Yeremia memanggil Yohanan bin Kareah dan semua perwira tentara yang ada bersama-sama dengan dia, dan seluruh rakyat, dari yang kecil sampai kepada yang besar.


42:9 Berkatalah ia kepada mereka: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel yang kepada-Nya kamu telah mengutus aku untuk menyampaikan permohonanmu ke hadapan-Nya:


42:10 Jika kamu tinggal tetap di negeri ini, maka Aku akan membangun dan tidak akan meruntuhkan kamu, akan membuat kamu tumbuh dan tidak akan mencabut kamu; sebab Aku menyesal telah mendatangkan malapetaka kepadamu.


42:11 Janganlah takut kepada raja Babel yang kamu takuti itu. Janganlah takut kepadanya, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku menyertai kamu untuk menyelamatkan kamu dan untuk melepaskan kamu dari tangannya.


42:12 Aku akan membuat kamu mendapat belas kasihan, sehingga ia merasa belas kasihan kepadamu dan membiarkan kamu tinggal di tanahmu.



TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? —Mazmur 27:1


Dibayangi


Rasanya ada seseorang yang membayang-bayangi saya. Saat berjalan menyusuri sebuah lorong yang gelap, saya berbelok dan menaiki sebuah tangga. Tiba-tiba saya merinding dan terpaku ketika saya melihat sebuah bayangan yang menakutkan. Kejadian itu terulang lagi beberapa hari kemudian. Saya sedang melewati jalan di belakang kedai kopi langganan saya dan melihat bayangan besar berwujud manusia sedang mendekati saya. Namun demikian, kedua kejadian tersebut berakhir dengan senyuman. Ternyata saya telah ditakut-takuti oleh bayangan saya sendiri!


Nabi Yeremia berbicara tentang perbedaan antara kengerian yang nyata dengan ketakutan yang sekadar imajinasi belaka. Sekelompok orang sebangsanya meminta Yeremia untuk mencari tahu apakah Tuhan menghendaki mereka tinggal di Yerusalem atau kembali ke Mesir untuk menyelamatkan diri karena ketakutan mereka pada raja Babel (Yer. 42:1-3). Yeremia mengatakan kepada mereka, apabila mereka tetap tinggal dan mempercayai Allah, mereka tidak perlu merasa takut (ay.10-12). Namun jika mereka kembali ke Mesir, raja Babel akan menemukan mereka (ay.15-16).


Di tengah keadaan yang jelas-jelas berbahaya, Allah telah memberi Israel alasan untuk mempercayai-Nya di Yerusalem. Dia sudah pernah menyelamatkan mereka dari Mesir. Berabad-abad kemudian, Sang Mesias yang telah lama dinantikan mati bagi kita demi membebaskan kita dari dosa dan kengerian maut. Kiranya Allah kita yang Mahakuasa menolong kita pada hari ini untuk hidup di bawah sayap perlindungan-Nya, agar kita tidak lagi hidup di bawah bayang-bayang kengerian yang kita ciptakan sendiri. —MRD II


Percaya saat langitmu berubah kelam,

Percaya saat pelitamu mulai pudar,

Percaya saat bayangan gelap membesar,

Percaya dan berharaplah pada-Nya. —NN.


Di bawah sayap perlindungan Allah, kengerian bayang-bayang gelap dalam hidup akan dienyahkan.


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSateKaMu.org

via IFTTT

Senin, 27 Oktober 2014

Menjaring Angin

Info

Selasa, 28 Oktober 2014


Menjaring Angin



5:9 Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.


5:10 Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain dari pada melihatnya?


5:11 Enak tidurnya orang yang bekerja, baik ia makan sedikit maupun banyak; tetapi kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur.


5:12 Ada kemalangan yang menyedihkan kulihat di bawah matahari: kekayaan yang disimpan oleh pemiliknya menjadi kecelakaannya sendiri.


5:13 Dan kekayaan itu binasa oleh kemalangan, sehingga tak ada suatupun padanya untuk anaknya.


5:14 Sebagaimana ia keluar dari kandungan ibunya, demikian juga ia akan pergi, telanjang seperti ketika ia datang, dan tak diperolehnya dari jerih payahnya suatupun yang dapat dibawa dalam tangannya.


5:15 Inipun kemalangan yang menyedihkan. Sebagaimana ia datang, demikianpun ia akan pergi. Dan apakah keuntungan orang tadi yang telah berlelah-lelah menjaring angin?


5:16 Malah sepanjang umurnya ia berada dalam kegelapan dan kesedihan, mengalami banyak kesusahan, penderitaan dan kekesalan.



Apakah keuntungan orang tadi yang telah berlelah-lelah menjaring angin? —Pengkhotbah 5:15


Menjaring Angin


Howard Levitt kehilangan mobil Ferrari senilai 2,4 milyar rupiah miliknya di suatu ruas jalan raya yang sedang kebanjiran di Toronto, Kanada. Saat itu ia sedang berusaha mengemudikan mobilnya untuk melintasi sebuah genangan air yang ternyata cukup dalam dan yang ketinggiannya naik dengan sangat cepat. Ketika air sudah mencapai bumper mobil, mesin berkekuatan 450 tenaga kuda itu pun mogok. Untunglah, ia berhasil keluar dari mobil dan menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi.


Mobil sport mewah milik Howard yang basah kuyup itu mengingatkan saya pada pernyataan Salomo yang mengamati bahwa “kekayaan itu binasa oleh kemalangan” (Pkh. 5:13). Berbagai bencana alam, pencurian, dan kecelakaan dapat merenggut harta milik kita yang sangat berharga. Sekalipun kita dapat menjaganya, pastilah kita tidak dapat membawa semua itu ke surga (ay.14). Salomo bertanya, “Apakah keuntungan orang tadi yang telah berlelah-lelah menjaring angin?” (ay.15). Alangkah sia-sianya apabila kita bekerja semata-mata untuk memperoleh harta benda yang pada akhirnya akan lenyap.


Namun ada sesuatu yang tidak akan rusak dan yang dapat kita bawa hingga keabadian. Kita semua diberikan kesempatan untuk mengumpulkan harta surgawi yang abadi. Mengejar sifat-sifat mulia seperti kemurahan (Mat. 19:21), kerendahan hati (5:3), dan ketekunan iman (Luk. 6:22-23) akan membuahkan hasil abadi yang tidak dapat dirusakkan. Apakah harta yang kamu kejar sekarang akan musnah di bumi? Ataukah kamu sedang mengejar “perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah”? (Kol. 3:1). —JBS


Ya Allahku, berilah aku kerinduan untuk mengejar upah kekal

dan tidak kasat mata yang Engkau tawarkan.

Ajarlah aku untuk mengabaikan kesenangan sementara

yang ditawarkan oleh dunia ini.


Harta di dunia sama sekali tidak sebanding dengan harta di surga.


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSateKaMu.org

via IFTTT

Menjaring Angin


Howard Levitt kehilangan mobil Ferrari senilai 2,4 milyar rupiah miliknya di suatu ruas jalan raya yang sedang kebanjiran di Toronto, Kanada. Saat itu ia sedang berusaha mengemudikan mobilnya untuk melintasi sebuah genangan air yang ternyata cukup dalam dan yang ketinggiannya naik dengan sangat cepat. Ketika air sudah mencapai bumper mobil, mesin berkekuatan 450 tenaga kuda itu pun mogok. Untunglah, ia berhasil keluar dari mobil dan menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi.


Mobil sport mewah milik Howard yang basah kuyup itu mengingatkan saya pada pernyataan Salomo yang mengamati bahwa “kekayaan itu binasa oleh kemalangan” (Pkh. 5:13). Berbagai bencana alam, pencurian, dan kecelakaan dapat merenggut harta milik kita yang sangat berharga. Sekalipun kita dapat menjaganya, pastilah kita tidak dapat membawa semua itu ke surga (ay.14). Salomo bertanya, “Apakah keuntungan orang tadi yang telah berlelah-lelah menjaring angin?” (ay.15). Alangkah sia-sianya apabila kita bekerja semata-mata untuk memperoleh harta benda yang pada akhirnya akan lenyap.


Namun ada sesuatu yang tidak akan rusak dan yang dapat kita bawa hingga keabadian. Kita semua diberikan kesempatan untuk mengumpulkan harta surgawi yang abadi. Mengejar sifat-sifat mulia seperti kemurahan (Mat. 19:21), kerendahan hati (5:3), dan ketekunan iman (Luk. 6:22-23) akan membuahkan hasil abadi yang tidak dapat dirusakkan. Apakah harta yang Anda kejar sekarang akan musnah di bumi? Ataukah Anda sedang mengejar “perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah”? (Kol. 3:1).



Ya Allahku, berilah aku kerinduan untuk mengejar upah kekal dan tidak kasat mata yang Engkau tawarkan.

Ajarlah aku untuk mengabaikan kesenangan sementara yang ditawarkan oleh dunia ini.


Harta di dunia sama sekali tidak sebanding dengan harta di surga.






from Santapan Rohani http://ift.tt/1tyKM5W

via IFTTT

Minggu, 26 Oktober 2014

Menghalau Galau

Info

Oleh: Inike Lamria Siregar


menghalau-galau


Belakangan makin sering saja kudengar kata “galau”. Istilah yang memang baru tren di kalangan kaum muda ini merujuk pada rasa kuatir dan bingung sendiri ketika harus mengambil sebuah pilihan. Sebagai anak-anak muda Kristen, boleh enggak sih kita galau?


Lirik salah satu lagu rohani berkata demikian:

“…ombak yang menderu tak membuat galau hatiku, ku tau ku selalu mengandalkan-Mu”

(Sampai Batas Waktu, GMB)


Kalau dipikir-pikir, lirik ini bener banget. Mengapa harus galau jika kita punya Tuhan yang dapat diandalkan?


Memang, hidup ini tidaklah semulus jalan tol. Tetapi daripada galau, aku lebih suka “bergumul” dengan masalah yang menghadang. Dalam bergumul kita akan lebih serius, tidak main-main, fokus, dan tentu saja berserah kepada Tuhan. Berserah bukan pasrah, tapi menyerahkan setiap masalah atau pilihan kita kepada Tuhan sebagai pembuat keputusan.


Dalam kegalauan biasanya kita hanya berputar-putar dengan pikirannya sendiri tanpa mengambil tindakan apa-apa. Dalam pergumulan, kita berjuang melakukan sesuatu untuk menghadapi masalah dan mencari solusi. Sebagai para pengikut Kristus, bergumul berarti mendekat kepada Tuhan, berupaya menemukan jawaban atau kehendak-Nya. Makin dekat kita kepada-Nya, makin pekalah kita dengan apa yang Dia ingin kita lakukan, dan makin dapatlah kita menghalau galau… =)


Lalu, gimana caranya dekat dengan Tuhan? Bayangkanlah kalau kamu ingin dekat dengan seseorang. Tentunya kamu berusaha PDKT (pendekatan) dong. Berikut tiga langkah PDKT yang bisa kamu praktikkan untuk memulainya:


Pertama, kita harus sering-sering ketemu dan berkomunikasi. Berbicaralah kepada Tuhan melalui doa. Berdoalah dengan tekun dan sungguh-sungguh. Ceritakan setiap masalah yang kita hadapi. Dia adalah pendengar yang setia dan pemberi solusi yang handal. Dia juga tidak terbatas tempat dan waktu, kita dapat datang pada-Nya kapan saja dan di mana saja. Dia mengundang kita untuk mencurahkan isi hati kita kepada-Nya: “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” – Filipi 4:6


Kedua, kita harus banyak bergaul dengan keluarga-Nya. Keluarga Allah terdiri atas orang-orang yang benar-benar hidup dalam Firman-Nya (Lukas 8:21). Pergilah ke gereja secara teratur. Hadiri persekutuan kaum muda atau bergabunglah dengan kelompok-kelompok pendalaman Alkitab. Berkumpul dengan sesama saudara seiman adalah cara hidup jemaat mula-mula. Kita bisa belajar dari satu sama lain, saling menyemangati, saling membangun, sehingga pengenalan kita akan Allah dapat terus bertumbuh. Mendengar sembarang nasihat orang bisa bikin kita tambah galau. Tetapi mendengar masukan bijak dan melihat teladan dari orang-orang yang hidup dekat dengan Allah, akan menolong kita membuat pilihan-pilihan yang tepat.


Ketiga, kita harus kepo sama Tuhan dengan membaca firman-Nya. Kita harus sungguh-sungguh mau tahu apa yang diinginkan Tuhan di dalam kehidupan kita. Jangan puas dengan mendengar kata orang atau khotbah di gereja saja. Ambillah waktu pribadi untuk bersaat teduh, membaca dan merenungkan Alkitab secara teratur. Kalau kita jarang atau bahkan belum pernah membaca Alkitab, wajar saja kita galau, karena kita tidak banyak tahu tentang Dia. Jangan termakan apa kata orang kalau kamu sendiri belum ngecek kebenarannya dalam Alkitab.


Makin dekat kita kepada Tuhan,

makin pekalah kita dengan apa yang Dia ingin kita lakukan,

dan makin dapatlah kita menghalau galau… =)


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori 09 - Oktober 2014: Aku Kecewa, Tuhan ..., Artikel, Pena Kamu







from WarungSateKaMu.org

via IFTTT

Anggota Baru Keluarga

Info

Senin, 27 Oktober 2014


Anggota Baru Keluarga



15:3 Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:


15:4 "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?


15:5 Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira,


15:6 dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.


15:7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."



Akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan. —Lukas 15:7


Anggota Baru Keluarga


Dalam pelayanan misi ke Jamaika bersama sekelompok paduan suara dari sebuah sekolah menengah Kristen, kami menyaksikan suatu tindakan nyata yang melukiskan kasih Allah. Hari itu kami mengunjungi sebuah panti asuhan bagi anak-anak dan remaja difabel (berkebutuhan khusus). Kami mendapat kabar bahwa Donald, salah satu anak panti yang berinteraksi dengan kami, akan segera diadopsi. Donald adalah seorang remaja penderita cerebral palsy (cacat otak di bagian motorik).


Saat pasangan yang hendak mengadopsi Donald tiba di tempat kami tinggal, saya sangat menikmati percakapan dengan mereka tentang Donald. Namun apa yang terjadi kemudian jauh lebih menggembirakan. Kami sedang berada di penginapan saat Donald dan orangtua barunya datang berkunjung, tidak lama setelah mereka menjemput Donald di panti asuhan. Ketika sang ibu memeluk Donald, murid-murid kami berdiri mengelilinginya dan menyanyikan puji-pujian. Air mata sukacita mengalir. Dan Donald pun berseri-seri!


Kemudian, salah seorang murid berkata kepada saya, “Kejadian tadi mengingatkan saya pada apa yang pasti terjadi di surga saat seseorang diselamatkan. Para malaikat bersukacita karena seseorang telah diadopsi ke dalam keluarga Allah.” Benar sekali, seperti itulah gambaran sukacita di surga ketika seseorang bergabung menjadi anggota keluarga Allah yang abadi oleh iman dalam Kristus. Yesus berbicara mengenai peristiwa agung itu ketika Dia berkata, “Akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat” (Luk. 15:7).


Terpujilah Allah karena Dia telah mengadopsi kita ke dalam keluarga-Nya. Tidak heran para malaikat sangat bersukacita! —JDB


Dia yang menciptakan langit,

Yang mati di Kalvari,

Bersuka bersama para malaikat

Ketika satu jiwa selamat. —Fasick


Malaikat bersukacita saat kita bertobat.


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSateKaMu.org

via IFTTT

Anggota Baru Keluarga


Dalam pelayanan misi ke Jamaika bersama sekelompok paduan suara dari sebuah sekolah menengah Kristen, kami menyaksikan suatu tindakan nyata yang melukiskan kasih Allah. Hari itu kami mengunjungi sebuah panti asuhan bagi anak-anak dan remaja difabel (berkebutuhan khusus). Kami mendapat kabar bahwa Donald, salah satu anak panti yang berinteraksi dengan kami, akan segera diadopsi. Donald adalah seorang remaja penderita cerebral palsy (cacat otak di bagian motorik).


Saat pasangan yang hendak mengadopsi Donald tiba di tempat kami tinggal, saya sangat menikmati percakapan dengan mereka tentang Donald. Namun apa yang terjadi kemudian jauh lebih menggembirakan. Kami sedang berada di penginapan saat Donald dan orangtua barunya datang berkunjung, tidak lama setelah mereka menjemput Donald di panti asuhan. Ketika sang ibu memeluk Donald, murid-murid kami berdiri mengelilinginya dan menyanyikan puji-pujian. Air mata sukacita mengalir. Dan Donald pun berseri-seri!


Kemudian, salah seorang murid berkata kepada saya, “Kejadian tadi mengingatkan saya pada apa yang pasti terjadi di surga saat seseorang diselamatkan. Para malaikat bersukacita karena seseorang telah diadopsi ke dalam keluarga Allah.” Benar sekali, seperti itulah gambaran sukacita di surga ketika seseorang bergabung menjadi anggota keluarga Allah yang abadi oleh iman dalam Kristus. Yesus berbicara mengenai peristiwa agung itu ketika Dia berkata, “Akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat” (Luk. 15:7).


Terpujilah Allah karena Dia telah mengadopsi kita ke dalam keluarga-Nya. Tidak heran para malaikat sangat bersukacita!



Dia yang menciptakan langit,

Yang mati di Kalvari,

Bersuka bersama para malaikat

Ketika satu jiwa selamat. —Fasick


Malaikat bersukacita saat kita bertobat.






from Santapan Rohani http://ift.tt/1tWrTe4

via IFTTT

Sabtu, 25 Oktober 2014

Semuanya Bersama

Info

Minggu, 26 Oktober 2014


Semuanya Bersama



98:1 Mazmur. Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus.


98:2 TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa.


98:3 Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita.


98:4 Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!


98:5 Bermazmurlah bagi TUHAN dengan kecapi, dengan kecapi dan lagu yang nyaring,


98:6 dengan nafiri dan sangkakala yang nyaring bersorak-soraklah di hadapan Raja, yakni TUHAN!


98:7 Biarlah gemuruh laut serta isinya, dunia serta yang diam di dalamnya!


98:8 Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan, dan gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama


98:9 di hadapan TUHAN, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kebenaran.



Bersorak-sorailah bagi TUHAN, hai seluruh bumi! Pujilah TUHAN dengan nyanyian dan sorak gembira. —Mazmur 98:4 (BIS)


Semuanya Bersama


Selama bertahun-tahun piano milik istri saya dan gitar banyo milik saya sudah jarang bahkan nyaris tidak pernah dimainkan bersama. Suatu hari, setelah Janet membelikan saya sebuah gitar baru sebagai hadiah ulang tahun, ia menyatakan keinginannya untuk belajar memainkan gitar lama saya. Janet adalah seorang musisi yang sangat piawai, dan dengan segera kami memainkan lagu-lagu pujian dengan kedua gitar kami bersama-sama. Saya langsung merasakan adanya suatu suasana baru berupa “perpaduan pujian” yang telah memenuhi rumah kami.


Ketika sang pemazmur diilhami untuk menuliskan pujian penyembahannya kepada Allah, ia mengawalinya dengan seruan: “Bersorak-sorailah bagi TUHAN, hai seluruh bumi! Pujilah TUHAN dengan nyanyian dan sorak gembira” (Mzm. 98:4 BIS). Pemazmur mengajak kita untuk menyanyikan “pujian bagi TUHAN” dengan beragam alat musik seperti kecapi, trompet, dan sangkakala (ay.5-6 BIS). Ia memerintahkan seluruh bumi untuk “bersorak-sorai bagi TUHAN” (ay.4 BIS). Dalam paduan puji-pujian yang megah tersebut, laut bergemuruh dengan sukacita, sungai-sungai bertepuk tangan, dan bukit-bukit pun bersorak-sorai dengan riang gembira. Seluruh umat manusia dan karya ciptaan bersama-sama dipanggil untuk memuji Tuhan dengan menyanyikan nyanyian baru, “sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib” (ay.1).


Hari ini, kiranya hatimu berpadu dengan hati sesama dan karya ciptaan Allah untuk menyanyikan puji-pujian bagi Dia, Pencipta dan Penebus yang Mahakuasa. —HDF


Mari kita bersama bersukacita,

Mengangkat pujian dengan satu suara,

Menyanyikan anugerah dan belas kasih-Nya,

Dan segala kebaikan yang Tuhan limpahkan. —Sper


Allah dapat menggunakan alat-alat biasa dan sederhana untuk menghasilkan suatu pujian yang membahana.


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSateKaMu.org

via IFTTT

Semuanya Bersama


Selama bertahun-tahun piano milik istri saya dan gitar banyo milik saya sudah jarang bahkan nyaris tidak pernah dimainkan bersama. Suatu hari, setelah Janet membelikan saya sebuah gitar baru sebagai hadiah ulang tahun, ia menyatakan keinginannya untuk belajar memainkan gitar lama saya. Janet adalah seorang musisi yang sangat piawai, dan dengan segera kami memainkan lagu-lagu pujian dengan kedua gitar kami bersama-sama. Saya langsung merasakan adanya suatu suasana baru berupa “perpaduan pujian” yang telah memenuhi rumah kami.


Ketika sang pemazmur diilhami untuk menuliskan pujian penyembahannya kepada Allah, ia mengawalinya dengan seruan: “Bersoraksorailah bagi Tuhan, hai seluruh bumi! Pujilah Tuhan dengan nyanyian dan sorak gembira” (Mzm. 98:4 BIS). Pemazmur mengajak kita untuk menyanyikan “pujian bagi Tuhan” dengan beragam alat musik seperti kecapi, trompet, dan sangkakala (ay.5-6 BIS). Ia memerintahkan seluruh bumi untuk “bersoraksorai bagi Tuhan” (ay.4 BIS). Dalam paduan puji-pujian yang megah tersebut, laut bergemuruh dengan sukacita, sungai-sungai bertepuk tangan, dan bukit-bukit pun bersorak-sorai dengan riang gembira. Seluruh umat manusia dan karya ciptaan bersama-sama dipanggil untuk memuji Tuhan dengan menyanyikan nyanyian baru, “sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib” (ay.1).


Hari ini, kiranya hati Anda berpadu dengan hati sesama dan karya ciptaan Allah untuk menyanyikan puji-pujian bagi Dia, Pencipta dan Penebus yang Mahakuasa.





Mari kita bersama bersukacita,

Mengangkat pujian dengan satu suara,

Menyanyikan anugerah dan belas kasih-Nya,

Dan segala kebaikan yang Tuhan limpahkan. —Sper


Allah dapat menggunakan alat-alat biasa dan sederhana untuk menghasilkan suatu pujian yang membahana.






from Santapan Rohani http://ift.tt/1nEQVM4

via IFTTT

Jumat, 24 Oktober 2014

Pertolongan Pertama

Info

Sabtu, 25 Oktober 2014


KomikStrip-WarungSateKamu-20141025-Pertolongan-Pertama



5:13 Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi!


5:14 Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.


5:15 Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.


5:16 Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.



Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah . . . Damai sejahtera Allah . . . memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. —Filipi 4:6-7


Pertolongan Pertama


Ketika suami saya, Tom, dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani sebuah operasi darurat, saya mulai menelepon setiap anggota keluarga kami. Saudari saya dan suaminya segera datang untuk mendampingi saya, dan kami pun berdoa sambil menunggu kabar. Saudari Tom mendengar nada cemas dari suara saya melalui telepon dan ia langsung berkata, “Cindy, boleh aku berdoa bersamamu?” Pada saat pendeta saya dan istrinya tiba, ia juga berdoa untuk kami (Yak. 5:13-16).


Oswald Chambers menulis: “Kita cenderung menggunakan doa sebagai pertolongan terakhir, tetapi Allah menghendaki doa menjadi garis depan dalam pertahanan kita. Kita biasa berdoa pada saat kita sudah tidak berdaya, tetapi Allah menghendaki kita berdoa sebelum kita melakukan apa pun.”


Pada dasarnya, doa merupakan sebuah percakapan dengan Allah, yang diucapkan dengan harapan bahwa Allah pasti mendengar dan menjawabnya. Doa tidak sepatutnya menjadi pertolongan terakhir. Dalam firman-Nya, Allah mendorong kita untuk melibatkan-Nya dalam doa (Flp. 4:6). Kita juga memegang janji-Nya bahwa ketika “dua atau tiga orang berkumpul” dalam nama-Nya, Dia akan “ada di tengah-tengah mereka” (Mat. 18:20).


Seseorang yang telah mengalami sendiri kuasa Allah yang Mahakuasa akan terbiasa berseru kepada-Nya untuk mencari pertolongan pertama atas masalah yang dihadapinya. Andrew Murray, seorang pendeta di abad ke-19, pernah mengatakan: “Doa membuka jalan bagi Allah sendiri untuk melakukan pekerjaan-Nya di dalam dan melalui diri kita.” —CHK


Saat aku menghadap ke hadirat-Nya

Di dalam doa yang tak diketahui siapa pun,

Apakah aku menyadari keagungan luar biasa

Dari kuasa-Nya yang menantiku di dalamnya? —Hallen


Berdoalah terlebih dahulu!


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSateKaMu.org

via IFTTT

Pertolongan Pertama


Ketika suami saya, Tom, dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani sebuah operasi darurat, saya mulai menelepon setiap anggota keluarga kami. Saudari saya dan suaminya segera datang untuk mendampingi saya, dan kami pun berdoa sambil menunggu kabar. Saudari Tom mendengar nada cemas dari suara saya melalui telepon dan ia langsung berkata, “Cindy, boleh aku berdoa bersamamu?” Pada saat pendeta saya dan istrinya tiba, ia juga berdoa untuk kami (Yak. 5:13-16).


Oswald Chambers menulis: “Kita cenderung menggunakan doa sebagai pertolongan terakhir, tetapi Allah menghendaki doa menjadi garis depan dalam pertahanan kita. Kita biasa berdoa pada saat kita sudah tidak berdaya, tetapi Allah menghendaki kita berdoa sebelum kita melakukan apa pun.”


Pada dasarnya, doa merupakan sebuah percakapan dengan Allah, yang diucapkan dengan harapan bahwa Allah pasti mendengar dan menjawabnya. Doa tidak sepatutnya menjadi pertolongan terakhir. Dalam firman-Nya, Allah mendorong kita untuk melibatkan-Nya dalam doa (Flp. 4:6). Kita juga memegang janji-Nya bahwa ketika “dua atau tiga orang berkumpul” dalam nama-Nya, Dia akan “ada di tengah-tengah mereka” (Mat. 18:20).


Seseorang yang telah mengalami sendiri kuasa Allah yang Mahakuasa akan terbiasa berseru kepada-Nya untuk mencari pertolongan pertama atas masalah yang dihadapinya. Andrew Murray, seorang pendeta di abad ke-19, pernah mengatakan: “Doa membuka jalan bagi Allah sendiri untuk melakukan pekerjaan-Nya di dalam dan melalui diri kita.”



Saat aku menghadap ke hadirat-Nya

Di dalam doa yang tak diketahui siapa pun,

Apakah aku menyadari keagungan luar biasa

Dari kuasa-Nya yang menantiku di dalamnya? —Hallen






from Santapan Rohani http://ift.tt/1DIwoKq

via IFTTT

Kamis, 23 Oktober 2014

Pulau Kecil

Info

Jumat, 24 Oktober 2014


Pulau Kecil



3:1 Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik.


3:2 Janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang.


3:3 Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci.


3:4 Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia,


3:5 pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus,


3:6 yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita,


3:7 supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita.



Janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang. —Titus 3:2


Pulau Kecil


Singapura adalah sebuah negara pulau yang kecil. Begitu kecilnya sehingga orang pun sulit menemukannya di peta dunia. (Cobalah mencarinya di peta, jika kamu belum mengetahui di mana letak Singapura). Karena kepadatan penduduknya, sikap tenggang rasa terhadap orang lain menjadi sangat penting. Seorang pria pernah menulis pesan kepada tunangannya yang akan berkunjung ke Singapura untuk pertama kalinya, demikian: “Di sini ruang sangat terbatas. Oleh karena itu . . . kau harus selalu peka terhadap ruang di sekelilingmu. Kau harus selalu siap untuk menepi agar kau tidak menghalangi jalan orang lain. Kuncinya, milikilah sikap tenggang rasa.”


Rasul Paulus menulis kepada Titus, seorang gembala jemaat yang masih muda: “Ingatkanlah mereka supaya . . . taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik. Janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang” (Tit. 3:1-2). Ada yang mengatakan, “Hidup kita mungkin satu-satunya Alkitab yang pernah dibaca oleh sebagian orang.” Dunia tahu bahwa orang Kristen seharusnya berbeda. Apabila kita suka bersungut-sungut, hanya memikirkan diri sendiri, dan berlaku kasar, apakah yang akan dipikirkan orang lain tentang Kristus dan kabar baik yang kita bagikan?


Bertenggang rasa dapat menjadi semboyan hidup yang baik dan mungkin dilakukan ketika kita bergantung kepada Allah. Sikap itu juga menjadi salah satu cara untuk meneladan Kristus dan menunjukkan pada dunia bahwa Yesus sanggup menyelamatkan dan mengubahkan hidup manusia. —PFC


Ya Tuhan, tolonglah kami agar bermurah hati, berlaku baik, dan

bertenggang rasa, di gereja dan juga di tengah masyarakat. Kiranya

dunia yang menyaksikannya dapat melihat hidup umat-Mu yang telah

diubahkan dan percaya pada kuasa-Mu yang mengubahkan hidup.


Karaktermu mendukung kesaksianmu.


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSateKaMu.org

via IFTTT

Pulau Kecil


Singapura adalah sebuah negara pulau yang kecil. Begitu kecilnya sehingga orang pun sulit menemukannya di peta dunia. (Cobalah mencarinya di peta, jika Anda belum mengetahui di mana letak Singapura). Karena kepadatan penduduknya, sikap tenggang rasa terhadap orang lain menjadi sangat penting. Seorang pria pernah menulis pesan kepada tunangannya yang akan berkunjung ke Singapura untuk pertama kalinya, demikian: “Di sini ruang sangat terbatas. Oleh karena itu . . . kau harus selalu peka terhadap ruang di sekelilingmu. Kau harus selalu siap untuk menepi agar kau tidak menghalangi jalan orang lain. Kuncinya, milikilah sikap tenggang rasa.”


Rasul Paulus menulis kepada Titus, seorang gembala jemaat yang masih muda: “Ingatkanlah mereka supaya . . . taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik. Janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang” (Tit. 3:1-2). Ada yang mengatakan, “Hidup kita mungkin satu-satunya Alkitab yang pernah dibaca oleh sebagian orang.” Dunia tahu bahwa orang Kristen seharusnya berbeda. Apabila kita suka bersungut-sungut, hanya memikirkan diri sendiri, dan berlaku kasar, apakah yang akan dipikirkan orang lain tentang Kristus dan kabar baik yang kita bagikan?


Bertenggang rasa dapat menjadi semboyan hidup yang baik dan mungkin dilakukan ketika kita bergantung kepada Allah. Sikap itu juga menjadi salah satu cara untuk meneladan Kristus dan menunjukkan pada dunia bahwa Yesus sanggup menyelamatkan dan mengubahkan hidup manusia.



Ya Tuhan, tolonglah kami agar bermurah hati, berlaku baik, dan bertenggang rasa, di gereja dan juga di tengah masyarakat. Kiranya dunia yang menyaksikannya dapat melihat hidup umat-Mu yang telah diubahkan dan percaya pada kuasa-Mu yang mengubahkan hidup.


Karakter Anda mendukung kesaksian Anda.






from Santapan Rohani http://ift.tt/1tlvbW2

via IFTTT

Menghalau Galau

Info

Oleh: Inike Lamria Siregar


menghalau-galau


Belakangan makin sering saja kudengar kata “galau”. Istilah yang memang baru tren di kalangan kaum muda ini merujuk pada rasa kuatir dan bingung sendiri ketika harus mengambil sebuah pilihan. Sebagai anak-anak muda Kristen, boleh enggak sih kita galau?


Lirik salah satu lagu rohani berkata demikian:

“…ombak yang menderu tak membuat galau hatiku, ku tau ku selalu mengandalkan-Mu”

(Sampai Batas Waktu, GMB)


Kalau dipikir-pikir, lirik ini bener banget. Mengapa harus galau jika kita punya Tuhan yang dapat diandalkan?


Memang, hidup ini tidaklah semulus jalan tol. Tetapi daripada galau, aku lebih suka “bergumul” dengan masalah yang menghadang. Dalam bergumul kita akan lebih serius, tidak main-main, fokus, dan tentu saja berserah kepada Tuhan. Berserah bukan pasrah, tapi menyerahkan setiap masalah atau pilihan kita kepada Tuhan sebagai pembuat keputusan.


Dalam kegalauan biasanya kita hanya berputar-putar dengan pikirannya sendiri tanpa mengambil tindakan apa-apa. Dalam pergumulan, kita berjuang melakukan sesuatu untuk menghadapi masalah dan mencari solusi. Sebagai para pengikut Kristus, bergumul berarti mendekat kepada Tuhan, berupaya menemukan jawaban atau kehendak-Nya. Makin dekat kita kepada-Nya, makin pekalah kita dengan apa yang Dia ingin kita lakukan, dan makin dapatlah kita menghalau galau… =)


Lalu, gimana caranya dekat dengan Tuhan? Bayangkanlah kalau kamu ingin dekat dengan seseorang. Tentunya kamu berusaha PDKT (pendekatan) dong. Berikut tiga langkah PDKT yang bisa kamu praktikkan untuk memulainya:


Pertama, kita harus sering-sering ketemu dan berkomunikasi. Berbicaralah kepada Tuhan melalui doa. Berdoalah dengan tekun dan sungguh-sungguh. Ceritakan setiap masalah yang kita hadapi. Dia adalah pendengar yang setia dan pemberi solusi yang handal. Dia juga tidak terbatas tempat dan waktu, kita dapat datang pada-Nya kapan saja dan di mana saja. Dia mengundang kita untuk mencurahkan isi hati kita kepada-Nya: “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” – Filipi 4:6


Kedua, kita harus banyak bergaul dengan keluarga-Nya. Keluarga Allah terdiri atas orang-orang yang benar-benar hidup dalam Firman-Nya (Lukas 8:21). Pergilah ke gereja secara teratur. Hadiri persekutuan kaum muda atau bergabunglah dengan kelompok-kelompok pendalaman Alkitab. Berkumpul dengan sesama saudara seiman adalah cara hidup jemaat mula-mula. Kita bisa belajar dari satu sama lain, saling menyemangati, saling membangun, sehingga pengenalan kita akan Allah dapat terus bertumbuh. Mendengar sembarang nasihat orang bisa bikin kita tambah galau. Tetapi mendengar masukan bijak dan melihat teladan dari orang-orang yang hidup dekat dengan Allah, akan menolong kita membuat pilihan-pilihan yang tepat.


Ketiga, kita harus kepo sama Tuhan dengan membaca firman-Nya. Kita harus sungguh-sungguh mau tahu apa yang diinginkan Tuhan di dalam kehidupan kita. Jangan puas dengan mendengar kata orang atau khotbah di gereja saja. Ambillah waktu pribadi untuk bersaat teduh, membaca dan merenungkan Alkitab secara teratur. Kalau kita jarang atau bahkan belum pernah membaca Alkitab, wajar saja kita galau, karena kita tidak banyak tahu tentang Dia. Jangan termakan apa kata orang kalau kamu sendiri belum ngecek kebenarannya dalam Alkitab.


Makin dekat kita kepada Tuhan,

makin pekalah kita dengan apa yang Dia ingin kita lakukan,

dan makin dapatlah kita menghalau galau… =)


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Artikel, Pena Kamu







from WarungSateKaMu.org

via IFTTT

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari