Sabtu, 20 Oktober 2012

Jangan Lupa Mengucap Syukur

Ayat bacaan: Lukas 17:17-18
=======================
"Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?"

Bolehkah kita berdoa dan meminta agar Tuhan membantu kita keluar dari jepitan permasalahan yang tengah membelenggu kita? Tentu saja boleh. Tuhan sangat mengasihi kita dan akan selalu dengan senang hati mendengarkan doa permohonan anak-anakNya dan rindu untuk segera bergerak membawa kita keluar dari belenggu masalah dan menjadi merdeka. Lantas ketika tangan Tuhan turun melepaskan kita, bagaimana reaksi kita selanjutnya? Seharusnya kita pun mengingat kebaikan Tuhan yang telah melepaskan kita lantas bersyukur atas segala kasih dan pertolonganNya. Sayangnya pada kenyataannya tidak banyak orang yang ingat untuk mengucap syukur setelah mengalami itu semua. Mungkin sekedar ucapan terima kasih dalam satu atau dua doa, tapi kemudian langsung sibuk menikmati kebebasan dan lupa untuk terus bersyukur. Mereka seolah-olah berkata: "Sampai ketemu lagi pada masalah berikutnya, Tuhan.." alias "See You in the next problem, God!" Sementara apa yang seharusnya, bukan hanya dalam keadaan baik, tapi dalam keadaan buruk pun kita terus mengucap syukur pada Tuhan. Itu tepat seperti apa yang dikatakan Paulus kepada jemaat Tesalonika "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18) yang sudah saya sampaikan pula dalam renungan terdahulu. Ini hal yang penting yang seharusnya kita lakukan, sesuai dengan apa yang Allah kehendaki untuk senantiasa kita lakukan dalam hidup kita. Ironisnya banyak yang lantas lupa untuk melakukan itu. Begitu bebas, mereka pun langsung terlena dalam kebebasan tanpa ingat lagi untuk tetap mengucap syukur kepada Tuhan.

Kita harus mewaspadai kecenderungan manusia untuk terlena dalam kenyamanan hidup. Sikap ini sudah menjadi kebiasaan atau pola perilaku buruk manusia sejak jaman dahulu. Salah satu pengalaman mengenai ini malah dialami langsung oleh Yesus sendiri, yaitu ketika Dia bertemu dengan sepuluh orang kusta seperti yang bisa dibaca pada Lukas 17:11-19. Pada masa itu orang yang menderita penyakit kusta sangatlah menderita. Selain menderita akibat sakit yang diderita, mereka pun mau tidak mau harus rela dikucilkan dari masyarakat. Tidak ada yang mau dekat dengan mereka. Mereka dianggap najis dan hina. Pada suatu kali kesempatan emas datang di hadapan mereka. Mereka melihat Yesus berjalan agak jauh di depan mereka. (ay 12). Mereka pun segera memanggil-manggil Yesus. "Yesus, Guru, kasihanilah kami!"(ay 13). Yesus kemudian menyembuhkan/mentahirkan mereka semua. Tapi lihatlah berapa orang yang kembali menghadap Yesus. "Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria." (ay 15-16). Hanya satu orang,itupun orang Samaria! Bayangkan bagaimana kecewanya Yesus pada waktu itu. Kemana 9 orang lagi? Mungkin sedang berlari-lari kegirangan menikmati kesembuhan mereka, lupa untuk mengucapkan terimakasih, bersyukur pada Tuhan yang telah menjamah dan memulihkan mereka. "Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" (ay 17-18). Betapa memalukan. Tapi hingga hari ini, hal seperti ini masih juga sering terjadi bahkan diantara orang-orang yang mengaku percaya.

Tokoh-tokoh dalam Alkitab pun punya pergumulannya sendiri sendiri. Namun mereka tahu bahwa kasih setia Allah sanggup melepaskan mereka dari belenggu masalah sebesar apapun sesuai waktunya Tuhan. Daud pun sering mengalami kesulitan. Salah satunya tertulis seperti ini: "Seperti tikaman maut ke dalam tulangku lawanku mencela aku, sambil berkata kepadaku sepanjang hari: "Di mana Allahmu?" (Mazmur 42:11). Lalu bagaimana reaksi Daud? Kita bisa membaca betapa luar biasa reaksi atau sikap Daud dalam ayat berikutnya. "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!" (ay 12). Meski tengah dalam keadaan tidak kondusif bahkan buruk, Daud tetap masih punya kerinduan untuk mengingatkan jiwanya agar tetap mengucap syukur. Mungkin sulit untuk kita terapkan, tetapi sesungguhnya inilah sikap yang dikehendaki Allah.

Kalau begitu mari kita tanyakan pada diri kita sendiri, sudahkah kita bersyukur hari ini atas semua kebaikan Tuhan dalam hidup kita? Sudahkah kita memuji Tuhan atas penyertaanNya sepanjang hari ini? Jika belum, kembalilah seperti orang Samaria yang disembuhkan di atas. Datanglah kepada Yesus, dan mengucap syukurlah. Bahkan dalam keadaan sulit sekalipun, sebab itulah yang dikehendaki Tuhan di dalam Kristus seperti yang disebutkan dalam ayat 1 Tesalonika 5:18 diatas. Janganlah pernah lalai untuk mengucap syukur kepadaNya, dan itu berlaku dalam segala hal. Seperti halnya kepada 10 orang kusta, Dia pun sanggup memulihkan kita dari permasalahan seberat apapun yang tengah kita pikul hari ini. Firman Tuhan berkata: "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar" (Yesaya 59:1) Itu janji Tuhan. Karenanya belajarlah untuk terus membiasakan diri dalam mengucap syukur dalam keadaan seperti apapun. Tuhan sudah berjanji, meskipun kita terjatuh, kita tidak akan sampai tergeletak, sebab Tuhan menopang tangan kita. (Mazmur 37:24). Dia menjanjikan agar kita tidak sampai rubuh dan hancur. Dia berjanji untuk terus menopang tangan kita, dan Dia berjanji untuk selalu mendengar dan menyelamatkan kita. Anytime, anywhere, anyhow. Inilah yang menjadi janji Tuhan ketika kita tetap tahu untuk bersyukur dan berterimakasih meski dalam keadaan sulit sekalipun. Jadi tidak perlu merasa tertekan, dan teruslah belajar untuk rajin mengucap syukur kepada Tuhan. "Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya." (Ibrani 13:15).

Bersyukurlah kepada Tuhan karena itulah yang Dia kehendaki di dalam Kristus

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari