Senin, 28 Desember 2009

Mempertuhankan Kerja

Ayat bacaan: Keluaran 20:3
=======================
"Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku."

mempertuhankan kerja, allah lain, berhalaSemua orang butuh pekerjaan agar bisa hidup. Sebagian mungkin berkata tidak, karena toh selama ini hidupnya cukup dari orang tua, bahkan berlimpah-limpah, namun itu pun datang dari kerja keras ayahnya atau orang tuanya. Tanpa bekerja niscaya kita tidak akan dapat memenuhi kebutuhan hidup. Serius bekerja, itu baik. Selalu ada perbedaan besar antara orang yang hanya bermalas-malasan, bekerja ala kadarnya dengan orang yang benar-benar serius menekuninya. Apalagi jika mereka melibatkan Tuhan di dalamnya, bekerja seperti untuk Tuhan dengan jujur dan sesuai firmanNya. Bersyukurlah ketika saat ini kita diberikan kesempatan untuk bekerja. Pakailah kesempatan itu dengan baik, dan muliakan Tuhan di dalamnya. Namun di sisi lain, berhati-hatilah ketika anda mulai tenggelam dalam keseriusan pekerjaan anda, karena ada dosa yang mengintip untuk menerkam anda di sana.

Di jaman dulu orang akan meninggalkan pekerjaannya begitu jam kerja selesai. Tapi saat ini teknologi dapat memaksa kita untuk terus "stay tune" pada pekerjaan kita. Telepon, sms, email dan sebagainya akan terus membuat kita terpaku pada pekerjaan bahkan setelah jam kerja normal selesai. Butuh transaksi? Ada E-banking yang memungkinkan itu. Butuh rapat dadakan? Fasilitas teleconference atau setidaknya multi-party telephone connection sudah memungkinkannya. Ditambah lagi berbagai tawaran dan godaan di dunia modern yang membuat kita tidak pernah merasa cukup. Selalu saja ada yang ingin dimiliki, selalu saja ada yang kurang, dimana terkadang itu bukan lagi merupakan kebutuhan, tapi lebih kepada lifestyle, gaya dan status. Maka bekerja pun bisa dilakukan jauh melebihi waktu normal. Pulang ke rumah tidak lagi dipakai untuk berkumpul bersama istri dan anak, tapi langsung mengecek email, menelepon relasi dan sebagainya. Tidak heran banyak keluarga yang terbengkalai. Belum lagi emosi yang begitu gampang tersulut karena kecapaian. Itu baru soal keluarga. Bagaimana dengan saat teduh atau meluangkan waktu buat Tuhan? Jelas lebih tidak ada lagi. Jika tadinya saja Tuhan hanya mendapatkan sisa waktu, sekarang tidak ada lagi waktu yang tersisa. Dan betapa ironisnya jika ini terjadi. Ketika Tuhan memberi berkat, orang malah melupakan Sang Pemberi berkat. Ketika fungsi kepala keluarga berakhir sebatas mencari nafkah saja, maka berakhirlah kebahagiaan keluarga itu.

Mengapa saya berpanjang lebar membahas tuntutan pekerjaan yang menyita waktu sementara ayat bacaan hari ini bertemakan satu dari 10 Perintah Allah yang berbunyi "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku" (Keluaran 20:3) ? Karena keduanya sangatlah berhubungan. Bekerja serius itu merupakan sebuah keharusan. Tapi di saat kita tidak lagi peduli kepada lingkungan, bahkan tidak lagi peduli kepada keluarga, saudara apalagi Tuhan, di sana jangan-jangan kita sudah mempertuhankan pekerjaan kita, menjadikan pekerjaan kita sebagai "the one", yang utama. Pekerjaan berada di atas segalanya. Dengan kata lain, pekerjaan kini menjadi allah dalam kehidupan kita. Jika sepintas melihat ayat bacaan hari ini, mungkin mudah buat kita untuk berkata bahwa kita tidak menyembah allah yang lain. Mengacu pada perintah Tuhan selanjutnya, "Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi" (ay 4), kita pun mungkin mudah untuk berkata bahwa kita tidak memiliki patung apapun dalam bentuk benda sebagai berhala yang disembah dalam hidup kita. Tapi berhati-hatilah, sebab pekerjaan, hobi atau apapun yang menjadi hal yang paling utama, yang menyingkirkan posisi Tuhan dalam hidup kita ke urutan kesekian sebenarnya sudah melanggar perintah-perintah Allah ini.

Tuhan Yesus berkata bahwa "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24). Kita tidak dapat membuat dua hal untuk berada di posisi utama sekaligus. Kehendak bebas hadir kepada manusia sebagai karunia dari Tuhan, dan karena itu kita pun bisa memilih. Tapi ingat, pilihan apapun yang kita ambil punya konsekuensinya. Bekerja itu penting, mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidup itu penting. Tapi Tuhan mengingatkan agar kita jangan terfokus kepada mencari harta di dunia, karena semua itu sewaktu-waktu bisa musnah dan tidak kekal sifatnya. "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya." (ay 19). Apa yang harus kita lakukan adalah mengumpulkan harta di sorga, dimana ngengat dan karat tidak akan bisa merusakkannya dan pencuri tidak dapat membongkar serta mencurinya. (ay 20). Dan kesimpulannya demikian: "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (ay 21).

Di mana hati kita berada saat ini? Apakah kita melulu memikirkan pekerjaan dan tidak lagi peduli kepada kebutuhan keluarga untuk diperhatikan dan disayangi? Apakah kita selalu memikirkan dari mana lagi bisa mendapatkan penghasilan tambahan dan terus menerus bekerja hingga larut malam, sementara tidak ada lagi waktu yang dipakai untuk bersekutu dalam Tuhan, menikmati keintiman dalam hadiratNya yang kudus? Dari sana kita bisa menilai apakah kita sudah memberhalakan atau menpertuhankan pekerjaan kita atau tidak. Jika hal ini sudah mulai meracuni atau bahkan sudah menggerogoti anda, inilah saatnya untuk berhenti dan bertobat. Ketika kita memasuki tahun yang baru sebentar lagi, alangkah baiknya jika kita memasukinya dengan komitmen yang baru, melihat pekerjaan dari perspektif yang benar, yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Pakailah pekerjaan untuk memuliakan Tuhan, untuk mengasihi keluarga dan menolong orang lain yang membutuhkan. Kumpulkanlah harga untuk di sorga dan bukan di bumi. Ingatlah bahwa berkat terutama berasal dari Tuhan bukan dari usaha kita semata. Apapun pekerjaan kita hari ini, bersyukurlah dan lakukan sebaik-baiknya, tapi ingat untuk meletakkan Tuhan di atas segalanya. Keep it in such perspective, where God and our family is far more important than any shapes of dedication to a job.

Work is a gift, not a god

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari