Senin, 16 Maret 2009

Seperti Bejana Dibentuk

Ayat bacaan: Yeremia 18:4
====================
"Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya."

Ingat sebuah lagu rohani yang berjudul Bagai Bejana? Liriknya adalah sebagai berikut:



Bagai Bejana

Bagaikan bejana siap dibentuk
Demikian hidupku ditanganMu
Dengan urapan kuasa Roh-Mu
Ku dibaharui selalu
Jadikan kualat dalam rumahMu
Inilah hidupku ditanganMu
Bentuklah sturut kehendakMu
Pakailah sesuai rencanaMu
Ku mau sepertiMu Yesus
Disempurnakan selalu
Dalam setiap jalanku
Memuliakan namaMu

seperti bejana dibentukLagu ini mudah untuk dihafalkan dan dinyanyikan. Tapi sudahkah kita mengimani betul pesan yang disampaikan lagu tersebut ketika kita menyanyikannya? Mudah bagi kita berkata bahwa kita siap untuk dibentuk seturut kehendak Tuhan, mudah bagi kita untuk berkata bahwa kita adalah bejana-bejana yang siap dibentuk. Tapi ketika kita mengalami proses pembentukan itu, ternyata prosesnya seringkali sungguh menyakitkan, membuat kita menderita dan terkadang membutuhkan proses yang sangat lama.

Proses pembuatan sebuah bejana tanah liat kira-kira demikian: dimulai dari mengambil gumpalan tanah liat, kemudian tanah liat tersebut dibersihkan dari batu-batu, kerikil dan kotoran-kotoran lain yang melekat di tanah liat tersebut. Lalu tanah liat itu biasanya direndam agar menjadi lebih lembek dan bisa dibentuk. Kemudian tanah liat itu akan melalui proses pembentukan di atas sebuah meja berputar, yang biasanya dilengkapi pedal yang dapat mengatur kecepatan putar meja bulat diatasnya. Sambil terus diputar, tanah liat akan terus dibentuk oleh sang pembuatnya. Ditekan, didorong, tanah liat akan terkikis dan perlahan-lahan terbentuk. Malah bejana itu harus melalui sebuah proses pembakaran hingga akhirnya menjadi sebuah bejana tanah liat yang indah pada akhirnya. Sekiranya salah bentuk? Bejana itu akan dibentuk ulang dari awal hingga menjadi sempurna. Sekiranya tanah liat itu memiliki indera perasa dan bisa bicara, saya yakin tanah liat itu akan menjerit-jerit kesakitan. Namun akhirnya ia akan bersyukur bahwa ia menjadi sebuah bejana yang indah yang sangat bermanfaat bagi orang banyak.

Suatu hari nabi Yeremia mendapatkan hikmat Tuhan untuk belajar dari tukang periuk. (Yeremia 18:1-17). Sesampainya disana, ia bertemu dengan tukang periuk yang sedang bekerja dengan pelarikan (meja beroda/berputar). Dan ia mengamati proses berikut: "Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya." (ay 4). Dan demikianlah Tuhan lalu berkata: "Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!" (ay 6).

Karena kasihNya yang luar biasa pada kita, karena kepedulianNya terhadap keselamatan kita, maka Tuhan seringkali mengambil posisi sebagai tukang periuk/bejana. Apabila bejananya rusak, maka Tuhan akan membentuk ulang bejana tersebut sehingga menjadi baik dan sempurna. Tuhan tidak akan membiarkan anak-anakNya dalam keadaan rusak menuju kebinasaan. Maka proses pembuatan ulang bejana adalah pilihan terbaik, demi kebaikan kita, semata-mata karena Allah mengasihi kita. Bagai bejana, kita pun harus melalui proses "pembentukan ulang" yang seringkali menyakitkan. Kita dibersihkan, segala ego, kebiasaan buruk, kesombongan, dan sebagainya ditanggalkan, dikikis lepas dari kita, dan proses itu tidaklah nyaman. Namun lihatlah hasil akhirnya, bahwa dengan melewati proses itulah kita akan menjadi anak-anak Tuhan yang bisa Dia banggakan. Kita kemudian bisa dipakai Tuhan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaanNya di dunia.

Apa yang dirancangkan Tuhan bagi hidup kita adalah sebuah masterplan yang sempurna bagi setiap kita. Sesakit apapun proses itu, ingatlah bahwa semua itu bertujuan mendatangkan kebaikan bagi kita. Paulus mengingatkan demikian: "Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: "Mengapakah engkau membentuk aku demikian?" Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa? Jadi, kalau untuk menunjukkan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaan-Nya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan--justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya atas benda-benda belas kasihan-Nya yang telah dipersiapkan-Nya untuk kemuliaan.."(Roma 9:20-23). Tuhan punya hak penuh atas kita, ciptaanNya, dan hukuman-hukuman yang kita alami tidak lain adalah sebuah proses pembentukan ulang bejana dari yang rusak menjadi sempurna, semata-mata karena Tuhan sangat mengasihi kita dan mempersiapkan kita agar layak menerima kemuliaan bersamaNya. Setelah kita menjadi sebuah bejana yang indah, Tuhan pun mempersiapkan kita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang mulia. "Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia." (2 Timotius 2:21). Kita tidak akan mampu melakukan itu semua jika kita masih berupa bejana rusak.

Jika diantara teman-teman ada yang sedang mengalami proses pembentukan ulang ini, bersabar dan bersyukurlah, karena itu artinya Tuhan begitu mengasihi anda dan tidak ingin satupun dari anda binasa. Jangan keraskan hati, agar Tuhan mudah membentuk kita seturut kehendakNya.

Proses pembentukan bejana menyakitkan tapi menghasilkan bentuk indah yang berguna bagi banyak orang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari