Minggu, 21 Oktober 2012

Kemana Mata Memandang

Ayat bacaan: Mazmur 26:3
====================
"Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu."

Sebaik-baiknya kondisi mata, kita harus mengakui bahwa mata kita memang terbatas kemampuannya dalam melihat. Anda akan kesulitan mengenali orang dari jarak pandang sekitar 100 meter. Anda akan sulit membaca tulisan yang letaknya sudah terlalu jauh dari jarak pandang normal. Belum lagi jika anda mengalami gangguan pada mata. Kacamata plus diperlukan apabila kita kesulitan melihat yang dekat, sebaliknya kacamata minus akan membantu bagi orang yang punya masalah dalam melihat jauh. Apabila ada hal-hal yang membatasi jarak pandang seperti asap, kabut dan sebagainya, maka jarak pandang kita pun akan menurun drastis. Mata kita tidak bisa tembus pandang, kita tidak bisa melihat apa yang ada dibalik sebuah tembok atau tirai dan benda-benda lain yang menyekat pandangan kita. Kita juga tidak bisa melihat masa depan dengan mata kepala sendiri. Kesimpulannya, dengan mata kita memang bisa melihat segala yang ada di bumi dan benda-benda langit sampai batas tertentu, tapi kita tetap tidak mampu melihat segala-galanya karena kemampuannya memang terbatas.

Bagaimana atau kemana mata rohani kita memandang dalam menghadapi sulitnya kehidupan? Seperti halnya mata, kita pun merupakan manusia yang kemampuannya terbatas. Ini akan makin terasa ketika kita berhadapan dengan masalah dalam perjalanan hidup kita. Seringkali dalam himpitan persoalan kita merasa bahwa kita menghadapinya sendirian dan tidak lagi yakin bahwa Tuhan tetap ada bersama kita. Kita mengira bahwa Dia telah meninggalkan kita, atau terlalu sibuk mengurusi orang lain di dunia ini. Mungkin juga kita merasa bahwa Tuhan sudah bosan kepada kita dan memilih untuk membiarkan kita menghadapi masalah sendirian. Atau kita mungkin merasa Tuhan terlalu lama atau bergerak terlalu lambat dalam menolong kita. Bukankah semua ini sering kita rasakan ketika kita merasa terhimpit berbagai kesulitan atau situasi yang berat?

Ada banyak tokoh alkitab yang sempat mengalami hal yang sama seperti itu. Contohnya Daud. Dia pernah berseru: "Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?" (Mazmur 13:2). Ayub pernah bersikap sinis kepada Tuhan ketika merasa diperlakukan tidak adil. Dan ada banyak lagi contoh yang bisa kita dapat dalam alkitab mengenai perasaan ditinggalkan Tuhan ini. Kita bisa melihat bukan saja kemampuan kita terbatas, tapi daya tahan kita ketika dihimpit masalah pun sama terbatasnya. Lantas apa hubungannya dengan mata? Apa yang ingin saya katakan adalah sebagai berikut. Jika kita mengandalkan pandangan kita yang terbatas ini hanya untuk fokus melihat masalah saja, dalam waktu singkat kita akan patah semangat, kehilangan harapan dan akhirnya menyerah. Sebaliknya jika kita menyadari betapa terbatasnya kemampuan pandangan kita, maka kita seharusnya mengarahkan mata rohani kita ke arah sumber yang tidak terbatas.

Kita harus menjaga diri kita agar tidak terlalu lama dikuasai perasaan khawatir itu. Berhentilah segera untuk mengarahkan pandangan hanya kepada masalah saja, karena seringkali yang kita dapatkan malah kecemasan dan ketakutan yang meningkat dan tidak akan menolong apapun alias tidak memberi solusi apa-apa. Pandangan kita yang terbatas ini tidak lagi bisa diandalkan ketika beratnya masalah sudah mencapai titik tertentu. Dan itu saatnya untuk mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan yang tidak terbatas. Mari kita kembali pada Daud. Meski Daud sempat goyah dan merasa seolah-olah Tuhan melupakannya, menganggap Tuhan menyembunyikan wajahNya dari Daud, namun Daud tidak mau berlama-lama membiarkan perasaannya tercemari oleh pikiran seperti itu. Ia tahu kemana ia harus mengarahkan pandangannya. Lihat bagaimana Daud segera merespon kekhawatirannya. "Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku." (Mazmur 13:6a-6b). Bagaimana ini mungkin terjadi padahal baru saja ia mengeluh karena merasa Tuhan telah meninggalkannya? Itu dimungkinkan karena Daud mengarahkan pandangannya ke arah yang benar. Bukan ke arah masalah, tapi ke arah Tuhan. Dari mana kita tahu? Lihatlah ayat berikut ini:  "Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu." (26:3).

Sesungguhnya Tuhan tidak pernah meninggalkan kita seperti apa yang sudah Dia janjikan. Dia tidak akan pernah merasa bosan, Dia akan selalu punya waktu untuk kita. Tuhan tidak pernah jauh dari kita masing-masing. (Kisah Para Rasul 17:27). He's never far from us! Jika kita mau mengambil waktu dengan rajin untuk membaca Alkitab, maka kita akan menemukan begitu banyak gambaran indah tentang penyertaan Tuhan yang dicatat dalam Alkitab. Mari kita lihat beberapa diantaranya. Tuhan menjanjikan kita untuk bertindak:
- Seperti rajawali: "Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia." (Ulangan 32:11-12).
- Sebagai gembala yang baik penuh kasih sayang. Tuhan akan segera "pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan." (Lukas 15:4-6).
- Sebagai Bapa yang memperhatikan kita. Jika burung pipit yang sangat murah harganya saja tidak luput dari perhatianNya, mengapa kita tidak? "..Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit." (Lukas 12:7).
Dan ada begitu banyak lagi janji penyertaan Tuhan disertai janji pertolonganNya bagi kita yang tengah berhadapan dengan masalah seberat apapun itu.

Ketika masalah menimpa kita, ada saat dimana kita merasa seorang diri dalam menghadapi itu semua. Mungkin kita merasa seolah Tuhan meninggalkan dan membiarkan kita sendirian. Tapi ketahuilah bahwa perasaan-perasaan seperti itu bisa timbul karena penglihatan kita terbatas. Apakah kita mau hidup penuh kekhawatiran, ketidakpastian atau kesusahan, atau hidup tetap dalam sukacita dan keyakinan sepenuhnya akan janji-janji Tuhan, semua tergantung dari kemana kita mengarahkan pandangan. Oleh karena itu gantilah arah pandangan. Arahkanlah pandangan kepada Tuhan, percayalah bahwa Dia sanggup melepaskan kita dari masalah seberat apapun. Tidak ada satupun yang mustahil bagi Dia. Meski kita belum bisa melihatnya saat ini, pakailah mata iman anda dengan baik untuk melihat bahwa Tuhan tidak sekalipun meninggalkan kita. Pandangan kita boleh terbatas, tapi iman akan memampukan kita untuk melihat jauh lebih luas dari kemampuan kita sebagai manusia.

Kemana mata kita memandang akan sangat menentukan bagaimana jalannya hidup kita

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari