Kamis, 29 Maret 2012

Menjadi Anak yang Berbakti (2)

 (sambungan)

Firman Tuhan dengan tegas berkata bahwa anak dan cucu yang mau berbakti dan ingat untuk membalas budilah yang berkenan bagiNya. Tuhan tidak suka satupun dari manusia, apalagi anak-anakNya sendiri yang tidak tahu membalas budi kepada orang lain terutama terhadap orang tua mereka sendiri. Tuhan tidak pernah senang melihat satupun dari kita untuk menjadi orang-orang yang tidak tahu terimakasih. Tuhan sangat menganggap penting hal ini dan itu bisa kita lihat dalam salah satu dari 10 Perintah Allah yang turun lewat Musa. Ayatnya berbunyi: "Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu." (Ulangan 5:16). Bersikap hormat kepada orang tua akan membuat kita panjang umur dan tetap berada dalam keadaan baik. Hormati, itu bukan hanya mengacu pada hubungan disaat keduanya masih segar bugar, tetapi justru akan sangat terlihat dari bagaimana sikap kita menghadapi orang tua yang sudah sakit-sakitan atau kondisinya sudah sangat lemah karena dimakan usia.

Kita bisa melihat sebuah contoh indah akan hal ini kembali lewat kisah Rut. Setelah suaminya meninggal, sebenarnya ia boleh saja memilih untuk meninggalkan mertuanya (Naomi) dan kembali kepada bangsanya sendiri. Bahkan Naomi sendiri sudah merelakannya. Tetapi Rut memutuskan untuk tidak bersikap seperti itu. "Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku." (Rut 1:16). Rut memutuskan untuk tetap berbakti kepada mertuanya. Dalam melakukan itu ia bahkan rela masuk ke negeri dimana bangsanya tidaklah dipandang sama sekali. Hidup tidak mudah bagi Rut pada saat itu. Seperti yang kita lihat dalam renungan terdahulu, ia harus melakukan pekerjaan yang sangat rendah sebagai pemungut jelai, sebuah profesi yang dilakukan dengan membuntuti orang-orang yang menyabit gandum dan memunguti sisa-sisa serpihan yang terjatuh dari hasil sabitan mereka. Rut dengan rela melakukannya bukan saja buat menyambung hidupnya sendiri, tetapi ia melakukan itu untuk menunjukkan baktinya kepada mertuanya juga. "Maka ia memungut di ladang sampai petang; lalu ia mengirik yang dipungutnya itu, dan ada kira-kira seefa jelai banyaknya.Diangkatnyalah itu, lalu masuklah ia ke kota. Ketika mertuanya melihat apa yang dipungutnya itu, dan ketika dikeluarkannya dan diberikannya kepada mertuanya sisa yang ada setelah kenyang itu." (2:17-18). Satu efa itu beratnya kira-kira 10 kg. Itu hasil jerih payahnya bekerja seharian, dan itu dibawanya kepada Naomi. Begitulah besarnya bakti yang ditunjukkan Rut, sehingga tidaklah heran apabila Tuhan berkenan kepadanya.

Ayah, ibu, nenek, kakek maupun mertua, mereka semua adalah orang tua kita yang harusnya kita kasihi dan kita peduli dengan baik.  Mereka berjuang dengan segala daya upaya untuk membesarkan dan menyekolahkan kita. Jika kita sudah bekerja mapan hari ini, semua itu tidaklah terlepas dari usaha orang tua kita juga. Mertua? Bukankah pasangan kita pun ada karena jerih payah mereka juga? Sudahkah kita membalas budi mereka dan mengucapkan terimakasih kepada mereka? Jangan tunda lagi, nyatakanlah bahwa anda mengasihi mereka dan usahakanlah agar mereka bisa merasa bahagia di hari-hari akhir mereka ditengah anak cucu yang mereka sayangi. Dulu kita masih belum bisa apa-apa dan orang tua kitalah yang berjuang untuk masa depan kita, sekarang saatnya bagi kita untuk membalas jasa mereka dan membuat mereka bersyukur, bangga dan berbahagia di hari tua mereka karena memiliki anak cucu dan keluarga yang mengasihi mereka.

Tuhan berkenan kepada anak-anak yang berbakti dan tahu membalas budi kepada orangtuanya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari