"Aku datang untuk melemparkan api ke bumi"
(Ef 3:14-21; Luk 12:49-53)
"Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala! Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung! Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya." (Luk 12:49-53), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Yesus, Penyelamat Dunia, datang ke dunia untuk melaksanakan kehendak Allah yang mengutusNya, maka dimana pun berada dan kemana pun pergi Ia senantiasa mewartakan kehendak Allah. Melihat, memperhatikan dan mencermati bahwa banyak orang di dunia ini hidup dan bertindak mengikuti selera atau keinginan pribadi atau adat istiadat suku atau keluarga yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, maka kedatangan dan pewartaanNya sungguh bagaikan 'api yang dilemparkan ke bumi', membakar semua yang ada dipermukaan bumi. Mereka yang hidup dan bertindak hanya mengikuti selera pribadi atau suku kiranya akan mengalami ketegangan dan pertentangan antar mereka sendiri, apalagi ketika ada orang yang hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah pasti yang bersangkutan tanpa takut dan gentar mendobrak tradisi-tradisi atau kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Sabda hari ini kiranya mengingatkan kita semua agar kita senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah, atau bagi yang telah dibaptis sesuai dengan janji baptis, bagi anggota lembaga hidup bakti sesuai dengan spiritualitas atau charisma pendiri, bagi yang berkeluarga sesuai dengan janji perkawinan dst… Marilah kita bekerja sama dan saling membantu untuk memperbaharui cara hidup dan cara bertindak kita supaya sesuai dengan kehendak Allah. Kepada para orangtua hendaknya jangan memaksakan diri kehendak atau selera pribadinya kepada anak-anak, melainkan berilah kebebasan yang bertanggungjawab kepada anak-anak dalam rangka menemukan dan memperdalam panggilan maupun keterampilan dan kecakapannya. Didik dan dampingilah anak-anak dengan semangat 'cintakasih dan kebebasan Injili'.
· "Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu,sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah"(Ef 3:16-19). Kita kiranya dapat meneladan Paulus: mendoakan saudara-saudari kita agar "memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus(Allah)". Hemat saya kita sulit sekali menggambarkan secara jelas kasih Allah kepada kita semua, orang-orang yang lemah dan rapuh ini. KasihNya telah kita terima secara melimpah ruah melalui sekian orang yang telah mengasihi dan memperhatikan kita, maka selayaknya kita juga saling mengasihi saudara-saudari kita tanpa batas, kapan saja dan dimana saja, tanpa pandang bulu. Jika kita tidak mungkin mengasihi secara konkret dengan saling tatap muka, baiklah kita mendoakannya, sebagaimana dilakukan oleh Paulus. Sekali lagi kami berharap kepada para orangtua atau bapak-ibu agar dapat menjadi saksi atau teladan saling mengasihi tanpa batas bagi anak-anak yang telah dianugerahkan kepada anda, sehingga anak-anak sungguh merasa sangat dikasihi oleh orangtuanya, dan kemudian mereka pun akan hidup saling mengasihi dengan teman-temannya atau saudara-saudarinya. "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu" (1Kor 13:4-7), demikian ajaran kasih oleh Paulus, yang kiranya dapat kita hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Saling mengasihi hemat saya merupakan dambaan semua orang dan juga diajarkan oleh semua agama, maka marilah kita senantiasa hidup dan bertindak saling mengasihi.
"Bersorak-sorailah, hai orang-orang benar, dalam TUHAN! Sebab memuji-muji itu layak bagi orang-orang jujur. Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN." (Mzm 33:1-2.4-5)
Ign 25 Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar