Kamis, 03 Maret 2011

Belajar dari Kisah Zakheus (1)

Ayat bacaan: Lukas 19:5
==================
"Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu."

Sampai sebatas mana besar dosa kita agar masih punya kesempatan untuk diampuni? Ini merupakan pertanyaan yang mungkin sering muncul di pikiran banyak orang. Saya sudah bertemu dengan banyak orang yang merasa dirinya tidak lagi pantas untuk diselamatkan. Mereka terus merasa tertuduh akibat segala perbuatan mereka yang menyimpang di masa lalu dan merasa sulit untuk lepas dari trauma masa lalunya. Tidak jarang di antara mereka berpikir bahwa Tuhan jijik terhadap mereka dan kesempatan buat mereka sudah tertutup. Menjadi orang yang terbuang sepanjang masa, seperti yang mungkin sudah mereka alami sehari-hari dari sikap sesama manusia yang menolak mereka. Apakah Alkitab menyatakan demikian? Apakah Tuhan pada suatu ketika akan merasa putus asa dan berhenti mengasihi seseorang karena dosa-dosanya di waktu lalu? Tidak, Alkitab tidak pernah menyatakan demikian. Tuhan selalu menantikan anak-anakNya untuk segera berbalik dan kembali kepadaNya. Dia akan segera menyambut dengan penuh sukacita, bersama seisi Surga ketika satu anakNya melakukan pertobatan. Perumpamaan Anak yang Hilang dalam Lukas 15:1-32 menggambarkan hati Bapa itu dengan sangat jelas. Tapi hari ini tidak akan membahas perumpamaan ini. Saya ingin mengajak teman-teman sekalian untuk melihat apa yang terjadi pada Zakheus, seorang pemungut cukai yang dibenci masyarakat.

Mari kita baca Lukas 19:1-10. Zakheus adalah seorang yang kaya raya, dengan kekayaan yang ia peroleh dari sebuah pekerjaan yang dibenci rakyat yaitu sebagai kepala pemungut cukai atau penagih pajak alias tax collector. Itu sebuah pekerjaan yang sangat tidak terpuji di mata rakyat. Bekerja pada penjajah, seorang pengkhianat yang memeras saudara-saudara sebangsanya sendiri demi kekayaan penjajah termasuk memperkaya dirinya sendiri. Meski kaya raya, ia dikatakan bertubuh pendek. Itulah sebabnya ia kesulitan untuk bisa melihat seperti apa Yesus itu ketika berkunjung ke kotanya. Ia kesulitan menembus kerumunan orang dan kalah tinggi dibanding kerumunan orang pada umumnya. Sebuah pertanyaan muncul di pikiran saya: seandainya ia memang kaya raya, mengapa ia tidak memakai hartanya untuk mendapat fasilitas lebih? Dengan kekayaannya mungkin ia bisa menyewa karpet merah atau menutup jalan. Saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada saat itu. Mungkin ia sudah begitu dibenci orang sehingga ia bisa celaka jika melakukan hal-hal seperti itu, atau bisa jadi ia sudah mulai menyesali perbuatannya pada waktu itu dan tidak mau melakukan sesuatu yang bisa membuatnya semakin buruk. Keinginannya untuk melihat Yesus, itu bisa menjadi dasar pemikiran saya bahwa pada saat itu Zakheus sudah mulai menyesali pekerjaannya tetapi merasa ragu apakah ia masih layak diampuni atau tidak. Keingintahuannya akan Yesus kemudian membuatnya melakukan demikian: "Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ." (ay 4). Perhatikan usahanya. Ia berlari dan segera memanjat pohon agar ia bisa punya kesempatan untuk melihat Yesus, sebab dengan ukuran tubuhnya ditambah kebencian orang terhadapnya, tidak akan ada peluang baginya untuk bersaing dengan kerumunan orang banyak. Tidak akan ada orang yang mau memberinya jalan, jadi buat apa bersusah payah? Lebih baik memanjat pohon, dengan resiko terjatuh sekalipun, agar saya bisa melihat Yesus. Itu mungkin yang ada di pikirannya.

Lalu Yesus pun melihatnya sedang bertengger di atas pohon sendirian. Sebuah pemandangan yang lucu bagi kita, tapi tidak bagi Yesus. Yesus berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu."(ay 5). Dari sekian banyak orang disana, mengapa Yesus malah menyapa Zakheus yang dibenci sebagai lintah dan penghianat bangsa, bahkan meminta untuk menumpang di rumahnya? Tetapi itulah yang dilakukan Yesus. Maka Zakheus pun segera turun dan menyambut Yesus dengan penuh sukacita. (ay 6). Yesus tidak peduli meski begitu banyak orang yang kemudian mencibir terhadap keputusanNya tersebut. Selanjutnya kita tahu bahwa Zakheus bertobat. "Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." (ay 8). Dan saat itu juga keselamatan pun menjadi milik Zakheus berserta seluruh keluarganya. "Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham." (ay 9). Zakheus yang dibenci orang banyak, tertolak bahkan disebut sebagai "orang berdosa" (ay 7), tetapi pertobatannya membuatnya mengalami keselamatan beserta keluarganya.

Dari kisah ini kita bisa melihat beberapa hal. Pertama, Tuhan memang membenci dosa, tetapi Dia jelas tidak membenci orang berdosa. Justru sebaliknya, Tuhan mengasihi orang-orang seperti ini dan semua manusia tanpa terkecuali, termasuk anda dan saya. Dan justru untuk orang-orang yang berdosa seperti kitalah Yesus rela turun ke dunia dan menanggung semuanya demi membebaskan kita. Semua karena kasihNya yang begitu besar kepada kita. Yesus berkata: "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (ay 10). Pada saat berbeda Yesus juga menyatakan: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit...Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (ay 12-13) juga berkata "..sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya." (Yohanes 12:47). Zakheus memang mengambil pilihan yang keliru pada mulanya. Ia berbuat dosa sama seperti kita juga yang tidak luput dari kesalahan. Tetapi yang membedakan adalah bagaimana kita menyikapi dosa itu. Apakah kita mau bertobat dan berhenti melakukannya atau masih terus memilih untuk menjalaninya. Zakheus mengambil pilihan tepat dengan melakukan pertobatan, dan ia pun selamat. Bukan hanya dirinya tetapi seisi rumahnya juga menerima anugerah keselamatan itu, tanpa memandang besar kecilnya dosa yang pernah ia perbuat. Jika kepada Zakheus kasih karunia Tuhan yang besar itu bisa turun, mengapa tidak pada kita? Selama kita mau mengakui kesalahan dan bertobat, maka saat itu juga pengampunan diberikan Tuhan dengan sambutan yang penuh sukacita.Tuhan siap menganugerahkan keselamatan kepada orang yang mau datang kepadaNya.

(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari