Selasa, 28 Oktober 2014
5:9 Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.
5:10 Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain dari pada melihatnya?
5:11 Enak tidurnya orang yang bekerja, baik ia makan sedikit maupun banyak; tetapi kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur.
5:12 Ada kemalangan yang menyedihkan kulihat di bawah matahari: kekayaan yang disimpan oleh pemiliknya menjadi kecelakaannya sendiri.
5:13 Dan kekayaan itu binasa oleh kemalangan, sehingga tak ada suatupun padanya untuk anaknya.
5:14 Sebagaimana ia keluar dari kandungan ibunya, demikian juga ia akan pergi, telanjang seperti ketika ia datang, dan tak diperolehnya dari jerih payahnya suatupun yang dapat dibawa dalam tangannya.
5:15 Inipun kemalangan yang menyedihkan. Sebagaimana ia datang, demikianpun ia akan pergi. Dan apakah keuntungan orang tadi yang telah berlelah-lelah menjaring angin?
5:16 Malah sepanjang umurnya ia berada dalam kegelapan dan kesedihan, mengalami banyak kesusahan, penderitaan dan kekesalan.
Apakah keuntungan orang tadi yang telah berlelah-lelah menjaring angin? —Pengkhotbah 5:15
Howard Levitt kehilangan mobil Ferrari senilai 2,4 milyar rupiah miliknya di suatu ruas jalan raya yang sedang kebanjiran di Toronto, Kanada. Saat itu ia sedang berusaha mengemudikan mobilnya untuk melintasi sebuah genangan air yang ternyata cukup dalam dan yang ketinggiannya naik dengan sangat cepat. Ketika air sudah mencapai bumper mobil, mesin berkekuatan 450 tenaga kuda itu pun mogok. Untunglah, ia berhasil keluar dari mobil dan menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi.
Mobil sport mewah milik Howard yang basah kuyup itu mengingatkan saya pada pernyataan Salomo yang mengamati bahwa “kekayaan itu binasa oleh kemalangan” (Pkh. 5:13). Berbagai bencana alam, pencurian, dan kecelakaan dapat merenggut harta milik kita yang sangat berharga. Sekalipun kita dapat menjaganya, pastilah kita tidak dapat membawa semua itu ke surga (ay.14). Salomo bertanya, “Apakah keuntungan orang tadi yang telah berlelah-lelah menjaring angin?” (ay.15). Alangkah sia-sianya apabila kita bekerja semata-mata untuk memperoleh harta benda yang pada akhirnya akan lenyap.
Namun ada sesuatu yang tidak akan rusak dan yang dapat kita bawa hingga keabadian. Kita semua diberikan kesempatan untuk mengumpulkan harta surgawi yang abadi. Mengejar sifat-sifat mulia seperti kemurahan (Mat. 19:21), kerendahan hati (5:3), dan ketekunan iman (Luk. 6:22-23) akan membuahkan hasil abadi yang tidak dapat dirusakkan. Apakah harta yang kamu kejar sekarang akan musnah di bumi? Ataukah kamu sedang mengejar “perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah”? (Kol. 3:1). —JBS
Ya Allahku, berilah aku kerinduan untuk mengejar upah kekal
dan tidak kasat mata yang Engkau tawarkan.
Ajarlah aku untuk mengabaikan kesenangan sementara
yang ditawarkan oleh dunia ini.
Harta di dunia sama sekali tidak sebanding dengan harta di surga.
Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu
from WarungSateKaMu.org
via IFTTT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar