Minggu, 28 Oktober 2012

Mencegah Pertengkaran

Ayat bacaan: Amsal 17:14
====================
"Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air; jadi undurlah sebelum perbantahan mulai."

Ada banyak orang yang menyepelekan sebuah perselisihan atau pertengkaran kecil. Mungkin mereka atau kita berpikir bahwa itu manusiawi, wajar dan biasa saja. Tapi sadarkah kita bahwa pertengkaran-pertengkaran yang kecil itu bagaikan melubangi sebuah bendungan? Bocor-bocor kecil pada bendungan mungkin tidaklah berbahaya. Tapi apa yang terjadi jika lubang bocor itu terus bertambah banyak? Dinding akan mudah retak dari satu lubang ke lubang lain, terus tersambung sehingga pada suatu ketika bendungan bisa jebol sehingga air bah pun akan menghancurkan atau bahkan menewaskan banyak orang tanpa bisa dikendalikan. Perselisihan atau pertengkaran pun bisa berpotensi seperti itu. Satu-dua perselisihan kecil mungkin masih tidak apa-apa, tetapi jika tidak segera disikapi serius, eskalasinya bisa meningkat besar sehingga pada suatu saat kita tidak lagi sanggup menghindar dari kehancuran yang timbul setelahnya.

Betapa mengerikannya bencana yang bisa diakibatkan oleh pecahnya tanggul atau bendungan yang bertugas menahan air. Sudah beberapa kali tragedi seperti ini terjadi di negara kita dan membuat banyak orang menderita, kehilangan tempat tinggal, ternak, mata pencaharian atau anggota keluarganya. Firman Tuhan mengatakan bahwa akibat yang ditimbulkan dari sebuah pertengkaran pun bisa seperti itu, tak peduli meski itu hanya pertengkaran kecil. Alkitab menggambarkan memulai pertengkaran sama seperti membobol dinding penahan air. Jika tanggul terbuka, meski sedikit saja pada awalnya, air pasti akan terus mendorong tanggul, memperbesar retaknya sehingga air akan memancar semakin deras dan menenggelamkan sekitarnya. Tidak lagi terkendali, liar dan ganas, berpotensi menghancurkan orang lain dan tentunya diri kita sendiri. Itu tertulis dalam kitab Amsal. "Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air; jadi undurlah sebelum perbantahan mulai." (Amsal 17:14). Tidaklah sembarangan bila Tuhan mengingatkan akan bahaya pertengkaran seperti ini, karena pertengkaran merupakan satu dari masalah yang paling umum terdapat dalam kehidupan, yang bahkan masih saja sering menyerang orang-orang percaya. Kita seringkali menganggap sepele dan membiarkan hal ini masuk kemana-mana. Di rumah, di tempat kerja, di kampus, sekolah, lingkungan rumah bahkan gereja sekalipun tidak luput dari bahaya pertengkaran.

Tidak seorangpun di antara kita dengan sengaja membiarkan hadirnya sebuah pertengkaran dan merencanakan hal itu, tentu saja. Kita tidak pernah bangun di pagi hari dan langsung berkata, "saya lagi kepingin bertengkar hari ini, yang besar sekalian.." Tidak. Yang terjadi biasanya adalah kita tidak waspada dan membiarkan kekesalan kecil hinggap pada diri kita, kemudian membiarkannya terus membesar hingga tidak terkendali, seperti tanggul jebol. Tanpa sadar, kita sudah masuk ke dalam sebuah pertengkaran yang sulit dikendalikan. Coba pikirkan, bukankah pertengkaran besar seringkali bermula dari rasa kesal yang kecil, yang kita biarkan sedemikian rupa sehingga akhirnya berubah menjadi amarah atau emosi besar yang sudah sulit untuk dikendalikan? Bukankah pada saat kekesalan itu masih baru, masih lebih mudah bagi kita untuk meredamnya ketimbang ketika kekesalan itu sudah berubah menjadi emosi tingkat tinggi? Begitu banyak rumah tangga yang hancur akibat tingginya frekuensi pertengkaran di rumah. Rumah tidak lagi nyaman. Suasana menjadi panas, penghuninya saling benci. Kita mungkin berkata: "Tapi saya manusia, bukan robot, jadi wajar dong kalau sesekali saya merasa kesal dengan perlakuan orang lain?" Tentu saja. Ada saatnya mungkin kita merasa kesal dengan perilaku seseorang, bahkan yang paling dekat sekalipun. Namun yang harus kita lakukan, kita harus mampu mengendalikannya sebelum menjadi besar. Dalam kehidupan rumah tangga saya, ada kalanya kami saling kesal karena berbeda pendapat dan lain-lain. Tapi saya tidak pernah mau membiarkan kekesalan itu berlarut-larut. Sebagai pria, saya selalu menjaga hati agar tetap dingin dan secepatnya menormalkan suasana. Kalaupun masih kesal dan belum bisa berbaikan, saya akan lebih memilih untuk diam dan menarik diri dari potensi pertengkaran. Saya menenangkan diri, ia pun demikian. Setelah reda, sebuah pelukan hangat biasanya akan mengakhiri segala permasalahan. Satu komitmen yang kami pegang, perselisihan harus selesai sebelum pergi tidur. Ini sebenarnya mirip dengan apa yang disampaikan dalam Alkitab yaitu dalam kitab Efesus. "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu" (Efesus 4:26). Based on my own experience, it works really, really well.

Pertengkaran bisa berawal dari berbagai sebab yang biasanya dimulai dengan perselisihan akan hal kecil. Yakobus mengatakan bahwa pertengkaran berasal dari nafsu duniawi yang ada dalam diri kita. "Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi." (Yakobus 1:4-5a). Menyimpan kekesalan atau sakit hati berlarut-larut pun berpotensi menimbulkan pertengkaran. "Sebab, kalau susu ditekan, mentega dihasilkan, dan kalau hidung ditekan, darah keluar, dan kalau kemarahan ditekan, pertengkaran timbul." (Amsal 30:33). Selain itu, ego, keangkuhan, sikap tidak mau kalah dan sejenisnya juga bisa menjadi awal timbulnya pertengkaran. Karena itulah kita diminta untuk bisa memaafkan orang dengan segera dan bersikap rendah hati, mau belajar untuk lebih memahami dan menerima orang lain apa adanya. Kita harus menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Masalah seperti apapun yang timbul bisa diselesaikan baik-baik pada saat yang tepat, tidak terburu-buru. Alkitab juga mencatat fakta yang menarik dan memang benar: orang yang suka bertengkar biasanya juga suka pada pelanggaran atau dosa. "Siapa suka bertengkar, suka juga kepada pelanggaran, siapa memewahkan pintunya mencari kehancuran." (Amsal 17:19).

Jika kita terbiasa untuk cepat tersinggung dan naik darah, mudah naik pitam untuk hal-hal yang kecil sekalipun, ini saatnya untuk mulai belajar menghilangkannya. Bersikap tegaslah terhadap pertengkaran. Jangan membiarkannya merusak hidup kita sendiri dan orang lain. Mungkin untuk itu anda perlu waktu, tapi setidaknya itu harus dimulai sesegera mungkin sebelum anda terlanjur menyakiti orang lain dan diri sendiri. Ambillah sebuah komitmen bahwa dengan kuasa Tuhan dan pertolongan Roh Kudus, tidak akan ada hal yang bisa merampas sukacita dari diri kita, termasuk didalamnya kekesalan yang bisa mengarah kepada pertengkaran. Sedini mungkin kita harus terus menjaga agar dinding pertahanan emosi kita tetap kuat sehingga tidak bisa dijebol oleh kemarahan yang pada suatu saat tidak lagi bisa kita kendalikan. Ingatlah penyesalan biasanya datang terlambat, oleh karenanya kita harus senantiasa menjaga kestabilan emosi kita dan tidak cepat menuruti emosi dalam diri kita. Jika mengontrol emosi terasa sulit, mintalah Roh Kudus membantu kita dalam mengatasinya. Cepat lakukan itu sebelum kita mulai berbuat dosa. Selain itu ingatlah bahwa amarah manusia itu tidaklah pernah menyenangkan hati Tuhan. "Sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah." (Yakobus 1:20). Firman Tuhan juga berkata "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!" (Roma 12:18). Selagi masih sadar dan masih bisa mengendalikan emosi, redamlah segera sebelum semuanya menjadi runyam dan terlambat. Tolaklah emosi sejak awal, dan katakan pada diri anda bahwa anda ingin berjalan dalam sejahtera dan damai sukacita Tuhan hari ini. Selain itu baik bagi kesehatan, anda pun akan merasa heran betapa hidup ini ternyata lebih indah jika dijalani tanpa emosi atau pertengkaran.

Don't open something we can't control. Jangan buka pintu pertengkaran yang nantinya tidak bisa kita kendalikan


Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari