Selasa, 30 Oktober 2012

Serius Dalam Mengemban Tanggung Jawab

Ayat bacaan: 1 Samuel 17:34-35
==========================
"Tetapi Daud berkata kepada Saul: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya..."

Seberapa jauh kita mau menjalankan tanggung jawab terhadap sesuatu yang dipercayakan kepada kita? Maksud saya begini. Ketika tanggung jawab itu besar dan disertai imbalan yang besar pula, mungkin kita akan bertanggungjawab penuh tanpa masalah. Tapi bagaimana ketika itu sepertinya tidak menguntungkan bagi kita alias kita anggap tidak penting dengan imbalan yang kecil atau tidak ada sama sekali? Banyak orang akan mengerjakannya asal-asalan dan tidak lagi menganggap penting tanggung jawabnya. Tetangga di depan rumah saya pergi ke luar kota selama seminggu dan meminta seorang pemuda yang tinggal tidak jauh dari tempatnya untuk memeriksa rumah sekali-kali dan menyiram tanaman di depan rumahnya sekali dua hari. Ia menyanggupi bahkan memegang kunci rumah. Tapi ia sama sekali tidak pernah datang dalam seminggu itu. Tanaman pun kering, sebagian mati. Masih untung rumahnya aman-aman saja. Tetangga saya pun menggelengkan kepalanya dan berkata bahwa memang sulit mengharapkan tanggung jawab dari orang lain, meski sudah dikenal baik. Saya pernah tidak digaji dalam mengajar sampai berbulan-bulan. Ketika dosen-dosen lain menolak mengajar bahkan merencanakan untuk mogok bersama, saya memilih untuk terus mengajar normal. Mengapa? Karena buat saya itu adalah tanggung jawab yang harus saya lakukan. Kasihan siswa-siswa yang tidak bersalah jika harus menjadi korban dari sebuah sistem buruk di tempat saya mengajar. Mengapa harus mereka yang terkena? Bagaimana dengan masa depan mereka? Kepada saya sudah dipercayakan sejumlah siswa untuk diajar dan dibina, itu tanggung jawab saya, maka saya harus melakukannya dengan keseriusan yang sama apapun keadaannya. Selain saya ingin belajar untuk menjaga dan melakukan tanggung jawab saya dengan baik, saya percaya Tuhan pun ingin kita melakukan seperti itu.

Tentang hal ini kita bisa belajar dari kisah hidup Daud. Ayat yang saya hari ini adalah bagian ketika Daud tidak tahan menghadapi provokasi dan cara pandang Goliat merendahkan bangsa Israel. Apa yang membuat Daud berani menghadapi Goliat, raksasa yang bersenjata dan memakai pelindung tubuh lengkap adalah pengalamannya bersama Tuhan dalam menjalankan tanggung jawabnya sehari-hari sebagai gembala kambing domba milik ayahnya. Dari beberapa ayat kita bisa mengetahui bahwa Daud muda dipekerjakan sebagai gembala oleh ayahnya. Sementara beberapa dari saudaranya dipercaya sebagai prajurit dan maju bertempur di garis depan. Dibandingkan status prajurit, status gembala pada saat itu tentu sangat rendah dan tidak ada apa-apanya. Tapi Daud tidak berkecil hati dengan pekerjaan tersebut. Ia menjalankan tanggung jawabnya dengan baik. Ada berapa banyak domba yang ia gembalakan? Saya tidak tahu pasti, tapi tentu bukan hanya satu dua ekor. Dan saya yakin ia pun tidak dibayar untuk itu.

Meski tidak banyak dan tidak dibayar, Daud menunjukkan betapa seriusnya ia mengemban tanggung jawabnya. Dari mana kita bisa tahu itu? Bacalah ayat berikut ini ketika ia menjawab keraguan Saul atas dirinya untuk maju menghadapi Goliat sendirian. "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya.." (1 Samuel 17:34-35). Jika anda memperhatikan ayat ini dengan seksama, anda akan melihat bahwa Daud rela mempertaruhkan nyawanya demi sekumpulan domba, yang notabene hanyalah hewan yang bahkan bukan miliknya. Di mata manusia mungkin itu merupakan hal yang aneh, bahkan bodoh. Untuk apa manusia harus rela mempertaruhkan nyawa melawan binatang buas demi binatang yang digembalakannya? Tapi tidak demikian bagi Daud. Daud rela menghadapi singa dan beruang dalam melakukan pekerjaannya. Ia tidak ingin satupun dari ternak yang digembalakannya binasa, dan untuk itu ia harus berhadapan dengan maut. Tapi lihatlah pula bagaimana penyertaan Tuhan mampu membuatnya tampil sebagai pemenang. Ia mampu menghadapi ganasnya singa dan beruang, dan kemudian setelah itu berhasil pula mengatasi Goliat. Daud memperlihatkan tanggungjawab  yang luar biasa tanpa memperhitungkan untung rugi secara pribadi. Dan apa yang ia perbuat pun menjadi gambaran yang sama mengenai bagaimana Yesus, yang lahir ke dunia sebagai salah satu dari silsilah keturunannya, menyelamatkan kita semua. Lihat apa kata Yesus berikut: "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu." (Yohanes 10:11-12).

Tuhan menghendaki kita untuk serius dalam melakukan segala hal, baik itu bekerja, belajar maupun melayani, apalagi jika menyangkut tanggung jawab yang dibebankan kepada kita. Dalam Alkitab kita sudah dipesankan seperti berikut: "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Itu menyatakan bentuk kerinduan Tuhan agar anak-anakNya selalu bekerja dengan serius dan sungguh-sungguh seperti ketika kita melakukan sesuatu untuk Tuhan.  That's the state He wants us to reach. Dalam pelayanan pun sama. Ada banyak orang yang bersungut-sungut dan tidak serius jika hanya melayani sedikit orang, apalagi satu orang saja. Itu sesungguhnya bukanlah gambaran yang diinginkan Tuhan untuk kita lakukan. Bacalah Lukas 15, ada tiga perumpamaan disana yang sudah tidak asing lagi bagi kita mengenai hal ini. "Perumpamaan tentang domba yang hilang" (ay 4-7), "Perumpamaan tentang dirham yang hilang" (ay 8-10) dan "Perumpamaan tentang anak yang hilang" (ay 11-32). Semua ini menunjukkan kerinduan Tuhan untuk menemukan kembali anak-anakNya yang hilang tanpa memperhitungkan jumlah. Satu saja sudah bisa membuat Tuhan penuh dengan sukacita. Bahkan dikatakan: "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat." (ay 10). Satu jiwa bertobat, itu sudah merupakan kebahagiaan besar bagi Tuhan dan seisi Surga.

Lakukanlah apapun yang dikehendaki Tuhan bagi kita secara serius dan sungguh-sungguh. Belajarlah mengemban tanggung jawab seperti cara pandang Kerajaan Allah. Mungkin kita tidak mendapat upah sepantasnya menurut ukuran dunia, tapi jangan lupa, bukankah Tuhan mampu memberkati kita lewat banyak hal? Mungkin apa yang kita terima tidak sebanding dengan jerih payah kita hari ini, tapi apakah tidak mungkin kelak kita akan menuai secara luar biasa? Atau tidakkah mungkin Tuhan menurunkan berkatNya lewat cara lain dan dalam kesempatan lain? Saya mengalami itu ketika tetap mengajar seperti biasa meski tidak dibayar. Tuhan menjaga saya agar tidak kekurangan lewat caraNya yang ajaib. Ingat pula bahwa satu hal yang pasti, segala sesuatu yang kita lakukan secara sungguh-sungguh dan sesuai dengan rencana Tuhan tidak akan pernah ada yang sia-sia. "Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Daud tahu itu, dan dia sudah membuktikannya sendiri. Lewat keteladanan Yesus pun kita bisa belajar mengenai hal yang sama. Kerjakanlah semuanya dengan sebaik-baiknya. Always do your best, hold your responsibilities at the best you can.  Tuhan akan memperhitungkan segalanya, dan percayalah, tidak akan ada yang jatuh sia-sia.

Laksanakan dan emban segala tanggung jawab yang sudah dipercayakan kepada kita dengan sebaik-baiknya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari