Senin, 18 Januari 2010

Pelaku Firman

Ayat bacaan: Yakobus 1:23-24
=========================
"Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya."

pelaku firmanSalah satu yang saya sukai dari profesi saya sebagai pengajar adalah saya bisa terus selalu mempraktekkan ilmu yang telah saya pelajari dahulu secara rutin. Setiap kali mengajar, saya akan terus mempergunakan ilmu itu sehingga saya tidak akan lupa. Ada beberapa murid yang telah lulus tapi lama tidak mempergunakan ilmunya, dan ketika saya bertemu dengan mereka, mereka berkata bahwa banyak yang telah mereka lupa dari apa yang pernah mereka pelajari. Apapun yang kita pelajari jika tidak kita aplikasikan secara langsung secara terus menerus maka kita pun akan lupa. Tidak heran ada pepatah yang mengatakan "practice makes perfect". Ilmu yang hanya kita dengar atau hafalkan tidak akan menghasilkan apa-apa jika tidak dipraktekkan atau dilakukan secara nyata.

Dalam kehidupan rohani pun demikian. Mungkin kita rajin mendengar kotbah dalam kebaktian, mungkin ada sebagian yang bahkan membawa catatan, tapi semua itu akan menguap jika tidak kita aplikasikan secara langsung dalam kehidupan kita. Hari ini mungkin masih ingat, besok mungkin ingat setengah, minggu depan tidak ada lagi yang diingat. Rajin mendengar kotbah itu amat baik. Mencatatnya, lebih baik lagi. Rajin membaca firman Tuhan itu baik, jika ditambah dengan merenungkannya tentu akan lebih baik lagi. Tapi tanpa dilakukan, semuanya tidak akan menghasilkan apa-apa. Yakobus menjelaskan mengenai hal ini. Pertama-tama ia mengingatkan kita agar membersihkan segala kotoran di dalam hati kita dan kemudian menerima firman, memasukkan firman ke dalamnya dengan lembut. "Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu." (Yakobus 1:21). Itu pesan pertama. Tapi kemudian Yakobus mengingatkan agar kita jangan berpuas diri hanya sampai disitu saja. "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri." (ay 22). Ini pesan serius sampai-sampai ia menggolongkan orang yang hanya mendengar itu sama dengan orang yang menipu diri sendiri. "Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya." (ay 23-24). Maksud Yakobus begini: orang yang hanya mendengar tanpa melakukan itu seperti orang yang hanya melihat dirinya secara maya/semu. Seperti kita berkaca, kita hanya melakukannya sebentar saja, dan kemudian kita pun meninggalkan cermin dan tidak lagi mengingat-ingat apa yang barusan kita lihat. Tadi sebelum berangkat kita sudah rapi, tapi mungkin di jalan kita mulai berkeringat, rambut mulai acak-acakan, sehingga jika kita tidak kembali berkaca kita tidak akan tahu bagaimana rupa kita sekarang. Kita mungkin akan merasa bahwa kita masih terlihat rapi, padahal kenyataannya jauh dari itu. Inilah gambaran yang diberikan oleh Yakobus. Orang yang berhenti hanya sampai mendengar firman tanpa melakukan ibarat orang yang hanya berkaca dalam waktu yang singkat kemudian sesaat kemudian tidak lagi menyadari atau peduli siapa mereka sebenarnya.

Peringatan penting disampaikan kepada kita semua hari ini. Memulai untuk mendengar atau membaca firman Tuhan dengan sungguh-sungguh itu adalah amat baik. Lewat kotbah di gereja, lewat membaca renungan, lewat mendengar di radio atau kaset/cd, semua itu adalah baik. Tetapi janganlah berpuas diri hanya sampai di situ saja. Kita harus pula mengaplikasikannya secara nyata dalam kehidupan kita. Firman-firman yang tertanam dalam diri kita haruslah bisa terpancar dari bagaimana kita hidup. Jika tidak, maka semuanya itu akan berlalu begitu saja tanpa menghasilkan perubahan apa-apa. Dalam surat Roma, Paulus sempat mengeluhkan sulitnya untuk melawan keinginan melakukan berbagai dosa. "Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat." (Roma 7:19). Mengapa demikian? Begini penjelasan Paulus: "Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku." (ay 22-23). Hati kita mungkin sangat haus akan firman Tuhan dan rindu untuk mengalami transformasi ke arah yang lebih baik, tapi berbagai keinginan daging bisa dengan segera menghambat itu semua, sehingga meski kita sangat ingin untuk berubah, seringkali kita gagal dan kembali jatuh pada dosa yang sama.

Kita sesungguhnya sudah dimerdekakan. Yesus berkata: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yohanes 8:31-32). Kemerdekaan sebenarnya sudah dianugerahkan kepada kita ketika kita tinggal dan diam di dalam firmanNya. Tapi jika kita tidak mengaplikasikan firman-firman itu secara nyata dalam setiap langkah kita, maka berbagai kedagingan kita akan siap mengembalikan kita kepada pelanggaran-pelanggaran atau kebiasaan lama kita yang buruk. Untuk itulah kita harus senantiasa berjuang mengatasi keinginan daging, dan itu bisa kita lakukan lewat aplikasi secara langsung atas firman-firman yang telah tertanam dengan lembut di dalam hati kita ke dalam apapun yang kita lakukan atau kerjakan. Bagaimana bisa demikian? "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12). Firman yang kita aplikasikan itu akan sanggup memberi perbedaan nyata dan membuat kita tahu mengenai apa yang benar dan mana yang salah. Dengan pedang Roh inilah kita akan mampu menaklukkan segala pikiran kita kepada Kristus.

Kembali kepada surat Yakobus, ia mengatakan "Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya." (Yakobus 1:25). Tekun beribadah tapi tidak mampu menjaga lidah, itu sama artinya dengan menipu diri sendiri, dan hanyalah akan membawa kesia-siaan belaka. (ay 26). Kita tahu bahwa kita harus mengasihi dan membantu orang yang membutuhkan, tapi jika tidak dilakukan maka semuanya tidaklah menghasilkan apa-apa. Kita tahu bahwa kita harus hidup kudus, tapi jika tidak kita lakukan, maka kita akan terus dicemarkan oleh dunia. Maka Yakobus mengingatkan "Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia." (Yakobus 1:27). Dengan kata lain, ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah adalah ibadah yang menerapkan atau mengaplikasikan firman-firman Tuhan yang telah kita dengar, yang telah tertanam dalam hati kita, dalam setiap sendi kehidupan kita. Itulah yang akan memerdekakan kita dan akan mendatangkan kebahagiaan dan sukacita karenanya. Hari ini marilah kita ambil komitmen untuk tidak berhenti hanya sebagai pendengar firman, tapi masuk lebih jauh lagi untuk menjadi pelaku-pelaku firman.

Tanpa aplikasi nyata dalam kehidupan, semua hanya akan menguap sia-sia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari