Sabtu, 27 Oktober 2012

renungan harian online: Keras Hati

renungan harian online
renungan harian online bagi yang haus akan Tuhan
Keras Hati
Oct 28th 2012, 05:00

Ayat bacaan: Markus 3:4
=====================
"Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja."

Kalau kita mau jujur, betapa seringnya kekerasan hati menghambat kita untuk maju, baik dalam kehidupan maupun dalam iman. Ambil satu contoh sederhana saja, ketika kita merasa terlalu gengsi untuk berbaikan dengan sahabat atau anggota keluarga sendiri. Kita ingin mereka yang memulai lebih dahulu, meski dalam hati kita sudah digerakkan untuk itu. Bukankah itu sering sekali terjadi pada kita? Jika untuk masalah sepele saja sudah sulit, apalagi ketika kita jelas-jelas salah dan harus meminta maaf. Wah, beratnya bukan main. Rasa gengsi membuat kita lebih suka mengeraskan hati membiarkan perselisihan berlarut-larut ketimbang segera menyelesaikannya. Tuhan kerap berbicara lewat hati nurani kita dan mengingatkan kita akan banyak hal, tetapi kekerasan hati seringkali menjadi penghambat bagi kita untuk melakukan segera tepat seperti apa yang dikehendaki Tuhan. Kita berlaku bagai orang paling benar, paling tahu segalanya dan tidak pernah salah. Sikap buruk seperti ini sudah dilakukan oleh orang-orang Farisi pada masa Yesus turun ke bumi dahulu kala.

Mari kita lihat sebagian dari Markus pasal 3 mengenai "Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat". Pada saat itu Yesus menjumpai seseorang yang lumpuh sebelah tangannya. Di sana ada sekumpulan orang Farisi yang sejak awal memang sudah bertujuan tidak baik. Mereka ingin mencari-cari kesalahan Yesus, dan ketika Yesus ada disana, mereka pun senang karena merasa bahwa itulah saat yang tepat untuk mengecam Yesus.Mereka tahu Yesus pasti akan melakukan sesuatu terhadap orang yang lumpuh tangannya, dan itu akan terjadi pada hari Sabat dimana menurut hukum Taurat seharusnya tidak ada yang boleh melakukan pekerjaan pada hari itu. Sikap yang dipertontonkan orang-orang Farisi ini sungguh ironis. Ketika mereka seharusnya peka terhadap permasalahan umatnya, ketika mereka seharusnya menjadi teladan, yang mereka lakukan malah mencari-cari kesalahan dan menghakimi. Mereka terjatuh kepada dosa kesombongan, merasa diri paling benar, paling kudus, paling sempurna, sehingga hati mereka pun mengeras seperti batu. Setidaknya kita bisa melihat hal-hal berikut dari perilaku orang Farisi disana: mengecam Tuhan, mendahulukan tradisi keagamaan lebih dari mematuhi kehendak Tuhan, mementingkan keselamatan dan kesejahteraan diri sendiri ketimbang orang lain di sekitar mereka, juga kesombongan merasa diri paling benar.

Sudah barang tentu Yesus pun merasa kecewa dan kesal dengan sikap mereka. Inilah yang terjadi kemudian. "Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang? " Tetapi mereka itu diam saja." (Markus 3:4). Perhatikanlah bagian ini. Bahkan setelah ditegur Tuhan sekalipun mereka tetap diam tanpa menyadari sedikitpun kesalahan mereka. Disini kita bisa melihat bagaimana kekerasan hati itu membuat orang tidak lagi peka terhadap kebenaran, bahkan atas suara Tuhan sendiri. Kedegilan mereka dikatakan mendatangkan dukacita dan kemarahan bagi Yesus. (ay 5).

Orang Farisi melakukannya ribuan tahun yang lalu, dan kita tahu bagaimana reaksi Tuhan terhadap sikap keras hati seperti ini. Sayangnya meski kita tahu, sikap seperti ini masih saja sering kita dapati pada orang-orang di sekitar kita, malah mungkin kita pun sekali waktu pernah melakukan hal seperti itu. Jika kita melakukannya, tanpa sadar kita akan mengulangi persis seperti orang Farisi, dan dengan sendirinya mendatangkan dukacita dan kemarahan Tuhan atas diri kita. Kita seringkali membiarkan hati kita terus mengeras sehingga tanpa sadar kita telah membiarkan hangatnya kasih Tuhan menjadi beku. Ketika itu terjadi, kita pun akan dengan mudah jatuh kepada kesombongan, mementingkan diri sendiri dan tidak lagi peka terhadap persoalan yang dihadapi orang-orang di sekeliling kita. Bukannya menolong tapi malah bergunjing, mengkritik dan mengata-ngatai mereka.

Jangan pernah berharap bahwa gerakan kebangunan rohani secara besar-besaran bisa terjadi jika kita orang percaya saja masih terjebak dalam lubang yang sama seperti para Farisi ini. Oleh karena itulah jika kita ingin menyaksikan itu terjadi, jika kita ingin mengalami kuasa Tuhan dalam hidup kita dan juga dalam gereja kita, atas kota, bangsa dan negara kita, maka kita harus memeriksa diri kita sendiri secepatnya terlebih dahulu. Jika disaat memeriksa kita masih menemukan kedegilan atau kekerasan hati seperti itu, maka itu tandanya kita harus segera bertobat dan segera melembutkan hati. Firman Tuhan juga berkata "Sebab itu Ia menetapkan pula suatu hari, yaitu "hari ini", ketika Ia setelah sekian lama berfirman dengan perantaraan Daud seperti dikatakan di atas: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!" (Ibrani 4:7), yang mengacu pada Firman Tuhan dalam Mazmur 94:8. Hati yang keras akan membuat kita tidak lagi bisa mendengar perintah Tuhan, tidak lagi memiliki empati kepada sesama. Hati yang keras akan membuat kita semakin lama semakin degil. Hati yang keras akan menghambat curahan berkat dari Tuhan, bahkan menyekat hubungan kita dengan Tuhan. Maka Tuhan mengingatkan agar kita segera melembutkan hati. Bukan nanti, besok atau lusa, tapi hari ini, sekarang juga.

Kita harus mau memeriksa diri kita sendiri terlebih dahulu untuk melihat apakah sikap-sikap kita yang menghambat pertumbuhan rohani sesuai dengan yang diinginkan Tuhan sedikit banyak masih ada dalam diri kita. Yakobus mengatakan "Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu." (Yakobus 1:27). Itulah yang seharusnya kita lakukan. Jika tidak, maka itu artinya kita melewatkan kesempatan untuk memperoleh firman yang tertanam dengan baik dalam hati kita, dan dengan sendirinya membuang peluang untuk mendapatkan kuasa yang menyelamatkan.

Sangatlah baik apabila anda saat ini sudah rajin mendalami firman Tuhan, tetapi pastikan pula bahwa anda memiliki hati yang lembut agar firman itu bisa tertanam dengan baik. Tidak hanya berhenti pada diri sendiri, tapi juga tersalur ke luar agar menjadi berkat bagi orang lain. Jadilah anak-anak Tuhan yang peka terhadap pergumulan saudara-saudara kita. Bukan menghakimi, tapi bantulah mereka. Jika anda masih menemukan bagian-bagian keras dalam hati anda, mintalah Tuhan memberi hati yang lembut saat ini juga, sebentuk hati yang akan memungkinkan tuhan untuk melimpahkan rahmatNya pada anda untuk dialirkan memberkati orang lain di sekeliling kita.

Keep our heart soft so His Words can grow nicely in it

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari