Ayat bacaan: 1 Tesalonika 4:1
=========================
"Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi."
Sebuah majalah berisi banyak kolom atau rubrik. Biasanya bagian-bagian penting itu diletakkan di bagian depan majalah dan bukan menjelang halaman terakhir. Dalam koran pun demikian. Tajuk atau berita utama tentu akan muncul di halaman paling depan dan mengambil bagian yang besar dari koran. Berita utama akan segera terlihat begitu kita melihat lembar awal koran. Alangkah janggal apabila tajuk yang penting itu justru diletakkan di halaman tengah atau paling belakang. Saya berpikir, betapa hidup kita pun seperti sebuah majalah. Ada begitu banyak "kolom" atau "rubrik" dalam perjalanan hidup kita, dimana kepingan-kepingan itu ketika disatukan menjadi utuh sebagai satu edisi majalah atau koran. Sebuah pertanyaan hadir di benak saya, dimanakah letak "kolom" hubungan kita dengan Tuhan? Apakah terletak di halaman utama, tajuk editorial, mengisi setiap lembar-lembarnya atau hanya berada pada satu halaman kecil saja, mungkin malah terletak kecil saja di halaman paling belakang?
Pada kenyataannya, ada banyak diantara orang percaya yang meletakkan Tuhan hanya selintas pada halaman belakang saja. Kita hanya berdoa pada saat kita punya waktu luang atau yang tersisa saja. Kita mendahulukan kesibukan-kesibukan pekerjaan, jadwal yang padat, deadline yang menumpuk dan aktivitas-aktivitas lainnya terlebih dahulu lalu mempergunakan waktu yang tersisa untuk Tuhan. Itupun dengan catatan kalau kita tidak keburu terlalu lelah dan memilih untuk langsung tertidur. Kehidupan kerohanian bagi sebagian orang hanya berlaku hari Minggu saja, selama kurang lebih dua jam. Setelahnya maka mereka kembali masuk ke dalam dunia masing-masing, dimana Tuhan kembali dicoret dari daftar mereka. Sekarang coba bayangkan, seandainya sebaliknya Tuhan berlaku seperti itu pada kita. Apa jadinya jika Tuhan hanya peduli kepada kita dua jam saja dalam seminggu? Tidakkah itu sangat mengerikan? Tidak satupun orang yang mau seperti itu. Kita ingin Tuhan selalu hadir dengan penyertaanNya setiap saat, tetapi mengapa kita membalasnya dengan memberikan hanya sedikit waktu yang tersisa saja untuk Tuhan? Kita menuntut yang terbaik dari Tuhan, tapi tidak mau memberikan yang terbaik kepadaNya. Adilkah itu? Jika kita tidak mau diperlakukan Tuhan seperti itu, kitapun seharusnya tidak boleh memperlakukan Tuhan dengan cara demikian.
Paulus mengingatkan jemaat Tesalonika akan pentingnya sebuah kesungguhan untuk memiliki hidup yang berkenan kepada Tuhan. "Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi." (1 Tesalonika 4:1). Sudah mulai berpikir untuk hidup berkenan kepada Allah itu tentu sangat baik. Tetapi hendaklah kita tidak berhenti mengusahakannya dan terus berupaya untuk lebih bersungguh-sungguh lagi. Adalah baik jika kita sudah secara rutin beribadah di hari Minggu, juga bagus jika kita sudah meluangkan waktu untuk berdoa, apalagi disiplin dalam bersaat teduh, tetapi marilah kita terus meningkatkan kualitas hubungan kita dengan Tuhan, sehingga pada suatu ketika kita bisa sampai kepada sebuah tahap yang tidak lagi dibatasi oleh waktu atau dirintangi oleh kesibukan-kesibukan kita sehari-hari.
Di dalam Alkitab kita bisa mendapati banyak kisah mengenai kedekatan para tokoh dengan Tuhan. Kita bisa melihat sebutan "bergaul karib dengan Tuhan" yang diberikan kepada Henokh (Kejadian 5:24), Nuh (Kejadian 6:9) dan Ayub (Ayub 29:4). Kita bisa melihat pula hubungan yang sungguh sangat dekat lewat pribadi Musa, Abraham, Yusuf, Daud, Daniel dan banyak lagi. Dan kita menyaksikan sendiri bagaimana perbedaan mereka dibandingkan orang-orang lain yang hidup sejaman dengan mereka. Lewat para tokoh ini kita bisa melihat bagaimana sebuah kedekatan dengan Tuhan itu membawa pengaruh yang besar. Singkatnya, bagaimana kualitas hubungan kita dengan Tuhan akan sangat menentukan siapa diri kita sebenarnya.
Kembali kepada surat Tesalonika di atas, kita bisa melihat apa yang sebenarnya menjadi panggilan Allah kepada kita. "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus." (1 Tesalonika 4:7). Pada ayat sebelumnya pun dikatakan "Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu.." (ay 3). Panggilan ini bukanlah merupakan panggilan yang hanya singkat batas waktunya, seperti hanya dua jam dalam satu minggu, atau hanya beberapa menit dalam sehari saja. Ini adalah panggilan yang harus berlaku setiap saat kepada kita semua tanpa terkecuali. Kehidupan yang berkenan di hadapan Allah adalah sebuah kehidupan yang utuh dalam kekudusan. Dan hal ini akan sulit kita wujudkan apabila kita masih cenderung mementingkan kehidupan di dunia ini ketimbang membangun sebuah hubungan yang karib dengan Tuhan.
Tidak hanya Paulus, Petrus juga mengingatkan kita pula akan hal ini. "..hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16). Tuhan selalu menantikan kita untuk mau mulai membangun hubungan yang erat denganNya. Dan lihatlah apa yang dikatakan Tuhan: "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Tuhan siap membuka mata hati kita untuk mengerti rahasia-rahasia dan rencana-rencanaNya, tetapi itu tidak akan bisa kita peroleh tanpa membangun sebuah hubungan yang erat dan karib terlebih dahulu.
Jika hidup ini diibaratkan sebagai sebuah majalah, maka penting bagi kita untuk memperhatikan dimana posisi hubungan kita dengan Tuhan di dalamnya. Sudahkah Tuhan mengisi lembar demi lembar hidup kita, menempati posisi-posisi utama atau letak Tuhan masih sangat terbatas bahkan berada di posisi belakang? Hari ini marilah kita mulai membangun hubungan yang berkualitas dengan Tuhan dan menjadikannya sebagai sesuatu yang mendapat perhatian khusus. Hiduplah dalam kekudusan, bangunlah hubungan yang akrab, sehingga kita tidak gampang goyah dalam menghadapi hari-hari sulit ke depan. Teruslah bangun itu hingga kita bisa mencapai garis akhir sebagai pemenang. Tuhan sudah menganugerahkan AnakNya sendiri demi keselamatan kita, Dia rindu untuk benar-benar dekat dengan kita, sekarang giliran kita untuk menjawab kerinduan Tuhan. Teruslah berusaha sungguh-sungguh untuk hidup berkenan kepada Allah dan mari sama-sama untuk terus meningkatkan usaha kita.
Ijinkan Tuhan mengisi setiap lembar dalam kehidupan kita, bangunlah hubungan yang berkualitas dengan Tuhan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Tidak ada komentar:
Posting Komentar