Sabtu, 20 Februari 2010

Chastity VS Abstinence

Sharing, by francisca.m0nica

Percabulan merupakan dosa. Gereja mengajarkan demikian dan saya yakin semua orang setuju. Bahkan Yesus berkata, bila kita sudah mengingini perempuan atau laki-laki saja, kita sudah berbuat cabul dalam pikiran. Lalu kita mungkin bertanya : “bagaimana dengan hasrat seksual saya?”

Admit it : We have sexual desire

“Saya manusia biasa. Saya seorang Kristiani yang taat. Tapi… Bagaimanapun, saya akui, saya juga memiliki dorongan seksual.”

Selama ini mungkin kita berpikir bahwa dorongan seksual adalah dosa. Bila muncul pikiran soal seks, mungkin kita cenderung berkata pada diri kita, “Don’t think about sex! Don’t think about sex! Lupakan itu!” Kita cenderung menahan hasrat seksual kita, khususnya bagi yang belum menikah, kita tahu bahwa belum saatnya untuk melakukan hubungan seks. Dan kita berpikir bahwa untuk menjadi seorang yang baik, yang kudus, yang suci, kita harus melupakan seks.

Mari buang semua pikiran lama, dan akuilah, kita memiliki keinginan seksual. Siapapun kita, laki-laki atau perempuan, seorang biarawan maupun awam, seorang pelayan Tuhan maupun umat biasa, semua manusia memiliki keinginan seksual.

Seksualitas kita merupakan suatu GIFT atau karunia dari Tuhan. Dan dorongan seksual bukanlah suatu dosa. Sebab seksualitas manusia diciptakan Tuhan juga. Tuhan tidak menciptakan sesuatu yang buruk. Dengan adanya seks, suatu kehidupan baru dapat muncul. Tuhan menciptakan manusia dan Ia berkata, “amat sangat baik”, Tuhan juga berkata demikian terhadap seksualitas kita.

Dalam menghadapi dorongan seksual kita, terdapat 2 jenis pandangan, yaitu :

1. Abstinence

Di sekolah maupun di keluarga, bila ada pertanyaan mengenai seks, mungkin guru dan orang tua kita akan berkata : “itu hanya untuk yang sudah menikah.” atau “tidak boleh sebelum married!” Apa yang guru dan orang tua itu katakan, mengajarkan anak-anaknya tentang abstinence.

Jika kita lihat di kamus, abstinence artinya menahan nafsu. Seperti halnya ketika sedang berpuasa, kita menahan nafsu untuk tidak makan atau seperti berpantang, kita menahan nafsu untuk makan makanan kesukaan kita.

Namun, bila abstinence ini kita terapkan terhadap dorongan seksual. Seseorang tidak akan sepenuhnya bebas dari dorongan seksualnya. Yang ada ia malah menahan, menahan dan menahan hasrat seksualnya. Akibatnya dapat muncul bentuk pelampiasan seksual seperti ketergantungan pada pornografi dan masturbasi. Dan, bila seseorang sudah mencapai suatu kebebasan untuk melakukan hubungan seksual, segala dorongan yang terpendam itu akan BOOOM meledak. Akibatnya dorongan seksual menjadi tidak murni.

2. Chastity

Chastity berbeda dengan abstinence. Tepatnya, chastity jauh lebih indah daripada abstinence. Bila abstinence mengajarkan kita untuk berkata TIDAK pada seks, chastity tidak hanya mengajarkan kita untuk berkata TIDAK, tetapi juga berkata YA pada cinta sejati dan segala keinginannya.

Chastity tidak mengajarkan kita untuk menahan atau mengabaikan segala hasrat seksual alamiah kita, tetapi membantu kita mengarahkan hasrat seksual kita. Sebab Tuhan menginginkan kita untuk mampu mengendalikan dorongan seksual kita dan mengarahkannya kepada dorongan yang lebih dalam yaitu mencintai dengan murni.

“When you decide firmly to lead a clean life, chastity will not be a burden on you: it will be a crown of triumph.” St. Josemaria Escriva

Tuhan memberikan manusia akal budi. Akal dan budi kita seharusnya mampu mengendalikan semua yang kita inginkan, termasuk mengendalikan dan mengarahkan hasrat seksual kita. Manusia berbeda dari binatang. Akal dan budi inilah membedakan kita dari binatang. Binatang hidup berdasarkan naluri atau insting atau keinginannya saja.

Chastity ialah gaya hidup baru yang dapat kita terapkan untuk menemukan cinta sejati. Karena cinta sejati bukan hanya soal seks, melainkan cinta sejati adalah soal pengorbanan diri, pemberian diri secara total, bebas, setia dan berbuah. Dan hanya orang-orang yang mampu mengendalikan hasrat seksualnya yang mampu untuk menemukan makna cinta sejati itu.

Let’s make chastity as our lifestyle!

“Only the chaste man and the chaste woman are capable of true love.” Pope John Paul II

SUmber : http://truelovecelebration.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari