Kamis, 28 Januari 2010

Keterbatasan Pandangan

Ayat bacaan: Mazmur 26:3
====================
"Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu."

keterbatasan pandanganAda seekor induk ayam yang tengah mengasuh 10 anaknya lalu lalang di depan rumah saya beberapa hari ini. Saya memperhatikan betapa telatennya si ibu melindungi anak-anaknya. Anak-anak ayam itu semuanya bergerombol di dekat ibunya. Setiap ada yang lewat, si ibu akan memasang badannya di depan si anak, dan baru akan menyingkir jika anak-anaknya sudah terlebih dahulu menjauh. Hari ini ketika saya berada di luar rumah, saya mendengar ada suara truk memasuki jalan. Dan dari pandangan saya, di sudut jalan anak-anak ayam ini berada tanpa ibunya! Bagaimana jika truk melindas mereka? Saya pun segera bergerak ingin menghalau anak-anak ayam itu. Tapi ketika saya mendekat, ternyata ibunya ada di belokan bersama mereka. Dari sudut pandangan yang berasal dari rumah,  saya tidak bisa melihat keberadaan induk ayam, tapi ternyata ia tetap ada di sana melindungi anak-anaknya.

Apa yang saya alami hari ini membuka mata saya betapa terbatasnya kemampuan manusia. Mata kita terbatas dalam memandang, dan tidak mampu menembus benda-benda yang menghalangi mata kita. Jarak pandang mata kita terbatas. Mata manusia tidak tembus pandang, sehingga jika terhalang sesuatu maka kita pun tidak akan bisa melihatnya. Itu baru dari sisi mata, dari sisi lain pun sama. Sehebat apapun kita, pada suatu ketika kita akan sadar bahwa kita memang terbatas. Seringkali dalam himpitan persoalan kita merasa bahwa kita menghadapinya sendirian. Kita merasa Tuhan mungkin telah meninggalkan kita, atau terlalu sibuk mengurusi orang lain di dunia ini yang jumlahnya milyaran. Atau mungkin kita merasa bahwa Tuhan sudah bosan kepada kita dan memilih untuk membiarkan kita menghadapi masalah sendirian. Atau kita mungkin merasa Tuhan terlalu lama atau terlambat bergerak untuk menolong kita. Bukankah semua ini sering kita rasakan ketika kita merasa tertekan? Ini masalah manusia secara umum, karena sejak dulu, banyak tokoh alkitab yang sempat mengalami hal ini. Daud pernah berkata: "Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?" (Mazmur 13:2). Ayub pernah bersikap sinis kepada Tuhan dan merasa diperlakukan tidak adil.   Dan ada banyak lagi contoh yang bisa kita dapat dalam alkitab mengenai perasaan ditinggalkan Tuhan ini. Kita bisa melihat bukan saja kemampuan kita terbatas, tapi daya tahan kita ketika dihimpit masalah pun sama saja. Apa yang ingin saya katakan adalah seperti ini: Jika kita mengandalkan pandangan kita yang terbatas ini hanya untuk fokus melihat masalah saja, dalam waktu singkat kita akan patah semangat, kehilangan harapan dan akhirnya menyerah. Sebaliknya jika kita menyadari betapa terbatasnya kemampuan pandangan kita, maka kita seharusnya mengarahkan mata ke arah sumber yang tidak terbatas.

Ketika masalah begitu berat menimpa kita, ada saat-saat dimana kita limbung, goyah atau merasa khawatir. Itu wajar, rasanya semua manusia pasti pernah mengalami hal ini. Tapi kita harus menjaga diri kita agar tidak terlalu lama dikuasai perasaan khawatir itu. Berhentilah segera untuk memandang hanya kepada masalah saja, karena seringkali yang kita dapatkan malah kecemasan dan ketakutan yang meningkat dan tidak membawa solusi apapun. Pandangan kita yang terbatas ini tidak lagi bisa diandalkan ketika beratnya masalah sudah mencapai titik tertentu. Saatnya untuk mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan yang tidak terbatas. Meski Daud sempat goyah dan merasa seolah-olah Tuhan melupakannya, menganggap Tuhan menyembunyikan wajahNya dari Daud, namun Daud tidak mau berlama-lama merasakan itu. Ia tahu kemana ia harus mengarahkan pandangannya. Lihat apa kata Daud segera setelah mengungkapkan kekhawatirannya. "Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku." (Mazmur 13:6a-6b). Bagaimana ini mungkin terjadi, padahal baru saja ia berkeluh kesah merasa ditinggalkan Tuhan? Itu bisa terjadi karena Daud mengarahkan pandangannya ke arah yang benar. Bukan ke arah masalah, tapi ke arah Tuhan. "Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu." (26:3).

Sesungguhnya Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Dia tidak pernah merasa bosan atau tidak punya waktu untuk kita.  God is not far from each one of us. Tuhan tidak pernah jauh dari kita masing-masing. (Kisah Para Rasul 17:27). Ada banyak gambaran indah tentang penyertaan Tuhan yang dicatat dalam Alkitab. Seperti rajawali: "Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia." (Ulangan 32:11-12). Sebagai gembala yang baik penuh kasih sayang, Dia akan segera "pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan." (Lukas 15:4-6). Jika burung pipit yang sangat murah harganya saja tidak luput dari perhatianNya, mengapa kita tidak? "..Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit." (Lukas 12:7). Ketika masalah menimpa kita, ada saat dimana kita merasa sebatang kara menghadapi semuanya. Mungkin kita merasa sepertinya Tuhan membiarkan kita sendirian, tapi itu semua bisa hadir karena penglihatan kita terbatas. Karenanya arahkanlah pandangan kepada Tuhan, percayalah bahwa Dia sanggup melepaskan kita dari masalah seberat apapun. Tidak ada satupun yang mustahil bagi Dia. Meski kita belum bisa melihatnya saat ini, yakinlah bahwa Tuhan tidak sekalipun meninggalkan kita. Pandangan kita boleh terbatas, tapi iman akan memampukan kita untuk melihat jauh lebih luas dari kemampuan manusiawi kita.

"Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:8)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari