Minggu, 30 November 2008

Tuhan tak main Kucing-Kucingan


Tuhan tak main Kucing-Kucingan

Sudah dua kali saya bolak balik di tempat tidur tak sanggup menutup mata hingga petang. Suara gaduh musik dan nyanyian sahut-sahutan tak henti sejak pk.09 malam. Ini kebiasaan di Kamerun ketika ada yang kawin atau ada yang menikah. Kalo ada yang meninggal, jasad seseorang di bawah ke Gereja untuk didoakan dan semua keluarga berkumpul di situ untuk menyanyi hingga pagi. Dalam duka yang mendalam mereka merayakan hidup baru yang sebentar lagi diterima oleh saudara mereka yang mati ; berjaga-jaga menghantarnya menghadapi kenyataan baru bernama ‘hidup setelah mati’ itu.

‘Berjaga-jagalah’ , demikian seruan yang mengawali masa khusus dalam tahun liturgi Kristiani tahun ini, masa Adven. Dipandu oleh perumpaan tentang penjaga pintu, Injil mengundang kita untuk berjaga-jaga menyambut Tuhan yang mendatangi kita (adveniere) seperti seorang penjaga rumah yang harus ekstra ketat dan keras menjaga rumah tuannya segera setelah tuannya pergi dari rumah untuk waktu yang lama dan mempercayakan miliknya kepada para hambanya. Penjaga itu diminta berjaga-jaga bukan saja untuk menjaga rumahnya tapi juga untuk selalu siap menyambut kedatangan tuannya, sebab ia tidak tahu kapan Tuhan datang, entah tengah malam, subuh atau pagi hari.

Berjaga-jaga adalah sebuah sikap korektif sekaligus kreatif. Biasanya seorang penjaga rumah yang baik, tidak hanya selalu terjaga, tapi lebih dari itu senantiasa memastikan kalau rumah yang dijaganya aman. Misalnya dia selalu memeriksa apakah pintu, jendela sudah terkunci rapat atau belum, apakah lampu penerang hidup atau tidak; jika ada suara-suara atau bayangan yang mencurigakan, telinga dan matanya selalu awas. Sikap korektifnya nampak dari kebiasaan untuk selalu memastikan bahwa semua beres, tidak ada apa-apa atau semua siap. Ia ingin memastikan bahwa rumah tuannya selalu siap ditempati dengan aman sewaktu ia pulang dan harta miliknya pun tetap terjaga baik. Sikap kreatif juga tercermin dari kecenderungan untuk selalu tidak puas dengan status quo ; tidak asal nganggap semua selalu oke tapi selalu menemukan cara baru untuk membuat rumah semakin aman dan terjaga.

Adven dengan demikian jauh dari pesan pilu misalnya tentang kematian yang datang pada saat yang tak kita duga; jauh juga dari pesan kanak-kanak tentang Tuhan yang main kucing-kucingan dengan kita, datang sembunyi-sembunyi untuk mergoki kita apakah kita tengah hidup baik atau tidak…Adven mengorientasikan kita pada keputusan untuk selalu menghayati hidup kita dengan penuh sikap korektif, mawas diri tapi sekaligus gembira. Orang yang gembira biasanya penuh kreativitas. Iman Kristiani adalah iman yang gembira tapi di lain pihak realistis. Gembira karena kita percaya bahwa Tuhan yang kita nantikan akan selalu mau tinggal di hati kita yang berdosa asalkan kita mau membuka diri bagi Dia yang tak pernah ingkar janji. Membuka diri bagi_Nya berarti dengan rendah hati melihat segala penghianatan kita lalu mau menyerahkannya pada Tuhan untuk diampuni. Realistis karena perjumpaan dengan Dia telah berlangsung sejak sekarang dalam hidup kita sehari-hari. Adven akhirnya mengundang kita untuk selalu menjadikan seluruh hidup kita sebagai tempat yang selalu nyaman buat Tuhan untuk tinggal bersama kita mengubah sejarah. Jika ada tempat untuk Tuhan di hati kita, apalagi untuk orang lain.

Salam,

Ronald,sx

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari