Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Orang memberitahukan kepada-Nya: "Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau." Tetapi Ia menjawab mereka: "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya."
RENUNGAN:
Kita akan memiliki perasaan yang sama, yakni tidak senang dan bahkan marah, manakala kita mendengar atau menyaksikan bahwa ada orang yang menolak atau tidak mengakui orang tua atau saudarnya. Mungkin saja kita akan mengatakan bahwa orang itu tidak tahu berterima kasih.
Injil hari ini mengetengahkan kepada kita bagaimana reaksi Yesus ketika ada orang yang memberitahukan kepada-Nya bahwa Ibu dan saudara-saudara-Nya sedang berada di luar dan ingin menemui Yesus. Yesus memberi jawaban yang mengejutkan: “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.” Orang yang memberitahu itu mungkin saja akan memiliki perasaan yang sama dengan kita ketika kita berhadapan dengan orang yang tidak menerima keluarganya. Apakah di sini, Yesus bermaksud menolak Ibu dan saudara-saudara-Nya?
Yesus tidak sedang menolak mengakui Ibu dan suadara-saudara-Nya. Tetapi, Yesus mau mengajarkan kepada pendengar-Nya dasar persatuan atau persaudaraan dengan Dia. Persaudaraan tidak sekedar dibangun atas dasar hubungan darah, tetapi lebih dari itu persaudaraan dibangun atas dasar sabda dan kehendak Tuhan. Lantas, jika itu dibangun atas dasar sabda dan kehendak Tuhan, maka Ibu dan saudara-saudara-Nya adalah pribadi-pribadi yang sungguh menjadi pendengar dan pelaksana Sabda Tuhan. Mereka adalah Ibu dan saudara-saudara Yesus yang sejati.
Kita pun akan menjadi bagian dari hidup Yesus manakala kita mendasarkan hidup kita pada sabda dan kehendak-Nya. Maka mari kita belajar dari Maria, Ibu Yesus yang sungguh menjadi teladan sebagai pendengar dan pelaksana sabda Tuhan. Bersama Maria, kita hendaknya belajar berkata: “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut kehendak-Mu.”
(Sumber: fr. bastian-wawan, cm, http://www.diamsejenak.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar