Selasa, 29 Juni 2010

Mengampuni

Ayat bacaan: Matius 18:35
======================
"Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."

mengampuniGara-gara sejumlah kecil uang orang bisa berkelahi bahkan bisa saling bunuh. Ini sering kita baca di berbagai surat kabar. Ada anak yang membunuh orang tuanya karena tidak diberikan uang rokok, tidak jarang pula orang berkelahi hanya karena selisih uang yang sungguh tidak sebanding dengan akibat yang akan timbul. Hanya berbeda 500 atau 1000 rupiah orang bisa ribut. Padahal perbedaan itu tidak akan membuat kita jatuh miskin mendadak bukan? Tapi itulah yang sering kita alami. Perasaan ditipu, ditekan dan sebagainya akan membuat kita kesal. Terlebih lagi jika orang yang merugikan kita itu tidak merasa bersalah sama sekali. "Bukan soal uangnya, tetapi caranya itu lho.." kata teman saya pada suatu kali ketika ia marah dimintai uang parkir lebih dari biasanya. Mungkin benar, kita dirugikan dengan hal itu. Benar pula bahwa tukang parkir itu memang bersalah jika ia meminta lebih dari yang seharusnya. Ketika saya berkata, "sudahlah, buat apa kesal gara-gara uang 1000 rupiah? Maafkan saja.." Seketika teman saya pun berkata "Enak saja! Minta maaf pun dia tidak, untuk apa saya memaafkannya?"

Kekesalan seringkali membuat kita membuat kasih yang ada di dalam diri kita semakincompang camping. Hampir setiap hari kita berhadapan dengan orang-orang sulit yang seakan sengaja membuat kita disulut amarah. Mengumpat, memaki bahkan mengutuk, menjadi "output" yang keluar dari diri kita. Bahkan dendam pun bisa timbul apabila kerugian yang kita alami terasa besar sekali. Sering berhadapan dengan situasi sulit, dengan orang-orang sulit akan membuat kita semakin sulit pula mengampuni. Ada yang dengan sadar tidak kita maafkan, ada pula yang secara tidak sengaja. Mungkin kita lupa karena hanya sepintas lalu, ketika disalip orang di jalan raya misalnya, atau ketika kecipratan genangan lumpur karena hujan dan sebagainya. Jika kita tidak mempertebal kasih dalam diri kita dan tidak menyadari betapa besarnya kasih Tuhan kepada kita, maka akan semakin banyak orang-orang yang tidak kita ampuni, dan akibatnya bisa fatal , karena hal itu akan menghambat pengampunan Tuhan untuk turun atas diri kita.

Sebuah perumpamaan tentang pengampunan pernah diberikan Yesus dalam Matius 18:21-35, yang menggambarkan betapa pentingnya bagi kita untuk membuka pintu pengampunan seluas-luasnya. Dalam perumpamaan itu digambarkan adanya seorang raja yang mau menyelesaikan hutang-hutang dari hamba-hambanya. Ada seorang hamba yang berhutang sepuluh ribu talenta. Si hamba pun memohon keringanan waktu untuk dapat membayar lunas hutangnya dengan memohon sambil berlutut. Sang raja pun merasa iba. "Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya." (ay 27). Bukan cuma diberi keringanan, tapi hutangnya dihapuskan! Betapa beruntungnya si hamba. Tapi yang terjadi selanjutnya sungguh ironis. Ketika si hamba keluar, ia bertemu dengan orang lain yang berhutang kepadanya, dengan jumlah yang jauh lebih kecil dari hutangnya kepada raja. Ia langsung mencekik dan memaksa orang itu untuk segera membayar hutangnya. Orang itu pun memohon dengan berlutut untuk meminta keringanan, sama seperti apa yang baru saja ia lakukan di hadapan raja. Tapi si hamba tidak mempedulikan hal itu. Ketika mendengar perbuatannya, marahlah raja. "Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?" (ay 32-33). "Jika aku mengampuni engkau bahkan menghapuskan hutangmu yang besar, masakan engkau tega melakukan itu kepada temanmu yang hanya berhutang sedikit?" Begitu kira-kira kata sang raja. "Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya." (ay 34). Dan Yesus pun menutup perumpamaan itu dengan sebuah peringatan penting: "Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu." (ay 35).

Terkadang memang tidak mudah bagi kita untuk mengampuni orang yang telah bersalah kepada kita atau telah merugikan kita. Tapi pengampunan tanpa batas merupakan hal yang wajib diberikan oleh anak-anak Tuhan kepada orang yang telah menyakiti kita. Itu sebuah keharusan karena bukankah Tuhan sendiri tidak pernah berpelit pengampunan kepada kita? Coba pikir, ada berapa banyak kesalahan yang kita perbuat dalam hidup kita, dan seringkali pelanggaran-pelanggaran berat kita lakukan, yang seharusnya akan berakibat kebinasaan. Jika memakai standar kepantasan, ada banyak kesalahan yang rasanya tidak pantas dimaafkan. Tapi Tuhan begitu mengasihi kita dan selalu siap untuk mengampuni kita begitu kita bertobat. Itu bentuk kasih Tuhan yang luar biasa. Sebesar apapun dosa kita, Tuhan siap memutihkan bahkan berkata tidak akan mengingat-ingat dosa kita lagi. (Yesaya 43:25). Bayangkan apabila Tuhan sulit mengampuni kita, tidak mendengarkan pertobatan kita dan terus memutuskan untuk mengganjar kita dengan hukuman berat, apa jadinya dengan diri kita? Tapi Tuhan penuh kasih, belas kasihan dan kemurahan. Pengampunan akan segera diberikan kepada kita seketika begitu kita bertobat secara sungguh-sungguh. Jika kesalahan kita yang begitu banyak dan besar saja tidak henti-hentinya diampuni Tuhan, bukankah sudah sepantasnya kita pun mengampuni orang yang bersalah kepada kita, yang mungkin ukurannya lebih kecil dari dosa-dosa kita kepada Tuhan, seperti apa yang diberikan Yesus dalam perumpamaan di atas?

Ada korelasi kuat antara diampuni dan mengampuni. Seperti apa yang dikatakan Yesus: "Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Matius 6:14-15). Untuk mendapatkan pengampunan dari Tuhan, kita harus pula mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Jika dosa-dosa kita yang begitu banyak dan berat saja Tuhan mau ampuni, siapalah diri kita yang merasa lebih pantas untuk mendendam atau sulit mengampuni? Seringkali kita berlaku seperti si hamba dalam perumpamaan Yesus di atas. Tuhan tidak menuntut kita membayar hutang dosa yang begitu besar. Dia membebaskan kita, bahkan menganugerahkan AnakNya yang tunggal untuk menggantikan kita di atas kayu salib, menebus dosa-dosa kita agar kita tidak berakhir dalam kebinasaan. Itu sebuah kasih berukuran luar biasa. Tetapi kita tidak menyadari itu, bahkan terus saja tidak mau mengampuni orang-orang yang bersalah, menyinggung, menyakiti atau menipu kita. Apakah orang yang bersalah itu sudah minta maaf atau tidak, itu seharusnya tidak menjadi soal. Ingatlah bagaimana Tuhan menyatakan belas kasihanNya kepada kita. Ingatlah bagaimana Tuhan membebaskan kita, mengampuni kita secara total dan bukan setengah-setengah. Jika Tuhan saja mau berbuat itu mengapa kita tidak? Jika anda masih sulit melakukannya, berdoalah dan minta Roh Kudus untuk menguatkan anda dalam memberi pengampunan. Jika memakai perasaan sendiri mungkin sulit, tapi kita punya Roh Kudus yang akan memampukan. Tuhan sudah menyatakan belas kasihNya kepada kita, kini giliran kita untuk menunjukkan belas kasih kepada orang lain.

Ketika Tuhan sudah menghapuskan dosa kita yang terbesar sekalipun, kesalahan apa dari orang lain yang tidak bisa kita ampuni?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari