Sabtu, 14 Maret 2009

Iman Abraham

Ayat bacaan: Ibrani 11:17-18
======================
"Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal,walaupun kepadanya telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu."

iman abraham, iman buktiKemarin kita telah melihat bagaimana bentuk iman Nuh, iman yang menjadikannya benar di mata Tuhan. Menyambung renungan kemarin, mari kita lihat bagaimana bentuk iman Abraham. Abraham dikenal juga sebagai bapak orang beriman. Bagaimana Abraham bisa mendapatkan julukan itu? Apakah Abraham tidak pernah mengalami jatuh bangun dalam masalah iman? Alkitab menjelaskan bahwa Abraham mengalami banyak masa-masa dimana ia mengalami pergumulan iman seperti kita. Tapi lihatlah salah satunya, mengenai rentang waktu yang panjang sejak Abraham menerima janji Tuhan hingga saat janji itu digenapi dengan kelahiran Ishak. Jarak waktu yang panjang ini memang pantas menjadi salah satu alasan mengapa Abraham dijuluki bapak orang beriman, meskipun dalam rentang waktu yang panjang ini Abraham mengalami jatuh bangun berkali-kali dalam perjalanan imannya. Mari kita lihat satu persatu penggalan kisah hidup Abraham yang menunjukkan kekuatan imannya.

Bentuk iman yang dimiliki Abraham sungguh tidak main-main. Penulis Ibrani mencatat beberapa kisah kekuatan iman Abraham. "Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu.Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah." (Ibrani 11:8-10). Abraham memilih untuk taat ketika ia disuruh berangkat ke negeri lain, meninggalkan tanah dimana ia sedang hidup nyaman. Abraham belum pernah melihat tanah yang dijanjikan Tuhan, namun dia patuh mengikuti Tuhan. Maka Ibrani 1:11 ("Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.") pun terlihat dari kisah awal perjalanan Abraham ini.

Kemudian selanjutnya dalam Ibrani tertulis demikian: "Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia." (ay 11). Lihatlah usia Abraham dan Sarai ketika mendapat janji Tuhan mengenai keturunan sebanyak bintang di langit (Kejadian 15:15). Pada saat itu Sara sudah menopause, usianya sudah sangat lanjut, dan Abraham pun demikian, sudah sangat tua, secara logika sudah tidak lagi mampu. Abraham saat itu tentu tidak bisa melihat masa depan, namun dia tetap percaya, bahwa Tuhan, yang memberikan janji itu adalah setia. Lihatlah rentang waktu yang panjang sejak Abraham menerima janji Tuhan hingga saat janji itu digenapi dengan kelahiran Ishak. Jarak waktu yang panjang ini memang pantas menjadi salah satu alasan mengapa Abraham dijuluki bapak orang beriman, meskipun dalam rentang waktu yang panjang ini Abraham mengalami jatuh bangun berkali-kali dalam perjalanan imannya. Maka Ibrani 1:11 kembali terlihat dari bagian ini.

Kemudian kita tahu kisah Abraham yang disuruh mengorbankan Ishak. "Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu." (Ibrani 1:18). Bayangkan jika anda ada di posisi Abraham. Anda sudah menunggu begitu lama untuk mendapatkan keturunan, dan ketika akhirnya anda mendapatkan janji Tuhan itu di usia 100 tahun, tapi kemudian anda diminta Tuhan untuk menyembelih anak anda sendiri sebagai korban persembahan. Apa yang dilakukan Abraham? Abraham taat, meski saat itu saya yakin hatinya hancur berantakan. Untuk menuju tempat mempersembahkan Ishak di sebuah gunung, Abraham membawa dua bujangnya bersama-sama dengan mereka. Perhatikan sebuah ayat yang secara luar biasa menggambarkan sebesar apa iman Abraham. "Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu." (Kejadian 22:7). Perhatikan kata kami dalam "...sesudah itu kami kembali kepadamu." Kami kembali kepadamu. Kami! Bukankah Abraham seharusnya kembali seorang diri, karena Ishak sudah dijadikan korban bakaran? Tapi begitu luar biasa iman Abraham, ia tahu pasti bahwa Tuhan sungguh setia, Tuhan sanggup membuat segala mukjizat. Abraham percaya sepenuhnya pada Tuhan, meskipun pada saat ia berkata kepada bujangnya ia belum melihat apa yang akan terjadi di depan. Melihat atau tidak, Abraham percaya dan taat pada Tuhan dengan sepenuh hati, tanpa protes, tanpa bersungut-sungut, tanpa ragu. Penulis Ibrani berkata: "Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali." (Ibrani 11:19). Itulah bentuk iman Abraham yang luar biasa, lewat imannya ia mampu setia dan taat pada Tuhan, mampu percaya bahwa setiap rancangan Tuhan adalah yang terbaik bagi dirinya, meskipun ia belum melihatnya. Abraham berkali-kali membuktikan imannya yang luar biasa, karenanya ia pantas menyandang predikat bapak orang beriman.

Sejauh mana kita bisa percaya pada sesuatu yang belum kita lihat, sejauh mana kita mampu taat meski apa yang kita hadapi belum menunjukkan apapun yang bisa kita terima secara logika, sejauh mana kita mau melakukan kehendak Tuhan meski tidak masuk akal, iman kita lah buktinya. Sebuah iman yang teguh akan membuat kita sanggup untuk taat tanpa ragu, tanpa bertanya-tanya. Yesus pun mengingatkan kembali hal yang sama. "Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." (Markus 11:24). Percayalah, Tuhan selalu menyiapkan rancangan yang terbaik bagi anda. In the end, it will all be beautiful, meskipun saat ini apa yang dialami masih bertolak belakang sekalipun. Iman adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Karena itu tidak perlu khawatir. Tetaplah pegang janji Tuhan dengan iman teguh.

Dengan iman Abraham menerima semua janji Tuhan tepat pada waktuNya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari