Kamis, 19 Mei 2011

Menjaga Nama Baik

Ayat bacaan: Amsal 22:1
=======================
"Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas."

nama baikTidak ada orang yang bermimpi untuk hidup miskin. Jika bisa, tentu kita semua ingin hidup tanpa harus menghemat mati-matian. Kita bekerja banting tulang seharian bukan hanya ingin untuk hidup pas-pasan atau malah kekurangan. Semua orang ingin bisa menikmati hidup, dan banyak orang percaya kenikmatan hidup itu berasal dari kekayaan. Uang dipercaya banyak orang bisa mendatangkan kebahagiaan. Karena pola pikir yang sudah mendarah daging di dunia inilah kemudian banyak orang yang rela melakukan apapun agar bisa memperoleh uang lebih dari ala kadarnya. Anak-anak remaja wanita banyak yang rela menjual kehormatannya agar memiliki uang yang banyak untuk bisa hidup dalam kemewahan. Orang melakukan korupsi tanpa memikirkan resiko. Harga diri dan nama baik atau kehormatan keluarga pun tidak lagi dipandang sebagai sebuah hal yang penting kalau sudah bicara soal uang. Betapa ironisnya ketika orang tua bersusah payah membesarkan anak-anaknya agar mampu hidup dengan baik di masyarakat dan berbakti kepada  mereka, tetapi kemudian anak-anaknya malah melukai hati mereka dengan melakukan berbagai tindakan-tindakan yang tidak terpuji. Seringkali konsekuensi dari perilaku yang tidak benar tidak hanya harus ditanggung si pelaku, tapi lebih luas lagi juga akan mengenai keluarga dan orang tuanya. Tidak hanya dalam keluarga, tapi di dalam pekerjaan pun orang akan dituntut untuk menjaga nama baik dan martabat tempatnya bekerja. Sering kita lihat bahwa satu-dua orang melakukan tindakan keliru, maka instansi/lembaga/perusahaan atau badan di mana ia bekerja akan mendapat cap negatif dari masyarakat. Tapi gemerincing uang membuat banyak orang lupa diri dan tidak lagi mampu berpikir jernih.

Uang mendatangkan kebahagiaan, itu kata dunia. Tetapi Alkitab dengan tegas menyatakan hal sebaliknya. Lewat Salomo yang penuh hikmat kita bisa mendapatkan ayat yang menyinggung perihal itu. Ia berkata bahwa "nama baik lebih berharga daripada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas."  (Amsal 22:1). Sekaya apapun seseorang, namun jika ia dibenci orang, semuanya tidak akan berarti. Bukan saja diri si pelaku korupsi yang akan susah, tetapi keluarga dan orang tuanya pun akan terkena dampak pula dari perilaku mereka. Banyak orang lupa menjaga nama baik demi mengejar harta, dan pada akhirnya penyesalan lah yang mereka dapati. Betapa mereka telah mempermalukan keluarga, mencoreng dan mencemarkan nama baik keluarga yang mereka sandang. Selain hukuman di dunia bisa menjadi konsekuensinya, hukuman berat pun akan datang dari Tuhan yang sangat membenci sikap seperti ini. Safira dan Ananias dalam Kisah Para Rasul 5 seharusnya bisa menjadi contoh bagi kita. Tidak salah jika kita ingin kaya, tetapi perhatikan benar caranya dan untuk apa itu kita inginkan. Karena biar sekaya apapun kita, itu tidak akan pernah lebih berharga dari menjaga nama baik kita dan keluarga. Buat apa kaya harta tetapi kemudian dikecam dan dibenci banyak orang? 

Jangan lupa pula bahwa selain menjadi anak dari orang tua kita, dan menyandang nama keluarga, kita juga menyandang status sebagai anak Allah. Allah mengasihi kita sebagai anak-anakNya, Dia telah memberikan begitu banyak berkat dan karunia agar kita mampu untuk hidup ditengah-tengah dunia yang sulit ini, dan berbagai kemampuan untuk hidup benar. Yohanes menyadari benar akan hal itu. "Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah.." (1 Yoh 3:1). Karena itu sebagai anak Bapa, tentu kita pun harus menjaga nama baikNya. Bayangkan apa yang terjadi jika kita mengaku sebagai anak Tuhan tapi kelakuan kita jauh dari firman-Nya, jauh dari mencerminkan pribadiNya. Bukannya menjadi teladan tetapi malah sebaliknya menjadi batu sandungan bagi orang disekeliling kita. Secara tidak langsung kita menghalangi orang untuk mengenal pribadi Tuhan yang benar. Sebaliknya, jika kita bisa menjadi teladan, terang dan garam bagi orang lain, tentu disana nama Tuhan akan dipermuliakan. Dan itulah yang harus kita lakukan, sebagai orang yang menyandang predikat sebagai anak Tuhan. Kalau belum apa-apa kita sudah menuai kebencian dari orang lain akibat perilaku-perilaku kita yang kurang terpuji, bagaimana mungkin kita bisa menjadi teladan bagi banyak orang? Bukan saja kita yang kena, tetapi nama Tuhan pun bisa tercoreng namaNya gara-gara perilaku kita yang tidak terpuji. Dan itu akan fatal akibatnya.

Dalam satu dari 10 Perintah Allah yang diturunkan pada Musa, Dia sudah mengingatkan kita untuk menghormati orang tua kita. "Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu." (Ulangan 5:16). Di mata Tuhan, menjaga kehormatan orang tua sangatlah penting. Dengan demikian, sangat penting juga bagi kita untuk menjaga kekudusan dan hidup benar sesuai firman Tuhan untuk menjaga nama baik Bapa di surga. Kita harus senantiasa menjaga pikiran, perkataan dan perbuatan kita agar kita tidak mencemarkan nama Tuhan dan memberi pemahaman yang salah tentang bagaimana Kristus mengasihi manusia. Janganlah kita menjadi batu sandungan yang malah semakin menjauhkan orang lain untuk mengenal Kristus. Sebagai anak Allah, haruslah kita mencerminkan pribadi Allah sesungguhnya, bahkan kita dituntut untuk terus berproses menuju sempurna seperti Bapa. "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Mat 5:48)

Tuhan Yesus sudah mengingatkan sejak jauh hari: "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya." (Markus 8:36). Kekayaan tidak akan pernah mampu memberikan kebahagiaan sepenuhnya. Dalam waktu singkat mungkin bisa, tetapi itu tidaklah sebanding dengan nyawa yang kita buang selamanya demi kenikmataan sesaat. Kaya raya tapi dibenci orang lain itu sesungguhnya amatlah menyedihkan. Saya sudah bertemu dengan beberapa orang seperti ini dan lewat mereka saya mendengar sendiri kesedihan hidup dalam kesepian akibat dibenci banyak orang tidak akan bisa terobati dengan harta sebesar atau sebanyak apapun. Tidaklah salah untuk bisa menjadi kaya, tetapi kita harus benar-benar memperhatikan cara-cara yang kita buat untuk memperolehnya. Bekerja dan berusahalah dengan jujur, lakukan semuanya dengan sebaik-baiknya seperti untuk Tuhan. Muliakan Tuhan dengan segala yang kita lakukan, teruslah berbuat baik dan tolonglah orang-orang yang kesusahan semampu kita. Tuhan sanggup melimpahkan semuanya tanpa kita harus menggadaikan kehormatan, nama baik keluarga atau malah mengorbankan keselamatan kita.

Menjaga nama baik keluarga terlebih nama baik Tuhan jauh lebih penting dari harta sebesar apapun

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari