Ayat bacaan: 2 Korintus 8:2
===========================
"Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan."
Haruskah kita kaya terlebih dahulu untuk bisa bergerak menolong orang lain dengan memiliki hati penuh belas kasih? Pertanyaan tersebut akan berlanjut kepada: seberapa banyak dahulu harta kekayaan yang akan dianggap cukup untuk memberi pertolongan kepada orang lain? Banyaknya harta yang kita anggap cukup itu relatif sifatnya, karena ada orang yang sebenarnya sudah lebih dari cukup tapi masih terus saja merasa kekurangan. Sebaliknya ada orang-orang yang secara garis besar hidup pas-pasan, tapi mereka masih tetap bisa memberi dengan sukacita. Dengarlah kisah seorang teman saya yang hidup pas-pasan tapi rela memberikan semua uang bulanannya untuk membantu teman kosnya yang tengah kesulitan dana. Ia tidak berpikir bagaimana ia bisa makan dan memenuhi kebutuhan bulanannya. "Saya tahu Tuhan tidak akan membiarkan saya jadi susah karena menolong teman saya.. hati saya tergerak, dan karena itu saya dengan sukarela memberikan apa yang ada pada saya." katanya. Apa yang terjadi selanjutnya tepat seperti imannya. Ia kemudian mendapat rejeki tak terduga dalam pekerjaan yang ia lakukan dan memperoleh hampir dua kali lipat lebih banyak. Ini sebuah kesaksian bahwa janji Tuhan bukanlah hanya pepesan kosong tanpa makna. Dan ini pun bisa menjadi bukti bahwa bukan soal jumlah harta yang menentukan kerelaan kita untuk memberi, tetapi itu semua tergantung dari kondisi dan sikap hati, apakah memiliki kasih di dalamnya atau tidak.
Di dalam Alkitab terdapat banyak kisah mengenai orang yang dimata dunia mungkin "tidak punya apa-apa", tetapi kerelaan mereka dalam memberi mendapat perhatian khusus dari Tuhan sehingga merekapun tertulis di dalam Alkitab yang masih bisa kita baca hingga hari ini. Salah satu contoh nyata adalah janda miskin yang memberikan persembahan "hanya" dua peser dalam Markus 12:41-44. Pada saat itu ada banyak orang kaya memberi dalam jumlah yang besar. Janda yang miskin ini memberikan jumlah yang mungkin sangat tidak sebanding nilai nominalnya. Tetapi apa kata Yesus? "Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan." (ay 43). Mengapa Yesus menghargai pemberian janda ini jauh lebih tinggi dari yang lain? Markus mencatat alasan yang diberikan Yesus sendiri: "Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya." (ay 44).
Contoh lain dapat kita baca lewat kisah seorang wanita bernama Tabita (Dorkas dalam bahasa Yunani). "Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita--dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah." (Kisah Para Rasul 9:36). Tabita bukanlah orang yang kaya raya. Apa yang ia punya sepertinya biasa saja, yaitu keahlian menjahit. Itu disebutkan dalam ayat 39, dimana ketika ia meninggal para janda semuanya menangis dan mengenangnya dengan menunjukkan pakaian-pakaian yang dia jahitkan untuk para janda ini semasa hidup. Dia tidak memberi uang dalam jumlah besar, ia pun tidak pintar berkotbah seperti halnya para rasul yang pergi mewartakan kabar keselamatan kemana-mana pada saat itu. Tetapi hal sederhana yang ia lakukan dengan menjahitkan baju-baju buat para janda miskin semasa hidupnya ternyata bermakna sangat besar bagi mereka. Tuhan pun berkenan akan hal itu. Ketika ia jatuh sakit dan akhirnya meninggal, para janda pun sangat merasa kehilangan. Lalu mereka mendengar Petrus rupanya tengah melayani di sebuah kota yang tidak jauh dari tempat Tabita. Mereka segera mengutus dua orang untuk menjumpai Petrus. Petrus pun datang ke rumah dimana Tabita disemayamkan. Dan mukjizat pun terjadi. "Tetapi Petrus menyuruh mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata: "Tabita, bangkitlah!" Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk. Petrus memegang tangannya dan membantu dia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka, bahwa perempuan itu hidup." (ay 40-41). Tabita dibangkitkan. Bayangkan jika ia bukan orang yang rajin berbuat baik dan memberi sedekah. Mungkin tidak ada orang yang peduli untuk jauh-jauh pergi meminta Petrus untuk datang, maka tidak akan ada mukjizat kebangkitan disana. Tapi perbuatan baik yang ia lakukan dengan tulus, sedekah yang ia berikan lewat menjahitkan baju bagi janda-janda ternyata membuat cerita yang berbeda. Tuhan tidak menutup mata atas kebaikan hati Tabita dan segala yang ia lakukan untuk menolong sesamanya. Tabita pun akhirnya hidup lagi dan menjadi kesaksian yang membuat banyak orang menjadi percaya pada Yesus. (ay 42).
Lalu mari kita lihat jemaat Makedonia menurut catatan Paulus. Kepada jemaat Korintus, Paulus bersaksi mengenai bagaimana pertumbuhan kasih karunia yang terjadi pada jemaat di Makedonia pada masa itu. Mungkin ada banyak orang yang beranggapan bahwa kewajiban memberi hanya berlaku apabila sedang berkelimpahan, tapi jemaat Makedonia menunjukkan sikap yang berbeda. Mereka bukanlah jemaat yang kaya raya. Mereka justru dikatakan sebagai jemaat yang sedang bergumul dalam berbagai penderitaan dan hidup dalam kemiskinan. Tapi itu semua ternyata tidak menghalangi mereka untuk tetap memberi dengan penuh sukacita. Paulus bersaksi: "Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan." (2 Korintus 8:2). Mereka miskin materi, tapi kaya raya dalam kemurahan. Sekali lagi kita melihat contoh luar biasa lewat jemaat Makedonia yang sama sekali jauh dari kemakmuran materi.
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar