Minggu, 05 Februari 2012

Berdoa dengan Ucapan Syukur

Ayat bacaan: 1 Tesalonika 5:18
=========================
"Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."

berdoa dan bersyukurSebuah video dokumenter tentang sejarah jazz menggambarkan bagaimana musik itu terbentuk dari orang-orang yang tertindas, yaitu para budak kulit hitam lebih dari seabad yang lalu. Mereka hidup dalam tekanan dan penuh penderitaan, yang bagi sebagian besar dari mereka sudah berlangsung dari satu generasi ke generasi berikutnya. Menariknya, justru ditengah kehidupan penuh penderitaan inilah lahir genre musik blues yang merupakan akar dari segala musik modern yang ada di dunia hari ini, dan dari blues kemudian lahirlah jazz dengan masuknya pengaruh musik gospel, marching band dan sebagainya. Narasumber di dalam video dokumenter itu mengatakan seperti ini: "Para budak ini bisa menangis, mengeluh meratapi nasibnya, atau mereka bisa menumpahkannya dalam bentuk kreatifitas lewat musik. Mereka memilih pilihan kedua." Ya, dia benar. Apabila para budak ini memilih untuk meratapi nasib saja dari satu generasi ke generasi berikutnya maka bisa dibayangkan bagaimana hampanya musik sekarang ini. Jika anda penggemar blues dan jazz, itu berasal dari para budak yang masih bisa menunjukkan tabahnya mereka menghadapi hidup dengan memainkan musik di tengah penderitaan. Jika anda penggemar rock, RnB, pop, funk dan jenis-jenis lainnya, itu pun berakar dari blues yang notabene menjadi "curhat"an para budak kulit hitam pada masa itu. Lihatlah bagaimana pilihan kita dalam menyikapi hidup bisa membuat perbedaan yang begitu nyata yang menentukan arah perjalanan sejarah dunia.

Sangat mudah bagi kita untuk meratapi nasib, tapi betapa sulitnya untuk mengucap syukur. Ada banyak orang yang hanya mengisi doanya dengan berbagai keluhan atau hanya terus meminta dengan daftar yang panjang. Berdoa mengeluarkan isi hati di hadapan Tuhan itu tentu saja baik. Kita memang harus jujur mencurahkan perasaan kita kepada Tuhan. Tidak salah juga untuk memohon Tuhan meneguhkan dan melepaskan kita dari berbagai beban hidup akibat berbagai masalah. Tapi seandainya anda ada di pihak Tuhan, senangkah anda jika mendengar orang yang hanya datang mengeluh tanpa pernah berterimakasih atau bersyukur, meski anda telah begitu banyak menolong mereka? Jika anda merasa kecewa, seperti itu jugalah perasaan Tuhan apabila kita hanya datang menghadapNya dengan membawa rasa mengasihani diri, ratapan, keputusasaan, ketidakpuasan, ketidaksabaran atau bahkan kemarahan. Bayangkan bagaimana perasaan Tuhan jika ini dilakukan oleh sebagian besar anak-anakNya sementara setiap saat Dia tidak pernah berhenti mencurahkan kasihNya kepada kita. Dan ini merupakan masalah klasik manusia sejak dulu. Kita tahu sikap bangsa Israel yang sangat "tersohor" itu di zaman Musa. Mereka menari dan bersorak-sorak dengan cepat ketika pertolongan Tuhan datang, tapi secepat itu pula mereka kembali mengeluh, protes dan bersungut-sungut ketika kembali menemui situasi sulit. Manusia memang mudah mengeluh tapi sulit bersyukur. Jika dalam keadaan baik saja sering lupa, apalagi ketika tengah menghadapi masalah. Ada banyak orang yang memohon pertolongan dari Tuhan, tetapi setelah pertolongan datang mereka pun lupa untuk bersyukur karena terlena dalam kenyamanan setelah lepas dari masalah.

Akan hal ini kita bisa melihat kisah 10 orang kusta yang disembuhkan Yesus dalam Lukas 17:11-19. Mereka berteriak kepada Yesus: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" (ay 12). Mendengar ratapan mereka, Yesus pun menyembuhkan ke 10 orang itu. Lalu apa yang terjadi? Datang kepada Yesus mengucap syukur, berterimakasih atas mukjizat kesembuhan sebagai anugerah luar biasa yang mereka terima? Ternyata tidak. Hanya satu orang, itupun orang Samaria, yang datang kembali mengucap syukur kepada Yesus. (ay 16). Betapa ironis dan menyedihkan. "Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" (ay 17-18). Betapa kecewanya Tuhan menghadapi perilaku semacam ini. Datang ketika butuh, lalu meninggalkan ketika hidup aman dan nyaman. Ini gambaran dari perilaku banyak orang di jaman sekarang, bahkan masih saja terjadi di kalangan anak-anak Tuhan.

Kita bisa belajar dari Paulus mengenai mengucap syukur. Coba perhatikan. Kurang apa Paulus mendapat tekanan? Pergumulan, siksaan, penderitaan, ancaman, dan tekanan lainnya terus menerpa dirinya setiap saat dalam menyampaikan Injil dari satu tempat ke tempat lain. Ia begitu menderita, mungkin jauh lebih berat dari apa yang kita alami sekarang ini. Tapi lihatlah apa yang diajarkan Paulus. Ia tidak membiarkan hidupnya terus dipenuhi keluh kesah dan rasa kecewa dalam mengalami situasi sulit sepanjang perjalanannya. Dari Paulus kita malah memperoleh ajaran  tentang sebuah prinsip doa yang disertai ucapan syukur. "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (Filipi 4:6). Dalam banyak kesempatan lain di surat-surat berbeda Paulus tetap mengingatkan akan hal ini. "Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur." (Kolose 4:2) atau seperti ini: "Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:17-18). Tetap berdoa sambil mengucap syukur dalam segala hal, itulah yang sesungguhnya diinginkan Allah untuk didengar dari kita. Ada banyak lagi ucapan-ucapan Paulus yang mengajarkan pola hidup berdoa yang dipenuhi ucapan syukur. Tuhan akan lebih berkenan jika kita datang kepadaNya membawa permohonan kita dengan disertai hati yang sabar dan diisi dengan keyakinan penuh serta ucapan syukur.

Hari ini marilah kita sama-sama memeriksa diri. Apa yang mendominasi isi doa kita saat ini? Sudahkah kita benar-benar bersyukur atas perlindungan dan penyertaan Tuhan? Apakah porsi permohonan dan daftar permintaan kita masih jauh lebih banyak dibanding ucapan syukur? Meminta Tuhan memberkati hidup, keluarga, pekerjaan atau pelayanan kita berikut daftar-daftar permintaan yang lebih rinci memang tidak salah. Tapi yang salah adalah apabila kita hanya tahu meminta tanpa berterimakasih dan bersyukur. Tidak saja sekedar mengucap syukur, tapi berikan pula puji-pujian kepada Tuhan dengan bermazmur baginya. Perhatikanlah ayat berikut: "Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita." (Kolose 3:16-17). Meskipun saat ini kita masih berhadapan dengan kejadian yang seolah merugikan, situasi-situasi sulit dan beratnya beban hidup, ingatlah bahwa Tuhan itu selalu baik, selalu peduli dan tidak pernah berubah. Berkali-kali Dia sudah membuktikan mukjizatNya. Apabila dulu Dia bisa, sekarang pun sama. Tuhan tetap sanggup mengubah masalah seberat apapun menjadi kebahagiaan. Doa dengan ucapan syukur merupakan doa yang dinaikkan dengan iman, yang percaya bahwa Tuhan sanggup mengubahkan keadaan apapun. Karenanya, berhentilah mengisi setiap doa dengan keluh kesah dan permintaan tanpa henti. Gantilah dengan ucapan syukur, dan lihatlah bagaimana Tuhan akan menjawab doa-doa anda.

Berhentilah mengeluh, sertailah setiap doa dengan ucapan syukur

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari