Kamis, 29 November 2012

Proses

Ayat bacaan: Keluaran 13:17
=======================
"Setelah Firaun membiarkan bangsa itu pergi, Allah tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin..."

Dalam perjalanan hidup saya lengkap dengan naik turun dan jatuh bangunnya, saya menyadari satu hal, yaitu bahwa saya senang melewati proses untuk menuju keberhasilan. In most of the times I'm enjoying the process more than the result. Ada kalanya proses itu mudah, tapi seringkali proses terasa berat, bagai mendaki jalanan terjal dan bisa jadi menyakitkan. Tapi apapun itu, semua itu merupakan proses yang pada akhirnya membentuk saya menjadi siapa diri saya hari ini. Kita tentu ingin hasil instan, langsung berhasil, langsung sukses. Tapi dari pengalaman saya, sesuatu yang instan sulit untuk bertahan lama. Justru sesuatu yang dibangun dengan cucuran keringat dan air mata dalam proses yang bisa jadi butuh waktu panjang, itu akan terasa lebih berharga dan nikmat ketika pada akhirnya menghasilkan buah yang baik. Karena itulah dalam setiap usaha yang saya lakukan, saya menikmati betul prosesnya, termasuk yang pahit-pahit dan berat. Dan tentu saja, saya menyadari betul bahwa Tuhan akan selalu ada bersama saya dalam setiap langkah yang saya ambil dari hari ke hari.

Seringkali Tuhan mengajak kita menempuh jalan 'memutar' ketimbang jalan yang mulus dan lancar atau lebih singkat. Mengapa harus demikian? Itu bertujuan agar kita bisa belajar melewati proses dalam setiap jenjang untuk bisa naik setahap demi setahap. Itu melatih kita agar tidak menjadi orang-orang yang malas dan manja. That's a part of process to shape us up to be a better, winning person. Kita bisa melihat contoh yang sangat menarik akan keputusan Tuhan ini lewat kisah bangsa Israel ketika mereka keluar dari Mesir.

Lewat serangkaian usaha panjang yang penuh liku-liku, bangsa Israel akhirnya mengakhiri masa perbudakan mereka dan dituntun Tuhan sendiri lewat kepemimpinan Musa untuk berangkat menuju tanah yang disediakan Tuhan bagi mereka. Menariknya, Alkitab mencatat awal perjalanan itu sebagai berikut: "Setelah Firaun membiarkan bangsa itu pergi, Allah tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin, walaupun jalan ini yang paling dekat; sebab firman Allah: "Jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir. Tetapi Allah menuntun bangsa itu berputar melalui jalan di padang gurun menuju ke Laut Teberau. Dengan siap sedia berperang berjalanlah orang Israel dari tanah Mesir." (Keluaran 13:17-18). Lihatlah bahwa Tuhan bisa membawa mereka lewat jalan yang jauh lebih dekat, tapi Tuhan ternyata memutuskan untuk membawa mereka memutar lewat jalan yang harus ditempuh sampai 40 tahun lamanya. Jalan yang sulit, penuh penderitaan, lewat gurun dengan panas menyengat di siang hari dan sangat dingin di malam hari. Mengapa harus begitu? Dari ayat tadi kita bisa melihat bahwa Tuhan tahu apabila bangsa itu terlalu cepat tiba di tanah Kanaan dengan mudah, mereka akan mudah melupakan penyertaan Tuhan dan dengan demikian mereka akan terlena dan tidak menghargai sesuatu yang besar yang Tuhan berikan kepada mereka. Jadi bangsa Israel dianggap perlu untuk dipersiapkan agar bisa menjadi bangsa yang besar, mandiri dan tahu bersyukur saat mereka masuk ke tanah yang berlimpah madu dan susunya alias sangat subur itu. Jika kita baca ayat-ayat berikutnya, kita akan tahu bahwa meski perjalanan itu sangat berat dan penuh tantangan, Tuhan tetaplah ada bersama mereka, menyertai dan menolong mereka di dalamnya. "TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam.Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu." (ay 21-22). Berkali-kali pula dalam kesempatan lain Tuhan menunjukkan bantuannya yang luar biasa. Misalnya menurunkan manna dari surga, membelah danau Teberau dan lain-lain. Artinya, meski perjalanan 40 tahun itu sangat berat, Tuhan menunjukkan bahwa Dia tetap ada beserta mereka sepanjang perjalanan. He wanted them to go through a process, but He would be with them all the way, helping them until they reached the destination.

Apakah bangsa Israel mau belajar dari proses ini? Ternyata bukannya bersyukur meski sudah tahu tujuan dari apa yang diberikan Tuhan, mereka malah menunjukkan sikap negatif dengan terus protes dan bersungut-sungut berulang kali sepanjang perjalanan. Lihatlah beberapa diantaranya: "dan mereka berkata kepada Musa: "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini." (Keluaran 14:11-12), "Di padang gurun itu bersungut-sungutlah segenap jemaah Israel kepada Musa dan Harun; dan berkata kepada mereka: "Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan." (16:2-3), dan banyak lagi. Kalau 40 tahun diproses saja masih begitu mentalnya, bagaimana kalau mereka mendapatkannya dengan mudah? Tentu mereka makin tidak tahu menghargai pemberian Tuhan. Lantas harus berapa tahun lagi mereka diproses? 80 tahun? 100 tahun? Itu semua karena sikap bandel, tegar tengkuk atau keras kepala mereka. Kita pun sama. Daripada harus melalui tahapan keras yang lama, mengapa kita tidak melembutkan hati dan menjalaninya dengan taat saja? Semua itu tetap untuk kebaikan bagi kita sendiri. Itu adalah proses untuk menjadikan kita orang-orang yang layak dihadapanNya.

Seringkali Tuhan sengaja membawa kita lewat 'jalan memutar'. Bentuknya bisa berbagai rupa. Bisa lewat masalah-masalah yang Dia ijinkan untuk masuk ke dalam hidup kita, berbagai bentuk kegagalan, kekalahan atau tekanan-tekanan lainnya. Semua ini mungkin bisa membuat kita bersungut-sungut, kecewa atau bahkan marah seperti halnya bangsa Israel. Tetapi kita bisa melihat bahwa itu tidaklah produktif dan tidak berguna, malah hanya akan menambah masalah bagi kita sendiri. Kita harus mengerti bahwa semua itu untuk kebaikan kita juga. Jadi jangan menyerah, taatlah dan tetaplah berpegang dengan pengharapan kuat kepada Allah. Biar bagaimanapun, seperti yang Dia tunjukkan kepada bangsa Israel pada masa itu, Dia tetap menyertai kita dan menolong kita dengan berbagai caraNya yang ajaib dalam setiap proses tersebut. Allah bahkan sudah berkata, meski dalam lembah kekelaman sekalipun kita tidak perlu takut, sebab Tuhan selalu ada beserta kita dengan pertolongan dan penghiburan dariNya. Itulah yang disadari Daud yang berkata: "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4). Tuhan ingin kita melewati proses penempaan dan pembentukan, tapi Jadi jika anda tengah menjalani proses saat ini, janganlah menyerah. Jalani semuanya dengan sikap tetap bersyukur dan percaya sepenuhnya kepada rencana Allah. Pada saatnya kelak, Tuhan sendiri yang akan menuntun anda keluar, to become a better and winning person.

Berbagai ujian adalah proses yang dilewati bersama Tuhan yang akan menempa kita untuk menjadi lebih sempurna

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari