Rabu, 13 Februari 2008

Merayakan Cinta, catatan untuk Valentine's Day

Merayakan Cinta! Catatan tentang Valentine’s Day
Montie teman kita menceritakan pengalamannya yang menarik; tentang bagaimana kemacetan memaksa dia harus tinggal 3 jam di jalan sekaligus menghilangkan kesempatan emas untuk ikut acara “Valentine’s for single”. Banyak orang muda tengah dag dig dug menunggu sesuatu yang istimewa yang bakal didapatkan di hari khusus itu; mungkin jawaban pasti yang sesegera mengakhiri masa lajang seseorang - “well…akhirnya gw gak jomblo lagi”- atau orang merasa seolah-olah wajib memberikan sesuatu atau merencanakan sesuatu yang istimewa dan tidak biasa untuk mereka yang dekat dan paling dicintai, siapa pun itu. Tidak sedikit pula yang serba tak peduli: “apa lacur tentang Valentine? Bukankah itu urusan orang yang terlalu percaya pada omongan iklan? Baca saja iklan-iklan di surat kabar dan internet seperti: Ready to meet mature single? Looking for an intimate encounter?, dan macam-macam lagi.
Valentines’s day rasanya sebagai satu dari sekian perhentian yang ada dalam hidup kita di mana kita sebentar memandang jalan-jalan hidup yang sudah terlewati dan dengan jujur pula mengakui bahwa langkah-langkah itu, semua hubungan yang sudah kita bina bersama orang-orang dekat kita mustahil tanpa cinta, tanpa pengalaman dicintai dan mencintai.
Tak peduli apakah anda seorang pujangga, seorang filsuf, pekerja IT, pengacara, professor di sebuah perguruan tinggi atau apalah, Valentines’s day tetap harus diakui sebagai perayaan atas salah satu pengalaman manusia yang hakiki yakni intersubjektivitas atau pengalaman bersama yang lain. Maka atas dasar itu pasti kebanyakan dari kita, termasuk orang-orang yang saya sebutkan di sini, dengan jujur sebentar melepaskan buku-buku kesayangannya, pekerjaan yang dibanggakan, meja kerja, jadwal-jadwal yang padat untuk merayakan kebenaran ini dengan orang-orang yang memberi tempat istimewa di hati dan ingatan kita, terserah apakah itu pacar, sahabat atau yang lain.
Valentines’s day seperti menjadi pengingat bahwa sebenarnya kita tidak tengah berdiri di sebuah’taman nilai-nilai yang relatif’, khususnya nilai-nilai intersubjektivitas, intimitas sampai pada seks dan perkawinan. Playboy beserta semua media dengan mainstream yang sama misalnya mengatakan pada kita bahwa bukan cinta yang jadi cita-cita tapi nikmat dan senang. Dan nikmat itu bisa kita dapatkan kapan saja tanpa harus ada cinta. Cinta hanyalah omongan orang-orang tua kita dahulu. Cinta itu relatif, tidak mutlak. Kita bisa menggantikannya dengan uang dan macam-macam barang.
Kesaksian hidup St. Valentine yang terus kita rayakan sampai kini adalah buktinya bahwa cinta tetap menjadi nilai-nilai terbaik yang tak tergantikan. Makanya kita dengan jujur pula mengakui bahwa kita tidak cukup hidup dengan buku-buku filsafat, karir, pekerjaan, dan semua barang yang kita miliki, tapi juga oleh cinta dan pengalaman bahwa kita dicintai, diterima dan disambut oleh sesama kita. Kita sadar bahwa kita hidup, bernafas dan berkarir penuh semangat hingga kini justru karena buah cinta orang-orang yang mencintai kita: ibu, ayah, saudara-saudari, rekan, sahabat dan seterusnya…Tanpa pengalaman dicintai, mustahil kita bisa bergairah untuk hidup dan bekerja.
Maka saya pun memilih juga untuk berhenti sebentar hari ini, masuk dan ikut serta dalam kegembiraan, dan pengharapan orang-orang yang masih tetap percaya bahwa cinta itu penting. Saya ikut serta bersama anda semua mensyukuri pengalaman cinta, pengalaman jatuh cinta, pengalaman dicintai oleh teman-teman, keluarga, sahabat. Saya juga mau tetap senasib sepenanggungan dengan teman-teman yang mungkin merayakan Valentines’ dengan getir: sendiri, tanpa teman entah karena masih jomblo atau baru saja jadi jomblo setelah putus.
Selanjutnyha kita pun tahu bahwa cinta saja tidak cukup untuk hidup bahagia dan penuh. Kita mesti memberi pupuk dan menyirami hubungan cinta kita agar tumbuh nyata menjadi sungguh-sungguh sebuah komitmen untuk beri diri; sungguh-sungguh tanggung jawab dan kepedulian untuk membangun sebuah hubungan yang bisa saja lebih permanent sifatnya – perkawinan. Pupuk yang saya kira paling penting adalah doa. Cinta kita mesti dibangun pula atas dasar iman bahwa Tuhan memanggil kita untuk saling mencintai dan saling memberi; bahwa kita bisa mencintai karena Tuhan sudah terlebih dahulu mencintai kita.
Doa sangat penting untuk diperhitungkan di hari Valentine’s Day ini. Dan saya kira St. Raphael sangat pas juga didevosikan pada hari ini. St. Raphael (artinya Allah yang menyembuhkan) diutus untuk membantu Tobit menemukan jodoh yang paling tepat. Dan adalah Sara, anak Raguel yang menjadi calon istrinya. Ia seorang perempuan manis yang sudah tujuh kali menikah dengan laki-laki berbeda tapi semua suaminya itu mati persis ketika mereka mau melakukan hubungan suami-istri (Baca Tobit bab 5-11). Sara diyakini dibayang-bayangi oleh setan. Baik Tobit dan Sara sama-sama kuatir apakah hubungan mereka akan berakhir binasa. Akan tetapi, Raphael lah yang menolong Tobit dan Sara. Setelah menikah mereka dianjurkan Raphael berdoa, meminta agar Tuhan membebaskan mereka dari yang jahat. Dan memang mereka jadian dan membangun sebuah keluarga yang bahagia. Di hari Valentine ini saya mengajak anda untuk dengan pertolongan St. Raphael meminta pada Tuhan berkah atas hubungan anda. Bagi mereka yang masih single, saya kira St. Raphael tepat untuk dimintakan pertolongan.
Dan akhirnya cinta mesti disirami kesetiaan dan kegembiraan serta pengampunan. Di hari ini, kita diundang untuk memperbaharui komitmen kita untuk mencintai, menyambut, menerima dan mengampuni sahabat, kekasih, ayah, ibu dan semua yang kita cintai tanpa syarat.

Saya yang ikut merayakan dan juga mendoakan anda semua

Ronald,s.x.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari