Minggu, 26 April 2009

Sentuhlah Aku

Sentuhlah Aku

Dulu gampang sekali menyelimuti seluruh badan ketika mendengar suara-suara aneh di sekitar rumah, anjing yang menyalak tidak biasanya atau bunyi burung hantu di kejauhan. Entah apa jadinya hidup, jika tanpa kisah-kisah seperti sinder bolong, kuntilanak, jin, dedemit, dan sebagainya. Apakah semuanya itu adalah mitos warisan orang-orang tua dulu untuk mendidik anak-anak mereka (agar tidak pergi jauh dari rumah misalnya) ataukah kesaksian tentang eksistensinya. Dari kampung kecil saya hingga kota-kota besar seperti Paris, Roma bahkan di negeri yang jauh seperti di Afrika sini, cerita-cerita seperti itu makin beragam. Les Diables et Les Parisien, para hantu dan penduduk kota Paris, demikian seorang penulis klasik Perancis menulis tentang Paris, kota yang kini paling sekular, menjadi besar karena ulah para setan. Saya tidak mau memperdebatkan di sini soal ada tidaknya hantu, tapi biarlah saya meninggalkan hipotesis ini :paling sedikit dengan percaya pada eksistensi hantu, orang mengandaikan adanya hidup setelah mati. Masa sih hidup yang indah ini tak ada kelanjutannya…
Papa saya meninggal waktu saya berusia 11 tahun dan saya menyaksikan sendiri penguburannya, melihat bagaimana tubuhnya ditimbun tanah merah dan selanjutnya ia menjadi lain, ia hidup tapi dalam kenangan saya sebagai anak yang dicintainya. Saya bisa mengerti pengalaman para murid Yesus, yang takut dan menyangka melihat hantu ketika Yesus menampakkan diri para mereka (Luk. 24 :35-38). Pantas mereka takut karena mereka betul-betul tahu Yesus telah mati, bahkan beberapa di antaranya melihat bagaimana Dia dikuburkan. Saya tentu akan mengalami hal yang sama seandainya melihat papa yang benar-benar saya lihat telah ditimbun tanah, muncul di dekat saya.
Kalau kita memperhatikan seluruh kisah kebangkitan, ada benang merah ini yakni Yesus tidak langsung dikenali identitasnya oleh para murid. Hanya ketika Yesus mengulang kata-kata atau membuat gerakan yang pernah Ia lakukan, dan dari pihak para rasul hanya dengan membuka hati dan iman mereka barulah mereka mengenal Yesus. Ingatlah kisah dua murid Emaus atau kisah lain ketika para murid berkumpul bersama merayakan ekaristi. Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah bagian dari hidup dan realitas baru yang sama sekali berbeda dengan realitas normal. Akses padanya mustahil kalau bukan atas inisiatif Yesus sendiri dan iman orang yang mengalaminya. Tentu saja sekali lagi kita harus mengakui pengalaman akan Yesus yang bangkit adalah pengalaman khas para murid.
Lukas dalam Injil hari ini tidak melaporkan sebuah kisah hasil imajinasi atau halunisasi para murid, tapi kisah nyata tentang Yesus. « Lihatlah tangan dan kakiku, inilah aku, sentuhlah aku. Tak mungkin hantu mempunyai daging atau tulang ». Dan Petrus kelak dalam pewartaannya selalu mengatakan « Dan kamilah saksi dari semuanya itu, Tidak mungkin kami tidak mewartakan apa yang kami lihat, kami sentuh, kami alami sendiri ». Inilah pengalaman nyata para murid yang menjadi titik tolak kelahiran Gereja.
Gereja mewartakan Kristus yang bangkit itu pertama-tama melalui Ekaristi dan melalui karya kasihnya.Ia yang hidup dan nyata itu melalui ekaristi, melalui hosti sederhana dan rapuh kita alami, tentu dalam iman. Samahalnya seorang ahli bedah berhasil memahami seluruh struktur organ tubuh pasiennya yang hidup tapi tidak pernah menemukan di mana terdapat nyawanya, demikianlah dalam ekaristi dan melalui hosti tadi kita mengalami Yesus yang hidup tanpa pernah melihat Dia. Ia hidup kini dalam diri kita yang menyambut Dia dengan iman dan sudah seharusnyalah kita mewartakan bahwa Dia hidup.
Kata-kata Yesus , sentuhlah aku adalah undangan bagi kita semua untuk meneruskan warta bahwa Yesus hidup. Tangan-tangan dan kaki kitalah yang sekarang menjadi perpanjangan tangan dan kakinya bagi manusia lain. Ibu Theresa dari Calcuta, Anne Frank yang memberi penghiburan bagi para sesama tahanan Nazi di kamp konsentrasi, serta banyak sekali saksi iman Kristiani lainnya sepanjang sejarah melakukan semuanya itu karena Yesus nyata dan supaya ia tetap nyata sepanjang masa. Mari bersama-sama menceritakan pada banyak orang melalui hidup kita, bahwa Tuhan yang dulu nyata sama nyatanya seperti sekarang ini ketika kita memuliakan yang lemah, yang miskin dan yang ditinggalkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari