Herodes, raja wilayah, mendengar segala yang terjadi itu dan ia pun merasa cemas, sebab ada orang yang mengatakan, bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati. Ada lagi yang mengatakan, bahwa Elia telah muncul kembali, dan ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit. Tetapi Herodes berkata: ”Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal demikian?” Lalu ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus.
Renungan :
Kehadiran seorang nabi selalu mengusik ketenangan mereka yang merasa nyaman dengan status quo. Namun, bagi Herodes, kecemasannya lebih daripada kehadiran seorang nabi. Seperti orang yang pernah membunuh orang lain yang tidak akan hidup dalam ketenangan dan damai, demikian juga Herodes yang telah membunuh Yohanes Pemandi merasa tidak tenang mendengar tentang apa yang dilakukan Yesus. Yesus dianggap sebagai Yohanes yang hidup kembali. Herodes berusaha untuk bertemu dengan Yesus, tentu dengan maksud dan niat yang jahat. Orang-orang Farisi mengetahui tentang itu lalu menasihati agar Yesus pergi dari Galilea karena Herodes mau membunuh Dia. Yesus sama sekali tidak takut dengan ancaman itu, karena Dia harus melakukan apa yang menjadi misi-Nya (bdk. Luk. 13:31–33). Kita pun terkadang tidak merasa nyaman dan aman di tengah kehadiran seorang yang tidak takut mengatakan kebenaran. Kita mungkin juga selalu mencari kesempatan untuk membalas dendam. Tetapi, kebenaran adalah kebenaran dan tidak akan sirna karena ancaman. Yesus memberi teladan kepada kita untuk berani menyatakan kebenaran itu walau harus mengurbankan nyawa.
Doa :
Tuhan Allahku, jadikanlah aku pewarta-pewarta kebenaran-Mu dan tidak takut terintimidasi dengan ancaman para penguasa di sekitar. Amin.
(Sumber : Renungan Ziarah Batin 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar