Selasa, 11 Januari 2011

Motivasi dalam Memberi

 Ayat bacaan: 2 Korintus 9:7
==================
"Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hatiatau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita."

motivasi memberiApa yang ada di hati dan benak kita ketika kita memberi? Sesungguhnya ada banyak motivasi yang bisa muncul disaat memberi, baik ketika memberi kepada orang yang kurang mampu, sumbangan, atau bahkan disaat kita memberi persepuluhan sekalipun. Tidak jarang kita menemukan adanya orang-orang yang memilikiada agenda-agenda tersembunyi ketika melakukannya. Bagi mereka memberi tidak ubahnya seperti sebuah hitungan bisnis. Mereka melakukan perhitungan untung dan rugi, memberi dengan harapan agar Tuhan memberi mereka lebih lagi. Buat apa memberi jika tidak menguntungkan saya? Itu menjadi isi hati mereka dan menjadi dasar ketika memberi.

Dalam Maleakhi kita membaca kata-kata Tuhan seperti ini: "Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah  Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan." (Maleakhi 3:10). Ini memang janji Tuhan yang akan membuka perbendaharaanNya untuk dicurahkan kepada kita sampai melimpah-limpah jika kita membayar persepuluhan. Namun ayat ini jangan diartikan sepihak saja, karena motivasi di balik memberi merupakan hal mutlak yang harus kita perhatikan baik-baik. Sebagian orang mengambil ayat ini hanya untuk "menguji" Tuhan apakah nantinya mereka dilimpahi berkat atau tidak. Jika tidak, maka merekapun tidak lagi memberi. Ini artinya mereka melakukan perhitungan bisnis, untung dan rugi dengan Tuhan, sesuatu yang sangat tidak pantas untuk dilakukan.

Paulus mengingatkan demikian: "Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga." (2 Korintus 9:6). Ini juga sering dipahami secara sepihak oleh sebagian orang. Bagi mereka memberi hanya dilakukan agar mereka juga kelak bisa menuai banyak. Motivasi karena kasih tidak lagi ada disana. Apa yang dikatakan Paulus tidak salah. Itu memang janji Tuhan. He is indeed the real Giver. Tuhan itu Maha Pemurah, penuh belas kasih. Tuhan tidak berhitung untung rugi ketika memberkati kita. Bukankah di saat kita masih belum lurus pun Tuhan tetap memperhatikan kita? Dan bukankah di saat kita masih berdosa Tuhan  justru mengutus Yesus untuk membuka jalan keselamatan? Jika Tuhan berlaku seperti itu, mengapa kita justru berhitung untung dan rugi kepadaNya? Ayat dalam 2 Korintus di atas tidak bisa dipisahkan berdiri sendiri dan diartikan sepihak saja. Sebab dalam ayat berikutnya Paulus melanjutkan: "Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita." (ay 7). Memberi haruslah disertai dengan keiklasan, kerelaan hati, bukan karena keterpaksaan atau agenda-agenda lain yang lebih buruk. Tuhan mengasihi orang-orang yang memberi dengan sukacita, sukarela. Kembali dalam surat Roma Paulus berkata "..siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita." (Roma 12:8). Berulang-ulang penekanan dalam memberi kita dapati dalam banyak bagian, itu artinya masalah motivasi yang benar dalam memberi adalah sangat penting.

Motivasi dalam memberi sungguh penting untuk kita perhatikan baik-baik. Kita perlu memeriksa hati kita disaat memberi, apakah benar sudah berdasarkan kasih tanpa mengharap apa-apa atau kita masih pamrih dengan memiliki tujuan-tujuan terselubung di balik itu. Benar Tuhan menjanjikan berkatnya melimpah di saat kita menabur. "Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. Seperti ada tertulis: "Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya." Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu." (ay 8-10). Berhubung ini merupakan janji Tuhan, maka sebenarnya tanpa kita tuntut pun Tuhan sudah pasti akan memberikannya. Apa yang perlu kita jaga justru sikap hati kita di saat memberi, apakah sudah didasarkan kepada kerelaan dan sukacita dalam kasih atau tidak. Yesus sendiri mengingatkan "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Lukas 6:36). Tuhan melimpahkan karunia dan berkatNya didasari kasih yang begitu besar kepada kita, sudah selayaknya kita pun berlaku demikian. Ketika kita memberi Tuhan bukan saja melimpahkan berkatNya hingga berkelimpahan, tetapi firman Tuhan juga berkata bahwa kita tidak akan kehilangan upah yang telah Dia sediakan bagi kita. "Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya." (Matius 10:42).

Tuhan tahu betul apa yang kita butuhkan, dan Dia tahu betul bagaimana caranya memberkati kita hingga berkelimpahan. Itu tidak perlu kita ragukan. Ketika kita memberi dengan sikap hati yang benar, disamping memberkati dan meberi upah Tuhan pun akan memperkaya kita dalam segala kemurahan hati yang akan membawa ucapan syukur dari orang lain kepadaNya. (2 Korintus 9:11). Memberilah dengan dasar kasih, dengan kerelaan bukan keterpaksaan dan dengan penuh sukacita. Dan semua berkat itu akan mengalir dengan sendirinya tanpa perlu kita pikirkan.

Memberi harus didasari kasih dan bukan karena tujuan-tujuan lain yang menguntungkan diri sendiri


Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari