Minggu, 28 Juni 2009

Menyikapi Kemerdekaan

Ayat bacaan: Galatia 5:13
==================
"Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih."


menyikapi kemerdekaan, mengisi kemerdekaanReformasi secara luar biasa mengubah begitu banyak hal di Indonesia mengenai kemerdekaan atau kebebasan. Sekarang kita jauh lebih bebas untuk mengekspresikan diri, mengeluarkan unek-unek dan berpendapat. Itu sebuah sisi positif yang mendapat pujian dari banyak negara-negara di belahan dunia. Tapi di sisi lain, kita melihat efek samping dari reformasi. Kebebasan seringkali diartikan dengan bebas sebebas-bebasnya berbuat apapun. Akhirnya kelompok-kelompok ekstrim kini menampakkan diri dengan mengatasnamakan kebebasan. Aksi-aksi anarkhis, kekerasan, pemaksaan kehendak dari mayoritas pada minoritas, bentuk-bentuk tekanan, dan sebagainya, muncul sebagai konsekuensi dari pemahaman keliru mengenai kebebasan. Salah seorang teman pernah berkata, jika begini jadinya, lebih baik tidak usah reformasi. Bangsa kita ternyata belum siap untuk menerima kebebasan dan perbedaan pendapat secara dewasa. Yang lain berpendapat, kita adalah sebuah bangsa yang terlalu lama disuapi, dan ketika keran kebebasan dibuka, banyak yang menjadi salah tingkah dan akhirnya "keblinger". Just like two sides of coin, selalu saja ada sisi positif dan negatif dalam kehidupan. Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana cara menyikapi sebuah kemerdekaan. Dan hari ini saya ingin berbagi firman Tuhan yang menunjukkan bagaimana seharusnya kita bersikap atas sebuah kemerdekaan atau kebebasan.

Apakah kita sudah dimerdekakan? Lewat karya penebusan Kristus, kita sudah dimerdekakan. "Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran." (Roma 6:18). "Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan." (Galatia 5:1). Jika demikian, pertanyaannya adalah bukan lagi apakah kita sudah merdeka atau tidak, melainkan bagaimana kita mengisi kemerdekaan itu. Apa yang harus kita lakukan, bagaimana kita menyikapinya. Ayat bacaan hari ini dengan jelas berisikan firman Tuhan mengenai hal itu. "Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih." (Galatia 5:13). Kemerdekaan yang kita peroleh lewat karya penebusan Kristus di atas kayu salib bukan berarti bahwa kita bisa berbuat seenaknya. Ada banyak orang yang memahami kemerdekaan sebagai sebuah kebebasan untuk berbuat sesuka hati. Melakukan dosa sebebasnya, toh nanti Tuhan akan mengampuni. Ini bentuk kebebasan yang keliru, memanfaatkan Tuhan untuk hal-hal jelek atau jahat yang kita lakukan. Kemerdekaan adalah karunia Tuhan atas kita, karena kasihNya yang begitu besar. Dan ketika kita menerima kasih sedemikan rupa yang memerdekakan dari Tuhan, bukankah seharusnya kita pun terpanggil untuk mengasihi orang lain lebih lagi? Inilah bentuk mengisi kemerdekakan yang difirmankan Tuhan. "Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" (ay 14). Ini adalah pesan yang sangat penting agar kita tidak keliru mengartikan sebuah kemerdekaan yang dikaruniakan Tuhan pada kita.

"Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut." (Roma 8:3) Bagaimana bisa demikian? "Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan." (2 Korintus 3:17). Ketika ada Roh yang memberi kemerdekaan, maka seharusnya kita akan menghasilkan buah-buah Roh seperti yang tertulis pada Galatia 5:22-23. "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23). Jadi alangkah ironisnya apabila kemerdekaan yang kita peroleh malah membuat kita menuruti keinginan daging dengan sebebasnya. Padahal jelas dikatakan bahwa keinginan Roh bertentangan dengan keinginan daging. (ay 17). Sebagaimana Roh memerdekakan dalam Kristus, kita pun harus menghasilkan buah-buah Roh dalam kehidupan kita, dimana Tuhan bisa dipermuliakan.

Ketika dunia mengartikan kemerdekaan sebagai sebuah kebebasan tanpa batas untuk melakukan apa yang mereka sukai seenaknya, kita haruslah berbeda. Kita menyikapi kemerdekaan dengan ucapan syukur dan sukacita, dan mengisinya dengan menyatakan kasih kepada orang-orang di sekitar kita. Itulah sebuah bentuk yang sangat baik sebagai sebuah apresiasi akan besarnya kasih Tuhan yang telah memerdekakan kita. Kasih adalah inti dasar kekristenan, dan itulah yang seharusnya kita pakai sebagai landasan untuk mewartakan kabar gembira dan keselamatan di dalam Kristus. Kita semua sudah dipanggil untuk merdeka. Puji Tuhan untuk itu. Marilah kita menjaga diri kita agar tidak menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk berbuat dosa. Sebaliknya mari kita menyatakan kasih dengan segala tingkah laku dan perbuatan kita kepada sesama kita, tanpa membedakan apapun latar belakang mereka.

Hasilkan buah-buah Roh untuk mengisi kemerdekaan yang telah dikaruniakan Tuhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari