Ayat bacaan: Keluaran 23:9
====================
"Orang asing janganlah kamu tekan, karena kamu sendiri telah mengenal keadaan jiwa orang asing, sebab kamupun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir."
Dari jaman ke jaman masa orientasi mahasiswa-mahasiswi baru terus mengalami perubahan. Dahulu masa-masa itu dipergunakan sebagai masa perploncoan dimana para pendatang baru ini harus siap dipermalukan, dikasari atau didera dalam berbagai bentuk fisik. Alasannya untuk menggembleng mental karena memasuki tahapan 'maha' siswa dan bukan siswa sekolah lagi, tapi caranya sungguh tidak beradab. Saya masih ingat sebuah kisah yang pernah diekspos di media massa sekian puluh tahun yang lalu ketika seorang siswi disuruh memasukkan kodok hidup ke dalam mulutnya. Ada teman yang pernah bercerita bahwa ia disetrum dengan listrik aliran rendah, tapi tak pelak itu sempat membuatnya shock dan pingsan. Ada yang ditelanjangi dan ditertawakan beramai-ramai dan sebagainya. Saya sendiri sempat merasakan direndam di parit dan dilarang mandi selama 3 hari penuh, dan ditengah itu berbagai bentuk dera fisik seperti push up, scout jump, sit up tanpa henti terus hadir. Saya harus merangkak melewati kolong kaki para senior, dibentak dan sebagainya. Apa gunanya sikap-sikap seperti ini? Setelah perkuliahan berlangsung, kemudian kelihatanlah bahwa rata-rata senior yang paling 'norak' sikapnya ternyata merupakan mahasiswa-mahasiswa bermasalah dalam pendidikan. Ajang balas dendam? Pelampiasan kegagalan? Atau semata-mata ingin merasakan nikmatnya kekuasaan? Entahlah. Satu hal yang pasti, itu bukanlah bentuk masa orientasi yang baik, karena seharusnya diisi dengan pengenalan para calon mahasiswa atau mahasiswi baru mengenai kampus dan sistem perkuliahan, dan satu lagi, itu sama sekali bertentangan dengan gambaran cara memperlakukan pendatang baru yang sesuai dengan aturan Kerajaan Allah sendiri.
Bentuk-bentuk intimidasi atau ketidakadilan perlakuan terhadap pendatang baru bukan saja bisa dirasakan di kampus, tetapi seringkali hadir juga dalam banyak sisi kehidupan lainnya. Pendatang baru dalam sebuah lingkungan tempat tinggal, pegawai baru di kantor atau tempat kerja, sikap-sikap memperlakukan orang baru dengan tidak pada tempatnya pun kerap terjadi. Kita sebagai orang percaya jangan sampai ikut-ikutan berperilaku seperti itu. Ketika orang masih merasa asing pada sebuah lingkungan, kita seharusnya mengulurkan tangan menyambut dan membuat mereka merasa nyaman. Itulah sikap yang seharusnya dilakukan oleh anak-anak Tuhan dimanapun mereka/kita ditempatkan. Pesan seperti ini justru sudah disampaikan sejak jauh hari. Musa dalam beberapa kesempatan mengingatkan kita akan hal tersebut. "Orang asing janganlah kamu tekan, karena kamu sendiri telah mengenal keadaan jiwa orang asing, sebab kamupun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir." (Keluaran 23:9). Ayat ini adalah satu dari serangkaian peraturan hak manusia. Perintah yang sama juga dapat dilihat dalam Keluaran 22:21 mengenai peraturan menghadapi orang yang tidak mampu. Musa mengingatkan umat Israel pada waktu itu untuk tidak menindas, justru harus mengasihi orang asing. Mengapa? Karena bukankah mereka pun dahulu sempat sebagai pendatang bahkan budak di Mesir? Kita pun cuma pendatang sementara di muka bumi ini, maka seharusnya tidak pada tempatnya jika kita merasa sebagai 'jawara' lantas merasa berhak memperlakukan orang lain dengan semena-mena.
Ada juga tertulis "Apabila seorang asing tinggal padamu di negerimu, janganlah kamu menindas dia.Orang asing yang tinggal padamu harus sama bagimu seperti orang Israel asli dari antaramu, kasihilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga orang asing dahulu di tanah Mesir; Akulah TUHAN, Allahmu." (Imamat 19:33-34) Ini sebuah garis aturan tegas yang mengharuskan kita untuk mengasihi dan memperlakukan orang asing sama seperti yang kita buat terhadap diri sendiri. Jika kita tidak suka diperlakukan tidak adil dan tidak nyaman, mengapa kita harus berbuat hal seperti itu kepada orang lain hanya karena kita merasa punya kesempatan untuk itu? Disamping itu, Kekristenan berbicara soal kasih sebagai inti dari segalanya. Dalam kasih hal-hal seperti diskriminasi atau tindakan-tindakan represif, ketidakadilan dan sebagainya jelas tidak termasuk disana.
Sebagaimana bunyi salah satu dari dua hukum terutama yang diajarkan Yesus, kita harus mengasihi orang lain seperti kita mengasihi diri kita sendiri, ini tentu termasuk perilaku kita terhadap orang asing. Hindari pemikiran kaum mayoritas vs kaum minoritas, hindari bentuk-bentuk diskriminasi, hindari pemikiran bahwa kita berkuasa lebih atas mereka hanya karena mereka masih asing atau baru dalam lingkungan kita. Sebagaimana Yesus mengasihi kita, seperti itu pula kita harus mengasihi orang lain. "Dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah." (Efesus 5:2). Kalaupun dunia menganggap itu sebagai hal lumrah, Tuhan ingin anak-anakNya tampil beda,tidak serupa dengan dunia ini, dan hidup dengan kemampuan mengetahui apa yang baik dan berkenan di hadapan Allah. (Roma 12:2). Ketika ada orang asing atau pendatang baru yang masuk ke dalam kehidupan kita, jangan ikut-ikutan bersikap buruk terhadap mereka. Siapapun mereka dan apapun latar belakangnya, sapalah mereka terlebih dahulu. Jika dunia menimbang-nimbang atau malah ada ajaran-ajaran yang melarang untuk mengucapkan salam bagi orang yang berbeda dengan mereka, Alkitab justru mengajarkan kita untuk terlebih dahulu menyapa dan memberi salam kepada mereka tanpa mempedulikan latar belakang mereka. "Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat." (Roma 12:10). Adakah orang baru yang masih merasa canggung atau asing di sekitar anda? Ucapkan selamat datang dan bantu mereka untuk bisa merasa nyaman.
Jangan menekan orang asing karena itu menundukkan tidak adanya kasih didalam hidup pelakunya
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Tidak ada komentar:
Posting Komentar